• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK materi kelipatan persekutuan terkecil untuk siswa kelas IV sekolah dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK materi kelipatan persekutuan terkecil untuk siswa kelas IV sekolah dasar"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh MATILDA KURNIATI

NIM. 131134270

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh MATILDA KURNIATI

NIM. 131134270

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Puji dan syukur saya haturkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan

rahmat-Nya yang tiada terkira sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Stanislaus Nonggor dan Ibu Elisabhet Permaisuri Onifa

yang telah berjuang sehingga saya bisa berada disini, yang selalu memberikan semangat

dan motivasi, yang selalu mendukung cita-cita, dan yang selalu mengajarkanku

kesabaran, keiklasan, dan ketulusan dalam melaksanakan segala sesuatu, dan yang selalu

menyertakan nama saya dalam lantunan doa-doa

Saudara dan saudariku

Laurensius B. Nonggor, Petrus J. Ogur, Marselinus Derosari, dan Yosefina S. Orin yang

selalu memberikan dukungan, motivasi, dan inspirasi.

Sahabat-sahabat tersayang

Upik, Irin, Ocik, Olla, Noik, Dini, Ka Meik, Ka Vera dan Lili yang selalu memberikan

dukungan dalam meraih impian bersama.

Yang tercinta Sergius Virgon

yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta selalu mendoakanku.

(7)

v

MOTTO

“TIDAK ADA BUAH YANG MANIS YANG TUMBUH DI ATAS

TANAH YANG TIDAK SUBUR”

“Jangan Pernah takut untuk jatuh karena dengan

(8)
(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIA H UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Matilda Kurniati

Nomor Induk Mahasiswa : 131134270

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi

Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 7 Februari 2017

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN

TERKECIL UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Matilda Kurniati

Universitas Sanata Dharma 2017

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah masih jarang digunakan. Keterbatasan waktu dan kesulitan mencari media yang cocok adalah satu kendala yang ditemukan di sekolah-sekolah. Selain itu, siswa juga masih belum sepenuhnya memahami materi dan mengerjakan soal cerita terkait KPK. Dari alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan dan mengetahui kualitas dari produk media kotak dakon KPK.

Tahap penelitian ini mengacu pada tahap pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono (2015: 409) dengan tahapan sebagai berikut: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, dan (5) revisi desain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media oleh validator. Untuk mengetahui kualitas penggunaan media, dilakukan validasi oleh dua orang ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi, dua ahli media pembelajaran memberikan skor rata-rata 3,42 (sangat baik) dan 3,27 (baik). Hasil validasi oleh dua orang guru kelas IV sekolah dasar adalah 3,03 (baik) dan 3,21 (baik). Dari hasil validasi oleh ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru kelas IV sekolah dasar maka diperoleh rata-rata 3,25 dengan kategori “baik”. Dengan perolehan rata-rata tersebut, maka media pembelajaran kotak dakon KPK layak diujicoba dalam pembelajaran.

(11)

ix

ABSTRACT

DEVELOPING OF KPK DAKON BOX AS THE CONVENTIONAL LEARNING MEDIA IN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) MATERIAL FOR

GRADE IV STUDENTS

Matilda Kurniati Sanata Dharma University

2017

The utilizing of learning media in the learning process is seldom to used. Teacher have a limited time and feel difficult to find the exacted learning media. Also, the students don’t comprehend the learning materials and feel difficult to worked the story matter of KPK. So that, I extracted to developing of kpk dakon box as the conventional learning media in kelipatan persekutuan terkecil (kpk) material for grade IV students. The aim of this research are to research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product.

The aim of this research is to elaborate Kpk Dacon Box of kelipatan persekutuan kecil (kpk) material under the sub theme “ the utilization of energy” for grade iv student of elementary school. Beside that, another aim of this research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product. The procedure that used in this research include five steps from modification result by Borg and Gall and Sugiyono(2015:409) they are (1)the potential and problem analysis,(2)the data collection (3 ) product design (4) the design of validation (5) the revision the product design. The instruments that used in this research are interview and questionnaire. Interview is used to analyze the However the questionnaire is used to validate the quality of KPK Dakon Box by the researcher and to find out the quality of using media by two experts of conventional learning media and two teachers of elementary school.

Based on the validation result from two experts in conventional learning media of KPK Dakon Box produce the score 4,32(very good) and 3,27 (good). The validation result from two teachers of grade IV elementary school produce the score 3,03(good) and 3,21( good). From the validation result of the experts in conventional learning media and two teachers of grade IV of elementary school The conventional learning media of KPK Dagon Box acquire the average score 3,25 with the category “ good”. based on this result , the conventional learning media of KPK Dagon Box that has developed is ready or suitable to be used as the media in the process of learning .

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat serta tuntunanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tulisan akhir yang

berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK

Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” tepat

pada waktunya.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, peneliti diberi kelancaran berkat bimbingan,

bantuan, dan doa-doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sebagai ungkapan syukur peneliti, pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan menuntun dengan kesabaran, kesetiaan, dan kebijaksanaan

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Koordinator Pelaksana PPGT Universitas Sanata

Dharma yang selalu mendampingi dan selalu memberi motivasi serta inspirasi

kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang

telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

6. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 Sleman Yogyakarta yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Sri Rejeki, A.Ma. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah bersedia

(13)

xi

9. Calcilea Deny K., S.Pd., selaku guru kelas IV SDKE Mangunan yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

10. Munirotun Uinsiyah, S.Pd., selaku guru kelas IV SDN Kalasan Baru yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk

penelitian.

11. Katarina Supatminingsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDKE Mangunan yang

telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk

melakukan validasi media pembelajaran.

12. Srini Supriyanti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SDN Kalasan Baru yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk

melakukan validasi media pembelajaran.

13. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung peneliti melalui doa-doa serta

motivasi yang dengan tulus diberikan kepada peneliti.

14. Kakak-kakak dan adikku tersayang yang selalu memberikanku semangat dan

motivasi.

15. Teman spesialku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

16. Teman-teman terhebat 33 mahasiswa PPGT angkatan 2013 yang selalu

memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

17. Segenap pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.

Peneliti menyadari tulisan ini belum sepenuhnya sempurna, karena itu peneliti

membutuhkan kritikan dan sarat yang bersifat edukatif. Akhirnya, peneliti

mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

Peneliti

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... vii

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 11

1. Media Pembelajaran Konvensional ... 11

a. Media ... 11

(15)

xiii

2) Macam-macam Media ... 13

3) Pemilihan Media ... 19

4) Fungsi Media Pembelajaran ... 25

5) Manfaat Media Pembelajaran ... 33

6) Karakteristik Media Pembelajaran ... 34

B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 35

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64

D. Teknik Pengumpulan Data ... 66

(16)

xiv

F. Instrumen Penelitian ... 68

G. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

1. Analisis Kebutuhan ... 76

a. Hasil Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 76

2. Deskripsi Produk Awal ... 80

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 82

b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 82

3. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional dan Revisi Produk ... 84

4. Data Hasil Validasi Guru SD ... 87

B. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 89

1. Kajian Produk Akhir ... 89

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 89

b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 90

2. Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Keterbatasan Pengembangan ... 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

LAMPIRAN ... 103

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan ... 61

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 65

Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi ... 69

Tabel 3.5 Tabel Konversi Nilai Skala Lima ... 72

Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima ... 74

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli Media Konvensional ... 84

Tabel 4.2 Saran Pakar Media Pembelajaran Konvensional ... 86

Tabel 4.3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 88

(18)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literatur Map Hail Penelitian Relevan ... 51

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 53

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R & D ... 56

Bagan 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Media

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48

Gambar 2.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48

Gambar 4.1 Kotak Dakon KPK Sebelum Diberi Pilox Bening ... 81

Gambar 4.2 Buku Petunjuk Penggunaan Media Sebelum Dilaminating ... 81

Gambar 4.3 Media Kotak Dakon KPK Belum Dilengkapi dengan Kartu Evaluasi ... 81

Gambar 4.4 Tampak Bagian Luar Media Kotak Dakon KPK ... 83

Gambar 4.5 Tampak Bagian Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 83

Gambar 4.6 Kotak Dakon KPK Setelah Diberi Pilox Bening ... 90

Gambar 4.7 Buku Petunjuk Penggunaan Media Setelah Direvisi ... 91

Gambar 4.8 Kartu Soal Evaluasi ... 91

Gambar 4.9 Tampak Luar Media Kotak Dakon KPK ... 95

Gambar 4.10 Tampak Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 95

Gambar 4.11 Manik – manik Media Kotak Dakon KPK ... 96

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 104

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 106

Lampiran 3. Surat Izin Validasi ... 107

Lampiran 4. Rangkuman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 109

Lampiran 5. Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK ... 111

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mendidik siswa. Melalui

pendidikan seseorang dapat belajar sesuatu yang membantu dirinya dalam menjadi

orang yang berkualitas dan berkarakter. Dalam proses pendidikan terdapat kegiatan

yang membelajarkan siswa. Peraturan pemerintah RI No. 19/2005, Pasal 19

mengatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”.

Dengan adanya peraturan ini diharapkan bahwa proses pendidikan di sekolah bukan

lagi sebagai proses pengajaran yang mana guru menjadi pusat informasi melainkan

adanya proses pembelajaran dimana siswa yang dominan aktif dalam menggali

makna serta menyerap pengetahuan.

Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi

yang semakin progresif menuntut penyelenggara dan pelaksana pendidikan lebih

inovatif dalam pemanfaatan revolusi pengetahuan dan teknologi tersebut khususnya

dalam dunia pendidikan. Tentu dengan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi

ini sangat mendukung peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1 Desember 2008

tentang guru , serta membantu pelaksanaan pendidikan yaitu guru dalam melancarkan

(22)

yang professional seperti termuat peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1

Desember 2008 tentang guru, pasal 2 dijelaskan bahwa guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan mewujudkan pendidikan nasional. Salah satu hal yang

dimiliki oleh guru adalah memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki oleh guru

yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

professional dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah

kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran siswa. Kompetensi kepribadian

yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam membawa diri dimana guru harus

menjadi contoh bagi siswa di sekolah. Kemampuan professional yang dimaksud

adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan

mendalam sedangkan kemampuan sosial yang dimaksud adalah kemampuan seorang

guru dalam berhubungan sosial dengan siswanya khususnya dalam berinteraksi

dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

Berlakunya kurikum 2013 tentu menuntut guru untuk mengimbangi keempat

kompetensi ini, apalagi penerapan dan pelaksanaan kurikulum ini memiliki perbedaan

dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Pemberlakuan kurikulum ini tentu memiliki

landasan tertentu yang tidak lain adalah untuk memperbaiki pendidikan menjadi lebih

baik lagi. Berlakunya kurikulum 2013 dalam pendidikan di Indonesia juga menuntut

guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola pembelajaran apalagi

pemberlakuan kurikulum ini menekankan pada aktivitas siswa yang konkret selama

(23)

pembelajaran. Media pembelajaran menjadi objek yang dapat digunakan dalam

menyampaikan pesan dan membuat siswa aktif. Karena itu, media sangat penting

dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada Sabtu, 26 September

2015 dengan guru kelas IV di SDN Kalasan I, penggunaan media pembelajaran untuk

materi KPK di kelas IV masih jarang digunakan. Beliau mengatakan minimnya

penggunaan media pembelajaran diakibatkan karena guru masih sulit menemukan

media yang cocok untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa serta memiliki

keterbatasan waktu untuk membuat media pembelajaran yang konvensional. Beliau

pernah menggunakan media modifikasi ular tangga untuk materi kelipatan

persekutuan terkecil (KPK) tetapi belum sepenuhnya dapat membantu siswa. Beliau

juga mengatakan bahwa siswa juga kesulitan dalam memahami soal cerita terkait

dengan materi KPK. Beliau mengatakan bahwa mereka belum bisa berpikir secara

holistik apalagi mereka berangkat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sehingga ketika masuk ke Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dan

kreatif. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media untuk materi KPK masih jarang digunakan oleh guru dalam

membantu siswa memahami konsep KPK.

Mengacu pada wawancara tersebut, peneliti mencoba mengembangkan media

Kotak Dakon KPK pada materi tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dalam

(24)

dalam pengembangan media ini, peneliti menggunakan buku kelas IV sekolah dasar

revisi tahun 2014. Alasan peneliti menggunakan buku kurikulum 2013 revisi tahun

2014 adalah karena dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan data

analisis kebutuhan yang sudah dilakukan pada 26 September 2015.

Peneliti berharap dengan adanya media kotak dakon KPK ini dapat memotivasi

guru dalam merancang maupun menggunakan media pembelajaran di dalam kelas.

Selain itu, dapat memberikan pengajaran yang kontekstual sehingga pembelajaran

yang terjadi di kelas bermakna bagi siswa.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian

pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK

mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu

kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV

Sekolah Dasar?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai

(25)

1. Untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan produk media pembelajaran

Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan

Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK

mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

a. Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta memperoleh

pengalaman dalam melakukan penelitian Research and Development (R&D)

dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK Materi

Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

b. Peneliti dapat mengembangkan keterampilan serta meningkatkan kreativitas

secara khusus dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon

KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan

(26)

2. Bagi guru

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk

mengembangkan berbagai media pembelajaran.

b. Penelitian ini dapat memotivasi guru supaya menggunakan media

pembelajaran sebagai media untuk menarik perhatian siswa atau membantu

siswa memahami berbagai konsep yang dipelajari dalam proses

pembelajaran di kelas.

3. Bagi siswa

Siswa akan mengalami proses pembelajaran yang bermakna serta memperoleh

prestasi belajar yang memuaskan pada materi KPK dengan mengembangkan

media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum 2013 untuk Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

a. Dapat menambah pengetahuan dan referensi terkait media pembelajaran

kurikulum 2013 serta perolehan tambahan bahan bacaan terkait dengan

penelitian Research and Development (R&D) khususnya pada

pengembangan media Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan

Terkecil (KPK) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

b. Sekolah diharapkan terinspirasi untuk mengembangkan kompetensi

profesional guru dengan adanya berbagai pelatihan khususnya dalam

(27)

5. Bagi Program Studi PGSD

Prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait

dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya

pengembangan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum

2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

Adapun beberapa batasan istilah pada penelitian pengembangan ini, sebagai

berikut:

1. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru pengganti kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberlakukan oleh kementrian

pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2013. Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah

dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.

2. Media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan media yang digunakan oleh guru yang

dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam pengajaran untuk menciptakan

(28)

3. Media konvensional

Kata konvensional memiliki arti yaitu berdasarkan kesepakatan umum,

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 14 (2008: 730). Anitah (2010: 5)

menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang

dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa media konvensional merupakan media yang dihasilkan oleh

seorang atau sebagian orang berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh si

pembuat media, yang digunakan untuk menciptakan kondisi yang

membelajarkan siswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

4. Kotak Dakon KPK

Kotak dakon KPK adalah salah satu media media pembelajaran yang

mengikuti aturan permainan congklak. Dalam hal ini secara spesifik aturan

permainan congklak yaitu (a) terdiri dari 2 pemain yang saling berlawanan, (b)

setiap pemain akan memperoleh biji-biji yang jumlahnya sama rata yaitu 49

manik, (c) biji-biji tersebut diisi pada lubang yang berukuran kecil yang

berjumlah 7 lubang untuk masing-masing pemain, (d) masing-masing lubang

akan diisi oleh 7 buah biji (d) setiap pemain memiliki 1 lubang utama untuk

menampung biji dari lubang yang sudah mati, (e) salah satu pemain dapat

memulai permainan dan berhak memilih lubang mana yang akan diambil

bijinya, lalu memasukkan biji-biji tersebut satu demi satu ke lubang-lubang

(29)

di dalamnya terdapan biji maka pemain boleh mengambil biji dan melanjutkan

permainan, sebaliknya jika biji terakhir di masukkan pada lubang lawan yang di

dalamnya tidak terdapat biji maka pemain tidak dapat melanjutkan permainan

serta tidak mendapat apa-apa namun diganti dengan lawan main.

Media kotak dakon KPK tidak sepenuhnya mengikuti aturan permainan

congklak karena ada beberapa aturan permainan yang diubah. Media ini terbuat

dari papan dan tripleks.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran konvensional yaitu

kotak dakon KPK. Kotak dakon KPK dibuat dari papan kayu dan didalamnya

terdapat petakan kotak kecil yang berjumlah 100 kotak dan setiap kotak diberi

angka. Media ini dilengkapi dengan manik-manik yang berfungsi sebagai

dakon. Manik-manik ini diberi warna yang berbeda agar memudahkan siswa

dalam menggunakan media. Kotak-kotak diberi warna yang berbeda.

Berikut adalah ketentuan ukuran dari kotak dakon KPK

a. Kotak bagian luar berukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, tinggi 5 cm

meter dan ketebalan papan 1 cm.

b. Kotak kecil bagian dalam berukuran panjang 5 cm, lebar 5 cm, ketebalan

(30)

kotak yang diberi warna berbeda-beda. Warna yang digunakan adalah

warna biru, hijau dan kuning. Selain kotak-kotak kecil, terdapat juga

empat buah kotak yang berukuran panjang 10 cm dan lebar 10 cm. Kotak

ini dilengkapi dengan whiteboard yang berukuran panjang 10 cm dan

lebar 10 cm, penghapus, dan spidol. Kotak ini digunakan untuk

menyimpan manik-manik. Kotak-kotak ini berwarna kuning dan hijau.

c. Manik-manik yang digunakan dalam media kotak dakon KPK terbuat dari

kayu dengan ukuran 1 × 1 cm. Manik-manik ini berjumlah 100 buah

namun warna manik-manik berbeda yaitu 25 manik berwarna merah, 25

berwarna hijau, 25 berwarna orange, dan 25 berwarna putih.

2. Kotak dakon KPK dikhususkan untuk materi Kelipatan Persekutuan Terkecil

(KPK) untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

3. Kotak dakon KPK dapat digunakan berulang-ulang. Artinya, media ini bukan

merupakan media yang hanya sekali pakai melainkan dapat digunakan secara

berulang-ulang.

4. Kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media ini dapat

digunakan dalam kurun waktu yang lama.

5. Kotak dakon KPK mudah dibawa kemana-mana. Artinya, media ini tidak

memiliki batasan ruang dan waktu jika hendak digunakan.

6. Kotak dakon KPK didesain semenarik mungkin untuk menarik perhatian siswa

(31)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Konvensional a. Media Pembelajaran

1) Pengertian media pembelajaran

Sadiman (2014: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa

Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah

berarti perantara atau pengantar. Djamarah (2006: 121) menyatakan bahwa

media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan

guna mencapai tujuan pengajaran. Sukiman (2012: 29) menyatakan bahwa

media adalah perantara yang menyalurkan pesan dari sumber ke penerima

pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

(Arsyad 2010: 3).

Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan,

alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan

pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan

(32)

media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan,

dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang

lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet,

film, microfilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran

karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar.

Sanjaya (2014: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber

informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan

lain sebagainya. Sanaky (2013: 3) media pembelajaran adalah sebuah alat

yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,

pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi

tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Munadi (2010: 7) menyatakan bahwa media pembelajaran dipahami

sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan

dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien

dan efektif. Kustandi dan Sutjipto (2011: 8) mengemukakan bahwa media

pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar

mengajar.

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

(33)

maupun lingkungan di sekitar siswa yang digunakan guru dalam

pembelajaran. Kriteria sebuah media yang digunakan adalah menarik dan

berisi pesan. Menarik artinya media tersebut dapat merangsang minat belajar

siswa sedangkan berisi pesan artinya media tersebut dapat memberi pesan

kepada siswa yang berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi yang

dipelajari.

2) Macam-macam Media

Djamarah dan Zain (2006: 124) mengklasifikasikan media dari

jenisnya, daya liputannya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

a. Jenis media

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:

1. Media auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan

kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan

hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan

dalam pendengaran

2. Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam

(34)

lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar

atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

3. Media audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara

dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media

ini dibagi lagi ke dalam:

a) Audiovisual diam

Audiovisual diam yaitu media yang menampilkan suara dan

gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film

rangkai suara, dan cetak suara.

b) Audiovisual gerak

Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur

suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan

video-cassette.

b. Daya liputan media

Media dilihat dari liputannya dapat dibagi dalam:

1) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta

dapat menjangkau jumlah anak didik yang sama dalam waktu yang

sama.

(35)

Dalam penggunaannya media ini membutuhkan ruang dan tempat

yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus

menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.

3) Media untuk pengajaran individual

Dalam penggunaannya media ini hanya untuk seorang diri. Jenis

media yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan

pengajaran melalui komputer.

c. Bahan pembuatan media

Media dilihat dari bahan pembuatannya dibagi dalam:

1) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara

pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.

2) Media kompleks

Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatanya sulit

diperoleh serta harganya mahal, sulit membuatnya, dan

penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

Sanaky (2013: 44) menyatakan bahwa apabila dilihat dari sudut pandang

yang luas, media pembelajaran tidak hanya terbatas pada alat-alat audio,

visual, audio-visual saja, melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan

kondisi pribadi pembelajaran. Maka, media pembelajaran dapat

(36)

a) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan

menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan

cetakan dan bacaan.

b) Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,

yaitu:

1. Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan

LCD,

2. Media non-proyeksi, seperti: papan tulis, poster, papan tempel,

kartun, papan planel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan

lain-lain,

3. Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka,

topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum

sekolah.

c) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif,

film rekaman, radio, televi, video, VCD, laboratorium elektronik,

perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi,

computer dan internet.

d) Kumpulan benda-benda (material collection), yaitu berupa

peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai

sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan,

(37)

e) Contoh-contoh kelakuan, perilaku mengajar. Pengajar memberi contoh

perilaku atau suatu perbuatan.

Anitah (2010: 2) menyatakan bahwa media pembelajaran

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Media visual

Media visual dibedakan menjadi:

1) Media visual yang tidak diproyeksi

Media visual yang diproyeksi merupakan media yang sederhana,

tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksi

perangkat lunak. Media yang termasuk dalam media ini adalah:

a) Gambar mati atau gambar diam (still picture)

b) Ilustrasi

c) Karikatur

d) Poster

e) Bagan

f) Diagram

g) Grafik

h) Peta datar

i) Realita dan model

j) Berbagai jenis papan

(38)

Media visual yang diproyeksi merupakan media yang dapat

diproyeksi pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Jenis

media visual ini adalah:

a) Overhead projector (OHP)

b) Slide projector (projector film bingkai)

c) Filmstrip projector

d) Opaque projector

b. Media audio

Media audio merupakan media yang dalam menyampaikan

informasi disampaikan melalui rekaman suara manusia atau

suara-suara lain. Jenis media audio, seperti: open-reel, tape recorder,

cassete tape recorder, piringan hitam, radio, dan MP3.

c. Media audio-visual

Media audio-visual merupakan media gabungan antara media

visual dan media audio-visual dimana seseorang tidak hanya

melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat

mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Yang termasuk jenis dari

media ini adalah slide suara dan televi.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai macam-macam media

pembelajaran peneliti dapat menyimpulkan bahwa, media

(39)

audio, dan media audiovisual. Media juga memiliki berbagai macam

diantaranya dapat dilihat dari jenis media, daya liput media, dan bahan

pembuatan media. Macam-macam media dilihat dari jenisnya yaitu

media auditif, media visual dan media audiovisual. Dilihat dari daya

liputannya media dibagi kedalam media dengan liputan luas dan

serentak, media dengan daya terbatas waktu dan ruang, dan media

pengajaran individual. Sedangkan, media dilihat dari bahan

pembuatannya dibagi menjadi media sederhana dan media kompleks.

3) Pemilihan media

Anitah (2010: 78) menyatakan bahwa dalam pemilihan media perlu

mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Variabel tugas

Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang

diharapkan dari pebelajar sebagai hasil pembelajaran.

b. Variabel pembelajar

Karakteristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media,

walaupun belum ada kesepakatan karakteristik mana yang penting.

c. Lingkungan belajar

Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk

di dalamnya adalah: besarnya biaya sekolah, ukuran ruang kelas,

(40)

perlengkapan lainnya, kemampuan guru dan kesediaan untuk usaha-usaha

mendesain pembelajaran, ketersediaan bahan-bahan buku ajar untuk

pembelajaran individual.

d. Lingkungan pengembangan

Perencanaan penyajian yang baik bila pengembangan sumber-sumber tidak

mendukung tugas tersebut.

e. Ekonomi dan budaya

Pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media itu dapat

diterima oleh si pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan

yang tersedia.

f. Faktor-faktor praktis

Hal-hal yang termasuk dalam faktor praktis adalah:

a. Besarnya kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan.

b. Jarak antara penglihatan dan pendengaran untuk penggunaan media.

c. Seberapa jauh media dapat mempengaruhi respon pebelajar atau kegiatan

lain untuk kelengkapan umpan balik.

d. Adakah penyajian itu sesuai dengan respon pebelajar.

e. Apakah stimulus pembelajaran menuntut gerak, warna, gambar, kata-kata

lisan, atau tertulis.

f. Apakah media yang dipakai mempunyai urutan yang pasti.

g. Media manakah yang lebih lengkap untuk maksud peristiwa-peristiwa

(41)

h. Media yang dipandang kemungkinan lebih efektif bagi pebelajar perlu

ditentukan apakah perangkat lunak dapat disimpan dan bernilai.

i. Apakah guru memerlukan training tambahan.

Sanaky (2013: 37) menyatakan bahwa setiap pengajar tidak cukup

hanya memiliki pengetahuan tentang kemediaan saja, tetapi harus memiliki

keterampilan untuk memilih dan menggunakan media dengan baik dalam

suatu proses pembelajaran dan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.

Kriteria-kriteria pemilihan media tersebut antara lain, sebagai berikut:

a. Tujuan pengajaran.

Media pembelajaran yang dibuat hendaknya menunjang tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

b. Materi pengajaran.

Media pengajaran dapat menjelaskan materi pengajaran secara holistik.

c. Metode mengajar.

Media hendaknya dapat mendukung metode pembelajaran yang

digunakan artinya, media yang digunakan disesuaikan dengan metode

mengajar yang digunakan.

d. Tersedianya alat yang dibutuhkan.

Alat yang digunakan dalam membuat media pembelajaran dapat dengan

mudah ditemukan di lingkungan sekitar.

(42)

Media yang digunakan harus dapat mendukung jalannya pelajaran

sehingga dapat menciptakan situasi yang dapat menyenangkan serta

membelajarkan siswa.

f. Penilaian hasil belajar.

Media pembelajaran memuat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa

dalam memahami materi setelah menggunakan media pembelajaran.

g. Pribadi mengajar.

Media yang dibuat harus dikuasai oleh guru sehingga tidak mengalami

kendala ketika menggunakan media tersebut.

h. Minat dan kemampuan pembelajar.

Media yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan

siswa serta dibuat semenarik mungkin agar dapat memicu minat siswa

untuk belajar.

i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

Media yang dibuat atau digunakan dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan yang dapat membuat siswa aktif untuk mengikuti

pembelajaran.

Selain kriteria di atas, hal yang diperhatikan saat memilih media dan

menggunakan media yaitu:

a. Daya jangkauan, terhadap pengajaran individual, pengajaran kelompok,

(43)

b. Keluwesan pakai, yaitu kapan media tersebut akan digunakan, dimana

akan digunakan dan audiennya siapa.

c. Ketergantungan, artinya media yang digunakan juga tergantung pada

sarana dan fasilitas yang lain.

d. Kendali, artinya siapa yang akan mengendalikan media tersebut.

e. Atribut, kualitas hasil media yang digunakan dalam belajar.

f. Biaya, media yang digunakan mahal atau murah dan juga daya tahannya,

sehingga dapat dipertimbangkan biaya produksi atau pembelian.

Arsyad (2010: 75) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media

bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem

instruksional secara keseluruhan. Kriteria-kriteria pemilihan media yang harus

diperhatikan yakni:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang

secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,

atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara

efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas

(44)

c. Praktis, luwes, dan bertahan.

Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang

ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang

dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan

peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan

dibawa kemana-mana.

d. Guru terampil menggunakannya.

Terampil menggunakan media termasuk kriteria utama. Apa pun media

itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.

Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang

menggunakannya.

e. Pengelompokan sasaran.

Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya

jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang

tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan

perorangan.

f. Mutu teknis.

Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi

persyaratan teknis tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kriteria pemilihan media,

maka dapat disimpulkan bahwa kriteria-kriteria pemilihan yang baik adalah

(45)

materi pembelajaran, (3) daya jangkauan media, (4) keluwesan, praktis dan

tahan lama, (5) mudah digunakan baik guru maupun siswa, (6) sasaran

penggunaan media baik dalam kelompok kecil, kelompok besar atau individu,

(7) alat yang digunakan mudah didapat.

4) Fungsi media pembelajaran

Sanaky (2013: 7) menyatakan media pembelajaran berfungsi untuk

merangsang pembelajaran dengan:

a) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka,

b) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,

c) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret,

d) Memberi kesamaan persepsi,

e) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,

f) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan

g) Memberikan suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai,

dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Munandi (2010: 37) menyatakan fungsi media pembelajaran terdiri

dari (1) fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar (2) fungsi

semantik, (3) fungsi manipulatif, (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi

sosio-kultural.

a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber

(46)

yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi

media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya di

samping ada fungsi-fungsi lain. Media pembelajaran adalah

“bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran

dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.

b. Fungsi semantik

Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah

perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya

benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi

lambang (symbol) dan isi (conten) yakni pikiran dan atau perasaan

yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messages), yang tidak

dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau

kata-kata itu adalah simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang

digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya.

Hubungan antara kata, makna dan perunjukan menjadi amat jelas,

yakni “makna” tidak melekat pada “kata”; “kata” hanya bermakna bila

telah dirujukkan kepada sejumlah referen. Manusialah yang

memberikan makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan

pembelajaran, gurulah yang memberi makna pada setiap kata yang

disampaikannya.

(47)

Media pembelajaran memiliki dua kemampuan, yakni

mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan

inderawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi

batas-batas ruang dan waktu yaitu:

1) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam,

ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.

2) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita

waktu panjang menjadi singkat seperti proses metaformosis dan

proses perkembangbiakan hewan.

3) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa

yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran Sejarah), seperti

peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya dan masuknya pengaruh Hindu

Budha di Indonesia.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi

keterbatasan inderawi manusia yaitu:

1) Membantu siswa memahami objek yang sulit diamati karena terlalu

kecil, seperti molekul atau sel. Untuk memudahkan siswa dalam

memperlihatkan objek tersebut, maka dapat memanfaatkan gambar,

(48)

2) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu

lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorfosis. Untuk

membantu pemahaman siswa maka dapat menggunakan gambar

sebagai media.

3) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan

kejelasan suara seperti belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan

bermusik dapat memanfaatkan kaset sebagai media.

4) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks,

misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta dan grafik.

d. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis media pembelajaran dibagi lagi dalam

beberapa fungsi yakni:

1) Fungsi atensi

Fungsi atensi media pembelajaran yakni media pembelajaran

dapat meningkatkan perhatian (attension) siswa terhadap materi

ajar. Maka, media yang menarik serta tepat guna adalah media yang

mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.

2) Fungsi afektif

Fungsi afektif yakni bahwa media pembelajaran yang

digunakan dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa. Dengan adanya media

(49)

beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada

pelajaran yang diikutinya. Hal lain dari penerimaan itu adalah

munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam

keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini merupakan

reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya.

3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif media pembelajaraan yakni melalui media

pembelajaran siswa dapat memperoleh atau menggunakan

bentuk-bentuk representasi dari objek-objek baik berupa benda, barang,

atau orang. Melalui objek-objek tersebut siswa dapat bercerita atau

memberikan tanggapannya terhadap objek-objek tersebut. Semakin

banyak pikiran dan gagasan yang dimilikinya, maka semakin kaya

dan luas pula aspek kognitifnya. Aspek kognitif yang dimaksud

meliputi persepsi, mengingat, dan berpikir.

4) Fungsi imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan

mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup

penimbulan atau kreasi-kreasi objek-objek baru sebagai rencana

bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi

(khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran

autistik.

(50)

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru

untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya

secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi

motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu

pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa

bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan

memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media

pembelajaran yang tepat guna.

e. Fungsi sosio-kultural

Fungsi kultural, yakni mengatasi hambatan

sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajar. Setiap siswa memiliki

karakteristik yang berbeda-beda apalagi dihubungkan dengan adat,

keyakinan, lingkungan dan pengalaman. Masalah ini dapat diatasi

dengan menggunakan media pembelajaran, karena media

pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan

yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan

persepsi yang sama.

Sadiman (2014: 17) menyatakan secara umum media

(51)

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:

1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai film, atau model.

2) Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film, atau gambar.

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelapse atau high-speed photography.

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa

ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto

maupun secara verbal.

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,

dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film

bingkai, gambar, dan lain-lain.

c) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media

pendidikan berguna untuk:

(52)

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuannya dan minatnya.

d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum

dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka

guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus

diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang

lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat

diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya

dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama.

2) Mempersamakan pengalaman.

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait media

pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa fungsi media

pembelajaran yaitu membantu siswa dalam memahami berbagai

konsep-konsep tertentu dengan menampilkan benda yang konkret,

dapat mengatasi masalah keterbatasan ruang, waktu dan gerak, serta

(53)

5) Manfaat media pembelajaran

Sanaky (2013: 5) menyatakan beberapa manfaat media antara lain:

a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih

dipahami pembelajar, serta memungkinkan pebelajar menguasai tujuan

pengajaran dengan baik.

c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak

bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain

yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan

lain-lain.

Sukiman (2012: 44) menyatakan ada beberapa manfaat media

pembelajaran yaitu:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan informasi.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

(54)

peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan

minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

manfaat media pembelajaran adalah a) dapat memperjelas penyajian pesan

dan informasi, b) dapat mengatasi keterbatasan ruang, indera, dan waktu, c)

pembelajaran lebih menarik perhatian siswa.

6) Karakteristik media pembelajaran

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2007: 12) mengemukakan tiga

karakteristik media pembelajaran, antara lain:

a. Ciri fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media yang

termasuk dalam ciri fiksatif adalah fotografi, video tape, audio tape,

disket computer, dan film.

b. Ciri manipulative (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media

memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari

dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan

(55)

proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat

dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distribusi dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

relatif sama mengenai kejadian itu. Distribusi media ini tidak terbatas

pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu

wilayah tertentu, tetapi media itu misalnya video, audio, disket komputer

dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK 1. Pengertian Kotak Dakon KPK

Media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK adalah salah satu

media pembelajaran yang mengikuti aturan permainan congklak. Dakon

memiliki arti yaitu tempat atau wadah yang digunakan dalam permainan.

Secara spesifik aturan dari permainan congklak yaitu (a) terdiri dari dua orang

pemain, (b) setiap pemain memiliki masing-masing 49 biji-bijian, (c) congklak

yang digunakan berjumlah 16 lubang dimana di dalamnya terdapat 14 lubang

kecil dan 2 lubang besar, (d) setiap pemain harus mengisi masing-masing 7 biji

(56)

arah jarum jam, (f) permainan akan selesai jika tidak ada lagi biji yang akan di

ambil, dan (g) pemain yang memiliki biji paling banyak dinyatakan sebagai

pemenang permainan. Permainan memiliki cara bermain yaitu: (a) pemain

pertama berhak memilih lubang mana yang dipilih untuk diambil bijinya, (b)

biji-biji tersebut akan dimasukkan satu demi satu kedalam lubang lainnya

sampai habis, (b) bila biji terakhir dimasukkan pada lubang kecil yang berisi

biji lainnya maka ia dapat mengambil biji tersebut dan melanjutkan untuk

mengisi namun jika biji terakhir dimasukkan ke lubang besar miliknya maka ia

akan melanjutkan permainan dengan mengambil biji di sisi lubang besar

miliknya lalu melanjutkan mengisi seperti sebelumnya sampai bijinya habis, (c)

jika biji yang terakhir dimasukkan di lubang yang kosong milik lawan maka

pemain akan berhenti dan tidak mendapat apa-apa.

Media dakon KPK juga memiliki aturan dan cara bermain yang mengikuti

aturan permainan congklak namun tidak semua aturan dari permainan congklak

diterapkan dalam media ini. Beberapa peraturan dan cara bermain dari

permainan congklak diatas seperti: (a) jumlah pemain, (b) jumlah lubang yang

akan digunakan, (c) wadah yang digunakan, pergantian pemain, serta cara

bermain yang berlawan dengan arah jarum jam tidak diterapkan dalam

penggunaan media dakon KPK. Hal yang sama dari permainan congklak dan

media dakon KPK terletak dari cara bermain dimana memasukkan biji atau

manik-manik ke dalam lobang. Jumlah biji pada permainan congklak terbatas

(57)

media ini terbatas pada 100 manik-manik karena tergantung besarnya angka

yang akan dicari KPKnya. Beberapa peraturan di atas tidak digunakan karena

terletak pada peran media yang digunakan.

2. Bahan Pembuatan Media

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan media kotak dakon KPK

adalah papan kayu dan tripleks sedangkan alat yang digunakan dalam

pembuatan kotak dakon KPK adalah pemukul, gergaji, dan paku. Bahan

tambahan lain yang digunakan sebagai daya tarik dari media ini adalah cat

kayu.

3. Cara Penggunaan Media

Penggunaan dari media kotak dakon KPK mengikuti aturan permainan

congklak hanya saja tidak semua aturan dalam permainan congklak diterapkan.

Secara spesifik penggunaan media kotak dakon KPK dirincikan sebagai

berikut:

a) Bukalah media kotak dakon KPK, bukalah kotak tempat penyimpanan

manik-manik.

b) Setiap siswa yang hendak menggunakannya akan mengambil satu kartu

soal.

c) Siswa akan menandai bilangan yang akan dicari kelipatannya dengan

manik-manik. Untuk menandai masing-masing bilangan, manik-manik

(58)

d) Siswa akan mencari kelipatan dari bilangan yang pertama pada kotak kecil

yang berangka dengan memasukkan satu buah manik pada angka yang

merupakan kelipatan dari bilangan yang dicari KPKnya. Begitupun dengan

angka lainnya.

e) Jika siswa menemukan kelipatan yang paling besar dari kelipatan bilangan

maka ia dapat berhenti untuk mencari kelipatan dari bilangan-bilangan

tersebut.

f) Jika semua kelipatan dari bilangan-bilangan tersebut sudah ditemukan,

maka siswa akan mencari kelipatan persekutuannya dengan cara

menemukan kotak yang memiliki lebih dari satu manik yang warnanya

berbeda.

g) Jika siswa sudah menemukan kelipatan persekutuannya maka siswa akan

menentukan kelipatan terkecilnya dengan cara melihat angka terkecil atau

angka yang mendekati bilangan-bilangan kecil dari kelipatan persekutuan.

h) Angka terkecil tersebut menunjukkan kelipatan persekutuan terkecil dari

bilangan-bilangan yang dicari kelipatannya.

4. Kekuatan dan kelemahan Media

Media kotak dakon KPK memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun

kelemahan dari media ini yaitu media kotak dakon KPK hanya dapat digunakan

untuk individu dan kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa,

(59)

a) Media kotak dakon KPK dapat digunakan secara berulang-ulang dalam

pembelajaran.

b) Media kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media

ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

c) Media kotak dakon KPK dapat dibawah kemana-mana karena tidak

memiliki keterbatasan ruang dan waktu.

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian kurikulum 2013

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari Bahasa

Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat

berpacu”. Kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari

dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau

penghargaan (Arifin, 2011: 2). Arifin (2011: 1) menyatakan kurikulum

merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus

merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaan pada semua jenis dan dan

jenjang pendidikan.

Saylor dan Aleksander (dalam Arifin, 2011: 4) menyatakan the

curriculum is the sun total of schools, efforts to influence learning, whether in

the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini cukup luas

(60)

diupayakan sekolah untuk mempengaruhi belajar siswa baik di dalam ruangan

kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah. Semua pengalaman yang

disajikan oleh sekolah untuk siswa merupakan bagian dari kurikulum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kurikulum merupakan alat yang digunakan sekolah sekaligus dijadikan

pedoman dalam menyajikan pengalaman bagi siswa dalam jenjang pendidikan

tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam hal ini, kurikulum memuat

komponen-komponen seperti sejumlah mata pelajaran, rencana pelaksanaan

pembelajaran, tujuan, ruangan kelas, halaman sekolah, kegiatan dan

pengalaman belajar siswa serta penilaian atau evaluasi.

Pada tahun 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaan

mengeluarkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggantikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan

kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah

dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.

2. Karakteristik Kurikulum 2013

Berdasarkan undang-undang permendikbud No. 67 th 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Gambar

gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film
Gambar 2.1 Kotak bagian luar
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen wawancara analisis kebutuhan
Tabel 3.2 Jadwal penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini lah yang selalu ditekankan oleh informan kepada penulis ketika pelaksanaan wawancara berlangsung sehingga Etnik keturunan Cina memaknai kebudayaan mereka sebagai WNI

Kesimpulan penelitian sebagai berikut: (1) tingkat persepsi peserta didik tentang media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar di SLTA Kota Malang berada

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendriyanto (2008:53) menyatakan bahwa penerapan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa dengan persentase 77,27%

Citra merek berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek pada MY Salon di Kota Gresik, sehingga MY Salon Gresik harus merubah desain brosurnya karena brosur MY

untuk mengupayakan adanya dialog antara pemerintahan China dengan Dalai lama dan wakil-wakilnya yang menyangkut perbaikan hubungan antara kedua

Sequence diagram ini menjelaskan apabila pegawai telah selesai melakukan input data kebutuhan produksi, maka admin melihat data bahan produksi tersebut. Klik

1. Pengguna, data yang berisi username , password , dan jabatan untuk mengakses aplikasi. Data Supplier , data yang berisi informasi supplier seperti nama supplier ,

Pada PT Kayu Lima Sentosa dalam meningkatkan sumber daya manusiannya agar mengetahui kepuasan kerja, motivasi kerja dan komitmen organisasi terhadap kierja