PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh MATILDA KURNIATI
NIM. 131134270
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh MATILDA KURNIATI
NIM. 131134270
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Puji dan syukur saya haturkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan
rahmat-Nya yang tiada terkira sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Stanislaus Nonggor dan Ibu Elisabhet Permaisuri Onifa
yang telah berjuang sehingga saya bisa berada disini, yang selalu memberikan semangat
dan motivasi, yang selalu mendukung cita-cita, dan yang selalu mengajarkanku
kesabaran, keiklasan, dan ketulusan dalam melaksanakan segala sesuatu, dan yang selalu
menyertakan nama saya dalam lantunan doa-doa
Saudara dan saudariku
Laurensius B. Nonggor, Petrus J. Ogur, Marselinus Derosari, dan Yosefina S. Orin yang
selalu memberikan dukungan, motivasi, dan inspirasi.
Sahabat-sahabat tersayang
Upik, Irin, Ocik, Olla, Noik, Dini, Ka Meik, Ka Vera dan Lili yang selalu memberikan
dukungan dalam meraih impian bersama.
Yang tercinta Sergius Virgon
yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat serta selalu mendoakanku.
v
MOTTO
“TIDAK ADA BUAH YANG MANIS YANG TUMBUH DI ATAS
TANAH YANG TIDAK SUBUR”
“Jangan Pernah takut untuk jatuh karena dengan
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIA H UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Matilda Kurniati
Nomor Induk Mahasiswa : 131134270
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi
Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 7 Februari 2017
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL KOTAK DAKON KPK MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN
TERKECIL UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Matilda Kurniati
Universitas Sanata Dharma 2017
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah masih jarang digunakan. Keterbatasan waktu dan kesulitan mencari media yang cocok adalah satu kendala yang ditemukan di sekolah-sekolah. Selain itu, siswa juga masih belum sepenuhnya memahami materi dan mengerjakan soal cerita terkait KPK. Dari alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan dan mengetahui kualitas dari produk media kotak dakon KPK.
Tahap penelitian ini mengacu pada tahap pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono (2015: 409) dengan tahapan sebagai berikut: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, dan (5) revisi desain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk menganalisis kebutuhan sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media oleh validator. Untuk mengetahui kualitas penggunaan media, dilakukan validasi oleh dua orang ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi, dua ahli media pembelajaran memberikan skor rata-rata 3,42 (sangat baik) dan 3,27 (baik). Hasil validasi oleh dua orang guru kelas IV sekolah dasar adalah 3,03 (baik) dan 3,21 (baik). Dari hasil validasi oleh ahli media pembelajaran konvensional dan dua orang guru kelas IV sekolah dasar maka diperoleh rata-rata 3,25 dengan kategori “baik”. Dengan perolehan rata-rata tersebut, maka media pembelajaran kotak dakon KPK layak diujicoba dalam pembelajaran.
ix
ABSTRACT
DEVELOPING OF KPK DAKON BOX AS THE CONVENTIONAL LEARNING MEDIA IN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) MATERIAL FOR
GRADE IV STUDENTS
Matilda Kurniati Sanata Dharma University
2017
The utilizing of learning media in the learning process is seldom to used. Teacher have a limited time and feel difficult to find the exacted learning media. Also, the students don’t comprehend the learning materials and feel difficult to worked the story matter of KPK. So that, I extracted to developing of kpk dakon box as the conventional learning media in kelipatan persekutuan terkecil (kpk) material for grade IV students. The aim of this research are to research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product.
The aim of this research is to elaborate Kpk Dacon Box of kelipatan persekutuan kecil (kpk) material under the sub theme “ the utilization of energy” for grade iv student of elementary school. Beside that, another aim of this research are to describe the procedure of developing and to find out the quality of KPK Dakon Box product. The procedure that used in this research include five steps from modification result by Borg and Gall and Sugiyono(2015:409) they are (1)the potential and problem analysis,(2)the data collection (3 ) product design (4) the design of validation (5) the revision the product design. The instruments that used in this research are interview and questionnaire. Interview is used to analyze the However the questionnaire is used to validate the quality of KPK Dakon Box by the researcher and to find out the quality of using media by two experts of conventional learning media and two teachers of elementary school.
Based on the validation result from two experts in conventional learning media of KPK Dakon Box produce the score 4,32(very good) and 3,27 (good). The validation result from two teachers of grade IV elementary school produce the score 3,03(good) and 3,21( good). From the validation result of the experts in conventional learning media and two teachers of grade IV of elementary school The conventional learning media of KPK Dagon Box acquire the average score 3,25 with the category “ good”. based on this result , the conventional learning media of KPK Dagon Box that has developed is ready or suitable to be used as the media in the process of learning .
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat serta tuntunanNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tulisan akhir yang
berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK
Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” tepat
pada waktunya.
Dalam menyelesaikan tulisan ini, peneliti diberi kelancaran berkat bimbingan,
bantuan, dan doa-doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sebagai ungkapan syukur peneliti, pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
3. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan menuntun dengan kesabaran, kesetiaan, dan kebijaksanaan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Koordinator Pelaksana PPGT Universitas Sanata
Dharma yang selalu mendampingi dan selalu memberi motivasi serta inspirasi
kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator Pakar Kurikulum SD 2013 yang
telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
6. Para dosen dan staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
7. Sarjono, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Kalasan 1 Sleman Yogyakarta yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.
8. Sri Rejeki, A.Ma. selaku guru kelas IV SD Negeri Kalasan 1 yang telah bersedia
xi
9. Calcilea Deny K., S.Pd., selaku guru kelas IV SDKE Mangunan yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
10. Munirotun Uinsiyah, S.Pd., selaku guru kelas IV SDN Kalasan Baru yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk
penelitian.
11. Katarina Supatminingsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDKE Mangunan yang
telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk
melakukan validasi media pembelajaran.
12. Srini Supriyanti, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SDN Kalasan Baru yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan memberikan izin untuk
melakukan validasi media pembelajaran.
13. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendukung peneliti melalui doa-doa serta
motivasi yang dengan tulus diberikan kepada peneliti.
14. Kakak-kakak dan adikku tersayang yang selalu memberikanku semangat dan
motivasi.
15. Teman spesialku yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi.
16. Teman-teman terhebat 33 mahasiswa PPGT angkatan 2013 yang selalu
memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
17. Segenap pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
Peneliti menyadari tulisan ini belum sepenuhnya sempurna, karena itu peneliti
membutuhkan kritikan dan sarat yang bersifat edukatif. Akhirnya, peneliti
mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 7 Februari 2017
Peneliti
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... vii
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 11
1. Media Pembelajaran Konvensional ... 11
a. Media ... 11
xiii
2) Macam-macam Media ... 13
3) Pemilihan Media ... 19
4) Fungsi Media Pembelajaran ... 25
5) Manfaat Media Pembelajaran ... 33
6) Karakteristik Media Pembelajaran ... 34
B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 35
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 64
D. Teknik Pengumpulan Data ... 66
xiv
F. Instrumen Penelitian ... 68
G. Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76
1. Analisis Kebutuhan ... 76
a. Hasil Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 76
2. Deskripsi Produk Awal ... 80
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 82
b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 82
3. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional dan Revisi Produk ... 84
4. Data Hasil Validasi Guru SD ... 87
B. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 89
1. Kajian Produk Akhir ... 89
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 89
b. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK ... 90
2. Pembahasan ... 91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98
B. Keterbatasan Pengembangan ... 99
C. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
LAMPIRAN ... 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan ... 61
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 65
Tabel 3.3 Daftar Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi ... 69
Tabel 3.5 Tabel Konversi Nilai Skala Lima ... 72
Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima ... 74
Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli Media Konvensional ... 84
Tabel 4.2 Saran Pakar Media Pembelajaran Konvensional ... 86
Tabel 4.3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD ... 88
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literatur Map Hail Penelitian Relevan ... 51
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir ... 53
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode R & D ... 56
Bagan 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Media
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48
Gambar 2.1 Media Kotak Dakon KPK Bagian Luar ... 48
Gambar 4.1 Kotak Dakon KPK Sebelum Diberi Pilox Bening ... 81
Gambar 4.2 Buku Petunjuk Penggunaan Media Sebelum Dilaminating ... 81
Gambar 4.3 Media Kotak Dakon KPK Belum Dilengkapi dengan Kartu Evaluasi ... 81
Gambar 4.4 Tampak Bagian Luar Media Kotak Dakon KPK ... 83
Gambar 4.5 Tampak Bagian Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 83
Gambar 4.6 Kotak Dakon KPK Setelah Diberi Pilox Bening ... 90
Gambar 4.7 Buku Petunjuk Penggunaan Media Setelah Direvisi ... 91
Gambar 4.8 Kartu Soal Evaluasi ... 91
Gambar 4.9 Tampak Luar Media Kotak Dakon KPK ... 95
Gambar 4.10 Tampak Dalam Media Kotak Dakon KPK ... 95
Gambar 4.11 Manik – manik Media Kotak Dakon KPK ... 96
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 104
Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 106
Lampiran 3. Surat Izin Validasi ... 107
Lampiran 4. Rangkuman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 109
Lampiran 5. Data Mentah Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvensional Kotak Dakon KPK ... 111
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mendidik siswa. Melalui
pendidikan seseorang dapat belajar sesuatu yang membantu dirinya dalam menjadi
orang yang berkualitas dan berkarakter. Dalam proses pendidikan terdapat kegiatan
yang membelajarkan siswa. Peraturan pemerintah RI No. 19/2005, Pasal 19
mengatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”.
Dengan adanya peraturan ini diharapkan bahwa proses pendidikan di sekolah bukan
lagi sebagai proses pengajaran yang mana guru menjadi pusat informasi melainkan
adanya proses pembelajaran dimana siswa yang dominan aktif dalam menggali
makna serta menyerap pengetahuan.
Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi
yang semakin progresif menuntut penyelenggara dan pelaksana pendidikan lebih
inovatif dalam pemanfaatan revolusi pengetahuan dan teknologi tersebut khususnya
dalam dunia pendidikan. Tentu dengan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi
ini sangat mendukung peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1 Desember 2008
tentang guru , serta membantu pelaksanaan pendidikan yaitu guru dalam melancarkan
yang professional seperti termuat peraturan pemerintah RI 74/2008 tanggal 1
Desember 2008 tentang guru, pasal 2 dijelaskan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan mewujudkan pendidikan nasional. Salah satu hal yang
dimiliki oleh guru adalah memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimiliki oleh guru
yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik yang dimaksud adalah
kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran siswa. Kompetensi kepribadian
yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam membawa diri dimana guru harus
menjadi contoh bagi siswa di sekolah. Kemampuan professional yang dimaksud
adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan
mendalam sedangkan kemampuan sosial yang dimaksud adalah kemampuan seorang
guru dalam berhubungan sosial dengan siswanya khususnya dalam berinteraksi
dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Berlakunya kurikum 2013 tentu menuntut guru untuk mengimbangi keempat
kompetensi ini, apalagi penerapan dan pelaksanaan kurikulum ini memiliki perbedaan
dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Pemberlakuan kurikulum ini tentu memiliki
landasan tertentu yang tidak lain adalah untuk memperbaiki pendidikan menjadi lebih
baik lagi. Berlakunya kurikulum 2013 dalam pendidikan di Indonesia juga menuntut
guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola pembelajaran apalagi
pemberlakuan kurikulum ini menekankan pada aktivitas siswa yang konkret selama
pembelajaran. Media pembelajaran menjadi objek yang dapat digunakan dalam
menyampaikan pesan dan membuat siswa aktif. Karena itu, media sangat penting
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada Sabtu, 26 September
2015 dengan guru kelas IV di SDN Kalasan I, penggunaan media pembelajaran untuk
materi KPK di kelas IV masih jarang digunakan. Beliau mengatakan minimnya
penggunaan media pembelajaran diakibatkan karena guru masih sulit menemukan
media yang cocok untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa serta memiliki
keterbatasan waktu untuk membuat media pembelajaran yang konvensional. Beliau
pernah menggunakan media modifikasi ular tangga untuk materi kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) tetapi belum sepenuhnya dapat membantu siswa. Beliau
juga mengatakan bahwa siswa juga kesulitan dalam memahami soal cerita terkait
dengan materi KPK. Beliau mengatakan bahwa mereka belum bisa berpikir secara
holistik apalagi mereka berangkat dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sehingga ketika masuk ke Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif dan
kreatif. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media untuk materi KPK masih jarang digunakan oleh guru dalam
membantu siswa memahami konsep KPK.
Mengacu pada wawancara tersebut, peneliti mencoba mengembangkan media
Kotak Dakon KPK pada materi tentang Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dalam
dalam pengembangan media ini, peneliti menggunakan buku kelas IV sekolah dasar
revisi tahun 2014. Alasan peneliti menggunakan buku kurikulum 2013 revisi tahun
2014 adalah karena dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan data
analisis kebutuhan yang sudah dilakukan pada 26 September 2015.
Peneliti berharap dengan adanya media kotak dakon KPK ini dapat memotivasi
guru dalam merancang maupun menggunakan media pembelajaran di dalam kelas.
Selain itu, dapat memberikan pengajaran yang kontekstual sehingga pembelajaran
yang terjadi di kelas bermakna bagi siswa.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK
mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu
kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai
1. Untuk mendeskripsikan prosedur pengembangan produk media pembelajaran
Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan
Energi untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui kualitas produk media pembelajaran Kotak Dakon KPK
mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
a. Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta memperoleh
pengalaman dalam melakukan penelitian Research and Development (R&D)
dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon KPK Materi
Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan Energi untuk
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
b. Peneliti dapat mengembangkan keterampilan serta meningkatkan kreativitas
secara khusus dalam mengembangkan media pembelajaran Kotak Dakon
KPK Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil pada Subtema Pemanfaatan
2. Bagi guru
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk
mengembangkan berbagai media pembelajaran.
b. Penelitian ini dapat memotivasi guru supaya menggunakan media
pembelajaran sebagai media untuk menarik perhatian siswa atau membantu
siswa memahami berbagai konsep yang dipelajari dalam proses
pembelajaran di kelas.
3. Bagi siswa
Siswa akan mengalami proses pembelajaran yang bermakna serta memperoleh
prestasi belajar yang memuaskan pada materi KPK dengan mengembangkan
media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum 2013 untuk Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar.
4. Bagi sekolah
a. Dapat menambah pengetahuan dan referensi terkait media pembelajaran
kurikulum 2013 serta perolehan tambahan bahan bacaan terkait dengan
penelitian Research and Development (R&D) khususnya pada
pengembangan media Kotak Dakon KPK Materi Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
b. Sekolah diharapkan terinspirasi untuk mengembangkan kompetensi
profesional guru dengan adanya berbagai pelatihan khususnya dalam
5. Bagi Program Studi PGSD
Prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan perpustakaan terkait
dengan penelitian Research and Development (R&D) khususnya
pengembangan media pembelajaran Kotak Dakon KPK mengacu kurikulum
2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
E. Batasan Istilah
Adapun beberapa batasan istilah pada penelitian pengembangan ini, sebagai
berikut:
1. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru pengganti kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diberlakukan oleh kementrian
pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2013. Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah
dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.
2. Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan oleh guru yang
dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam pengajaran untuk menciptakan
3. Media konvensional
Kata konvensional memiliki arti yaitu berdasarkan kesepakatan umum,
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 14 (2008: 730). Anitah (2010: 5)
menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa media konvensional merupakan media yang dihasilkan oleh
seorang atau sebagian orang berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh si
pembuat media, yang digunakan untuk menciptakan kondisi yang
membelajarkan siswa baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
4. Kotak Dakon KPK
Kotak dakon KPK adalah salah satu media media pembelajaran yang
mengikuti aturan permainan congklak. Dalam hal ini secara spesifik aturan
permainan congklak yaitu (a) terdiri dari 2 pemain yang saling berlawanan, (b)
setiap pemain akan memperoleh biji-biji yang jumlahnya sama rata yaitu 49
manik, (c) biji-biji tersebut diisi pada lubang yang berukuran kecil yang
berjumlah 7 lubang untuk masing-masing pemain, (d) masing-masing lubang
akan diisi oleh 7 buah biji (d) setiap pemain memiliki 1 lubang utama untuk
menampung biji dari lubang yang sudah mati, (e) salah satu pemain dapat
memulai permainan dan berhak memilih lubang mana yang akan diambil
bijinya, lalu memasukkan biji-biji tersebut satu demi satu ke lubang-lubang
di dalamnya terdapan biji maka pemain boleh mengambil biji dan melanjutkan
permainan, sebaliknya jika biji terakhir di masukkan pada lubang lawan yang di
dalamnya tidak terdapat biji maka pemain tidak dapat melanjutkan permainan
serta tidak mendapat apa-apa namun diganti dengan lawan main.
Media kotak dakon KPK tidak sepenuhnya mengikuti aturan permainan
congklak karena ada beberapa aturan permainan yang diubah. Media ini terbuat
dari papan dan tripleks.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran konvensional yaitu
kotak dakon KPK. Kotak dakon KPK dibuat dari papan kayu dan didalamnya
terdapat petakan kotak kecil yang berjumlah 100 kotak dan setiap kotak diberi
angka. Media ini dilengkapi dengan manik-manik yang berfungsi sebagai
dakon. Manik-manik ini diberi warna yang berbeda agar memudahkan siswa
dalam menggunakan media. Kotak-kotak diberi warna yang berbeda.
Berikut adalah ketentuan ukuran dari kotak dakon KPK
a. Kotak bagian luar berukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, tinggi 5 cm
meter dan ketebalan papan 1 cm.
b. Kotak kecil bagian dalam berukuran panjang 5 cm, lebar 5 cm, ketebalan
kotak yang diberi warna berbeda-beda. Warna yang digunakan adalah
warna biru, hijau dan kuning. Selain kotak-kotak kecil, terdapat juga
empat buah kotak yang berukuran panjang 10 cm dan lebar 10 cm. Kotak
ini dilengkapi dengan whiteboard yang berukuran panjang 10 cm dan
lebar 10 cm, penghapus, dan spidol. Kotak ini digunakan untuk
menyimpan manik-manik. Kotak-kotak ini berwarna kuning dan hijau.
c. Manik-manik yang digunakan dalam media kotak dakon KPK terbuat dari
kayu dengan ukuran 1 × 1 cm. Manik-manik ini berjumlah 100 buah
namun warna manik-manik berbeda yaitu 25 manik berwarna merah, 25
berwarna hijau, 25 berwarna orange, dan 25 berwarna putih.
2. Kotak dakon KPK dikhususkan untuk materi Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK) untuk siswa kelas IV sekolah dasar.
3. Kotak dakon KPK dapat digunakan berulang-ulang. Artinya, media ini bukan
merupakan media yang hanya sekali pakai melainkan dapat digunakan secara
berulang-ulang.
4. Kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media ini dapat
digunakan dalam kurun waktu yang lama.
5. Kotak dakon KPK mudah dibawa kemana-mana. Artinya, media ini tidak
memiliki batasan ruang dan waktu jika hendak digunakan.
6. Kotak dakon KPK didesain semenarik mungkin untuk menarik perhatian siswa
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Media Pembelajaran Konvensional a. Media Pembelajaran
1) Pengertian media pembelajaran
Sadiman (2014: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah
berarti perantara atau pengantar. Djamarah (2006: 121) menyatakan bahwa
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pengajaran. Sukiman (2012: 29) menyatakan bahwa
media adalah perantara yang menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
(Arsyad 2010: 3).
Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan,
alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan
media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan,
dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang
lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet,
film, microfilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran
karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar.
Sanjaya (2014: 57) menyatakan bahwa media adalah perantara dari sumber
informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan
lain sebagainya. Sanaky (2013: 3) media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi
tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.
Munadi (2010: 7) menyatakan bahwa media pembelajaran dipahami
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan
dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien
dan efektif. Kustandi dan Sutjipto (2011: 8) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
maupun lingkungan di sekitar siswa yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Kriteria sebuah media yang digunakan adalah menarik dan
berisi pesan. Menarik artinya media tersebut dapat merangsang minat belajar
siswa sedangkan berisi pesan artinya media tersebut dapat memberi pesan
kepada siswa yang berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi yang
dipelajari.
2) Macam-macam Media
Djamarah dan Zain (2006: 124) mengklasifikasikan media dari
jenisnya, daya liputannya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
a. Jenis media
Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
1. Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan
hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan
dalam pendengaran
2. Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar
atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
3. Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media
ini dibagi lagi ke dalam:
a) Audiovisual diam
Audiovisual diam yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film
rangkai suara, dan cetak suara.
b) Audiovisual gerak
Audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan
video-cassette.
b. Daya liputan media
Media dilihat dari liputannya dapat dibagi dalam:
1) Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta
dapat menjangkau jumlah anak didik yang sama dalam waktu yang
sama.
Dalam penggunaannya media ini membutuhkan ruang dan tempat
yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus
menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
3) Media untuk pengajaran individual
Dalam penggunaannya media ini hanya untuk seorang diri. Jenis
media yang termasuk media ini adalah modul berprogram dan
pengajaran melalui komputer.
c. Bahan pembuatan media
Media dilihat dari bahan pembuatannya dibagi dalam:
1) Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara
pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.
2) Media kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatanya sulit
diperoleh serta harganya mahal, sulit membuatnya, dan
penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
Sanaky (2013: 44) menyatakan bahwa apabila dilihat dari sudut pandang
yang luas, media pembelajaran tidak hanya terbatas pada alat-alat audio,
visual, audio-visual saja, melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan
kondisi pribadi pembelajaran. Maka, media pembelajaran dapat
a) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan
menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan
cetakan dan bacaan.
b) Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,
yaitu:
1. Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan
LCD,
2. Media non-proyeksi, seperti: papan tulis, poster, papan tempel,
kartun, papan planel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dan
lain-lain,
3. Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka,
topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum
sekolah.
c) Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif,
film rekaman, radio, televi, video, VCD, laboratorium elektronik,
perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi,
computer dan internet.
d) Kumpulan benda-benda (material collection), yaitu berupa
peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai
sejarah jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan,
e) Contoh-contoh kelakuan, perilaku mengajar. Pengajar memberi contoh
perilaku atau suatu perbuatan.
Anitah (2010: 2) menyatakan bahwa media pembelajaran
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Media visual
Media visual dibedakan menjadi:
1) Media visual yang tidak diproyeksi
Media visual yang diproyeksi merupakan media yang sederhana,
tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksi
perangkat lunak. Media yang termasuk dalam media ini adalah:
a) Gambar mati atau gambar diam (still picture)
b) Ilustrasi
c) Karikatur
d) Poster
e) Bagan
f) Diagram
g) Grafik
h) Peta datar
i) Realita dan model
j) Berbagai jenis papan
Media visual yang diproyeksi merupakan media yang dapat
diproyeksi pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Jenis
media visual ini adalah:
a) Overhead projector (OHP)
b) Slide projector (projector film bingkai)
c) Filmstrip projector
d) Opaque projector
b. Media audio
Media audio merupakan media yang dalam menyampaikan
informasi disampaikan melalui rekaman suara manusia atau
suara-suara lain. Jenis media audio, seperti: open-reel, tape recorder,
cassete tape recorder, piringan hitam, radio, dan MP3.
c. Media audio-visual
Media audio-visual merupakan media gabungan antara media
visual dan media audio-visual dimana seseorang tidak hanya
melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat
mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Yang termasuk jenis dari
media ini adalah slide suara dan televi.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai macam-macam media
pembelajaran peneliti dapat menyimpulkan bahwa, media
audio, dan media audiovisual. Media juga memiliki berbagai macam
diantaranya dapat dilihat dari jenis media, daya liput media, dan bahan
pembuatan media. Macam-macam media dilihat dari jenisnya yaitu
media auditif, media visual dan media audiovisual. Dilihat dari daya
liputannya media dibagi kedalam media dengan liputan luas dan
serentak, media dengan daya terbatas waktu dan ruang, dan media
pengajaran individual. Sedangkan, media dilihat dari bahan
pembuatannya dibagi menjadi media sederhana dan media kompleks.
3) Pemilihan media
Anitah (2010: 78) menyatakan bahwa dalam pemilihan media perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Variabel tugas
Dalam pemilihan media, guru harus menentukan jenis kemampuan yang
diharapkan dari pebelajar sebagai hasil pembelajaran.
b. Variabel pembelajar
Karakteristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media,
walaupun belum ada kesepakatan karakteristik mana yang penting.
c. Lingkungan belajar
Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk
di dalamnya adalah: besarnya biaya sekolah, ukuran ruang kelas,
perlengkapan lainnya, kemampuan guru dan kesediaan untuk usaha-usaha
mendesain pembelajaran, ketersediaan bahan-bahan buku ajar untuk
pembelajaran individual.
d. Lingkungan pengembangan
Perencanaan penyajian yang baik bila pengembangan sumber-sumber tidak
mendukung tugas tersebut.
e. Ekonomi dan budaya
Pemilihan media perlu mempertimbangkan apakah media itu dapat
diterima oleh si pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan
yang tersedia.
f. Faktor-faktor praktis
Hal-hal yang termasuk dalam faktor praktis adalah:
a. Besarnya kelompok yang dapat ditampung dalam suatu ruangan.
b. Jarak antara penglihatan dan pendengaran untuk penggunaan media.
c. Seberapa jauh media dapat mempengaruhi respon pebelajar atau kegiatan
lain untuk kelengkapan umpan balik.
d. Adakah penyajian itu sesuai dengan respon pebelajar.
e. Apakah stimulus pembelajaran menuntut gerak, warna, gambar, kata-kata
lisan, atau tertulis.
f. Apakah media yang dipakai mempunyai urutan yang pasti.
g. Media manakah yang lebih lengkap untuk maksud peristiwa-peristiwa
h. Media yang dipandang kemungkinan lebih efektif bagi pebelajar perlu
ditentukan apakah perangkat lunak dapat disimpan dan bernilai.
i. Apakah guru memerlukan training tambahan.
Sanaky (2013: 37) menyatakan bahwa setiap pengajar tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan tentang kemediaan saja, tetapi harus memiliki
keterampilan untuk memilih dan menggunakan media dengan baik dalam
suatu proses pembelajaran dan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria pemilihan media tersebut antara lain, sebagai berikut:
a. Tujuan pengajaran.
Media pembelajaran yang dibuat hendaknya menunjang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Materi pengajaran.
Media pengajaran dapat menjelaskan materi pengajaran secara holistik.
c. Metode mengajar.
Media hendaknya dapat mendukung metode pembelajaran yang
digunakan artinya, media yang digunakan disesuaikan dengan metode
mengajar yang digunakan.
d. Tersedianya alat yang dibutuhkan.
Alat yang digunakan dalam membuat media pembelajaran dapat dengan
mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Media yang digunakan harus dapat mendukung jalannya pelajaran
sehingga dapat menciptakan situasi yang dapat menyenangkan serta
membelajarkan siswa.
f. Penilaian hasil belajar.
Media pembelajaran memuat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami materi setelah menggunakan media pembelajaran.
g. Pribadi mengajar.
Media yang dibuat harus dikuasai oleh guru sehingga tidak mengalami
kendala ketika menggunakan media tersebut.
h. Minat dan kemampuan pembelajar.
Media yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa serta dibuat semenarik mungkin agar dapat memicu minat siswa
untuk belajar.
i. Situasi pengajaran yang sedang berlangsung.
Media yang dibuat atau digunakan dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan yang dapat membuat siswa aktif untuk mengikuti
pembelajaran.
Selain kriteria di atas, hal yang diperhatikan saat memilih media dan
menggunakan media yaitu:
a. Daya jangkauan, terhadap pengajaran individual, pengajaran kelompok,
b. Keluwesan pakai, yaitu kapan media tersebut akan digunakan, dimana
akan digunakan dan audiennya siapa.
c. Ketergantungan, artinya media yang digunakan juga tergantung pada
sarana dan fasilitas yang lain.
d. Kendali, artinya siapa yang akan mengendalikan media tersebut.
e. Atribut, kualitas hasil media yang digunakan dalam belajar.
f. Biaya, media yang digunakan mahal atau murah dan juga daya tahannya,
sehingga dapat dipertimbangkan biaya produksi atau pembelian.
Arsyad (2010: 75) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media
bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem
instruksional secara keseluruhan. Kriteria-kriteria pemilihan media yang harus
diperhatikan yakni:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara
efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas
c. Praktis, luwes, dan bertahan.
Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang
ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang
dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan
peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan
dibawa kemana-mana.
d. Guru terampil menggunakannya.
Terampil menggunakan media termasuk kriteria utama. Apa pun media
itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya.
e. Pengelompokan sasaran.
Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya
jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang
tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan
perorangan.
f. Mutu teknis.
Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus memenuhi
persyaratan teknis tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kriteria pemilihan media,
maka dapat disimpulkan bahwa kriteria-kriteria pemilihan yang baik adalah
materi pembelajaran, (3) daya jangkauan media, (4) keluwesan, praktis dan
tahan lama, (5) mudah digunakan baik guru maupun siswa, (6) sasaran
penggunaan media baik dalam kelompok kecil, kelompok besar atau individu,
(7) alat yang digunakan mudah didapat.
4) Fungsi media pembelajaran
Sanaky (2013: 7) menyatakan media pembelajaran berfungsi untuk
merangsang pembelajaran dengan:
a) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka,
b) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,
c) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret,
d) Memberi kesamaan persepsi,
e) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,
f) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan
g) Memberikan suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai,
dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Munandi (2010: 37) menyatakan fungsi media pembelajaran terdiri
dari (1) fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar (2) fungsi
semantik, (3) fungsi manipulatif, (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi
sosio-kultural.
a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi
media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utamanya di
samping ada fungsi-fungsi lain. Media pembelajaran adalah
“bahasanya guru”. Maka, untuk beberapa hal media pembelajaran
dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.
b. Fungsi semantik
Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya
benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi
lambang (symbol) dan isi (conten) yakni pikiran dan atau perasaan
yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messages), yang tidak
dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah “kata”. Kata atau
kata-kata itu adalah simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya.
Hubungan antara kata, makna dan perunjukan menjadi amat jelas,
yakni “makna” tidak melekat pada “kata”; “kata” hanya bermakna bila
telah dirujukkan kepada sejumlah referen. Manusialah yang
memberikan makna pada kata atau dalam konteks pendidikan dan
pembelajaran, gurulah yang memberi makna pada setiap kata yang
disampaikannya.
Media pembelajaran memiliki dua kemampuan, yakni
mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan
inderawi.
Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
batas-batas ruang dan waktu yaitu:
1) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit
dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam,
ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.
2) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita
waktu panjang menjadi singkat seperti proses metaformosis dan
proses perkembangbiakan hewan.
3) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa
yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran Sejarah), seperti
peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya dan masuknya pengaruh Hindu
Budha di Indonesia.
Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi
keterbatasan inderawi manusia yaitu:
1) Membantu siswa memahami objek yang sulit diamati karena terlalu
kecil, seperti molekul atau sel. Untuk memudahkan siswa dalam
memperlihatkan objek tersebut, maka dapat memanfaatkan gambar,
2) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu
lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorfosis. Untuk
membantu pemahaman siswa maka dapat menggunakan gambar
sebagai media.
3) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan
kejelasan suara seperti belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan
bermusik dapat memanfaatkan kaset sebagai media.
4) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks,
misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta dan grafik.
d. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis media pembelajaran dibagi lagi dalam
beberapa fungsi yakni:
1) Fungsi atensi
Fungsi atensi media pembelajaran yakni media pembelajaran
dapat meningkatkan perhatian (attension) siswa terhadap materi
ajar. Maka, media yang menarik serta tepat guna adalah media yang
mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.
2) Fungsi afektif
Fungsi afektif yakni bahwa media pembelajaran yang
digunakan dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat
penerimaan atau penolakan siswa. Dengan adanya media
beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada
pelajaran yang diikutinya. Hal lain dari penerimaan itu adalah
munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam
keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini merupakan
reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya.
3) Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media pembelajaraan yakni melalui media
pembelajaran siswa dapat memperoleh atau menggunakan
bentuk-bentuk representasi dari objek-objek baik berupa benda, barang,
atau orang. Melalui objek-objek tersebut siswa dapat bercerita atau
memberikan tanggapannya terhadap objek-objek tersebut. Semakin
banyak pikiran dan gagasan yang dimilikinya, maka semakin kaya
dan luas pula aspek kognitifnya. Aspek kognitif yang dimaksud
meliputi persepsi, mengingat, dan berpikir.
4) Fungsi imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup
penimbulan atau kreasi-kreasi objek-objek baru sebagai rencana
bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi
(khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran
autistik.
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini adalah guru
untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi
motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu
pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa
bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan
memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media
pembelajaran yang tepat guna.
e. Fungsi sosio-kultural
Fungsi kultural, yakni mengatasi hambatan
sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajar. Setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda-beda apalagi dihubungkan dengan adat,
keyakinan, lingkungan dan pengalaman. Masalah ini dapat diatasi
dengan menggunakan media pembelajaran, karena media
pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan
yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan
persepsi yang sama.
Sadiman (2014: 17) menyatakan secara umum media
a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai film, atau model.
2) Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film
bingkai, film, atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu
dengan timelapse atau high-speed photography.
4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal.
5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat
disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,
dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film
bingkai, gambar, dan lain-lain.
c) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media
pendidikan berguna untuk:
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuannya dan minatnya.
d) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka
guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus
diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat
diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya
dalam:
1) Memberikan perangsang yang sama.
2) Mempersamakan pengalaman.
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait media
pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa fungsi media
pembelajaran yaitu membantu siswa dalam memahami berbagai
konsep-konsep tertentu dengan menampilkan benda yang konkret,
dapat mengatasi masalah keterbatasan ruang, waktu dan gerak, serta
5) Manfaat media pembelajaran
Sanaky (2013: 5) menyatakan beberapa manfaat media antara lain:
a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pebelajar menguasai tujuan
pengajaran dengan baik.
c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak
bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain
yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan
lain-lain.
Sukiman (2012: 44) menyatakan ada beberapa manfaat media
pembelajaran yaitu:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan informasi.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
manfaat media pembelajaran adalah a) dapat memperjelas penyajian pesan
dan informasi, b) dapat mengatasi keterbatasan ruang, indera, dan waktu, c)
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa.
6) Karakteristik media pembelajaran
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2007: 12) mengemukakan tiga
karakteristik media pembelajaran, antara lain:
a. Ciri fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Media yang
termasuk dalam ciri fiksatif adalah fotografi, video tape, audio tape,
disket computer, dan film.
b. Ciri manipulative (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat
dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distribusi dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu. Distribusi media ini tidak terbatas
pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu
wilayah tertentu, tetapi media itu misalnya video, audio, disket komputer
dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
B. Media Pembelajaran Kotak Dakon KPK 1. Pengertian Kotak Dakon KPK
Media pembelajaran konvensional kotak dakon KPK adalah salah satu
media pembelajaran yang mengikuti aturan permainan congklak. Dakon
memiliki arti yaitu tempat atau wadah yang digunakan dalam permainan.
Secara spesifik aturan dari permainan congklak yaitu (a) terdiri dari dua orang
pemain, (b) setiap pemain memiliki masing-masing 49 biji-bijian, (c) congklak
yang digunakan berjumlah 16 lubang dimana di dalamnya terdapat 14 lubang
kecil dan 2 lubang besar, (d) setiap pemain harus mengisi masing-masing 7 biji
arah jarum jam, (f) permainan akan selesai jika tidak ada lagi biji yang akan di
ambil, dan (g) pemain yang memiliki biji paling banyak dinyatakan sebagai
pemenang permainan. Permainan memiliki cara bermain yaitu: (a) pemain
pertama berhak memilih lubang mana yang dipilih untuk diambil bijinya, (b)
biji-biji tersebut akan dimasukkan satu demi satu kedalam lubang lainnya
sampai habis, (b) bila biji terakhir dimasukkan pada lubang kecil yang berisi
biji lainnya maka ia dapat mengambil biji tersebut dan melanjutkan untuk
mengisi namun jika biji terakhir dimasukkan ke lubang besar miliknya maka ia
akan melanjutkan permainan dengan mengambil biji di sisi lubang besar
miliknya lalu melanjutkan mengisi seperti sebelumnya sampai bijinya habis, (c)
jika biji yang terakhir dimasukkan di lubang yang kosong milik lawan maka
pemain akan berhenti dan tidak mendapat apa-apa.
Media dakon KPK juga memiliki aturan dan cara bermain yang mengikuti
aturan permainan congklak namun tidak semua aturan dari permainan congklak
diterapkan dalam media ini. Beberapa peraturan dan cara bermain dari
permainan congklak diatas seperti: (a) jumlah pemain, (b) jumlah lubang yang
akan digunakan, (c) wadah yang digunakan, pergantian pemain, serta cara
bermain yang berlawan dengan arah jarum jam tidak diterapkan dalam
penggunaan media dakon KPK. Hal yang sama dari permainan congklak dan
media dakon KPK terletak dari cara bermain dimana memasukkan biji atau
manik-manik ke dalam lobang. Jumlah biji pada permainan congklak terbatas
media ini terbatas pada 100 manik-manik karena tergantung besarnya angka
yang akan dicari KPKnya. Beberapa peraturan di atas tidak digunakan karena
terletak pada peran media yang digunakan.
2. Bahan Pembuatan Media
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan media kotak dakon KPK
adalah papan kayu dan tripleks sedangkan alat yang digunakan dalam
pembuatan kotak dakon KPK adalah pemukul, gergaji, dan paku. Bahan
tambahan lain yang digunakan sebagai daya tarik dari media ini adalah cat
kayu.
3. Cara Penggunaan Media
Penggunaan dari media kotak dakon KPK mengikuti aturan permainan
congklak hanya saja tidak semua aturan dalam permainan congklak diterapkan.
Secara spesifik penggunaan media kotak dakon KPK dirincikan sebagai
berikut:
a) Bukalah media kotak dakon KPK, bukalah kotak tempat penyimpanan
manik-manik.
b) Setiap siswa yang hendak menggunakannya akan mengambil satu kartu
soal.
c) Siswa akan menandai bilangan yang akan dicari kelipatannya dengan
manik-manik. Untuk menandai masing-masing bilangan, manik-manik
d) Siswa akan mencari kelipatan dari bilangan yang pertama pada kotak kecil
yang berangka dengan memasukkan satu buah manik pada angka yang
merupakan kelipatan dari bilangan yang dicari KPKnya. Begitupun dengan
angka lainnya.
e) Jika siswa menemukan kelipatan yang paling besar dari kelipatan bilangan
maka ia dapat berhenti untuk mencari kelipatan dari bilangan-bilangan
tersebut.
f) Jika semua kelipatan dari bilangan-bilangan tersebut sudah ditemukan,
maka siswa akan mencari kelipatan persekutuannya dengan cara
menemukan kotak yang memiliki lebih dari satu manik yang warnanya
berbeda.
g) Jika siswa sudah menemukan kelipatan persekutuannya maka siswa akan
menentukan kelipatan terkecilnya dengan cara melihat angka terkecil atau
angka yang mendekati bilangan-bilangan kecil dari kelipatan persekutuan.
h) Angka terkecil tersebut menunjukkan kelipatan persekutuan terkecil dari
bilangan-bilangan yang dicari kelipatannya.
4. Kekuatan dan kelemahan Media
Media kotak dakon KPK memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun
kelemahan dari media ini yaitu media kotak dakon KPK hanya dapat digunakan
untuk individu dan kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa,
a) Media kotak dakon KPK dapat digunakan secara berulang-ulang dalam
pembelajaran.
b) Media kotak dakon KPK memiliki daya tahan yang lama. Artinya, media
ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
c) Media kotak dakon KPK dapat dibawah kemana-mana karena tidak
memiliki keterbatasan ruang dan waktu.
C. Kurikulum 2013
1. Pengertian kurikulum 2013
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat
berpacu”. Kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan (Arifin, 2011: 2). Arifin (2011: 1) menyatakan kurikulum
merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaan pada semua jenis dan dan
jenjang pendidikan.
Saylor dan Aleksander (dalam Arifin, 2011: 4) menyatakan the
curriculum is the sun total of schools, efforts to influence learning, whether in
the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini cukup luas
diupayakan sekolah untuk mempengaruhi belajar siswa baik di dalam ruangan
kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah. Semua pengalaman yang
disajikan oleh sekolah untuk siswa merupakan bagian dari kurikulum.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum merupakan alat yang digunakan sekolah sekaligus dijadikan
pedoman dalam menyajikan pengalaman bagi siswa dalam jenjang pendidikan
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam hal ini, kurikulum memuat
komponen-komponen seperti sejumlah mata pelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran, tujuan, ruangan kelas, halaman sekolah, kegiatan dan
pengalaman belajar siswa serta penilaian atau evaluasi.
Pada tahun 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaan
mengeluarkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang menggantikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Munculnya kurikulum 2013 tentu tidak bertolak dari upaya pemerintah
dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia.
2. Karakteristik Kurikulum 2013
Berdasarkan undang-undang permendikbud No. 67 th 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah