• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI KADESO YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT KEMIRI TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI KADESO YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT KEMIRI TEMANGGUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN NILAI­NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI KADESO YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT

KEMIRI TEMANGGUNG

Naufal Raffi Arrazaqa,*, Amanb,*

a,b Program Studi S 2 Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta

Jl. Colombo No. 1, Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

*naufalraffi.2019@student.uny.ac.id

*aman@uny.ac.id Naskah Masuk: 06-02-2020

Revisi akhir: 03-06-2020 Disetujui terbit: 05-06-2020

A STUDY OF CHARACTER EDUCATION VALUES IN KADESO TRADITION PRACTICED BY PEOPLE OF KEMIRI TEMANGGUNG

Abstract

The young generation of Indonesia is now experiencing a moral crisis. Such a crisis can be controlled by optimizing the character education as this kind of is an effort to build the nation character.

Learning resources for character education are cultures and traditions including Kadeso, a tradition practiced by people of Kemiri Temanggung. The purpose of this research is to study the values of character education in Kadeso tradition. Data in the form of information and facts about Kadeso were collected by in-depth interviewing, observating, document collecting, and library studying. The results of this research show that the values of character education in Kadeso tradition represent the characters of religious, tolerant, discipline, hard work, friendly, and socially as well as environmentally caring.

The values can be referents for educators in developing the character education materials for young generation.

Keywords: Character Education, Kadeso, Culture, Values Abstrak

Generasi muda Indonesia saat ini mengalami krisis moralitas. Krisis moral dapat diatasi dengan mengoptimalkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan upaya membentuk kepribadian suatu bangsa. Sumber pembelajaran pendidikan karakter adalah budaya dan tradisi. Satu dari sekian sumber pendidikan karakter berbasis budaya adalah Kadeso. Kadeso merupakan tradisi masyarakat Kemiri Temanggung. Tujuan penelitian ini melakukan kajian nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada tradisi Kadeso. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi Kadeso yaitu religius, toleransi, disiplin, kerja keras, bersahabat, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran pendidikan karakter bagi generasi muda.

Kata kunci:Pendidikan Karakter, Kadeso, Budaya, Nilai-nlai

(2)

I. PENDAHULUAN

Kadeso merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Kemiri. Dusun Kemiri merupakan satu dari sembilan dusun yang berada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Desa Getas memiliki luas wilayah 815 ha.

Wilayah Dusun Kemiri Desa Getas termasuk dataran tinggi dengan ketinggian ±700-1.200 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23-26 ºC. Letak topografi tanahnya perbukitan, dengan luas lahan persawahan dengan irigasi setengah teknis seluas 49 ha dan tadah hujan 30 ha.1

Masyarakat Kemiri memiliki keberagaman dalam hal kehidupan beragama. Agama yang berkembang di Dusun Kemiri adalah Islam, Buddha, dan Kristen. Perkembangan agama tersebut tidak menghilangkan tradisi yang ada pada masyarakat Kemiri. Satu dari sekian tradisi yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman dan keagamaan masyarakat Kemiri adalah Kadeso. Kadeso merupakan tradisi yang diwariskan oleh masyarakat Kemiri dari generasi ke generasi. Jauh sebelum agama-agama tersebut masuk ke Kemiri, masyarakat sudah melaksanakan tradisi Kadeso.2

Perkembangan agama yang ada di Kemiri justru memberikan warna dalam tradisi Kadeso. Berbagai unsur-unsur agama Islam, Buddha, dan Kristen dapat ditemui pada tradisi Kadeso. Unsur-unsur agama terse- but berakulturasi dengan tradisi Kadeso. Masyarakat Kemiri hidup harmoni melalui tradisi Kadeso. Nilai- nilai karakter yang ada pada tradisi Kadeso dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran pendidikan karakter. Sumber pembelajaran tersebut dapat ter- wujud apabila dilakukan kajian mengenai nilai-nilai pendidikan karakter pada tradisi Kadeso. Kajian ni- lai-nilai pendidikan karakter penting untuk dilakukan

untuk membentuk karakter dan moral gene rasi muda.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2015) menunjukkan bahwa telah terjadi kemerosotan moral di kalangan generasi muda.3

Menurut Bahri (2015) peserta didik mengalami krisis moral. Krisis moral terjadi pada generasi muda atau anak sekolah. Generasi muda mengalami krisis moralitas dan intelektualitas dengan level yang mengkhawatirkan. Pendapat tersebut bisa dianggap berlebihan jika dikatakan demikian, tetapi bisa jadi perbuatan tersebut merupakan akibat dari sikap tidak peduli dengan lingkungan, tidak peduli dengan orang lain, hilangnya sopan-santun, jauh dari agama, dan segala sifat ‘tidak baik’ lainnya yang menyerang generasi muda.4

Menurut Muchson A.R dan Samsuri (2015) pen- didikan di Indonesia dalam praktik pembelajarannya lebih didominasi oleh pengembangan kemampuan intelektual dan kurang memberi perhatian pada aspek moral.5 Fokus pengembangan kemampuan intelektual dan kurang memberikan perhatian pada aspek moral sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihandoko, dkk., (2017) pada mata pelajaran PPKn.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahwa kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran PPKn fokus terhadap penyampaian materi pokok sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran PPKn untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan nilai- nilai luhur kehidupan belum dapat dicapai dalam pembelajaran PPKn.6

Krisis karakter yang dialami oleh generasi muda dapat diatasi dengan pembentukan karakter.

Pembentukan karakter tersebut satu di antaranya dapat dilakukan melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter pada prinsipnya merupakan proses penanaman nilai-nilai kebaikan dalam diri individu. Nilai-nilai ini telah teruji dan terwariskan

1 Pemerintah Desa Getas, Daftar Isian Potensi Desa atau Kelurahan Temanggung, (Temanggung: Pemerintah Desa Getas Kecamatan Kaloran, 2015), hlm. 1.

2 Wawancara dengan Suparmin Tokoh Adat Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

3 Diah Ningrum, “Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja:Sebuah Penelitian Mengenai ParentingStyles dan Pengajaran Adab”, dalam Jurnal UNISIA, (Vol.37, No. 82, Januari 2015), hlm. 18.

4 Saiful Bahri, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah”, dalam Jurnal Ta’allum, (Vol. 3, No. 1, Juni 2015), hlm. 59.

5 Muchson A.R dan Samsuri, Dasar-Dasar Pendidikan Moral (Basis Pengembangan Pendidikan Karakter), (Yogyakarta: Ombak, 2015), hlm. 83.

6 Yogi Prihandoko, St. Y. Slamet, & Winarno, “Pendekatan Cognitive Moral sebagai Kerangka PengembanganBahan Ajar PPKn di Sekolah Dasar”, dalam Jurnal Kependidikan, (Vol.1, No.2, November 2017), hlm. 208.

(3)

dari generasi satu ke generasi yang lain menjadi harta kekayaan kemanusiaan. Masyarakat dapat lebih maju dan memartabatkan dirinya dengan nilai- nilai kebaikan.7 Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui kebudayaan.Kebudayaan menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter manusia.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat be- sar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota- nya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuat- an lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak se- lalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiel. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar kemampuan manu- sia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas.8

Penelitian ini bertujuan melakukan kajian terhadap nilai dan makna tradisi Kadeso secara lokal pada masyarakat Kemiri. Tujuan lain dari penelitian ini untuk melakukan kajian nilai-nilai pendidikan karakter yang ada pada tradisi Kadeso. Tradisi Kadeso memiliki nilai yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran bagi generasi muda.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawan- cara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Narasumber dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria memahami dan mengetahui mengenai tradisi Kadeso.

II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DUSUN KEMIRI DESA GETAS

Dusun Kemiri merupakan satu dari sembilan dusun yang berada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Desa Getas memiliki luas

wilayah 815 ha. Secara administrasi Desa Getas terdiri dari sembilan dusun yaitu, Dusun Banyuurip, Porot, Gletuk, Krecek, Pringapus, Getas, Nglarangan, Cendono, Kemiri. Wilayah Desa Getas termasuk dataran tinggi dengan ketinggian ±700-1.200 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 23-26 ºC.

Letak topografi tanahnya perbukitan, dengan luas lahan persawahan dengan irigasi setengah teknis seluas 49 ha, tadah hujan 30 ha. Jumlah penduduk Desa Getas sebanyak 4.093 jiwa dengan pembagian jumlah penduduk 1.997 perempuan dan 2.096 laki- laki dan terbagi dalam 1.250 KK.9

Masyarakat Dusun Kemiri bekerja sebagai petani, pegawai negeri sipil, pedagang, dan pelajar atau mahasiswa. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Sedangkan untuk masyarakat Desa Getas mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam. Penduduk Desa Getas yang belum menempuh pendidikan 1.136 orang, lulusan SD sebanyak 1.465 orang, lulusan SMP sebanyak 475 orang, lulusan SMA sebanyak 199 orang, dan lulusan Perguruan Tinggi 47 orang.10 Berikut komposisi pemeluk agama di Dusun Kemiri Desa Getas.

Tabel 1

Agama Masyarakat Dusun Kemiri Desa Getas

Agama Jumlah Pemeluk

Islam 330

Kristen 96

Katolik 0

Hindu 0

Buddha 446

Sumber: Pemerintah Desa Getas.

III. SEJARAH DAN PELAKSANAAN TRADISI KADESO

Kadeso merupakan singkatan dari “Sedekah Deso”. Masyarakat Dusun Kemiri melaksanakan

7 Djoko Saryono, dkk, PPK Berbasis Budaya Sekolah Melalui Sejarah, (Jakarta: Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), hlm. 25.

8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), hlm. 155.

9 Pemerintah Desa Getas, Loc.cit.

10 Pemerintah Desa Getas, Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan Tahun 2015, (Temanggung: Pemerintah Desa Getas Kecamatan Kaloran, 2015), hlm. 3.

(4)

tradisi Kadeso pada hari Senin Legi bulan Bakdamulud, pada sistem penanggalan Jawa. Tradisi Kadeso sudah berlangsung sejak lama. Tahun lahirnya tradisi Kadeso belum dapat dipastikan. Berdasarkan cerita lisan yang dituturkan, tradisi Kadeso sudah dilaksanakan sejak Dusun Kemiri didirikan oleh para leluhur masyarakat Kemiri. Leluhur masyarakat Kemiri melaksanakan tradisi Kadeso dengan tujuan untuk ungkapan rasa syukur atas karunia dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada waktu itu upaya membuka hutan atau babad alas11

untuk mendirikan Dusun Kemiri diberi kelancaran sehingga dilaksanakan tradisi

Kadeso.12

Tradisi Kadeso tetap dilaksanakan oleh masya- rakat Kemiri hingga saat ini. Berkembangnya berbagai agama atau kepercayaan tidak menjadi ancaman bagi kelestarian tradisi Kadeso. Hal tersebut terjadi karena seluruh pemeluk agama di Dusun Kemiri melaksanakan tradisi Kadeso setiap tahun. Berbagai unsur agama tersebut kemudian berakulturasi dengan tradisi Kadeso. Menurut Aprianto (2019) karakteristik dan identitas masyarakat dapat tercipta dengan kebudayaan.13 Kadeso dapat menjadi identitas bagi

masyarakat Kemiri. Identitas tersebut sebagai aset budaya bagi masyarakat Kemiri khususnya generasi muda. Adapun deskripsi pelaksanaan tradisi Kadeso sebagai berikut:

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Tradisi Kadeso dilaksanakan pada hari Senin Legi bulan Bakdamulud, pada sistem penanggalan masyarakat Jawa. Tradisi Kadeso dilaksanakan di rumah Kepala Dusun Kemiri, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Pemilihan hari

dalam pelaksanaan tradisi masyarakat Jawa memiliki makna, sehingga dipertimbangkan secara matang.

Pemilihan hari tersebut biasanya dilakukan oleh pemimpin atau pemangku adat. Pemilihan hari dalam pelaksanaan tradisi Kadeso telah dipertimbangkan oleh tokoh adat. Hari dan bulan pelaksanaan tersebut tidak pernah berubah selalu Senin Legi bulan Bakdamulud.

B. Tujuan Kegiatan

Tradisi Kadeso bagi masyarakat Kemiri memiliki beberapa tujuan. Berikut adalah tujuan dari tradisi Kadeso.

1. Keselamatan bagi semua warga Kemiri.

2. Bagi yang bertani supaya panen berlim­

pah.

3. Bagi pedagang supaya dagangannya laris.

4. Bagi semua warga Kemiri yang bekerja agar pekerjaannya lancar.14

C. Perlengkapan Ritual

Tradisi Kadeso menggunakan beberapa perlengkapan. Perlengkapan tradisi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu perlengkapan umum dan perlengkapan khusus. Pembagian perlengkapan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Perlengkapan umum tradisi Kadeso terdiri dari tumpeng15, ingkung16, lawuhan17, janganan18, jajan pasar19, dan sesaji ancak20. Perlengkapan khusus tradisi Kadeso disesuaikan dengan agama masing- masing masyarakat Kemiri. Sebagai contoh umat Buddha dalam tradisi Kadeso menyiapkan altar tempat berdoa.21

11 Babad alas memiliki makna membuka hutan untuk pemukiman.Biasanya pembukaan hutan tersebut dipimpin oleh orang yang dianggap memiliki kemampuan spiritual tinggi.

12 Wawancara dengan Marwoto Tokoh Adat Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari2020.

13 Iwan Dwi Aprianto, “Tari Tumbu Tanah sebagai Jati Diri Masyarakat Suku Arfak di Manokwari Papua Barat”, dalam Jurnal Jantra, (Vol. 14, No. 2, Desember 2019), hlm. 172.

14 Wawancara dengan Sorok Suryanto Manggalia Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

15 Nasi yang dibentuk menyerupai gunung, ada dua variasi rasa gurih dan biasa.

16 Ayam yang dimasak dengan utuh, dagingnya tanpa dipotong.Biasanya ingkung menggunakan ayam jago.

17 Lawuhan dapat diartikan berbagai macam lauk-pauk.

18 Janganan dapat diartikan aneka macam olahan sayuran.

19 Jajan pasar dapat diartikan makanan ringan atau snack.

20 Ancak merupakan tempat meletakkan sesaji yang dibuat dari batang bambu.

21 Wawancara dengan Sorok Suryanto Manggalia Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

(5)

D. Rangkaian Prosesi

Sebelum upacara Kadeso dilaksanakan masya- rakat Kemiri membersihkan tempat untuk upacara Kadeso yang berlokasi di halaman rumah Kepala Dusun Kemiri. Selanjutnya masyarakat menyiapkan uborampe22

(tumpeng, ingkung, lawuhan, jangan-

an, jajan pasar, altar, sesaji ancak). Uborampe

yang berupa makanan (tumpeng, ingkung, lawuh-

an, janganan, dan jajan pasar) oleh masyarakat

Kemiri dibuat pagi hari sebelum upacara Kadeso berlangsung.

23

Uborampe yang bukan makanan (altar dan sesaji ancak) dibuat satu hari sebelum upacara Kadeso berlangsung. Seluruh perlengkapan upacara Kadeso yang terdiri dari berbagai macam uborampe kemudian disimpan. Upacara Kadeso dimulai setelah warga Kemiri sudah berada di halaman rumah Kepala Dusun Kemiri. Masyarakat Kemiri datang ke lokasi upacara Kadeso dengan membawa uborampe yang telah mereka bawa dari rumah. Upacara diawali dengan acara ngujudaken24

yang dipimpin oleh Kepala Dusun Kemiri.

25

Adapun lafal dari Ngujudaken adalah sebagai berikut.

“Dumateng sedaya warga Dusun Kemiri ingkang tansah kaparingan kaberkahan, kawilujengan, lan kanikamatan saking Pangeran. Ing wedal punika saged nglasanakaken upacara Kadeso.

Mugi-mugi masyarakat Dusun Kemiri tansah kaparingan kaberkahan, rezeki, rahayu wilu- jeng. Ingkang tani mugi-mugi paringi panen ingkang katah, ingkang sadeyan mugi- mugi sadeyane laris, lan mugi-mugi sedaya masyarakat Dusun Kemiri ingkang makarya tansah lancar makaryane. Ngrakit tumpeng agung ing Kadeso taun punika mugi-mugi napa ingkang dikarepaken masyarakat Dusun Kemiri saged kalaksana kanthi lancar”.26

Terjemahan

“Kepada seluruh warga Dusun Kemiri yang selalu diberikan keberkahan, keselamatan, dan kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pada kesempatan saat ini bisa melaksanakan upacara Kadeso. Semoga masyarakat Dusun Kemiri selalu diberikan keberkahan, rezeki, dan keselamatan. Yang bertani semoga diberi hasil panen yang melimpah, yang berjualan semoga dagangannya laris, dan semoga seluruh masyarakat Dusun Kemiri yang bekerja diberi kelancaran. Dalam mempersiapan keperluan Kadeso tahun ini, semoga apa yang diharapkan masyarakat Dusun Kemiri dapat terlaksana dengan lancar”.

Setelah acara Ngujudaken dilaksanakan dilan- jutkan doa masing-masing agama. Doa dalam agama Buddha dipimpin oleh Manggalia27 Kemiri Bapak Sorok Suryanto. Doa yang dibaca dalam upacara Kadeso adalah Mantra Tangan Seribu. Doa dalam agama Islam dipimpin oleh pemuka agama Islam.

Doa yang dibacakan adalah Surat Al-Fatihah dan doa mensyukuri nikmat Allah SWT. Doa dalam agama Kristen dipimpin oleh pendeta. Doa yang dipanjatkan adalah memohon keselamatan kepada Tuhan Yesus.28

Acara setelah doa bersama adalah makan bersama. Uborampe yang berupa hidangan makanan (tumpeng, ingkung, lawuhan, janganan, dan jajan pasar) dimakan oleh warga Kemiri yang mengikuti upacara Kadeso

. Warga akan saling bertukar makanan yang dibawa. Saat makan bersama warga akan saling bercengkrama dan mengapresiasi makanan yang telah diberikan atau makanan yang ditukar dengan makanan milik tetangga.

Kegiatan dilanjutkan dengan pementasan kesenian Tayuban dari Dusun Kemiri. Kesenian Tayuban ditarikan oleh 8 atau 9 orang penari dan 5

22 Uborampe memiliki makna perlengkapan kegiatan atau ritual.

23 Wawancara dengan Marwoto Tokoh Adat Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

24 Ngujudaken merupakan doa bersama lintas agama saat tradisi Kadeso berlangsung. Ngujudaken dipimpin oleh Kepala Dusun Kemiri yang diikuti oleh seluruh masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda.

25 Wawancara dengan Waliyoto Perangkat Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

26 Wawancara dengan Sorok Suryanto Manggalia Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

27 Manggalia adalah istilah masyarakat Dusun Kemiri untuk menyebut pimpinan adat.Manggalia bertugas untuk memimpin upacara adat di Dusun Kemiri.Saat ini Manggalia Kemiri dijabat oleh Bapak Sorok Suryanto yang sekaligus sebagai pemimpin upacara agama Buddha.

28 Wawancara dengan Sarwanto Perangkat Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

(6)

orang sinden, diiringi dengan musik tradisional Jawa.

Masyarakat Kemiri menyelenggarakan pementasan Tayuban sebagai ungkapan suka cita atas nikmat dari Tuhan Yang Masa Esa. Menurut Rohman (2019) Tayuban memiliki kegunaan sebagai hiburan. Tayuban memang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat pedesaan.29

Setelah pementasan Tayuban dilan- jutkan dengan meletakkan sesaji ancak di pertigaan dan perempatan jalan desa, sungai, dan rumah penduduk.

IV. NILAI DAN MAKNA TRADISI KADESO BAGI MASYARAKAT KEMIRI

Manusia dalam menjalani kehidupan memiliki nilai-nilai. Nilai tersebut tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Manusia akan menjalankan dan mempertahankan nilai. Upaya tersebut merupakan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki karakter dibanding makhluk lain.

Manusia memiliki karakter yang terdiri dari akal, perasaan, nurani, kasih sayang, moral, budi pekerti, dan etika.Karakter tersebut merupakan bentuk dari nilai.30Manusia dapat melakukan penilaian atau pemaknaan pada suatu objek.

Salah satu objek yang dapat dinilai dan dimaknai oleh manusia adalah tradisi. Berbagai tradisi yang ada di Indonesia memiliki nilai dan makna bagi masyarakat yang menjalankan tradisi tersebut.Satu dari sekian tradisi yang memiliki nilai dan makna adalah Kadeso. Kadeso merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Kemiri Temanggung.

Bagi masyarakat Kemiri tradisi Kadeso memiliki nilai dan makna. Nilai dan makna tersebut menjadikan tradisi Kadeso selalu dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat. Adapun nilai dan makna tradisi Kadeso bagi masyarakat Kemiri sebagai berikut.

A. Menghormati Leluhur

Masyarakat Kemiri memiliki tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.Tradisi lisan tersebut menjelaskan mengenai awal berdirinya Dusun Kemiri. Berdasarkan isi dari tradisi lisan tersebut Dusun Kemiri didirikan oleh para leluhur.Leluhur masyarakat Kemiri dalam membuka pemukiman (saat ini Dusun Kemiri) diberi kelancaran dan keselamatan.

Kelancaran dan keselamatan yang diperoleh oleh leluhur masyarakat Kemiri tersebut diwujudkan dalam tradisi Kadeso. Masyarakat Kemiri saat ini memaknai bahwa menjalankan dan melestarikan tradisi Kadeso merupakan upaya penghormatan kepada leluhur yang telah mendirikan Dusun Kemiri.31

B. Ungkapan Rasa Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Masyarakat Kemiri memaknai tradisi Kadeso sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan.

Ungkapan rasa syukur tersebut diwujudkan melalui uborampe yang dibuat pada saat pelaksanaan tradisi Kadeso. Masyarakat yang memiliki hasil panen bagus akan membawa hasil panen tersebut untuk diolah sebagai perlengkapan tradisi Kadeso. Masyarakat Kemiri yang telah bekerja keras selama satu tahun akan mempersiapkan perlengkapan tradisi Kadeso sebaik mungkin. Bagi masyarakat Kemiri hasil kerja keras selama satu tahun akan disyukuri melalui pelaksanaan tradisi Kadeso.32

C. Mempererat Tali Persaudaraan

Kemiri merupakan satu dari sekian dusun yang memiliki komposisi pemeluk agama yang beragam.

Pemeluk agama tersebut terdiri dari Islam, Kristen, dan Buddha. Keberagaman agama yang ada pada masyarakat Kemiri disatukan melalui tradisi Kadeso.

29 Fandy Aprianto Rohman, ”Tayuban dalam Tradisi Saparan di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga”, dalam Jurnal Jantra, (Vol. 14, No. 2, Desember 2019), hlm. 151.

30 Tri Sukitman, “Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter)”, dalamJurnal Pendidikan Sekolah Dasar, (Vol. 2, No. 2, 2016), hlm. 87.

31 Wawancara dengan Marwoto Tokoh Adat Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

32 Wawancara dengan Sorok Suryanto Manggalia Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

(7)

Masyarakat Kemiri yang memiliki agama berbeda mempersiapkan dan melaksanakan tradisi Kadeso.

Bagi masyarakat Kemiri tradisi Kadeso memiliki nilai dan makna untuk mempererat tali persaudaraan antar masyarakat. Masyarakat Kemiri sebelum pelaksanaan tradisi Kadeso akan saling membantu tetangga yang kekurangan dalam mempersiapkan perlengkapan.

Saat pelaksanaan tradisi Kadeso masyarakat saling berkomunikasi dan mempererat tali persaudaraan antar anggota masyarakat.33

V. KAJIAN NILAI­NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TRADISI KADESO Masyarakat Kemiri memiliki nilai dan makna tradisi Kadeso secara lokal. Nilai dan makna tradisi Kadeso bagi masyarakat Kemiri ialah menghormati leluhur, ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mempererat tali persaudaraan.

Pemaknaan tradisi Kadeso secara lokal oleh masyarakat Kemiri berkaitan dengan konsep nilai- nilai pendidikan karakter. Keterkaitan antara nilai dan makna tradisi Kadeso secara lokal dengan konsep nilai pendidikan karakter ialah adanya nilai dan makna yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan perilaku masyarakat.

Tradisi Kadeso yang dilaksanakan oleh masya- rakat Dusun Kemiri, Desa Getas mencermikan nilai karakter Bangsa Indonesia. Nilai-nilai karakter tersebut relevan dengan kebutuhan akan contoh karakter di era globalisasi dan disrupsi. Kajian mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dapat digunakan sebagi sumber pembelajaran bagi generasi muda. Menurut Kumalasari (2018) pendidikan karakter dapat diartikan sebagai membangun manusia seutuhnya. Pembangunan politik, ekonomi, hukum, keamanan serta penguasaan sains dan teknologi harus menyatu dengan pembangunan karakter manusia sebagai pelaku dari politik, ekonomi, hukum, dan pengembangan serta penggunaan sains dan teknologi,

agar berujung pada kesejahteraan, kemaslahatan, dan perdamaian umat manusia.34

Kajian nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini berpedoman pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nilai pendidikan karakter tersebut terdiri dari 18 komponen nilai. Nilai pendidikan karakter tersebut terdiri dari religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.35

A. Religius

Religius mencakup semua aspek kehidupan dengan adanya keyakinan di dalam hati akan adanya Tuhan. Tiap individu memiliki pemahaman dan penafsiran yang berbeda terhadap makna agama. Sikap tersebut menyebabkan perbedaan dalam individu sebagai wujud keyakinan akan keberadaan Tuhan.

Individu membutuhkan pemahaman dan pengertian yang tepat terhadap ajaran-ajaran agama dan peraturan agama. Tindakan tersebut memiliki dampak yaitu individu memiliki akhlak yang baik dan dapat mempertanggungjawabkan dirinya di masa yang akan datang.36

Religius merupakan pemahaman dan kewajiban individu untuk menjalankan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Tradisi Kadeso mencerminkan nilai pendidikan karakter religius. Salah satu kegiatan dalam tradisi Kadeso adalah memanjatkan doa sesuai agama dan kepercayaan masyarakat Dusun Kemiri. Doa dalam agama Buddha ialah Mantra Tangan Seribu.

B. Toleransi

Toleransi dapat terwujud apabila masyarakat memiliki sikap pluralisme. Pluralisme merupakan upaya untuk membangun kesadaran normatif teologis dan kesadaran sosial, di mana kita hidup di tengah masyarakat yang beragam dari segi agama, budaya,

33 Wawancara dengan Suparmin Tokoh Adat Dusun Kemiri Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada 2 Januari 2020.

34 Dyah Kumalasari, Agama dan Budaya sebagai Basis Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Suluh Media, 2018), hlm. 48.

35 Ibid.,hlm. 54.

36 Supriyanto, “Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah”, dalam Jurnal Tawadhu, (Vol. 2, No 1, 2018), hlm. 474.

(8)

etnis, dan keberagaman sosial lainnya. Pluralisme bukanlah konsep teologis semata melainkan konsep sosiologis.37 Masyarakat beragam akan bersatu jika memiliki semangat toleransi. Toleransi tersebut dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Dusun Kemiri merupakan dusun yang masya- rakatnya menganut agama Islam, Kristen, dan Budha.

Masyarakat yang memiliki agama berbeda bersatu dalam tradisi Kadeso. Bagi masyarakat Kemiri tradisi Kadeso merupakan warisan leluhur, sehingga harus dilestarikan walaupun masyarakat memiliki agama yang berbeda. Salah satu bagian dari pelaksanaan tradisi Kadeso adalah doa bersama. Masyarakat yang berbeda agama diberi kesempatan untuk memanjatkan doa sesuai agama yang dianut.

C. Disiplin

Nilai pendidikan karater disiplin tercermin dari pelaksanaan tradisi Kadeso. Masyarakat Dusun Kemiri selalu melaksanakan tradisi Kadeso satu tahun sekali tepatnya pada hari Senin Legi bulan Bakdamulud. Rangkaian kegiatan tradisi Kadeso akan dilaksanakan sesuai aturan adat. Masyarakat tidak berani mengubah waktu pelaksanaan dan rangkaian prosesi tradisi. Masyarakat tepat waktu dan mematuhi aturan adat pelaksanaan tradisi Kadeso. Sikap disiplin juga tercermin dari sikap patuh masyarakat terhadap perlengkapan tradisi Kadeso yang sesuai dengan kesepakatan adat. Masyarakat Kemiri tidak berani untuk melanggar ketentuan perlengkapan tradisi Kadeso.

D. Kerja Keras

Kerja keras merupakan suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan atau

kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya.

Mengingat arah dari istilah kerja keras, maka upaya untuk memaslahatkan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang tidak ada hentinya.38

Tradisi Kadeso dapat terlaksana dengan baik dan lancar setiap tahun, karena masyarakat Kemiri memiliki semangat kerja keras. Kerja keras tersebut terlihat dalam hal proses persiapan. Tradisi Kadeso memerlukan biaya dan perlengkapan yang banyak.

Masyarakat Kemiri akan berkerja keras untuk menyisihkan uang yang akan digunakan sebagai biaya pelaksanaan tradisi Kadeso. Pelengkapan ritual berupa penyediaan lokasi dan uborampe dapat dipenuhi, karena masyarakat memiliki semangat kerja keras. Tujuan masyarakat Kemiri adalah tradisi Kadeso dapat dilaksanakan dan diikuti oleh seluruh anggota masyarakat.

E. Bersahabat

Nilai pendidikan karakter bersahabat dapat ditemui pada pelaksanaan tradisi Kadeso. Masyarakat Dusun Kemiri bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat tanpa memandang lapisan sosial dan agama. Masyarakat saling bersatu demi terlaksananya tradisi Kadeso. Apabila tidak ada rasa persahabatan dan pergaulan yang baik tradisi Kadeso belum tentu dapat terselenggara dengan baik dan lancar. Masyarakat Dusun Kemiri yang berbeda latar belakang menjalin persahabatan dan persaudaraan. Persaudaran dalam latar belakang agama yang berbeda tersebut disatukan dalam tradisi Kadeso.

Perbedaan agama menjadi warna bagi kehidupan masyarakat Kemiri. Agama Islam, Kristen, Buddha berakulturasi dengan budaya Jawa dalam hal ini tradisi Kadeso. Akulturasi tersebut terlihat dari rangkaian kegiatan dan perlengkapan upacara.

Kehidupan masyarakat Kemiri juga diwarnai dengan hubungan harmonis antar masyarakat yang memiliki latar belakang agama yang berbeda. Kehidupan harmoni tersebut dapat dilihat dengan keberadaan

37 Moh. Shofan, Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), hlm. 48.

38 Dharma Kesuma, Cepi Triatna,& Johar Permana, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 17.

(9)

pemeluk agama yang berbeda dalam satu rumah atau satu keluarga besar.

F. Peduli Sosial

Tradisi Kadeso menggambarkan nilai pendidikan karakter peduli sosial. Masyarakat Kemiri akan saling memberikan bantuan kepada tetangga atau kerabat dalam melaksanakan tradisi Kadeso. Tetangga yang kekurangan perlengkapan tradisi atau uborampe akan dibantu oleh tetangga lain. Masyarakat Kemiri berharap bahwa seluruh masyarakat dapat mengikuti tradisi Kadeso sesuai dengan adat. Untuk mencapai tujuan tersebut masyarakat memiliki sikap peduli sosial kepada masyarakat lain yang kekurangan atau terkendala dalam melaksanakan tradisi Kadeso.

G. Peduli Lingkungan

Tradisi Kadeso yang diselenggarakan oleh masyarakat Kemiri menggambarkan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan. Peduli lingkungan terlihat dari penggunaan perlengkapan. Perlengkapan tradisi Kadeso menggunakan bahan yang berasal dari alam.

Sebagai contoh masyarakat Kemiri menggunakan daun pisang untuk membungkus uborampe. Sesaji ancak juga dibuat menggunakan bahan batang bambu dan daun pisang. Tradisi Kadeso tidak menghasilkan sampah anorganik seperti plastik, tetapi sampah organik berupa daun. Penggunaan bahan organik dalam tradisi Kadeso dapat digunakan sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan dari sampah plastik.

VI. PENUTUP

Masyarakat Kemiri memiliki nilai dan makna dalam tradisi Kadeso secara lokal. Nilai dan makna

tradisi Kadeso bagi masyarakat Kemiri secara lokal ialah menghormati leluhur, ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mempererat tali persaudaraan. Pemaknaan tradisi Kadeso secara lokal oleh masyarakat Kemiri memiliki kaitan dengan konsep nilai-nilai pendidikan karakter. Keterkaitan antara nilai dan makna tradisi Kadeso secara lokal dengan konsep nilai-nilai pendidikan karakter ialah adanya nilai dan makna yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan perilaku masyarakat.

Tradisi Kadeso yang dilaksanakan oleh masya- rakat Kemiri mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karater tersebut adalah religius, toleransi, disiplin, kerja keras, bersahabat, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Nilai-nilai pen- didikan karakter tersebut terdapat dalam rangkaian kegiatan tradisi Kadeso yang diselenggarakan oleh masyarakat Kemiri Temanggung. Nilai-nilai pen- didikan karakter yang ada pada tradisi Kadeso dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran pendidikan karakter bagi generasi muda.

Kajian nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi Kadeso dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sejarah, PPKn, dan sosiologi untuk jenjang SMA dan SMK. Untuk jenjang SMP dapat diintegrasikan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan PPKn.

Terdapat kompetensi dasar (KD) dalam mata pelejaran tersebut yang relevan dengan tradisi Kadeso. Perlu dibuat media pembelajaran yang memuat materi kajian nilai- nilai pendidikan karakter dalam tradisi Kadeso. Media pembelajaran tersebut dapat memudahkan pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi Kadeso. Peserta didik juga dapat memahami dan meneladani nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam tradisi Kadeso.

DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, I. D. (2019). Tari Tumbu Tanah sebagai Jati Diri Masyarakat Suku Arfak di Manokwari Papua Barat.

Jurnal Jantra, (Vol. 14, No. 2, Desember, 2019), hlm.171-180.

Muchson, A.R. (2015). Dasar-Dasar Pendidikan Moral (Basis Pengembangan Pendidikan Karakter).

Yogyakarta: Ombak.

(10)

Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah. Jurnal Ta’allum, (Vol. 3, No. 1, Juni 2015), hlm. 57-76.

Kesuma, D., Triatna, C., Permana, J. (2013). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Kumalasari, D. (2018). Agama dan Budaya sebagai Basis Pendidikan Karakter di Sekolah.Yogyakarta: Suluh Media.

Ningrum, D. (2015). Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja: Sebuah Penelitian Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab. Jurnal UNISIA, (Vol. 37, No. 82, Januari 2015), hlm. 18-30.

Pemerintah Desa Getas. (2015). Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan Tahun 2015.

Temanggung: Pemerintah Desa Getas Kecamatan Kaloran.

__________. (2015). Daftar Isian Potensi Desa atau Kelurahan Temanggung.Temanggung: Pemerintah Desa Getas Kecamatan Kaloran.

Prihandoko, Y., Slamet, St. Y., Winarno. (2017). Pendekatan Cognitive Moral sebagai Kerangka Pengembangan Bahan Ajar PPKn di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan, (Vol.1, No.2, November 2017), hlm. 200-213.

Rohman, F. A. (2019). Tayuban dalam Tradisi Saparan di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Jurnal Jantra, (Vol. 14, No. 2, Desember 2019), hlm.149-159.

Saryono, D., dkk. (2018). PPK Berbasis Budaya Sekolah Melalui Sejarah. Jakarta: Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Shofan, M. (2011). Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama.Yogyakarta; Samudra Biru.

Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sukitman, T. (2016). Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter). Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar (Vol. 2, No. 2, 2016), hlm. 85-96.

Supriyanto. (2018). Strategi Menciptakan Budaya Religius di Sekolah. Jurnal Tawadhu, (Vol. 2, No. 1, 2018), hlm. 469-489.

DAFTAR NARASUMBER

No Nama Alamat Pekerjaan

1 Marwoto Kemiri, Getas, Kaloran, Temanggung Tokoh adat/Petani

2 Suparmin Kemiri, Getas, Kaloran, Temanggung Tokoh adat/Sekretaris Desa 3 Sorok Suryanto Kemiri, Getas, Kaloran, Temanggung Manggalia Dusun Kemiri 4 Sarwanto Kemiri, Getas, Kaloran, Temanggung Perangkat Desa Getas 5 Waliyoto Kemiri, Getas, Kaloran, Temanggung Perangkat Desa Getas

Referensi

Dokumen terkait

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Selanjutnya RKPD Minahasa Tenggara tahun 2017 disusun dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Baris ini berisi tombol workspace (workspace switcher), menu dan aplikasi lainnya. 2) Toolbar Document, berisi tombol-tombol yang digunakan untu menampilkan

Auspitz’ Sign terjadi karena dibawah lesi psoriasis, kapiler-kapiler di bawah epidermis adalah sangat banyak dan berlingkar-lingkar, dan berada sangat dekat dengan

bahwa STAD memiliki keunggulan: (1) Pengetahuan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan orang lain, (2) Sistem evaluasi

2 Pada bulan Desember 2013, sistem perdagangan multilateral dibangkitkan kembali ketika negara anggota WTO menyetujui paket yang mencakup tiga isu penting yang

Untuk persamaan di atas, diperlukan matriks Jacobian yang ditulis dengan skrip seperti berikut ini.. Gambar 1 Fungsi eigen dari persamaan Mathieu terkait dengan nilai