• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY SKRIPSI OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY SKRIPSI OLEH:"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

JOSEPH BINTANG SIREGAR 140301126

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

JOSEPH BINTANG SIREGAR 140301126

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(3)

Judul : Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

Nama : Joseph Bintang Siregar

NIM : 140301126

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

(4)

JOSEPH BINTANG SIREGAR : “Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineesis Jacq.) Dengan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery”, dibimbing oleh CHARLOQ dan CHAIRANI HANUM.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) dengan frekuensi penyiraman di main nursery. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan yang di mulai dari bulan Maret 2018 hingga Juni 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi penyiraman terdiri dari satu kali sehari (pagi hari) dan dua kali sehari (pagi dan sore hari), faktor kedua yaitu varietas kelapa sawit terdiri dari Avros, Simalungun, PPKS 540. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi penyiraman memberikan respon yang sama terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Varietas Avros, Simalungun dan PPKS 540 memiliki perbedaan pertambahan jumlah daun. Terjadi interaksi antara frekuensi penyiraman dengan varietas kelapa sawit terhadap pertambahan tinggi bibit dan jumlah daun.

Kata kunci : kelapa sawit, frekuensi penyiraman, pertumbuhan.

(5)

JOSEPH BINTANG SIREGAR : “Growth of Oil Palm Seedling (Elaeis guineensis Jacq.) With Frequency of Watering at Main Nursery”, supervised by CHARLOQ and CHAIRANI HANUM

The objectives of the research was to study the growth of types palm oil seedling (Elaeis guineensis Jacq.) with frequency of watering at main nusrery.

The research was conducted at the Faculty of Agriculture, Universitas Sumatera Utara, Medan which began from March to June 2018. This research was conducted by using a Factorial Randomized Complete Design with two factors.

The first factor: frequency of watering were once per day (morning) and twice per day (morning and evening), the second factor: varieties of oil palm seedling were Avros, Simalungun, and PPKS 540. This result showed that frequency of watering gave the same response to the growth of oil palm varieties. Varieties of Avros, Simalungun and PPKS 540 has differences of leaf growth. There were an interaction between the frequency of watering with oil palm varieties to increase in seedling height and leaf growth.

Key words : oil palm, frequency of watering, growth.

(6)

Joseph Bintang Siregar lahir di Jakarta pada tanggal 23 September 1996, anak pertama dari 3 bersaudara dari Ayahanda Jalo Berman Siregar dan Ibunda Romaida Sitorus. Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Medan dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Socfin Indonesia Kebun Bangun Bandar, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dari bulan Juli sampai Agustus 2017.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

“Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineesis Jacq.) dengan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan selama ini. Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Charloq, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini serta ucapan terimakasih kepada konsultan bapak Abu Yazid, SP, M.Stat yang telah mengusulkan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kebutuhan air optimal bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan sehingga memiliki kemampuan kompetitif unggul di lapangan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2019 Penulis

(8)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 6

Penyiraman ... 7

Varietas Bibit Unggul Kelapa Sawit ... 8

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Percobaan ... 11

Pelaksanaan Penelitian... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Areal Pembibitan ... 14

Media Tanam ... 14

Persiapan Bibit ... 14

Pelaksanaan Penyiraman ... 14

Pemeliharaan ... 14

Pemupukan ... 14

Penyiangan ... 15

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15

Parameter Pengamatan... 15

Pertambahan Tinggi Tanaman ... 15

Pertambahan Lilit Batang ... 15

Pertambahan Jumlah Daun ... 16

Total Luas Daun ... 16

(9)

Hasil ... 17

Pertambahan Tinggi Bibit ... 17

Pertambahan Lilit Batang ... 19

Pertambahan Jumlah Daun ... 21

Total Luas Daun ... 23

Bobot Kering Akar ... 24

Pembahasan Pengaruh Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ... 25

Pengaruh Varietas Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ... 26

Pengaruh Interaksi Frekuensi Penyiraman dan Varietas Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

1. Pertambahan tinggi tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai

15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman ... 18 2. Pertambahan lilit batang tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11

sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman ... 20 3. Pertambahan jumlah daun tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11

sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman ... 22 4. Pertambahan total luas daun tiga varietas bibit kelapa sawit umur

11 sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman ... 24 5. Bobot kering akar tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai

15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman ... 24

(11)

1. Pola pertambahan tinggi tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11

sampai 15 bulan (1-17 MSP) ... 19 2. Pola pertambahan lilit batang tiga varietas bibit kelapa sawit umur

11 sampai 15 bulan (1-17 MSP) ... 21 3. Pola pertambahan jumlah daun tiga varietas bibit kelapa sawit umur

11 sampai 15 bulan (1-17 MSP) ... 23

(12)

1. Bagan plot penelitian... 33

2. Bagan peletakan polybag dalam pot ... 34

3. Data curah hujan ... 34

4. Deskripsi varietas kelapa sawit bermesokarp tebal ... 35

5. Foto penelitian ... 36

6. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-1 pengamatan .... 37

7. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-1 pengamatan ... 37

8. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-2 pengamatan .... 37

9. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-2 pengamatan ... 38

10. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-3 pengamatan ... 38

11. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-3 pengamatan ... 38

12. Data pengamatan delta delta tinggi tanaman pada minggu ke-4 pengamatan ... 39

13. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-4 pengamatan ... 39

14. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-5 pengamatan ... 39

15. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-5 pengamatan ... 40 16

(13)

17. Data analisis sidik ragam delta tonggi tanaman pada minggu ke-6

pengamatan ... 40 18. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-7

pengamatan ... 41 19. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-7

pengamatan ... 41 20. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-8

pengamatan ... 41 21. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-9

pengamatan ... 42 22. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-9

pengamatan ... 42 23. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-10

pengamatan ... 42 24. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-10

pengamatan ... 43 25. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-11

pengamatan ... 43 26. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-11

pengamatan ... 43 27. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-12

pengamatan ... 44 28. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu ke-12

pengamatan ... 44 29. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-13

pengamatan ... 44

(14)

31. Data pengamatan tinggi tanaman awal di main nursery pada

minggu ke-14 pengamatan ... 45 32. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-14

pengamatan ... 45 33. Data analisis sidik ragam delta tinggi tanaman pada minggu

ke-14 pengamatan... 46 34. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-15

pengamatan ... 46 35. Data analisis sidik ragam tinggi tanaman pada minggu ke-15

pengamatan ... 46 36. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-16

pengamatan ... 47 37. Data analisis sidik ragam tinggi tanaman pada minggu ke-16

pengamatan ... 47 38. Data pengamatan delta tinggi tanaman pada minggu ke-17

pengamatan ... 47 39. Data analisis sidik ragam tinggi tanaman pada minggu ke-17

pengamatan ... 48 40. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-1 pengamatan... 48 41. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada

minggu ke-1 pengamatan ... 48 42. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada

minggu ke-2 pengamatan ... 49 43. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada

minggu ke-2 pengamatan ... 49 44. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang di main nursery

pada minggu ke-3 pengamatan ... 49 45. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang di main nursery

pada minggu ke-3 pengamatan ... 50

(15)

47. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang awal pada

minggu ke-4 pengamatan ... 50 48. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-5 pengamatan... 51 49. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-5 pengamatan... 51 50. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-6 pengamatan... 51 51. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-6 pengamatan... 52 52. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-7 pengamatan... 52 53. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-7 pengamatan... 52 54. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-8 pengamatan... 53 55. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-8 pengamatan... 53 56. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-9 pengamatan... 53 57. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-9 pengamatan... 54 58. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-10 pengamatan... 54 59. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang di minggu

ke-10 pengamatan... 54 60. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-11 pengamatan... 55 61. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-11 pengamatan... 55

(16)

63. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-12 pengamatan... 56 64. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-13 pengamatan... 56 65. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-13 pengamatan... 56 66. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-14 pengamatan... 57 67. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-14 pengamatan... 57 68. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-15 pengamatan... 57 69. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-15 pengamatan... 58 70. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-16 pengamatan... 58 71. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-16 pengamatan... 58 72. Data pengamatan delta pertambahan lilit batang pada minggu

ke-17 pengamatan... 59 73. Data analisis sidik ragam pertambahan lilit batang pada minggu

ke-17 pengamatan... 59 74. Data pengamatan pertambahan jumlah daun awal di main nursery

pada minggu ke-1 pengamatan ... 59 75. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-1 pengamatan... 60 76. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-1 pengamatan setelah transformasi akar... 60 77. Data analisis sidik ragam delta pertambahan jumlah daun minggu

ke-1 pengamatan... 60

(17)

79. Data pengamatan pertambahan jumlah daun pada minggu ke-2

pengamatan setelah transformasi akar ... 61 80. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-2 pengamatan ... 61 81. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-3 pengamatan... 62 82. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-3 pengamatan setelah transformasi akar... 62 83. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-3 pengamatan... 62 84. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-4 pengamatan... 63 85. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-4 pengamatan setelah transformasi akar... 63 86. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-4 pengamatan... 63 87. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-5 pengamatan... 64 88. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-5 pengamatan setelah transformasi akar... 64 89. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-5 pengamatan... 64 90. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-6 pengamatan... 65 91. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-6 pengamatan setelah transformasi akar... 65 92. Daat analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-6 pengamatan... 65 93. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-7 pengamatan... 66

(18)

95. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-7 pengamatan... 66 96. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-8 pengamatan... 67 97. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-8 setelah transformasi akar ... 67 98. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-8 pengamatan... 67 99. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-9 pengamatan... 68 100. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-9 pengamatan setelah transformasi akar... 68 101. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-9 pengamatan... 68 102. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-10 pengamatan... 69 103. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-10 pengamatan setelah transformasi akar ... 69 104. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-10 pengamatan... 69 105. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-11 pengamatan... 70 106. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-11 pengamatan setelah transformasi akar ... 70 107. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-11 pengamatan... 70 108. Data pengamatan pertambahan jumlah daun awal di main nursery

pada minggu ke-12 pengamatan ... 78 109. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-12 pengamatan... 71

(19)

111. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-12 pengamatan... 72 112. Data pengamatan pertambahan jumlah daun awal di main nursery

pada minggu ke-13 pengamatan ... 72 113. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-13 pengamatan... 72 114. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-13 pengamatan setelah transformasi akar ... 73 115. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-13 pengamatan... 73 116. Data pengamatan pertambahan jumlah daun di main nursery

pada minggu ke-14 pengamatan ... 73 117. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-14 pengamatan... 74 118. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-14 pengamatan setelah transformasi akar ... 74 119. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-14 pengamatan... 74 120. Data pertambahan jumlah daun awal di main nursery pada

minggu ke-15 pengamatan ... 75 121. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-15 pengamatan ... 75 122. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-15 pengamatan setelah transformasi akar ... 75 123. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-15 pengamatan ... 76 124. Data pengamatan pertambahan jumlah daun awal di main nursery

pada minggu ke-16 pengamatan ... 76 125. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-16 pengamatan ... 76

(20)

127. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada

minggu ke-16 pengamatan ... 77 128. Data pengamatan pertambahan jumlah daun awal di main nursery

pada minggu ke-17 pengamatan ... 77 129. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-17 pengamatan... 78 130. Data pengamatan delta pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-17 pengamatan setelah transformasi akar ... 78 131. Data analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun pada minggu

ke-17 pengamatan... 78 132. Data pengamatan total luas daun awal di main nursery pada

minggu ke-1 pengamatan ... 79 133. Data pengamatan delta total luas daun pada minggu ke-1

pengamatan ... 79 134. Data analisis sidik ragam delta total luas daun pada minggu

ke-1 pengamatan... 79 135. Data pengamatan pertambahan total luas daun awal di main nursery

pada minggu ke-17 pengamatan ... 80 136. Data pengamatan delta pertambahan total luas daun pada

minggu ke-17 pengamatan ... 80 137. Data analisis sidik ragam delta total luas daun pada minggu

ke-17 pengamatan... 80 138. Data pengamatan bobot kering akar awal di main nursery pada

minggu ke-17 pengamatan ... 81 139. Data analisis sidik ragam bobot kering akar pada minggu ke-17

pengamatan ... 81

(21)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang memiliki peranan nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan devisa Negara. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu selalu menjadi pilihan banyak petani untuk menanamkan modalnya (Martha et al, 2015).

Kebutuhan akan minyak sawit terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Badan Pusat Statistik (2013) mencatat luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 2010 mencapai 2.103.174 hektar dengan produksi sebesar 6.293.542 ton, pada tahun 2011 mencapai 2.258.553 hektar dengan produksi sebesar 7.047.221 ton, dan pada tahun 2012 telah mencapai 2.372.402 hektar dengan produksi sebesar 7.340.809 ton. Data mengenai luasan perkebunan kelapa sawit tersebut menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya (Dwiyana et al, 2015).

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam tanaman, sebagai transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran

sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman untuk tumbuh maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi

(22)

unsur hara ke daun akan terhambat, sehingga akan berdampak pada pertumbuhan bibit.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi dengan baik jika air tanah tersedia sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup.

Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebanyak 1.750-3.000 mm/tahun tanpa bulan kering per tahunnya. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Pada fase vegetatif, kurangnya ketersediaan air dapat menyebabkan kerusakan jaringan tanaman, sedangkan pada fase generatif dapat menurunkan produksi tanaman kelapa sawit akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil, dan rendemen minyak buah rendah (Hidayat et al, 2013). Menurut Toruan-mathius et al, (2001), kekurangan ketersediaan air juga dapat menghambat pembukaan pelepah daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak menguning dan mengering, pelepah daun terkulai dan pupus patah.

Bibit kelapa sawit dilakukan pindah tanam ke lapangan setelah berumur 12 bulan bahkan terkadang lebih, pada kondisi ini tentunya bibit masih memerlukan perawatan. Penelitian tentang kebutuhan air pada bibit kelapa sawit di pre nursery maupun main nursery sudah banyak dilakukan, akan tetapi pada bibit umur lebih dari 12 bulan jarang ditemukan. Padahal kebutuhan air pada fase ini akan menentukan cepat atau lambatnya tanaman berbunga. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mempelajari tampilan morfologi bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan pada kondisi berbagai taraf jumlah air yang diberikan.

(23)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan beberapa jenis bibit unggul kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan frekuensi penyiraman di main nursery.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh yang nyata antara frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan beberapa jenis bibit unggul kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) di main nursery serta interaksi keduanya.

Kegunaan Penulisan

Untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Serta sebagai bahan informasi untuk petani perkebunan dalam budidaya pembibitan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

(24)

TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) seperti halnya tanaman yang lain juga memerlukan air untuk proses pertumbuhannya, mulai dari fase pembibitan hingga berproduksi. Pada kondisi ketersediaan air yang cukup tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal, namun hal tersebut dapat terganggu jika tanaman berada pada kondisi tercekam atau ketersediaan air tidak mencukupi untuk menjalankan proses metabolismenya.

Tanaman kelapa sawit tergolong ke dalam tanaman xerophyte yang dapat beradaptasi dengan kondisi air yang kurang, walaupun demikian tanaman tetap akan mengalami gejala stres air pada saat musim kemarau yang berkepanjangan.

Oleh karena itu perlu adanya pemahaman mengenai pentingnya menjaga ketersediaan air untuk tanaman kelapa sawit dan mengetahui dampak yang diakibatkan oleh kurangnya ketersediaan air baik terhadap pertumbuhan tanaman maupun terhadap produksi (Gardner, 2003).

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetative maupun fase generatif. Pada fase vegetative kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadi penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga,

(25)

jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah (Sastrosayono, 2003).

Selain faktor pendukung lain yang tidak kalah penting dalam usaha perkebunan adalah pembibitan. Pembibitan merupakan langkah awal dalam menjamin budidaya tanaman kelapa sawit yang sukses. Seluruh prosedur pembibitan harus dipatuhi dengan baik sehingga kita dapat mengeluarkan potensi optimal bahan tanam. Tujuan pembibitan adalah mempersiapkan fisik bahan tanaman agar mampu beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya secara maksimal. Hal tersebut dapat tercapai bila persyaratan yang telah ditentukan sudah dipenuhi (Sujadi et al, 2012).

Pembibitan kelapa sawit pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu pre nursery dan main nursery. Pembibitan pre nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada polybag kecil hingga umur 3 bulan.

Pembibitan utama (main nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Di pembibitan utama bibit dipelihara dari umur 3 bulan hingga 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi di kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkannya. Beberapa kegiatan di pembibitan utama seperti persiapan dan pengolahan tanah, penyediaan kebutuhan air dan instalasi penyiraman, pemancangan atau pengajiran, persiapan media tanam, penanaman bibit, pemeliharaan dan persiapan bibit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2010).

Di pembibitan biasanya penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman pagi yaitu dimulai jam 07.00 WIB sampai jam 11.00 WIB sedangkan penyiraman sore hari dimulai jam 16.00 WIB.

(26)

Penyiraman pada siang hari jarang dilaksanakan, hal ini karena pada siang hari penguapan pada tanaman lebih tinggi. Air yang cepat menguap akan membuat komponen mineral atau zat terlarut lainnya yang sebelumnya terkandung di dalam air siraman akan tertinggal di permukaan daun atau bagian tanaman lainnya. Hal tersebut tidak baik bagi tanaman dan dapat membuat tanaman menjadi mati karena sifatnya yang toksik (Dwiyana et al, 2015).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada rata-rata suhu minimum 22 – 24˚ C dan maksimal 29 - 30˚ C. Kondisi ini banyak dijumpai pada daerah tropis, suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan batang, dimana batang menjadi kecil (Nurhidayati, 2010).

Sinar matahari sangat penting bagi pertumbuhan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2010).

Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah antara lain podsolik, andosol dan alluvial. Meskipun demikian, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah adalah tidak sama. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kima tanah. Koedadiri (1990) menambahkan bahwa hampir semua jenis tanah dapat menjadi tempat tumbuh kelapa sawit dengan pH optimum 4,0 – 7,5. Adapun tanah yang kurang baik untuk ditanami kelapa sawit adalah tanah yang drainasenya buruk, tanah laterit (banyak

(27)

mengandung besi), pasir dan tanah gambut yang dalam (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2010).

Penyiraman

Salah satu cara memacu pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit adalah penyediaan media tumbuh dengan mempertimbangkan aspek aerasi dan ketersedian air. Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau (Dwiyana et al, 2015).

Air merupakan bagian terbesar dari jaringan tanaman kelapa sawit selama di pembibitan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting terutama selama pembibitan. Apabila ketersedian air kurang, akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada pertumbuhan bibit (Martha et al, 2015).

Penyiraman merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan air pada bibit.

Ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi bibit. Peranan air pada tanaman kelapa sawit sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis,

(28)

transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada pertumbuhan bibit yang dihasilkan. Pada umumnya, penangkar benih di pembibitan cenderung menggunakan air secara berlebihan dalam melakukan penyiraman. Penggunaan air yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur hara karena terjadinya pencucian (Haryati, 2003).

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman adalah kualitas dan jumlah air yang diberikan serta sistem penyiraman yang digunakan. Pada kondisi tanah yang kering, penyerapan air dari tanah sangat terhambat, sehingga tanaman kekurangan air. Kekurangan air yang berkelanjutan mengakibatkan takanan turgor sel menurun, sehingga tekanan kearah luar pada dinding sel minim. Kondisi tersebut menyebabkan proses pembesaran sel terganggu dan akhirnya menurunkam aktivitas pembelahan sel (Nababan et al, 2014).

Varietas Bibit Unggul Kelapa sawit

Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tetua-tetua yang diketahui mempunyai daya gabung yang baik. Tetua yang digunakan dalam proses persilangan adalah Dura dan Psifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan Psifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kwantitas yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain (Nora, 2013).

Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas, sepeti yang diungkapkan Pahan (2008) bahwa investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada

(29)

pada bahan tanaman (benih/bibit) yang akan ditanam karena merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak.

Bibit yang baik hanya akan diperoleh jika benih kelapa sawit yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) atau sumber benih lainnya ditangani dengan baik sesuai pedoman. Pembibitan bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik dan sehat dalam jumlah yang cukup. Hal ini hanya akan berhasil jika kita menggunakan bahan tanaman (kecambah) yang berasal dari produsen benih resmi, memilih lokasi pembibitan strategis, dan menerapkan kaidah kultur teknis pembibitan (Darmosarkoro et al, 2010).

Bibit kelapa sawit group SP50 yang bermesokarp tebal membutuhkan banyak air yang berfungsi untuk memacu pertumbuhannya. Peranan air bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai penyusun utama jaringan tanaman, pelarut dan medium bagireaksi metabolisme sel, medium untuk transpor zatterlarut, medium yang memberikan turgor pada sel tanaman serta bahan baku untuk fotosintesis. Apabila ketersediaan air sangat kurang khususnya pada fase vegetatif tanaman kelapa sawit maka akan dapat menghambat pembukaan helai daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak menguning dan mengering serta daun terkulai hingga pupuspatah. Pada fase reproduktif kekurangan air menyebabkan bunga dan buah muda mengalami keguguran, dan tandan buah gagal menjadi masak. Akhirnya mengakibatkan gagal panen dan menurunkan produksi tandan buah segar. Maka dari itu kebutuhan air yang cukup sangat berpengaruh terhadap bibit kelapa sawit yang bermesokarp tebal di pembibitan main nursery (Nurita et al, 2010).

(30)

Varietas kelapa sawit unggul PPKS yang banyak digemari pada saat ini antara lain adalah D x P Simalungun. Varietas ini berasal dari persilangan F1 antara tetua dura Deli dengan tetua psifera keturunan SP 540 T. Keunggulan yang dimiliki varietas ini adalah produksi CPO rata-ratanya sangat tinggi mencapai 7,53 ton/ha/tahun dan potensinya mencapai 8,7 ton/ha/tahun. Produksi CPO yang tinggi ini dicapai karena randemen minyak pertandannya yang mencapai 26,5 % dan mulai berbuah sangat awal yaitu umur 22 bulan (PPKS, 2010).

Keunggulan varietas AVROS yaitu produksi tandan yang sangat tinggi, terutama pada awal panen (quick starter) serta ukuran tandannya besar. Potensi produksi CPO varietas ini relatif tinggi mencapai 7,8 ton/ha/tahun. Produksi TBS rata-rata 24-27 ton/ha/tahun dan potensinya dapat mencapai 30 ton/ha/tahun.

Rendemen minyak 23-26%. Berasal dari persilangan F1 antara tetua dura Deli dengan tetua psifera keturunan SP 540 T (lini murni) (Darmosarkoro et al, 2010).

PPKS 540 merupakan varietas baru yang dikeluarkan oleh PPKS pada tahun 2007, memiliki keunggulan antara lain kandungan mesokarp yang sangat tinggi hingga mencapai 91,3%. Potensi rendemen minyak tertinggi yang dimiliki mencapai 30,6% dan potensi CPO tertinggi mencapai 9,1 ton/ha/tahun (PPKS, 2010).

(31)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret 2018 sampai dengan Juni 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit umur 11 bulan grup SP 540 yaitu Varietas AVROS, Simalungun dan PPKS 540, pasir, top soil, kompos, air dan kertas label perlakuan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran kain, stik es krim, alat tulis, buku tulis, selang air, handsprayer, jangka sorong digital, kamera dan kalkulator.

Metode Percobaan

Penelitian ini merupakan lanjutan dari sebelumnya (Tampubolon, 2018) yaitu dengan faktor perlakuan frekuensi penyiraman dan variteas bibit kelapa sawit grup SP 540 dengan menggunakan naungan sebagai pencegah masuknya air hujan. Namun berbeda dengan sebelumnya penelitian ini tidak menggunakan naungan untuk mengikuti kondisi alamiah pembibitan kelapa sawit di perkebunan pada umumnya. Pada kondisi hujan tidak dilakukan penyiraman air.

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang dipakai pada penelitian sebelumnya yaitu varietas kelapa sawit grup SP 540. Bibit diberi perlakuan yang sama seperti penelitian sebelumnya yaitu frekuensi penyiraman satu kali dan dua kali sehari, pada penelitian ini bibit sudah berumur 11 bulan.

(32)

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor 1 : Frekuensi Penyiraman (F) dengan 2 taraf, yaitu : F1 : Pagi

F2 : Pagi dan sore

Faktor 2 : Varietas Unggul Bibit Kelapa sawit group SP 540 bermesokarp tebal (V) dengan 3 jenis, yaitu :

V1 : AVROS V2 : Simalungun V3 : PPKS 540

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan sebanyak yaitu : F1V1 F2V1

F1V2 F2V2 F1V3 F2V3

Jumlah ulangan : 4 ulangan

Jumlah plot : 24 plot

Jumlah tanaman/plot : 3 tanaman Jumlah sampel/plot : 3 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 72 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman

Ukuran plot : 125 cm x 100 cm

Jarak polybag : 50 cm x 50 cm Jarak antar plot : 55 cm

Jarak antar blok : 75 cm

(33)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + ɛijk

i = 1,2,3 j = 1,2 k = 1,2,3,4

: Hasil pengamatan perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-i dan perlakuan varietas (V) pada taraf ke-j

μ : Nilai tengah umum

αi : Efek frekuensi penyiraman taraf ke-i βj : Efek varietas taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-i

dan perlakuan varietas (V) pada taraf ke-j

εijk : Efek galat pada perlakuan frekuensi penyiraman (F) pada taraf ke-i dan perlakuan varietas (V) pada taraf ke-j

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

(34)

PELAKSANAAN PENELITIAN Areal Pembibitan

Lahan dipersiapkan sebaik mungkin dilahan datar, terbuka, strategis dan aman. Areal yang digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa akar tanaman.

Dibuat plot percobaan dengan ukuran 125 x 100 cm dengan jarak antar blok 75 cm dan jarak antar plot 55 cm.

Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah topsoil, pasir dan kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Sebelumnya media tanam topsoil dan pasir diayak dengan menggunakan ayakan pasir dan diaduk ketiganya sampai homogen. Kemudian media tanam tersebut dimasukkan kedalam polibag.

Persiapan bibit

Bibit yang telah tersedia berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yaitu bibit kelapa sawit grup SP 540. Polibag berukuran 10 kg diletakkan dan disusun dengan jarak antar polibag 50 x 50 cm pada plot percobaan dan telah diberi label perlakuan, dalam satu plot terdapat 3 polibag.

Pelaksanaan Penyiraman

Pada perlakuan penyiraman F1 (satu kali sehari) diberikan air sebanyak 2 liter/bibit setiap pagi. Dan pada perlakuan penyiraman F2 (dua kali sehari) diberikan air sebanyak 2 liter/bibit setiap pagi dan 2 liter/bibit setiap sore.

Pemeliharaan Pemupukan

Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk dasar NPKMg 15:15:6:4 sebanyak 18gram/polybag, pupuk ditabur merata di permukaan tanah dalam

(35)

polybag dengan jarak 5-8 cm dari bibit. Pupuk yang diaplikasikan tidak boleh mengenai bagian daun bibit.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada dalam polibag dan lahan percobaan. Penyiangan dilakukan 2 kali seminggu dan disesuaikan dengan kondisi media tanam dan lahan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan insektisida decis 25 EC untuk mencegah serangan hama dan fungisida score 250 EC untuk mencegah penyakit karat pada daun disemprotkan secara merata sesuai petunjuk penggunaan dan dilakukan secara bergantian atau berselang-seling.

Parameter Pengamatan Pertambahan Tinggi Bibit

Pengamatan pertambahan tinggi bibit diukur dari permukaan tanah yang telah diberi tanda patok sampai ke ujung daun termuda yang telah mengembang penuh. Terlebih dahulu daun tersebut ditegakkan keatas lalu diukur menggunakan meteran. Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan interval 1 minggu sampai bibit berumur 15 bulan.

Pertambahan Lilit Batang

Pengamatan pertambahan lilit batang dilakukan pada pangkal batang 1 cm diatas patok standar yang sudah ditandai dengan menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran dilakukan dengan interval waktu 1 minggu sekali sampai bibit umur 15 bulan.

(36)

Pertambahan Jumlah Daun

Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Jumlah daun yang dihitung dilakukan dengan interval 1 minggu sekali sampai umur 15 bulan.

Total Luas daun

Panjang daun diukur dari pangkal sampai ujung daun dan lebar daun diukur pada bagian tengah daun yang terlebar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris atau meteran. Luas daun dapat dihitung dengan menggunakan rumus A = P x L x k, dimana : A = Luas daun (cm2), P = Panjang daun (cm), L = Lebar daun (cm), dan k = konstanta = 0,57 (daun belum membelah sempurna) dan 0,51 (daun telah membelah sempurna), dihitung luas setiap daun dari satu tanaman kemudian ditotalkan seluruhnya.

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar dilakukan diakhir pengamatan. Akar dimasukkan kedalam amplop coklat yang sudah dilubangi dan diberi tanda, lalu dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan pada suhu 72°C selama 24 jam. Kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik untuk mendapatkan bobot kering akar.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data pengamatan dan hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 6–139, menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah amatan dan varietas kelapa sawit berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Sedangkan interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah amatan.

Pertambahan Tinggi Bibit

Berdasarkan Lampiran 6-39 diketahui bahwa perlakuan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit pada pengamatan minggu ke- 1-17 MSP, sedangkan perlakuan varietas kelapa sawit berbeda pada minggu amatan ke-4, 8, dan 11. Interaksi antar jenis varietas dengan frekuensi penyiraman hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit pada 4 MSP.

Pada umur bibit 4 MSP, interaksi perlakuan frekuensi penyiraman dengan varietas berpengaruh nyata (Tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Avros menghasilkan pertambahan tinggi yang lebih besar pada penyiraman air dua kali sehari. Berbeda halnya dengan Simalungun dan PPKS 540, penyiraman air satu kali maupun dua kali sehari menghasilkan respon pertambahan tinggi bibit yang sama. Varietas Avros menghasilkan rataan pertambahan tinggi bibit tertinggi pada minggu amatan ke-4, 8 dan 11.

Rataan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit pada perlakuan frekuensi penyiraman dan varietas kelapa sawit tertera pada Tabel 1.

(38)

Tabel 1. Pertambahan tinggi tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman.

Varietas

Avros (V1) Simalungun (V2) PPKS 540 (V3)

Data awal F1 (Pagi Hari) 71,48 66,41 65,28 67,72

F2 (Pagi dan Sore) 72,91 68,18 65,97 69,02

Rataan 72,20 67,30 65,63 68,37

1 F1 (Pagi Hari) 1,51 1,33 1,42 1,42

F2 (Pagi dan Sore) 1,48 1,35 1,67 1,50

Rataan 1,50 1,34 1,54 1,46

2 F1 (Pagi Hari) 1,52 1,21 1,34 1,36

F2 (Pagi dan Sore) 1,50 1,28 1,40 1,39

Rataan 1,51 1,24 1,37 1,37

3 F1 (Pagi Hari) 1,52 1,20 1,40 1,37

F2 (Pagi dan Sore) 1,49 1,39 1,25 1,38

Rataan 1,50 1,30 1,33 1,46

4 F1 (Pagi Hari) 1,39b 1,33b 1,44b 1,39

F2 (Pagi dan Sore) 1,89a 1,21b 1,33b 1,46

Rataan 1,89a 1,21c 1,39b 1,42

5 F1 (Pagi Hari) 1,25 1,33 1,28 1,29

F2 (Pagi dan Sore) 1,58 1,36 1,29 1,41

Rataan 1,41 1,35 1,28 1,35

6 F1 (Pagi Hari) 1,56 1,39 1,44 1,46

F2 (Pagi dan Sore) 1,76 1,46 1,49 1,57

Rataan 1,66 1,43 1,47 1,52

7 F1 (Pagi Hari) 1,63 1,55 1,53 1,57

F2 (Pagi dan Sore) 1,79 1,36 1,40 1,52

Rataan 1,71 1,46 1,46 1,54

8 F1 (Pagi Hari) 1,86 1,65 1,57 1,69

F2 (Pagi dan Sore) 1,06 1,80 1,60 1,82

Rataan 1,96a 1,73b 1,58c 1,76

9 F1 (Pagi Hari) 1,67 1,82 2,11 1,86

F2 (Pagi dan Sore) 2,13 1,98 1,88 1,99

Rataan 1,90 1,90 1,90 1,93

10 F1 (Pagi Hari) 1,73 1,98 1,80 1,83

F2 (Pagi dan Sore) 1,84 1,75 1.83 1,81

Rataan 1,79 1,87 1,82 1,82

11 F1 (Pagi Hari) 2,99 2,69 2,29 2,66

F2 (Pagi dan Sore) 3,50 2,48 2,13 2,71

Rataan 3,25a 2,59b 2,21c 2,68

12 F1 (Pagi Hari) 2,83 2,36 2,54 2,58

F2 (Pagi dan Sore) 3,50 2,78 2,52 2,93

Rataan 3,16 2,57 2,52 2,75

13 F1 (Pagi Hari) 2,40 2,28 2,45 2,38

F2 (Pagi dan Sore) 2,65 2,28 2,28 2,40

Rataan 2,53 2,28 2,36 2,39

14 F1 (Pagi Hari) 2,31 2,34 2,22 2,29

F2 (Pagi dan Sore) 2,75 2,49 2,47 2,57

Rataan 2,53 2,42 2,34 2,43

15 F1 (Pagi Hari) 2,72 2,79 2,34 2,62

F2 (Pagi dan Sore) 3,25 2,54 2,65 2,81

Rataan 2,98 2,67 2,50 2,72

16 F1 (Pagi Hari) 2,41 2,16 2,54 2,37

F2 (Pagi dan Sore) 2,53 2,62 2,41 1,52

Rataan 2,47 2,39 2,48 2,44

17 F1 (Pagi Hari) 2,41 2,11 2,14 2,22

F2 (Pagi dan Sore) 2,09 2,05 2,27 2,14

Rataan 2,25 2,08 2,20 2,18

---cm--- Rataan Minggu Frekuensi Penyiraman

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan minggu pengamatan

yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

(39)

Gambar 1. Pola pertambahan tinggi tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan (1-17 MSP).

Hasil pada Gambar 1. menunjukkan pola rataan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit mengalami stagnasi pada 10-11 MSP dan yang tertinggi pada 12 MSP. Setelah minggu ke-15 pola rataan pertambahan tinggi menurun sampai minggu ke-17.

Pertambahan Lilit Batang

Berdasarkan Lampiran 40-73 diketahui bahwa perlakuan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan lilit batang pada seluruh minggu amatan, sedangkan perlakuan varietas kelapa sawit berbeda pada minggu ke-5 dan 9. Interaksi antara varietas kelapa sawit dengan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan lilit batang pada seluruh minggu amatan.

Varietas Simalungun menghasilkan rataan pertambahan lilit batang tertinggi dan PPKS 540 yang terendah pada 5 MSP. Selanjutnya pada 9 MSP Simalungun menghasilkan rataan pertambahan lilit batang tertinggi serta PPKS 540 yang terendah. Rataan pertambahanm lilit batang bibit kelapa sawit pada perlakuan frekuensi penyiraman dan varietas tertera pada Tabel 2.

(40)

Tabel 2. Pertambahan lilit batang tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman.

Avros (V1) Simalungun (V2) PPKS 540 (V3)

Data awal F1 (Pagi Hari) 51,29 41,47 40,56 44,44

F2 (Pagi dan Sore) 48,86 40,28 39,09 42,74

Rataan 50,08 40,88 39,83 43,59

1 F1 (Pagi Hari) 1,19 1,02 1,03 1,08

F2 (Pagi dan Sore) 1,12 1,02 1,13 1,09

Rataan 1,16 1,02 1,08 1,09

2 F1 (Pagi Hari) 0,89 0,84 1,03 0,92

F2 (Pagi dan Sore) 0,89 0,91 0,83 0,88

Rataan 0,89 0,87 0,93 0,90

3 F1 (Pagi Hari) 1,11 0,89 0,99 1,00

F2 (Pagi dan Sore) 1,00 0,75 0,92 0,89

Rataan 1,05 0,82 0,95 0,94

4 F1 (Pagi Hari) 0,91 0,91 1,15 0,99

F2 (Pagi dan Sore) 1,07 0,88 1,06 1,00

Rataan 0,99 0,89 1,11 1,00

5 F1 (Pagi Hari) 1,14 1,31 1,07 1,17

F2 (Pagi dan Sore) 1,12 1,29 1,06 1,16

Rataan 1,14b 1,30a 1,07c 1,17

6 F1 (Pagi Hari) 1,29 1,15 1,21 1,22

F2 (Pagi dan Sore) 1,23 1,22 1,20 1,21

Rataan 1,26 1,18 1,21 1,22

7 F1 (Pagi Hari) 1,28 1,32 1,18 1,26

F2 (Pagi dan Sore) 1,29 1,21 1,20 1,23

Rataan 1,28 1,26 1,19 1,25

8 F1 (Pagi Hari) 1,36 1,42 1,32 1,37

F2 (Pagi dan Sore) 1,32 1,32 1,33 1,32

Rataan 1,34 1,37 1,32 1,34

9 F1 (Pagi Hari) 1,35 1,78 1,29 1,47

F2 (Pagi dan Sore) 1,47 1,68 1,33 1,49

Rataan 1,41b 1,73a 1,31b 1,48

10 F1 (Pagi Hari) 1,24 1,22 1,22 1,23

F2 (Pagi dan Sore) 1,36 1,37 1,24 1,32

Rataan 1,30 1,30 1,23 1,27

11 F1 (Pagi Hari) 1,52 1,58 2,02 1,71

F2 (Pagi dan Sore) 1,47 1,65 1,68 1,60

Rataan 1,49 1,61 1,65 1,65

12 F1 (Pagi Hari) 1,54 1,73 1,43 1,57

F2 (Pagi dan Sore) 1,45 1,65 1,52 1,54

Rataan 1,50 1,69 1,47 1,55

13 F1 (Pagi Hari) 1,41 1,33 1,78 1,50

F2 (Pagi dan Sore) 1,59 1,39 1,53 1,50

Rataan 1,50 1,36 1,65 1,50

14 F1 (Pagi Hari) 1,36 1,49 1,52 1,46

F2 (Pagi dan Sore) 1,56 1,50 1,47 1,54

Rataan 1,46 1,54 1,49 1,50

15 F1 (Pagi Hari) 1,30 1,66 1,60 1,52

F2 (Pagi dan Sore) 1,65 1,68 1,47 1,60

Rataan 1,47 1,67 1,53 1,56

16 F1 (Pagi Hari) 1,59 1,49 1,51 1,53

F2 (Pagi dan Sore) 1,23 1,40 1,42 1,37

Rataan 1,44 1,45 1,46 1,45

17 F1 (Pagi Hari) 1,40 1,51 1,47 1,46

F2 (Pagi dan Sore) 1,44 1,53 1,83 1,60

Rataan 1,42 1,52 1,65 1,52

Minggu Frekuensi Penyiraman Varietas

Rataan ---mm---

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan minggu pengamatan yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

(41)

Gambar 2. Pola pertambahan lilit batangtiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan (1 – 17 MSP).

Hasil pada Gambar 2. menunjukkan pola rataan pertambahan lilit batang mengalami stagnasi pada 9-11 MSP. Pola rataan pertambahan lilit batang tertinggi terdapat pada 11 MSP. Pada 16 MSP pola menurun dan meningkat kembali pada 17 MSP.

Pertambahan Jumlah Daun

Berdasarkan Lampiran 74-131 diketahui bahwa perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada seluruh minggu amatan, sedangkan perlakuan varietas kelapa sawit berbeda pada 17 MSP. Interaksi antar jenis varietas kelapa sawit dengan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada 12 dan 13 MSP.

Pada minggu amatan ke-12 dan 13 menunjukkan pola interaksi yang sama, varietas PPKS 540 menghasilkan pertambahan jumlah daun yang lebih baik dengan penyiraman dua kali sehari. Selanjutnya Simalungun dan PPKS 540 menghasilkan pertambahan jumlah daun yang sama dengan penyiraman satu kali maupun dua kali sehari. Rataan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit pada perlakuan frekuensi penyiraman dan varietas tertera pada Tabel 3.

(42)

Tabel 3. Pertambahan jumlah daun tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman.

Avros (V1) Simalungun (V2) PPKS 540 (V3)

F1 (Pagi Hari) 12,42 11,25 10,50 11,84

F2 (Pagi dan Sore) 11,50 11,33 10,58 10,96

Rataan 12,42 11,29 10,58 11,43

1 F1 (Pagi Hari) 0,17 0,17 0,33 0,22

F2 (Pagi dan Sore) 0,08 0,08 0,25 0,14

Rataan 0,13 0,13 0,29 0,18

2 F1 (Pagi Hari) 0,25 0,42 0,17 0,28

F2 (Pagi dan Sore) 0,42 0,42 0,33 0,39

Rataan 0,33 0,42 0,25 0,33

3 F1 (Pagi Hari) 0,25 0,25 0,08 0,19

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,33 0,42 0,33

Rataan 0,25 0,29 0,25 0,26

4 F1 (Pagi Hari) 0,17 0,25 0,33 0,25

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,08 0,25 0,19

Rataan 0,21 0,17 0,29 0,22

5 F1 (Pagi Hari) 0,08 0,17 0,17 0,14

F2 (Pagi dan Sore) 0,08 0,25 0,33 0,22

Rataan 0,08 0,21 0,25 0,18

6 F1 (Pagi Hari) 0,33 0,42 0,25 0,33

F2 (Pagi dan Sore) 0,33 0,33 0,25 0,31

Rataan 0,33 0,38 0,25 0,32

7 F1 (Pagi Hari) 0,17 0,17 0,08 0,14

F2 (Pagi dan Sore) 0,33 0,33 0,17 0,28

Rataan 0,25 0,25 0,13 0,21

8 F1 (Pagi Hari) 0,17 0,17 0,08 0,14

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,08 0,42 0,25

Rataan 0,21 0,13 0,25 0,19

9 F1 (Pagi Hari) 0,33 0,33 0,25 0,31

F2 (Pagi dan Sore) 0,08 0,25 0,17 0,17

Rataan 0,33 0,29 0,21 0,24

10 F1 (Pagi Hari) 0,33 0,25 0,42 0,33

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,33 0,17 0,25

Rataan 0,29 0,29 0,29 0,29

11 F1 (Pagi Hari) 0,25 0,17 0,17 0,19

F2 (Pagi dan Sore) 0,33 0,33 0,17 0,28

Rataan 0,29 0,25 0,17 0,24

12 F1 (Pagi Hari) 0,25ab 0,25ab 0,00b 0,17 F2 (Pagi dan Sore) 0,25b 0,08b 0,33a 0,22

Rataan 0,25 0,17 0,17 0,19

13 F1 (Pagi Hari) 0,08b 0,25ab 0,08b 0,14 F2 (Pagi dan Sore) 0,17ab 0,08b 0,33a 0,19

Rataan 0,13 0,17 0,21 0,17

14 F1 (Pagi Hari) 0,25 0,17 0,25 0,22

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,50 0,08 0,28

Rataan 0,25 0,33 0,17 0,25

15 F1 (Pagi Hari) 0,33 0,08 0,25 0,22

F2 (Pagi dan Sore) 0,25 0,33 0,17 0,25

Rataan 0,29 0,21 0,08 0,24

16 F1 (Pagi Hari) 0,29 0,17 0,08 0,17

F2 (Pagi dan Sore) 0,33 0,08 0,08 0,17

Rataan 0,29 0,13 0,08 0,17

17 F1 (Pagi Hari) 0,08 0,50 0,33 0,31

F2 (Pagi dan Sore) 0,00 0,08 0,42 0,17

Rataan 0,04b 0,29a 0,38a 0,24

Minggu Frekuensi Penyiraman Varietas

Rataan ---helai--- Data awal

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan minggu pengamatan yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.

(43)

Varietas PPKS 540 menghasilkan rataan pertambahan jumlah daun tertinggi serta Avros yang terendah pada 17 MSP.

Gambar 3. Pola pertambahan jumlah daun tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai 15 bulan (1-17 MSP).

Hasil dari Gambar 3. menunjukkan pola rataan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit mengalami stagnasi pertambahan jumlah daun pada 2-6 MSP ; 7-12 MSP ; 13-16 MSP dan meningkat pada 17 MSP.

Total Luas Daun

Berdasarkan Lampiran 132-137 diketahui bahwa perlakuan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada 1 dan 17 MSP, sedangkan varietas kelapa sawit berbeda pada 1 MSP. Interaksi antara varietas kelapa sawit dengan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada 1 dan 17 MSP.

Varietas Avros menghasilkan rataan tertinggi dan PPKS 540 yang terendah pada 1 MSP. Rataan pertambahan total luas daun pada perlakuan frekuensi penyiraman dan varietas kelapa sawit tertera pada Tabel 4.

Gambar

Tabel 1. Pertambahan  tinggi  tiga  varietas  bibit  kelapa  sawit  umur  11  sampai  15  bulan dengan perlakuan frekuensi  penyiraman
Gambar 1.   Pola pertambahan tinggi tiga varietas bibit kelapa sawit  umur 11 sampai 15  bulan (1-17 MSP)
Tabel 2. Pertambahan lilit batang tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai  15 bulan dengan perlakuan frekuensi penyiraman
Gambar 2.  Pola pertambahan lilit batang tiga varietas bibit kelapa sawit umur 11 sampai  15  bulan (1 – 17 MSP)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Using the conservation of a rare and endangered musical instrument called bundengan as a case study, this paper will assess the uses of social media platforms in both documenting

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh persepsi nasabah terhadap praktik produk pembiayaan murabahah BNI Syariah Cabang Banda Aceh, dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ‘‘Struktur

Ikut  serta  dalam  transaksi  bisnis  pribadi  atas  perusahaan  swasta  untuk   keuntungan  pribadi  dengan  mengatasnamakan  jabatan  kedinasan  ...

Employee relations dilakukan antara lain untuk menciptakan bentuk hubungan atau komunikasi dua arah yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawannyadalam

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih dan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengaruh Kepemimpinan Kepala