• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMITE SEKOLAH SEBAGAI ADVISORY AGENCY DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH DI SMPN 2 TANJUNG EMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN KOMITE SEKOLAH SEBAGAI ADVISORY AGENCY DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH DI SMPN 2 TANJUNG EMAS"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

TANJUNG EMAS

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

RADEA MPI. 14 131 040

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2018 M/ 1439 H

(2)

ii

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

(5)

v ABSTRAK

Radea NIM 14 131 040, “Peran Komite Sekolah sebagai Advisory Agency dalam Meningkatkan Mutu Sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas”, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Tahun 2018.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah komite sekolah masih belum optimal dalam menjalankan perannya sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data ini menggunakan Presistent observation (ketekunan pengamatan), Triangulasi dan menggunakan trianggulasi sumber dan teknik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Miles dan Huberman.

Komite Sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Namun dalam pelaksanaannya pada sebagian satuan pendidikan masih terdapat kekurangan dan belum optimal Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite dalam melaksanakan perannya sebagai advisory agency telah memberikan pertimbangan dan masukan dalam hal identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat, ikut mengesahkan RAPBS, memberikan masukan terhadap pembelajaran kepada guru, serta memberikan pertimbangan dalam hal perencanaan sekolah seperti: memberikan pertimbangan dan masukan dalam hal identifikasi sumber daya pendidikan, memberikan pertimbangan kepada tenaga kependidikan yang dapat diperbatukan sekolah, memberikan pertimbangan dalam hal sarana dan prasarana, dan memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan sekolah.

Namun masih ada beberapa indikator kinerja yang masih belum terlaksana oleh komite sekolah dalam menjalankan perannya sebagai advisory agency yaitu:

komite tidak ada memberikan pertimbangan dalam penyususnan RAPBS, tidak ada memberikan pertimbangan dalam RAPBS, komite sekolah tidak ada memberikan masukan dalam hal kurikulum sekolah.

Kata Kunci: peran komite sekolah, advisory agency, mutu sekolah.

(6)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Sub Fokus Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Komite Sekolah ... 9

1. Pengertian Komite Sekolah ... 9

2. Tujuan Komite Sekolah ... 10

3. Peran, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah ... 12

4. Organisasi Komite Sekolah ... 20

B. Mutu Sekolah... 22

1. Pengertian Mutu Sekolah ... 22

2. Kriteria Mutu ... 27

3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah ... 30

4. Standar Mutu Pendidikan ... 35

5. Dimensi Kualitas ... 39

C. Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

(7)

vii

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 42

C. Instrumen Penelitian ... 43

D. Sumber Data ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Temuan Umum Penelitian ... 50

1. Sejarah Sekolah ... 50

2. Identitas Sekolah ... 50

3. Prestasi yang Pernah Diperoleh ... 51

B. Temuan Khusus Penelitian ... 51

1. Peran Komite Dalam Perencanaan Sekolah ... 53

2. Peran Komite Sekolah Dalam Pelaksanaan Program ... 55

3. Peran Komite Dalam Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan. 57 C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI, DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel.3.1 Waktu Penelitian ... 43 Tabel 4.1 Prestasi Siswa ... 51

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik ... 49 Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ... 49

(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi juga tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.

Tanggung jawab orang tua dan masyarakat dalam bidang pendidikan direalisasikan dalam suatu wadah komite sekolah Komite sekolah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, yang tentunya merupakan suatu hal yang belum menjiwai dalam masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, peran serta masyarakat dirumuskan sebagai berikut: (1) Penyediaan sumber daya pendidik (2) Penyelenggaraan satuan pendidikan (3) Penggunaan hasil pendidikan (4) Pengawasan penyelenggaraan pendidikan, (5) Pengawasan pengelolaan pendidikan (5) Pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya, dan (6) Pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuan pendidikan atau penyelenggara satuan pendidikan dalam menjalankan fungsinya.

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, pada salah satu misinya dijelaskan agar memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis otonomi daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kemudian masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan atau komite sekolah.

Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2016 tentang komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua atau wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Komite sekolah merupakan suatu badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

(11)

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Salah satu tujuan pembentukan komite sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Dibentuknya komite sekolah diharapkan mampu meminimalisir peran kepala sekolah yang masih dominan dalam pembuatan program sekolah. Dominasi kepala sekolah terlihat dari berjalannya roda organisasi sekolah yang cenderung menerapkan pola otoritarian, yaitu pada saat memutuskan segala sesuatunya tanpa pertimbangan dari berbagai pihak, terutama dalam membuat berbagai program di sekolah. Hal ini, membuat Komite Sekolah tidak dapat memberikan masukan kepada sekolah. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan.

Pembentukan komite disekolah masih untuk formalitas saja, ini disebabkan masih kurangnya pemahamanan akan tugas pokok dan fungsi dibentuknya komite sekolah sehingga kurang mendapat perhatian dari sekolah dan hanya dilibatkan pada beberapa kegiatan sekolah yang berhubungan dengan komite sekolah. Kurangnya pemahaman terhadap tujuan didirikannya komite sekolah menyebabkan peran komite sekolah hanya terpaku pada masalah pembangunan dan biaya pendidikan saja. Hal ini, mengakibatkan komite sekolah menjadi kurang respon terhadap berbagai program yang dihasilkan oleh sekolah karena komite sekolah jarang dilibatkan dalam penyusun program sekolah, Hasbullah (2007 p,105).

Sebagaimana dijelaskan dalam surah al isra’ ayat 84 dan surah Ali Imran ayat 104 menyatakan:

























Artinya: Katakanlah "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing- masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya”.

(12)































Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Dari ayat di atas maka dijelaskan bahwa peran serta stekholder didalam pendidikan sangat dibutuhkan karena dapat membantu dalam proses pengembangan sekolah, serta dapat membantu dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapi sekolah serta dapat membantu pemerintah dalam memonitoring pengelolaan sekolah, hal ini tentunya melalui komite sekolah yang merupakan wadah dalam menyampaikan inspirasi masyarakat kepada pihak sekolah. Hal ini penting karena dalam meningkatkan mutu sekolah, maka diperlukan peran serta masyarakat dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

Pendidikan yang bermutu adalah sekolah yang memgembangkan program layanan dan memenuhi kebutuhan pengguna yaitunya masyarakat.

Komite sekolah merupakan bagian dari sub sistem di satuan pendidikan yang juga mempunyai peran penting di dalamnya dalam menentukan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Secara organisatoris, semua lembaga pendidikan perlu memantapkan fungsi dan memberdayakan komite sekolah sebagai wahana penghubung, oleh karena itu kerja sama antara sekolah dengan para stakeholder atas terselenggaranya proses pendidikan merupakan cara yang paling tepat dan efektif untuk membentuk kerjasama masyarakat dalam meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Peran komite sekolah sangat dibutuhkan sejak perencanaan program sekolah hingga tahap evaluasi sebagai wujud untuk menciptakan sekolah yang mandiri, efektif, dan efisien .

Komite sekolah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016

(13)

menjelaskan peran komite sekolah adalah (1) sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan, (2) badan pendukung (supporting agency) baik berwujud finansial,pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, (3) badan pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan pada satuan pendidikan dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat pada satuan pendidikan serta (4) mediator yaitu badan penghubung antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat.

Salah satu peran komite sebagai advisory agency adalah memberikan pertimbangan terkait penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam hal sarana prasarana yang mendukung kegiatan akademik maupun non akademik. Pada bidang akademik memprioritaskan kenyamanan proses KBM antara guru dan murid termasuk sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Pertimbangan yang dilakukan oleh komite sekolah komite sekolah secara bersama-sama mengupayakan kemajuan bagi sekolah itu. Program program akademik yang ditujukan pada kepentingan para peserta, harus mendapat dukungan dari komite kepala sekolah, sehingga program tersebut dapat dilaksanakan dengan ketersediaan biaya yang diperlukan. Membangun saling pengertian yang baik, komunikasi yang sehat perlu dibangun antara sekolah dengan komite sekolah. Peran komite sebagai badan pertimbangan memiliki indikator kerja adalah memberikan pertimbangan dalam proses perencanaan sekolah, pelaksanaan program sekolah dan pengelolaan sumberdaya pendidikan.

Namun dalam pelaksanaannya peran komite sekolah sebagai advisory agency masih banyak mengalami kendala seperti: masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang peran pengurus komite sekolah di kalangan pengurus komite, tidak memberikan pertimbangan terhadap peningkatan proses pembelajaran, tidak memberikan pertimbangan terhadap proses pengelolaan dalam pendidikan,tidak memberikan pertimbangan dalam penyususnan visi, misi, tujuan, dan kebijakan sekolah, tidak memberikan

(14)

pertimbangan terhadap proses pembelajaran dan pengajaran kepada guru, tidak memberikan pertimbangan dalam pengadaan buku bagi siswa. Dampak yang ditimbulkan hubungan kemitraan dengan orang tua, masyarakat dan pihak-pihak luar yang terkait tidak berjalan dengan baik sehingga mempengaruhi dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

Gagasan untuk melibatkan masyarakat dalam konsep komite sekolah, merupakan suatu inisiatif dalam rangka memajukan sekolah, agar tidak ada persepsi yang menyatakan bahwa komite sekolah sebagai wakil orang tua siswa dan masyarakat hanya memberikan peran berupa materi. Keberadaan komite sekolah sangat mendukung dalam penyelenggaraan pendidikan berupa materi maupun non materi. Dukungan yang dilakukan yang berhubungan dengan pengadaan dan pemeliharaan beberapa fasilitas sekolah yang berkaitan dengan akademik maupun non akademik. Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu maka setiap sekolah memiliki komite sekolah sebagai wakil masyarakat yang ikut serta dalam membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komite Sekolah merupakan penyempurnaan dan perluasan badan kemitraan dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Dibentuknya komite sekolah diharapkan dapat meningkatkan serta mengembangkan kinerja dan kualitas sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan. SMP N 2 Tanjung Emas adalah salah satu lembaga pendidikan yang beralamat di Jalan ludai-Nagari pagaruyung kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti adalah, peran komite sebagai advisory agency kurang terlaksana dengan baik. Permasalahan komite dalam melaksanakan perannya sebagai advisory agency di jabarkan sebagai berikut:

(1) Dalam rapat dan penyusunan RAPBS, perencanaan sekolah, pengelolaan sumber daya, komite sekolah kurang berperan, sehingga rapat-rapat yang diadakan hanya dihadiri oleh sebagian kecil pengurus dan anggota komite sekolah, (2) Menurut kepala sekolah komite jarang melakukan kontrol atau pengawasan dalam kelengkapan sarana prasarana terhadap penyelenggaraan pembelajaran, (3) Upaya sekolah mendapatkan bantuan dana dari pihak

(15)

pemerintah, sering dilakukan hanya oleh kepala sekolah saja, tanpa bantuan komite, (4) Dalam memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah, fungsi komite sekolah tidak berjalan dengan baik, sehingga kegiatan-kegiatan di sekolah belum optimal dalam pelaksanaannya. (Hasil wawancara dengan kepala sekolah ibuk Fioranur, S.Pd, Kamis 01 juni 2017)

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diketahui betapa pentingnya peran komite sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

Akan tetapi, kenyataan dilapangan peran komite tidak terlaksana dengan baik.

Maka mengakibatkan masih rendahnya mutu sekolah. . Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Peran Komite Sekolah sebagai Advisory Agency dalam Meningkatkan Mutu Sekolah.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis memfokuskan masalah yang akan diteliti yaitu peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah di SMP N 2 Tanjung Emas.

C. Sub Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan peran komite sekolah sebagai advisory agency yang terdiri dari::

1. Peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam perencanaan sekolah.

2. Peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam program sekolah.

3. Peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya pendidikan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam memberikan masukan terhadap perencanaan sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas ?

(16)

2. Bagaimana peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam memberikan masukan terhadap pelaksanaan program sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas ?

3. Bagaimana peran komite sekolah sebagai advisory agency atau badan pertimbangan dalam memebrikan masukan terhadap pengelolaan sumber daya pendidikan di SMPN 2 Tanjung Emas ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas, khususnya meliputi:

1. Bentuk pertimbangan dan masukan komite sekolah terhadap perencanaan sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas.

2. Bentuk pertimbangan dan masukan komite sekolah terhadap pelaksanaan program sekolah di SMPN 2 Tanjung Emas.

3. Bentuk pertimbangan dan masukan komite sekolah terhadap pengelolaan sumber daya pendidikan di SMPN 2 Tanjung Emas.

F. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu manajemen pendidikan, terutama mengenai hubungan sekolah dan masyarakat yaitu komite sekolah, dalam meningkatkan mutu sekolah.

Hal yang dapat digali dari penelitian ini adalah kemungkinan munculnya konsep-konsep kontekstual yang berkenaan dengan peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

2. Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini berguna untuk:

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah maupun instansi pendidikan, khususnya Dinas kaitannya dengan upaya meningkatkan peran Komite Sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

(17)

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk komite sekolah, selanjutnya agar komite sekolah bisa berperan aktif dalam meningkatkan mutu sekolah.

c. Sebagai bahan rujukan dalam rumusan materi kependidikan dalam mengembangkan peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

d. Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang dalam mengembangkan peran komite sekolah sebagai advisory agency dalam meningkatkan mutu sekolah.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang judul skripsi di atas, maka peneliti memandang perlu untuk menjelaskan istilah istilah yang ada pada judul sebagai berikut :

1. Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

2. Advisory agency adalah memberikan pertimbangan terkait penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam hal perencanaan sekolah, pelaksanaan program sekolah, dan pengelolaan sumberdaya pendidikan.

3. Mutu adalah gamabaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, mutu mencakup input, proses, output.

(18)

9 1. Pengertian Komite Sekolah

Dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2016 tentang komite sekolah menyatakan bahwa komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003 dikemukakan bahwa komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali murid, komunitas sekolah serta tokoh masyarakat, dan berfungsi memberikan pertimbangan tentang manajemen sekolah (Mulyasa, 2012, p.

126).

Komite sekolah adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan, efisiensi pengelolaan pendidikan di kota atau kabupaten. Komite sekolah adalah lembaga atau badan khusus yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah, (Mulyono, 2008, p. 94 ).

Sedangkan menurut Undang undang sistem pendidikan Nasional no.

20 tahun 2003 Pasal 56 Ayat 3 komite sekolah adalah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

(Engkoswara 2011, p. 297)

Jadi dapat disimpulkan bahwa komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/ wali murid, komunitas sekolah serta tokoh masyarakat yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang

(19)

demokratis oleh para stakeholders pendidikan di tingkat sekolah dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan prasara, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite sekolah adalah lembaga khusus yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh stekholder pendidikan di tingkat sekolah sebagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu di sekolah. Komite sekolah merupakan wadah yang berfungsi sebagai forum untuk mempresentasikan segala aspirasi, prakarsa,dan partisipasi para stekholder sekolah secara profesional (Komariah, 2011,p.297)

2. Tujuan Komite Sekolah

Secara umum, komite sekolah bertujuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan meningkatkan keterlibatan masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing tetapi sebagai mitra yang harus saling bekerja sama. tugas dan tanggung jawab komite mengajak masyarakat untuk berupaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian maka jelas bahwa tanggung jawab dalam Islam tidak hanya bersifat perseorangan tapi juga bersifat sosial. Mulyasa (2012: 50) menyatakan bahwa tujuan membina hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain (1) memajukan mutu pembelajaran, dan pertumbuhan anak, (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan mutu hidup dan penghidupan masyarakat, dan (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat.

Dibentuknya komite sekolah pasti mempunyai tujuan yang jelas.

Adapun tujuan komite sekolah menurut Komariah (2011, p. 298) adalah:

a. Mewadahi dan menyalurkan peran serta para stekholder pendidikan di tingkat pendidikan tingkat sekolah dalam merumuskan dan menetapkan bernagai kebijakan pengelolaan sekolah, pengembangn program sekolah, monitoring pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah, dan pertangggung jawaban mutu sekolah secara demokratis dan transparan.

(20)

b. Mewadahi dan meningkatkan peran serta stekholder pendidikan di tingkat sekolah dalam memecahkan masalah masalah pendidikan yang dihadapi sekolah, dan membantu pemerintah memonitoring pengelolaan pendidikan sekolah.

c. Memfasilitasi upaya peningkatan kinerja dan profsionalisme kepala sekolah, guru, dan staf lain yang terlibat dalam proses pendidikan anak sekolah sesuai visi dan misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah.

d. Menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar, pengadaan, dan pemeliharaan fasilitas sekolah yang baik, dan peningkatan kualitas staf yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

e. Mengembangkan dan menetapkan program kurikulum yang efektif yang sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat, kebutuhan dan tuntutan global serta berbagai inovasi yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan disekolah.

f. Memfasilitasi dan mengontrol penerapan sistem manjemen sekolah yang transparan dan demokratis dalam pendayagunaan berbagai sumberdaya yang tersedia sesuai dengan prioritas kebutuhan pelaksanaan program sekolah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

g. Menjembatani dan turut serta memasyarakatkan kebijakan sekolah kepada pihak pihak yang memepunyai keterkaitan dengan sekolah, (Fattah 2004, p.156)

Menurut permendiknas Nomor 75 Tahun 2016 dijelaskan bahwa tujuan Komite Sekolah yaitu: (1) mewadahi, menyalurkan aspirasi, dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

(21)

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

3. Peran, Tugas dan Fungsi Komite Sekolah

Berdasarkan UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 56 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pada masyarakat terdapat dewan pendidikan dan komite sekolah, yang berperan sebagai berikut:

Pasal 56 ayat (1): Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah

Pasal 56 ayat (2): Dewan Pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.

Pasal 56 ayat (3): Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Pasal 56 ayat (4): Ketentuan mengenai pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Sementara pasal 196 menjelaskan fungsi Komite Sekolah/Madrasah yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 196 ayat (1): Komite sekolah/madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan

(22)

tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Pasal 196 ayat (2): Komite sekolah/madrasah menjalankan fungsinya secara mandiri dan profesional.

Pasal 196 ayat (3): Komite sekolah/madrasah memperhatikan dan menindaklanjuti terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan.

Ayat- ayat diatas menjelaskan bahwa komite sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya memajukan dunia pendidikan. komite sekolah turut memberikan pertimbangan mengenai berbagai isu pendidikan kepada sejumlah pemangku kepentingan seperti gubernur, bupati/walikota, Dinas Pendidikan, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Posisi ini menjadikan komite sekolah sebagai mitra strategis dan sejajar bagi Pemerintah daerah dan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam surah An- Nisaa’ ayat 9 yaitu :

































Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Dari ayat diatas maka dijelaskan bahwa keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat memiliki pola hubungan funsional yang sangat rapat, dan bersatu padu secara bersama sama dalam melaksanakan misi mencerdaskan kehidupan bangsa. Komite merupakan sebagai forum untuk pengambilan keputusan antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Salah satu tujuan dibentuknya komite adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini, berarti peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan.

(23)

Hal ini bukan hanya memberikan bantuan berupa materil saja, tapi juga dapat berupa ide- ide dan gagasan inovatif demi kemajuan sekolah.

Keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan menjadi mutlak karena hal tersebut tertuang dalam tri pusat pendidikan yaitu semua orang terdiri dari orang tua, kepala lembaga pendidikan, dan guru yang bekerja sama mendidik anak anak dengan baik. Adanya sinergi antara komite sekolah dengan sekolah menyebabkan lahirnya tanggung jawab bersama antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun pendidikan. Dari sini masyarakat akan dapat menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan. Menurut Suryadi dan Budimansyah tugas komite sekolah adalah:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency)

Komite memiliki peranan sebagai advisory agency, badan yang memberikan pertimbangan kepada sekolah atau yayasan. Sekolah dan yayasan pendidikan harus meminta pertimbangan kepada komite sekolah dalam merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah termasuk merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah. Peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan Advisory agency) adalah memberikan pertimbangan terkait penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam hal sarana prasarana yang mendukung kegiatan akademik maupun non akademik. Pada bidang akademik memprioritaskan kenyamanan proses KBM antara guru dan murid termasuk sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Format yang dikemas dalam pertimbangan ini, karena komite sekolah adalah sebagai mitra dan partner sekolah, maka yang bisa dilakukan adalah bagaimana pertimbangan yang akan dilakukan apabila input sekolah melebihi kapasitas yang ada dengan memberikan penambahan ruang kelas. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Satori yang dikutip oleh Syaiful Sagala bahwa komite sekolah merupakan partner sekolah yang secara bersama-sama mengupayakan kemajuan bagi sekolah itu. Program program

(24)

akademik yang ditujukan pada kepentingan para peserta harus mendapat dukungan dari komite kepala sekolah, sehingga program tersebut dapat dilaksanakan dengan ketersediaan biaya yang diperlukan. Membangun saling pengertian yang baik, komunikasi yang sehat perlu dibangun antara sekolah dengan komite sekolah.

Komite sekolah juga sangat berperan dalam memberikan pertimbangan terhadap pengadaan mata pelajaran pada kurikulum mutan lokal agar relevan pada karakter setiap lembaga. Komite sekolah memberikan masukan serta mengesahkan RAPBS. Masukan yang diberikan oleh komite sebatas masukan secara umum dan tidak serta merta mengintimidasi keputusan kepala sekolah. Komite sekolah juga harus memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan rapat RAPBS.

Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa peran komite sebagai badan pertimbangan yaitu telah memberikan pertimbangan dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Pertimbangan terkait dengan sarana-prasarana untuk menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM).

2) Pengembangan kurikulum, khususnya pada kurikulum muatan lokal.

3) Memberikan masukan serta mengesahkan RAPBS.

4) Pertimbangan terhadap kompetensi sumber daya satuan pendidikan. komite sekolah selaku pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, minimal memberikan masukan, pertimbangan dan rekomndasi kepada satuan pendidikan, diperlukan informasi- informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

5) Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah.

(25)

6) Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah.

7) Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis kepada sekolah.

8) Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembanagn KTSP. Memberikan pertimbnagan kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Memberikan pertimbanagn kepada sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (Hasbullah 2006, p. 96-99).

b. Pendukung (supporting agency)

Komite sekolah berperan sebagai supporting agency, badan yang memberikan dukungan berupa finansial, tenaga, dan pikiran dalam rangka meningkatkan mutu serta pelaksanaan di sekolah (Engkoswara, 2010, p.301). Fungsi pendukung komite sekolah salah satu diantaranya adalah memaksimalkan anggaran operasional sekolah yang bersumber dari APBD, bantuan masyarakat, dan mendorong penggunaan anggaran yang bersumber dari bantuan BOS dengan mengimplementasikan program dan kegiatan yang tepat sasaran Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

1) Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di lingkungan sekolah.

2) Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu.

3) Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

(26)

4) Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, seperti; mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya pendidikan bagi masyarakat tidak mampu. (Musbikin 2013, p.

240)

c. Pengontrol (controlling agency)

Peran komite sekolah sebagai controlling agency yang berarti melakukan pengawasan terhadap kegiatan dan kebijakan di sekolah.

Komite sekolah memiliki peran sebagai controlling agency, badan yang melaksanakan pengawasan sosial kepada sekolah. Pengawasan ini tidak sebagai pengawasan institusional sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga maupun badan pengawasan seperti inspektorat, atau Badan Pemeriksa Keuangan, maupun badan pengawasan fungsional lainnya. Pengawasan sosial yang dilakukan lebih memiliki implikasi sosial, dan lebih dilaksanakan secara preventif, seperti ketika sekolah menyusun RAPBS, atau ketika sekolah menyusun laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat (Haryanto dkk 2008, p. 82).

Pengontrolan (controlling agency) dalam rangka transparansi dalam akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Meminta penjelasan kepala sekolah tentang hasil belajar siswa di sekolahnya.

2) Menjadi penyebab ketidak berhasilan belajar siswa, dan memperkuat berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa (Musbikin 2013, p. 241)

(27)

d. Mediator

Komite sekolah berperan sebagai mediator antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan, seperti:

1) Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan, organisasi pemerintah dan masyarakat untuk penyelengaaraan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu.

2) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat dalam bentuk: menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran, dan ide kreatif dari stake holders pendidikan di sekitar sekolah dan menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di sekitar sekolahnya. Musbikin (2013 p. 241)

Menurut Sagala (2007: 245-246) mengemukakan tugas dan fungsi komite sekolah, adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan AD dan ART komite sekolah, memberikan masukan terhadap muatan RAPBS dan rencana strategik pengembangan serta standar pelayanan sekolah.

2) Menentukan dan membantu kesejahteraan personal, mengkaji pertanggungjawaban dan implementasinya.

3) Mengkaji kinerja sekolah dan melakukan internal auditing (school self-assesment) dan merekomendasikan penerimaan kepala sekolah dan guru.

Komite sekolah merupakan wadah yang berfungsi sebagai forum untuk merepresentasi segala aspirasi, prakarsa, dan partisipasi para stakeholder sekolah secara proporsional. Forum ini dapat mengakomodasi dan membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah dalam hal:

(Engkoswara, 2011, p. 297-298)

1) Penyusunan perencanaan strategik sekolah

(28)

2) Penyusunan perencanaan tahunan sekolah

3) Mengadakan pertemuan untuk menampung dan membahas berbagai kebutuhan, masalah, aspirasi dan ide-ide yang disampaikan oleh anggota komite sekolah.

4) Memikirkan upaya-upaya untuk memajukan sekolah, terutama yang menyangkut kelengkapan fasilitas sekolah, fasilitas pendidikan, pengadaan biaya pendidikan bagi pengembangan keunggulan kompetitif sekolah sesuai dengan aspirasi stakeholders seklah

5) Mendorong sekolah untuk melakukan internal monitoring (school self assesment) dan melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas dalam forum dewan sekolah

6) Membahas hasil-hasil tes standar yang dilkukan oleh lembaga/

institusi eksternal dalam upaya menjaga jaminan mutu (quality assurance) serata memelihara kondisi pembelajaran sekolah sesuai dengan tuntutan satandar minimum kompetisi siswa (basic minimum competency). Membahas laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh penerimaan dewan sekolah

7) Memantau kinerja sekolah, yang meliputi kinerja manajemen sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, mutu belajar-mengajar termasuk kinerja guru, hasil belajar siswa, disiplin dan tata tertib sekolah, prestasi, baik dalam aspek intra maupun ekstrakurikuler.

Tugas komite sekolah adalah membantu menetapkan visi, misi dan standar layanan, menjaga jaminan mutu sekolah, memelihara, mengembangkan potensi, menggali sumber dana, mengevaluasi, merenovasi, mengidentifikasi dan mengelola konstribusi masyarakat terhadap sekolah. Berperannya komite sekolah menurut tugas dan fungsinya sebagaimana tersebut diatas, menjadi harapan semua pihak agar tercipta sebuah lembaga pendidikan yang benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat.

(29)

Menurut Hasbullah (2006 : 96) yang menjadi fungsi dari keberadaan komite sekolah adalah:

1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan, organisasi, dunia usaha, dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaran pendidikan yang bermutu 3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutandan

berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

a) Kebijakan dan program pendidikan

b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah(RAPBS)

c) Kriteria kinerja satuan pendidikan d) Kriteria tenaga kependidikan e) Kriteria fasilitas pendidikan

5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan.

4. Organisasi Komite Sekolah

Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan dikethui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahp pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia pesipan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dilakuan

(30)

dengan cara musyawarah, (Hasbullah, 2006, p. 99). Dalam pembentukkan komite sekolah maka keanggotaan komite sekolah, terdiri atas:

a. Unsur masyarakat dapat berasal dari: orang tua/ wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/ industri, organisasi profesi tenaga kependidikan, wali alumni atau wakil peserta didik.

b. Unsur komite guru, yayasan/lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite sekolah (maksimal 3 orang).

c. Anggota komite sekolah, sekurang-kurangnya berjumlah sembilan orang, dan jumlahnya gasal, (Hasbullah, 2006, p. 100).

Sedangkan menurut perturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2016 pasal 4 tentang tentang keanggotaan komite sekolah menjelaskan bahwa keanggotaan komite sekolah terdiri dari unsur :

a. Orang tua atau wali dari siswa yang masih aktif pada sekolah yang bersangkutan paling banyak 50%.

b. Tokoh masyarakat paling banyak 30%. antara lain :

1) Memiliki pekerjaan dan prilaku hidup yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat setempat.

2) Anggota atau pengurus organisasi atau kelompok masyarakat peduli pendidikan, tidak termasuk anggota/ pengurus organisasi profesi pendidik dan penurus partai politik.

c. Pakar pendidikan paling banyak 30% antara lain:

1) Pensiunan tenaga pendidik.

2) Orang yang memiliki pengalaman pada bidang pendidikan.

d. Persentase sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menjadi batas maksimal sampai dengan jumlah sampai dengan jumlah anggota memenuhi 100% yan disesuaikan dengan kondisi daerah masing masing.

e. Anggotak komite sekolah berjumlah paling sedikit lima orang dan paling banyak lima belas orang.

(31)

f. Anggota komite sekolah tidak dapat berasal dari unsur :

1) Pendidik dan tenga kependidikan dari sekolah yang bersangkutan.

2) Penyelenggara sekolah yang bersangkutan.

3) Pemerintah desa.

4) Forum koordinasi pimpinan kecamatan.

5) Forum koordinasi pimpinan daerah.

6) Anggota dewan perwakilan rakyat daerah.

7) Pejabat pemerintah/ pemerintah daerah yang membidangi pendidikan.

Kepengurusan komite sekolah setiap organisasi pasti memerlukan suatu ketentuan yang mengatur tentang kepengurusan, keanggotaan, peran, dan fungsinya serta ketentuan lain yang diatur dalam AD/ART teramasuk komite sekolah. Secara umum kepengurusan Komite Sekolah sekurang- kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang- bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Struktur organisasi Komite Sekolah yang sudah dibentuk di tiap-tiap sekolah pada umumnya, (Hasbullah, 2006, p. 100).MAnggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Komite sekolah wajib memiliki AD dan ART, anggaran dasar yang dimaksud, sekurang-kurangnya memuat: Nama dan tempat kedudukan; dasar, tujuan dan kegiatan; keanggotaan dan kepengurusan;

hak dan kewajiban anggota dan pengurus; keuangan; mekanisme kerja dan rapat-rapat; peruabahan AD dan ART, serta pembubuhan organisasi (Mulyasa, 2012, P.129-130).

B. Mutu Sekolah

1. Pengertian Mutu Sekolah

Menurut J.M Juran mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Sedangkan menurut Deming, mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa depan. Hadis dan Nurhayati, 2014 p,85). Sesuatu dianggap bermutu apabila sesuai dengan tujuan atau manfaat yang telah ditentukan serta dapat memberikan

(32)

kepuasan dan kebutuhan pelanggan baik untuk sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. Pengertian Mutu secara umum adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari bidang atau jasa yang menunjukkan dalam kemampuan memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Zahroh, 2014, p. 28).

Mutu juga dapat diartikan sebagai suatu yang memuaskan dan melampai keinginan dan kebutuhan pelanggan (sallis, 2006, p.55)

Menurut Arcaro mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan out put pendidikan. Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah merupakan kemampuan sistem pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah faktor input agar menghasilkan out put yang setinggi-tingginya (Suryadi dan Tilaar, 1994 p.108). sebagaiamana dijelaskan dalam QS: Ar’ Rad ayat 11





















 



















































Artinya: bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

(33)

Dari ayat diatas maka dapat dijelaskan bahwa Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha dalam merubah nasibnya sendiri. Dalam menginginkan pendidikan yang bermutu tentunya diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu tentunya diperlukan orang orang yang berkompeten untuk mencapai pendidikan yang bermutu.

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang input, dan prosesnya berjalan dengan baik, yang nantinya akan menunjukkan terhadap output atau sesuatu yang dihasilkan.

Mutu atau kualitas memiliki definisi yang bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam menggunakan (easy of use), estetika (esthetic). Definisi strategik dari mutu adalah suatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers). Kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikkan atau ditetapkan (Vincent, 2001, p.5).

Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction), konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements), dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus (continuous improvement). Menurut Sallis definisi relatif tentang kualitas memiliki dua aspek yaitu pertama adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi dan kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Aspek yang pertama merupakan definisi produsen tentang mutu, sedangkan aspek yang kedua adalah definisi mutu dari pelanggan.

Menurut Sallis peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus disesuaikan dengan

(34)

akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya. Hal tersebut berarti mutu dalam sekolah merupakan sesuatu hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang makin keras (Edward, 2006, p. 30).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mutu adalah gambaran atau karateristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.

Mutu sekolah adalah kemampuan sekolah dalam mendayagunakan sumber sumber yang ada di sekolah untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Mutu pendidikan disekolah harus diperhatikan dan tingkatkan menjadi baik dan berkualiats. Hal ini merupakan tantangan yang harus direspon secara positf oleh lembaga pendidikan. Mutu dalam bidang pendidikan meliputi input, proses, output, (Mutohar, p.135). Jika dikaitkan dengan kualitas dunia pendidikan, maka mutu dapat diuraikan ke dalam tiga aspek, yaitu:

a. Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena di dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan harapan sebagai pemandu bagi berlansungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi, peraturan perundang undangan, deskripsi tugas, rencana, dan program. Input harapan harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran yang ingin di capai sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlansung dengan baik. oleh karena

(35)

itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari kesiapan input.

Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

b. Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.

sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut out put. Proses yang bermutu apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara harmonis sehingga menciptakan suatu pembelajaran yang menyenagkan.

c. Output adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah.

Kinerja sekolah dapat diukur dalam kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Berkaitan dengan mutu output sekolah dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan bermutu jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa ulangan umum, ujian nasional, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, misalnya iman dan taqwa, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler lainnya

Lulusan yang berkualitas dihasilkan oleh sekolah yang berkualitas juga. Namun pendidikan yang berkualitas memerlukan proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang unggul ini baru dapat diketahui setelah yang bersangkutan memasuki dunia kerja dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat. (Riduwan 2012: p, 157- 158).

Sangat perlu adanya penilaian perbandingan antara input dan output dari sekolah supaya diketahui kualitas suatu sekolah. Apakah siswa yang bersangkutan mengalami perubahan yang baik setelah

(36)

melakukan proses pembelajaran di sekolah tersebut atau tidak, hal ini perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahuinya. Output sekolah dapat dikatakan bermutu jika prestasi sekolah menunjukan pencapaian yang tinggi.

2. Kriteria Mutu

Adapun ukuran mutu menurut kriteria mutu Baldrige berfokus pada tujuh area topik yang secara integral dan dinamis saling berhubungan, perbaikan mutu adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan

1) Kepala sekolah memiliki pernyataan kebijakan kualitas.

2) Guru dan staf serta seluruh warga sekolah mengetahui sasaran kualitas jangka panjang sekolah.

3) Kepala sekolah terlibat secara penuh dalam pengembangan kultur kualitas sekolah.

4) Kepala sekolah memiliki pelatihan yang tepat tentang konsep konsep kualitas.

5) Kepala sekolah mempraktikkan kualitasyang diajarkan.

6) Kebijakan kualitas berlandaskan pada kebutuhan untuk perbaikan terus menerus.

7) Tanggung jawab perbaikan kualitas telah secara jelas dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah.

8) Komite kualitas sekolah mengkoordinasikan berbagai unit unit sekolah.

9) Masyarakat mengetahui sasaran kualitas sekolah.

b. Analisis dan informasi

1) Kepala sekolah melaporkan data tentang semua dimensi penting dari kualitas pelanggan sekolah.

2) Guru dan karyawan melaporkan data tentang semua dimensi pelayanan yang penting.

3) Data kualitas dilaporkan kepada semua unit unit sekolah.

(37)

4) Data tentang pelatihan manajemen kualitas dikumpulkan tata usaha.

5) Kepala sekolah menganalisis data tentang pandangan masyarakat tentang kualitas sekolah.

6) Kepala sekolah menganalisis biaya yang tidak efisien.

7) Kepala sekolah mengidentifikasi kedala kendala dalam mewujudkan kualitas sekolah.

c. Perencanaaan mutu strategis

1) Kepala sekolah menggunakan data kompetitif dari sekolah lain ketika mengembangkan sasaran kualitas.

2) Kepala sekolah memiliki rencana operasional tahunan yang menggambarkan sasaran kualitas.

3) Guru dan karyawan dilibatkan dalam perencanaan kualitas.

4) Pimpinan unit unit sekolah berusaha untuk mencapai sasaran kualitas.

5) Fungsi kualitas merupakan bagian rencana kegiatan sekolah.

6) Kepala sekolah memiliki metode spesifik untuk memantau kemajuan menuju perbaikan kualitas sekolah.

7) Terdapat rencana kualitas yang mempengaruhi semua unit sekolah.

8) Kepala sekolah memiliki rencana kualitas untuk masukan.

d. Penegembangan sumber daya manusia

1) Kepala sekolah memiliki rencana peluang bagi guru dan karyawan dalam perbaikan kualitas.

2) Kriteria kualitas digunakan dalam evaluasi performa SDM sekolah.

3) Sasaran kualitas dikomunikasikan kepada smua guru dan staf.

4) Guru dan karyawan percaya dan secara terus menerus memberikan layanan terbaik.

5) Semua guru dan karyawan dilatih tentang konsep perbaikan kualitas.

(38)

6) Kepala sekolah memberikan kompensasi atas jasa guru dan karyawan untuk usaha perbaikan kualitas mereka.

7) Kepala sekolah mengumpulkan data tentang moral guru dan karyawan.

e. Manajemen kualitas proses

1) Ekspektasi kualitas dari pelanggan didefinisikan secara jelas.

2) Kebutuhan pelanggan ditransformasikan ke dalam proses perencanaan untuk perbaikan kualitas.

3) Terdapat sistem yang efektif untuk memproses informasi tentang ekspetasi pelanggan.

4) Kepala sekolah melakukan audit sistem manajemen kualitas.

5) Kepala sekolah bekerja sama dengan stakeholder untuk meningkatkan kualitas.

6) Unit unit pendukung sekolah mendefinisikan sasaran kualitas.

7) Kepala sekolah menyimpan dan mempertahankan dokumen dokumen kualitas yang baru.

8) Terdapat sistem efektif yang mengkomunikasikan ide ide kualitas kepada kepala sekolah.

f. Hasil hasil kualitas

1) Sekolah sekolah merupakan satu di antara tiga sekolah terbaik dalam lingkup kepuasan pelanggan.

2) Kepala sekolah menunjukkan perbaikan kualitas ters menerus selam tiga tahun terakhir.

3) Kepala sekolah dapat mendemostrasikan perbaikan kualitas melalui unit unit pendukung.

4) Kepala sekolah dapat mendemostrasikan perbaikan kualitas melalui stakeholder.

5) Terdapat penurunan terus menerus keluhan pelanggan dalam tiga tahun terakhir.

(39)

g. Kepuasan pelanggan

1) Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa pelanggan puas atas barang atau jasa yang diberikan.

2) Kepala sekolah melaporkan kepuasan pelanggan.

3) Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan meningkat terus menerus dalam waktu tiga tahun terakhir.

4) Kepala sekolah dapat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan sekolah yang dipimpinnya lebih tinggi dibandingkan sekolah pesaingnya.

5) Terdapat suatu proses efektif untuk menangani keluhan pelanggan.

6) Definisi pekerjaan pendukung guru dan karyawan untuk secara tepat meneyelesaikan keluhan keluhan pelanggan.

7) Kepala sekolah menggunakan pendekatan inovatif untuk menilai kepuasan pelanggan (Mulyadi, 2010, p.83-87)

3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Mutu Sekolah

a. Sumberdaya manusia sebagai pengelola sekolah yang terdiri dari:

1) Kepala sekolah, merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sisdiknas tahun 2003 Bab II Pasal 2)

2) Guru, menurut UU Nomor 14 tahun 2005 Bab I pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

3) Tenaga administrasi.

b. Sarana dan prasarana. Proses pembelajaran tidak hanya komponen guru, peserta dan kurikulum saja, kehadiran sarana dan prasarana pendidikan sudah menjadi suatu keharusan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran (Hadiyanto, 2004, p.100). Sarana dan prasarana pendidikan, merupakan media belajar atau alat bantu yang

(40)

pada hakekatnya akan lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan (Hamalik, 2004, p.22).

c. Kesiswaan. Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang turut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan peserta didik didasarkan atas kriteria yang jelas, transparan dan akuntabel.

d. Keuangan (Anggaran Pembiayaan). Salah satu faktor yang memberikan pengaruh tehadap peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan adalah anggaran pendidikan yang memadai. Sekolah harus mimiliki dana yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Oleh karenna itu dana pendidikan sekolah harus dikelola dengan transparan dan efesien.

e. Kurikulum. Salah satu aplikasi atau penerapan metode pendidikan yaitu kurikulum pendidikan. Pengertian kurikulum adalah suatu program atau rencana pembelajaran. Kurikulum merupakan komponen substansi yang utama di sekolah. Prinsip dasar dari adanya kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya

f. Keorganisasian. Pengorganisasian sebuah lembaga pendidikan, merupakan faktor yang dapat membantu untuk meningkatkan kualitas mutu dan pelayanan dalam lembnaga pendidikan.

Pengorganisasian merupakan kegiatan yang mengatur dan mengelompokkan pekerjaan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah untuk ditangani.

g. Lingkungan fisik. Belajar dan bekerja harus didukung oleh lingkungan. Gordon dalam lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas baik terhadap guru, siswa termasuk didalamnya aktivitas pembelajaran (Hadiyanto, 2004, p. 100).

(41)

h. Perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan/ teknologi.

Disamping faktor guru dan sarana lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan yaitu faktor eksternal yang berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan dan berfungsi sebagai transper ilmu pengetahuan kepada siswa, dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, sesuai dengan bidang pengajarannya.

i. Peraturan. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional dan untuk menghasilkan mutu sumberdaya manusia yang unggul serta mengejar ketertinggalan disegala aspek kehidupan yang disesuaikan dengan perubahan global dan perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR RI pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan Undangundang Sisdiknas yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas nomor 2 tahun 2009.

j. Partisipasi atau Peran serta masyarakat. Partisifasi masyarakat dalam dunia pendidikan diharapkan menjadi tulang punggung, sedangkan fihak pemerintah sebatas memberikan acuan dan binaan dalam pelaksanaan program kegiatan sekolah. peran serta masyarakat didalam penyelenggaraan pendidikan berarti pula pemberdayaan masyarakat itu sendiri didalam ikut serta menentukan arah dan isi pendidikan (Tillar, 1992, p. 58).

k. Kebijakan Pendidikan. Kebijakan Pendidikan ialah satu peran pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan desentralisasi pendidikan. Dengan adanya desentralisasi tersebut, maka berbagai tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan.

Secara garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan

(42)

faktor eksternal. Adapun yang termasuk dalam faktor internal berupa:

faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru sebagai pelajar dan pembelajar. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal ialah semua faktor-faktor yang memperngaruhi proses hasil belajar mengajar di kelas selain faktor yang bersumber dari guru dan siswa. Faktor eksternal tersebut berupa faktor: masukan lingkungan, masukan peralatan, dan masukan eksternal lainnya.

Kesemua faktor-faktor tersebut harus menjadi perhatian bagi pihak sekolah maupun masyarakat jika proses pendidikan disekolah ingin berhasil dengan baik. Karena sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memiliki proses pendidikan yang baik.

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor psikologis guru dan siswa, misalnya faktor bakat, intelegensi, sikap, perhatian, pikiran, persepsi, pengamatan, minat, motivasi, dan faktor psikologis lainnya.

Selanjutnya, yang termasuk ke dalam faktor sosiologis ialah segala faktor sosial yang berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran di sekolah. Sedangkan yang termasuk faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas ialah semua faktor-faktor yang bersifat fisik yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik dan pengajar dan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai pelajar atau orang yang dididik, dilatih, diajar, dan dibimbing.

Faktor psikologis, sosiologis dan fisiologis termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah. Sedangkan yang termasuk faktor eksternalnya adalah masukan lingkungan, masukan peralatan, dan masukan eksternal lainnya.

Masukan lingkungan ialah segala jenis masukan yang bersumber dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah. Partisipasi keluarga dan masyarakat tersebut dapat berupa kedisiplinan mereka dalam membayar biaya pendidikan anak ke sekolah, partisipasi mereka untuk selalu hasir dalam rapat sekolah untuk memberi berbagai saran dan pendapat yang konstruktif untuk kemajuan

Gambar

Gambar 3.1  Triangulasi Teknik

Referensi

Dokumen terkait

“Komite sekolah memberikan pertimbangan pada setiap tahunnya terkait pembentukan RAPBS yang kami susun, apabila ada masukan-masukan yang baik dan sifatnya membangun

Sedangkan Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan

Adapun peran yang dijalankan Komite Sekolah berupa (a) pemberi pertimbangan ( advisory body ) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan,

Peranan komite sebagai pengontrol dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 06 Dedai dimana komite sekolah sudah menjalankan perannya

Menurut Tim Pengembangan Komite Sekolah Ditjen Dikdasmen (Depdiknas: 2004), peran Komite Sekolah diantaranya adalah sebagai badan Pemberi pertimbangan ( advisory

Peran Komite Sekolah Partisipasi Komite Sekolah Advisory Agency.. 2) Peran komite disini merupakan salah satu untuk bekerjasama antara sekolah dengan masyarakat dan

Peranan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Dilihat dari Segi Kewenangan MBS yang Diterapkan di Sekolah Dasar, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Komite sekolah

Adapun peran yang dijalankan oleh Komite Sekolah yang ada di SD Negeri 166 OKU dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sebagai berikut: 1 Sebagai pemberi pertimbangan advisory