• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama. FMIPA, Unimed, Medan * ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama. FMIPA, Unimed, Medan * ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ZEOLIT 4A DAN 13X DARI ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION 4A AND 13X ZEOLITES FROM THE ASH OF OIL PALM SHELL

Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama

FMIPA, Unimed, Medan

*E-mail : jahrostiis@yahoo.com

ABSTRACT

Zeolites of 4A and 13X have been synthesized from the ash of oil palm shell through hydrothermal reaction in alkaline conditions at 100 and 120 C temperatures. Infrared spectra of 4A zeolite showed absorption bands at 400-500 ; 500-650 and 900-1250 Cm-1 wavenumber regions. While the infrared spectra of 13X showed absorption bands at wavenumber regions of 400-500 ; 500-650 ; 650-750 and 900-1250 Cm-1. The quality of 4A and 13X zeolites are affected by the purity of ash oil palm shell, the ratio of Si/Al in mixtures of materials synthesis and gel formation temperature.

Keywords: oil palm shell, 4A zeolite, 13X zeolite, infrared spectra

ABSTRAK

Zeolit 4A dan 13X telah berhasil disintesis dari abu cangkang kelapa sawit melalui reaksi hidrotermal dalam suasana basa pada suhu 100 dan 120 C. Spektra inframerah zeolit 4A hasil sintesis menunjukkan pita serapan pada daerah bilangan gelombang 400-500 ; 500-650 dan 900-1250 Cm-1. Sementara itu spektra inframerah zeolit 13X hasil sintesis pita serapannya muncul pada daerah 400-500 ; 500-650 ; 650-750 dan 900-1250 Cm-1. Kualitas zeolit 4A maupun 13X hasil sintesis dipengaruhi oleh kemurnian abu cangkang kelapa sawit, rasio Si/Al dalam campuran bahan sintesis dan suhu pembentukan gel.

Katakunci: cangkang kelapa sawit, zeolit 4A, zeolit 13X, spektra inframerah.

1. PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan utama di Sumatra utara, termasuk di kabupaten Deli Serdang yang mempunyai lahan perkebunan kelapa sawit seluas 40.706,86 ha dengan total produksi kelapa sawit sekitar 317.615,61 ton. Pada proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dihasilkan produk samping berupa limbah padat cangkang kelapa sawit. Untuk setiap 100 ton buah kelapa sawit yang diproses, diperoleh lebih kurang 20 ton (20%) cangkang. Selama ini untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi, maka cangkang kelapa sawit tersebut digunakan sebagai bahan bakar pada penggilingan CPO. Pembakaran cangkang kelapa sawit ini menyisakan abu cangkang kelapa sawit (oil palm ashes) sekitar 15% dari

(2)

cangkang kelapa sawit yang dibakar. Abu sisa pembakaran cangkang kelapa sawit biasanya dibuang percuma dekat pabrik sebagai limbah padat. Dalam periode satu tahun dari pengoperasian pabrik minyak kelapa sawit ini dihasilkan limbah cangkang kelapa sawit sebanyak 63.523 ton dan abu cangkang kelapa sawit lebih kurang 9.528,45 ton.

Selama ini abu tersebut belum dimanfaatkan, akibatnya abu cangkang kelapa sawit ini semakin lama semakin menumpuk dan menimbulkan pencemaran yang mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit.

Hasil analisis komposisi kimia abu cangkang kelapa sawit menunjukkan dalam abu tersebut mengandung SiO2 (58,02%); Al2O3 (8,7%); Fe2O3 (2,6%); CaO (12,65%);

MgO (4,23%) dan beberapa senyawa oksida anorganik lainnya dalam jumlah kecil [1].

Tingginya kadar silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) dalam abu limbah cangkang kelapa sawit sangat potensial untuk memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan sintesis zeolit yang merupakan material serbaguna yang dapat berfungsi sebagai adsorben, penukar ion, penyaring molekul dan katalis [2].

Pada penelitian sebelumnya, penulis telah berhasil mensintesis zeolit 4A maupun 13X dari abu layang sisa pembakaran batubara melalui reaksi hidrotermal dalam suasana basa alkali pada suhu 100 dan 120 C. Zeolit 4A dan 13X hasil sintesis tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembangun deterjen ramah lingkungan [3],[4]. Zeolit 4A dan 13X juga telah berhasil disintesis dari abu sekam padi melalui reaksi hidrotermal dalam suasana basa alkali. Zeolit dengan kualitas optimum diperoleh pada suhu, 90-120 C tergantung pada kadar basa alkali yang digunakan. Zeolit hasil sintesis dapat dimanfaatkan sebagai penyerap ion logam timbal dan timbaga [5], [6].

Zeolit merupakan kristal aluminasilika dengan struktur kerangka tiga dimensi yang terbentuk dari tetrahedral silikat (SiO4) dan aluminat (AlO4) yang saling berhubungan melalui penggunaan bersama atom-atom oksigen untuk membentuk pori-pori berdimensi molekular yang teratur. Jenis zeolit yang dihasilkan dari suatu proses sintesis sangat bergantung pada komposisi awal reaktan dan metode atau prosedur sintesisnya. Metode yang umum digunakan adalah reaksi hidrothermal dalam suasana basa alkali NaOH atau KOH dengan variasi suhu dan waktu reaksi [7]. Secara umum rumus kimia zeolit dituliskan sebagai berikut: Mx/n {(AlO2)x(SiO2)y} z H2O. Mx/n adalah kation bervalensi n yang berada di luar kerangka zeolit yang dapat dipertukarkan dengan kation lain dari suatu larutan. {(AlO2)x(SiO2)y}adalah kerangka zeolit aluminasilika, dan z H2O adalah air kristal di luar kerangka zeolit. Raio Si/Al (y/x) di dalam kerangka zeolit menentukan struktur dan sifat zeolit [8].

Spektroskopi inframerah merupakan salah satu metode mudah dan cepat untuk mengkarakterisasi zeolit hasil sintesis karena vibrasi fundamental struktur kerangka zeolit

(3)

muncul pada daerah bilangan gelombang 1500-300 cm-1 yang merupakan daerah inframerah sedang. Setiap zeolit memiliki pola serapan inframerah yang khas, sehingga spektrogram inframerah dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan beberapa zeolit dalam kelompoknya. Dari beberapa serapan khas zeolit, terdapat dua puncak serapan yang berlaku untuk semua tipe zeolit yakni serapan pada daerah bilangan gelombang 1250-900 dan 500-420 cm-1 [9]. Karakterisasi zeolit hasil sintesis berdasarkan spektroskopi inframerah dapat dilakukan dengan cara membandingkan spektrogram inframerah zeolit hasil sintesis terhadap spektrogram inframerah zeolit standar.

Dalam rangka memanfaatkan abu cangkang kelapa sawit telah dilakukan penelitian sintesis zeolit 4A dan 13X dari abu cangkang kelapa sawit. Pada sintesis zeolit tersebut dilakukan beberapa perlakuan sebagai berikut; perlakuan awal berupa pemurnian abu cangkang kelapa sawit melalui pemisahan secara magnetik dikombinasikan dengan perlakuan variasi penambahan senyawa Al(OH)3. Kemudian pada proses sintesisnya dilakukan penggunaan variasi suhu pembentukkan gel yang merupakan tahapan sangat menentukan dalam pembentukkan zeolit.

Penelitian ini terutama bertujuan untuk mendapatkan zeolit 4A dan 13X hasil sintesis dari abu limbah cangkang kelapa sawit dengan kualitas yang memadai untuk dapat dimanfaatkan sebagai katalis pada pengubah gas buang (konventer katalitik) yang akan digunakan pada otomotif seperti angkutan umum dan becak motor yang merupakan kendaraan khas di Kota Medan. Adapun secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh :

1. pemisahan abu cangkang kelapa sawit secara magnetik terhadap kemurnian abu cangkang kelapa sawit sebagai bahan sintesis zeolit 4A dan 13X

2. penambahan Al(OH)3 terhadap kualitas zeolit 4A dan 13X hasil sintesis 3. suhu pembentukan gel terhadap kualitas zeolit hasil sintesis

2. METODE PENELITIAN

2.1 Pengabuan Cangkang Kelapa Sawit

Cangkang kelapa sawit dicuci dan dibersihkan kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Cangkang kelapa sawit kering kemudian dibakar sampai menjadi arang.

Selanjutnya arang cangkang kelapa sawit digerus sampai halus dan kemudian dipanaskan dalam furnace pada suhu 6000C selama 8 jam.

2.2 Pemisahan Abu Cangkang Kelapa Sawit Secara Magnetik

Di dalam beaker gelas abu cangkang kelapa sawit dicampurkan dengan sebuah magnet batang dan sejumlah akuades hingga permukaan akuades. Campuran diaduk

(4)

beberapa waktu diatas pemanas berpengaduk magnetik. Cuplikan abu yang menempel pada magnet batang disebut sebagai abu magnetik yang merupakan pengotor yang harus dibuang. Sedangkan cuplikan abu yang tertinggal di dalam beaker gelas disebut abu non magnetik yang merupakan abu yang digunakan sebagai bahan sintesis zeolit.

2.3 Sintesis Zeolit 4A

Sintesis zeolit 4A dilakukan dengan mengacu pada metode yang digunakan Jahro [4] sebagai berikut: Masing-masing sebanyak 5 g abu non magnetik, 7 g NaOH, dan 3 g Al(OH)3 serta 100 mL akuabides dicampurkan dalam labu dasar bulat. Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk magnetik pada temperatur ruang dengan kecepatan 600 rpm selama 10 jam. Setelah disimpan selama 1 malam, campuran direfluks pada suhu 60

0C selama 3 jam hingga berbentuk gel. Untuk mendapatkan zeolit yang diharapkan proses refluks dilanjutkan pada suhu 100oC selama 8 jam. Kemudian padatan zeolit hasil sintesis disaring dan dicuci menggunakan akuades hingga pH air cuciannya netral.

Prosedur yang sama dilakukan berulang tetapi dengan kadar penambahan Al(OH)3 dan penggunaan suhu pembentukan gel yang berbeda.

2.4 Sintesis Zeolit 13X

Sintesis zeolit 13X dilakukan dengan mengacu pada metode yang digunakan Jahro [3] sebagai berikut: Masing-masing sebanyak 5 g abu cangkang non magnetik, 6 g NaOH, dan 2,5 g Al(OH)3 serta 100 mL akuabides dicampurkan dalam labu dasar bulat.

Campuran diaduk diatas pemanas berpengaduk magnetik pada temperatur ruang dengan kecepatan 600 rpm selama 10 jam. Setelah disimpan selama 1 malam, campuran direfluks pada suhu 60 0C selama 3 jam dan pada suhu 120 oC selama 8 jam. Kemudian padatan zeolit hasil sintesis disaring dan dicuci menggunakan akuades hingga pH air cuciannya netral. Prosedur yang sama dilakukan berulang tetapi dengan kadar penambahan Al(OH)3 dan penggunaan suhu pembentukan gel yang berbeda.

3.5 Karakterisasi Zeolit Hasil Sintesis

Untuk mengetahui struktur kerangka zeolit hasil sintesis maka semua zeolit 13X hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah pada daerah bilangan gelombang 300 – 1500 Cm-1.

3. PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Pemisahan Secara Magnetik

Di dalam abu cangkang kelapa sawit diperkirakan terdapat komponen yang bersifat magnetik. Sebagian komponen bersifat magnetik seperti mineral yang mengandung ion besi merupakan pengotor yang dapat mengganggu proses sintesis zeolit dan mempengaruhi warna zeolit hasil sintesis. Oleh karena itu terhadap abu cangkang

(5)

kelapa sawit dilakukan pemisahan secara magnetik sehingga dihasilkan komponen abu magnetik dan abu non magnetik sebagaimana dirangkum pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pemisahan Abu Cangkang Kelapa Sawit secara Magnetik Berat Abu

Cangkang Kelapa Sawit (g)

Abu Cangkang Sawit Non Magnetik

Abu Cangkang Sawit Magnetik Berat (g) (%) Berat (g) (%)

25,0165 18,7238 74,85 6,2927 25,15

25,0055 18,3941 73,56 6,6114 26,44

25,0212 18,9952 75,92 6,0260 24,08

Pada tabel 1 tampak abu magnetik yang dapat dipisahkan dari abu cangkang kelapa sawit pada setiap proses pemisahan jumlahnya hampir sama rata-rata 6,31 g atau 25,2%. Meskipun pada setiap proses pemisahan secara magnetik berhasil dipisahkan sejumlah tertentu abu magnetik, tetapi tidak berarti bahwa di dalam abu non magnetik tidak terdapat lagi mineral yang mengandung ion besi dan ion logam lainnya. Karena kemungkinan masih ada sebagian ion besi dan logam lainnya berada dalam bentuk mineral bersifat magnetik lemah sehingga batangan magnet yang digunakan tidak dapat menariknya.

3.2 Pengaruh Penambahan Al(OH)3 Terhadap Kualitas Zeolit Hasil Sintesis

Penambahan Al(OH)3 dalam sintesis zeolit berperan sebagai tambahan sumber aluminium untuk membentuk kerangka zeolit agar diperoleh rasio mol Si/Al lebih kurang 1–1,2 untuk zeolit 4A dan 1,3 – 1,6 untuk zeolit 13X. Kurangnya kadar alumunium dalam abu limbah cangkang kelapa sawit dapat menyebabkan tidak terbentuknya zeolit yang diharapkan. Pada sintesis zeolit 4A penambahan Al(OH)3 dilakukan secara bervariasi sebanyak 3,0 ; 2,5 dan 2,0 g. Sedangkan pada sintesis zeolit 13X sebanyak 2,5 ; 2,0 dan 1,5 g.

(6)

Spektra inframerah zeolit 4A hasil sintesis disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Spektra inframerah zeolit 4A hasil sintesis.pada penambahan Al(OH)3 sebanyak : (a) 2,0 ; (b) 2,5 dan (c) 3,0 g

Pada Gambar 1 tampak spektra inframerah ketiga zeolit hasil sintesis memiliki pita serapan pada tiga daerah bilangan gelombang: 1250-900; 650-500 dan 500-420 Cm-1 yang menandai kerangka struktur khas zeolit 4A. Pita serapan yang menandai cincin-4 ganda yang merupakan ciri khas zeolit 4A pada spektra zeolit yang bahan dasarnya disertai penambahan 2,0 g Al(OH)3 (Gambar 1.a) muncul pada bilangan gelombang 563,21 Cm-1. Demikian juga pada spektra inframerah zeolit dengan penambahan 2,5 g Al(OH)3 (Gambar 1.b). Sedangkan pada spekra inframerah zeolit dengan penambahan 3,0 g Al(OH)3 pita serapan yang menandai vibrasi cincin-4 ganda muncul pada bilangan gelombang 567,07 Cm-1 (Gambar 1.c). Adapun pita serapan yang muncul pada daerah bilangan gelombang 443,63 pada spektra inframerah (a), 447,49 (b) serta 451,34 Cm-1 (c) menandai vibrasi tekuk tetrahedral TO4 dengan T adalah Si dan atau Al. Sedangkan

a

b

c

(7)

pita serapan kuat yang muncul pada 987,55 (a) serta 995,27 Cm-1 (b) dan (c) menandai vibrasi ulur simetrinya.

Pada spektra inframerah zeolit hasil sintesis dari bahan abu non magnetik dengan penambahan Al(OH)3 sebanyak 2,0 gram selain muncul pita serapan pada tiga daerah : 1250-900; 650-500 dan 500-420 Cm-1 yang menandai kerangka struktur khas zeolit 4A, juga muncul pita serapan pada daerah bilangan gelombang 763,81 Cm-1 yang merupakan salah satu pita serapan khas zeolit 13X. Hal ini berarti zeolit hasil sintesis tersebut tidak murni zeolit 4A melainkan mengandung produk samping berupa zeolit 13X. Hal serupa terlihat juga pada spektra inframerah zeolit hasil sintesis dari bahan abu non magnetik dengan penambahan Al(OH)3 sebanyak 2,5 gram, spektranya menunjukkan gejala munculnya pita serapan khas zeolit 13X. Akibat adanya zeolit 13X tesebut maka vibrasi cincin-4 ganda yang merupakan cirri khas zeolit 4A terganggu sehingga muncul pada daerah bilingan gelombang yang lebih rendah dibanding pada spektra inframerah zeolit hasil sintesis dari abu non magnetik dengan penambahan 3,0 g Al(OH)3 yang murni hanya menghasilkan zeolit 4A. Ini berarti zeolit 4A dengan kemurnian paling tinggi diperoleh dari sintesis dengan rasio mol Si/Al dalam campuran bahan lebih kurang 1,00.

Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh penambahan Al(OH)3 terhadap sintesis zeolit 13X maka penambahan Al(OH)3 dilakukan masing-masing sebanyak 2,5 ; 2,0 dan 1,5 g. Spektra inframerah zeolit 13X hasil sintesis disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 tampak spektra inframerah ketiga zeolit hasil sintesis memiliki serapan pada empat daerah bilangan gelombang: 1250-950; 750-650; 650-500 dan 500-450 Cm-1 yang menandai kerangka struktur khas zeolit 13X. Pita serapan yang menandai cincin-6 ganda yang merupakan ciri khas zeolit 13X pada spektra zeolit yang bahan dasarnya disertai penambahan 2,5 g Al(OH)3 (Gambar 2.a) muncul pada bilangan gelombang 729,09 Cm-1. Sedangkan pada spekra inframerah zeolit dengan penambahan 2.0 g dan 1,5 g Al(OH)3 berturut-turut muncul pada bilangan gelombang 713,66 Cm-1 (Gambar 2.b) dan 709,80 Cm-1 (Gambar 2.c).

Pada spektra inframerah Gambar 2.a, pita serapan yang menadai cincin-6 ganda selain bilangan gelombang nya lebih besar dibanding pada spektra lainnya, juga serapan nya lebih tajam. Hal ini mengindikasikan kualitas (tingkat kemurnian dan kristalinitas) zeolit 13X hasil sintesis dari abu non magnetik dengan penambahan 2,5 g lebih baik dibandingkan yang lainnya. Ini berarti zeolit 13X dengan kualitas terbaik diperoleh dari sintesis dengan rasio mol Si/Al dalam campuran bahan lebih kurang 1,3.

(8)

Gambar 2. Spektra inframerah zeolit 13X hasil sintesis.pada penambahan Al(OH)3 sebanyak : (a) 2,5 ; (b) 2,0 dan (c) 1,5 g.

3.2 Pengaruh Penambahan Al(OH)3 Terhadap Kualitas Zeolit Hasil Sintesis

Pada saat dilakukan sintesis zeolit 4A dari bahan abu non magnetik dengan tambahan 2,0 g Al(OH)3 dengan rasio mol Si/Al lebih kurang 1,5 dan menggunakan suhu pembentukkan gel dan kristalisai masing-masing 60 dan 100 C, diperoleh zeolit 4A dengan produk samping zeolit 13X. Tetapi ketika dilakukan sintesis zeolit 13X dari abu non magnetik dengan tambahan 2,5 ; 2,0 dan 1,5 g Al(OH)3 menggunakan suhu pembentukkan gel dan kristalisasi masing-masing 60 dan 120 C diperoleh zeolit 13X dengan kualitas terbaik dihasilkan dari sintesis yang menggunakan penambahan Al(OH)3

sebanyak 2,5 gram dengan rasio mol Si/Al lebih kurang 1,3 . Hal ini menunjukkan jenis dan kualitas zeolit hasil sintesis selain ditentukan oleh rasio mol Si/Al juga ditentukan suhu pembentukkan gel. Oleh karena itu pada sintesis berikutnya dikaji pengaruh suhu pembentukan gel terhadap kualitas zeolit hasil sintesis. Variasi suhu pembentukkan gel pada sintesis zeolit 4A maupun 13X yang digunakan sama yaitu 60 ; 70 dan 80 C.

Spektra inframerah zeolit 4A hasil sintesis dari abu non magnetik dangan tambahan 3,0 g Al(OH)3 pada suhu pembentukkan gel 60 ; 70 dan 80 C menunjukkan masing-masing

a

b

c

(9)

spektra inframerah memiliki pita serapan khas zeolit 4A pada tiga daerah bilangan gelombang 1250-900; 650-500 dan 500-420 Cm-1 sebagaimana dirangkum pada Tabel 2.

Tabel 2 Pita serapan yang muncul pada spektra inframerah zeolit 4A hasil sintesis dari abu non magnetik dengan tambahan 3,0 g Al(OH)3 pada suhu pembentukan gel 60 ; 70 dan 80 C.

Suhu Pembentukan

Gel (C) Serapan Pada Spektra Inframerah Pada Bilangan Gelombang 1250 – 900 Cm-1 650 – 500 Cm-1 500 – 420 Cm-1

60 1002,98 574,79 447,49

70 999,13 570,93 443,53

80 999,13 570,93 447,49

Data bilangan gelombang yang menandai vibrasi cincin-4 ganda pada Tabel 2 menunjukkan bahwa vibrasi cincin-4 ganda pada zeolit 4A hasil sintesis dengan suhu pembentukka gel 60 C lebih kuat dibanding pada zeolit hasil sintesis dengan suhu pembentukan gel 70 maupun 80 C. Selain itu luasnya puncak yang menandai cincin-4 ganda pada zeolit dengan suhu pembentukan gel 60 C lebih besar dibanding zeolit 4A lainnya. Menurut Imbert dkk. [10] nilai rasio pita serapan vibrasi cincin-4 ganda pada daerah 650 – 500 Cm-1 terhadap pita serapan vibrasi tekuk TO4 pada daerah 500 – 420 Cm-1 dapat menunjukkan kristalinitas zeolit 4A hasil sintesis yakni semakin besar nilai rasio serapan 650-500/500-420 semakin tinggi derajat kristalinitas zeolit hasil sintesis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas zeolit 4A hasil sintesis dari bahan abu non magnetik rasio Si/Al lebih kurang 1,00 menggunakan suhu pembentukan gel 60

C adalah paling baik dibandingkan zeolit 4A hasil sintesis lainnya.

Spektra inframerah zeolit 13X hasil sintesis dari abu non magnetik dangan tambahan 2,5 g Al(OH)3 pada suhu pembentukan gel 60 ; 70 dan 80 C menunjukkan masing-masing spektra inframerah memiliki pita serapan khas zeolit 13X pada empat daerah bilangan gelombang 1250-950; 750-650; 650-500 dan 500-450 Cm-1 sebagaimana dirangkum pada Tabel 3.

Tabel 3 Pita serapan yang muncul pada spektra inframerah zeolit 13X hasil sintesis dari abu non magnetik dengan tambahan 2,5 g Al(OH)3 pada suhu pembentukan gel 60 ; 70 dan 80 C.

Suhu Pembentukan Gel (C)

Serapan Pada Spektra Inframerah Pada Bilangan Gelombang (Cm-1) 1250 - 950 750 - 650 650 - 500 500 - 450

60 991,41 713,66 594,08 443,49

70 999,13 729,09 570,93 447,49

80 991,41 709,27 570,93 447,49

Data bilangan gelombang yang menandai vibrasi cincin-6 ganda pada Tabel 3 menunjukkan bahwa vibrasi cincin-6 ganda pada zeolit 13X hasil sintesis dengan suhu pembentukan gel 70 C lebih kuat dibanding pada zeolit hasil sintesis dengan suhu

(10)

pembentukan gel 60 maupun 80 C. Selain itu ketajaman setiap pita serapan yang menandai struktur khas zeolit 13X hasil sintesis dengan suhu pembentukan gel 70 C lebih tajam dibanding pada spektra inframerah zeolit 13X lainnya. Oleh karena itu berdasarkan harga bilangan gelombang dan ketajaman masing-masing pita serapan pada spektra inframerah disimpulkan bahwa kualitas zeolit 13x hasil sintesis dari bahan abu non magnetik dengan rasio Si/Al lebih kurang 1,3 dan menggunakan suhu pembentukan gel 70 C adalah paling baik dibandingkan zeolit 13X hasil sintesis lainnya.

4. KESIMPULAN

Abu cangkang kelapa sawit dapat dimurnikan dari pengetor bersifat magnetik melalui pemisahan menggunakan magnet batang dalam medium air. Abu non magnetik hasil dari pemisahan abu cangkang kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan dasar sintesis zeolit 4A maupun 13X. Kualitas zeolit 4A dan 13 X hasil sintesis dipengaruhi oleh rasio Si/Al dalam bahan dasar sintesis dan suhu pembentukkan gel. Zeolit 4A hasil sintesis dengan kualitas lebih baik dihasilkan dari campuran bahan yang memiliki rasio Si/Al  1,00 dan suhu pembentukan gel 60C. Sementara itu zeolit 13X hasil sintesis dengan kualitas lebih baik dihasilkan dari campuran bahan yang memiliki rasio Si/Al  1,3 dan suhu pembentukan gel 70 C.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Hutahean, B. Pengujian Sifat Mekanik Beton Yang Dicampur Dengan Abu Cangkang Sawit. Medan : FMIPA Unimed; 2007.

[2]. Armheim C, Haghnia G, Kim T.C. Mosher A.P. Gagajena R.C. Amanios T. de La Torre L. Synthesis and Properties of Zeolites from Coal Fly Ash. Environmental Science and Technology. 1996; 30(3):735-741.

[3]. Jahro Siti I. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit 13X Dari Abu Layang Sebagai Bahan Pembangun Deterjen. Medan: FMIPA Unimed; 2003.

[4]. Jahro Siti I. Zeolit 4A Dari Abu Layang Sebagai Bahan Pembangun Deterjen Alternatif Yang Ramah Lingkungan. Medan: FMIPA Unimed; 2009.

[5]. Utami Prameidia F, Jahro Siti I. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit 4A Dari Abu Sekam Padi Sebagai Penyerap Logam Berat Timbal(II) dan Tembaga(II). Medan:

FMIPA Unimed;2012.

[6]. Rangkuti Silvia W, Jahro Siti I. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit 13X Dari Limbah Abu Sekam Padi dan Sampah Alumunium Foil. Medan: FMIPA Unimed; 2013.

[7]. Barrer RM. Hydrothermal Chemistry of Zeolite. London: Academic Press; 1982.

[8]. Hamdan H. Introduction to Zeolite: Synthesis, Characterization and Modification.

Malaysia: University Technology Malaysia; 1992.

[9]. Flanigen E.M, Khatami H, Szimanski H. Infrared Structure Studies of Zeolite Framework, Molecular Sieve Zeolite-I. American Society Advances in Chemistry.1971; 101: 201–229.

[10]. Imbert F, Moreno C, Montero A. Venezuelan Natural Aluminosilicates as a Feedstock in The Synthesis of Zeolit A. ZEOLITE. 1994; 14:374–387.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pemisahan Abu Cangkang Kelapa Sawit secara Magnetik  Berat Abu
Gambar  1.  Spektra  inframerah  zeolit  4A  hasil  sintesis.pada  penambahan  Al(OH) 3    sebanyak : (a) 2,0  ; (b) 2,5 dan (c) 3,0 g
Gambar  2.  Spektra  inframerah  zeolit  13X  hasil  sintesis.pada  penambahan  Al(OH) 3 sebanyak : (a) 2,5  ; (b) 2,0 dan (c) 1,5 g
Tabel  2  Pita  serapan  yang  muncul  pada  spektra  inframerah  zeolit  4A  hasil  sintesis  dari  abu non magnetik dengan tambahan 3,0 g Al(OH) 3  pada suhu pembentukan gel  60 ; 70 dan 80 C

Referensi

Dokumen terkait

Pada sesi mengenai smart mobility masukan yang diberikan peserta rapat antara..

bagi penelitian-penelitian yang relevan selanjutnya dapat dijadikan sebagai studi perbandingan dan dapat di aplikasikan dengan teori-teori yang berkaitan dengan

rendah dalam pelaksanaan tugas menyebabkan tingginya tingkat penurunan kualitas audit 15 Adanan Silaban (2009)/Perilaku Disfungsional Auditor dalam Pelaksanaan

oleh Para Pihak atau institusi - institusi lain yang ada di negara masing- masing di bidang politik luar negeri, hubungan internasionat, hukum internasional, ekonomi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

menerangkan didepan kelas saja, tetapi diperlukan banyak latihan- latihan maka proses pembelajaran disekolah menerapkan metode drill dengan umpan balik diharapkan dapat

Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan DI MIN 1 Yogyakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MIN 1 Yogyakarta yaitu Ali Shofa, M.Ag.pengelolaan sarana

Berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti pada proses pembelajaran menulis pantun maka jawaban umum yang dapat diberikan adalah dengan menggunakan