• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan). Simbol atau lambang sejak zaman dahulu digunakan sebagai identitas diri maupun golongan. Misalnya pada setiap negara, masing-masing negara mempunyai lambang negaranya masing-masing. Lambang negara itu mereka pilih karena mempunyai arti yang dianggap sesuai untuk dijadikan lambang negara tersebut.

Contohnya lambang negara Indonesia yaitu burung Garuda.

Di Jepang Matahari dijadikan lambang negara mereka, karena bangsa Jepang menganggap bahwa mereka adalah keturunan dewi matahari. Selain lambang negara mereka juga mempunyai lambang atau simbol untuk setiap keluarga yang disebut kamon.

kamon berasal dari kanji 家 (KA) yang berarti keluarga dan kanji 紋 (MON) yang berarti

simbol atau lambang (Japan an Illustrated Encyclopedia). Stuart Terashita yang merupakan seorang Japanese American Genealogy menerangkan bahwa kira-kira sudah ada sekitar 12.000 kamon yang digunakan di Jepang. Diantara lambang-lambang tersebut sudah ada yang digunakan sejak zaman Heian (794-1185) (www.goecities.com).

Sejarah simbol keluarga yang ada di Jepang atau kamon hampir sama dengan simbol yang ada di Eropa, yaitu muncul pada sekitar abad ke dua belas. Tetapi terdapat perbedaan dalam hal corak dan penggunaan simbol . Dalam hal corak, di Eropa sering

(2)

menggunakan binatang predator seperti singa, burung elang, dan leopard sebagai lambang yang digunakan oleh kaum bangsawan untuk menunjukan kekuatannya.

Sedangkan di Jepang, dalam pemilihan corak lebih mengutamakan keindahan dan arti- arti dari simbol yang dipilih. Corak seperti binatang predator tidak digunakan/ dipilih sebagai simbol keluarga di Jepang. Di Jepang corak yang biasa digunakan yaitu binatang-binatang kecil seperti kelinci, kura-kura, burung, dan jenis serangga. Selain corak binatang, juga digunakan corak tanaman seperti bunga kiku, sakura, ginko, pohon pinus, bambu dan lain-lain. Dari semua corak bunga yang ada, corak bunga krisanlah yang paling banyak dipakai, karena bunga tersebut dianggap sebagai tanaman obat dan juga sebagai jimat untuk melawan setan. Karena sangat terkenal banyak orang yang menggunakan bunga krisan sebagai lambang keluarganya. Tetapi sejak pemerintahan Meiji selain kaisar corak bunga krisan khususnya bunga krisan yang berbunga enam

belas lembar, orang biasa tidak boleh menggunakan lambang tersebut. Dalam hal tertentu ada dua orang yang menggunakan lambang tersebut adalah Masashige Kusunoki pada abad ke empat belas dan Saigo Takamori pada abad ke sembilan belas (http://members.aol.com/galaxysdg/crest.htm). Perbedaan lain dapat kita lihat pada penggunaan simbol keluarga, di Eropa hanya orang-orang tertentu seperti keluarga kerajaan dan para bangsawan yang memiliki simbol keluarga. Dan juga simbol keluarga itu hanya digunakan pada jaket militer atau pakaian kebesaran kerajaan beserta alat-alat/

barang-barang milik kerajaan. Sedangkan di Jepang, pada mulanya memang hanya dimiliki oleh keluarga kaisar saja tetapi lama kelamaan simbol keluarga juga dapat dimiliki oleh orang-orang biasa. Penggunaannya pun tidak terbatas pada perlengkapan militer saja. Penggunaan kamon dapat kita lihat di berbagai tempat maupun benda-benda

(3)

seperti kereta, kuil, pedang, hiasan gedung atau rumah, lampion, lambang perusahaan, perhiasan, pakaian dan lain-lain.

Dalam pemilihan simbol untuk keluarganya mereka sangat memperhatikan hubungan simbol yang mereka pilih dengan pekerjaannya, posisi mereka, dan latar belakang keturunannya. Lambang-lambang atau simbol alam dan binatang tertentu yang mereka pilih itu diperlihatkan pada acara spesial seperti perkawinan, kematian, perayaan festival kebudayaan dan lain-lain untuk memperlihatkan rasa hormat, cinta, dan bangga terhadap leluhurnya.

Contoh penggunaan Kamon dapat kita lihat pada pakaian yang disebut montsuki.

montsuki yaitu kimono formal yang bercorak kamon. Kita dapat melihat montsuki pada

saat upacara pernikahan, kematian, dan even-even penting lainnya. Pada saat acara formal maupun semi formal mereka memakai montsukinya untuk mengetahui dengan jelas darimana asal usul keturunan keluarga tersebut dan juga untuk mengetahui apakah mereka orang dalam (uchi) atau orang luar (soto). Selain itu dengan memakai montsukinya mereka juga dapat menunjukan rasa bangga mereka terhadap garis

keturunannya dan sebagai bentuk penghormatan dan cinta mereka terhadap leluhurnya.

Selain montsuki kita dapat melihat penggunaan kamon yang menunjukkan konsep uchi dan soto pada benda-benda yang lain, yang akan dijelaskan oleh penulis pada bab selanjutnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam masyarakat Jepang ada sistem kekerabatan yang kita kenal dengan sistem Ie. Dalam sistem Ie terdapat lagi lingkungan yang akan membedakan seseorang dari masing-masing kelompok kekerabatannya. Dalam melakukan penelitian mengenai keluarga Jepang kita harus menguraikan terlebih dahulu pola-pola hubungan kekerabatan yang ada dalam keluarga tradisional Jepang yang

(4)

dikenal dengan sistem Ie. Sistem Ie ini tumbuh dan bertahan sangat kuat pada masyarakat Jepang sebagai kebudayaan yang khas, dan konsep Ie tidak hanya mengatur sistem keluarga Jepang , tetapi juga mengatur interaksi sosial masyarakat dan juga sebagai satuan unit kerjasama untuk menjaga kesinambungan dari Ie tersebut.

Dalam sistem Ie terdapat dua lingkungan yang akan membedakan seseorang dari kelompoknya yaitu lingkungan dalam (uchi) dan lingkungan luar (soto). Dari konsep tersebut kita dapat melihat tata cara ketika seseorang sedang berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dalam hal ini yaitu masyarakat Jepang mempunyai tata cara yang unik ketika sedang berbicara atau berhadapan dengan orang diluar lingkungannya.

Peranan kamon sebagai identitas terselubung akan membantu mereka untuk mengenali kelompok uchi dan soto secara jelas, agar mereka dapat bertindak sesuai dengan tata cara mereka berinteraksi dengan orang didalam kelompok uchi maupun diluar kelompoknya (soto).

1.2 Rumusan Permasalahan

Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah bagaimana konsep uchi soto mempengaruhi dalam penggunaan kamon yang menimbulkan adanya perbedaan antara orang dalam (uchi) dengan orang luar (soto). Dari permasalahan diatas juga akan membuktikan bahwa konsep tentang uchi dan soto dalam sistem Ie apakah benar hilang dari kehidupan masyarakat Jepang, ataukah konsep tersebut mampu bertahan sebagai konsep tradisional yang tetap dipegang oleh masyarakat Jepang yang dikenal sebagai bangsa yang mampu melestarikan kebudayaan tradisionalnya walaupun pengetahuan dan teknologi mereka mengalami kemajuan. Dan seandainya konsep

(5)

tersebut tetap bertahan maka sejauh apa penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka dan bagaimana mereka menerapkan konsep tersebut terhadap simbol keluarga atau kamon.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam pembahasan penulisan ini, penulis membatasi masalah yang batasan tersebut terbatas pada penerapan pemikiran tentang konsep uchi dan soto yang ada pada sistem kekerabatan masyarakat Jepang atau yang biasa disebut dengan sistem Ie, yang mempengaruhi keberadaan dan penggunaan kamon sebagai bentuk dari pengaruh konsep pemikiran tersebut.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Karena topik ini menarik perhatian penulis untuk membahasnya dalam penulisan skripsi. Dengan membahas topik ini, diharapkan akan dapat menunjukan kepada para pembaca bahwa konsep tentang uchi dan soto yang terdapat dalam sistem Ie yang dikatakan telah hilang tidaklah benar karena dalam pemikiran masyarakat Jepang masih ada konsep uchi soto yang dapat kita lihat pada penggunaan kamon yang menjadi bentuk dari konsep uchi dan soto tersebut dan menjadikan ciri khas dalam masyarakat Jepang itu sendiri.

Dan setelah pembaca selesai membaca skripsi ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengerti tentang pola pikir masyarakat Jepang khususnya tentang konsep uchi soto yang mempengaruhi simbol keluarga atau kamon yang masih ada sampai sekarang.

(6)

Dan juga pemahaman tersebut diharapkan dapat membantu pembaca untuk mengerti masalah-masalah lebih lanjut yang berhubungan dengan penulisan ini.

1.5 Metode Penelitian

Untuk data dan informasi yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini penulis menggunakan metodologi kepustakaan. Dalam penelitian kepustakaan ini, penulis menggunakan sebuah buku pegangan utama. Buku tersebut adalah Kamon no Hanashi 家紋の話 (Cerita tentang Kamon) karangan Awasaka Tsumao. Penulis akan berusaha menuliskan kembali tinjauan-tinjauan yang telah dikemukakan oleh Tsumao. Sedangkan pada saat mengkaji data penulis mengunakan metode deskriptif yaitu cara kerja membahas suatu masalah dengan cara menata dan mengklasifikasikan data serta memberikan penjelasan tentang keterangan yang terdapat pada data.

Disamping buku utama yang telah disebutkan tadi, penulis juga menggunakan buku-buku yang membahas tentang sistem kekerabatan masyarakat Jepang, pola pikir masyarakat Jepang tentang konsep uchi dan soto, kamus-kamus dan buku tentang pengertian apa yang dimaksud dengan simbol itu sendiri, serta buku-buku lain yang berhubungan dengan kamon, yang merupakan bagian dari landasan teori dan tambahan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini .

Buku-buku yang dijadikan bahan untuk penulisan skripsi ini didapat dari Perpustakaan Universitas Bina Nusantara, Perpustakaan The Japan Foundation, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, koleksi

(7)

pribadi, dosen, dan juga teman-teman. Selain itu penulis menggunakan internet untuk menambah informasi dan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang ada dalam penulisan skripsi ini secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian awal dari penulisan skripsi ini, yang

akan menjelaskan tentang latar belakang penulisan, permasalahan, batasan permasalahan, tujuan penelitian, metodologi penelitian

dan sumber data, dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini memuat landasan teori mengenai pola hubungan masyarakat Jepang yang dikenal dengan sistem Ie dan konsep pemikiran orang Jepang tentang uchi soto. Bagaimana masyarakat Jepang memelihara sistem tersebut dan bagaimana sikap orang yang disebut uchi ketika berhadapan dengan orang luar (soto).

Dan juga teori tentang simbol yang digunakan untuk menganalisis dan membahas objek penelitian.

(8)

BAB 3 ANALISIS DATA

Bab ini akan membahas tentang pengaruh konsep uchi soto pada kamon. Sejauh mana konsep uchi soto itu mempengaruhi

penggunaan simbol keluarga yang disebut kamon. Dan apa saja peranan dari kamon itu dalam kehidupan masyarakat Jepang digunakan yang berkaitan dengan konsep uchi soto. Dan juga bagaimana kamon dapat dikatakan sebagai bentuk dari sistem kekerabatan Jepang yaitu sistem ie yang didalamnya terdapat konsep uchi dan soto.

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Dan juga beberapa komentar tentang topik skripsi ini, yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya di kemudian hari.

BAB 5 RINGKASAN

Bab ini akan menjelaskan secara singkat isi dari penulisan skripsi ini mulai dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban dari permasalahan skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

John dan Bowyer (1986) menyatakan bahwa kulit batang akasia mengandung lignin dan polisakarida. Diharapkan bahan ini jika melapuk akan terurai menjadi bahan yang lebih

Jika dilihat dari nilai hasil analisis uji F didapat statistik nilai F sebesar 71,561 dengan tingkat signifikan 0,000 karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05, maka

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu kawasan wisata belanja Kota Bandung dalam penelitian ini Kawasan

Beberapa literatur melaporkan reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah pilihan tepat dan lebih baik karena memiliki rata rata komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan

Perhitungan yang dilakukan akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan risiko yang memperlukan lebih lanjut atau tidak dengan melihat matriks risk grade pada Gambar 1.. Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tekanan penyebab trauma yang dialami oleh tokoh Ajo Kawir, dampak trauma yang diderita, dan mendeskripsikan bentuk

Kode 4 (empat) merupakan kondisi dimana di desa tersebut terdapat SD sederajat dengan ketersediaan SD sederajat terhadap penduduk desa lebih dari atau sama dengan

Penulis mencoba untuk menggali apa yang para peserta pikirkan tentang acara ini dan pilihan jatuh pada salah seorang peserta dari Kuching, Malaysia, Ibu Ann