• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT MANAJEMEN ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENUNJANG EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA PT. MJPF FARMA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AUDIT MANAJEMEN ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK MENUNJANG EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA PT. MJPF FARMA INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT MANAJEMEN ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK

MENUNJANG EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA PT.

MJPF FARMA INDONESIA

RIRIN

Benteng Makasar I No. 48 Tangerang, 08978111061, liemrhien@yahoo.com Almatius Setya Marsudi, SE., Ak., MSi., CA.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dan memberikan rekomendasi perbaikan kepada perusahaan guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasionalnya. Penelitian pada PT. MJPF Farma Indonesia menggunakan metode penelitian lapangan berupa observasi, wawancara dan kuisioner serta penelitian kepustakaan untuk mendapatkan informasi yang relevan. Penelitian ini menganalisis pengelolaan persediaan bahan baku. Berdasarkan hasil audit manajemen yang dilakukan, ditemukan kelemahan-kelemahan pada pengelolaan persediaan yaitu belum ada pemisahan tugas gudang, persediaan belum diasuransikan, beberapa dokumen tidak bernomor urut tercetak, ketidakcocokan antara kartu stok dengan fisik barang serta belum ada SOP stock opname. Dari hasil evaluasi disimpulkan bahwa pengelolaan persediaan bahan baku PT. MJPF Farma Indonesia belum seluruhnya berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh sebab itu penulis menyarankan agar perusahaan berupaya memperbaiki kinerja fungsi persediaannya.

Kata Kunci: audit manajemen, sistem pengendalian internal, persediaan bahan baku.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha perdagangan yang sangat pesat dan semakin meningkatnya usaha pemenuhan kebutuhan bagi konsumen dewasa ini mengakibatkan makin banyak bermunculan perusahaan, baik berskala besar maupun berskala kecil. dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka manajemen perusahaan harus mempunyai kemampuan untuk mengelola persediaan barang yang ada dengan efektif dan efisien. Karena persediaan merupakan salah satu unsur aktiva lancar yang selalu dalam keadaan berputar, di mana terus menerus dibeli atau diproduksi dan dijual kembali, sehingga persediaan yang baik dapat menunjang kegiatan produksi dan penjualan pada perusahaan yang menghasilkan barang dengan biaya yang minimal dan kualitas baik serta dapat bersaing di pasar. Efisiensi dalam mengelola perusahaan sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan operasi adalah melalui audit manajemen. Melalui audit manajemen, perusahaan dapat mengetahui pelaksanaan kegiatan operasi perusahaan yang telah dicapai. Audit manajemen bertujuan untuk memeriksa dan menilai kegiatan operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaannya, selain itu juga memberikan informasi kepada manajemen tentang masalah- masalah operasi yang diperlukan untuk melakukan koreksi demi peningkatan, penghematan, dan produktivitas, sehingga kegiatan operasi perusahaan tersebut lebih efisien dan efektif. Audit manajemen juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari disiplin ilmu pemeriksaan keuangan. Dalam audit manajemen ini, tekanan pemeriksaan akan lebih diarahkan pada usaha-usaha untuk memperoleh saran- saran kepada manajemen yang lebih efektif dan efisien.

Perumusan Masalah

Penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengelolaan terhadap kegiatan operasi pada persediaan bahan baku perusahaan telah dijalankan secara efektif dan efisien?

2. Apa saja masalah-masalah yang muncul pada pengelolaan persediaan bahan baku perusahaan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui usaha pengelolaan terhadap persediaan bahan baku dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan.

2. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dan memberikan rekomendasi kepada manajemen perusahaan atas hambatan-hambatan atau kekurangan yang berkaitan dengan prosedur pengelolaan fungsi persediaan serta dilakukan perbaikan guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasionalnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dari hasil riset. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan data primer.

(3)

Teknik yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah metode langsung, yaitu:

1. Library Research Method (Metode Penelitian Kepustakaan)

Suatu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, literatur- literatur maupun media informasi lainnya berdasarkan buku-buku teori mengenai audit operasional ataupun berbagai sumber data yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini khususnya mengenai audit operasional pada PT. MJPF Farma Indonesia.

2. Field Research Method (Metode Penelitian Lapangan)

Suatu penelitian yang dilakukan dimana penulis secara langsung mengadakan observasi atau pengamatan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian guna memperoleh dan mengetahui permasalahnya secara keseluruhan.

a) Observasi

Dengan cara ini penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan untuk memperoleh gambaran operasi perusahaan secara keseluruhan.

b) Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk dimintai informasi berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

HASIL DAN BAHASAN

Survei Pendahuluan

Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan audit manajemen atau operasional yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah auditor dalam memperoleh informasi dan menjalankan proses audit. Hasil survei pendahuluan antara lain sebagai berikut:

1. Kebersihan dan keamanan lingkungan perusahaan cukup terjamin karena adanya tempat pemisahan antara bahan bubuk dan bahan cair. Bahan bubuk disimpan di rak-rak besi, sedangkan bahan cair disimpan dalam lemari pendingin dan ditempel label yang berisi keterangan berupa nama bahan, berat bahan, dan jenis bahan.

2. Kantor maupun gudang dijaga dengan baik oleh para petugas yang bekerja selama 24 jam.

3. Semua staff kantor diwajibkan menggunakan seragam (blazer) yang telah disediakan perusahaan sehingga seluruh staff terlihat lebih rapih dan seragam.

4. Ruangan dan dokumen-dokumen yang ada di kantor tersusun dengan rapi disertai dengan fasilitas perusahaan yang memadai untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan seperti komputer, telepon, printer, mesin fax dan fotocopy.

Penelaahan dan Pengujian atas Pengendalian Internal

Pada tahapan ini dilakukan analisa dan evaluasi dari hasil observasi (pengamatan), wawancara, dan data tertulis terhadap audit manajemen atas pengelolaan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam perusahaan. Penulis menyusun kusisioner pengendalian internal perusahaan dan menyampaikannya kepada pihak manajemen untu memperoleh data mengenai kegiatan pengelolaan persediaan bahan baku

(4)

pada PT. MJPF Farma Indonesia. Kuisioner ini biasa disebut ICQ (Internal Control Questionairres).

Pertanyaan yang diajukan terkait hal-hal umum di perusahaan dan pengelolaan persediaan. ICQ digunakan untuk menilai pengendalian internal suatu perusahaan dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang bersifat sistematis dan terinci mengenai sistem dan prosedur yang dijalankan perusahaan melalui wawancara dengan pihak berwenang di dalam perusahaaan. Jawaban tersebut dijawab dengan memberikan tanda pada jawaban “Y” yang berarti YA dan “T” yang berarti TIDAK. Apabila dijawab

“YA” berarti pengendalian internal perusahaan telah dilaksanakan dengan baik, sebaliknya jika dijawab

“TIDAK” berarti pengendalian internal perusahaan kurang baik dan terdapat kelemahan yang harus segera dilakukan perbaikan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan evaluasi audit manajemen atas pengelolaan persediaan bahan baku, mulai dari pengadaan, penerimaan, sampai penyimpanan barang ke gudang adalah sebagai berikut:

1. Pertama penulis melakukan tanya jawab dengan pihak manajemen perusahaan sesuai dengan daftar pertanyaan-pertanyaan pada Internal Control Questionnaires (ICQ) yang telah disusun.

2. Kemudian dilakukan evaluasi atas jawaban-jawaban dari questionnaires tersebut. Dari hasil jawaban dari questionnaires dapat diketahui bahwa pengendalian internal perusahaan sudah cukup baik atau belum. Apabila mayoritas jawaban dari questionnaires adalah “ya” berarti pengendalian internal perusahaan sudah cukup baik. Sedangkan, apabila sebagian besar jawaban adalah “tidak” maka diperlukan evaluasi lebih lanjut dengan mengumpulkan dan menyusun kelemahan-kelemahan yang ada pada pengendalian internal perusahaan tersebut. Serta mengidentifikasi pengaruh dari kelemahan- kelemahan pengendalian internal tersebut. Kemudian penulis mendiskusikan kelemahan-kelemahan pengendalian internal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan. Serta menentukan kemungkinan terhadap adanya pengendalian intern pengganti yang dapat menggantikan pengendalian intern yang lemah tersebut.

3. Mengambil kesimpulan dari jawaban hasil evaluasi atas pengendalian internal perusahaan secara umum dan aktivitas pengelolaan persediaan bahan bakunya sudah efektif dan efisien bagi perusahaan atau belum.

PT. MJPF Farma Indonesia

Tabel 4.1. Internal Control Questionares (ICQ) Fungsi Persediaan

I. Kuisioner Perusahaan Secara Umum

No Daftar Pertanyaan Y T Keterangan

1 Apakah perusahaan mempunyai struktur organisasi yang jelas sehingga dapat diketahui tanggung jawab dan wewenang dari setiap bagian?

 Struktur organisasi tergambar jelas beserta uraian tugas,

wewenang dan

tanggungjawab setiap bagian.

(5)

2 Apakah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab setiap bagian telah jelas dan tidak tumpang tindih?

 Tidak ada pemisahan tugas antara bagian penerimaan dan penyimpanan

persediaan 3 Apakah ada kebijakan dan prosedur terkait aktivitas

dari masing-masing fungsi?

 Terdapat kebijakan dan prosedur pada setiap bagian.

4 Apakah uraian tugas masing-masing fungsi dituangkan dalam bentuk tertulis ?

 Masih belum lengkap tugas bagian gudang.

5 Apakah perusahaan mempunyai divisi Internal Audit?

 Tidak mempunyai divisi internal audit 6 Apakah dalam melakukan hal tertentu mempunyai

suatu program yang terencana ?



7 Apakah fungsi akuntansi perusahaan terpisah dari fungsi:

a. Pembelian?

b. Penjualan?

c. Gudang?

d. Keuangan?

 Perusahaan mempunyai segregation of duties yang cukup baik.

II. Kuisioner Pengelolaan Persediaan Bahan Baku

No Daftar Pertanyaan Y T Keterangan

1 Apakah kecuali petugas gudang, karyawan lain dilarang masuk ke gudang persediaan?

 Hanya petugas bagian

gudang yang

diperbolehkan masuk ke gudang persediaan.

2 Apakah setiap barang dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukuran?



3 Apakah persediaan terhindar dari:

a. Kerusakan b. Pencurian

c. Kebakaran dan banjir

 



Gudang dijaga ketat oleh petugas namun kerusakan dan bencana tidak bisa duga.

(6)

4 Apakah persediaan bahan baku diasuransikan?  Persediaan tidak diasuransikan oleh perusahaan.

5 Apakah gudang selalu diawasi oleh petugas setiap hari selama 24 jam?



6 Apakah mempunyai jadwal teratur untuk membersihkan gudang?

 Gudang dibersihkan

setiap sebulan sekali pada hari Minggu.

7 Apakah dilaporkan segera kepada pihak manajemen untuk pengambilan keputusan terhadap:

a. Rencana kebutuhan?

b. Slow moving items?

c. Barang yang rusak?

d. Barang yang tidak sesuai kualifikasi?







 8 Apakah setiap pembelian bahan baku bagian

gudang menyertakan purchase requisition ke bagian pembelian?



9 Apakah formulir berikut bernomor urut tercetak:

a. Purchase requisition?

b. Purchase order?

c. Receiving report?







Nomor urut pada form permintaan dan penerimaan barang masih ditulis tangan.

10 Apakah barang yang akan masuk ke gudang, jumlahnya selalu dicocokkan terlebih dahulu dengan catatan akuntansi?



11 Apakah bagian gudang memiliki kartu stok gudang?



12 Apakah jumlah persediaan di kartu stok gudang selalu sama dengan jumlah fisiknya?

 Ketidakcocokan antara jumlah pada kartu stok dengan fisik barang.

13 Apakah dilakukan perhitungan fisik (stock opname) secara berkala atas jumlah barang di gudang?

 Stock opname

dilakukan dalam jangka waktu sebulan sekali.

(7)

14 Apakah dibuat instruksi tertulis untuk pelaksanaan stock opname dan dijelaskan kepada pelaksana stock opname?



15 Apakah saat stock opname pernah terjadi selisih antara kartu stok dengan jumlah fisik?

 Kadang terdapat

ketidakcocokan antara kartu stok dengan jumlah fisik barang.

16 Apakah pegawai yang ditunjuk untuk melakukan stock opname bukan dari bagian gudang?

 Stock opname

dilakukan oleh bagian gudang.

17 Apakah metode penilaian persediaan berdasarkan:

Cost-FIFO?

 Persediaan dihitung

dengan metode FIFO.

18 Apakah pengeluaran bahan baku dari bagian gudang berdasarkan reservasi dari bagian produksi?



19 Apakah ada laporan permintaan dan pengeluaran barang ?



20 Apakah pengeluaran bahan baku selalu mendapat pengawasan yang efektif ?



21 Apakah bagian gudang memeriksa jumlah bahan baku yang diambil oleh bagian produksi sama dengan yang diminta?



22 Apakah setiap kelebihan pemakaian bahan baku dikembalikan ke bagian gudang?

 Bagian produksi

mengembalikan setiap kelebihan pemakaian bahan baku

23 Apakah semua kegiatan dalam gudang persediaan telah diotorisasi dengan semestinya oleh pihak yang berwenang?

 Setiap kegiatan di

gudang diotorisasi oleh pihak yang berwenang.

Berdasarkan daftar Internal Control Questionaire (ICQ) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan sudah mempunyai prosedur dan kebijakan yang baik terhadap fungsi persediaan Akan tetapi, masih terdapat kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pengelolaan persediaan bahan baku perusahaan.

Audit Terinci

(8)

Tahap selanjutnya dilakukan audit terinci untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dapat dipercaya kebenarannya dalam mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Melalui tahap audit terinci penulis mengembangkan temuan hasil audit dalam mencari keterkaitan antar temuan untuk menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit yang akan dicapai. Proses audit terinci mengacu pada ruang lingkup aktivitas pengelolaan persediaan dalam perusahaan mulai dari penerimaan bahan baku sampai penyimpanan bahan baku, yang akan berguna sebagai alat untuk menetapkan pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Audit terinci meliputi langkah-langkah untuk menentukan tujuan pemeriksaan fungsi persediaan bahan baku dan prosedur audit yang dilakukan.

1. Pemeriksaan Aktivititas Penerimaan Bahan Baku a. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan aktivitas ini adalah untuk menilai aktivitas penerimaan bahan baku oleh bagian gudang sudah berjalan dengan efektif dan efisien.

b. Prosedur Audit

1) Melakukan observasi ke gudang untuk memastikan bagian gudang telah menerapkan kebijakan dan prosedur yang berlaku.

2) Melakukan wawancara dengan bagian gudang apakah kebijakan dan prosedur gudang telah dilakukan dengan seharusnya.

3) Memeriksa dan memastikan apakah telah menerapkan kebijakan dan prosedur berlaku.

4) Memeriksa purchase order perusahaan, surat jalan, kualitas dan kuantitas barang untuk mengetahui kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian dalam penerimaan barang tersebut.

5) Evaluasi mekanisme penerimaan bahan baku dan mendeteksi kemungkinan kelemahan yang ada.

6) Membuat simpulan audit.

2. Pemeriksaan Aktivitas Penyimpanan Bahan Baku a. Tujuan Pemeriksaan

Proses pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan penilaian apakah kegiatan penyimpanan bahan baku sudah dilakukan sesuai peraturan yang berlaku sehingga berjalan dengan efektif dan efisien.

b. Prosedur Audit

1) Melakukan observasi ke gudang penyimpanan bahan baku dan fasilitas yang tersedia.

2) Melakukan wawancara pada bagian gudang apakah kebijakan penyimpanan bahan baku sudah dijalankan dengan baik.

3) Memeriksa apakah bahan baku sudah disimpan, diberi keterangan dan dikelompokan dengan baik.

4) Mengevaluasi penyimpanan bahan baku dan mendeteksi kemungkinan adanya kelemahan.

5) Membuat simpulan audit.

3. Pemeriksaan Aktivitas Perhitungan Fisik Bahan Baku a. Tujuan Pemeriksaan

Proses ini mempunyai tujuan untuk menilai apakah perhitungan fisik sudah berjalan dengan efektif dan efisien.

(9)

b. Prosedur Audit

1) Melakukan observasi perhitungan fisik untuk memastikan apakah kebijakan dan prosedur yang berlaku sudah ditaati.

2) Melakukan wawancara dengan bagian yang melakukan perhitungan fisik untuk mengetahui mekanisme yang diterapkan.

3) Memeriksa apakah kemungkinan terjadinya ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam prosedur perhitungan fisik barang.

4) Evaluasi proses perhitungan fisik dan mendeteksi adanya kelemahan yang terdapat dalam proses tersebut .

5) Membuat simpulan audit.

4. Pemeriksaan Aktivitas Pengeluaran Bahan Baku a. Tujuan Pemeriksaan

Proses ini bertujuan untuk menilai bahwa prosedur pengeluaran barang ke bagian produksi dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

b. Prosedur Audit

1) Melakukan observasi terhadap aktivitas permintaan bahan baku yang dilakukan oleh bagian produksi kepada bagian gudang.

2) Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengeluaran persediaan untuk mengetahui pengeluaran yang diterapkan oleh perusahaan.

3) Evaluasi proses pengeluaran bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan dan mendeteksi apakah terdapat kelemahan didalamnya.

4) Memeriksa secara sampling apakah setiap pengeluaran bahan baku selalu didasarkan atas bukti permintaan bahan baku yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.

5) Melakukan perbandingan antara jumlah persediaan yang tercantum dalam bukti pengeluaran barang dengan jumlah yang tercantum dalam bukti penerimaan barang.

6) Analisis kemungkinan terjadinya ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam proses pengeluaran persediaan bahan baku.

7) Membuat simpulan audit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengelolaan persediaan bahan baku PT. MJPF Farma Indonesia secara umum belum seluruhnya berjalan dengan efektif dan efisien. Berikut simpulan atas temuan hasil audit, antara lain:

1. Belum ada pemisahan tugas yang jelas antara bagian penerimaan dengan bagian penyimpanan persediaan karena pihak manajemen perusahaan belum secara efektif mengetahui standar kebijakan yang harus dimiliki oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kecurangan seperti kehilangan barang persediaan terlebih ukuran barang yang kecil dan apabila orang yang melakukan

(10)

penerimaan dan penyimpanan barang berhalangan hadir maka proses kegiatan tersebut akan menjadi terhambat.

2. Perusahaan belum mengasuransikan persediaan yang dimiliki karena pihak perusahaan beranggapan bahwa tidak perlu mengasuransikan persediaannya karena bahan baku yang mereka miliki bersifat fast moving yaitu langsung masuk ke dalam proses produksi dan perusahaan yakin gudang yang mereka miliki merupakan tempat penyimpanan yang memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar dalam hal keuangan dan tidak memperoleh ganti rugi dari kehilangan persediaan yang tidak diasuransikan.

3. Receiving report dan purchase requisition tidak mempunyai nomor urut tercetak (prenumbered) karena perusahaan belum merancang sistem yang digunakan untuk memberi nomor urut tercetak pada setiap dokumen permintaan dan penerimaan barang. Akibatnya, perusahaan tidak dapat melacak atau menelusuri jika terjadi kesalahan transaksi seperti pencatatan suatu transaksi yang lebih dari satu kali, kecurangan, dan penyalahgunaan dokumen tersebut.

4. Terdapat ketidakcocokan antara kartu stok gudang dengan fisik barang karena perusahaan melakukan order barang dalam jumlah besar dan disertai dengan ketidaktelitian bagian gudang pada waktu pencatatan pada kartu stok gudang dengan kuantitas barang yang masuk ke gudang.

Karyawan tidak cermat dalam menghitung dan mencocokan jumlah, jenis dan berat barang.

Akibatnya tidak efisien waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan stock opname karena karyawan harus melakukan pencocokan kembali dengan cara perhitungan ulang barang dan membenarkan kesalahan yang ada pada kartu stok gudang.

5. Tidak terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) tertulis yang jelas terkait stock opname perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa stock opname merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh bagian gudang setiap periode tertentu sehingga tidak memerlukan instruksi tertulis untuk pelaksanaan stock opname perusahaan. Perusahaan merasa karyawannya belum pernah melakukan kesalahan yang besar dalam kegiatan stock opname. Oleh sebab itu, kadang-kadang terjadi ketidakcocokan antara stock opname dengan persediaan fisik barang yang ada di gudang. Selain itu, pelaksana stock opname kadang mengalami keterlambatan dalam menangani setiap pekerjaanya.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan untuk dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Saran- saran tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya harus membuat kebijakan yang jelas dan tegas dalam melakukan pemisahaan tugas dan fungsi antara bagian penerimaan barang dengan penyimpanan barang. Sehingga pihak manajemen dapat mencegah tindak kecurangan atau kehilangan barang serta perusahaan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi sesuai dengan kegiatan usahanya.

2. Sebaiknya perusahaan mengasuransikan persediaan barang yang dimilikinya sehingga terhindar dari kerugian apabila terjadi bencana yang tidak terduga sebelumnya karena persediaan merupakan aset utama dalam menjalankan operasional perusahaan. Perusahaan juga dapat melakukan berbagai

(11)

tindakan antisipasi terhadap bencana banjir dengan melakukan perluasan selokan sekitar area gudang, pembersihan selokan secara rutin oleh para petugas kebersihan gudang, dan melakukan penanaman pohon di halaman sekitar area gudang yang dapat dijadikan sebagai daerah resapan air.

3. Sebaiknya perusahaan menggunakan sistem yang secara otomatis dapat menampilkan nomor urut tercetak pada dokumen permintaan dan penerimaan barang. Sehingga dengan perbaikan tersebut diharapkan dapat mempermudah manajemen perusahaan apabila terjadi kesalahan transaksi, serta dapat meminimalisasikan tindak kecurangan dan penyalahgunaan dokumen yang terjadi di dalam perusahaan.

4. Pihak manajemen perusahaan sebaiknya memberikan pengawasan dan pengarahan yang tegas kepada bagian gudang bahwa pentingnya kecermatan dan ketelitian pada waktu memasukkan barang ke gudang kemudian menuliskannya pada kartu stok. Selain itu, perusahaan dapat menetapkan beberapa karyawan dari divisi lain agar dapat membantu menangani pengelompokan kartu gudang berdasarkan barang per supplier.

5. Perusahaan sebaiknya menetapkan dan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) tertulis secara rinci terhadap kegiatan persediaan di gudang. Standar prosedur tersebut memuat perincian yang jelas mengenai proses penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pencatatan, dan pemeriksaan persediaan barang. Prosedur tersebut ditulis agar dijadikan sebagai pedoman dan tolak ukur perusahaan yang dapat memberikan petunjuk pada setiap kegiatan operasional yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan prosedur, perusahaan mempunyai pedoman yang jelas sehingga dapat membantu manajemen dalam pengelolaan barang secara efektif dan efisien.

REFERENSI

Agoes, S. (2004). Auditing: Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid 1&2. Edisi 3.

Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. Alih bahasa oleh Gina Gania (2008). Auditing. New Jersey: Pearson Education

Bhayangkara, I.B.K. (2008). Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Bodnar and Hopwood. (2006). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 9. Yogyakarta: ANDI

Boynton, William C., Raymond N. Johnson. (2006). Modern Auditing. Eighth Edition. USA: John Wiley

& Sons,Inc.

Gondodiyoto, S. (2007). Audit sistem informasi+ pendekatan CobIT. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Hall, J.A., Singleton, & Tommie. (2005). Information technology auditing and assurance (second edition). Ohio: Thomson South-Western.

Herjanto, E. (2007). Manajemen Operasi (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2010). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

James A. Hall, Tommie S. Alih bahasa oleh Fitriasari, D., Arnos, D. K. (2007). Audit

(12)

Teknologi Informasi Dan Assurance (edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, Donald E., Jerry J., Weygandt, Terry D., Warfield. (2007). Intermediate Accounting. Twelfth Edition. United State of America: John Wiley & Sons,Inc.

Nurharyanto, Ak.. (2009). Dasar-dasar Auditing. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Rangkuti, F(2007). Business Plan.Teknik membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, Jakarta: PT Gramedia

Richardus, Eko Indrajit, Djoko Pranoto. (2007). Manajemen Persediaan. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Tunggal A. W. (2008). Dasar-dasar audit operasional. Jakarta: Penerbit Harvarindo.

Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer & James H. Scheiner. (2005). Audit Internal. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Stice, Skousen. (2009). Akuntansi Intermediate Jilid 1 (Edisi Keenam Belas). Jakarta: Salemba Empat.

Warren, C.S, Reeve, J.M, Fees, P.E. Alih bahasa oleh Farahmita, A., Amanugrahani, Hendrawan, T.

(2006). Accounting. Buku ke-1 (edisi 1). Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

RIWAYAT PENULIS

Ririn lahir di kota Tangerang pada 14 Februari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ekonomi Akuntansi pada tahun 2013.

Gambar

Tabel 4.1. Internal Control Questionares (ICQ)  Fungsi Persediaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini tidak sesuai dengan literatur karena seharusnya pada anoda larutan tetap tidak berwarna yang dikarenakan reaksi di anoda menghasilkan ion H + , sedangkan pada

Sedangkan faktor internal yang menjadi kekuatan bagi Kedai Bibi yaitu kualitas produk yang baik, harga produk yang rendah, pelayanan yang diberikan baik, fasilitas yang lengkap

Metode yang akan digunakan adalah modulasi dengan menggunakan sinyal Frequency Shift Keying (FSK).Mikrokontoler Raspberry PI 3 ini digunakan sebagai memonitoring suhu, kelembapan

SINERGI INFORMATIKA SEMEN INDONESIA (SISI) seharusnya sudah tidak menjadi masalah, karena faktor eksternal seperti teknologi informasi dan komunikasi serta permasalahan

Gubal adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau

Beberapa kendala dalam pengolahan tepung ikan lokal adalah jenis ikan yang digunakan beragam, kuantitas, kualitas dan kontinuitas sumber bahan baku belum stabil,

Pengolahan tepung darah dengan cara penyerapan biasa dilakukan dengan menyerapkan darah ke dalam limbah industri pertanian agar proses pengeringan lebih mudah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi CPO yang dihasilkan Sungai Bengkal Mill dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami tren penurunan yang cukup