RENCANA PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER ENGAGEMENT PLAN)
PROGRAM KORPORASI PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PERTANIAN TERPADU (ICARE)
LAPORAN
JUNI 2021 Pernyataan:
SEP ini merupakan draft dokumen, yang akan dikonsultasikan lebih lanjut dengan pemangku kepentingan dan akan diperbaharui selama pelaksanaan Program
VERSI 0.1
DAFTAR ISI
1.0 PENDAHULUAN ... 3
1.1 TUJUAN ... 3
1.2 GAMBARAN SINGKAT PROGRAM ICARE ... 4
1.2.1 Komponen Program ... 5
1.2.2 Lokasi Program ... 6
2.0 RINGKASAN KETERLIBATAN SEBELUMNYA ... 6
3.0 PRINSIP-PRINSIP UMUM KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN ... 10
4.0 IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN ... 12
4.1 PEMANGKU KEPENTINGAN TERDAMPAK PROGRAM ... 12
4.2 PEMANGKU KEPENTINGAN YANG BERKEPENTINGAN TERHADAP PROGRAM ... 17
5.0 STRATEGI PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN ... 19
6.0 PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM MASA PANDEMI COVID – 19 ... 23
7.0 MEKANISME UMPAN BALIK DAN PENANGANAN KELUHAN 24 8.0 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN ... 27
DAFTAR TABEL Tabel 1. Ringkasan Singkat Kegiatan Bersama Pemangku Kepentingan Sebelumnya … ... 7
Tabel 2. Identifikasi Pemangku Kepentingan yang Terdampak ... 13
Tabel 3 Identifikasi Pemangku Kepentingan yang Berkepentingan terhadap Program 17 Tabel 4 Strategi Pelibatan Pemangku Kepentingan Program. ... 20
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Profile Singkat Pemangku Kepentingan ... 29
Lampiran 2 Catatan Hasil Sosialisasi Awal Program ICARE ... 35
1.0 PENDAHULUAN
Komoditas pertanian mengalami pelandaian peningkatan produktivitas dan senjang hasil. Data BPS menunjukkan pada periode sepuluh tahun terakhir terdapat pelandaian peningkatan produktivitas hasil pertanian, diantaranya pada tanaman pangan seperti padi, kopi, dan jeruk. Pada tahun 2010 rata-rata produktivitas padi nasional tercatat 5,01 ton per hektare dan pada tahun 2020 baru mencapai 5,11 ton per hektare. Rata-rata produktivitas kopi nasional pada tahun 2019 tercatat 803 kg per hektare. Angka produktivitas tersebut belum banyak meningkat dibandingkan produktivitas kopi nasional pada tahun 2009 sebesar 779 kg per hektare. Demikian pula, rata-rata produktivitas jeruk nasional pada tahun 2020 mencapai 350,76 kuintal per hektare, tidak jauh berbeda dengan produktivitas tahun 2010 sebesar 355,43 kuintal per hektare. Di sisi lain, varietas unggul baru sudah banyak dilepas dengan potensi hasil lebih tinggi. Hal ini menunjukkan masih terjadinya senjang hasil yang dapat dicapai pada kondisi optimal dengan rata-rata hasil yang dapat dicapai oleh petani pada berbagai kondisi agroekologi. Senjang hasil padi antar musim juga masih dijumpai pada kondisi agroekologi tertentu, seperti lahan rawa. Hal tersebut diantaranya disebabkan masih belum optimalnya pemanfaatan sumber daya pertanian, termasuk masih rendahnya pemanfaatan teknologi dan cukup tingginya kehilangan hasil.
Potensi pasar Indonesia memberikan peluang usaha besar bagi produsen, pengolah, dan aktor-aktor rantai nilai. Akan tetapi, masih terdapat sejumlah hambatan yang harus diatasi. Produktivitas sektor pertanian Indonesia masih tergolong rendah dan yang paling rendah terdapat di subsektor tanaman pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas dan keuntungan di sektor pertanian meliputi kurangnya akses pasar oleh produsen, terbatasnya adopsi teknologi inovatif, hambatan infrastruktur dan logistik hilir, lemahnya sistem keamanan pangan (terutama untuk produk yang mudah rusak), kurangnya permodalan, serta kurangnya keterampilan teknis dan kemampuan kewirausahaan.
Indonesia terus berupaya membuat kemajuan dalam mengurangi kemiskinan, meskipun laju penurunan kemiskinan tersebut melambat dalam beberapa tahun terakhir dan sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Berdasarkan standar international mengenai keseimbangan kemampuan berbelanja sebesar USD1,90 per hari (2011 purchasing power parity), Indonesia termasuk negara yang paling cepat menurunkan tingkat kemiskinan dalam dua dekade terakhir.
Program ICARE difokuskan pada komoditas-komoditas bernilai tinggi untuk mengantisipasi jumlah impor yang terus meningkat, serta untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian dan mendorong ekspor. Program ICARE akan berjalan selama lima tahun mulai tahun 2022 sampai dengan 2027.
1.1 TUJUAN
Dokumen ini adalah Rencana Pelibatan Pemangku Kepentingan/Stakeholder Engagement Plan (“SEP”), yang terkait Program Korporasi Penelitian, Pengembangan dan Pemberdayaan Pertanian Terpadu atau Integrated Corporation of Agricultural Research, Development, and Empowerment (“ICARE” atau “Program”). SEP bertujuan untuk meningkatkan dan memfasilitasi pengambilan keputusan dan menciptakan suasana pemahaman yang secara aktif melibatkan orang-orang yang terkena dampak program dan pemangku kepentingan lainnya secara tepat waktu, dan bahwa kelompok-kelompok ini diberikan kesempatan yang cukup untuk menyuarakan pendapat dan kekhawatiran yang dapat mempengaruhi keputusan Program.
SEP merupakan proses inklusif yang dilakukan sepanjang siklus hidup program, dan dirancang dan diimplementasikan untuk mendukung pengembangan hubungan yang kuat, konstruktif, dan responsif yang penting bagi keberhasilan pengelolaan risiko lingkungan dan sosial program. Keterlibatan pemangku kepentingan paling efektif ketika dimulai pada tahap awal proses pengembangan program, dan merupakan bagian integral dari keputusan awal program dan penilaian, pengelolaan dan pemantauan risiko dan dampak lingkungan dan sosial program.
Secara khusus, tujuan SEP adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi pemangku kepentingan, membangun dan memelihara hubungan yang konstruktif dengan pemangku kepentingan, khususnya, pihak yang terkena dampak program;
2. Mengidentifikasi kepentingan dan dukungan pemangku kepentingan terhadap program dan untuk memungkinkan pandangan pemangku kepentingan diperhitungkan dalam desain program dan kinerja lingkungan dan sosial;
3. Menyusun rencana pelibatan yang efektif dan inklusif dengan pihak-pihak yang terkena dampak program sepanjang siklus hidup program tentang isu-isu yang berpotensi mempengaruhi mereka;
4. Menginformasikan program yang tepat tentang risiko dan dampak lingkungan dan sosial diungkapkan kepada pemangku kepentingan secara tepat waktu, dapat dipahami, dapat diakses, dan dengan cara dan format yang sesuai;
5. Menyediakan sarana yang dapat diakses dan inklusif bagi pihak-pihak yang terkena dampak program untuk menyampaikan kekhawatiran dan mekanisme pengaduan yang tepat; dan
6. Menentukan langkah-langkah pelaporan dan pemantauan yang efektif.
Dokumen SEP ini akan diimplementasikan selama pelaksanaan Program dan akan diperbaharui berdasarkan kebutuhannya.
1.2 GAMBARAN SINGKAT PROGRAM ICARE
Pemerintah Indonesia melalui Program ICARE mengembangkan sistem penelitian dan pengembangan pertanian yang inovatif, integratif, dan kolaboratif untuk mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Program ini mempromosikan sistem produksi pertanian dan pengembangan yang berkelanjutan, inklusif, dan terdiversifikasi di wilayah program yang dipilih.
Tujuan-tujuan ini sangat relevan dalam konteks COVID-19 di mana peningkatan ketahanan sistem pangan dan mata pencaharian pedesaan sangat penting. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur/fasilitas, produktivitas dan efisiensi penggunaan input dan efisiensi usahatani, ketersediaan varietas/galur unggul baru dan teknologi inovatif pendukung, teknologi yang diadopsi oleh pengguna, nilai tambah produk pertanian, dan pendapatan petani. Selain itu, program ini juga meningkatkan publikasi hasil penelitian, layanan dan akses teknologi informasi/informasi teknologi pertanian secara masif. Pada akhirnya, program ini menghasilkan keberlanjutan sistem produksi, dan peningkatan kawasan pertanian berbasis korporasi dan inovasi.
Lembaga negara yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan adalah Kementerian Pertanian, dan lembaga yang melaksanakan program ini adalah Badan Litbang Pertanian (“Balitbangtan”).
1.2.1 Komponen Program
Program memiliki tiga komponen utama yaitu:
Komponen A: Pengembangan model kawasan pertanian berbasis inovasi dan korporasi pertanian, yang meliputi:
Sub-Komponen A-1: Perancangan model pengembangan kawasan pertanian dan rantai nilai. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah koordinasi dengan lembaga terkait dalam penentuan lokasi kawasan Pertanian; identifikasi berbagai peluang usaha tani seperti petani dan kelompok tani serta potensi mitra petani, perencanaan dan kebutuhan teknologi, peluang pasar; dan fasilitasi dialog stakeholder dalam perencanaan dan kerjasama pengembangan pertanian, pasar dan promosi.
Sub-Komponen A-2: Fasilitasi Pengembangan Kelompok Tani dan Korporasi Petani. Kegiatan yang dilakukan adalah pembentukan dan pengembangan kelompok tani dan korporasi petani; peningkatan kapasitas petani dari aspek teknis dan entrepreneurship dalam kelompok tani dan korporasi petani.
Sub-Komponen A-3: Dukungan untuk korporasi petani dalam pengembangan produksi dan rantai nilai.
Kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan kawasan agribisnis; pengembangan agribisnis untuk pertanian korporasi; pendampingan teknis untuk pengkayaan kapasitas petani dalam peningkatan nilai tambah dan penjualan produk ke dalam rantai nilai; penguatan kapasitas pelaku rantai nilai; fasilitasi kebutuhan awal pengembangan model kawasan; dan penyiapan dukungan infrastruktur untuk pengembangan model kawasan pertanian terpilih.
Sub-Komponen A-4: Peningkatan peran teknologi dan inovasi mendukung sistem produksi dan rantai nilai produk pertanian. Kegiatan yang dilakukan adalah: transfer dan adopsi teknologi yang relevan di pengembangan kawasan pertanian; mendorong partisipasi sektor swasta yang lebih besar dalam penyediaan layanan konsultasi (sesuai UU No: 16/2006); peningkatan peran teknologi dan inovasi melalui pengembangan digitalisasi; dan penguatan lingkungan yang kondusif melalui telaah kebijakan dan peraturan terkait pengembangan kawasan pertanian.
Komponen B: Penguatan kapasitas institusi, penelitian dan pengembangan serta kemitraan, yang meliputi:
Sub-Komponen B-1: Peningkatan kapasitas staf pemerintah. Kegiatan yang dilakukan adalah:
pelatihan, workshop, konferensi bagi peneliti, penyuluh ahli, perekayasa, teknisi dan staf pendukung lainnya; dan pelatihan untuk manajer lokasi model pengembangan kawasan pertanian dan penyuluh lapangan.
Sub-Komponen B-2: Perbaikan fasilitas dan layanan penelitian dan pengembangan pertanian.
Kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan fasilitas kebun percobaan dan laboratorium (termasuk sertifikasi dan akreditasi) untuk mendukung mendukung pengembangan kawasan pertanian.
Sub-komponen B-3: Kolaborasi penelitian, pengembangan dan diseminasi teknologi prioritas melalui kemitraan. Kegiatan yang dilakukan adalah penyediaan hibah kompetitif untuk penelitian dan pengembangan kolaboratif mendukung sistem produksi dan rantai nilai pertanian; dan fasilitasi bimbingan teknis, konsultasi dan pembelajaran melalui pendekatan koordinatif dan integratif untuk pengembangan teknologi sistem produksi pertanian dan rantai nilai.
Sub-komponen B-4: Peningkatan pendampingan terhadap korporasi petani untuk akses layanan finansial. Kegiatan yang dilakukan adalah: perancangan dan operasionalisasi mekanisme kemudahan akses bagi korporasi petani pada kelembagaan sumber permodalan; dan pengembangan kapasitas korporasi petani untuk meningkatkan kemampuan bisnis dan pengelolaan keuangan.
Komponen C: Dukungan Manajemen Program. Masing-masing komponen terdiri dari sub- komponen yang terdiri dari berbagai kegiatan yang mendukung pencapaian Program, yang meliputi:
Sub-komponen C-1: Manajemen Program. Kegiatan yang dilakukan adalah koordinasi, pelaksanaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan perlindungan lingkungan dan sosial, dan pemantauan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Sub-komponen C-4: Monitoring dan Evaluasi. Kegiatan yang dilakukana dalah menyusun sistem M&E tingkat program tingkat lanjut sebagai bagian dari struktur manajemen program dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang kuat, dengan kemampuan Sistem Informasi Geografis (GIS).
1.2.2 Lokasi Program
Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 472/2018, program I-CARE akan dilaksanakan di kawasan pertanian di provinsi-provinsi berikut: (1) Lampung di Kabupaten Tanggamus;
(2) Jawa Barat di Kabupaten Garut; (3) Jawa Tengah di Kabupaten Brebes; (4) Jawa Timur di Kabupaten Pasuruan; (5) Kalimantan Barat di Kabupaten Sambas; (6) Sulawesi Selatan di Kabupaten Gowa; (7) Nusa Tenggara Barat di Kabupaten Lombok Tengah; (8) Sulawesi Utara di Kabupaten Minahasa Utara; dan (9) Sulawesi Tenggara di Kabupaten Kolaka Timur.
2.0 RINGKASAN KETERLIBATAN YANG SUDAH DILAKUKAN
Program kegiatan Korporasi, Penelitian, Pengembangan, dan Pemberdayaan Pertanian Terpadu (ICARE) akan dilaksanakan di kawasan terpilih di 9 Provinsi di Indonesia dengan komoditas yang berbeda. Kegiatan ini tentu saja akan melibatkan pihak-pihak terkait untuk penyampaian informasi, sosialisasi, proses koordinasi untuk memastikan program ICARE diketahui, didukung, diterima, dan dilanjutkan untuk mencapai tujuan akhir Program. Tujuan pelaksanaan kegiatan pelibatan pemangku kepentingan sebelum Program dilaksanakan antara lain:
1. Sebagai upaya mempersiapkan program ICARE serta pihak-pihak yang terlibat untuk pelaksananaan dan kelanjutannya di masyarakat;
2. Mendapat masukan atas perencanaan Program;
3. Membahas kesiapan pelaksanaan program dan pemangku kepentingan terkait di masing- masing calon lokasi;
4. Diskusi dan konsultasi dengan calon pelaku rantai nilai, off taker, start-Up fintech dan pihak lainnya yang mungkin terdampak;
5. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian dan Bappeda masing-masing Provinsi serta BPTP setempat.
Secara lengkap Kegiatan yang melibatkan pelibatan pemangku kepentingan yang sudah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan Singkat Kegiatan Bersama Pemangku Kepentingan Sebelumnya
Waktu Kegiatan Tujuan kegiatan Poin-poin Konsultasi Keterangan 15
September 2020
Presentasi Pembentukan dan
Pengembangan Corporate Farming (CF)
Presentasi Pembentukan dan
Pengembangan Korporasi Petani
CF menggabungkan lahan pertanian untuk dikelola bersama oleh petani dan terintegrasi menjadi satu pengelolaan. Sistem ini dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi petani. Program ini dimulai dengan 5 program CF percontohan pada 2020, dan ditargetkan 350 CF akan terbentuk pada 2024.
Bappenas, Kementan, Balitbangtan.
17 Desember 2020
Pembahasan kesiapan proyek-proyek dalam DRPLN- JM/Blue Book 2020-2024 dengan indikasi pendanaan Bank Dunia
Membahas usulan Proyek dari masing- masing K/L guna memperoleh persetujuan pendanaan.
Paparan dari Direktur Multilateral dan PHLN, Bappenas menyampaikan bahwa Proyek dalam Blue Book 2020-2024 terdiri dari 75 project dengan 23 Lembaga dan memiliki nilai komitmen sebesar 25,7 Milliar USD da nada sekitar 7 Proyek yang akan dibiayai WB 1,8 jt USD.
Nilai pengajuan Program ICARE disebutkan dalam Bluebook sebesar 100 jd USD dan 10 jt USD RMP (Rupiah Murni Pendamping).
Kegiatan dihadiri oleh:
Dit Pangan dan Pertanian, Biro Perencanaan Kementan. Biro KLN, dan Balitbangtan beserta Tim Persiapan ICARE 24 Februari
2021
Sosialisasi Program ICARE lingkup
Kementan
Memberikan informasi atas perencanaan Program ICARE di lingkup Kementerian Pertanian.
Ditetapkan lokasi provinsi di 9 provinsi.
Pemilihan komoditas dilakukan berdasarkan Permentan 472/2018 Pengembangan model kawasan dalam program ICARE sangat tepat dikaitkan dengan Food Estate karena rancangan kegiatan merujuk kepada supply chain (connecting product to the market), melibatkan sisi supply dan demand dengan target ekspor komoditas yang memiliki standar pasar.
Dalam pelaksanaan program ICARE dapat disinergikan dengan program- program strategis Kementerian Pertanian yang sudah ada.
Kegiatan dihadiri oleh:
Sekjen, Kepala Badan, Kepala Birore, Kepala Biro Humas, Perwakilan Es 2 dari masing- masing Ditjen Teknis, dan Kepala BPTP di 9 provinsi calon lokasi
18-19 Maret 2021
Presentasi usulan program ICARE dari masing-masing daerah
Memperoleh gambaran usulan program di masing-masing lokasi dengan komoditas yang akan menjadi fokus kegiatan di kawasan.
Masing-masing wilayah yang akan menjadi program ICARE
mempresentasikan usulan program komoditas di wilayahnya:
Kopi dan kambing di Tanggamus, Lampung;
Kentang dan domba di Garut, Jawa Barat;
Pisang dan padi gogo di Brebes, Jawa Tengah;
Mangga dan jagung di Probolinggo, Jawa Timur;
Jeruk dan padi di Sambas, Kalimantan Barat;
Kegiatan dihadiri oleh:
Kementerian Pertanian
Kementerian Bappenas
Dinas Pertanian masing- masing wilayah program
Perwakilan petani di masing-
Waktu Kegiatan Tujuan kegiatan Poin-poin Konsultasi Keterangan
Kakao dan sapi potong di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara;
Ayam KUB dan jagung di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat;
Kelapa dan jagung di Minahasa Utara, Sulawesi Utara;
masing wilayah program
22 Maret 2021
Pertemuan konsultasi dengan Aktor Rantai Nilai, Fintech, StartUp dan Input Suplier
Memperoleh masukan dan gambaran pelaku rantai nilai, fintech, start-up dan input supplier dalam mengupayan kemungkinan pelibatan.
Masing-masing aktor rantai nilai, off taker, start-Up dan Fintech
memberikan statement dalam mendukung Program;
Macam-macam layanan yang disediakan sesuai dengan bidang konsentrasi utaha masing-masing;
Problem dan kendala di masing- masing aktor nilai ini berbeda-beda dan untuk identifikasi yang sesuai dengan Program ICARE harus dilaksanakan sejak awal;
Dihadiri oleh:
Perwakilan seluruh BPTP lokasi Program ICARE, TaniHub, Olam, ECOM, Bayer/Better Life Farming (BLF), IGrow, Hara, KBHI, Eden Farm, Kenhouse/Indof ood
14 April 2021
Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Garut
Memperoleh masukan pelibatan bagi Pemkab Garut pada Program ICARE.
Sosialisasi program ICARE di Kabupaten Garut dengan konsep korporasi pertanian berbasis komoditas kentang dan domba.
Mengawali program tersebut,) Jabar sebagai bagian dari Balitbangtan melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Garut.
Program ICARE dapat mendukung sentra kentang sayur dan kentang industri.
Kegiatan dihadiri oleh:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Dinas Pertanian Kabupaten Garut 25 dan 27
Mei 2021
Koordinasi dengan
Bappeda, Dinas Pertanian dan Penyuluh Pemerintah Daerah Jawa Timur (provinsi dan Kabupaten Pasuruan)
Observasi lokasi dan
memperkenalkan Program ICARE dengan desain yang dirancang Tim ICARE untuk identifikasi pelibatan.
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program
Permohonan fasilitasi dengan penerima manfaat langsung yaitu petani dan pelaku agribisnis mangga dan jagung
Dihadiri oleh:
Kepala Bappeda, Kepala Dinas, Penyuluh dan Petani
25 Mei 2021
Koordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat
Identifikasi pelibatan stakeholders pada Program ICARE Jabar.
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan dukungan BP2D untuk program ICARE
Sinergitas program BP2D dengan program ICARE
Dihadiri oleh:
Kepala BP2D, Peneliti Balai Benih Kentang, Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP), Balai Penelitian Sayur (Balitsa), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dan Puslitbangnak
Waktu Kegiatan Tujuan kegiatan Poin-poin Konsultasi Keterangan 26 Mei
2021
Koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Garut dan melakukan kunjungan lapang ke Petani Kentang dan Peternak Domba Garut
Koordinasi pelibatan aktif Dinas atau stakeholders lain untuk Program ICARE di Jabar
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE;
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program ICARE;
Permohonan fasilitas dengan penerima manfaat langsung, yaitu petani dan pelaku agribisnis kentang dan domba garut;
Observasi lokasi kegiatan ICARE dan identfikasi permasalahan dilapang yang dihadapi petani kentang dan peternak domba garut;
Dihadiri oleh:
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Kabid Dinas Peternakan, BP2D, Pengelola TTP Garut,
Penyuluh, Ketua Gapoktan, Petani dan Peternak 27 Mei
2021
Koordinasi dengan Bappeda Kabupaten Garut
Koordinasi pelibatan program atau kontribusi pada Program ICARE di Garut
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE;
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program ICARE;
Permohonan fasilitas dengan penerima manfaat langsung, yaitu petani dan pelaku agribisnis kentang dan domba garut;
Dihadiri oleh:
Wakil Bupati, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Peternakan, Kepala Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas
Pariwisata, Balitsa, Puslitbangnak, Dinas Koperasi, dan UMKM 28 Mei
2021
Koordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Koordinasi dan identifikasi upaya pelibatan BPTP selaku aktor utama pada Program ICARE.
Merangkum hasil diskusi-diskusi sebelumnya dan membahas tindak lanjut dan beberapa agenda yang akan dilakukan pada kegiatan observasi berikutnya.
Dihadiri oleh:
Kepala BP2D, Kepala BPTP, Peneliti BPTP, Puslitbangnak dan Balitsa 8 -10 Juni
2021
Koordinasi dengan
Bappeda, Dinas Pertanian dan Penyuluh Pemerintah Daerah Kalimantan Barat (Povinsi dan Kabupaten Sambas)
Koordinasi pelibatan program atau kontribusi pada Program ICARE di Sambas.
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program
Permohonan fasilitasi dengan penerima manfaat langsung yaitu petani dan pelaku agribisnis jeruk dan padi
Dihadiri oleh:
Bupati terpilih, Asisten II Setda Kab. Sambas, Kepala Bappeda, Kepala Dinas, Penyuluh dan Petani.
8 Juni 2021 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur dan
Koordinasi pelibatan program atau kontribusi pada Program ICARE di Kolaka Timur.
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program ICARE
Permohonan fasilitas dengan penerima manfaat langsung, yaitu
Dihadiri oleh Bupati Kolaka Timur, Kepala Bappeda Kabupaten Kolaka Timur, Kepala Dinas
Waktu Kegiatan Tujuan kegiatan Poin-poin Konsultasi Keterangan petani dan pelaku agribisnis kakao
dan sapi potong
Pertanian, Loka Sapi Potong, 9 Juni 2021 Koordinasi
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Timur dan Kunjungan lapang
Observasi lapang untuk identifikasi pelibatan stakeholder dan titik lokasi kegiatan Program ICARE di Kolaka Timur
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program ICARE
Permohonan fasilitas dengan penerima manfaat langsung, yaitu petani dan pelaku agribisnis kakao dan sapi potong
Observasi lokasi ICARE dan Identifikasi permasalahan dilapang yang dihadapi oleh petani kakao dan peternak sapi potong
Dihadiri oleh:
Ketua DPRD, Kepala Bappeda Kabupaten Kolaka Timur, Kepala Dinas Pertanian, Camat, Lurah, Loka Sapi Potong, Ketua LEM Sejahtera, Petani Kakao dan Peternak sapi potong 10 Juni
2021
Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
Observasi lapang dan identifikasi pelibatan Pemprov Sultra pada Program ICARE di Sultra.
Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Program ICARE
Identifikasi kontribusi dan peran Pemerintah Daerah untuk keberhasilan program ICARE
Permohonan fasilitas dengan penerima manfaat langsung, yaitu petani dan pelaku agribisnis kakao dan peternak sapi potong
Dihadiri oleh:
Kepala Bappeda Provinsi, Dinas Pertenakan dan Ketahanan Pangan, Dinas Perkebunan, BPTP Sulawesi Tenggara 16 Juni
2021
Pembahasan Daftar Kegiatan (DK) Program ICARE dengan Bappenas
Koordinasi dengan
Bappenas untuk memperoleh masukan atas upaya pelibatan di berbagai pihak.
Pembahasan terkait dengan pelaksanaan pendidikan gelar agar tidak dimasukkan di Program ICARE.
Keterlibatan Pemda, Pemkab, dan BPTP agar diperjelas dalam desain dan apakah aka nada PIU
mengingat adanya beberapa lokasi termasuk pengaturan dalam perguliran pendanaan dan bantuan seperti apa yang akan diberikan dari Program ICARE kepada Petani sehingga dapat dicapai apa yang diinginkan dalam peningkatan rantai nilai dan pengembangan kawasan.
Kegiatan dihadiri oleh:
Biro KLN, Dit Pangan dan Pertanian Bappenas, Renbang, Bappenas, Tim ICARE dan Koordinator Perencanaan Sekretariat Balitbangtan.
3.0 PRINSIP-PRINSIP UMUM PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Rencana Pelibatan Pemangku Kepentingan atau Stakeholder Engagement Plan (“SEP”) ini dikembangkan melalui partisipasi dari pemangku kepentingan yang terdampak (atau kemungkinan terpengaruh, baik langsung atau tidak langsung, dampak positif maupun negatif) dan pemangku kepentingan yang berkepentingan terhadap Program ICARE. Pemangku kepentingan akan diberikan informasi yang tepat waktu, relevan, dapat dimengerti, dan dapat diakses, dan dikonsultasikan secara terbuka, bebas manipulasi, intervensi, paksaan, diskriminasi dan intimidasi. Keterlibatan masyarakat
ini mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat menghambat partisipasi, seperti ketidaksetaraan gender, buta huruf, etnis, disabilitas, dan faktor eksklusi lainnya di antara kelompok rentan.
Risiko dan manfaat lingkungan dan sosial yang dihasilkan dan/atau terkait dengan program akan dikomunikasikan melalui dialog yang terbuka dan konstruktif. Langkah-langkah mitigasi risiko akan disiapkan melalui konsultasi dengan masyarakat, termasuk kelompok rentan.
Badan Litbang Pertanian telah melakukan pelibatan pemangku kepentingan untuk mengumpulkan pandangan awal tentang persiapan, perencanaan, pelaksanaan program, dan akan dikelola sepanjang siklus hidup program. Para pemangku kepentingan didorong untuk memberikan umpan balik tentang kegiatan persiapan dan tentang identifikasi dan mitigasi risiko dan dampak lingkungan dan sosial.
Serangkaian catatan terdokumentasi dari keterlibatan pemangku kepentingan akan terus dipelihara dan diungkapkan sebagai bagian dari penilaian lingkungan dan sosial dari persiapan program, termasuk deskripsi pemangku kepentingan yang dikonsultasikan, ringkasan umpan balik yang diterima dan penjelasan singkat tentang bagaimana umpan balik tersebut dipertimbangkan.
Balitbangtan menyusun rencana pelibatan pemangku kepentingan ini pada prinsipnya secara umum untuk:
1. Menjaring pandangan-pandangan yang berbeda dari berbagai pihak terkait rancangan, risiko pada saat penerapan, serta dampak program dan upaya pencegahan untuk hal-hal yang tidak diinginkan. Pendapat dan pandangan tersebut dapat memperkaya rancangan kegiatan dalam program sesuai dengan kebutuhan dan target manfaat di masing-masing lokasi.
2. Membantu mengembangkan hubungan yang konstruktif dan responsif dengan pihak-pihak yang terdampak kegiatan program. Dampak kegiatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, sehingga hubungan yang terbentuk dengan baik bahkan sebelum kegiatan dimulai akan dapat teridentifikasi. Jika dampak tersebut menimbulkan kemanfaatan, maka berpotensi untuk ditingkatkan dan menjadi contoh untuk memperluas dan memaksimalkan kemanfaatan. Jika dampak menimbulkan kerugian, maka dapat dikomunikasikan penanggulangannya dengan segera dan dapat diminimalkan.
3. Mendukung pengawasan kegiatan dan membantu mengidentifikasi potensi isu-isu lingkungan dan sosial sejak awal. Selama implementasi kegiatan, akan sangat baik jika pengawasan dan pemantauan dilakukan sejak awal, selama dan setelah pelaksanaan. Kegiatan yang terikat dalam program terbatas pada periode yang sudah ditentukan, sehingga dengan adanya pihak-pihak terkait yang sudah dilibatkan sejak awal, akan membantu pengawasan bahkan sebelum dan setelah program selesai. Hal ini akan memberikan manfaat untuk meningkatkan keberlanjutan program.
4. Meningkatkan aspek-aspek keberlanjutan lingkungan dan sosial dari program; penerimaan dan manfaat pelaksanaan program; dan berkontribusi terhadap keberhasilan rancangan dan penerapan program. Program yang dari awal dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan model Kawasan Pertanian berbasis korporasi petani pasti akan menimbulkan isu-isu lingkungan dan sosial. Rencana pelibatan pemangku kepentingan diharapkan dapat meminimalisasi isu-isu lingkungan dan sosial untuk meningkatkan potensi keberhasilan program.
ICARE yang direncanakan untuk 9 (sembilan) lokasi di Indonesia akan secara unik bersentuhan dan melibatkan pihak-pihak yang ada di sekitar pusat kegiatan di lokasi yang terpilih. Dari pihak-pihak
tersebut terdapat faktor pendukung keberhasilan program sampai nantinya akan bermanfaat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan komoditi yang berbeda untuk masing-masing lokasi, prinsip- prinsip pelibatan pemangku kepentingan di atas diharapkan dapat secara unik berkontribusi dalam pencapaian tujuan dan target program.
4.0 IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN
Keterlibatan dengan pemangku kepentingan sebagai bagian integral dari penilaian lingkungan dan sosial program serta desain dan implementasi program. “Pemangku Kepentingan” mengacu pada individu atau kelompok yang: (a) terpengaruh atau kemungkinan terpengaruh oleh program (pihak yang terkena dampak program); dan (b) mungkin memiliki kepentingan dalam program (pihak lain yang berkepentingan). Pemangku kepentingan mencakup mereka yang mungkin terkena dampak program karena dampak aktual atau potensi risiko terhadap lingkungan fisik, kesehatan, keamanan, praktik budaya, kesejahteraan, atau mata pencaharian mereka.
Balitbangtan melibatkan pemangku kepentingan sepanjang siklus hidup program, memulai keterlibatan tersebut sedini mungkin dalam proses pengembangan program dan dalam kerangka waktu yang memungkinkan konsultasi yang bermakna dengan pemangku kepentingan mengenai desain program.
Identifikasi dan analisis pemangku kepentingan adalah proses pemeriksaan pengaruh relatif yang dimiliki individu dan kelompok yang berbeda atas suatu program serta pengaruh program yang ditimbulkan. Tujuan pemetaan pemangku kepentingan adalah untuk:
1. Mempelajari profil pemangku kepentingan yang telah diidentifikasi;
2. Menyusun rencana pelibatan pemangku kepentingan.
Secara umum, langkah-langkah analisis pemangku kepentingan sebagai berikut:
Langkah 1: Identifikasi pemangku kepentingan serta prioritas pelibatannya. Program berdasarkan komponen kegiatan dan interaksi kegiatan atar komponen, mencantumkan semua orang/kelompok/lembaga yang mempengaruhi dan berpotensi terpengaruh oleh kegiatan Program atau memiliki kepentingan dalam keberhasilan atau kegagalan Program.
Langkah 2: Menyusun rencana pelibatan secara efektif. Pemangku kepentingan yang teridentifikasi dinilai berdasarkan kelompok yang terdampak oleh program dan kelompok yang memiliki kepentingan terhadap program.
Langkah 3: Analisis efektivitas pelibatan pemangku kepentingan utama dengan komunikasi dan koordinasi untuk mengetahui persepsi pemangku kepentingan terkait Program, minat atau ketertarikan terhadap Program, pengetahuan tentang informasi Program, dan cara terbaik untuk menyampaikan informasi Program, kemungkinan dukungan terhadap Program, dan lainnya.
4.1 PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TERDAMPAK
Kelompok pemangku kepentingan terdampak program adalah individu atau kelompok yang terpengaruh oleh adanya Program baik secara langsung maupun tidak langsung. Program telah mengidentifikasi kelompok pemangku kepentingan yang terdampak program, sebagaimana tercantum dalam Tabel 12.
Tabel 1. Identifikasi Pemangku Kepentingan yang Terdampak
No Kegiatan Komponen Stakeholder Dampak dan Kepentingan Strategi Pelibatan Lokasi Penanggung
jawab Komponen A: Pengembangan Model Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi dan Korporasi Pertanian
A1 Identifikasi lokasi program (desa), kelompok tani dan Korporasi Petani yang ada atau potensial sebagai penerima manfaat dalam kawasan pertanian, berdasarkan studi rantai nilai yang ada serta keterlibatan dengan pemangku kepentingan.
Petani dan Kelompok Tani yang masuk dalam Program
Peternak dan Kelompok Ternak
Korporasi Tani
Petani/Peternak bermodal kecil di luar ruang lingkup program
Petani, kelompok tani, peternak dan kelompok tani ternak terdampak secara positif, yaitu mendapat manfaat berupa peningkatan kapasitas teknis dan manajerial serta jaringan.
Petani/Peternak dengan modal kecil di luar jangkauan Program yang tidak memiliki akses informasi yang cukup
dimungkinkan akan terdampak negatif karena tidak mampu berkompetisi dengan Kelompok Tani yang sudah dididik dan dilatih untuk menghasilkan produk bermutu tunggi.
Mensosialisasikan program ICARE kepada kelompok dan peternak di seluruh lokasi program.
Menfasilitasi serangkaian pertemuan persiapan pengembangan kawasan pertanian, termasuk penentuan lokasi program.
Mengidentifikasi dan memverifikasi kelompok tani/ korporasi petani yang diusulkan;
Mengidentifikasi mitra yang mendukung pembangunan Pertanian Korporasi dan penyiapan business plans;
Melakukan perencanaan dan pengembangan pertanian,
pengembangan pasar dan promosi ekspor.
Membentuk saluran komunikasi melalui whatsapp group di masing-masing
Tanggamus
Garut
Brebes
Pasuruan
Sambas
Gowa
Lombok Tengah
Kolaka Timur
Minahasa Utara
PIU BPTP di lokasi
No Kegiatan Komponen Stakeholder Dampak dan Kepentingan Strategi Pelibatan Lokasi Penanggung jawab kabupaten/ kecamatan/
desa.
Mengidentifikasi adanya petani bermodal kecil di luar lingkup program
Merancang program spillover effect keberhasilan model korporasi petani ke Petani/Peternak di luar program
A2 Peningkatan infrastruktur untuk mendukung produksi dan pengembangan rantai nilai di kawasan pertanian terpilih.
Kelompok tani
Korporasi Tani
Masyarakat di sekitar lokasi konstruksi (jika ada)
Terdampak secara positif, berupa peningkatan sarana prasarana untuk mendukung produksi dan rantai nilai
Jika di lokasi konstruksi terdapat pemukiman penduduk, maka ada potensi dampak negatif, mengurangi kenyamanan penduduk sekitar akibat pembangunan
Mengidentifikasi
kebutuhan sarpras untuk pengembangan produksi dan pasar
Memetakan dan mengidentifikasi lokasi sarpras yang akan diadakan
Mengidentifikasi persyaratan yang diperlukan terkait lokasi/penempatan sarpras
Menyusun rencana manajemen/pengelolaan infrastruktur/sarpras
Mengidentifikasi potensi gangguan akibat proses konstruksi kepada masyarakat yang
sda PIU/BPTP/Balit
Komoditas terkait di lokasi Program
No Kegiatan Komponen Stakeholder Dampak dan Kepentingan Strategi Pelibatan Lokasi Penanggung jawab bermukim di area
sekitarnya
Mengkomunikasikan rencana proses konstruksi sebelum pelaksanaan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar area
pembangunan (jika ada) A3 Dukungan untuk korporasi petani
dalam pengembangan produksi dan rantai nilai.
Kelompok tani
Korporasi Tani
Terdampak secara positif, berupa peningkatan kualitas, kuantitas dan diversifikasi produk.
Identifikasi kebutuhan pendampingan di setiap rantai nilai.
Identifikasi kebutuhan teknologi inovatif.
sda PIU/BPTP
A4 Peningkatan peran teknologi dan inovasi mendukung sistem produksi dan rantai nilai produk pertanian.
Staf Dinas Pertanian
Lembaga Penelitian
Staf Dinas Pertanian dan lembaga pertanian mendapatkan dampak posotif dengan peningkatan kapasitas, keahlian dan pengetahuan.
Pelatihan teknologi inovatif mendukung sistem produksi dan rantai nilai produk pertanian di lokasi.
Promosi teknologi inovatif melalui SDMC (Sistem Diseminasi Multi-Channel).
sda PIU/BPTP
Komponen B: Penguatan kapasitas institusi, penelitian, dan pengembangan serta kemitraan B1 Peningkatan kapasitas staf
pemerintah.
Pegawai Kementan
Pegawai Pemda
Lembaga Pemberi Pelatihan
Peningkatan kapasitas dan pengetahuan.
Identifikasi kebutuhan pelatihan.
Identifikasi peserta yang memenuhi persyaratan.
sda PMU/PIU
No Kegiatan Komponen Stakeholder Dampak dan Kepentingan Strategi Pelibatan Lokasi Penanggung jawab B2 Perbaikan fasilitas dan layanan
penelitian dan pengembangan pertanian
BPTP, Balai Penelitian, Balai Besar terkait
Peningkatan mutu dan jumlah layanan penelitian untuk mendukung pengembangan produksi dan rantai nilai komoditas pertanian di daerah terkait.
Menyusun
perencanaan/ grand disain pengembangan fasilitas Lembaga penelitian terkait
Mengidentifikasi kebutuhan
sarpras/fasilitas untuk mendukung
pengembangan produksi dan pasar
Merancang tahapan pelaksanaan perbaikan fasilitas dan layanan litbang
sda PMU/PIU
B3 Kolaborasi penelitian,
pengembangan, dan diseminasi teknologi prioritas melalui kemitraan
Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian lain, swasta
Peningkatan kualitas penelitian dan teknololgi yang dihasilkan
Sosialisasi pelaksanaan kegiatan kemitraan.
Pengumpulan proposal penelitian.
Seleksi proposal penelitian.
sda PMU
B4 Peningkatan pendampingan terhadap korporasi petani untuk akses layanan finansial.
Korporasi Petani Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan akses permodalan.
Bimtek penyusunan proposal pengajuan KUR.
Bimtek analisa usaha tani.
sda PMU
4.2 PEMANGKU KEPENTINGAN YANG BERKEPENTINGAN TERHADAP PROGRAM
Pemangku kepentingan yang berkepentingan terhadap Program adalah individu atau kelompok yang memiliki kepentingan terhadap Program dan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangsungan Program. Balitbang Pertanian telah melakukan identifikasi terhadap pemangku kepentingan yang berkepentingan terhadap Program sebagaimana pada Error!
eference source not found..
Tabel 2 Identifikasi Pemangku Kepentingan yang Berkepentingan terhadap Program
No Lokasi Pemangku Kepentingan Keterangan
1 Kab. Tanggamus, Lampung
Swasta/Kelompok usaha: Pedagang pengumpul, eksportir kopi, Pengelola kios saprodi,
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani kopi dan peternak kambing di wilayah kabupaten Tanggamus.
Instansi kabupaten Tanggamus:
penyuluh, BKPP, Dinas Koperasi dan UMKM
Instansi pemerintahan di kabupaten Tanggamus juga berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program lainnya di kabupaten Tanggamus.
2 Kabupaten Garut, Jawa Barat
Swasta: pengelola pasar Pengelola pasar berkepentingan agar petani kentang dapat memasok secara terus menerus ke pasar di kabupaten Garut.
Instansi Pemkab Garut: penyuluh, BKPP, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM
Instansi pemerintahan di kabupaten Garut juga berkepentingan atas
berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program lainnya di kabupaten Garut.
3 Kab. Brebes, Jawa Tengah
Swasta: pasar (pedagang besar), pengepul, pengelola kios Saprodi, Unit usaha pengolahan
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani pisang di wilayah kabupaten Brebes.
Instansi Pemkab Brebes: penyuluh, Dinas Perindustrian dan Tenga Kerja
Para penyuluh, Dinas Perindustrian dan Tenga Kerja di kabupaten Brebes berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan program- program lainnya di kabupaten Brebes.
Instansi Pemprov Jawa Tengah: Dinas Pertanian Provinsi
Dinas Pertanian Provinsi berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung
keberhasilan program-program pertanian dan peternakan lainnya di wilayah provinsi Jawa Tengah.
4 Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Swasta: pasar (pedagang besar), pengelola kios Saprodi
Asosiasi: Asosiasi Mangga Putar
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani
No Lokasi Pemangku Kepentingan Keterangan
jagung dan manga di wilayah kabupaten Pasuruan.
Instansi Pemkab Pasuruan: penyuluh pertanian
Penyuluh pertanian di kabupaten Pasuruan berkepentingan atas
berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program pertanian di wilayah kabupaten Pasuruan.
5 Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat
Swastas: pasar (pedagang besar), pengelola kios Saprodi
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani jeruk dan padi di wilayah kabupaten Sambas.
Asosiasi: KEP (kelompok ekonomi petani) Kecamatan Tebas
Kelompok ini berkepentingan agar anggota kelompoknya dapat menerima manfaat dari Program ICARE sehingga dapat lebih berkembang dan maju.
Instansi Pemkab Sambas: Dinas Pertanian, Bappeda, penyuluh
Dinas Pertanian, Bappeda, dan penyuluh berkepentingan atas
berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program pertanian di wilayah kabupaten Sambas.
6 Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Swasta: distributor lada Distributor lada berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani jeruk dan padi di wilayah kabupaten Luwu Utara.
7 Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
Kelompok Usaha : Jagung dan Ayam KUB, Off taker, pengepul
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani jagung dan peternak ayam di wilayah kabupaten Lombok Timur.
Instansi Pemkab Lombok Tengah:
Penyuluh
Penyuluh pertanian berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program pertanian di wilayah kabupaten Lombok Timur.
Instansi Provinsi Nusa Tenggara Barat: BPTP Nusa Tenggara Barat
BPTP berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan program- program pertanian di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat.
8 Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara
Distributor kakao dan jagung Distributor kakao dan jagung berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani jagung dan peternak ayam di wilayah Kabupaten Minahasa.
9 Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara
Kelompok Usaha: Loka Sapi Potong, off taker (penampung kakao), pengepul
Kelompok ini berkepentingan untuk tetap mendapatkan pasokan dari petani kakao dan peternak sapi di wilayah Kolaka Timur.
Lembaga riset: Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) dan Balitri
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) dan Balitri berkepentingan untuk
No Lokasi Pemangku Kepentingan Keterangan
mendapatkan manfaat dari program ICARE untuk meningkatkan kapasitas masing-masing lembaga tersebut.
Instansi Pemkab Kolaka Timur:
penyuluh
Penyuluh pertanian berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan
program-program pertanian di wilayah kabupaten Kolaka Timur
Instansi Provinsi Sulawesi Tenggara Tenggara: BPTP Sulawesi
BPTP berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan program- program pertanian di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara
10 Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat: Kementerian Kehutanan dan Kementerian Perdagangan dan Industri
Kementerian Kehutanan dan
Kementerian Perdagangan dan Industri berkepentingan atas berhasilnya Program ICARE di sehingga dapat mendukung keberhasilan program- program lain di kedua kementerian tersebut.
5.0 STRATEGI PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Program ini mengedepankan pentingnya prinsip akuntabilitas sosial kolaboratif pada setiap tahapan Program melalui proses pelibatan pemangku kepentingan terkait Program baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan pemangku kepentingan sangat penting sebagai pendekatan utama untuk program ini.
Secara keseluruhan, strategi pelibatan pemangku kepentingan Program ini dapat digambarkan melalui matriks berikut ini.
Tabel 3 Strategi Pelibatan Pemangku Kepentingan Program.
No Pemangku Kepentingan
Strategi Pelibatan Pemangku Kepentingan
Kegiatan Pelibatan Pemangku Kepentingan Waktu dan Penanggungjawab 1 Kelompok tani dan
kelompok peternak di masing-masing lokasi program
Pertemuan dalam rangka
perancangan model pengembangan kawasan Pertanian
Mensosialisasikan program ICARE kepada kelompok dan peternak di seluruh lokasi program.
Menfasilitasi serangkaian pertemuan persiapan pengembangan kawasan pertanian, termasuk penentuan lokasi program.
Mengidentifikasi dan memverifikasi kelompok tani/ korporasi petani yang diusulkan;
Mengidentifikasi mitra yang mendukung pembangunan Pertanian Korporasi dan penyiapan business plans;
Melakukan perencanaan dan pengembangan pertanian, pengembangan pasar dan promosi ekspor.
Membentuk saluran komunikasi melalui whatsapp group di masing-masing kabupaten/ kecamatan/ desa.
Fase Persiapan Program;
UPP Pusat dan PIU (BPTP)
Pertemuan pengembangan kelompok tani dan korporasi petani
Menfasilitasi pertemuan untuk pengembangan kelompok tani dan korporasi petani
Menfasilitasi pembentukan korporasi petani dan peternak di seluruh lokasi program
Fase Persiapan Program;
UPP Pusat dan PIU (BPTP)
Pertemuan dalam rangka mendukung pengembangan Korporasi Petani dalam Pengembangan Produksi dan Rantai Nilai
Perancangan agribisnis di lokasi pengembangan model kawasan pertanian (identifikasi dan prioritasi untuk introduksi teknologi dan inovasi melalui kemitraan);
Pengembangan rancangan agribisnis untuk pertanian korporasi berbasis inovasi;
Pendampingan teknis untuk pengkayaan kapasitas petani dalam peningkatan nilai tambah dan penjualan produk ke dalam rantai nilai;
Penguatan kapasitas pelaku rantai nilai (UMKM), kelembagaan input, agregator produk, pelaku pengolahan produk, dan pedagang);
Fase Persiapan dan tahap awal pelaksanaan Program; UPP Pusat dan PIU (BPTP)