• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk itu pembangunan di daerah kabupaten/kota di Blitar dilaksanakan secara bertahap sehingga mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Pembangunan dilakukan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Yang dilakukan oleh pemerintah umumnya yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik ataupun lembaga yang mempunyai fungsi dan esensial sebagai pembuka peluang dan pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa serta kegiatan-kegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan. Sedangkan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya yang bersifat directly producing, atau yang langsung menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan konsumen, baik perorangan, rumah tangga maupun industri. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Laju pertumbuhan ekonomi antar Kabupaten/Kota di Blitar menunjukan tingkat yang beragam dan akan berdampak pada ketimpangan regional (Blitar Dalam Angka, 2014).

Kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran utama dalam pengembangan

sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengengah

(RPJM) Kabupaten Blitar. Pembangunan ekonomi pada suatu daerah dapat

dilihat dari beberapa indikator. Salah satunya adalah melalui tingkat

(2)

pengangguran. Besarnya tingkat pengangguran dapat menunjukkan kondisi suatu daerah, apakah perekonomiannya berkembang atau mengalami kemunduran. Selain itu dengan tingkat pengangguran, dapat diketahui pula adanya ketimpangan atau kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima masyarakat.

Dari data BPS diatas menunjukan jumlah angkatan kerja di daerah Kabupaten Blitar tahun 2006-2015. Secara rata-rata, jumlah pencari kerja di Kabupaten Blitar terendah terjadi tahun 2009 dengan jumlah 285.204 jiwa dan terbanyak tahun 2012 dengan jumlah 628.120 jiwa. Sementara jumlah angka pencari kerja di kabupaten mengalami fluktuasi hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor seperti tingkat pendidikan, angkatan kerja, upah minimum dan tingkat PDRB. Disamping itu tingginya jumlah penduduk juga berpengaruh terhadap tingginya angka pengangguran. Hal ini dikarenakan tingginya jumlah angkatan kerja tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja. Sehingga menambah angka pengangguran.

Salah satu indikator penting yang selalu digunakan dalam mengukur

keberhasilan pembangunan ekonomi adalah dengan mengukur laju

pertumbuhan ekonomi dalam waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi

digunakan untuk menilai kinerja perekonomian. Ekonomi dikatakan tumbuh

jika produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya dan

menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dalam

periode waktu. Indikator ekonomi makro ini selalu menjadi salah satu pijakan

pemerintah dalam menyusun APBN maupun APBD.

(3)

Penghitungan pertumbuhan ekonomi menggambarkan kondisi kenaikan/

penurunan kuantitas produksi barang dan jasa dalam suatu daerah pada periode satu tahun tanpa ada faktor perubahan harga/inflasi. Sehingga pengukuran pertumbuhan ekonomi hanya didasarkan pada ada/tidaknya penambahan output produksi sektoral dalam satu periode tertentu, penilaian harga menggunakan harga pada tahun 2010, sehingga mempermudah untuk melakukan perbandingan dari tahun ke tahun karena dikeluarkannya faktor perubahan harga/inflasi. Penilaian PDRB Atas Dasar Harga Konstan dapat menjadi indikator bagi perkembangan riil peningkatan output produksi barang dan jasa tanpa adanya pengaruh perubahan harga (inflasi). Untuk itu tren PDRB Atas Dasar Harga Konstan selalu sejalan dengan laju pertumbuhan.

Meski pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar masih cukup baik, tapi

rupanya tingkat kesenjangan pendapatan antara rumah tangga golongan

bawah dan atas semakin tinggi. Melihat kondisi demikian pemerintah daerah

berupaya membuat kebijakan yang berdasar pada basis pertanian (agriculture

base) sehingga kesenjangan bisa dikurangi. Keseimbangan sumber

pertumbuhan perlu diperhatikan tidak hannya sekedar menggapai target

capaian pertumbuhan saja tapi juga memperhatikan keseimbangan antara

Sektor Riil dan Sektor Finansial. Sektor Riil/Tradable yang meliputi kategori

lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan

Penggalian; serta Industri Pengolahan banyak menyerap tenaga kerja

dibandingkan dengan Sektor Finansial/Non-Tradeble.

(4)

Sumber : PDRB- BPS Kab Blitar (2016)

Gambar 1.1 : Laju Pertumbuhan PDRB (%)

Setelah dicermati mulai tahun 2010 hingga tahun 2014 pertumbuhan Sektor Finansial/Non Tradable dengan Sektor Riil/Tradable memiliki kesenjangan yang semakin menyempit, artinya pertumbuhan sektor riil yang merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja mulai menguat dan mampu menekan jumlah pengangguran di tahun 2014 sampai 3,08 persen dari tahun sebelumnya yaitu 3,74 persen, sehingga bisa dikatakan mutu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blitar menuju lebih baik.

Laju pertumbuhan Sektor Non Tradable/Sektor Finansial yang merupakan

sektor padat modal pada tahun 2014 mencapai 6,01 persen, lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan Sektor Tradable/Sektor riil yang meliputi

pertanian, penggalian dan industri pengolahan, berada pada level 4,04 persen

jauh dibawah Sektor Non-Tradable. Dengan kondisi tersebut, pemerintah

daerah seharusnya segera melakukan langkah fundamental untuk menghadapi

potensi peningkatan pengangguran dan kemiskinan sebagai akhibat dari

kesenjangan pertumbuhan antara Sektor Tradable dan Non-Tradable. Sektor

(5)

Tradable yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja tinggi dinilai mampu menekan koefisien gini ratio.

Adapun lapangan usaha lainnya yang mengalami pertumbuhan di atas 5 persen ialah kategori lapangan usaha Industri Pengolahan dan Real Estate masing-masing sebesar 6.76 persen; Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 6,70 persen; Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 6,22 persen;Kontruksi dan Informasi dan Komunikasi sebesar 6,21 persen; Penyedia Akomodasi dan Makanan Minuman sebesar 5,96 persen; dan Jasa lainnya sebesar 5,05 persen.

Sedangkan lapang usaha yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah kategori lapangan usaha Administrasi Pemerintahan yang hanya tumbuh 0, 37 persen, melambat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 1,14 persen.

Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai terdistribusi secara merata apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang kemudian menurunkan angka kemiskinan, meningkatkan akses pada pendidikan dan partisipasi kasar dan standar hidup yang layak bagi kemanusiaan.

Pertanian merupakan penyokong utama bagi perekonomian Kebupaten Blitar, dengan kontribusi sebsesar 43,86% pada PDRB Kabupaten Blitar.

Kontribusi terbesar di sektor pertanian adalah dari sub sektor tanaman bahan makanan yaitu sebesar 18,39%. Sebagai sektor basis, sektor pertanian di Kabupaten Blitar didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup luas yang digunakan sebagai lahan pertanian (Bappeda Jawa Timur, 2015).

Sektor pertanian secara absolut masih tetap dominan peranannya dalam

menyerap tenaga kerja, walaupun secara relative semakin menurun digantikan

(6)

oleh sector industri, perdagangan, dan jasa. Secara agregat tampak adanya ketimpangan dalam proses transformasi itu karena sector non pertanian (industri) masih kurang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi dari sector pertanian. Hal ini memang cenderung merisaukan namun jika menilik sejarah transformasi perekonomian dari yang bercorak agraris ke masyarakat industry di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Prancis dan Denmark, ternyata memang diperlukan proses dalam kurun waktu yang panjang, dan proses ini ditandai dengan mencoloknya peningkatan produktifitas yang diukur dari output per hektar ataupun output per tenaga kerja (Jatileksono, 1992).

Banyak usaha yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kab.Blitar untuk mengurani tingkat pengangguran. Salah satunya dengan mendukung Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). Dapat dilihat UMKM di Kab.Blitar pada tahun 2014 mengalami perkembangan positif dengan peningkatan jumlah yang cukup signifikan sebesar 17,86%. Dari tahun 2013. Sementara jumlah LKM tidak bertambah dari tahun lalu. Selain itu potensi pariwisata Kab.Blitar sangat besar, berbagai objek wisata dimiliki oleh Kab.Blitar. Hal ini memicu Pemerintah Kab.Blitar juga berupaya mengembangkan potensi wisata apalagi dengan masih banyaknya objek wisata potensial Kab.Blitar yang belum dikelola secara profesional. Bukan hanya lokasi wisatanya yang perlu dibangun namun juga suprastruktur dan infrastruktur penunjang lainnya.

Dengan pengelolaan yang lebih profesional, promosi, peningkatan sarana dan

prasarana serta infrastruktur dan suprastruktur wisata maka pariwisata dapat

(7)

menjadi industri baru di Kab.Blitar karena secara matematis kedatangan seorang wisatawan pada suatu obyek wisata tentu akan mendatangkan uang yang akan dibelanjakan pada beberapa sektor, misalnya sector transportasi, akomodasi, perdagangan, hingga jasa. Kemajuan sektor pariwisata baik langsung maupun tidak langsung mendukung kemajuan sektor lain, sehingga sector pariwisata akan membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang besar bagi masyarakat Kabupaten Blitar.

Dalam penelitian ini, memilih Kabupaten Blitar sebagai obyek penelitian

dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pengangguran selain sebagai “puteri daerah” diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan Kabupaten Blitar dengan

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten

Blitar. Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengevaluasi faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Blitar sepuluh tahun

terakhir dihitung dari tahun 2006-2015. Dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Blitar yang masih dalam kategori baik seharusnya dapat

menekan tingginya jumlah pengangguran di Kabupaten Blitar. Dengan

adanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi suatu informasi yang penting

terutama untuk membuat kebijakan dalam upaya penanggulangan

pengangguran dan menilai apakah pemerintah Kabupaten Blitar mampu dan

telah berhasil mengatasi angka pengangguran dengan baik atau malah

sebaliknya.

(8)

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah diperlukan dalam suatu penelitian guna memberikan batasan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kabupaten Blitar. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan masalah.

1. Bagaimana tingkat pengangguran di Kabupaten Blitar tahun 2006-2015 ? 2. Bagaimana pengaruh upah, angkatan kerja, dan PDRB terhadap tingkat

pengangguran di Kabupaten Blitar tahun 2006-2015 ?

C. Batasan Masalah

Pengangguran merupakan salah satu permasalahan ekonomi yang sampai saat

ini masih belum terselesaikan baik di tingkat daerah maupun negara. Banyak

faktor yang menyebabkan pengangguran di suatu daerah seperti, tingginya

angkatan kerja, rendahnya kualitas SDM, transformasi sektor lapangan

pekerjaan, kurangnya lapangan pekerjaan, jumlah upah minimum,

pertumbuhan ekonomi, dll. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti

membatasi variable yang mempengaruhi tingkat pengangguran yaitu upah,

untuk tingkat upah dibatasi dengan upah minimum Kota/Kabupaten (UMK)

selama sepuluh tahun terakhir. Angkatan kerja untuk angkatan kerja disini

dibatasi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang mampu untuk melakukan

suatu produksi selama sepuluh tahun terakhir. Sementara untuk PDRB disini

(9)

dibatasi dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku untuk mengetahui sektor yang paling berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten blitar.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengertahui tingkat pengangguran di Kabupaten Blitar tahun 2006-2015

b. Untuk mendiskripsikan dan menguji pengaruh tingkat upah, pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja, dan PDRB terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Blitar tahun 2006-2015.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Pemerintah Kabupaten Blitar

Bagi pemerintah Kabupaten Blitar dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan untuk penanggulangan tingkat pengangguran yang terjadi daerah Kabupaten Blitar.

b. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain dapat memberikan referensi dan persentase terhadap

penelitian berikutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengangguran di Kabupaten Blitar.

Gambar

Gambar 1.1 : Laju Pertumbuhan PDRB (%)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang penelitian, seperti yang diuraikan di atas bahwa sistem informasi akuntansi persediaan memiliki peranan penting dalam menunjang pengelolaan

NAD dapat mengelola sumberdaya manusia dengan baik dan meningkatkan motivasi kerja pegawainya sehingga kinerja organisasi dapat ditingkatkan untuk melaksanakan tugas dan fungsi

Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik

Merupakan fitur yang digunakan untuk menambah elemen-elemen halaman blog (html, polling, kalender, slide show dan lain-lain), pengaturan font-color, edit html dan menganti

Ditinjau dari kualitas produk yang dihasilkan, pengkrajin mebel kayu di di Desa Pathuk, Kecamatan Pathuk telah dalam memproduksi mebel kayu dan teknik finishing melamine

Saran yang dapat diberikan berdasarkan pada hasil penelitian yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan pemberian kombinasi pakan omega-3 dan

Karena sektor laju pertumbuhan sektor tradable lebih rendah dari sektor non-tradable, kontribusi sektor tradable lebih padat karya (lebih bayak menyerap tenaga kerja),

Iman Anhardi. Analisis Strategi Promosi Kartu Kredit Bank Rakyat Indonesia. Di bawah bimbingan Abdul Basith dan Farida Ratna Dewi. Dewasa ini masyarakat Indonesia memiliki minat