• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Nomor 24 Tahun 2004 Seri E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aktifitas dan efisiensi yang produktif bagi pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial ;

b. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi masyrakat banyak dengan memperhatikan yang kurang mampu ;

c. bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan labih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan ;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b dan c, maka dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4579) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274) ;

2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274) ;

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ;

5. Peraturan ……

(2)

- 2 -

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang ;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang ; 3. Bupati adalah Bupati Tangerang ;

4. Kepala Kantor Departemen Agama adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tangerang ;

5. Camat adalah camat yang berada di dalam wilayah Kabupaten Tangerang ; 6. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan adalah Kepala Kantor Urusan

Agama yang ada di Kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tangerang ;

7. Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah yang selanjutnya disebut BAZIS adalah satu-satunya organisasi pengelola zakat infaq dan shadaqah yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan Agama Islam ;

8. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZIS disemua tingkatan dengan tugas untuk melayani Muzakki yang menyerahkan Zakat, Infaq dan Shadaqahnya ;

9. Pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah adalah kegiatan, perencanaan, pengorganisasian pendistribusian, pendayagunaan dan pengawasan Zakat, Infaq dan Shadaqah ;

10. Zakat adalah Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama islam, untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya ;

11. Infaq ……..

(3)

- 3 -

11. Infaq dan Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan oleh orang atau badan di luar zakat untuk kemaslahatan umum ;

12. Muzakki adalah orang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat ;

13. Munfiq adalah orang atau badan yang mengeluarkan Infaq ;

14. Mushaddiq adalah orang atau badan yang mengeluarkan shadaqah ;

15. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima Zakat, Infaq dan Shadaqah ;

16. Badan Pelaksana BAZIS adalah lembaga pelaksana pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah ;

17. Dewan Pertimbangan BAZIS adalah lembaga yang memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana BAZIS ;

18. Komisi Pengawas BAZIS adalah lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian pendayagunaan zakat infaq dan shadaqah serta penelitian dan pengembangan pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah ;

19. Hibah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang atau oleh badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu masih hidup kepada BAZIS ;

20. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada BAZIS, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat itu meninggal dunia ;

21. Waris adalah harta peninggalan seorang muslim yang meninggal dunia (Tirkah) yang diserahkan kepada BAZIS berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku ;

22. Kafarat adalah denda wajib yang dibayar kepada BAZIS oleh orang yang melanggar ketentuan agama islam;

23. Barang adalah semua kekayaan orang atau badan yang dimiliki atau dikuasai yang berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung diukur atau ditimbang termasuk hewan ternak dan tumbuh- tumbuhan kecuali uang atau surat berharga lainnya.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada Muzakki, Munfiq, Mushodiq, Mustahiq dan Amil Zakat.

Pasal ……

(4)

- 4 - Pasal 3

Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah bertujuan untuk :

a. Meningaktkan pelayanan bagi maasyarakat dalam menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqah sesuai dengan tuntutan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

c. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna Zakat, Infaq dan Shadaqah.

BAB III

SUBYEK DAN OBYEK ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

Pasal 4

(1) Subyek Zakat adalah kewajiban bagi setiap umat yang beragama Islam dan mampu atau Badan Milik Orang Islam.

(2) Subyek Infaq dan Shadaqah adalah orang atau Badan yang mempunyai kepedulian terhadap masalah sosial.

(3) Obyek Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah yang diberikan atau dipungut dari Muzakki, Munfiq atau Mushaddiq sesuai dengan ketentuan Agama Islam.

BAB IV

ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 5

(1) Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah dilakukan oleh BAZIS yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pembentukan BAZIS sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan sebagai berikut :

a. Untuk tingkat Kabupaten oleh Bupati atas usulan Kepala Kantor Departemen Agama.

b. Untuk tingkat Kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.

(3) BAZIS pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif.

(4) Pengurus BAZIS terdiri atas unsur masyarakat dan Pemerintah yang memiliki persyaratan sebagai berikut :

a. Taqwa ; b. Dipercaya ; c. Profesional.

(5) Organisasi BAZIS terdiri atas unsur Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.

Pasal ……

(5)

- 5 -

Pasal 6

BaZIS sebagaimana dimaksud Pasal 5 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan Zakat, Infaq dan Shadaqah sesuai dengan Ketentuan Agama Islam.

Pasal 7

(1) Dalam melaksanakan tugasnya BaZIS bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya.

(2) BaZIS sesuai dengan tingkatannya dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

Pasal 8

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BaZIS ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB V

PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 9

(1) Zakat terdiri atas : a. Zakat Mal ; b. Zakat Fitrah.

(2) Harta yang dikenai Zakat adalah : a. Emas, Perak dan Uang ; b. Perdagangan dan Perusahaan ;

c. Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan ; d. Hasil pertambangan ;

e. Hasil peternakan ;

f. Hasil pendapatan dan jasa/Zakat Profesi ; g. Rikaz.

(3) Perhitungan Zakat Mal menurut Nishab Haolnya (kadar dan waktunya) berdasarkan ketentuan Agama Islam.

Pasal 10

(1) Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah dilakukan oleh BAZIS dengan cara menerima atau mengambil dari muzaki, munfiq atau mushoddiq atas dasar pemberitahuan muzaki, munfiq atau mushaddiq.

(2) BaZIS dapat bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta.

Pasal 11

BaZIS dapat menerima harta selain Zakat, Infaq dan Shadaqah, seperti Hibah, Waris, Wasiat dan Kafarat.

Pasal ……

(6)

- 6 - Pasal 12

(1) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan ketentuan Agama Islam.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud ayat (1) muzaki dapat meminta bantuan kepada BaZIS.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada BaZIS dikurangkan dari laba/

pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 13

Lingkup kewenangan Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah oleh BaZIS diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB VI

PENDAYAGUNAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

Pasal 14

(1) Hasil pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan Agama Islam.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan kemaslahatan umat.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud ayat (2) atas persetujuan Dewan Pertimbangan.

Pasal 15

Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud Pasal 11, didayagunakan untuk kemaslahatan umat.

BAB VII PENGAWASAN

Pasal 16

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BaZIS dilakukan oleh unsur Pengawas sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (5).

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di tingkat Kabupaten.

(4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan BaZIS, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal….

(7)

- 7 - Pasal 17

BaZIS memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah sesuai dengan tingkatannnya.

Pasal 18

Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan BaZIS.

BAB VIII

BIAYA OPERASIONAL Pasal 19

Untuk menunjang pelaksanaan tugas BaZIS, biaya operasional BaZIS dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang.

BAB IX SANKSI Pasal 20

(1) Setiap Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta Zakat, Infaq dan Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud Pasal 6, 10 dan Pasal 11, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, merupakan pelanggaran.

(3) Setiap petugas BaZIS yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 21

Dalam upaya mengumpulkan Zakat, Infaq dan Shadaqah, Bupati berdasarkan kewenangannya dapat menentukan sanksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22

Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini, setiap Organisasi Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah yang telah ada, wajib menyesuaikan menurut ketentuan Peraturan Daerah ini.

BAB ….

(8)

- 8 -

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 23

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 28 Juni 2004 BUPATI TANGERANG

ttd

H. ISMET ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 8 Juli 2004

SEKRETARIS DAERAH

ttd

H. NANANG KOMARA

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2004 NOMOR 24

(9)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG

I. UMUM

Penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan pendidikan merupakan kewajiban kita bersama, yang juga diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya antara lain dengan menggali, menghimpun serta memanfaatkan dana melalui Zakat.

Zakat merupakan rukun Islam ketiga, kewajiban bagi setiap umat yang mampu, diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.

Dengan pengelolaan yang baik, Zakat merupakan sumber dana yang potensial dan dapat dimanfaatkan guna menanggulangi masalah sosial (kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan).

Pengelolaan Zakat yang dikelola oleh orang-orang yang Taqwa, dipercaya dan profesional serta bertanggung jawab, yang dilakukan oleh masyarakat bersama Pemerintah.

Tujuan pengelolaan Zakat adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan dan dalam pelayanan ibadah Zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna Zakat.

Peraturan Daerah tentang pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi Muzaki dan Mustahiq.

Untuk menjamin pengelolaan Zakat sebagai amanah, dalam Peraturan Daerah ini ditentukan adanya Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas yang terdiri dari unsur Ulama, masyarakat dan Pemerintah serta adanya sangsi hukum terhadap pengelola maupun terhadap wajib Zakat.

Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat diharapkan akan menjadi payung organisasi Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah sekaligus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat Muzaki yang dalam menunaikan Zakat sesuai dengan ketentuan agama, membantu program Pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah sosial.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 3 Cukup jelas

Pasal …..

(10)

- 2 -

Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4 ayat (1)

Yang dimaksud dengan Umat adalah semua Umat Islam baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Yang dimaksud dengan mampu adalah mampu berdasarkan ketentuan agama.

ayat (2) dan (3) Cukup jelas Pasal 5

ayat (1) s/d ayat (5) Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas Pasal 7

ayat (1)

Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kabupaten Bertanggung Jawab kepada Bupati dan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kecamatan bertanggung jawab pada camat.

ayat (2)

Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kabupaten dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah, BUMD dan Perusahaan Swasta yang berkedudukan di Ibu Kota kabupaten.

Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Kecamatan dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat pada Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah, BUMD dan Perusahaan Swasta di Wilayah Kecamatan dan juga membentuk Unit Pengumpul Zakat di tiap Desa.

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal …….

(11)

- 3 -

Pasal 9 ayat (1)

Zakat Mal adalah bagian harta yang dititipkan oleh orang Muslim atau Badan yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan Agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada Hari Raya Idul Fitri.

ayat (2)

Cukup jelas ayat (3)

Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan Zakatnya.

Kadar Zakat adalah besarnya perhitungan atau prosentase Zakat yang harus dikeluarkan.

Waktu Zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Tahun Qomariah, panen atau pada saat menemukan Rikaz.

Pasal 10 ayat (1)

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah bersikap proaktif melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.

ayat (2)

Yang dimaksud dengan bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta dalam pengumpulan Zakat adalah memberikan kewenangan kepada Instansi tersebut untuk mengumpulkan Zakat melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) yang ada berdasarkan persetujuan Muzaki, yang kemudian diserahkan kepada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah.

Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 ayat (1) Cukup jelas

ayat (2) Cukup jelas

ayat (3) ……

(12)

- 4 -

ayat (3)

Pengurangan Zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak, dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar Zakat dan pajak, kesadaran membayar Zakat dapat memacu kesadaran membayar pajak.

Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 ayat (1) Cukup jelas ayat (2)

Mustahiq dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak Yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar dan korban bencana alam.

ayat (3) Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16

ayat (1) s/d ayat (4)

Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18

Peran serta masyarakat dapat berbentuk :

a. Memperoleh informasi tentang pengelolaan Zakat;

b. Menyampaikan saran dan pendapat;

c. Memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan Zakat.

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal ……

(13)

- 5 -

Pasal 20

ayat (1), (2) dan (3) Cukup jelas

Pasal 21

Bupati sebagai Pimpinan Pemerintahan dapat memberikan sangsi terhadap Muzaki, yang disesuaikan dengan kedudukan Muzaki tersebut, apakah Muzaki tersebut sebagai PNS, Pengusaha atau sebagai masyarakat biasa.

Pasal 22 s/d Pasal 24 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 2404

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna tangkai yang terjadi pada bunga potong kasturi yang tidak diaplikasikan 1-MCP menjadi gelap lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan

[r]

Berdasarkan Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012, Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah pada Pasal 84

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG BAHASA ARAB TERHADAP PROSES BELAJAR BAHASA ARAB SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Setelah dilakukan analisis dengan hukum Islam, maka peneliti menyimpulkan pelaksanaan pembagian harta bersama di dalam wilayah Pengadilan Agama Pekanbaru, dari sisi kendala

Komunikasi yang efektif yang terjalin dapat ditunjukan dengan peningkatan kinerja karyawan karena telah berhasil menunjukan kerjasama yang baik.(Garnet et al, 2008).

Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi motorik pada keempat anggota gerak,

dijadikan pedoman dalam mengambil langkah yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memberikan dorongan dari luar atau motivasi