• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ATAS PENJUALAN RETAIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ATAS PENJUALAN RETAIL"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ATAS PENJUALAN RETAIL PRODUK TEH KAYU ARO OLEH SUB BAGIAN UNIT TEH KEMASAN

PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

OLEH :

RAHMAT HIDAYAT NIM. C0D018036

PROGAM STUDI PERPAJAKAN PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI 2021

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Dengan ini, Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Instruktur Lapangan, dan Ketua Program Studi Perpajakan menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang disusun oleh:

Nama : Rahmat Hidayat

NIM : C0D018036

Program Studi : Perpajakan

Judul Laporan :Penerapan Pajak Pertambahan Nilai terhadap Penyerahan Barang Kena Pajak atas Penjualan Retail Produk Teh Kayu Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI.

Telah disetujui dan disahkan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku dalam ujian komprehensif dan Laporan Magang pada tanggal seperti tertera dibawah ini.

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Reni Yustien, S.E., M.Si., Ak., CA.

NIP. 197301171999032002

Jambi, Juli 2021 Instruktur Lapangan

Fenny Syahfitri NIP. 609464

Mengetahui :

Ketua Program Studi Perpajakan

Nela Safelia,S.E., M.Si NIP. 198007082005012005

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Laporan Tugas Akhir dan Ujian Komprehensif Program Studi Perpajakan Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi pada :

Hari/Tanggal : Jum’at / 09Juli 2021 Jam : 14.30 s/d selesai Tempat : Via Zoom Meeting

Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

1. Ketua Penguji : Misni Erwati, SE., M.Si ___________

2. Sekretaris : M. Ridwan, SE., M.Sc ___________

3. Anggota 1 : Lutfi, S.E., M.Sc. ___________

4. Anggota 2 (DPA) : Reni Yustien, S.E., M.Si., Ak., CA. ___________

Disahkan Oleh : Ketua Jurusan Akuntansi

Dr.Enggar Diah Puspa Arum,SE.,M.Si.,Ak.,CA.

NIP. 197610032000122001

Ketua Program Studi Perpajakan

Nela Safelia,S.E., M.Si NIP. 198007082005012005 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr.H.Junaidi,SE.,M.Si.

NIP. 196706021992031003

(4)

iii ABSTRAK

Laporan Magang ini berjudul “Penerapan Pajak Pertambahan Nilai terhadap penyerahan Barang Kena Pajak atas Penjualan Retail Teh Kayu Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan (SBUTK) pada PT.Perkebunan Nusantara VI”. Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap penjualan Retail Produk Teh Kayu Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI. Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah data observasi, Data wawancara, dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari Laporan ini adalah menemukan bahwa Penerapan Pajak Pertambahan Nilai terhadap penjualan retail produk Teh Kayu Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI Jambi dapat dikatakan baik. Karena prosedur yang dilakukan telah sesuai dalam Undang-Undang PPN No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 UU PPN adalah dengan cara PPN

= 10% X Dasar Pengenaan Pajak.

Kata Kunci : Pajak Pajak Pertambahan Niai, Penjualan Retail Produk Teh Kayu Aro, PT. Perkebunan Nusantara VI.

(5)

iv ABSTRACT

This Internship Report is entitled "Implementation of Value Added Tax on Delivery of Taxable Goods on Retail Sales of Kayu Aro Tea Products by the Sub-Division of Packaged Tea Units (SBUTK) at PT. Perkebunan Nusantara VI". The purpose of this report is to find out the application of Value Added Tax (VAT) to Retail Sales of Kayu Aro Tea Products by the Sub-Division of Packaged Tea Units at PT. Perkebunan Nusantara VI. The method used in writing this report is observation data, interview data, and using qualitative descriptive methods. The result of this report is to find that the application of Value Added Tax to the Retail Sales of Kayu Aro Tea products by the Packaging Tea Sub Division at PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi can be said to be good. Because the procedures carried out are in accordance with the PPN Law No.42 of 2009 concerning Value Added Tax and Sales Tax on Luxury Goods by multiplying the rates as referred to in Article 7 UU VAT is by means of VAT = 10% X Tax Base

Keywords: Value Added Tax, Retail Sales of Kayu Aro Tea Products, PT.

Nusantara VI Plantation.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, atas berkat rahmat dan karunia serta Hidayah-Nya penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat akhir dalam penyelesaian program Diploma III Studi Perpajakan di Universitas Jambi.

Pembuatan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT.Perkebunan Nusantara VI, dengan judul “PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ATAS PENJUALAN RETAIL PRODUK TEH KAYU ARO OLEH SUB BAGIAN UNIT TEH KEMASAN PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI”.

Dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini, bimbingan dari berbagai pihak sangat banyak, maka dalam kesempatan kali ini ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang sangat amat berharga baik materil maupun moril serta doa yang selalu menyertai di setiap saat.

2. Bapak Prof. H. Sutrisno, M.SC.,Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

3. Bapak Drs.H. Junaidi, S.E,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum,SE.,M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

5. Ibu Nela Safelia, S.E, M.Si. selaku Ketua Program Studi Perpajakan Program

(7)

vi

Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

6. Ibu Reni Yustien, S.E., M.Si.,AK.,CA. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun Laporan Magang ini.

7. Ibu Aulia Beatrice Brilliant, S.E., M.Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Bapak Edy Firza, S.E., M.Acc., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Lapangan.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Tata Usaha yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

10. Ibu Fenny Syahfitri selaku kepala bagian SBUTK di PT.Perkebunan Nusantara VI, terima kasih telah mengizinkan saya untuk menjalankan kegiatan magang di bagian SBUTK, semoga pengalaman yang saya dapatkan disini menjadi bekal untuk selanjutnya.

11. Bapak Martha Dinatha, bapak Afdian Gunardi, dan bapak ibu lainnya yang tidak saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis sehingga laporan magang ini dapat terselesaikan.

12. Kevin Marihot, Jansen Siregar, dan Fahrurozi Alfatur yang selalu memberikan masukan dan semangat untuk menyelesaikan laporan ini.

13. Teman-teman magang di Kantor PT.Perkebunan Nusantara VI, Terimakasih untuk kerja samanya selama kurang lebih 2 bulan Magang.

14. Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Diploma III jurusan Perpajakan Univesitas Jambi angkatan 2018 khususnya Kelas G.

(8)

vii

15. Semua pihak saya ucapan terimakasih yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan Laporan ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Dalam laporan tugas akhir ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan kepada para pembaca demi kesempurnaan dimasa yang akan mendatang.

Jambi, Juli 2021

Rahmat Hidayat NIM: C0D018036

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Pokok Laporan ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4

1.3.1 Tujuan Penulisan ... 4

1.3.2 Manfaat Penulisan ... 5

1.4 Jenis Data dan Metode Penelitian ... 5

1.4.1 Jenis Data ... 5

1.4.2 Metode Penelitian ... 6

1.5 Waktu dan Tempat Lokasi Magang ... 8

1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak ... 10

2.1.1 Pengertian Pajak ... 10

2.1.2 Fungsi Pajak ... 10

2.1.3 Ciri-Ciri Pajak ... 11

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ... 11

2.1.5 Pengelompokan Pajak ... 12

2.1.6 Syarat Pemungutan Pajak ... 13

2.1.7 Asas-Asas Pemungutan Pajak ... 13

(10)

ix

2.1.8 Tarif Pajak ... 14

2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 15

2.2.1 Pengertian PPN ... 15

2.2.2 Dasar Hukum PPN ... 15

2.2.3 Tarif PPN ... 16

2.2.4 Subjek PPN ... 17

2.2.5 Objek PPN ... 18

2.2.6 Faktur Pajak ... 19

2.2.7 Saat dan Tempat Terutang PPN... 25

2.2.8 Dasar Pengenaan PPN ... 26

2.2.9 Cara Menghitung PPN ... 27

2.2.10 Penyetoran dan Pelaporan ... 27

2.2.11 Sanksi dalam PPN ... 29

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 33

3.1.1 Sejarah Singkat PT.Perkebunan Nusantara VI ... 33

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 35

3.1.3 Tujuan Perusahaan ... 36

3.1.4 Sasaran Perusahaan... 36

3.1.5 Budaya Perusahaan ... 37

3.1.6 Tata Nilai Perusahaan ... 38

3.1.7 Anak Perusahaan ... 38

3.1.8 Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara VI ... 40

3.1.9 Daftar Bagian dan Unit Usaha ... 43

3.2 Data-Data Terkait Penjualan Teh Kayu Aro ... 45

3.3 Penerapan Penghitungan PPN Penjualan Teh Kayu Aro ... 49

3.4 Penyetoran dan Pelaporan PPN Terutang ... 53

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 58

4.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Bagian ... 43

Tabel 3.1.1 Daftar Unit Usaha ... 44

Tabel 3.2 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Januari 2020 ... 45

Tabel 3.2.1 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Februari 2020 ... 45

Tabel 3.2.2 buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Maret 2020 ... 46

Tabel 3.2.3 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan April 2020 ... 46

Tabel 3.2.4 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Mei 2020 ... 46

Tabel 3.2.5 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Juni 2020 ... 47

Tabel 3.2.6 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Juli 2020 ... 47

Tabel 3.2.7 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Agustus 2020 ... 47

Tabel 3.2.8 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan September 2020 ... 48

Tabel 3.2.9 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Oktober 2020 ... 48

Tabel 3.2.10 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan November 2020 ... 48

Tabel 3.11 Buku Penjualan dan PPN Keluaran Bulan Desember 2020 ... 49

Tabel 3.3 Ringkasan Data Penjualan Tahun 2020 ... 51

Tabel 3.3.1 Ringkasan PPN digunggung Terutang Tahun 2020 ... 52

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

3.1 Wilayah kerja PTPN VI Jambi-Sumbar ... 35 3.1.1 Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara VI... 40

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Daftar Kegiatan Harian Magang Lampiran 3 Foto Kegiatan Magang

Lampiran 4 Penilaian Magang

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peranan serta wajib pajak untuk secara langsung dan sama-sama ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagai cermin kewajiban masyarakat itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak adalah iuran wajib pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H 1990:5).

Pada pasal 23 ayat 2 dari Undang-undang Dasar 1945 mengatakan

"segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang". Ini berarti bahwa dinegara kita sesuatu pungutan Pajak harus berdasarkan Undang-Undang, yang lebih lanjut berarti harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Tarif pajak pada prinsipnya ditentukan oleh undang-undang perpajakan yang berlaku.

Menurut (Siti Resmi, 2012:6) Pajak digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak

(15)

2 yang dibebankan secara langsung kepada individu atau rumah tangga sebagai Wajib Pajak dan kewajiban membayarnya tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan jika terdapat suatu pristiwa atau transaksi, yang kewajiban membayarnya dapat dialihkan kepada pihak lain yang dianggap sebagai pihak akhir yang terkena pembebanan pajak tersebut. Pajak Pertambahan Nilai merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung yang termasuk sebagai pajak konsumsi didalam negri, baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Secara umum PPN merupakan pajak yang dikenakan atas nilai tambah suatu barang atau jasa setelah melalui proses produksi.

Sehingga nilai tambah merupakan elemen utama yang digunakan sebagai dasar penghitungan PPN. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.

Undang-Undang yang mengatur tentang dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Undang-Undang Nomer 42 Tahun 2009 beserta peraturan pelaksanaannya yang terbaru. Dalam penerapannya, badan atau perorangan yang membayar pajak ini tidak diwajibkan untuk menyetorkan langsung ke kas negara, melainkan lewat pihak yang memotong PPN. Pengusaha yang melakukan penyerahan barang dan/jasa yang dikenakan pajak adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha tersebut diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

(16)

3 PT.Perkebunan Nusantara VI atau PTPN VI adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan yang kemudian mengelolah hasil perkebunan tersebut seperti hasil perkebunan Minyak sawit, Inti sawit, Teh, dan Kopi.

Di PTPN VI sendiri terdapat tempat bagian untuk memproduksi teh kemasan yaitu SBUTK atau Sub Bagian Unit Teh Kemasan yang menghasilkan produk teh kemasan yaitu teh kayu aro, setelah diproduksi Teh kayu Aro sendiri dapat langsung di pasarkan di SBUTK secara retail dan sudah tersedia untuk dipasarkan di Toko-toko, Minimarket, bahkan Supermarket di wilayah Jambi. Penjualan Teh Kayu Aro sendiri di kenakan PPN sebesar 10% untuk setiap penyerahan barangnya.

Setelah melakukan observasi di Sub Bagian Unit Teh Kemasan (SBUTK) penerapan PPN kebanyakan dilakukan secara digunggung dikarenakan pemasaran Produk Teh Kayu Aro Kebanyakan dilakukan secara retail atau eceran sehingga tidak diisi dengan nama atau identitas pembeli dan tanda tangan penjual, oleh karena itu PKP menggunakan faktur pajak digunggung sebagai nota penjualan. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pajak pertambahan nilai yang dituangkan dalam bentuk laporan dengan judul :“PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ATAS PENJUALAN RETAIL PRODUK TEH KAYU ARO OLEH SUB BAGIAN UNIT TEH KEMASAN PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI”.

(17)

4 1.2 Masalah Pokok Laporan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok dalam laporan tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimana penerapan Pajak Pertambahan Nilai Terhadap Penyerahan Barang Kena Pajak Atas Penjualan Retail Produk Teh Kayu Aro Oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan (SBUTK) Pada PT.Perkebunan Nusantara VI.

2. Bagaimana prosdur penyetoran dan pelaporan PPN terutang oleh PT.Perkebunan Nusantara VI.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu persyaratan Akademik yang wajib ditempuh untuk mendapatkan sebutan Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perpajakan Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

2. Untuk menerapkan pengetahuan dan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah kedalam dunia kerja yang sesungguhnya.

3. Mengetahui bagaimana penerapan Pajak Pertambahan Nilai terhadap penyerahan Barang Kena Pajak atas Penjualan Retail Produk Teh Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI.

(18)

5 1.3.2 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dikemukakan, maka penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pihak, antara lain : 1. Bagi penulis

a. Penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana aplikasi ilmu perpajakan sehingga penulis dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia perekonomian yang semakin berkembang dan memiliki tuntutan yang besar.

b. Penulis dapat mengetahui tentang penerapan Pajak Pertambahan Nilai digunggung atas penyerahan barang kena pajak teh dan kopi kayu aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI.

2. Bagi rekanan pemerintah penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak rekanan pemerintah tentang penerapan Pajak Pertambahan Nilai digunggung atas penyerahan barang kena pajak produk Teh dan Kopi Kayu Aro oleh Sub Bagian Unit Teh Kemasan pada PT.Perkebunan Nusantara VI.

1.4 Jenis Data Dan Metode Penelitian 1.4.1 Jenis Data

Penulisan ini tidak terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan buku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai objek penelitian. Data adalah fakta empiris yang dikumpulkan oleh penulis untuk kepentingan penulis. Berikut

(19)

6 sumber data yang disajikan dalam laporan kerja, praktik ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek pajak yang diteliti. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh langsung dari objek penelitian pada Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI. berupa wawancara/tanya jawab yang dilakukan penulis kepada Pegawai Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. (Sugiyono, 2016:137).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada penulis. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian.

1.4.2 Metode Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data yang diperlukan sebagai bahan laporan.

Metode-metode tersebut adalah observasi atau pengamatan

(20)

7 langsung, wawancara, dan studi pustaka, yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pemungutan data dengan melakukan tanya jawab baik pada pihak pembimbing maupun pihak terkait dalam kegiatan magang yaitu mengajukan pertanyaan dengan para staff di Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI.

2. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang dibahas didalam laporan tugas akhir untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan sebagai landasan teori dan melengkapi isi laporan, serta Pengumpulan data dengan menggunakan metode studi pustaka dapat dilakukan dengan membaca buku literatur yang ada hubungannya dengan Laporan Tugas Akhir ini.

Dengan metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisis buku-buku yang terkait dengan perpajakan seperti, Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya serta buku dengan tema perpajakan.

3. Menelusuri / Mencari (Browsing/ Searching)

Proses pencarian data dari sekumpulan data yang sudah ada dengan menjelajahi dunia maya atau internet dalam mencari informasi pembuatan laporan magang.

(21)

8 1.5 Waktu dan Lokasi Magang

Adapun kegiatan magang dilakukan sekitar 2 (dua) bulan yaitu mulai dari tanggal 08 Februari s.d 08 April 2021, yang bertempat di Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI yang beralamat di Jl.Lingkar Barat Paal X Kota Baru, Jambi Kode Pos 36128.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam laporan magang ini penulis membagi pokok bahasan menjadi empat bab dan masing-masing bab terbagi menjadi beberapa sub bab, ringkasan isi tiap bab laporan magang ini sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan latar belakang, masalah pokok laporan, tujuan dan manfaat penulisan, tujuan penulisan laporan, manfaat penulisan laporan, metode penulisan laporan, metode pengumpulan data, jenis data, waktu dan lokasi magang, serta sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan uraian teori yang mendukung pembahasan serta deskripsi mengenai data yang ditemukan selama magang, yang relevan dan berhubungan erat dengan judul dan pokok bahasan laporan.

BAB III: PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum , sejarah Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI, Struktur organisasi Kantor Pusat PT.Perkebunan Nusantara VI, data-data terkait penyerahan barang kena pajak oleh SBUTK, Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap penyerahanbarang kena pajak, prosedur penyetorran dan pelaporan PPN.

(22)

9 BAB IV: PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pada bab sebelumnya, serta saran yang dapat penulisan ajukan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

(23)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Berdasarkan UU KUP No.28 Tahun 2007, pasal 1 ayat (1) pengertian pajak aalah kontribusi waib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Mardiasmo (2011:1) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Serta menurut Widyaningsih (2011:2) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.

2.1.2 Fungsi Pajak

Siti Resmi (2012:3) mengungkapkan pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi penerimaan (budgetair), pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik secara rutin maupun pembangunan.

(24)

11 2. Fungsi mengatur (regulerend), pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

2.1.3 Ciri-Ciri Pajak

Mardiasmo (2009:1) mengemukakan beberapa ciri-ciri pajak, yaitu :

1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontaprestasi inividual dari pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Waluyo (2017:17) dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya :

2. Self Assesment System

(25)

12 Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jaawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Withholding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.5 Pengelompokan Pajak

Menurut Waluyo (2012) pengelompokan pajak dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Menurut golongannya

1) Pajak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan.

2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

b. Menurut sifatnya

1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang mendasarkan pemungutannya dengan memperhatikan subjek pajak.

2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang mendasarkan pemungutannya pada objek pajak saja tanpa memperhatikan subjek pajaknya.

c. Menurut pemungutnya

(26)

13 1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk mmbiayai rumah tangga daerah.

2.1.6 Syarat Pemungutan Pajak

Menurut (Mardiasmo, 2000: 2-3). syarat pemungutan pajak harus terdiri dari beberapa hal, yaitu:

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis).

c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi).

d. Pemungutan pajak harus efesien (syarat finansial).

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

2.1.7 Asas-Asas Pemungutan Pajak

menurut Adam Smith, seperti yang dikuti oleh Waluyo dan Wirawan (2000: 5),pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada empat asas, yaitu :

a. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat final adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

b. Certainty

(27)

14 Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. oleh karena itu wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus bayar, serta batas waktu pembayaran.

c. Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.

d. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

2.1.8 Tarif Pajak

Dalam menghitung seberapa besar pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, ada empat macam tarif yang digunakan :

a. Tarif pajak proporsional/sebanding

Yaitu tarif pajak yang berupa persentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

b. Tarif pajak progresif

Yaitu tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.

c. Tarif pajak degresif

Yaitu tarif pajak yang semakin menurun apabilah jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi menurun.

d. Tarif pajak tetap

(28)

15 Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak.

2.2 Pajak Pertambahan Nilai

2.2.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut suandy (2017:56) PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau barang kena pajak (BKP) dan/atau jasa kena pajak (JKP) yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan. Pada dasarnya, PPN adalah pajak yang dikenakan atas transaksi jual beli yang dilakukan oleh orang pribadi ataupun badan.

Menurut Supramono (2015:88) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi didalam daerah pabean, baik konsumsi barang kena pajak atau jasa kena pajak. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, yang berarti pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang terutang.

2.2.2 Dasar Hukum PPN

Terdapat tiga kali perubahan Undang-Undang PPN di indonesia.

Adapun perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya pergantian model pemungutan pajak dan peraturan perundang-undangan agar bisa lebih sederhana dan adil untuk masyarakat.

Berikut adalah perubahan UU PPN di Indonesia : 1. Undang-undang No.8 Tahun 1983

(29)

16 Undang-undang No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah diciptakan untuk mengatur tentang PPN dan PPnBM dan disahkan pada 1 April 1985.

2. Undang-undang No.18 Tahun 2000

Setelah undang-undang nomer 8 tahun 1983, terdapat perubahan kedua yaitu Undang-undang No.18 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang-Undang No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3. Undang-undang No.42 Tahun 2009

Perubahan ketiga adalah Undang-undang No.42 Tahun 2009 tentang pajak Pertambahan Nilai Barang (PPN) dan jasa dan pajak atas penjualan barang mewah (PPnBM). Untuk melengkapi kekurangan pada Undang-undang PPN sebelumnya, Undang- undang ini bertujuan memberikan keadilan hukum dan keamanan bagi negara dan masyarakat dengan sistem perpajakan yang jauh lebih sederhana. Sampai tahun ini, Undang-undang No.42 Tahun 2009 masih digunakan.

2.2.3 Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Tarif PPN menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 7:

1. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah 10% (sepuluh persen).

2. Tarif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas :

(30)

17 a. Ekspor barang kena pajak berwujud ;

b. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud ; c. Ekspor jasa kena pajak ;

3. Ekspor jasa kena pajak.Tarif pajak sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 (satu) dapat berubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana diatur oleh peraturan pemerintah.

2.2.4 Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek pajak sendiri belum dijelaskan secara langsung didalam Undang-undang PPN. Namun didalam beberapa pasal di undang- undang seperti pasal 4 ayat (1), pasal 16C UU PPN dapat diketahui bahwa subjek PPN dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang. Kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha yang sudah dikukuhkan menjadi PKP adalah sebagai berikut :

1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;

2. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang;

3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan yang dapat yang dapat dikreditkan serta menyetorkan PPnBM;

4. Melaporkan penghitungan pajak dalam SPT masa PBB;

(31)

18 5. Menerbitkan faktur pajak untuk setiap BKP dan/atau JKP.

b. Non Pengusaha Kena Pajak (Non PKP)

Non PKP merupakan perusahaan yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), sehingga kepadanya tidak disematkan kewajiban-kewajiban untuk memungut dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), meski kegiatan penyerahan barang dan/jasa yang dilakukan termasuk barang/jasa kena pajak (BKP/JKP).

2.2.5 Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Undang-undang PPN No.42 Tahun 2009 Pasal 4, PPN dikenakan atas objek pajak berupa:

1. Penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

2. Impor barang kena pajak.

3. Penyerahan jasa kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.

5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.

6. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak.

7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak, dan

8. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

(32)

19 2.2.6 Faktur Pajak

Menurut Pasal 1 UU Nomor 42 Tahun 2009 faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Faktur pajak memiliki beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1. Faktur pajak yang bentuknya sudah dibakukan yang dapat berupa Faktur Penjualan sesuai dengan pasal 13 ayat (1) UU PPN. Di dalam faktur pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat :

a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak; dan g. Nama dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.

2. Faktur pajak gabungan sesuai pasal 2 UU PPN

Faktur pajak gabungan adalah jenis faktur pajak standar yang memungkinkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) membuat faktur

(33)

20 berisi seluruh penyerahan kepada satu penerima Barang/Jasa Kena Pajak selama satu bulan. Ketentua ini bermaksud untuk memudahkan PKP yang dalam satu masa pajak melakukan penyerahan BKP kepada pembeli yang sama lebih dari satu kali disebabkan peredaran barang dagangan tersebut sangat cepat, misal dari pedagang besar menyerahkan pada PKP Pedagang Eceran. Dalam pembuatan faktur pajak gabungan sebenarnya cukup sederhana. Tata caranya dapat mengikuti tata cara pembuatan danpelaporan faktur pajak masukan biasa. Untuk tanggal penyerahan, pada faktur pajak gabungan harus diisi dengan tanggal awal penyerahan BKP/JKP sampai dengan tanggal terakhir dari masa pajak periode dibuatnya faktur pajak gabungan.

Wajib pajak juga harus melampirkan daftar tanggal penyerahan dari setiap faktur pajak penjualan.

3. Faktur Pajak Pedagang Eceran

Menurut Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PKP Pedagang eceran adalah pengusaha yang menjalankan kegiatan usaha terhadap Barang Kena Pajak (BKP) sebagai berikut:

a. Melalui beberapa tempat penjualan eceran seperti toko dan kios atau langsung mendatangi satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya.

b. Penjualan kepada konsumen akhir tanpa didahului penawaran dan pemesanan tertulis, kontrak atau lelang.

(34)

21 c. Penyerahan BKP dilakukan secara tunai dan penjual langsung

menyerahkan BKP. Pembeli juga biasanya langsung membawa BKP yang dibelinya.

Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan. Faktur pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran paling sedikit harus memuat keterangan :

a. Nama, alamat, dan jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP;

b. Jumlah Harga Jual yang sudah termasuk PPN atau besarnya PPN atau besarnya PPN dicantumkan secara terpisah;

c. Pajak Penjualan atas barang Mewah (PPnBM) yang dipungut;

d. Kode, nomer seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.

Beberapa bentuk dokumen komersial yang dipersamakan dengan faktur pajak yang dapat digunakan oleh CV. X yaitu:

a. Bon Kontan;

b. Faktur penjualan;

c. Cash register;

d. Karcis e. Kwitansi;

Faktur Pajak dibuat paling sedikit dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannya masing-masing sebagai berikut :

1. Lembar ke-1 : disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak.

(35)

22 2. Lembar ke-2 : untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang

membuat Faktur Pajak.

Faktur Pajak dianggap telah dibuat dalam 2 (dua) rangkap atau lebih dalam hal Faktur Pajak tersebut dibuat dalam 1 (satu) lembar yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih bagian atau potongan yang disediakan untuk disobek atau dipotong. Lembar ke-2 Faktur Pajak dapat berupa rekaman Faktur Pajak dalam bentuk media elektronik yaitu sarana penyimpanan data, antara lain: diskette, Digital Data Storage (DDS) atau Digital Audio Tape (DAT) dan Compact Disc (CD).

4. Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak Berikut ini enam belas jenis dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak dalam Peraturan Dirjen Pajak No.PER- 13/PJ/2019 yaitu :

a. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

b. bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;

c. tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill), atau delivery bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan

udara dalam negeri;

d. nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;

(36)

23 e. bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;

f. bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum;

g. bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;

h. bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;

i. dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau;

j. Pemberitahuan Ekspor Darang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor, invoice dan bill of lading atau airway bill yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang tersebut, untuk ekspor BKP;

k. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;

l. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri dengan SSP, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan FIB tersebut, untuk impor BKP;

m. PIB yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa

(37)

24 nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan FIB tersebut, untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

n. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dan luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP;

o. SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang disertai dengan kutipan Risalah Lelang, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SSP tersebut; dan p. SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau

penyerahan BKP dan/atau JKP dan Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:

1. Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau

2. invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud.

5. Faktur Pajak Khusus

Faktur Pajak Khusus adalah Faktur Pajak yang dilampiri dengan

(38)

25 cash register/struk pembayaran/invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang diterbitkan oleh toko retail atas pembelian barang bawaan yang Pajak Pertambahan Nilainya akan diminta kembali oleh orang pribadi.

2.2.7 Saat dan Tempat Terutang Pajak a. Saat terutangnya pajak

terutangnya pajak terjadi pada saat : 1) Penyerahan BKP

2) Impor BKP 3) Penyerahan BKP

4) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean 5) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean

6) Ekspor BKP

b. Tempat pajak terutang

Undang-undang PPN menyebutkan bahwa tempat terutangnya PPN adalah :

1) Atas penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP

Tempat pajak terutang adalah di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan, atau tempat lain yang ditetepkan dengan keputusan Direktur Jendral Pajak.

2) Atas impor

Terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dimasukan ke dalam daerah pabean dan dipungut melalui Direktorat Jendral Bea Cukai.

(39)

26 3) Atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean terutangnya pajak terjadi di tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai wajib pajak.

4) Atas kegiatan membangun sendiri

tempat terutangnya adalah ditempat bangunan terebut didirikan.

5) Satu atau lebih tempat yang ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak dalam hal ini terjadi pemusatan tempat terutangnya pajak.

2.2.8 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar pengenaan pajak (DPP) adalah jumlah Harga Jual atau Penggantian atau Nilai Impor atau Nilai Ekspor atau Nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai impor dan nilai ekspor, dan nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan adalah :

a. Harga Jual

Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

b. Penggantian

Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP tidak termasuk pajak yang dipungut menurut

(40)

27 Undang-undang PPN dan potongan harga yng dicantumkan dalam faktur pajak.

c. Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Eksportir.

d. Nilai Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk paja yang dipungut menurut Undang-undang PPN.

e. Niai lain yang ditetapkan sebagai DPP

Adalah nilai berupa uang yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai dasar penghitungan PPN.

2.2.9 Cara Menghitung PPN

PPN yang terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif dengan DPP, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

PPN yang terutang = tarif PPN (10%) x DPP 2.2.10 Penyetoran dan Pelaporan

Yang wajib membayar atau menyetor dan melaporkan PPN adalah PKP dan pemungut PPN/PPnBM, yaitu Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah serta Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

a. Penyetoran

(41)

28 1) Saat penyetoran

PPN yang terutang dalam satu masa pajak harus dibayar selambat-lambatnya tanggal 15 bulan takwin berikutnya.

Apabila tanggal 15 tersebut jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

2) Tempat pembayaran/penyetoran a) Kantor pos dan giro

b) Bank Pemerintah

c) Bank pembangunan daerah d) Bmak devisa

e) Bank-bank lain penerima setoran pajak

f) Kantor Ditjen Bea Cukai, untuk impor tanpa LKP 3) Sarana pembayaran

Pembayaran pajak dilakukan dengan mempergunakan surat setoran pajak (SSP).

b. Pelaporan

1) Saat pelaporan

PPN yang dipungut harus dilaporkan oleh PKP pada KPP selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Apabila tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur, maka pelaporan harus dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya. pelaporan disampaikan ke KPP tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan sebagai PKP.

2) Sarana pelaporan

(42)

29 Surat Pemberitahuan Masa (SPT) merupakan sarana untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak. Bentuk dari isi SPT Masa serta keterangan dan dokumen yang harus dilampirkan ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. Apabila SPT Masa tidak sepenuhnya dilampiri dengan keterangan dan dokumen yang telah ditetapkan, maka SPT Masa tersebut dianggap tidak disampakan. SPT masa tersebut dapat disampaikan secara langsung ke Kantor Direktorat Jendral Pajak/KPP atau dikirimkan lewat PT Pos Indonesia secara tercatat atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak.

2.2.11 Sanksi dalam PPN

a. Sanksi Administrasi PPN Berupa Denda

Sanksi yang diterapkan pemerintah untuk keterlambatan maupun kesalahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan salah satunya adalah sanksi administrasi. Hal ini tercantum jelas dalam Undang-Undang Perpajakan, sehingga harus dipahami oleh wajib pajak yang berkewajiban untuk membayar dan melaporkan PPN yang ditanggungnya. Secara rinci, berikut beberapa sanksi administrasi atau denda PPN yang dikenakan untuk Anda yang melakukan pelanggaran baik keterlambatan atau kesalahan.

Keterlambatan SPT Masa PPN akan dikenakan denda sebesar Rp100.000 hingga Rp500.000 untuk setiap SPT.

(43)

30

Keterlambatan SPT Tahunan akan dikenakan denda sebesar Rp100.000 hingga Rp1.000.000 untuk setiap SPT-nya.

Jika Anda melakukan pembetulan sendiri dan belum disidik akan dikenakan denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar.

Anda yang sudah berstatus PKP namun tidak membuat faktur pajak, atau sudah membuat namun tidak tepat waktu akan dikenakan denda sebesar 2% dari total Dasar Pengenaan Pajak.

Anda yang berstatus PKP namun tidak mengisi faktur pajak secara lengkap akan dikenakan denda PPN sebesar 2% dari DPP.

Jika pelaporan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitannya, maka sanksi yang dikenakan adalah 2% dari DPP.

b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga

Selain sanksi berupa denda, Anda juga bisa diancam dengan sanksi berupa bunga. Sanksi ini dikenakan jika pelanggaran menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Besaran jumlah bunga akan dihitung berdasarkan presentase tertentu dari beberapa variabel, mulai dari saat bunga tersebut menjadi hak atau kewajiban hingga dibayarkan.

Pembetulan SPT Masa dan Tahunan akan dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan dari jumlah pajak yang kurang bayar.

(44)

31

Jika Anda melakukan keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan, maka akan dikenakan bunga sebesar 2% dari total jumlah pajak terutang.

Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB akan dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah kurang bayar. Jangka maksimal pengenaan bunga adalah 24 bulan.

SKPKB yang telah diterbitkan setelah jangka waktu 5 tahun karena tindak pidana perpajakan akan dikenakan bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak mau atau kurang bayar.

SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar atau terlambat bayar akan dikenakan bunga sebesar 2% dari jumlah pajak yang kurang bayar.

Jika Anda menunda atau mengangsur maka akan dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dan merupakan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Kekurangan pajak akibat penundaan SPT dikenakan bunga sebesar 2% atas kekurangan bayar pajak.

c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

Selain kedua sanksi tersebut, ada juga sanksi lain yang disebut dengan istilah Kenaikan. Sanksi ini diberikan karena pelanggaran tertentu yang tergolong berat dan menyebabkan besaran pajak yang dibayar menjadi berlipat ganda.

(45)

32

Pengungkapan ketidakbenaran SPT sebelum diterbitkannya SKP akan dikenakan kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang bayar.

Jika SPT tidak disampaikan sesuai dengan surat teguran, PPN atau PPnBM yang tidak semestinya dikompensasikan atau tidak menggunakan tarif 0%seperti yang tertera pada Pasal 28 dan Pasal 29 maka PPh yang tidak atau kurang bayar dikenakan kenaikan sebesar 50% dari PPh kurang bayar, kenaikan sebesar 100% untuk PPh yang tidak dipotong, tidak dipungut atau tidak disetorkan dari PPh yang tidak dilaksanakan dan untuk PPN atau PPnBM tidak atau kurang bayar akan dikenakan kenaikan sebesar 100% dari PPN atau PPnBM yang tidak atau kurang bayar.

Kekurangan pajak atas SKPKBT dikenakan kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak.

(46)

33 BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi

PT Perkebunan Nusantara VI disingkat (PTPN VI) adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, PT. Perkebunan Nusantara VI didirikan berdasarkan peraturan pmerintah No. 11 tanggal 14 Februari 1996, dan disahkan melalui Akte Notaris Harun Kamil, SH No.39 tanggal 11 maret 1996 dengan kedudukan kantor direksi di padang yang telah diubah dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo,SH Jakarta Nomor 19 tahun 2002 tanggal 30 September 2002 dengan kantor direksi berkedudukan di Jambi.

Aset perusahaan merupakan peleburan dari kekayaan proyek- proyek pengembangan PT. Perkebunan (PTP) III, PTP IV, PTP VI, PTP VIII yang berada di wilayah Sumatera Barat dan Jambi.

Berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan No.

27 dari Notaris Nanda Fauz Iwan, SH, MKn, tanggal 23 Oktober 2015 tersebut, perubaha-perubahan yang terjdi sebagai berikut:

1. Perubahan nama perusahaan dari PT. perkebunan Nusantara VI (Persero) menjadi PT. Perkebunan Nusantara VI.

2. Perubahan struktur pemegangsaham perseroan sebagai akibat dari pengalihan 90% saham perusahaan yang dimiliki oleh Negara

(47)

34 Republik Indonesia kepada PT. Perkebunan Nusantara III sebanyak 587.964 saham dengan nilai sebesar 587.964.000.000.

3. Menetapkan klasifikasi saham menjadi Seri A dan Seri B terdiri dari satu saham Seri A dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 per saham dan 65.329 saham Seri B dengan nilai nominal Rp.

1.000.000 per saham. Saham Seri A telah diterbitkan dan diambil ahli bagian oleh PT. Perkebunan Nusantara III, sedangkan saham Seri B telah diterbitkan dan diambil alih bagian oleh Negara Republik Indonesia sebesar 65.39 saham dan PT. Perkebunan Nusantara III sebesar 87.964 saham.

4. Menetapkan hak istimewa bagi pemegang saham Seri A perusahaan memiliki areal perkebunan yang terbesar di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Kantor Pusat perusahaan terletak di Jalan Lingkar Barat Paal X Kenali Asam, Kecamatan Kota Baru Provinsi Jambi. Sampai dengan 31 Desember 2015, perusahaan menguasai areal perkebunan yang telah mendapatkan sertifikat Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan seluas 34.573 Hektar, yang terdiri atas Areal yang digunakan untuk pengembangan perrkebunan kelapa sawit dan teh masing-masing 31.412 hektar dan 3.161 hektar. Selain diperoleh dari hasil panen perkebunan sendiri, perusahaan juga membeli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, Bahan Olah Karet (Bokar), dan pucuk daun teh dari petani pekebun disekitar perusahaan.

Berikut ini gambar 3.1 wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara VI:

(48)

35 Gambar 3.1

Wilayah kerja PTPN VI Jambi-Sumbar

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi

Visi PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi adalah menjadi perusahaan perkebunan terdepan yang memberikan nilai manfaat tertinggi dan berkelanjutan kepada stakeholder.

2. Misi

• Kami focus mengelola perkebunan kelapa sawit, karet, teh, kopi, dan usaha lain yang terkait erat dengan usaha perkebunan secara berkelanjutan, serta bekerjasama dengan petani dan mitra srategis lainya.

(49)

36

• Kami berkomitmen menciptakan produk-produk unik secara konsisten dan berkelanjutan melalui keunggulan operasional, standar kinerja tinggi ramah lingkungan.

• Kami terus berupaya untuk memberikan imbalan hasil financial tinggi melalui cara pemasaran dan komunikasi pasar yang sangat baik.

• Kami membangun lingkungan kerja yang kondusif dan nilai- nilai etika yang tinggi untuk mengangkat kopentensi sumber daya manusia perusahaan.

3.1.3 Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan adalah menciptakan pertumbuhan aset dan laba perusahaan secara berkelanjutan melalui optimalisasi pengelolaan bisnis kelapa sawit, karet, dan teh (core bussines) serta usaha lain yang prospektif (non corebusiness) berdasarkan prinsip-prinsip usaha yang sehat serta untuk meningkatkan nilai terhadap stakeholder.

3.1.4 Sasaran Perusahaan

Sasaran perusahaan akan dijabarkan kedalam sasaran untuk bisnis yang sudah ada (eksisting bisnis) dan bisnis/produk yang akan dikembangkan (pengembangan bisnis/produk baru) sebagai berikut:

• Pengembangan bisnis utama (core business) dilakukan dengan meningkatkan daya saing bisnis kelapa sawit dan teh, serta memperbesar pertumbuhan laba yang didukung oleh meningkatnya total penjualan dari kelapa sawit dan teh.

(50)

37

• Pengembangan bisnis baru perusahaan akan dilakuan dalam enam tahun kedepan akan memaksimalkan seluruh asset yang dimiliki serta melakukan pengembangan bisnis baru secara mandiri dan atau bersama dengan mitra usaha, baik yang berbasis dari bisnis utama atau diluar bisnis utama (noncore business).

3.1.5 Budaya Perusahaan KOMIT SISTEM 1. Kompetensi

Memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki demi kepentingan dan kemajuan perusahaan.

2. Integritas

Melaksanakan pekerjaan dengan jujur, bertanggungjawab dan beretika, serta menyelaraskan setiap aksi korporat dengan kepentingan dan tata nilai perusahaan.

3. Spirit

Memiliki antusiasme dan semangat tinggi dalam bekerja.

4. Sadar biaya

Menjalankan setiap rencana dan aksi korporat berdasarkan pertimbangan efisiensi dan efektifitas.

5. Team work

Melaksanakan setiap aktivitas organisasi dengan semangat tim, sinergi, dan kekompakan untuk mencapai visi dan prestasi bersama.

(51)

38 3.1.6 Tata Nilai Perusahaan

1. Dinamic

Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru dengan selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta pengetahuan.

2. On Target

Tepat sasaran, bekerja, dan tekun demi tercapainya suatu target yang diberikan managemen.

3. Innovative

Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta membuka diri terhadap semua dan koreksi demi tercapainya perbaikan yang berkesinambungan.

4. Capable

Mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh amanah dan sungguh-sungguh.

5. Team Work

Mampu bekerjasama dengan rekan, karyawan pelaksanaan, maupun pimpinan.

6. Environment Care

Selalu berusaha untuk selalu menjaga dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan hidup.

3.1.7 Anak Perusahaan

• PT. Bukit Kausar

PT. Bukit Kausar yang bergerak dalam bidang usaha sub sektor perkebunan kelapa sawit, terletak di Kecamatan Ranah Mendalu

(52)

39 Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Kegiatan pada tahun 2019 meliputi pemeliharaan TM seluas 4.629,71 Ha dan TBM seluas 244,3 Ha.

• PT. Mendahara Agrojaya Industry

Perusahaan yang dikelola saat ini adalah perkebunan kelapa sawit, yang berlokasi di Desa Langan Tengah, Desa Merbabu dan Desa Sungai Tawar, kecamatan Geragai dan Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Haatas tanah Perusahaan Perkebunan PT. Mendahara Agrojaya Industry sesuai sertifikat Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia Hak Guna Usaha (HGU) No. 06 Tahun 2012 seluas 3.231,95 Ha.

Dengan semakin terbatasnya lahan mineral, maka lahan gambut menjadi salah satu pilihan untuk pengembangan kelapa sawit. Dan tergolong lahan marginal untuk perkebunan kelapa sawit.

• PT. Alam Lestari Nusantara

PT. Alam Nusantara bergerak dalam bidang usaha pengelolaan hutan tanaman karet (HT-Karet), dimana wilayah kerjanya berada di Kecamatan Pauh dan Kecamatan Mandiangin Kab. Sarolangun, Prov. Jambi. Dari izin usaha seluas 10.785 Ha sesuai izin yang diberikan pemerintah melalui surat keputusan Menteri Kehutanan No: SK.10/Menhut/2009 tanggal 12 Januari 2009 dan SK Menhud No: SK.436/Menhud-II/2009 tanggal 23 Juli 2009 dengan perubahan SK Menhut No: SK.95/Menhut-II/2010 tanggal 24 Februari 2010 serta berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungn

(53)

40 Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No: P12/Melhk-II/2015 tanggal 24 Maret 2015 tentang Pembangunan Hutan Tanaman Industri Peruntukannya adalah sbb:

➢ Tanaman pokok karet seluas 7.550 Ha (70%)

➢ Tanaman kehidupan dan lain-lain seluas 2.156 Ha (20%) Berikut gambar struktur organisasi PTPN VI dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 3.1.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI

3.1.8 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VI Berikut Struktur Oganisasi PT. Perkebunan Nusantara VI:

1. Dewan Komisaris

(54)

41 Susunan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara VI berdasarkan surat keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara RI dan Direktur Utama Perusahaan Perseroan (Persero) PT.

Perkebunan Nusantara III No. SK-203/MBU/09/2016 dan No.

3.00/SKPT/R/32/2016 tanggal 01 September 2016 adalah:

Komisaris utama : Cheery Pramoedito Sarwono

Komisaris : Desty Arlaini

2. Direksi

Direktur Utama : M. Iswan Achir SEVP Operation : Eka Nugraha SEVP Business Support : M. Zuluham Rambe 3. Kepala Bagian/Biro

Sekretaris Perusahaan Umum : Eka Nugraha

Kepala Bagian Teknik/Teknologi : Ali Sofyan Aritonang Kepala Bagian Pembiayaan : Willy Herryandi Kepala Bagian Komersil : Rio Herman Kepala Bagian SDM : Tuti Indriani Kepala Bagian Biro SPI : Dody Setiawan Kepala Bagian Perencanaan & Pengembangan Bisnis :

Sugeng Widodo Kepala Bagian GCG & MR : Nirwan Sikumbang Manager Proyek ERP : Aryadi Irfan Zairy 4. Manager Unit Usaha Wilayah Jambi

Manager U.U PKS Sungai Bahar : Mukhdayat

(55)

42 Manager U.U Bunut : Rahmat Saefudin

Manager U.U Tanjung Lebar : Sulistyo

Manager U.U Batanghari : Kumpul Silalahi Manager U.U Durian Luncuk : Zulkarnain Harianja Manager U.U Bukit Cermin : Iwan Lesmana

Manager U.U Rimbo Satu : Daryansyah Damanik Manager U.U Rimbo Dua : Herdiwan Z

Manager U.U Kayu Aro : Fadly Wahyudi 5. Manager Unit Usaha wilayah Sumatera Barat

Manager U.U Solok Selatan : Ereskayanto Manager U.U Danau Kembar : Zulpadli Manager U.U Ophir : Fahran

Manager U.U Pangkalan 50 Kota : Indra Utama Lubis 6. Direktur & Manager Anak Perusahaan

PT. Bukit Kausar (PT. BK)

Direktur : Sutardi

Manager SDM/Umum : Nazarsyah Hutagalung PT. Alam Lestari Nusantara (PT. ALN)

Direktur : Andy Fauzi Siregar

Manager Operasional : Rahmadi Siregar Manager SDM/Umum : OK.M Irfan Ichlas Pjs Manager Keuangan : Taufik Pulungan

Asisten Kepala : Suharsono

PT. Mandhara Agrojaya Industri ( PT.MAI)

(56)

43 Manager SDM/Umum PT. MAI : Amir Arsyad Harahap Pjs. Manager PT. MAI : Irvan Sahala Tua Pjs. Manager Keuangan

PT. MAI & BK : Hariman Siregar Kepala Dinas Teknik PT. MAI : Adhaliza

Asisten SDM/Umum PT. MAI : Muhammad Firdaus

Asisten Tanaman : Pendi Purba

Masa Orientasi Jabatan

Asisten Tanaman : Syafrinaldi Putra Nasution 3.1.9 Daftar Bagian dan Unit Usaha

Berikut daftar bagian pada PT.Perkebunan Nusantara VI dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Daftar Bagian 1 BAGIAN TANAMAN

2 BAGIAN TEKNIK/TEKNOLOGI 3 BAGIAN PEMBIAYAAN

4 BAGIAN PEMASARAN DAN PENGADAAN 5 BAGIAN SDM

6 BAGIAN SEKRETARIAT DAN UMUM 7 BAGIAN SATUAN PENGAWASAN INTERN

8 BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

9 BAGIAN STANDARISASI TATA KELOLA PERUSAHAAN Sumber: DataPTPNVI

(57)

44 Berikut daftar unit usaha pada PT.Perkebunan Nusantara VI dapat dilihat pada tabel 3.1.1 berikut ini:

Table 3.1.1 Daftar Unit Usaha

UNIT USAHA KOMODITAS KETERANGAN

provinsi Jambi 1. Kayu Aro 2. Rimbo Satu 3. Rimbo Dua 4. Durian Luncuk 5. Batanghari/ISS 6. Bunut

7. Tanjung Lebar 8. PKS Sei Bahar 9. Bukit Cermin 10. PKS Aur Gading 11. PKS Pengabuan Provinsi Sumbar

1. Ophir

2. Pangkalan 50 Kota 3. Danau Kembar 4. Solok Selatan Anak Perusahaan

1. PT. Bukit Kausar 2. PT. Alam Lestari 3. PT. Memdahara A

Teh/Pengolahan Kelapa Sawit

Kelapa Sawit/Pengolahan Kelapa Sawit

Kelapa Sawit/Peternakan Kelapa Sawit

Kelapa Sawit Pengolahan Kelapa Sawit Pengolahan Pengolahan

Kelapa Sawit Kelapa Sawit/CRF Teh/Pengolahan

Kelapa Sawit/Pengolahan Kelapa Sawit

HTI Karet Kelapa Sawit

Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti Unit Usaha Inti

Unit Usaha Inti-Plasma Unit Usaha Inti

Unit Usaha Inti-Plasma Unit Usaha Inti

Unit Usaha Inti-Plasma Unit Usaha Inti-Plasma Unit Usaha Inti-Plasma Unit Usaha Inti-Plasma Anak Perusahaan Anak Perusahaan Anak Perusahaan Sumber: Data PTPN VI

Areal PT. Perkebunan Nusantara VI Yang berlokasi di Wilayah Jambi dan Sumatera Barat dengan budidaya Kelapa Sawit, Teh, Karet, dan Kopi dengan total areal kebun sendiri sampe dengan bulan desember 2019 seluas 35.607,70 Ha, ditambah dengan areal PT. Bukit Kausar seluas 6.135,49 Ha, PT. Aalam Lestari Nusantara seluas 8.089 Ha dan PT. Mendahara Agrojaya seluas 3.105 Ha. Disamping mengelola kebun sendiri, perusahaan juga bermitrausaha dengan petani melalui pembelian hasil produksi kebun mitra berupa TBS, Pucuk Teh, dan Karet. pendapatan dan menjamin hubungan

Gambar

Gambar 3.1.1  Struktur Organisasi PT. Perkebunan  Nusantara VI
Tabel 3.1  Daftar Bagian  1  BAGIAN TANAMAN
Table 3.1.1  Daftar Unit Usaha

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Unit Kepatuhan merupakan unit kerja yang bertugas dan bertanggung jawab secara ex-ante untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta

Jujukan kekunci ini bergantung kepada jenis BIOS yang digunakan (biasanya maklumat ini akan dipaparkan pada skrin monitor semasa komputer dihidupkan).

Rasio ROA perusahaan manufaktur dan jasa yang melakukan merger dan akuisisi memiliki nilai t sebesar -1,415 dengan signifikan t sebesar 0,168 > yang menunjukkan bahwa

ini adalah tanda-tanda verbal maupun non verbal yang ada pada cover majalah Tempo Penelitian ini difokuskan pada makna mas-. ing-masing tanda baik berupa ikon,

Hasil penentuan pengaruh massa adsorben terhadap adsorpsi ion Fe 2+ dikembangkan dari metode yang dilakukan oleh Dede (2010), dilakukan pada konsentrasi adsorbat

Kroesen, C.A., “Geshiedenis van Asahan” dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, Deel XXXI, Batavia: Albrecht&co dan Deen

Tujuan strategis Kemendiknas tahun 2010--2014 dirumuskan berdasarkan jenjang layanan pendidikan dan sistem tata kelola yang diperlukan untuk menghasilkan layanan

A Study on The Students’ Mastery..., Refi Mandasari, FKIP UMP, 2014... Nanda AldisPrasetyo