• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTIK TAYAMUM DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN PATUNG KABUPATEN BARITO TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTIK TAYAMUM DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN PATUNG KABUPATEN BARITO TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTIK TAYAMUM DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN PATUNG KABUPATEN BARITO TIMUR

NUVITA DIANA

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : nuvitadiana58@guru.sd.belajar.id

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang peningkatan keterampilan praktik tayamum dengan penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas IV SDN Patung Kabupaten Barito Timur. Kajiannya dilatar belakangi karena banyak siswa kelas IV yang belum bisa melaksanakan praktik tayamum dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari perolehan nilai praktik yang belum mencapai KKM yaitu 70. Dari 16 siswa dikelas IV hanya 6 siswa atau 37,5% yang tuntas KKM, berarti masih ada 10 siswa yang belum tuntas pada materi praktik tayamum.

Peneliti berupaya keras untuk melakukan perbaikan dalam praktik tayamum melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning melalui dua siklus. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran mengalami peningkatan pada materi tayamum dari siklus I 74,4 % dan meningkat menjadi 92,5% pada siklus II.

Dengan demikian perbaikan pembelajaran PAI pada materi tayamum menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam melaksanakan praktik tayamum. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengakhiri Penelitian Tindakan Kelas hanya sampai pada siklus II saja.

Kata kunci : Praktik Tayamum, Problem Based learning

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan Agama Islam yaitu pendidikan yang berdasarkan pokok- pokok dan kajian-kajian asas, yang meliputi ayat-ayat Al-Qur’an, hadist, dan kaidah-kaidah ketuhanan, muamalat, urusan pribadi manusia, asusila dan ajaran akhlak. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut yang lebih diutamakan adalah Pendidikan Agama. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan sesuatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.

Betapa pentingnya peran agama dalam kehidupan umat manusia, internalisasi nilai-nilai agama bagi kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan yang dapat ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk optimalisasi sebagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. adapun ruang lingkup Pendidikan agama Islam meliputi aspek-aspek al-Qur'an dan Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam.

Apabila kita memperhatikan dalam proses perkembangan pendidikan agama Islam di Indonesia, khususnya di sekolah-sekolah, bahwa salah satu gejala negatif sebagai penghalang yang paling menonjol dalam pelaksanaan pendidikan agama ialah masalah metode mengajar, meskipun metode tidak akan berarti apa-apa bila dipandang terpisah dari komponen-komponen lain;

dengan pengertian bahwa metode baru dianggap penting dalam hubungannya

(3)

dengan semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan agama diperlukan suatu pengetahuan tentang Metodologi Pendidikan Agama.

Metodologi pendidikan agama adalah “segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah.

Pencapaian tujuan tersebut tentunya diperlukan sebuah modelmpembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk membangkitkan belajar siswa. dengan kata lain penerapan model pembelajaran merupakan cara penyajian pengajaran yang dapat menarik minat dan perhatian siswa, oleh karena itu penyajian atau penyampaian materi pembelajaran hendaknya dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kondisi kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Salah satu materi pembelajaran PAI pada sekolah dasar yang bersifat fundamen dalam Aspek Fiqih adalah materi pembelajaran tayamum, sebab pembelajaran tayamum adalah salah satu syarat ibadah lainnya. Anak dituntut mampu mengenal tata cara tayamum dan membiasakan tayamum dengan tertib.

Agar pembelajaran tentang tayamum ini bisa diterima anak dengan maksimal, maka dalam penyampaiannya hendaklah digunakan model pembelajaran yang tepat serta menarik karena pembelajaran tayamum adalah materi pembelajaran yang bukan hanya menekankan pada kemampuan kognitif peserta didik, tetapi juga lebih menekankan pada kemampuan afektif dan psikomorik. Model pembelajaran yang sangat penting diterapkan pada pembelajaran tayamum adalah model pembelajaran Problem Based learning

Penggunaan model problem based learning pada pembelajaran praktik tayamum akan mudah tercapai. Materi yang memerlukan penguasaan konsep dan mampu menyajikan hasil dari diskusi pemahaman,. Dengan keterlibatan langsung anak dalam memperagakan prakti tayamum akan menimbulkan minat dalam diri anak sehingga anak akan lebih cepat paham dan mampu mempraktikkan tayamum dengan baik dan benar.

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya karena sifatnya yang terbuka. Namun di samping itu kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi

(4)

kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.

Peningkatan kemampuan anak dalam praktik tayamum dengan menggunakan model problem based learning ini juga harus ditunjang dengan penggunaan media yang tepat. Media slide proyektor merupakan salah satu media yang efektif untuk menunjang pelaksanaan metode ceramah, dan pada pelaksanaan model problem based learning didukung juga oleh media yang berhubungan dengan praktik tayamum, contohnya tempat debu yang suci.

Selama ini proses pembelajaran PAI materi tayamum di SD Negeri Patung masih kurang menekankan penggunaan model pembelajaran secara maksimal, sehingga hasil pembelajaran kurang memuaskan.

Dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning serta ditunjang dengan media yang tepat diharapkan akan lebih meningkatkan pemahaman dan kemampuan anak. Sehingga kemampuan anak kelas IV SD Negeri Patung dalam melakukan praktik tayamum dengan baik dan benar akan lebih meningkat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik meneliti tentang

“PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTIK TAYAMUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN I PATUNG KABUPATEN BARITO TIMUR”

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas IV SDN Patung dengan jumlah siswa Muslim 16 orang, terdiri atas 8 orang siswa perempuan dan 8 orang siswa laki-laki. Siswa kelas IV yang Muslim ini sangat heterogen dilihat dari kemampuannya, yakni ada sebagian siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini siswa kelas IV SDN Patung yang beragama Islam diharapkan dapat ikut aktif dalam pembelajaran tayamum. Penggunaan model pembelajaran problem based learning dan didukung oleh penggunaan media dalam pembelajaran praktik tayamum akan bisa menarik minat siswa sehingga pelajaran praktik tayamum yang disampaikan tersebut bisa dipahami dan tata cara tayamum yang diajarkan melalui model pembelajaran yang bisa ditiru dengan benar. Dengan penerapan model pembelajaran problem based learning pada pelajaran praktik tayamum kemampuan tayamum siswa kelas IV SDN Patung bisa ditingkatkan.

(5)

Model unjuk kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model proses dalam bentuk dua (2) siklus

Penjelasan Siklus: Semua kegiatan dilakukan dan dimulai pada tahapan perencanaan;Pada kotak tindakan (atc), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati;Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan- pertanyaan dan jawaban- jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam buku harian;

Dalam kotak refleksi (reflect), apabila ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, maka perlu diperbaiki,

Pada siklus I penulis mempersiapkan rencana tindakan I dengan mempersiapkan: Silabus, RPP, materi pelajaran tayamum, media dan lembar pengamatan kemampuan berwudhu serta LKS.

Pada tahap tindakan dalam melaksanakan kegiatan tayamum ada tiga langkah yang harus ditempuh: Langkah pertama, guru menjelaskan materi tayamum dengan menggunakan metode ceramah dan penggunaan media gambar, kemudian guru mendemonstrasikan cara tayamum dengan hanya gerakan tanpa menggunakan debu. Langkah kedua, siswa mampu menjawab soal pada LKS dan siswa diminta untuk mendemonstrasikan cara tayamum secara berkelompok dan dinilai pada lembar pengamatan.

Aspek yang perlu diamati pada saat melakukan model pembelajaran problem based learning adalah konsentrasi, perhatian siswa saat mempraktikkan tayamum. Bila kemampuan siswa belum tercapai sesuai komponen yang ditetapkan yaitu: Kaifiyah atau cara, Tertib, Skor perolehan tes.

Maka langkah-langkah pada siklus I dapat ditambahkan atau direvisi ke dalam rencana tindakan siklus II. Penulis dan teman kolaborasi melakukan refleksi terhadap tindakan pada siklus I. Hasil evaluasi dan refleksi dijadikan pedoman untuk merevisi kelemahan yang terjadi di tindakan siklus I sebagai bahan dasar untuk menyusun rencana tindakan siklus II.

HASIL PENELITIAN

Bedasarkan tabel 5 hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I hasil yang dikumpulkan atau data yang dapat pada pertemun I, tes awal (Pre tes) terdapat hasil ketuntasan siswa secara individu 6 orang dan belum tuntas 10 orang. Nilai tertinggi dicapai 70 dan nilai terendah 50 dengan jumlah rata-rata 60,6. Pada hasil belajar ahir (postest) terdapat hasil ketuntasan siswa secara

(6)

individu 12 orang dan belum tuntas 4 orang. Nilai tertinggi dicapai 90 dan nilai terendah 60 dengan jumlah rata-rata 74,4. Bedasarkan perhitungan rumus pada hasil belajar tersebut bahwa ketuntasan individu sudah tercapai karna nilai di dapat lebih dari 65%.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 2, ketuntasan klasikal terdapat pada Pre tes 37,5% dan pada postes 75% berdasarkan rumus hasil ketuntasan masih dibawah 85%. Di lihat dari hasil tersebut belum dinyatakan belum tuntas.

Berdasarkan hasil penelitian tabel 3, Aktivitas guru pada pelaksanaan metode demonstrasi nilai cukup baik dengan rata-rata 2,73.Dari tabel 4, hasil aktivitas siswa terdapat 13 % yang tidak terlibat dalam pembelajaran sedangkan hasil siswa yang aktif mengikuti pembelajaran 87%.

Bedasarkan tabel 5, hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II hasil yang dikumpulkan atau data yang dapat pada pertemun 2 . Nilai tertinggi dicapai 90 dan nilai terendah 60 dengan jumlah rata-rata 71,3. Pada hasil belajar akhir (postes) terdapat hasil ketuntasan siswa secara individu 16 siswa Nilai tertinggi dicapai 100 dan nilai terendah 70 dengan jumlah rata-rata 92,5.

Bedasarkan perhitungan rumus pada hasil belajar tersebut bahwa ketuntasan individu sudah tercapai karna nilai di dapat lebih dari 65%.

Berdasarkan tabel 6, Ketuntasan klasikal terdapat pada Pre tes 63% dan pada postes 100% berdasarkan rumus hasil ketuntasan klasikal sudah tercapai karena di atas 85%.

Berdasarkan tabel 7, Aktivitas guru dengan hasil baik dengan rata-rata 3.57. Dari tabel 8, hasil aktivitas siswa terdapat 12 % yang tidak terlibat dalam pembelajaran sedangkan hasil siswa yang aktif mengikuti pembelajaran 82%.

Tujuan PTK, dimana PTK menurut Menurut Wardani (2007) PTK betujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan secara bertahap dan terus-menerus, selama penelitian diakukan .oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan - pelaksanaan - obsevasi – Refleksi – revisi.yang di perbaiki adalah hasil dari silkus I hasil belajar siswa tedapat belum sepenuh siswa yang tuntas secara invidual dan klasikal. Aktivitas guru masih terdapat sepenuh baik karena pelaksanaan belum terkontrol dan pembelajaran ini masih terbilang baru karena pelaksanaan guru terbiasa dengan pembelajaran biasa di laksanakannya aktivitas siswa. Dimana hasil didapat dari hasil belajar siswa pada postes terdapat 6 orang siswa yang tidak tuntas dan ketuntasan klasikal masih di bawah 85%, hasil aktivitas guru mash ada kurang baik dan aktivitas siswa yang tidak terlibat dalam pembelajaran masih tinggi dari hasil tersebut dikarenakan pembelajaran tersebut masih kurang dipahami oleh siswa dan guru karena pembelajaran terbilang baru maka oleh karena itu pada silkus II di optimalkan agar hasil mencapai lebih baik.

Peningkan ini terjadi pada pengembangan pemahaman siswa pada penguasaan konsep, karena pada salah satu bagian ciri kooperatif siswa bekerja

(7)

dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.sedangkan pada talking stick dalam langkah 3 Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/LKS.dalam ini terjadi hubungan antara kooperatif dan talking stick yang membuat siswa belajar mandiri dan inipun tidak terlepas dari bimbingan guru agar siswa lebih luas memahami konsep keberhasilan.

Berdasar hasil angket pada tabel 12, bahwa siswa dalam memberi angket dari seluruh siswa terhadap pembelajaran koopertif tipe talking stick dapat diamati dari data berikut.

Siswa menyatakan ya 100% dalam mengikuti Praktik tayamum siswa merasa memiliki tanggung jawab dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diajarkan guru menyatakan tidak 0% dan menyatakan tidak tahu 0%. Siswa menyatakan ya 95% dalam mengikuti praktik tayamum siswa dapat menumbuhkan rasa kebersamaan siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diajarkan guru. menyatakan tidak 0% dan meyatakan tidak tau 5%. Siswa menyatakan ya 95% dalam mengikuti model problem based learning dalam praktik tayamum siswa dapat menumbuhkan rasa kebersamaan siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diajarkan guru.

menyatakan tidak 0% dan meyatakan tidak tahu 5%. Siswa menyatakan ya 95%

model problem based learning memberikan arti penting pada perkembangan proses dalam diri siswa. menyatakan tidak 0% dan meyatakan tidak tahu 5%

Siswa menyatakan ya 95% dalam model problem based learning membuat siswa dapat menghubungkan dan mengaplikasikan hasil belajar yang telah kamu peroleh sebelumnya sebelumnya dengan kenyataan yang ada dilingkungan siswa, menyatakan tidak 0% dan meyatakan tidak tau 5% 6 Siswa menyatakan ya 100% model problem based learning dapat menumbuhkan kelompok dalam kelompok untuk memperoleh hasil yang maksimal, menyatakan tidak 0% dan meyatakan tidak tahu 0%. Menyatakan ya 85% model problem based learning guru lebih bersipat sebagai pembimbing dalam pembelajaran menyatakan tidak 15%

dan menyatakan tidak tahu 0%. Menyatakan ya 95% model problem based learning kamu merasakan termotifasi untuk berkerjasama dengan anggota kelompokmu, dari kesimpulan hasil angket diketahui bahwa siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning mengalami peningkatan berdasarkan hasil tersebut bahwa siswa senang selama mengikuti pembelajaran kooperatif .

Dilihat dari keberhasilan siswa pabila dibandingkan pada siklus I sudah terjadi peningkatan yang hasil siklus I jumlah Rata-rata 75,62 meningkat menjadi 92,5.Dilihat ketuntasan klasikal pada siklus I 65% meningkat menjadi 100%

Dilihat aktivitas guru pada siklus I 2,73 meningkat pada silkus II menjadi 3.57

(8)

Dilihat hasil aktivitas siswa pada sisklus I meingkat pada siklus II menjadi 96,5% berdasarkan hasil tersebut metode demonstrasi bisa meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil yang lebih baik.

KESIMPULAN

Proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) harus lebih baik lagi ditingkatkan sesuai dengan sintak-sintak yang ada di PBL, sintak PBL antara lain identifikasi masalah, mengorganisasi kegiatan pembelajaran, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.

Hasil pemahaman peserta didik materi dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkat dengan baik karena bisa dilihat dari perolehan hasil pos tes yang dilakukan pada siklus 2, nilai peserta didik sudah melawati batas KKM 70 yang ditentukan oleh sekolah dengan kriteria hasil peserta didik peroleh yaitu nilai sangat baik sebanyak 12 orang atau 75 %, nilai baik sebanyak 3 orang atau 18.75 %, nilai cukup sebanyak 1 orang atau 6,25

%. Dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh 92,5.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002).

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: CV.Pustaka Agung Harapan,2006).

Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif Teori dan Praktik Dalam Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru. (Jakarta: AV Publisher, 2009).

Jamra, Syaiful Bahri dkk, Strategi belajar mengajar, (Jakarta; Rineka cipta. 2000).

Kurikulum PAI, 2002.

Nurjamal, Daeng, Terampil berbahasa, (Bandung: Alfabeta. 2011).

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018).

Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008). RPP PAI Kurikulum 2013 kelas IV semester ganjil.

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,( Sinar Baru : Algesindo, 1995).

(9)

Sudjana, Nana ,Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Biru, 1989) Sukmadinata, Nana Syaodih , Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Remaja Rosdikarya,2011).

Referensi

Dokumen terkait

Kadar mineral mangan pada daun kelor relatif sedikit, tetapi masih dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan kromium yang kebutuhannya dalan tubuh tidak terlalu

Penertiban penduduk adalah kegiatan yang dilakukan oleh instansi yang berwenang untuk mengetahui identitas penduduk yang dating dari luar wilayah Papua dan/atau

a. Jumlah buah per sampel terbanyak sebesar 63 buah pada interaksi tanpa pupuk hayati cair dan tanpa pemangkasan daun dapat meningkatkan produksi 3 % dan terhadap jumlah

Analisis Makna Denotasi Ilustrasi pada sampul majalah Tempo Edisi 16-22 September 2019 Dilihat melalui pandangan peneliti memaknai gambar ilustrasi tersebut secara denotasi

Dalam rangka memenuhi standar good corporate govermance perbankan syariah dalam aspek akuntabilitas dan transparansi, diperlukan adanya pedoman kerja dan mekanisme pengawasan

Kepemimpinan transaksionalnya terlihat pada saat dia menekankan agar pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi

Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ada anak Bapak/Ibu yang tidak pernah rutin makannya karena tidak punya cukup uang untuk pangan?. (

S.E Mean menggambarkan sebaran rata-rata sampel terhadap rata-rata keseluruhan kemungkinan sampel, karena data terdapat outlier maka digunakan S.E Mean karena