ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN
KEUNTUNGAN USAHATANI GAMBIR (Uncaria gambier
Roxb) ANTARA PETANI YANG MENGOLAH SENDIRI DAN
YANG MENJUAL DAUN SEGAR DI NAGARI
BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
OLEH
SRIVELLA FEBRIYENY 07914019
FAKULTAS PETANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN
KEUNTUNGAN USAHATANI GAMBIR (Uncaria gambier
Roxb) ANTARA PETANI YANG MENGOLAH SENDIRI DAN
YANG MENJUAL DAUN SEGAR DI NAGARI
BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
OLEH
SRIVELLA FEBRIYENY 07914019
S K R I P S I
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN
KEUNTUNGAN USAHATANI GAMBIR (Uncaria gambier
Roxb) ANTARA PETANI YANG MENGOLAH SENDIRI DAN
YANG MENJUAL DAUN SEGAR DI NAGARI
BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
OLEH
SRIVELLA FEBRIYENY 07914019
MENYETUJUI:
Dosen Pembimbing I
Prof. Ir. Yonariza, M.Sc, Ph.D NIP. 19650505 199103 1 003
Dosen Pembimbing II
Muhammad Hendri, SP, MM NIP.1978004 200604 1 002
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Prof. Ir. H. Ardi, M.Sc NIP. 19531216 198003 1 004
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, pada Tanggal 26 April 2012
No. Nama TandaTangan Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
Ir. M. Refdinal, M.Si
Prof. Ir. Yonariza, M.Sc, Ph.D
Dr. Ir. Osmet, M.Sc
Muhammad Hendri, SP, MM
Yenni Oktavia, S.Pi, M.Si
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
BIODATA
Penulis dilahirkan di Painan, Sumatera Barat pada tanggal 16 Februari 1990 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Asrul Hasan dan Erniwati. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Negeri 32 Gurun Panjang (1995-2001). Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ditempuh di SLTP Negeri 2 Bayang (2001-2004). Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ditempuh di SMA Negeri 2 Bayang, lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Andalas Jurusan Sosial Ekonomi Program Studi Agribisnis.
Padang, April 2012
vii
2.3 Pemanfaatan atau Adopsi Inovasi ...…...…..………….………… 14
2.4 Penelitian Terdahulu ...………... 17
BAB III. METODE PENELITIAN ………..………... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………. 19
3.2 Metode Penelitian ... 19
3.3 Metode Pengambilan Sampel………..……….………... 19
3.4 Metode Pengumpulan Data………... 21
Identitas Petani Sampel yang Mengolah Sendiri dan yang Menjual Daun Segar... Teknik Budidaya Tanaman Gambir...
33
viii
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Gambir Melakukan
Pengolahan Sendiri dan Menjual Daun Segar………..
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Jumlah Sampel Dari Masing-Masing Kelompok Tani Gambir
Tahun 2010………... 21
2. Luas Daerah Menurut Nagari Kecamatan Koto XI Tarusan
Tahun 2010... 29
3. Penggunaan Lahan di Kenagarian Barung-Barung Balantai
Tahun 2010... 31 4. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Jenis Pekerja/Kegiatan dan
Jenis Kelamin di Kenagarian Barung-Barung Balantai
Tahun 2010... 31 5. Potensi Komoditi Unggulan di Kenagarian Barung-Barung
Balantai Tahun 2010... 32
6. Identitas Petani Sampel yang Mengolah Sendiri dan yang Menjual Daun Segar Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pengalaman
Berusahatani, Jumlah Tanggungan Keluarga dan Status
Kepemilikan Lahan………... 34
7. Biaya TKDK dan TKLK Usahatani Gambir Petani Sampel yang Melakukan Pengolahan Sendiri dan yang Menjual Daun Gambir Segar Tahun 2010... 43
8. Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Per Hektar Per Tahun Untuk Masing-Masing Kegiatan Pada Petani Sampel Yang Melakukan Pengolahan Gambir Sendiri Di Kenagarian Barung-Barung Balantai... 44 9. Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Per Hektar Per Tahun Untuk
Masing-Masing Kegiatan Pada Petani Sampel Yang Menjual
Daun Gambir Segar Di Kenagarian Barung-Barung Balantai... 44
10. Pendapatan Rata-Rata Per Ha Per Tahun (Rp) Usahatani Gambir yang Mengolah Sendiri dan yang Menjual Daun Segar ... 50
11. Keuntungan Rata-Rata Per Hektar Per Tahun (Rp) Usahatani
x 12. Uji T Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Gambir yang
Mengolah Sendiri dan yang Menjual Daun Segar………... 52
13. Perhitungan Analisis Usahatani Gambir yang Mengolah Sendiri dan yang Menjual Daun Segar... 54 14. Tabel Faktor Internal Petani...
56
15. Tabel Faktor Eksternal Petani………...
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Matrik Data Set Penelitian ………..
2. Luas dan Produksi Gambir di Sumatera Barat ……...……….
3. Luas Areal dan Produksi Gambir di Kabupaten Pesisir Selatan …….
4. Produksi Gambir di Kecamatan Koto XI Tarusan ………..
5. Identitas Petani Sampel yang Melakukan Pengolahan Sendiri, Luas
Lahan dan Produksi Gambir di Kenagarian Barung-Barung Balantai
Kecamatan Koto XI Tarusan Tahun 2010………...
6. Identitas Petani Sampel yang Menjual Daun Segar, Luas Lahan dan
Produksi Gambir di Kenagarian Barung-Barung Balantai
Kecamatan Koto XI Tarusan Tahun 2010………...………
7. Gambar Benih Gambir …...………...
8. Peralatan yang Digunakan Pada Saat Panen…………...………
9. Proses Pengempaan Gambir…………...………...
10. Jumlah dan Biaya Bibit Dalam Satu Tahun Petani yang Mengolah
Gambir Sendiri Tahun 2010………...
11. Jumlah dan Biaya Bibit Dalam Satu Tahun Petani yang Menjual
Daun Segar Tahun 2010…………...………...
12. Penggunaan Bibit Bagi Petani Sampel yang Mengolah Gambir
Sendiri Tahun 2010……...
13. Penggunaan Bibit Pada Petani Sampel yang Menjual Daun Gambir
Segar Tahun 2010………
14. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Petani Sampel yang
Mengolah Gambir Sendiri Tahun 2010………...
15. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Petani Sampel yang
Menjual Daun Segar Tahun 2010………
xii
Sampel yang Mengolah Gambir Sendiri Tahun 2010 ………
17. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Petani
Sampel yang Menjual Daun Segar Tahun 2010……….
18. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Petani Sampel
yang Mengolash Sendiri Tahun 2010………..
19. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Petani Sampel
yang Menjual Daun Segar Tahun 2010…………...………
20. Biaya Transportasi Petani Sampel yang Mengolah Gambir Sendiri Tahun 2010………...
21. Biaya Transportasi Petani Sampel yang Menjual Daun Segar
Tahun 2010………..
22. Jumlah Alat yang Digunakan Petani Sampel yang Mengolah Gambir
Sendiri Tahun 2010……….
23. Perhitungan Sewa Peralatan dan Rumah Kempa Petani Sampel yang
Mengolah Sendiri Tahun 2010………....
24. Penyusutan Peralatan Rumah Kempa Petani Sampel yang Mengolah
Sendiri Tahun 2010………...
25. Penyusutan Peralatan Petani Sampel yang Menjual Daun Segar
Tahun 2010………..
26. Jenis, Harga, Nilai Sisa, dan Umur Ekonomis Peralatan Petani
Sampel yang Mengolah Sendiri Tahun 2010………..
27. Penggunaan Goni per Petani Sampel yang Mengolah Gambir
30. Biaya yang Diperhitungkan Petani Sampel yang Mengolah Gambir
Sendiri Tahun 2010……….
31. Biaya yang Diperhitungkan Petani Sampel yang Menjual Daun
xiii
32. Perhitungan Bunga Modal Petani Sampel yang Mengolah Gambir
Sendiri Tahun 2010……….
33. Perhitungan Bunga Modal Petani Sampel yang Menjual Daun Segar
Tahun 2010………..
34. Biaya Tunai Petani Sampel yang Mengolah Gambir Sendiri
Tahun 2010………..
35. Biaya Tunai Petani Sampel yang Menjual Daun Gambir Segar
Tahun 2010………..
36. Penerimaan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Mengolah
Sendiri Tahun 2010……….
37. Penerimaan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Menjual Daun
Segar Tahun 2010………
38. Pendapatan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Mengolah
Gambir Sendiri Tahun 2010………
39. Pendapatan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Menjual Daun
Segar Tahun 2010………
40. Keuntungan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Mengolah
Gambir Sendiri Tahun 2010………
41. Keuntungan Usahatani Gambir Petani Sampel yang Menjual Daun
Segar Tahun 2010………
42. Input Uji t Statistik Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan
Usahatani Gambir Tahun 2010………
43. Output Uji t Statistik Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan
Usahatani Gambir Tahun 2010………
44. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Gambir Petani Sampel yang
Mengolah Sendiri antara yang Mempunyai Alat Kempa dan yang
Tidak Mempunyai Alat Kempa Tahun 2010………...
xiv ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHATANI GAMBIR (Uncaria gambier Roxb) ANTARA PETANI YANG
MENGOLAH SENDIRI DAN YANG MENJUAL DAUN SEGAR DI NAGARI BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI
TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRAK
Di Nagari Barung-Barung Balantai terdapat perbedaan sistem jual gambir yaitu pertama menjual dalam betuk getah dengan melakukan pengolahan dan kedua menjual dalam bentuk daun segar tanpa adanya pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan keuntungan petani gambir dalam dua bentuk penjualan itu dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi petani menjual daun segar atau melakukan pengolahan sendiri. Metode yang digunakan adalah metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani gambir di Nagari Barung-Barung Balantai sebanyak 213 orang yang mengolah dan 115 orang yang menjual daun segar. Untuk Sampel diambil 17 orang sampel yang mengolah sendiri dan 17 orang sampel yang menjual daun segar, dengan kriteria yaitu petani yang melakukan pengolahan dua kali musim panen terakhir bagi petani yang mengolah dan melakukan dua kali panen daun dalam satu tahun terakhir periode pertama bulan Februari-Maret 2010 dan periode kedua bulan September-Oktober 2010. Data dianalisa secara deskriptif kuantitatif untuk tujuan pertama dan secara deskriptif kualitatif untuk tujuan kedua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan keuntungan petani gambir yang mengolah sendiri dan mempunyai alat kempa lebih tinggi dibandingkan petani yang mengolah tapi tidak mempunyai alat kempa dimana petani yang mempunyai alat kempa memperoleh pendapatan sebesar Rp 11.914.193/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 6.428.813/Ha/Th, dan yang tidak mempunyai alat kempa memperoleh pendapatan sebesar Rp 7.236.905/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 2.962.047/Ha/Th. Secara keseluruhan petani sampel yang mengolah sendiri memperoleh pendapatan sebesar Rp 9.452.463/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 4.604.199/Ha/Th sedangkan pendapatan petani yang menjual daun segar sebesar Rp 10.390.862/Ha/Th dan keuntungan sebesar Rp 8.100.682/Ha/Th, dengan pengujian statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pendapatan dan keuntungan antara petani yang mengolah gambir sendiri dan yang menjual daun segar. Faktor internal yang mempengaruhi petani melakukan pengolahan atau menjual daun segar yaitu tingkat umur dan pengalaman berusahatani sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu keuntungan relatif (segi tenaga kerja), kesesuian dengan nilai (kompatibilitas), dan dapat dicoba (triabilitas).
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Peran secara langsung antara lain berupa kontribusi dalam pembentukan PDB, penyediaan pangan dan pakan, penyediaan sumber devisa, penyediaan bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, perbaikan pendapatan masyarakat dan sumber bionergi. Sedangkan peran tidak langsung diperoleh dari efek pengganda aktifitas sektor pertanian melalui keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi (Dinas Petanian dan Tanaman Pangan Pesisir Selatan, 2008).
Subsektor perkebunan adalah subsektor yang pertumbuhannya tetap surplus ditengah krisis moneter dan ekonomi. Selain itu subsektor perkebunan dapat membentuk kontribusi yang sangat bermakna terhadap kemampuan suatu daerah terutama untuk memperbesar kemampuan pembiayaan daerah dan meningkatkan kesejahteraan (Dinas Perkebunan Dati I Sumbar, 2008).
Gambir (Uncaria gambier Roxb) adalah salah satu komoditi unggulan perkebunan yang mempunyai prospek dan keunggulan komperatif tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Sumatera Barat (Syahni et al, 1995 cit Aswita 2004). Gambir adalah hasil ekstrak daun dan ranting yang telah di keringkan dan tanaman gambir merupakan suatu tanaman yang sangat prospektif, hal ini dapat dilihat bahwa tanaman gambir mempunyai fungsi yang sangat banyak. Fungsi tanaman gambir adalah : (1) Secara tradisional sebagai pelengkap makan sirih, obat sariawan dan obat untuk kulit, (2) Dalam industri farmasi sebagai obat sakit hati, (3) Dalam industri kulit sebagai zat penyamak kulit, (4) Dalam industri tekstil sebagai zat pewarna pada batik, dan (5) Dalam industri kosmetik sebagai pencampur dalam pembuatan kosmetik (Nazir, 2000).
dan teknik pengolahan hasil agar memperoleh hasil dengan kualitas yang lebih baik (Nazir, 2000).
Gambir merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia, karena memasok kebutuhan dunia hingga mencapai 80%, sementara 90% produk gambir Indonesia diproduksi para petani Sumatera Barat. Untuk mendukung pemantapan ekonomi di era otonomi daerah, komoditas gambir perlu mendapat perhatian.
Masalah utama dalam pengelolaan komoditas gambir selama ini adalah produksi dan produktivitas serta mutu yang rendah. Rendahnya produksi gambir disebabkan karena sistem pengusahaannya masih sangat sederhana, bibit yang digunakan bukan unggul tanpa perlakuan pemupukan, penyiangan, penggemburan dan pengendalian hama dan penyakit. Bibit yang digunakan diperoleh secara turun-temurun dari daerah tersebut, di mana tanaman yang digunakan sebagai penghasil bibit tidak berada dalam kondisi optimal. Mutu produknya yang rendah disebabkan karena cara pengolahannya masih sangat tradisional (Departemen Perdagangan, 1997), kurang memperhatikan kebersihan hasil olahan, dan rendahnya kadar catechu tannatnya disebabkan karena ikut terlarut dalam air pengepresan. Dampaknya adalah produksi sekaligus pendapatan yang diperoleh rendah. Selain itu harga yang terjadi sering berfluktuasi sehingga membuat posisi usahatani gambir semakin sulit, tetapi sejak 2004 mulai bersinar karena harga gambir cenderung naik dan saat ini harga komoditas tersebut bisa dikatakan ideal yakni antara Rp 18.000/kg – Rp 25.000/kg (Dinas Perkebunan Dati I Sumbar, 2008).
Pada usahatani gambir tersebut tahap yang paling penting adalah tahap pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi gambir dilakukan di lahan/kebun petani yang berlokasi umumnya jauh dari rumah petani. Pengolahan gambir melalui beberapa tahapan antara lain : perebusan, pengempaan, pengendapan, penirisan, pencetakan dan pengeringan. Pada tahapan pengolahan secara tradisional tersebut terjadi penurunan kadar catechu-tannatnya karena ikut terlarut dalam air sisa pengepresan (Zammarel dan Risfaheri, 1991).
pengolahan yang memerlukan perbaikan mutu, 2) rantai tata niaga yang panjang dan didominasi pihak luar (Singapura dan India), 3) posisi tawar petani yang rendah dimana belum adanya jaminan harga yang stabil pada tingkat yang menguntungkan petani, 4) kurangnya informasi pasar international mengenai harga riil gambir, 5) adanya kebiasaaan mencampur gambir dengan bahan-bahan lain sehingga harga jualnya lebih rendah serta 6) peran pemerintah (daerah) yang terbatas. Permasalahan utama gambir saat ini adalah rendahnya produktifitas dan mutu produk, akibat dari cara budidaya dan proses pasca panen/ pengolahan yang belum optimal serta minimnya dukungan teknologi.
Alat kempa merupakan salah satu hal yang terpenting yang bisa mempengaruhi mutu dan kandungan catechin gambir. Selama ini petani gambir sudah menggunakan alat pengempaan yang masih bersifat tradisional yaitu kempa sistem katrol. Kempa tradisional ini mempunyai kelemahan dalam menghasilkan getah gambir. Kelemahan dari alat ini adalah : (1) Kualitas gambir yang dihasilkan rendah, (2) Konsumsi sumber daya alam tidak efisien, (3) Pekerjaan intensif, (4) Daya tahan gambir rendah, dan (5) Ketidakmurnian gambir yang dihasilkan tinggi (Nazir, 2000).
1.2Perumusan Masalah
Kabupaten Pesisir Selatan adalah sentra produksi gambir nomor dua di Sumatera Barat dengan produksi 2.637 ton gambir kering (2007) setelah Kabupaten 50 Kota dengan produksi 9.181 ton (Lampiran 2). Kecamatan Koto XI Tarusan adalah daerah penghasil gambir terbesar di Kabupaten Pesisir Selatan (Lampiran 3). Hal ini disebabkan karena topografi yang subur dengan iklim dan cuaca yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman gambir. Sedangkan untuk Kecamatan Koto XI Tarusan, sentra produksi gambir terletak di Kenagarian Barung-Barung Balantai (Lampiran 4).
Untuk melihat apakah tanaman gambir menguntungkan jika diusahakan maka diperlukan suatu analisa usahatani. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) tujuan analisis usahatani untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan, di samping itu juga membantu mengukur apakah kegiatan usahatani pada saat itu menguntungkan atau tidak, untuk itu diperlukan keterangan mengenai penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Berdasarkan survey penulis di lapangan, ditemui bahwa di daerah penelitian ini terdapat dua sistem penjualan hasil usahatani gambir. Pertama, petani melakukan penjualan langsung hasil usahataninya dalam bentuk daun gambir segar tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu dan yang kedua, petani melakukan penjualan hasil usahataninya dalam bentuk getah gambir atau gambir yang telah diolah sendiri dengan menggunakan alat kempa.
Informasi yang diperoleh dari hasil pra survei di lapangan dengan adanya perbedaan sistem penjualan yang dilakukan petani gambir di Nagari Barung-Barung Balantai terdapat perbedaan tingkat penerimaan antara petani yang menjual daun segar dengan petani yang melakukan pengolahan sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan merumuskan beberapa pertanyaan diantaranya :
1. Apakah perbedaan sistem penjualan akan mempengaruhi pendapatan dan keuntungan petani
gambir ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani gambir Nagari Barung-Barung Balantai memilih menjual daun segar dan melakukan pengolahan sendiri?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membandingkan tingkat pendapatan dan keuntungan petani gambir yang mengolah sendiri dan yang menjual daun segar.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi petani gambir memilih menjual daun segar atau melakukan pengolahan sendiri.
1. Memberikan informasi bagi pemerintah mengenai permasalahan yang dihadapi petani gambir agar dapat meningkatkan kualitas serta memeberikan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih baik.
2. Dapat menjadi bahan informasi bagi petani gambir untuk mengembangkan usahatani dan pengolahannya dalam upaya meningkatkan kapasitas usahatani dan pengolahan yang dikelolanya, dari segi produksi, kualitas, dan kuantitas hasil.