PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS
DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO
KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
OLEH :
0641010038 RISAH ALFIANAH
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA SURABAYA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad
dan hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Skripsi ini dengan baik.
Penulisan proposal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas
dan membandingkan dengan teori-teori yang sesuai dengan program studi mengenai
kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian. Adapun judul yang penulis pilih dalam
penyusunan skripsi ini adalah : “Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di Desa Jetis
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, khususnya
pembimbing yaitu Bapak DR. Lukman Arif, MSi, dan Dra Sri Wibawani, MSi yang
telah bersedia menyisakan waktunya untuk membimbing dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberi bantuan,
bimbingan serta dorongan yaitu kepada :
1. Ibu Drs. Ech. Suparwati, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, selaku Pembimbing Utama.
3. Ibu DRA Sri Wibawani, M.Si, selaku Pembimbing Pendamping.
5. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya
Mineral yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan data-data
yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu besar harapan penulis untuk
mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Dan mudah-mudahan proposal
penelitian ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTAKSI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Pemberdayaan ... 11
2.2.1.1 Konsep Pembedayaan ... 11
2.2.1.3 Tujuan Pemberdayaan ... 13
2.2.1.4 Indikator Pemberdayaan ... 15
2.2.1.5 Unsur-unsur Pemberdayaan ... 16
2.2.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat ... 16
2.2.1.7 Bentuk Upaya Pemberdayaan ... 20
2.2.2 Pelatihan ... 21
2.2.2.1 Pengertian Pelatihan ... 21
2.2.2.2 Tujuan Pelatihan ... 23
2.2.2.3 Komponen-komponen Pelatihan ... 24
2.3 Kerangka Berfikir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Fokus Penelitian ... 30
3.3 Lokasi Penelitian ... 31
3.4 Sumber Data ... 31
3.5 Pengumpulan Data ... 32
3.6 Jenis Data ... 33
3.7 Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum ... 40
4.1.1 Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan Dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo ... 40
4.1.1.1 Sejarah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan Dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo ... 40
4.1.1.2 Struktur Organisasi Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan Dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo ... 41
4.1.1.3 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Bagian Perindustrian ... 45
4.1.2 Sejarah Singkat Industri Batik Tulis Desa Jetis ... 48
4.1.3 Daftar Nama Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis ... 51
4.2 Hasil Penelitian ... 53
4.2.1 Pembinaan Manajemen ... 53
4.2.2 Pemasaran Produk ... 60
4.2.2.1 Pameran ... 62
4.2.2.2 Promosi ... 64
4.3.1 Pembinaan Manajemen ... 68
4.3.2 Pemasaran Produk ... 71
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 75
5.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan,
Energi dan Sumber Daya Mineral Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Berdasarkan Pendidikan ... 53
Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Berdasarkan Golongan ... 54
Tabel 4.5 Daftar Nama Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis ... 51
Tabel 4.6 Materi Pembinaan Manajemen Keuangan ... 54
Tabel 4.7 Nama-nama Instruktur Pembinaan pengusaha Batik Tulis ... 55
Tabel 4.8 Daftar Nama Pengusaha Dalam Peserta Pembinaan ... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 27
Gambar 3.1 Analisis Interaksi menurut Miles dan Huberman ... 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan Dan Energi Sumber Daya Mineral
ABSTRAKSI
Risah Alfianah, 2011 : Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan upaya mengungkapkan Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bermaksudkan untuk menjawab bagaimana pemberdayaan pengusaha batik tulis desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan instrument pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data Milles dan Hubermen untuk dapat menyeleksi data secara ketat, sehingga dapat memperoleh data yang valid dan relevan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pemberdayaan pengusaha batik tulis yaitu melalui pembinaan manajemen dan pemasaran produk untuk dapat lebih berdaya dan mandiri. Adapun pemberian pemberdayaan bagi pengusaha batik tulis desa Jetis adalah pembinaan mengenai manajemen yang dapat dilihat dari pengetahuan para pengusaha mengenai pengelolaan keuangan. Sedangkan pemasaran produk lebih melihat pada akses pemasaran.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan pada negara-negara berkembang seperti Indonesia
merupakan sesuatu unsur yang sangat penting untuk mengubah kondisi
kemasyarakatan ke arah yang lebih baik. Karena pembangunan merupakan suatu
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (Siagian : 2001 : 4). Oleh sebab itu, pembangunan
dilaksanakan dalam berbagai bidang meliputi pembangunan dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan.
Pada umumnya seluruh bidang-bidang tersebut memiliki peran yang
sangat besar bagi kemajuan suatu negara. Adapun bidang yang memiliki skala
prioritas utama adalah bidang ekonomi. Dengan adanya suatu pembangunan di
bidang ekonomi dapat mewujudkan tingkat produktifitas nasional menjadi
optimal. Namun didalam pembangunan ekonomi untuk mencapai hal tersebut
perlu modal yang besar, penguasaan teknologi dan ketrampilan manajemen yang
tinggi. Dalam hal ini masyarakat menjadi pelaku utama dan pemerintah
berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan suatu
Untuk itu perlu adanya upaya mengantisipasi ketatnya persaingan, salah
satunya dengan pengembangan usaha kecil, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Meskipun usaha mikro, kecil dan menengah telah menunjukkan
perannanya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai
hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal
produksi dan pengelolaan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan
teknologi, permodalan, serta iklim usaha.
Untuk itu wahana yang paling efektif dalam penyelenggaraan
pembangunan ekonomi yaitu melalui pemberdayaan kepada para usaha kecil
menengah. Hal tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. bahwa ketentuan mengenai pemberdayaan usaha kecil menengah
dengan cara menumbuhkan iklim usaha yang mendukung pengembangan usaha
kecil mikro menengah dan pengembangan dan pembinaan usaha mikro, kecil
Kerajinan Batik Tulis juga termasuk merupakan salah satu usaha kecil
menengah yang juga harus diberdayakan, sebab kerajinan Batik Tulis termasuk
usaha batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman majapahit dan terus
berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Mulanya batik dikerjakan
oleh wanita keraton tetapi banyak dari pengikut raja yang berada diluar keraton,
maka kerajinan batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton untuk dikerjakan di
tempatnya masing-masing. Seperti halnya pada batik Sidoarjo, pada salah satu
keturunan raja yaitu raja Kediri membawa batik ke Jetis, yang pada akhirnya
kerajinan batik ini kemudian dikerjakan oleh masyarakat terdekat dan selanjutnya
meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang.
Perkembangan batik yang mulai digemari masyarakat melahirkan potensi
ekonomi yang mengubah sifat batik dari ekspresi seni menjadi sumber ekonomi
masyarakat. Terjadinya perubahan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan akan
batik yang melambung tinggi menyebabkan industri rumah tangga ini
berkembang menjadi industri yang dikelola oleh para pengusaha dan pedagang
batik. Peralihan dari karya seni menjadi bentuk industri mengakibatkan batik
mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Kaum wanita menjadi sumber
daya ekonomi yang sangat berarti dalam industri dan perdagangan batik.
Pemberdayaan pengusaha ini mendapat perhatian tinggi dalam kerangka
dalam hal ini sumber daya manusia merupakan aset yang paling utama, dengan
kualitas sumber daya manusia yang paripurna maka akan mampu memainkan
hubungan ekonomi internasional, memberi kontribusi perdamaian dunia yang
pada hakekatnya melaksanakan empat tugas pokok yang diamanatkaan didalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun empat tugas pokok Nasional
yaitu ; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaina
abadi dan keadilan sosial.
Proses perubahan jenis ekonomi dari agraris ke sektor perindustrian mutlak
memerlukan pemberdayaan masyarakat atau sumber daya manusia. Untuk
menjadi sumber daya yang berkualitas dalam memberikan peranan sentral
terhadap pembangunan sumber daya manusia, maka kita menyiapkan sumber
daya manusianya terlebih dahulu untuk membuat barang menurut Suhendra (1988
: 31).
Seperti halnya Batik Tulis, beralihnya kegiatan yang bersifat non profit
menjadi kegiatan yang bersifat komersial mengakibatkan kehadiran batik telah
dirasakan manfaat ekonomisnya bagi masyarakat, berupa penambahan
penghasilan keluarga bagi pengrajin, pedagang batik, maupun buruh batik.
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
Seperti pada Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu daerah yang
mempunyai potensi industri yang cukup baik, sebagai salah satu Kabupaten yang
menerapkan kebijakan otonomi daerah dan kebijakan tersebut diharapkan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun daerah Sidoarjo secara
khusus dan Indonesia secara umum. Sebagai salah satu pusat industri di Jawa
Timur, Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten terbesar yang menyumbangkan
pendapatan terbesar pula karena banyak pengusaha mendirikan pabrik serta sentra
industri di Kabupaten tersebut, sehingga hal tersebut turut mempengaruhi jumlah
pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo.
Namun berdasarkan observasi awal di Kampoeng Batik Tulis di Desa Jetis
Kabupaten Sidoarjo, salah satu Kabupaten terbesar yang maju dan menjadi salah
satu pusat industri ternyata pada salah satu industri khususnya di desa Jetis,
kampung yang terkenal memproduksi batik tulis dengan motif yang khas dari
Sidoarjo. Yang memang sejak dulu terkenal sebagai daerah penghasil kain batik
tulis. Pekerjaan pembuatan batik tulis ini mula-mula hanya merupakan industri
rumah tangga yang sebagai warisan turun-menurun. Aktivitas membatik ini
sepintas tampak sebagai suatu kegiatan sambilan yang seakan-akan hanya
merupakan aktivitas mengisi waktu. Namun apabila di telusuri lebih jauh
motif-motif yang tergambar tidak sekedar mengikuti perkembangan pasar tetapi
kekhasan batik di daerah Jetis lebih dikenal dengan batik jetisan yang memiliki
motif kuno atau klasik dan hanya sedikit modifikasinya, seperti motif abangan
dan ijo-ijoan, motif beras kutah, motif krubutan (campur-campur), motif burung
merak. Motif batik tulis Desa Jetis didominasi flora dan fauna dengan warna yang
mencolok yang menjadi keunggulan batik tulis di Desa Jetis Kabupaten Sidoarjo.
Namun hal itu tidak didukung sumber daya manusia yang memadai, di desa Jetis
Pengusaha batik tulis jumlahnya semakin menurun.
Dengan melihat semakin menurunnya jumlah pengusaha dalam batik tulis,
akhirnya Bupati Sidoarjo meresmikan Desa Jetis sebagai “Kampoeng Batik Tulis
Jetis Sidoarjo” pada tanggal 3 Mei 2008 lalu. Pemerintah pun telah meluncurkan
berbagai program pemberdayaan bagi usaha kecil menengah. Jika dilihat usaha
pembatikan memiliki peluang yang besar dalam nilai pendapatan, bahkan usaha
batik tulis di Jetis kini juga melakukan kemitraan dengan perusahaan besar, agar
usahanya dapat menjadi lebih meningkat dan mandiri. Disisi lain Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian dan perdagangan dan sumber daya mineral juga mengadakan
optimalisasi pengembangan usaha melalui pemberdayaan UKM untuk
menumbuhkan dan mengembangkan usaha agar dapat lebih berdaya.
Usaha batik tulis yang beberapa tahun lalu mulai hilang keberadaannya,
yang harus tetap dilestarikan. Tetapi pada usaha kecil menengah batik tulis di
Jetis hanya dikenal oleh masyarakat Kabupaten Sidoarjo dan Surabaya saja. Dari
dokumen yang dimiliki dari pihak Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo bahwa jumlah
pengusaha batik tulis yang ada di desa Jetis sampai dengan tahun 2010 ini
sebanyak 30 pengusaha. Dari jumlah tersebut sebagian besar pengusaha belum
bisa mengatakan berapa keuntungan yang mereka peroleh setiap tahunnya karena
pengelolaan keuangan dari usahanya tersebut masih campur aduk dengan
keuangan keluarga. Kondisi demikian mereka akui sebagai sebuah kesulitan
dalam penataan keuangan usahanya.
Fakta demikian sejalan dengan informasi yang diperoleh peneliti, yang
mengatakan bahwa banyak dari usaha kecil menengah batik tulis di Jetis kurang
memiliki keahlian dalam pengelolaan keuangan dan bidang teknologi pemasaran,
karena itulah mereka selalu kesulitan untuk memasarkan batiknya dapat dikenal
hingga mancanegara bukan hanya dalam negeri saja. Sehingga banyak pengusaha
yang beralih profesi dan meninggalkan kerajinan batik. Menanggapi hal tersebut
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya Mineral
melakukan upaya pemberdayaan bagi pengusaha Batik Tulis Desa Jetis
Kabupaten Sidoarjo
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya
memiliki peran penting dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
para pengusaha batik, seperti digambarkan diatas, pemberdayaan pengusaha batik
tulis tentunya sangat berguna sekali bagi masyarakat di Desa Jetis Kabupaten
Sidoarjo, mengingat penduduknya yang mayoritas pengrajin batik tulis. Dengan
demikian diharapkan pemberdayaan ini mampu meningkatkan jumlah pengusaha
batik tulis desa Jetis Kabupaten Sidoarjo, karena pengrajin batik tulis kini mulai
menurun.
Hal tersebut menjadikan ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih dalam
dengan mengambil judul “Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di Desa Jetis
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana
pemberdayaan pengusaha batik tulis di Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo?”
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan pemberdayaan
1.4Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Memberikan tambahan referensi yang dapat berguna sebagai dasar-dasar
pemikiran untuk lebih memahami tentang pemberdayaan pengusaha batik
tulis.
2. Bagi UKM Batik Tulis
Diharapkan dapat memberikan sumbang saran sebagai informasi bagi
pengusaha kecil untuk memberikan kekuatan bagi para pengusaha.
3. Bagi Peneliti
Menambah informasi keilmuan untuk pengembangan kualitas kreatifitas bagi
penulis dalam mengembangkan ilmu tentang pemberdayaan pengusaha
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain dapat digunakan dalam
pengkajian yang berkaitan dengan Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis Desa
Jetis Kecamatan SidoarjoKabupaten Sidoarjo antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya Malang
(2001). Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowok
Waru Kota Malang dengan judul “Pemberdayaan Pengusaha Industri kecil
di Perkotaan” dinyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil dikelurahan
Dinoyo harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan (Capability
Building) usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri serta tumbuh
berkembang. Usaha industri kecil keramik Dinoyo tidak hanya memberi
manfaat dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan
keluarganya, akan tetapi tetapi juga memberi keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat sekitar Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor
produksi yang sangat penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk
lebih mengefektifkan pemberdayaan industri kecil keramik yang lebih besar
Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu
membentuk lembaga penjamin.
Persamaan penelitian yang dilakukan poleh unggul dari Universitas
Brawijaya Malang dengan penelitian adalah terletak pada usaha
pemberdayaan dalam meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan
pendapatan untuk mencapai taraf sejahtera.
Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari
Universitas Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan
pada pengusaha industri agar dapat lebih berkembang. Sedangkan peneliti
menekankan pada pemberdayaan yang dilakukan dengan memberikan pembinaan
pada pengusaha agar dapat mandiri dan lebih berkembang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul “Peran
Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di Wedoro”. Hal ini
dibuktikan dengan penempatan pola umum kebijakan yag ditulis dalam
rencana program kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2004
mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang meliputi peningkatan kualitas
bahan baku sampai dengan produk jadi, peningkatan peran aktif masyarakat
dalam pembangunan dan memperluas lapangan kerja terutama dalam sector
industri rumah tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman
sepatu Wedoro dalam pecan raya Jakarta selain pemerintah juga
memberikan bantuan kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan
pendidikan dan pelatihan di lembaga IFC, di hotel Elmi di Graha Pena dan
Tanggulangin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi sepatu,
namun yang diberikan oleh pemerintah tersebut kurang merata, sehingga
pengusaha dan pengrajin sepatu tidak mengetahui bantuan yang telah
diberikan pemerintah tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi
antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di Wedoro. Melihat kondisi
tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan
koordinasi dan mencari solusi dengan angggota asosiasi di Wedoro sebelum
memberikan bantuan agar bantuan yang akan diberikan tepat pada
pengrajin yang membutuhkannya
Persamaan kedua penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi
Rahmadhani adalah pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha
kecil untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat dalam pembangunan.
Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita dwi
Rahmadhani terletak pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga
proses terwujudnya barang jadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah proses pemberdayaan pengusaha dengan memberikan pelatihan
2.2Landasan Teori
2.2.1Pemberdayaan
2.2.1.1 Konsep Pemberdayaan
Pada dasarnya pemberdayaan merupakan suatu posisi yang
menempatkan kreativitas dan prakarsa masyarakat. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa elemen penting dari pemberdayaan
adalah partisipasi. Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil
oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka menegakkan kontrol secara efektif.
Menurut Surjono dan Nugroho (2008 : 26) pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat (khususnya yang
kurang memiliki akses kepada sumber daya pembangunan) didorong
untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan perikehidupan
mereka.
Menurut Adi (2003 : 53) pemberdayaan adalah suatu upaya
pemberdayaan masyarakat bagi seorang pelaku perubahan, hal yang
dilakukan terhadap klien mereka (baik pada tingkat individu, keluarga,
kelompok atau komunitas) adalah upaya memberdayakan
(mengembangkan dari tidak atau kurang berdaya) guna mencapai
Menurut Dwidjowijoto (2007 : 76) Pemberdayaan masyarakat
merupakan bukan semata-mata konsep ekonomi tetapi menyangkut
masalah penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan
kedalam sumber-sumber informasi, serta ketrampilan manajemen.
Dimana pelaku utama adalah masyarakat, sedangkan yang motori yakni
pemerintah yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta
menciptakan iklim yang menunjang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses
dimana seseorang yang kurang memiliki penguasaan teknologi, akses
atau ketrampilan, kepemilikan modal, untuk berupaya diberdayakan
dalam meningkatkan kemandirian.
2.2.1.2 Tahap Pemberdayaan
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) tahapan dalam
pemberdayaan yaitu :
1. Penyadaran
Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa
mereka mempunyai “sesuatu”.
2. Pengkapasitasan
Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau dalam bahasa yang
lebih sederhana yaitu memampukan atau enabling. Pengkapasitasan
individu maupun kelompok yaitu dengan training (pelatihan),
workshop (loka latih), seminar dan sejenisnya.
3. Pemberian Daya
Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target
diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.
2.2.1.3 Tujuan Pemberdayaan
Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Abipraja (2002
: 68) pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat bertujuan
mencapai keberhasilan dalam :
1. Mengurangi jumlah penduduk miskin.
2. Mengembangkan usaha meningkatkan pendapatan yang dilakukan
oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya tersedia.
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungan.
4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin
kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi
kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok
Dalam analisis Kritisnya, Jamasy (2004 : 42) menyatakan bahwa
pemberdayaan yang merupakan prasat mutlak bagi upaya
penanggulangan masalah kemiskinan memiliki tujuan :
1. Menekan perasaan ketidakberdayaan (impotensi) masyarakat miskin
bila berhadapan dengan struktur sosial politis. Langkah konkretnya
adalah meningkatkan kesadaran kritis pada posisinya.
2. Memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap lapisan orang
miskin perlu dilakukan bila terjadi reformasi sosial, budaya dan politik
artinya biarkan kesadaran kritis orang miskin muncul dan biarkan pula
melakukan reorganissasi dalam rangka meningkatkan produktivitas
kerja dan kualitas hidupnya.
3. Tertanam rasa persamaan (egalitarian) dan berkaitan gambaran bahwa
kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan
kontruksi sosial.
4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan
masyarakat-masyarakat miskin secara penuh (ini hanya bisa tercapai
kalau komunikasi politik antara pemegang kekuasaan dengan
kelompok-kelompok dan person-person startegis dan masyarakat
5. Pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin (seperti
perencanaann hidup, perubahan kebiasaan hidup, peningkatan
produktivitas kerja dan kualitas kerja).
6. Distribusi infrastruktur yang lebih merata.
2.2.1.4 Indikator Pemberdayaan
Menurut Suhendra (2006 : 86) adapun yang menyertai konsep
pemberdayaan masyarakat melekat indikator-indikator, antara lain :
1. Mempunyai kemampuan menyiapkan dan menggunakan pranata dan
sumber-sumber yang ada di masyarakat.
2. Dapat berjalaannya batton up planning
3. Kemampuan dan aktivitas ekonomi
4. Kemampuan menyiapkan hari depan keluarga
5. Kemampuan menyampaikan pendapat dan aspirasi tanpa adanya
tekanan.
2.2.1.5 Unsur-Unsur Pemberdayaan
Masyarakat yang berdaya akan mampu dan kuat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, mampu mengawasi jalannya
pembangunan dan juga menikmati hasil pembangunan. Adapun
unsur-unsur pemberdayaan masyarakat menurut Suhendra (2006 : 87) antara lain
adalah :
2. Suasana kondusif untuk mengembangkan potensi secara menyeluruh.
3. Motivasi.
4. Potensi masyarakat.
5. Peluang yang tersedia.
6. Kerelaan mengalihkan wewenang.
7. Perlindungan.
8. Awarness (Kesadaran).
2.2.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi manusia tidak bisa disulap dengan ukuran kecepatan
waktu dan tempat, melainkan harus dengan proses yang
berkesinambungan dalam bentuk peningkatan kualitas partisipasi aktif
dari semua unsur stakeholders. Pemberdayaan manusia membawa misi
dan amanat untuk meningkatkan kualitas partisipasi dan pemberdayaan
dengan tujuan fungsional yang lebih terpadu, lebih menyeluruh dan
mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap upaya untuk menanamkan
kekuatan tambahan kepada pihak yang diberdayakan, sehingga ketika
pemberdayaan diarahkan kepada keinginan kuat untuk mengentaskan
kemiskinan. Maka sama artinya dengan upaya terpadu untuk menanamkan
kekuatan tambahan (kemampuan lebih) kepada masyarakat miskin, baik
sumber daya manusia, dan sampai pada aspek manajerial atau
pengelolaannya.
Untuk meraih keberhasilan dalam proses pemberdayaan
masyarakat tersebut, diupayakan upaya pemberdayaan masyarakat
menurut Basyid (1998 : 58) :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling).
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering)
3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting).
Hal-hal yang berkaitan dengan upaya tersebut, akan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Enabling
Enabling adalah menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik tolaknya
adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat yang
sama sekali tanpa daya. memotivasikan dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
2. Empowering
Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering). Dalam langkah ini diperlukan langkah-langkah positif,
selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini meliputi
langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan
membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka
pemberdayaan ini upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf
pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja dan pasar.
2. Protecting
Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting)
dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena kekurangan berdayaan dengan
menghadapi yang kuat. Oleh karean itu, perlindungan dan
kepemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam
konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini akan justru
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Pendekatan
obyek berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek upaya
pembangunannya sendiri.
Sedangkan menurut Sumodiningrat dalam Mashoed (2004 :
40) mengatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam pembangunan adalah :
1. Bantuan dana sebagai modal usaha.
2. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan
sosial ekonomi masyarakat.
3. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil
produksi dan jasa masyarakat.
4. Pelatihan bagi aparat dan masyarakat.
5. Penguatan kelembangaan sosial ekonomi rakyat.
Dalam Integrated Rural Development oleh Gimares, seperti
yang dikutip oleh Mashoed (2004 : 45) menyebutkan beberapa strategi
pemberdayaan yang dapat dilakukan secara simultan,yaitu :
1. Strategi De-Linking Asumsi dasar strategi ini adalah bahwa salah
satu sumber kemiskinan karena adanya hubungan dependensi
antara kaum miskin dengan birokrasi. Mereka sangat tergantung
kepada birokrasi. Oleh karenanya sasaran penanggulangan
kemiskinan adalah meningkatkan kemampuan mereka untuk
diharapkan adanya sustainability atau keberlanjutan program
pengentasan kemiskinan.
2. Strategi Desentralisasi, dengan menempatkan fokus pengambilan
keputusan pada unit yang paling dekat dengan kelompok sasaran,
akan terwujud keputusan yang paling merefleksikan aspirasi dan
kepentingan obyektif masyarakat miskin. Apabila proses
pelayanan masyarakat termasuk pelayanan pemerintah berada jauh
dari lokasi kelompok sasaran (masyarakat miskin), maka
diperlukan upaya untuk mendekatkan pelayanan dan berada pada
lingkungan masyarakat miskin tersebut.
3. Strategi Integrasi Spatial, dengan strategi ini pengentasan
kemiskinan dilakukan melalui perencanaan yang terintegrasi, yaitu
antara rural dan urban, antara desa tertinggal dengan kota terdekat
antara desa terisolasi dengan kota kecamatan dan seterusnya.
2.2.1.7 Bentuk Upaya Pemberdayaan
Telah dikemukakan oleh Sunyoto Usman dalam Jamasy (2004 :
99) bentuk upaya pemberdayaan masyarakat, meliputi :
1. Asisten
Dalam prakteknya apabila pemerintah daerah, sektor swasta
dan masyarakat memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam
mampu membangun rencana tersebut, dan mampu mencari akses
pada lembaga-lembaga luar. Maka bentuk dukungan yang diperlukan
berupa asistensi (bisa berbentuk lembaga luar, konsultasi atau sarana
tehnis, dana dan sebagainya).
2. Facilitation (ada kolaborasi kegiatan)
Apabila pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat
memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam mengidentifikaasi
berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi, mampu membangun
rancangan untuk memenuhi kebutuhan masalah tersebut, dan mampu
mencari akses pada lembaga-lembaga luar tetapi kurang memiliki
pengalaman dalam masaalah tersebut.
3. Promotion (bantuan pada bidang-bidang tertentu)
Apabila pemerintah daerah, sekitar swasta, masyarakat
memiliki kemampuann yang cukup memadai dalam mengidentifikasi
berbagai kebutuhan dan masalah yang dihadapi, mampu membangun
rancangan untuk memenuhi kebutuhan masalah tersebut dan tidak
mampu mencari akses pada lembaga-lembaga luar.
2.2.2 Pelatihan
2.2.2.1Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud
kedua kegiatan tersebut. Menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 199)
pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan,
pengertian dan sikap pada tenaga kerja sehingga mereka dapat
menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Pendidikan berhubungan
menjawab how (bagaimana) dan why (mengapa), dan biasanya pendidikan
lebih banyak berhubungan dengan teori tentang pekerjaan.
Sedangkan pelatihan menurut Sastrohardiwiryo (2003 : 199)
merupakan suatu proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh
efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang
melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan,
pengetahuan, dan sikap yang layak.
Menurut Fathoni (2006 : 147) pelatihan merupakan upaya untuk
mentranfer ketrampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan
sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan
pada saat melakukan pekerjaan.
Menurut Samsudin (2006 : 110) pelatihan merupakan bagian dari
pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti
pelatihan berhubungan dengan bidang yang dilakukan. Praktis dan segeera
berarti yang sudah dilatih dapat dipraktikkan. Umumnya pelatihan
dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan kerja
Menurut Hamalik (2001 : 10) pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja
dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh
tenaga kerja professional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan
tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas tenaga kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah
upaya untuk membantru peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan kecakapan, sehingga para peserta dapat menerima dan
melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan.
2.2.2.2Tujuan Pelatihan
Menurut Hamalik (2001 : 16) tujuan pelatihan erat kaitannya
dengan jenis pelatihan antara lain :
1. Pelatihan Induksi
Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk
melaksanakan pekerjaannya, kepadanya diberikan informasi
selengkapnya tentang seluk beluk organisasi bersangkutan.
2. Pelatihan Kerja
Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis
3. Pelatihan Pengawas
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai
pemeriksaan, dan pelatihan tenaga lainnya.
4. Pelatihan Manajemen
Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan
manajemen puncak (top management).
5. Pengembangan Pemimpin
Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi
tenaga unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga.
Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16)
bertujuan untuk :
1. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki
ketrampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program
organisasi dilapangan.
2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan
yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus-menerus untuk
meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,
professional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.
3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan
4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi
yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan.
2.2.2.3Komponen-Komponen Pelatihan
Menurut Mangunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan
dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :
1 Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan
dapat diukur.
2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.
3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang
hendak dicapai.
4. Metode pelatihan dan pengemmbangan harus sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta.
5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
Menurut Hamalik (2001 : 16-17) secara umum pelatihan bertujuan
mempersiapkan dan membina tenga kerja, baik structural maupun
fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau
professional, yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam
pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di
Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Pembangunan suatu negara
sangatlah penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat. Oleh sebab itu, pembangunan harus dilaksanakan dalam berbagai
bidang. Pembangunan yang paling diprioritaskan adalah pembangunan ekonomi,
akan tetapi kunci utama adalah sumber daya manusia, dengan kualitas sumber
daya manusia yang handal, maka negara akan maju.
Dalam meningkatkan sumber daya manusia diselenggarakan melalui
pemberdayaan. Dan pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah yang
bertujuan meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Dengan adanya
Undang-Undang tentang Usaha Mikro Kecil Menengah tersebut ditanggapi oleh
Pemerintah Daerah Jawa Timur sebelumnya Nomor 4 Tahun 2007 tentang
pemberdayaan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, kemudian dikeluarkannya
Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pemberdayaan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehingga dengan adanya pemberdayaan
pemasaran produk. Maka kerangka berfikir penelitian ini ditetapkan sebagai
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.4 Tahun 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil Menengah
Pembinaan Manajemen
Keberdayaan Pengusaha
Pemasaran Produk Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur nomor 4 Tahun 2007
tentang Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Timur Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pemberdayaan Koperasi,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam suatu
penelitian, maka diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering
disebut Metode Penelitian.
Metodologi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong ( 2006 : 4 ) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong ( 2006 : 4) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Pengertian Penelitian deskriptif menurut Zuriah ( 2006 : 47 ) adalah
penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini dengan alasan : ingin
mengetahui secara lebih mendalam tentang pemberdayaan yang dilakukan Dinas
Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya Mineral dalam hal
ini adalah melakukan pemberdayaan bagi para pengusaha batik tulis desa Jetis.
Dan dari jenis penelitian, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
deskriptif.
Selain dengan definisi tersebut Kirk dan Mitler dalam Maleong (2007:4)
mendefinisikan bahwa Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam peristilahannya.
Menurut Maleong (2007 : 8) penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk
keperluan :
a) Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.
b) Untuk keperluan evaluasi.
c) Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar
belakang subjek penelitian.
d) Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu
latar belakang subjek penelitian.
e) Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu
f) Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi
prosesnya.
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud menggambarkan
dan memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitrian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara hoslistik dan dengan
cara-cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode ilmiah.
3.2Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini
adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor
(Maleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan
batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan penelitian,
dengan merumuskan masalah sebagai faktor penelitian untuk mencari
pemecahannya.
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi
fokus penelitian ini adalah Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis di Desa Jetis
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo yang dilaksanakan melalui :
1. Pembinaan Manajemen
Sasaran kajian dari fokus ini adalah untuk mendeskripsikan pemberdayaan
ikuti. Hal itu sebagai upaya yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian , Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten
Sidoarjo.
2. Pemasaran Produk
Sasaran kajian dari fokus ini adalah mendeskripsikan mengenai
bentuk-bentuk pemberdayaan pemasaran produk hasil-hasil produksi batik tulis.
Yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan,
Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitiaan yang akan dilakukan ini ditentukan di Kabupaten
Sidoarjo, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Sidoarjo termasuk Kabupaten
yang memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi dalam pembuatan batik tulis. Dan
untuk lokasi penelitian ini adalah di lokasi Usaha Batik Tulis Desa Jetis
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, dengan mempertimbangkan bahwa di
Desa Jetis sedang berkembang usaha batik tulis yang perlu ditingkatkan agar
dapat lebih memberdayakan pengusaha batik tulis dalam meningkatkan
perekonomian.
3.4Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang menjadi
sumber data dari penelitian ini adalah :
1. Informan kunci (Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan
data yang harus benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai
permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :
a. Bp. Ir Nurul Huda, selaku Ketua Paguyuban
b. Bp. Zainal Afandi, selaku Sekretaris Paguyuban.
c. Pengusaha Batik Tulis.
d. Staf bidang Perindustrian.
2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang
relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data, dokumentasi,
bisa berupa peraturan-peraturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar
yang relevan dengan permasalahan penelitian.
3.5Pengumpulan Data
Menurut Bungin (2007 : 107) dalam penelitian kualitatif relasi metode
pengumpulan data dan teknik-teknik analisa data kadang tidak terelakan, karena
suatu metode pengumpulan data juga sekaligus adalah metode dan teknik analisi
data.
Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data
kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan
bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan
metode penelusuran bahan internet.
Dalam pengumpulan data kualitatif ada 4 (empat) metode yang akan
digunakan yaitu :
1. Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, seperti Bp.
Huda pengrajin selaku ketua koperasi paguyuban, Bp. Afandi, pengrajin
pemula, serta staf Dinas Perindustrian. Dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
2. Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metologi sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah
metode yang digunakan untuk menulusuri data historis. Untuk pengumpulan
data terutama dokumen, peneliti kesulitan untuk mencari data pendukung dari
Dinas Koperasi, UKM, Peerindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Sidoarjo, nampaknya pihak Dinas kurang cukup untuk
dengan dokumen lain sehingga pegawai tidak bisa memberi data yang
dibutuhkan peneliti.
3.5 Jenis Data
Menurut Lotfland dalam Maleong (2002 : 157) penelitian yang
dilakukan untuk menjawaab permasalahan-permasalahan penelitian dapat
menggunakan 2 jenis data yaitu :
1. Data Primer
Yaitu data-data informasi yang diperoleh secara langsung dari informan
pada saat dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini, data primer dapat
diperoleh melalui :
a. Pengamatan (observasi)
b. Wawancara
Kedua hal tersebut dilakukan peneliti di Usaha Batik Tulis Desa Jetis
Kabupaten Sidoarjo.
2. Data Sekunder
Yaitu data-data berupa dokumen-dokumen laporan-laporan dan
arsip-arsip yang relevansinya dengan penelitian tersebut.
3.6 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2005 : 85), analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara catatan
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka setelah data terkumpul, proses
selanjutnya adalah menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang
mudah dibaca, dipahami, dan diinterprestasikan yang data hakekatnya
merupakan upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan
tipe penelitian deskriptif kualitatif. Karena itulah data yang diperoleh selanjutnya
akan di analisa secara kualitatif, artinya dari data yang dianalisa serinci mungkin
dengan jalan mengabtraksikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh
dilapangan, sehingga diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang memadai.
Menurut Milles dan Huberman (1992 : 16) teknik aanalisis data kualitatif
meliputi tiga unsur alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi data sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun
suatu analisis, yaitu reduksi, data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan menggunakan model interaktir (interactif model of analysis) yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992 :15-211). Dalam model ini
terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :
Reduksi Data di artikan sebaagai proses pemilihan, perumusan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisa, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat
ditarik dan diverifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data
di lapangan dalam uraian yang jelas dan lengkap yang nantinya akan
direduksi, dirangkai, difokuskan pada hal-hal yang berkaitan denngan
penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan,
pemberian kode dan peembuatan tabel).
b. Penyajian Data
Penyaajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun
secara terpadu dan sudah dipahami yang member kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukansecara terus menerus sepanjang proses
penelitian sejak peneliti memasuki lokasi penelitian dann proses
pengumpulan data langsung, penelitiberusaha untuk menganalasis dan
mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering timbul
yang dituangkan dalam kesimpulan.
Gambar 3.1
Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman
Sumber : Miles dan Huberman (1992 : 20)
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi
Berdasarkan hal tersebut di atas, dijelaskan bahwa ada yang diperoleh di
lapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka, tetapi berisikan uraian-uraian
sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah di analisa
dan keemudian di interprestasikan. Masalah yang dihadapi di uraikan dengan
berpatokan pada teoi-teori serta temuan yang diperoleh pada saat penelitian
tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan jalan pemecahannya.
3.7 Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif memerlukan kriteria untuk melihat derajat
kepercayaan atau kebenaran atas hasil penelitian. Dan standar tersebut
dinamakan keabsahan data. Menurut Maleong (2000 : 123-126) menetapkan
keabsahan data dengan menggunakan empat teknik pemeriksaan yaitu : Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
a. Derajat kepercayaan
Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan
konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk
melaksanakan penyelidikan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai. Beberapa cara yang perlu diupayakan agar
kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya, antara lain melalui :
1. Memperpanjang masa observasi.
2. Pengamatan yang terus-menerus.
3. Triangulasi
4. Membicarakannya dengan orang lain yang mempunyai tentang
pengetahuan pokok penelitian dan juga tentang metode penelitian
naturalistik atau kualitatif.
5. Mengadakan member chek.
b. Keteralihan
Merupakan validitas eksternal didasarkan pada konteks empiris
setting penelitian yaitu tentang “emic” yang diterima oleh peneliti dan “etic”
yang merupakan hasil intrepetasi peneliti. Derajat keteralihan dapat dicapai
dengan lewat uraian yang cermat, rinci, tebal atau mendalam serta adanya
c. Kebergantungan
Dilakukan untuk memeriksa akurasi pengumpulan dan analisis data.
Agar derajat realibilitas dapat tercapai, maka diperlukan audit atau
pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian
serta hasil penelitiannya. Dan untuk mengecek apakah hasil penelitian
tersebut benar atau salah, peneliti selalu mendiskusikannya dengan
pembimbing. Setahap demi setahap data-data yang dihasilkan di lapangan
dikonsultasikan dengan pembimbing. Hasil yang dikonsultasikan antara lain
proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya.
d. Kepastian
Obyektifitas yang berdasarkan kepada “emic” dan “etic” sebagai
tradisi penelitian kualitatif. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau
pemeriksaan yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian
serta hasil penelitiannya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pembimbing
menyangkut kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data
dan penilaian derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatam peneliti
tentang keabsahan data.
Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa data yang diperoleh
dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian
sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah di analisa
berpatokan pad teori-teori serta temuan yang diperoleh pada saat penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo
4.1.1.1 Sejarah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo dibentuk dan didirikan
sebagai upaya mengembangkan potensi yang berada di Kabupaten
Sidoarjo. Potensi daerah yang berupa kekayaan alam, dan industri
rumah tangga yang belum cukup terkelola dengan baik. Pemerintah
Kabupaten Sidoarjo melihat bahwa potensi-potensi tersebut,
pemerintah daerah bergerak hatinya dan merasa perlu mendirikan suatu
lembaga yang bertugas memperkenalkan, mendayagunakan,
melestarikan, dan meningkatkan segala potensi yang ada di Kabupaten
Sidoarjo.
Adapun tujuan dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian
Perdagangan dan Energi Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo
yang harus dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan dan Energi Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan Dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo
Struktur organisasi Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan dan Energi Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo
disusun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo yang terdiri dari 3
Sub Dinas, saling berinteraksi dalam proses pemberdayaan pengrajin
batik tulis khususnya dalam proses di lapangan, Sub Dinas Perindustrian
adalah Sub Dinas yang lebih fokus pada proses pemberdayaan pengrajin
batik tulis di Desa Jetis. Berikut ini adalah gambaran Struktur Organisasi
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrrian, Perdagangan dan Energi Sumber
Bagian Struktur Organisasi
1. Bidang Perindustrian
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang
perindustrian.
2. Seksi Agro dan Kimia
Mempunyai tugas, antara lain :
1. Menyiapkan penyusunan program dan koordinasi terhadap
industi argo kimia,
2. Melaksanakan pembinaan teknis dan pengembangan industry
agro dan kimia,
3. Melaksanakan bimbingan teknis peningkatan mutu hasil
produksi, penerapan standar, pengawasan mutu, diverisifikasi
produk dan inovasi tekoloi industri agro dan kimia.
4. Melakukan analisa iklim usaha dan peningkatan mutu hasil
bidang industry agro dan kimia dengan dunia usaha dan lembaga
lainnya.
3. Seksi Bina Industri Logam, Mesin dan Tekstil
Mempunyai tugas, antara lain :
1. Menyiapkan penyusunan program dan koordinasi terhadap
2. Melaksanakan bimbingan teknis peningkatan mutu hasil usaha
industri, penerapan standar, pengawasan mutu diverisifikasi
produk dan inovasi teknologi industri logam mesin dan tekstil,
3. Memberikan bimbingan teknis penanggulangan dan pencegahan
pencemaran limbah industri logam, mesin dan tekstil dengan
dunia usaha dan lembaga lainnya,
4. Memberikan pertimbangan teknis bidang industri logam, mesin
dan tekstil.
4. Seksi Industri Aneka dan Elektronika
Mempunyai tugas, antara lain :
1. Menyiapkan penyusunan program dan koordinasi terhadap
industri aneka dan elektronika,
2. Melakukan analisa, evaluasi dan investarisasi kebutuhan sarana
industri aneka dan elektronika,
3. Menyusun perencanaan dan program pengembangan penggunaan
sarana industri aneka dan elektronika,
4. Melaksanakan bimbingan teknis penanggulangan dan
4.1.1.3 Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Bagian Perindustrian
Jumlah pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sidoarjo
bagian Perindustrian sebanyak 11 orang yang diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin, jenjang pendidikan, golongan yang tertulis
dalam tabel 4.2, 4.3 dan 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Bagian Perindustrian
Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 Laki-laki 7 63,64
2 Perempuan 4 36,36
Total 11 100
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan SUmber
Daya Mineral Kabupaten Sidoaarjo tahun 2010
Dari tabel tersebut diatas dilihat bahwa jumlah pegawai Dinas
Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya
Mineral Kabupaten Sidoarjo bagian perindustrian mayoritas adalah
Tabel 4.3
Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Bagian Perindustrian
Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 S2 1 9,09
2 S1 5 45,45
3 D3 1 9,09
4 SMA 4 36,36
Total 11 100
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo tahun 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah prosentase Pegawai
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo tahun 2010
berdasarkan pendidikan terbanyak adalah berpendidikan S1 hal itu
dapat dilihat dari besarnya angka pegawai yang berlatar belakang
pendidikan sebagai sarjana yaitu sebesar 45,45.% atau 9 orang. dengan
Dengan demikian sumber daya yang ada di Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral tinggi
sehingga segala bentuk program telah mampu dirancang dengan
Tabel 4.4
Komposisi Pegawai Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo Bagian Perindustrian
Berdasarkan Golongan
No. Golongan Jumlah (orang) Prosentase (%)
1 IV/b (Pembina Tk.1) 1 9,09
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo tahun 2010.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pegawai Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian, Perdaganga, Energi dan Sumber Daya Manusia
Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 terdapat dua golongan dengan jumlah
yang sama antara golongan III/d (Penata TK.1) dengan jumlah 3 orang
dengan prosentase 27,27 % dan golongan III/b (Penata Muda Tk. 1)
dengan jumlah 3 orang dengan prosentase 27,27%. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya dua golongan yang sama, maka
menjadikan pekerjaan dapat terselesaikan lebih efisien dan efektif,
meminimalisir kesalahan yang terjadi ketika penyelesaian pekerjaan
tersebut.
4.1.2 Sejarah Singkat Industri Batik Tulis
Batik tulis tradisional Sidoarjo yang berpusat di kampung Jetis
kecamatan Sidoarjo telah ada sejak tahun 1675, setahun setelah Masjid
Jamek dibangun. Masjid tersebut kini bernama Al Abror, berada di
Kauman (belakang Toserba Matahari). Kala itu, seorang yang konon
masih keturunan raja sedang dikejar-kejar oleh penjajah dan lari ke
daerah Sidoarjo. Ia menyamar sebagai seorang pedagang, kemudian ia
dikenal dengan nama Mbah Mulyadi. Namun, sampai sekarang tidak ada
yang tahu pasti siapa ia sebenarnya dan dari mana asalnya. Salah satu
sumber menyebutkan bahwa Ia berasal dari kerajaan yang ada di Kediri.
Seiring kemajuan jaman batik tulis mulai merambat pada
kalangan masyarakat yang menjadikannya sebagai kegiatan rumah tangga
di waktu senggang. Kekhasan corak batik Jetis flora dan fauna seperti
motif abangan dan ijo-ijoan, motif beras kutah, motif krubutan
(campur-campur), motif burung merak tersebutlah banyak pemesanan yang
diterima oleh masyarakat Jetis Kabupaten Sidoarjo membuat industri
yang dikelola rumah tangga ini menjadikan industri yang dikelola oleh
pengusaha. Pada tahun 70-an sampai 80-an permintaan batik tulis Jetis
membuat batik tulis mulai menurun, pada tahun 1990-an mulai muncul
batik sablon yang dikenal dengan tekstil bermotif batik sehingga mulai
banyak masyarakat yang meninggalkan dan bekerja sebagai karyawan
ataupun pabrik dengan penghasilan lebih dari membuat batik tulis. Pada
akhirnya kaum muda Jetis berinisiatif membentuk sebuah paguyuban
pada tahun 2008, dengan beranggotakan 15 pengusaha. Tidak lama dari
peresmian paguyuban Pemerintah Daerah memberi tanggapan positif
dengan meresmikan Dusun Jetis sebagai Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo
tahun 2008. Tetapi dari beberapa pengusaha hanya dapat menjalanksn
usahanya tanpa ada peningkatan. Dengan melihat kondisi tersebut Dinas
Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya
Mineral melakukan pemberdayaan pada tahun 2009 pemberdayaan
tersebut memberikan kemajuan pada batik tulis desa Jetis. Pada tahun
2010 kini terdapat 30 pengusaha batik tulis, dan pengusaha tersebut ada
pula yang memiliki cabang.
4.1.3 Daftar Nama Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
Pada perkembangan yang terjadi pengusaha batik tulis di desa
Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo kini mulai berkembang
menjadi 30 pengusaha. Daftar nama pengusaha batik tulis desa Jetis
Tabel 4.5
Nama Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidaorjo Kabupaten Sidoarjo
No. Nama Pengusaha Batik Tulis 1 Batik Tulis Amri
2 Batik Tulis Azizah 3 Batik Tulis Murni 4 Batik Tulis Daun 5 Batik Tulis Namiroh 6 Batik Tulis Yassaroh 7 Batik Tulis Barokah 8 Batik Tulis Toelis Amira 9 Batik Tulis Brahim Salam 10 Batik Tulis Dunia Wanita 11 Batik Tulis H l
12 Batik Tulis Kamsatun 13 Batik Tulis Amali. C 14 Batik Tulis Al Huda 15 Batik Tulis Amali. S 16 Batik Tulis Kamsatun 17 Batik Tulis Loewesan 18 Batik Tulis Amri Jaya 19 Batik Tulis Rachmat 20 Batik Tulis Adam 21 Batik Tulis Ananda 22 Batik Tulis Barokah 23 Batik Tulis Salam 24 Batik Tulis Abu Bakar 25 Batik Tulis Kenongo 26 Batik Tulis Shaffa Marceau 27 Batik Tulis Wiesanti 28 Batik Tulis Sari Kenongo 29 Batik Tulis Dahlia
30 Batik Tulis Patrang Kencana
4.2 Hasil Penelitian
Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti kerajinan batik tulis merupakan
segmen industri yang dapat dijadikan wahana dan tumpuan utama yang paling
menjanjikan bagi masyarakat yang ingin berwirausaha. Dengan melihat bahwa
batik tulis kini akhirnya diakui sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia
yang sebelumnya diklaim oleh negara lain. Oleh karena itu Dinas Koperasi,
UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral yang lebih
dekat dengan masyarakat melaksanakan berbagai upaya untuk memberdayakan
pengusaha batik tulis di Desa Jetis yang kini keberadaannya semakin menurun.
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber
Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo sebagai bagian yang membidangi masalah
usaha kecil dan menengah ini memiliki peran penting dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan para pengusaha batik tulis. Pemberdayaan pengusaha batik
tulis tentunya sangat berguna sekali bagi masyarakat di Desa Jetis Kabupaten
Sidoarjo. Dengan demikian Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan
dan Energi Sumber Daya Mineral Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo
melaksanakan dua pemberdayaan, yaitu :
4.2.1 Pembinaan Manajemen
Didalam pembinaan manajemen ini Dinas Koperasi, UKM,