DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
ABSTRAKSI...xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...4
1.3. Tujuan Penelitian...…...5
1.4. Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu...7
2.2. Landasan Teori...12
2.2.1. Investasi...….12
2.2.1.1. Devinisi Investasi.…...12
2.1.1.2. Teori Mengenai Investasi.…...15
2.1.1.4. Pengertian .…...18
2.1.1.5. Kebijakan Perkreditan...21
2.1.1.6. Penilaian Kredit...23
2.1.1.7. Jenis-Jenis kredit.…...23
2.2.2. Kredit Investasi...28
2.2.2.1. Pengertian Kredit Investasi...28
2.2.2.2. Tujuan Kredit Investasi...29
2.2.3. Bank..……...32
2.2.3.1. Pengertian Bank...32
2.2.3.2. Jenis-Jenis Bank...33
2.2.3.3. Pengertian Bank Umum...34
2.2.3.4. Usaha-Usaha Bank Umum...35
2.2.3.5. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan...36
2.2.4. Tingkat Inflasi...39
2.2.4.1. Pengertian Inflasi...39
2.2.4.2. Jenis-Jenis Inflasi ...40
2.2.4.3. Dampak Inflasi...43
2.2.4.4. Teori-Teori Inflasi...44
2.2.4.5. Cara Mengatasi Inflasi...46
2.2.4.6. Hubungan Tingkat Inflasi Dengan Kredit Investasi...49
2.2.5.1. Sumber Dana Bank...50
2.2.5.2. Hubungan Jumlah Dana Bank Dengan Kredit Investasi...53
2.2.6. Tingkat Suku Bunga...53
2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga...53
2.2.6.2. Pengertian Suku Bunga Menurut Kaum Klasik...54
2.2.6.3. Tingkat Suku Bunga Menurut Teori Keynes...54
2.2.6.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga...55
2.2.6.5. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Kredit Investasi...60
2.2.7. Pendapatan Perkapita...61
2.2.7.1. Pengertian Pendapatan Perkapita...61
2.2.7.2. Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Kredit Investasi...64
2.2.8. Jumlah Industri...65
2.2.8.1. Pengertian Industri...65
2.2.8.2. Klasifikasi Industri...…...65
2.2.8.3. Hubungan Jumlah Industri Dengan Kredit Investasi...69
2.4. Hipotesis...74
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...75
3.2. Teknik Penentuan Data...77
3.3. Jenis dan Sumber Data...77
3.3.1. Jenis Data...77
3.3.2. Sumber Data...77
3.4. Teknik Pengumpulan Data...77
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...78
3.5.1. Teknik Analisis...78
3.5.2. Uji Hipotesis...80
3.6. Uji Asumsi Klasik...84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...90
4.1.1. Letak Geografis Dan Topografis Provinsi Jawa Timur...94
4.1.2. Keadaan Umum Provinsi Jawa Timur...91
4.1.3. Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur...92
4.1.4. Keadaan Penduduk Provinsi Jawa Timur….…...94
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...96
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi ………....…...97
4.2.3. Perkembangan Jumlah Dana Bank...99
4.2.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit ……..…...101
4.2.5. Perkembangan Pendapatan Perkapita...…...102
4.2.6. Perkembangan Jumlah Industri...………...…...104
4.3. Analisis Dan Uji Hipotesis………....…...106
4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate)…………..………...106
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda…..…...112
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Simultan ………..….……...117
4.3.4. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...……...…...119
4.3.5. Pembahasan...129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...133
5.2. Saran...136
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Halaman Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation...41 Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation...42 Gambar 3 : Kerangka Pikir Analisis Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Kredit Investasi Pada Bank Umum
Di Jawa Timur...73 Gambar 4 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan
Hipotesis Secara Simultan...82 Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis
Secara parsial...83 Gambar 6 : Kurva Durbin-Watson...86 Gambar 7 : Kurva Statistik Durbin-Watson Kredit Investasi...109 Gambar 8 : Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis
Secara Simultan atau Keseluruhan...118 Gambar 9 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor
Tingkat Inflasi (X1) Terhadap Kredit Investasi
(Y)...120
Gambar 10 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor
Jumlah Dana Bank (X2) Terhadap Kredit Investasi (Y)... 122
Gambar 11 :
i (Y)...124 Gambar 12 :
Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) Terhadap Kredit Investas
Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Pendapatan Perkapita (X4) Terhadap Kredit Investasi
Gambar 13 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Jumlah
DAFTAR TABEL
Rank Spearman Korelasi...111 Halaman
Tabel 1 : Tabel Autokorelasi Durbin-Watson... Perkembangan Kredit Investasi Di Jawa Timur
Tahun 1994 – 2008... Perkembangan Perkembangan Tingkat Inflasi Di Jawa Timur Tahun 1994 – 2008...
Perkembangan Jumlah Dana Bank Di Jawa Timur
Tahun 1994 – 2008... Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit Di Jawa Timur
Tahun 1994 – 2008... Ta : Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur Tahun 1994 – 2008...
Perkembangan Jumlah Industri Di Jawa Timur
Tahun 1994 - 2008...105 Tabel 8 : TabelDurbin-Watson Pada Model Summary...108 Tabel 9 : Tabel Uji Multikolinearitas...
Tabel 11 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Inflasi (X
3),
....… ………...…..117 abel 11 :
3),
Terhadap Kredit Investasi (Y)...119
1),
Jumlah Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X
Pendapatan Perkapita (X4), Dan Jumlah Industri (X5)
Terhadap Kredit Investasi (Y)...113 Tabel 12 : Tabel Analisis Varian (ANOVA)………
T Hasil Analisis Variabel Tingkat Inflasi (X1),
Jumlah Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X
DAFTAR L MPIRAN
ampiran 1 : Data Input Provinsi Jawa Timur
ampiran 2
Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)
Lampiran 3 : Regresi Linier Berganda (Coefficients, Collinearity Diagnostics)
Lampiran 4 : Berganda (Residuals Statistics, onparametric Correlations)
ampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F
ampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t
ampiran 7 : Tabel Pengujian Nilai Durban-Watson A
L
L : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Descriptive Statistics,
Hasil Analisis
Hasil Analisis Regresi Linier N
L
L
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT
INVESTASI PADA DI JAWA TIMUR
ebijakan moneter
unakan alat bantu kompu
dap Permintaan Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y). Dari ke empat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel Permintaan Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y) adalah variabel Jumlah
: Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y), Tingkat Inflasi (X1), Jumlah
Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), Pendapatan
Perkapita (X4), dan Jumlah Industri (X5).
BANK UMUM
Oleh : Atik Sulistyana
ABSTRAKSI
Kebijakan moneter yang dilaksanakan melalui perbankan yang terorganisir seperti Bank Sentral, Bank Umum, dan lain-lain bisa digunakan untuk menggairahkan pembentukan dana masyarakat untuk membiayai kegiatan ekonomi sesuai dengan kualitas dan tahap-tahap pembangunan. K
dimaksud untuk mendorong pembentukan dana masyarakat, kemudian menyalurkan kembali dana tersebut melalui perbankan dalam bentuk penyediaan uang dan kredit atau sering diistilahkan alokasi dana ke dalam investasi.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya dan Kantor Bank Indonesia (BI) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk analisis data mengg
ter dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Tingkat Inflasi (X1), Jumlah Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga
Kredit (X3), Pendapatan Perkapita (X4), dan Jumlah Industri (X5) berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Permintaan Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y). Sedangkan pengujian secara parsial variabel Tingkat Inflasi (X1) tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y). Variabel Jumlah Dana Bank (X2) berpengaruh secara nyata terhadap Kredit
Investasi Di Jawa Timur (Y). Variabel Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Kredit Investasi Di Jawa Timur (Y). Variabel Pendapatan Perkapita (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Kredit
Investasi Di Jawa Timur (Y). Variabel Jumlah Industri (X5) tidak berpengaruh
secara nyata terha
Dana Bank (X2).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guna untuk menarik minat para investor menanamkan modal di Indonesia, berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah yang dituangkan dalam beberapa paket kebijaksanan yang memperlonggar ketentuan – ketentuan dalam menyederhanakan prosedur penanaman modal yang telah ditetapkan pemerintah guna menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik sehingga dapat diharapkan merangsang niat penanaman modal. Disamping itu diharapkan pula penanaman modal asing menjadi salah satu tumpuan untuk meningkatkan perekonomian. Disamping itu keberadaan tingkat kurs juga harus diperhatikan, karena dalam mengekspor ataupun mengimpor barang – barang, baik dengan bahan baku dan sebagainya dalam memenuhi kebutuhan suatu pertumbuhan ekonomi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan tingkat keuntungan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya atau menanamkan modalnya. Karena bila terjadi depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar, maka akan menyebabkan harga – harga produk dalam negeri melonjak dan semakin mahal. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku produksi yang akan berdampak
Selain bertumpu pada pembiayaan, pemerintah juga berusaha untuk menarik pembiayaan eksternal, salah satu alternatifnya berupa pananaman modal asing (PMA) dan utang luar negeri sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan. Karena terbatasnya dana, pemerintah perlu menempuh kebijaksanana yang memberi kesempatan luas kepada sektor swasta, baik domestik maupan asing. ( Rosydi, 2005 : 110)
Pemerintah juga meningkatkan pembangunan serta kebijaksanaan guna mendorong sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat tumbuhnya perencanaan ekonomi, seperti kebijaksanaan tingkat suku bunga, pembangunan sarana dan prasarana serta memberi fasilitas – fasilitas yang tujuannya untuk merangsang para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya di Indonesia, karena investasi merupakan penggerak dalam perekonomian suatu negara. Banyaknya investasi yang direalisasikan suatu negara atau daerah akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara. (Samuelson, 2000:180)
PMDN ). Investasi yang berasal dari dalam Negeri dapat dihimpun melalui sumber tabungan masyarakat, pajak, dan tabungan pemerintah sedangkan investasi yang berasal dari luar Negeri dapat berupa pinjaman dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. (Rosyidi, 2000 : 150)
Disamping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara berkembang lantaran adanya ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program investasi negara dalam jumlah besar. Namun dengan munculnya bahan makanan dan barang konsumsi penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan inflasi tersebut. Dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi (M.L Jhingan, 2002: 482).
Dimana untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru diperlukan investasi dalam jumlah besar, akan tetapi investasi yang besar dapat menimbulkan kenaikan suku bunga. ( Rahardja, 2000 : 44)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong investasi baik yang berasal dari dalam Negeri maupun dari luar Negeri antara lain melalui Penanaman Modal Asing ( PMA ), sangat dibutuhkan perhatian pemerintah menyangkut pandangan melalui faktor ekonomi (menciptakan peluang pasar yang mendukung investasi) dan faktor non ekonomi (Resiko). (Radianto, 2000 : 10)
Oleh karenanya pertumbuhan penanaman modal di Surabaya sangat membutuhkan perhatian khusus oleh pemerintah melalui kebijakan – kebijakan pemerintah daerah, yang gunanya untuk meningkatkan atau menarik para investor untuk meneanamkan modal nya di Surabaya. guna bertujuan untuk menjadikan perekonomian Surabaya menjadi lebih baik untuk kedepannya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a) Apakah tingkat suku bunga, kurs valuta asing, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempengaruhi investasi swasta PMA dan PMDN di Jawa Timur ?
b) Manakah dari ke empat variabel bebas tersebut yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap investasi swasta (PMA) dan (PMDN) di Jawa Timur ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui kurs valuta asing, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan tingkat suku bunga, dalam mempengaruhi investasi swasta (PMA) dan (PMDN) di Jawa Timur.
b) Untuk mengetahui variabel bebas mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap investasi swasta (PMA) dan (PMDN) di Jawa Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
a) Bagi penulis sebagai pengalaman serta tambahan pengetahuan serta wawasan dalam bidang investasi khususnya investasi swasta (PMA) dan (PMDN) di Jawa Timur.
b) Sebagai masukan serta informasi pada pemerintah dalam penetapan serta pelaksanaan kebijakan peningkatan investasi swasta (PMA) dan (PMDN) di Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini
dilakukan oleh :
1. Dinda Putri Maharani ( 2005:66 ) dengan judul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi Invest asing (PMA & PMDN) di Indonesia “
bahwa dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian secara
simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel IHSG
(X1), tingkat inflasi (X2), PDB (X3), berpengaruh nyata terhadap invest di
Indonesia (Y), didapat Fhitung sebesar 3,976 > Ftabel sebesar 3,95 dari uji
parsial didapat hasil thitung sebesar 0,026 < ttabel sebesar 2,201, sehingga
variabel IHSG (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap investasi di
Indonesia (Y). Hal ini disebabkan karena IHSG tidak diperuntukkan dalam
penentuan besar kecilnya nilai investasi di Indonesia tapi IHSG
merupakan alat untuk mengetahui animo saham di BES. Sedangkan untuk
tingkat inflasi (X2) berpengaruh secara nyata terhadap invest (Y) didapat
hasil thitung sebesar –2,215 < -ttabel sebesar 2,201, secara parsial PDB (X3)
berpengaruh secara nyata terhadap investasi di Indonesia (Y) didapat hasil
2. Yanu Raditia Kusuma (2005 : 76) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi investasi (PMDN) di Jawa Timur”, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari hasil bahwa variabel PDRB, kurs USD terhadap
rupiah dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap investasi (PMDN)
di Jawa Timur. Pernyataan ini didasarkan pada nilai Fhitung = 7,422 > dari
Ftabel = 3,587 dengan besarnya pengaruh yang dijelaskan oleh R2 = 0,669,
yakni bahwa seluruh variabel dalam penelitian berpengaruh secara
bersama-sama terhadap investasi (PMDN) sebesar 66,90 %, sedangkan
sisanya sebesar 33,10 % dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Dari pengujian hipotesis dengan uji t (parsial) di peroleh hasil bahwa
variabel PDRB (thitung = - 3,914 > ttabel = -2,201) dan kurs ISD terhadap
rupiah (thitung = -4,372 > ttabel = - 2,201) berpengaruh terhadap investasi
(PMDN) di Jawa Timur, sedangkan variabel tingkat inflasi (thitung = 0,497
ttabel = 2,201) tidak berpengaruh terhadap investasi (PMDN) di Jawa
Timur. Dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa gejolak perubahan kurs
maupun tingkat inflasi tidak menurunkan minat investor dalam
berinvestasi di Jawa Timur, sehingga kegiatan investasi (PMDN) di Jawa
Timur tidak terlepas dari peran aktif Pemerintah Daerah di Jawa Timur
dalam mendorong kemajuan iklim investasi.
3. Dian Melisa Kusumaningtyas (2005:154) dengan judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa
Timur” bahwa dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara
Produk Domestik Regional Bruto (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Tingkat
Inflasi (X3), dan kurs valuta asing (X4) terhadap variabel terikat investasi
Swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y). Hal ini diketahui dari uji –F
yaitu diperoleh F hitung = 5,445 > Ftabel = 3,11, sedangkan secara parsial,
variabel Produk Domestik Regional bruto (X1) berpengaruh secara nyata
terhadap investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan
menggunakan uji –t dimana t hitung = 3,100 > t tabel = 2,145, variabel tingkat
suku bunga (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi swasta (PMA
& PMDN) di Jawa Timur (Y) dimana t hitung = -1,075 < t tabel = 2,145 hal
tersebut dikarenakan adanya harapan keadaan perekonomian dimasa
datang akan lebih baik disamping itu keputusan untuk berinvestasi juga
dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan teknologi dan pendapatan
nasional. Tingkat Inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi
swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dengan menggunakan uji –t
dimana t hitung = 0,857 <t tabel = 2,145. Hal tersebut dikarenakan adanya
motif spekulasi untuk mencari keuntungan, investor berinvestasi tidak
begitu memperhatikan kenaikan harga karena tidak semua
harga-harga naik. Keputusan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekonomi saja, dan kurs valuta asing (X4) berpengaruh nyata terhadap
investasi swasta (PMA & PMDN) di Jawa Timur (Y) dimana hasil t hitung =
-2,783 < -t tabel = -2,145.
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel PDRB, inflasi,
tingkat suku bunga, dan ekspor total berpengaruh nyata terhadap investasi
di Jawa Timur yaitu dengan uji F dimana Fhitung = 83,628 > Ftabel 3,48.
Secara parsial menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh nyata
terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 2, 484 > ttabel 2,228, hal ini
dikarenakan apabila PDRB mengalami kenaikan akan memberikan
rangsangan pada investor, karena permintaan produk meningkat sehingga
keuntungan meningkat. Variabel inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap
investasi di Jawa Timur dengan thitung 1,527 < ttabel 2,228, karena walaupun
terjadi inflasi pengusaha tetap membutuhkan modal untuk menambah
produksinya disebabkan keuntungan besar. Variabel tingkat suku bunga
kredit tidak berpengaruh nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung
1,758 < ttabel 2,228, hal ini disebabkan walaupun tingkat suku bunga kredit
naik tidak mempengaruhi kemampuan untuk berinvestasi karena tetap
membutuhkan dana untuk berproduksi disebabkan permintaan produksi
besar sehingga keuntungan akan besar. Variabel total ekspor berpengaruh
nyata terhadap invest di Jawa Timur dengan thitung 2,521 > ttabel 2,228, hal
ini disebabkan jika ekspor mengalami kenaikan secara tidak langsung akan
meningkatkan devisa suatu negara. Kondisi demikian akan mendorong
beberapa investor untuk berinvestasi.
5. Wildan wirawanda (2005) tantang “ Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi penanaman Modal Asing Persektor Ekonomi Di
secara simultan antara variabel bebas Suku Bunga Internasional (X1), Kurs
Valas (X2), dan Neraca Pedagangan (X3), dan terhadap variabel terikatnya
PMA persektor ekonomi (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho
ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan
faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap
PMA persektor ekonomi di Indonesia.
6. Novia (2005) tentang “Analisa Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia” dapat ditarik kesimpulan
bahwa dari hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel
yaitu 4,560 > 3,59 yang berarti ada pengaruh nyata antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Secara parsial, untuk Produk Domestik Bruto
(PDB) nilai thitung sebesar 3,624 > ttabel sebesar 2,201. Untuk Kurs Dollar
AS nilai thitung sebesar -2,728 < -ttabel sebesar -2,201. Untuk Inflasi nilai
thitung sebesar -0,221 > -ttabel sebesar -2,201. Hal ini menunjukkan bahwa
Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh nyata terhadap Penanaman
Modal Asing (PMA). Kurs Dollar AS berpengaruh nyata terhadap
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Kurs Dollar AS berhubungan negatif
terhadap Penanaman Modal Asing (PMA). Inflasi tidak berpengaruh nyata
terhadap Penanaman Modal Asing.
7. Budiarti (2004) tentang “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Jawa Timur”. Hasil penelitian ii diperoleh
angka penentu kecocokan model R2 sebesar 0,715. hal ini berarti
28,5% dijelaskan variabel lain. Hasil penelitian dengan menggunakan uji t
menunjukkan bahwa secara individu hanya variabel tingkat suku bunga
kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri
yang berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman Modal Asing.
Sedangkan pada uji F menunjukkan variabel PDRB, tingkat suku bunga
kredit investasi dan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor industri
secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap Penanaman
Modal Asing.
2.1.1 Perbedaan dengan peneliti terdahulu
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
terletak pada subjek yang diteliti dengan kata lain penelitian yang lain
hanya meneliti dengan skup propinsi dan nasional, sedangkan penelitian
ini hanya menerangkan dengan skup kota surabaya. Dengan demikian kita
bisa mengetahui seperti apa faktor – faktor yang mempengaruhi PMA dan
PMDN di kota Surabaya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Investasi
2.2.1.1 Definisi Investasi
Pengertian investasi menurut Nopirin (2000 : 134) investasi adalah
perubahan capital stock, maka teori tentang investasi haruslah dimulai
dengan konsep jumlah (Stock) capital yang diinginkan (Desiret Capital
Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”,
apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal”
investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor
penunjang di dalam memperlancar proses produksi. Menurut pendapat
Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya
yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu
penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar
kertas saham bukanlah investasi (Rosyidi, 2001: 158).
Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi adalah merupakan suatu
pengeluaran untuk pembelian barang-barang modal dalam rangka
meningkatkan kapasitas produksi. Tercapainya kapasitas produksi yang
sudah ditargetkan mengakibatkan jumlah pekerjaan akan meningkat.
Adanya tingkat produksi yang tinggi dapat menghasilkan surplus yang
tinggi pula, sehingga dapat terhimpun dana yang lebih besar untuk
investasi yang dibutuhkan. Dalam prakteknya, usaha untuk mencatat nilai
penanaman modal yang dilakukan satu tahun tertentu, yang digolongkan
sebagai investasi (atau penanaman modal atau pembentukan modal)
meliputi pengeluaran atau pembelanjaan berikut :
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yatu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnyauntuk mendirikan berbagai jenis industri
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
c. Pertambahan nilai barang-barang stock yang belum terjual, bahan
mentah dan bahan yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2002 : 107)
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Atau
dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, iuran, opsi
dan lainnya.
2. Real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, penelitian pabrik, pembukuan pertambangan, pembukuan perkebunan
dan lainnya.(Halim, 2003 : 2).
Pengertian investasi dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat
disimpulkan bahwa investasi atau penanam modal itu merupakan
penanam modal atau pengguna uang bagi peningkatan kapasitas sistem
produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan
akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa
2.2.1.2 Teori Mengenai Investasi
Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan
untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal
Efficiency of Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada
tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai
suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah
investasi yang terlaksana pada setiap tingkat bunga.
Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment Tingkat Pengembalian
Sumber : Sukirno Sadono, 2002, Pengantar Ekonomi Makro, hal. 107
Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan
sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada
kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah
adalah R0 dan investasi adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan
bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan
menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi,
dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang diperlukan adalah
sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik
B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan
tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan mod al yang diperlukan
adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang
menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal
sebanyak I2.
2.2.1.3 Macam – Macam Investasi
Investasi menurut macamnya dibagi menjadi delapan macam
yang terkelompok menjadi empat kelompok, sehingga masing-masing
berisi dua. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa suatu
produk barang investasi mungkin sekali memiliki atau menempati lebih
dari satu macam. Di bawah ini uraian pembagian macam-macam
investasi :
1. Autonamous Investment dan Induced Investment
Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, misalnya :teknologi,
kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan sebagainya.
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan mempengaruhi
tingkat investasi terimbas dalam hubungan searah atau positif.
Gambar 2. Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas
0 Pendapatan 0 Pendapatan
Investasi
(Y) Investasi
I
Sumber : Rosyidi, Suherman, 2006, Pengantar Teori Ekonomi , Penerbit
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 170.
2. Publik Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi yang digunakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua,
kecamatan, maupun desa. Sedangkan Private Investment adalah
kebalikannya yaitu investasi yang dilakukan oleh swasta.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah Negara yang
memiliki banyak sekali factor produksi alam ( Natural Resources ) dan
sebagai factor produksi sumber-sumber di dalam Negeri yang belum
termanfaatkan sepenuhnya bias digali sehingga tidak mubazir.
4. Groos Investment dan Net Investment
Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika, dengan kata lain bahwa seluruh investasi
yang dilakukan di suatu Negara atau di daerah pada periode tertentu.
Sedangkan Net Investment adalah selisih antara Investasi Bruto dengan
penyusutan. ( Rosyidi, 2006 : 168 – 173 )
2.2.1.4. Pengertian PMA dan PMDN
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
Adalah investasi yang dilakukan oleh investor luar negeri dalam penanaman
modal asing ini resiko dari kegagalan Invest ditanggung oleh investor luar
negeri.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Adalah investasi yang dilakukan oleh investor dalam negeri. PMDN ini
banyak dilakukan oleh pemerintah dengan motivasi untuk kesejahteraan
rakyat banyak.
2.2.1.5. Hal yang menarik investasi swasta di jawa timur.
Suatu masalah klasik yang selalu menimpa pemerintah daerah ( Pemda ) di
sebesar mungkin. Mereka menempuh berbagai cara supaya investor tertarik
menanamkan modalnya.
Hal-hal yang menarik investasi swasta di Jawa Timur antara lain:
1. Sarana dan Infrastruktur di Lokasi
Dengan adanya sarana infrastruktur di lokasi investasi seperti
pemberian akses jalan dapat menarik investasi untuk
menginvestasikan dananya di Jawa Timur karena dengan
adanya akses jalan ini dapat mempermudah investor untuk
melakukan usahanya.
2. Jumlah Penduduk
Investor berpikir dengan jumlah penduduk di Jatim yang tinggi
akan berpengaruh terhadap kegiatan investasi karena semakin
tinggi jumlah penduduk akan mempengaruhi permintaan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh investor.
3. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja di Jatim besar sehingga dengan tingginya
jumlah tenaga kerja otomatis berpengaruh terhadap permintaan
tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang tinggi akan
berpengaruh terhadap rendahnya upah yang diberikan.
4. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu daya tarik
daerah penduduknya berkecukupan otomatis investor tertarik
untuk menginvestasikan lahannya di Jatim.
2.2.1.6. Jenis-Jenis Investasi
A. Investasi Pemerintah
Investasi yang dilakukan pemerintah biasanya mendorong
timbulnya investasi baru dan sektor swasta (PMA dan PMDN). Dan
investasi pemerintah biasanya selalu diikuti dengan masalah Crowding
out biasanya menunjukkan efek kebijaksanaan fiskal terhadap kegiatan
ekonomi. Apabila penambahan pengeluaran (investasi pemerintah),
apakah itu dibiayai dengan penarikan pajak ataupun dengan penarikan
obligasi, tidak dapat mendorong kegiatan ekonomi atau efeknya terhadap
kegiatan ekonomi nol, maka dikatakan bahwa telah terjadi crowding out
pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa multiplier pengeluaran adalah kira-kira
nol. Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp. 1,00 atau kurang lebih dari
Rp 1,00.
Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1,00 pengeluaran pemerintah mengganti Rp 1,00 pengeluaran investasi swasta. Tidak
sempurna apabila penggantian atau penurunan investasi swasta melebihi
Rp 1,00. (Nopirin, 2001 : 89).
1. Peran Alokatif
Pemerintah mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar
pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi.
Contohnya barang atau jasa sosial seperti jalan umum, jembatan,
pertahanan dan keamanan negeri. Barang-barang ini tidak menarik
bagi swasta atau masyarakat karena tidak bisa dijual, dinikmati dan
dimiliki secara pribadi.
2. Peran Distribusi
Peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya,
kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara wajar dan adil. Contoh
pemerintah berusaha untuk mencegah adanya monopoli dalam
penyediaan dan distribusi barang kebutuhan pokok, sehingga hanya
dinikmati sekelompok orang sehingga menimbulkan kecemburuan
sosial.
3. Peran Stabilisatif
Peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan
memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium.
Contohnya ketika terjadi inflasi, resesi, serbuan barang impor.
4. Peran Dinamisasi
Peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pertumbuhan
ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Contoh
penerbangan pesawat ke jalur baru yang masih kering, atau
pemekaran kota dengan memindahkan pusat kegiatan pemerintah
ke lokasi baru, serta dalam bentuk mempercepat pertumbuhan
dibidang bisnis tertentu (mengalokasikan anggaran yang lebih besar
ke bidang bersangkutan). (Dumairy, 2005 : 158-161).
B. Investasi Swasta
Investasi swasta baik Penanaman Modal Asing (PMA)
maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan
langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika
pembangunan modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi dan marak lesunya pembangunan. Karena itu setiap negara
berusaha menciptakan iklim yang lebih meningkatkan investasi.
Sasaran yang ditujukan bukan hanya masyarakat atau swasta dalam
negeri tetapi juga luar negeri.
Penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal
asing secara langsung, dan yang dipergunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Yang dimaksud modal asing adalah :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah
2. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang
asing, bahan-bahan yang dimasukkan ke Indonesia. Selama alat-alat
tersebut tidak dibiayai oleh devisa Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan diperkenankan transfer, tetapi tidak
transfer seluruhnya dan dipergunakan untuk membiayai perusahaan di
Indonesia.
Yang dimaksud modal dalam negeri adalah :
Bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak
dan benda-benda baik yang berdomisili di Indonesia atau tidak yang
disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak
diatur oleh undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Penanaman
Modal Dalam Negeri adalah penggunaan dari kekayaan tersebut di atas
baik secara langsung maupun tidak untuk menjalankan usaha menurut
atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.
Selain Undang-Undang di atas tadi, pemerintah juga men
ciptakan keterbukaan iklim investasi melalui paket kebijaksanaan
deregulasi dan debirokratisasi. Hal ini juga untuk menghadapi era
persaingan bebas tahun 2020 nanti. (Dumairy, 2000 : 149).
2.2.1.7. Jenis-Jenis Investasi Menurut Rosyidi (2006 : 161-164)
Autonomous Investment (investasi otonomi) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapat, tetapi dapat berubah
oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor di luar
pendapatan. Faktor-faktor ini adalah teknologi, kebijaksanaan
pemerintah harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan
induced investment sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Sedangkan
private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang
diperoleh, masa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan
yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara
dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan
kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri
sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah
negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor
tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital)
mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada
termanfaatkan.
4. Gross Investment dan Net Investment
Gross investment adalah total seluruh investasi yang dilakukan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto
dapat bernilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi
sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan net
investment adalah investasi yang telah dihitung jumlahnya berdasarkan tiap sektor investasi.
2.2.1.8. Faktor-Faktor yang Menentukan Investasi
Apabila seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan
uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu
dinamakan investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik
modaldalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi
oleh beberapa factor yang dapat menentukan, yaitu :
a. Perubahan Fungsi Produksi
Perubahan fungsi produksi dapat terjadi karena perubahan teknologi.
Perubahan teknologi akan mempengaruhi permintaan investasi. Jika
teknologi tersebut mengubah komposisi barang-barang capital yang
diinginkan memproduksi output tersebut.
Perubahan harga relative menyangkut perubahan upah relative atau
bentuk-bentuk lain pemberian upah untuk berbagai macam tenaga
kerja, perubahan harga relatif, misalnya listrik atau gas. Perubahan
harga riil rasio-rasio lain untuk barang-barang dan jasa saat ini dengan
harga yang diharapkan dimasa depan.
c. Peranan Tingkat Bunga
Dengan mengetahui arah perubahan tingkat bunga, dampak yang lebih
besar pada kategori investasi dengan menyangkut kekayaan ( Asset )
tahan lama dapat diharapkan. Perubahan tingkat bunga terhadap
investasi persediaan mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan
dampak terhadap investasi pada peralatan pabrik. Dengan diketahuinya
perubahan tingkat suku bunga jangka pendek, akan stabil dan relevan
terhadap investasi tetapnya.
d. Resiko
Sebagaimana diketahui para pembuat keputusan tidak hanya
memperlihatkan harapan matematika dari hasil yang harapkan tetapi
juga masalah maksimalisasi beberapa fungsi utilitas sehingga dalam
komponen biaya pasti terkandung unsure resiko. Dengan demikian
permintaan investasi mungkin dapat dirancang melalui aktifitas
pemerintah. Di dalam suatu sistim ekonomi sebagian besar pemerintah,
investasi dilakukan oleh pihak swasta dengan motivasi bisnis ( mencari
keuntungan ) pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan untuk
e. Tingkat Keuntungan Investasi yang Diharapkan
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran
kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya
mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dengan besarnya
investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang
modal yang diperlukan.
f. Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru
dikembangkan di dalam kegiatan produksi atau usaha-usaha lain
dinamakan inovasi. Makin banyak perkembangan teknologi yang di
buat, makin banyak pula kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan
oleh pengusaha. Semakin tinggi tingkat inovasi yang akan dicapai.
g. Tingkat Pendapatan Nasional dan Perundang-undangan
Tingkat Pendapatan Nasional yang tinggi akan memperbesar
pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat tinggi
tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan
jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan
akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi, dengan kata lain
apabila Pendapatan Nasional bertambah tinggi, maka investasi akan
2.2.1.9. Kegiatan Investasi
1. Investasi Baru
Yaitu investasi dengan membuat sistem baru (produksi baru)
2. Peremajaan
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun
kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
3. Rasionalisasi
Yaitu mengganti barang kapasitas lama dengan yang baru, namun
kapasitas produksinya sama dengan yang lama.
4. Perluasan
Kapasitas lebih besar namun barang produksinya sama
5. Modernisasi
Ada 2 macam yaitu peralatan baru hasil produksi juga baru dan
peralatan lama hasil produksi baru. (Sukirno, 2002 : 118).
2.2.2 Kurs Valuta Asing (Dollar Amerika Terhadap Rupiah)
2.2.2.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang Negara asing dalam satuan
mata uang domestic.(Samuelson dan Nordhaus, 2000 : 450). Valuta asing
asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau
membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang
mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 2001: 15).
Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu Negara
terhadap mata uang dari Negara tertentu yang telah ditetapkan
berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa posisi neraca
perdagangan suatu Negara dengan Negara lainnya. Nilai tukar mata uang
internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga tukar
suatu mata uang dengan mata uang Negara lainnya yang ditetapkan atau
terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar
negara.
Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap
nilainya, dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
dalam periode tersebut, akan tetapi pada umumnya kurs mata uang
mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau
gejolak yang besar (Boediono, 2003).
Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang
didalamnya terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan
bank-bank yang melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau
devisa. Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer
daya beli untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan
untuk memberi fasilitas-fasilitas bagi pembatasan resiko (hedging) valuta
2.2.2.2 Pengertian Tentang Nilai Valuta dan Pasar Valuta Asing
Nilai tukar nominal merupakan konsep moneter sebagai pengukur
perbedaan harga dari mata uang yang berbeda. Timbulnya perbedaan
tingkat kurs dengan beberapa hal :
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para perdagangan, valuta
asing atau bank.
Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing
atau bank membeli valuta asing. Kurs jual apabila mereka menjual.
Selisih tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam kurun
pembayaran.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal
(Bonafit) kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal. (Nopirin, 2001: 1)
Pasar valuta asing atau pasar mata uang asing adalah organisasi
(pasar) yang di dalamnya terdapat individu-individu,
perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang melakukan pembelian dan penjualan
Lokasi pasar valuta asing terdapat London, Zurich, Paris dan New
York sebagai pencipta pasar (market maker) untuk perdagangan valuta
asing. Fungsi utama dari pasar valuta asing :
a. Transfer dan atau daya beli suatu negara dan mata uang terhadap yang
lain.
b. Memberikan kredit jangka pendek untuk membiayai perdagangan.
c. Fasilitas untuk menghindari resiko pertukaran atau hedging. (Sukirno
,2003 : 110)
Berdasarkan perbedaan derajat konvertibilitas daripada mata uang
dalam lalu lintas pembayaran internasional bisa dibedakan :
a. Hard Currencies, atau mata uang kuat atau keras yaitu mata uang yang
memiliki sifat acceptability yang tinggi. Pada umumnya mata uang
semacam ini dengan sendirinya juga mempunyai convertibility yang
tinggi. Contohnya ialah : US Dollar, Canada, Swiss, Franch.
b. Kalau Hard Currencies sangat disukai masyarakat dunia pada
umumnya dipakai oleh kebanyakan negara sebagai cadangan
internasional, soft currencies sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak
ada peminatnya. (Boediono, 2003 : l7).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara
mata uang satu dengan mata uang lainnya atau Negara lain:
1. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan
harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa
terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya
jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Tingkat Bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga
luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik
bagi penanam modal baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga
akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung
menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.
3. Tingkat Pendapatan
Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka
permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti
peningkatan permintaan valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan
nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang
dalam negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor Spekulasi
Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau
5. Keadaan Politik dan Ekonomi Moneter
Keadaan politik dan ekonomi moneter suatu negara yang stabil
cenderung mengakibatkan lebih kuat nilai mata uang Negara tersebut
(Nopirin, 1998: 174).
2.2.2.4 Sistem Kurs Valas.
1. Sistem Kurs Tetap
Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan
tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan
untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai
prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal.
Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :
a. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang
jarang
b. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer
melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga dan
pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental
melalui perubahan nilai paritas.
c. Kurs yang stabil dipertahankan melalui intervensi pemerintah,
dalam batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas.
(Jamli, 1999:191)
Karakteristik dalam kurs mengambang yaitu kurs berfluktuasi dengan
bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta
asing. Sistem kurs mengambang tercipta tahun 1973. sistem kurs ini
merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan
modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan
pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi
terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang
mendasari permintaan kurs mengambang akan lebih berfluktuasi
daripada sistem kurs tetap. (Suparmoko, 2000:370)
3. Sistem Kurs Mengambang Terkendali
Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating system)
adalah suatu sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam
pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek
atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar.
2.2.2.5 Teori Purchasing Power Parity (PP)
Teori ini dikemukakan oleh ahli ekonomi dari Swedia, yang
bernama Gustav Cassel. Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai suatu
mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang
dan jasa) di masing-masing negara. Pada dasarnya ada dua versi teori
purchasing power parity, yakni interpretasi absolut dan relatif.
Menurut interpretasi absolut purchasing power parity,
ditentukan oleh tingkat harga (the law of one price). Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs tersebut
haruslah mengalami perubahan pula. Kurs (power parity) yang didasarkan
pada perubahan inilah yang sering disebut kurs PP dalam arti relatif
(Nopirin, 1998:157).
2.2.2.6. Penawaran dan Permintaan Valuta Asing
Pada dasarnya model penawaran dan permintaan valuta asing sama
dengan penawaran dan permintaan komoditi kedua-duanya akan
menghasilkan keseimbangan, tetapi disini keseimbangan valuta asing
sekaligus menggambarkan kurs atau exchange rate. Jadi kurs atau
keseimbangan adalah kurs dimana jumlah valuta asing yang ditawarkan
sama dengan yang diminta. Tertariknya investor untuk menanamkan
modalnya diluar negeri, sehingga memperbanyak pelarian modal keluar
negeri, akibatnya semakin melemahnya mata uang negara tersebut yang
berarti pula akan cenderung terjadi depresiasi nilai mata uang yang
bersangkutan. (Kamaludin, 2000 : 105).
2.2.2.7. Jenis-Jenis Transaksi Valas
Ada 3 macam jenis transaksi yang dapat dilakukan yaitu:
1. Transaksi Spot (Spot Transaction)
Dalam transaksi spot biasanya penyerahan valas ditetapkan 2 hari kerja
berikutnya. Ada 3 cara penyerahan dalam transaksi spot sebagai berikut:
Dimana penyerahan dilakukan pada tanggal (hari) yang sama
dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.
b. Value tomorrow
Penyerahan dilakukan pada hari kerja berikutnya atau disebut one
day settlement.
c. Value spot
Penyerahan dilakukan 2 hari kerja setelah transaksi.
2. Transaksi Tunggak (Forward Transaction)
Penyerahan yang dilakukan beberapa hari mendatang, baik secara mingguan
atau bulanan.
3. Transaksi Barter (Swap Transaction)
Transaksi nilai tukar untuk menghilangkan resiko nilai tukar.
(Kasmir, 2002: 237).
2.2.3. Inflasi
2.2.3.1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
ditemukan hampir di semua Negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu
bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk
dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadinya turunnya nilai
“Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara
terus-menerus”. (Boediono, 2001: 97).
Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting untuk
nilai keadaan perekonomian pada suatu periode waktu tertentu dan menilai
pertumbuhan ekonomi selama suatu jangka waktu tertentu. Bila sebagian besar
harga diukur oleh pemerintah, maka harga-harga yang disubsidi pemerintah dan
ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik adalah harga-harga resmi pemerintah tapi
mungkin dalam realita ada kecenderungan harga terus naik. Inflasi yang ditutupi
akan sering muncul jika pemerintah terus-menerus mensubsidi harga-harga
tertentu, misalnya harga BBM (Bahan Bakar Minyak).
Suatu kenaikan dalam tingkat harga atau perubahan positif dimana indeks
harga konsumen semakin besar, tetapi perubahan itu tidak berlangsung terus,
maka dapat dikatakan sebagai perubahan tingkat harga. Akan tetapi apabila
perubahan itu berlangsung terus, maka dikatakan sebagai inflasi. Kenaikan tingkat
harga yang kontinyu ini bisa terjadi pada saat-saat lebaran, natal atau hari-hari
raya yang lain. Kenaikan harga seperti ini tidak dianggap sebagai suatu masalah
ekonomi. Inflasi yang merupakan suatu gejala dari harga-harga disebabkan oleh
berbagai hal seperti telah dikatakan tadi bahwa harga merupakan benturan antara
kekuatan supply dan kekuatan demand. Adanya perubahan harga karena adanya
gangguan terhadap keseimbangan yang lama sehingga kedua kekuatan tersebut
berinteraksi mencari suatu keseimbangan baru.
Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang dan jasa secara
Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi
inflasi tersebut adalah mencakup tiga aspek yaitu :
1. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat,
yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu
tertentu naik dubandingkan dengan sebelumnya.
2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus (sustained),
yang berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada
suatu waktu tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
3. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level prices),
yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komoditi saja. (Anonim, 2000 : 11).
2.2.3.2. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan dalam beberapa macam penggolongan antara lain
(Boediono, 2001: 156-168).
a. Penggolongan Inflasi menurut parah tidaknya inflasi :
1. Inflasi Ringan
Adalah laju inflasi di bawah 10% setahun.
2. Inflasi Sedang
Adalah laju inflasi antara 10%-30% setahun.
Adalah laju inflasi antara 30%-100% setahun.
4. Hiperinflasi
Adalah laju inflasi diatas 100% setahun.
b. Penggolongan inflasi menurut asal dari inflasi :
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena adanya deficit anggaran belanja
yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan
sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar
negeri atau kenaikan harga langganan berdagang, kenaikan harga
yang kita impor mengakibatkan adanya kenaikan indeks biaya
hidup, karena sebagian dari barang-barang yang tercakup
didalamnya berasal dari impor, selain itu juga secara tidak langsung
akan menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi atas
bahan mentahnya yang harus diimpor.
c. Penggolongan inflasi menurut mekanisme timbulnya inflasi :
1. Inflasi Permintaan (Demand Pull Inflation)
Adalah inflasi yang timbul karena banyaknya permintaan akan barang-barang
konsumsi oleh masyarakat.Karena permintaan masyarakat (Agregat Demand)
bertambah, maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya
Gambar 3. Demand Pull Inflation
Sumber: Boediono, 2000, Moneter Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 5 Edisi ke
3, BPFE-UGM Yogyakarta hal : 163.
Peningkatan pendapatan agregat menyebabkan permintaan meningkat.
Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke kanan kurva permintaan dari D1 ke
D2. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari penawaran dan permintaan. Harga
equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan jumlah equilibrium barang meningkat
dari Q1 ke Q2.
2. Inflasi Penawaran (Cost Push Inflation)
Adalah inflasi yang terjadi karena biaya produksi (Cost Inflation).
Gambar 4. Cost Push Inflation
Sumber : Boediono, 2000, moneter syinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5
edisi ke 3, BPFE-UGM Yogyakarta hal 160.
Peningkatan harga bahan menurunkan penawaran harga barang. Hal itu
menyebabkan penjualan barang kurang menguntungkan sehingga memilih
memproduksi lebih sedikit barang. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergeseran ke
kiri kurva penawaran dari S1 ke S2. Pasar bergerak ke perpotongan baru dari
penawaran dan permintaan. Harga equilibrium meningkat dari P1 ke P2 dan
jumlah equilibrium menurun dari Q1 ke Q2.
2.2.3.3. Pengendalian Inflasi
Jika perekonomian mengalami inflasi yang cukup tinggi, jika pasar
keuangan efisien, maka pasar akan memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Beberapa langka yang dapat dilakukan
dalam melakukan pengendalian inflasi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas,
karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah memasukkan
inflasi yang diharapkan.
2. Jika inflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian akan lebih baik
jika menggunakan tingkat inflasi per sektor perekonomian.
3. Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, missal karena perubahan
permintan dan penawaran yang akan mempengaruhi aliran kas sebaiknya
juga dimasukkan ke dalam analisis.
Seperti dikemukakan diatas bahwa kontrol Bank Indonesia atas inflasi
sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu,
perekonomian, khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi. Selanjutnya
respon kebijakan moneter didasarkan kepada hasil assessment tersebut. Perlu
disampaikan pula bahwa pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan hanya melalui
kebijakan moneter, melainkan juga kebijakan ekonomi makro lainnya seperti
kebijakan fiskal dan kebijakan di sektor riil.
Untuk itulah koordinasi dan kerjasama antar lembaga lintas sektoral
sangatlah penting dalam menangani masalah inflasi ini. Sasaran akhir kebijakan
moneter BI di masa depan pada dasarnya lebih diarahkan untuk menjaga inflasi.
Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir ini sejalan pula dengan kecenderungan
perkembangan terakhir bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral
yang beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi.
Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah:
1. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan
moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan moneter
tidak dapat mempengaruhi variable riil, seperti pertumbuhan output
ataupun tingkat pengangguran.
2. Pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi tercapainya sasaran
makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh
(full employment) dan penyediaan lapangan kerja yang seluas- luasnya.
3. Yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan akhir
kebijakan moneter akan menjadi nominal anchor berbagai kegiatan
Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran inflasi yang
rendah adalah:
- Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter.
- Menentukan sasaran akhir kebijakan moneter.
- Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi.
- Memformulasikan respon kebijakan moneter.
Dapat ditambahkan bahwa laju inflasi yang diperoleh dari indeks harga
konsumen (IHK) sebagai sasaran akhir dan laju inflasi inti (core atau underlying
inflation) sebagai sasaran operasional.
2.2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi
Inflasi sebagai suatu gejala ekonomi dapat mempengaruhi hal-hal seperti
distribusi pendapatan, alokasi produksi dan produksi nasional, ketika pengaruh
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh terhadap pendapatan (equity effect).
Sifat dari equity effect tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula
yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Golongan yang dirugikan
adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap per tahunnya, yang
memupuk kekayaan dalam bentuk uang kas dan meminjamkan uang
dengan bunga yang lebih rendah dari inflasi yang terjadi. Sedangkan
golongan yang diuntungkan adalah yang memperoleh pendapatan
2. Pengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi (efficiency effect). Keadaan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan terhadap
berbagai barang yang dapat mengakibatkan perubahan dalam produksi
berbagai barang-barang tertentu, sehingga adanya inflasi maka
permintaan akan barang-barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lainnya yang pada kelanjutannya akan
mendorong kenaikan produksi barang-barang tersebut dengan akibat
akan mempengaruhi pola alokasi dari faktor-faktor produksi yang
sudah ada dan menjadi tidak efisiensi lagi.
3. Pengaruh inflasi produksi nasional (output effect).
Inflasi dapat mengakibatkan kenaikan produksi, sebab dengan
timbulnya inflasi mengakibatkan kenaikan harga barang lebih besar
dari tingkat upah, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan
akan naik yang dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Namun
apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mengakibatkan sebaliknya.
Yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “Kecenderungan dari
harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus”. (Boediono,
1999: 97). Dengan menurunnya tingkat inflasi disuatu Negara maka
kegiatan daya beli masyarakatnya akan mengalami peningkatan
karena selalu diiringi dengan turunnya harga-harga barang dan jasa di
dalam Negeri sehingga membuat investor swasta tertarik untuk
2.2.4.Tingkat Suku Bunga
2.2.4.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Pengertian dasar tingkat suku bunga adalah perbandingan atau nilai tukar
antara jumlah barang yang dapat dipakai sekarang dengan yang dapat dipakai
kemudian hari. Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank peminjam
lainnya atas pemanfaatan uang selama jangka panjang waktu pinjaman (misalnya
1 tahun) ada bunga yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat variabel. Ada
bunga yang aman karena berasal dari obligasi yang terjamin (seperti obligasi
pemerintah) dan ada pula bunga dari obligasi “Rongsokan” yang berasal dari
perusahaan yang hampir bangkrut (Samuelson dan Nordhaus, 2002: 332)
Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan (loanable fund). (Boediono, 2000: 76). Tingkat bunga adalah biaya
peminjam (atau pendapatan dari perkreditan) yang dinyatakan dalam persentase
tahunan. Tingkat bunga memainkan peran penting bagi kalangan rumah tangga
dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang-barang tahan lama, dan
berpengaruh terhadap pembangunan fasilitas produksi dan bangunan komersil
baru. (Puspopranoto, 2002: 120).
2.2.4.2. Unsur-unsur Tingkat Suku Bunga
Suku bunga sangatlah tergantung pada jenis pinjaman atau pemberi
a. Syarat atau jatuh tempo
Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai
dengan satu tahun. Sedangkan surat-surat berharga berjangka panjang
umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jangka pendek, karena masyarakat ingin mengorbankan lebih cepat dana-dana
mereka hanya jika mereka dapat meningkatkan hasilnya.
b. Resiko
Adalah pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki resiko, sementara
lainnya sangat bersifat spekulatif.
c. Likuiditas
Aset juga dapat dibeda-bedakan atas dasar besar kecilnya biaya dan kecepatan
pemanfaatan oleh pemiliknya.
d. Biaya-biaya administrasi
Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai pinjaman
sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman ada yang memerlukan pemeriksaan
secara periodik, bahkan ada yang mengharuskan jaminan atas dibayar secara
tepat waktu (Krugman, 2003: 198-199).
2.2.4.3. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga
Pada dasarnya suku bunga terbentuk oleh keseimbangan pasar uang,
mengakibatkan kelebihan permintaan uang (Md) pada tingkat bunga. Selain itu,
kenaikan penawaran uang pada suatu negara mengakibatkan mata uangnya
mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing, sedangkan penurunan penawaran
uang akan mendorong mata uangnya mengalami apresiasi (Krugman, 2003: 103).
Adapun alasan peneliti menggunakan tingkat suku bunga internasional
adalah tingkat suku bunga internasional digunakan untuk mengidentifikasikan
penggunaan ukuran tingkat bunga dan hubungannya dengan harga sekuritas.
Bunga pinjaman pada hakekatnya merupakan harga atas pengorbanan ekonomis
kreditor atas jasa-jasa sejumlah dana yang dipinjamkan kepada debitur dengan
kata lain bahwa bunga merupakan pencerminan oppurtunity cost bagi kreditor
yang oleh karena itu merupakan suatu hal wajar jika menerima imbal jasa dari
debitur. Oleh karena hal tersebut tingkat suku bunga merupakan faktor yang dapat
dijadikan kriteria dalam mempertimbangkan investasi dimana biasanya pemodal
menginginkan return investment secepatnya, tingkat hasil dan keuntungan yang
diharapkan.
2.2.4.4. Macam-macam Suku Bunga Internasional
Suku bunga Internasional dibagi 2 antara lain:
1. LIBOR (London Interbank Offer Rate)
Basic Interest Eurodollars Loans biasanya dikaitkan dengan London Interbank Offer rate (LIBOR), yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang
berlaku antar bank di London yang dijadikan patokan atau dasar yang untuk