• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

(2)

SEMINAR NASIONAL ANJING KINTAMANI DAN HEWAN KESAYANGAN SEMINAR NASIONAL ANJING KINTAMANI DAN HEWAN KESAYANGAN SEMINAR NASIONAL ANJING KINTAMANI DAN HEWAN KESAYANGAN SEMINAR NASIONAL ANJING KINTAMANI DAN HEWAN KESAYANGAN

“ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA ANJING KINTAMANI MENUJU RAS DUNIA”

KUMPULAN ABSTRAK

10 November 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI Strategi Peningkatan

Strategi Peningkatan Strategi Peningkatan

Strategi Peningkatan Kualitas Anjing KintamaniKualitas Anjing KintamaniKualitas Anjing Kintamani Kualitas Anjing Kintamani

I Ketut Puja ... 1 Peran Fakultas Kedokteran Hewan

Peran Fakultas Kedokteran Hewan Peran Fakultas Kedokteran Hewan

Peran Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Pada PerkembanganUniversitas Udayana Pada PerkembanganUniversitas Udayana Pada PerkembanganUniversitas Udayana Pada Perkembangan Anjing Anjing Anjing Anjing Kintamani Bali

Kintamani Bali Kintamani Bali Kintamani Bali

Nyoman Adi Suratma ... 2 Kintamani Bali Dog: Journey To International Recognition, A Recent Development

Kintamani Bali Dog: Journey To International Recognition, A Recent Development Kintamani Bali Dog: Journey To International Recognition, A Recent Development Kintamani Bali Dog: Journey To International Recognition, A Recent Development

I Putu Wijaya Putra ... 3 Kintamani Bali Dog: Breed Standard Of Indonesia National Breed

Kintamani Bali Dog: Breed Standard Of Indonesia National Breed Kintamani Bali Dog: Breed Standard Of Indonesia National Breed Kintamani Bali Dog: Breed Standard Of Indonesia National Breed

By Beatrice K. G. Prihatna ... 4 Rambut Dan Warna Anjing Kintamani Bali Indonesia

Rambut Dan Warna Anjing Kintamani Bali Indonesia Rambut Dan Warna Anjing Kintamani Bali Indonesia Rambut Dan Warna Anjing Kintamani Bali Indonesia

Eka Andriyan N ... 5 Kejadian Infeksi Parvovirus Pada Anjing Di Bali Dengan Uji Polymerase Chain Reaction Kejadian Infeksi Parvovirus Pada Anjing Di Bali Dengan Uji Polymerase Chain Reaction Kejadian Infeksi Parvovirus Pada Anjing Di Bali Dengan Uji Polymerase Chain Reaction Kejadian Infeksi Parvovirus Pada Anjing Di Bali Dengan Uji Polymerase Chain Reaction DanDan

DanDan Pemeriksaan HistopatologiPemeriksaan HistopatologiPemeriksaan Histopatologi Pemeriksaan Histopatologi

Gusti Ayu Yuniati Kencana dan Ida Bagus Oka Winaya ... 6 Cutaneus Hemangiosarcoma Pada Anjing Di Kota Denpasar

Cutaneus Hemangiosarcoma Pada Anjing Di Kota Denpasar Cutaneus Hemangiosarcoma Pada Anjing Di Kota Denpasar Cutaneus Hemangiosarcoma Pada Anjing Di Kota Denpasar

Ida Bagus Oka Winaya ... 7 Manifestasi Inkoordinasi Dan Lesi Encephalitis Pada Anjing Penderita Penyakit

Manifestasi Inkoordinasi Dan Lesi Encephalitis Pada Anjing Penderita Penyakit Manifestasi Inkoordinasi Dan Lesi Encephalitis Pada Anjing Penderita Penyakit Manifestasi Inkoordinasi Dan Lesi Encephalitis Pada Anjing Penderita Penyakit Distemper

Distemper Distemper Distemper

I Ketut Berata, Ida Bagus Oka Winaya, I Made Kardena, Ida Bagus Windia Adnyana

dan A.A.A. Mirah Adi ... 8 Periode Neonatal Pada Anjing Kintamani

Periode Neonatal Pada Anjing Kintamani Periode Neonatal Pada Anjing Kintamani Periode Neonatal Pada Anjing Kintamani

Ni Made Sawitri dan I Ketut Puja ... 9 Seroepidemiologi Toxoplasma Gondii Pada Kucing Liar Disekitar Rumah Ibu Maternal

Seroepidemiologi Toxoplasma Gondii Pada Kucing Liar Disekitar Rumah Ibu Maternal Seroepidemiologi Toxoplasma Gondii Pada Kucing Liar Disekitar Rumah Ibu Maternal Seroepidemiologi Toxoplasma Gondii Pada Kucing Liar Disekitar Rumah Ibu Maternal Di Bal

Di Bal Di Bal Di Baliiii

I Made Subrata dan Kadek Karang Agustina ... 10 Gambaran Radiografis Tulang Femur Anjing Pasca Pemberian Demineralized Porcine

Gambaran Radiografis Tulang Femur Anjing Pasca Pemberian Demineralized Porcine Gambaran Radiografis Tulang Femur Anjing Pasca Pemberian Demineralized Porcine Gambaran Radiografis Tulang Femur Anjing Pasca Pemberian Demineralized Porcine Cortical Bone Xenograft Dan Porcine Cortical Bone Xebogrft

Cortical Bone Xenograft Dan Porcine Cortical Bone Xebogrft Cortical Bone Xenograft Dan Porcine Cortical Bone Xebogrft Cortical Bone Xenograft Dan Porcine Cortical Bone Xebogrft

I Wayan Wirata, Luh Made Sudimartini, A.A. Oka Dharmayudha, I Wayan Nico Fajar

G, Tri Utami, Dhirgo Adji ... 11 Studi Kasus Perubahan Patologi Anjing Lokal Yang Terinfeksi Penyakit Distemper

Studi Kasus Perubahan Patologi Anjing Lokal Yang Terinfeksi Penyakit Distemper Studi Kasus Perubahan Patologi Anjing Lokal Yang Terinfeksi Penyakit Distemper Studi Kasus Perubahan Patologi Anjing Lokal Yang Terinfeksi Penyakit Distemper

I Gede Semarabawa dan I Made Kardena ... 12 Penyakit Zoonosis Potensial Pada

Penyakit Zoonosis Potensial Pada Penyakit Zoonosis Potensial Pada

Penyakit Zoonosis Potensial Pada Anjing KintamaniAnjing KintamaniAnjing Kintamani Dan Anjing Lainnya Di BaliAnjing KintamaniDan Anjing Lainnya Di BaliDan Anjing Lainnya Di BaliDan Anjing Lainnya Di Bali Nyoman Sadra Dharmawan, Mutawadiah, I Putu Panji Nara Dharma, Julian Satria,

Kadek Jaya Utama, Ida Bagus Made Oka, I Made Sukada, I Ketut Puja ... 13 INFEKSI Isospora Felis FELIS PADA KUCING DI KABUPATEN BADUNG, BALI

INFEKSI Isospora Felis FELIS PADA KUCING DI KABUPATEN BADUNG, BALI INFEKSI Isospora Felis FELIS PADA KUCING DI KABUPATEN BADUNG, BALI INFEKSI Isospora Felis FELIS PADA KUCING DI KABUPATEN BADUNG, BALI Nyoman Adi Suratma, Ida Bagus Made Oka, I Made Dwinata, Anak Agung Gede

Arjana, I Made Subrata ... 14

(4)

SEROEPIDEMIOLOGI SEROEPIDEMIOLOGI SEROEPIDEMIOLOGI

SEROEPIDEMIOLOGI TOXOPLASMA GONDIITOXOPLASMA GONDIITOXOPLASMA GONDIITOXOPLASMA GONDII PADA PADA PADA KUCING LIAR DISEKITAR PADA KUCING LIAR DISEKITAR KUCING LIAR DISEKITAR KUCING LIAR DISEKITAR RUMAH IBU MATERNAL DI BALI

RUMAH IBU MATERNAL DI BALIRUMAH IBU MATERNAL DI BALI RUMAH IBU MATERNAL DI BALI I Made Subrata

I Made Subrata I Made Subrata

I Made Subrata1111 dan Kadek Karang Agustinadan Kadek Karang Agustinadan Kadek Karang Agustinadan Kadek Karang Agustina2222

1Laboratorium Epidemiologi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

2Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar

Email: madesubrata@unud.ac.id ABSTRAK

ABSTRAKABSTRAK ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi Toxoplasma gondii pada kucing yang berada pada perumahan yang terdapat ibu mternal yang mengidap toxoplasmosis. Sebanyak 80 sampel serum kucing diambil dari dua kelompok perumahan di Bali, yang terdiri dari 40 sampel berasal dari kelompok perumahan yang terdapat ibu maternal yang terinfeksi T. gondii dan 40 sampel berasal dari perumahan yang tidak teridentifikasi ada ibu maternal yang mengidap toxoplasmosis. Selurh sampel serum diperiksa menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mendeteksi keberadaan antobodi terhadap T. gondii pada serum kucing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% kucing yang diperiksa memiliki antibodi terhadap T. gondii; sebanyak 65% berasal dari perumahan yang memiliki kasus toxoplasmosis pada ibu maternal dan 30% berasal dari perumahan yang tidak memiliki kasus toxoplasmosis pada ibu maternal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan kucing liar disekitar perumahan merupakan merupakan faktor risiko utama penularan Toxoplasma ke manusia khususnya ibu maternal.

Kata kunci: seroprevalensi, Toxoplasma gondii, kucing, ibu maternal

10

(5)

1 SEROEPIDEMIOLOGI TOXOPLASMA GONDII KUCING LIAR DISEKITAR

RUMAH IBU MATERNAL DI BALI

I Made Subrata1 dan Kadek Karang Agustina2*

1Lab. Epidemiologi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK. Unud

2Lab. Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH. Unud Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar

*Corresponding author: k.agustina@unud.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seroprevalensi Toxoplasma gondii pada kucing yang berada pada perumahan yang terdapat ibu mternal yang mengidap toxoplasmosis. Sebanyak 80 sampel serum kucing diambil dari dua kelompok perumahan di Bali, yang terdiri dari 40 sampel berasal dari kelompok perumahan yang terdapat ibu maternal yang terinfeksi T.gondii dan 40 sampel berasal dari perumahan yang tidak teridentifikasi ada ibu maternal yang mengidap toxoplasmosis. Selurh sampel serum diperiksa menggunakan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mendeteksi keberadaan antobodi terhadap T.gondii pada serum kucing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% kucing yang diperiksa memiliki antibodi terhadap T.

gondii; sebanyak 65% berasal dari perumahan yang memiliki kasus toxoplasmosis pada ibu maternal dan 30% berasal dari perumahan yang tidak memiliki kasus toxoplasmosis pada ibu maternal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan kucing liar disekitar perumahan merupakan merupakan faktor risiko utama penularan Toxoplasma ke manusia khususnya ibu maternal.

Kata kunci: seroprevalensi, Toxoplasma gondii, kucing, ibu maternal ABSTRACT

This research aim was to measure the seroprevalence of Toxoplasma gondii in stray cats where found in the residence with toxoplasmosis cases in pregnant woman. As many as 80 cat serum samples from two residence groups; 40 samples were taken from the residence with toxoplasma case and 40 other sampes from the residence without toxoplasma case in pregnant women. All sera samples have been checked by ELISA to detect the antibody aggains T. gondii in cat serum. The result showed that 47,5% cats have had T. gondii antibody; 65% from the residence with toxoplasma case and 30% from the residence without toxoplasma case in pregnant women. It can be concluded that the presence of feral cats around the hause was a major risk factor for transmission of Toxoplasma to humans, especially pregnant women.

Keywords: seroprevalence, Toxoplasma gondii, cat, pregnant woman PENDAHULUAN

Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosisyang disebabkan oleh infeksiprotozoaToxoplasma gondii dan tersebar di seluruh dunia. Toksoplasmosis termasuk penyakit yang selalu muncul (emerging diseases) baik di negara maju maupun negara berkembang, dengan prevalensi yang bervariasi. Penyakit ini di Indonesia dilaporkan di berbagai daerah dengan seroprevalensi berkisar antara 3,1 % - 64 % (Chomel et al., 1993;

Matsuo, 1995; Uga et al., 1996; Simanjuntak et al.,1998; Fan et al., 2002). Sedangkan di Bali, Sukaryawati (2011) melaporkan bahwa di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Bali, seroprevalensi toksoplasmosis pada ibu hamil sebesar 41,8% dan hasil penelitian Subrata et al(2015) prevalensi ookista T.gondii yang didapatkan dalam kotoran kucing sebesar 17,5%

(6)

2 kondisi ini merupakan potensi besar terhadap penyebaran infeksi toxoplasmosis. kondisi ini didukung oleh kebiasaan dari kucing yang selalu mengubur kotorannya didalam tanah atau pasir sehingga kotoran tersebut akan terhindar dari paparan sinar matahari dan bisa bertahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun didalam tanah.

Manusia dapat tertular oleh parasit tersebut melalui makanan atau air yang tercemar oleh ookista infektif dari T. gondii atau menelan kista jaringan yang terdapat pada daging mentah atau belum dimasak dengan sempurna (Frenkel, 2002). Ookista infektif adalah ookista yang bersporulasi setelah ke luar dari hospes definitif. Satu-satunya hospes definitif dari T. gondii adalah kucing dan sebangsanya. Oleh karena itu kucing selain sebagai hewan piaraan, juga sangat potensial sebagai sumber penularan toksoplasmosis pada manusia dan hewan. Berbagai penelitian epidemiologi dengan hasil yang beragam telah dilakukan di berbagai negara sebagai pembuktian bahwa kucing merupakan salah satu faktor risiko penting dari toksoplasmosis baik pada manusia maupun pada hewan lainnya. Beberapa hasil penelitian epidemiologi mengindikasikan bahwa keberadaan kucing di rumah atau dilaman rumah dapat mempertinggi risiko terinfeksi T. gondii terutama pada wanita hamil (Avelino et al., 2004; Ayi et al., 2009; Liu et al., 2009). Keberadaan kucing akan mencemari lingkungan sekitarnya dengan fesesnya yang mengandung ookista T. gondii. Seperti yang dilaporkan oleh Dabritz dan Conrad (2010) bahwa di daerah yang banyak dijumpai kucing berkeliaran di jalan, pasar serta tempat-tempat umum dapat mencemari tempat-tempat tersebut dari feses kucing yang mengandung ookista T. gondii.

Beberapa penelitian epidemiologi lainnya menemukan hasil yang berbeda. Lopes et al. (2009) melaporkan bahwa keberadaan kucing belum tentu menjadi faktor risiko infeksi toksoplasmosis, tetapi yang lebih penting adalah kontaminasi lingkungan oleh feses kucing yang mengandung ookista parasit tersebut. Demikian juga Dubey (2000) menyatakan bahwa lebih lanjut untuk mengetahui tentang peran kucing sebagai sumber penularan toksoplasmosis pada manusia perlu dilakukan evaluasi atau pembuktian bahwa lingkungan tersebut tercemar oleh ookista T. gondii. Spalding et al. (2005) di Brazilia Selatan melaporkan bahwa wanita hamil yang pekerjaannya sering kontak dengan tanah mempunyai risiko terinfeksi T. gondii.

Berbagai hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa kucing penderita toksoplasmosis atau kucing yang mengeluarkan ookista T.gondii sangat potensial sebagai faktor risiko toksoplasmosis pada manusia maupun hewan lainnya. Namun sampai saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang potensi kucing sebagai faktor risiko toksoplasmosis dengan pembuktian keberadaan kucing terinfeksi dengan pemeriksaan adanya parasit tersebut pada kucing.Unuk itu penting dilakukan penelitian tentang seroprevalensi toxoplasmosis pada kucing yang berada disekitar perumahan ibu maternal yang terdeteksi mengidap toxoplasmosis.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan case control study dengan total sampel sebanyak 80 serum kucing yang terbagi kedalam dua kelompok yaitu sebanyak 40 sampel berasal dari perumahan yang diketahui terdapat ibu maternal dengan toxoplasmosis, sedangka nuntuk kontrol adalah 40 sampel berasal dari perumahan yang tidak dilaporkan terdapat ibu maternal yang mengidap Toxoplasmosis.

Metode ELISA yang digunakan dalam uji serologis terhadap serum kucing mengadopsi dan memodifikasi metode Damriyasa et al. (2001). Metode ini diawali dengan pelapisan antigen pada sumuran microplate ELISA dengan antigen P30 Toxoplasma gondii.

Selanjutnya dilakukan penambahan serum yang akan diuji serta diinkubasi. Selama masa inkubasi ini akan terjadi ikatan antara antigen dengan antibodi spesifik terhadap T. gondii.

Untuk menghilangkan komponen serum yang tidak terikat oleh antigen dilakukan pencucian dengan PBST. Selanjutnya dilakukan penambahan conjugate Multi- species Peroksidase

(7)

3 (HRP) dan diinkubasi. Selama inkubasi conjugate tersebut akan terikat pada ikatan antigen- antibodi dan membentuk komplek antigen-antibodi-conjugate-HRP. Komplek ikatan antigen- antibodi-conjugate yang mengandung enzim peroksidase apabila ditambahkan substrat (TMB) akan terjadi reaksi enzimatis. Reaksi enzimatis yang terjadi akan menyebabkan perubahan warna.Intensitas perubahan warna yang terjadi tergantung pada jumlah antibodi spesifik yang terdapat pada sampel (serum) yang diperiksa. Intensitas perubahan warna ini kemudian dibaca dengan Immunoreader untuk mengukur optical dencuty pada panjang gelombang 450 nm. Dari hasil tersebut dilakukan interpretasi hasil dengan membandingkan index yang diperoleh dengan nilai cut off.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan serologis dengan metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan antibodi spesifik terhadap T. gondii menunjukkan bahwa secara keseluruhan 47,5% kucing menunjukkan hasil positif dari uji serologis (seropositif). Keberadaan kucing denganseropositif lebih banyak dijumpai pada rumah atau sekitar rumah ibu maternal kelompok kasus (65%) dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu hanya sebanyak 30%

(Gambar 1). Perbedaan ini secara statistik bermakna (p=0,002 < α=0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kucing yang terinfeksi T. gondii ada hubungannya dengan kejadian toksoplasmosis pada ibu maternal.

Gambar 1. Seroprevalensi T. gondii pada kucing

Dalam penelitian ini 47,5%, kucing yang ada di rumah atau sekitar rumah ibu maternal secara serologis positif terinfeksi T. gondii, hal ini menunjukkan bahwa kucing tersebut sedang atau pernah tertular toksoplasmosis. Kucing merupakan satu-satunya hospes definitif dari T. gondii yang akan mengeluarkan ookista T. gondii kelingkungan sehingga lingkungan tercemar. Menurut Aurelien dan Darde(2003) mengatakan kehadiran kucing yang terinfeksi T. gondii pada suatu daerah akan meningkatkan terjadinya infeksi T. gondii lewat ookistanya. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kucing yang secara serologis terinfeksi T. gondii mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan kejadian toksoplasmosis pada ibu maternal di Bali (OR= 4,333; nilai p= 0,002; 95%

CI= 1,544-12,343). Hal ini menunjukkan bahwa apabila di sekitar rumah ibu maternal tersebut terdapat kucing yang terinfeksi T. gondii, maka ibu maternal tersebut 4 kali lebih besar kemungkinan tertular toksoplasmosis dibandingkan dengan ibu maternal yang di sekitar rumahnya tidak terdapat kucing. Keberadaan kucing akan mempengaruhi penyebaran dan penularan toksoplasmosis, karena kucing mampu berpindah-pindah tempat yang cukup jauh.

Hasil penelitian di Mesir yang dilakukan oleh Al-Kappany et al. (2010) melaporkan bahwa 65

30 35

70

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kasus Kontrol

Persentase (%)

Positif Negatif

(8)

4 sebanyak 97,4% kucing liar di Mesir positif terinfeksi T. gondii dari 158 sampel kucing liar yang diperiksa. Keadaan ini merupakan kondisi yang potensial untuk menularkan toksoplasmosis dari kucing ke manusia atau dari kucing mencemari lingkungan. Penelitian lain dilakukan Tenter et al. (2000) melalui survei secara serologi, ditemukan 74% dari populasi kucing dewasa di Jerman terinfeksi oleh T. gondii.

Dubey and Frenkel (1974) menyatakan seroprevalensi kucing tertular toksoplasmosis lebih tinggi terjadi pada kucing-kucing liar yang berburu makanan sendiri dibandingkan dengan kucing yang terpelihara dan diberi makan. Kondisi lingkungan yang tercemar dan banyaknya kucing liar dilingkungan merupakan suatu kondisi yang sangat potensial bagi kucing sebagai hospes definitif dari toksoplasmosis dan hewan lainnya yang merupakan hospes antara untuk terinfeksi oleh T. gondii. Banyaknya kucing dan hewan lain terinfeksi T.

gondii ini akan memberikan peluang lebih besar bagi manusia untuk tertular toksoplasmosis baik lewat kucing terinfeksi, hewan-hewan lain yang merupakan hospes antara yang terinfeksi maupun infeksi dari lingkungan yang tercemar oleh ookista T. gondi.

Selain kucing yang banyak disoroti sebagai salah satu faktor risiko toksoplasmosis, kebiasaan makan dapat meningkatkan risiko terinfeksi oleh T. gondii pada manusia. Misalnya di Eropa, lebih banyak infeksi T. gondii terjadi akibat mengkonsumsi daging serta hasil olahannya yang belum di masak sempurna (Cook et al., 2000). Sedangkan di Brazilia kebanyakan infeksi T gondii terjadi karena menelan ookista yang mencemari air minum atau sayuran (Bahia-Oliveira et al., 2003; Heukelbach et al., 2007). Temuan yang sama juga dilaporkan di beberapa negara berkembang (Ertug et al., 2005). Di Indonesia juga dilaporkan bahwa kebiasaan makan sangat menentukan terjadinya infeksi parasit tersebut, misalnya kebiasaan makan sate yang belum di masak dengan sempurna (Gandahusada, 1991), kebiasaan makan lawar di Bali (Chomel et al., 1993). Hal yang sama juga dilaporkan di Korea oleh Choi et al.(1997) yang menyatakan bahwa terjadinya outbreak toksoplasmosis pada delapan orang dewasa erat kaitannya dengan konsumsi daging babi yang dimasak dengan tidak sempurna.

Konsep one health menitikberatkan pada tiga aspek utama dalam epidemiologi terkait penyakit toksoplasmosis yaitu aspek manusia, hewan yang dapat bertindak sebagai hospes definitif (kucing) maupun hospes antara (hewan berdarah panas lainnya), serta lingkungan yang tercemar oleh ookista infektif dari T. gondii. Sehingga dalam pengendalian toksoplasmosis tiga aspek utama tersebut menjadi titik perhatian dalam pengendalian penyakit terutama penyakit zoonosis.

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa seroprevalensi T. gondii pada kucing sebesar 47,5%.

Keberadaan kucing dengan seropositif (60%) pada perumahan dengan kasus toxoplasmosis diketahui memiliki hubungan yang bermakna dan merupkan faktor risiko utama toxoplasmosis pada ibu maternal.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kappany YM, Rajendran C, Ferreira LR, Kwok OCH, Abu-Elwata SA, Hilali M, Dubey JP. 2010. High Prevalence of Toxoplasmosis in Cats from Egypt: Isolation of Viable Toxoplasma gondii, Tissue Distribution, and Isolate Designation. J Parasitol 96(6):

1115-1118.

Aurelien D, Darde M. 2003. How to detect Toxoplasma gondii oocysts in environmental samples? UPRES EA 3174, Neuroparasitologie et Neuroepidemiologie Tropicale, Faculte de Medecine, 2 Rue du Dr Marcland, F-87025 Limoges, France. FEMS Microbiol Rev 27:651–661.

(9)

5 Avelino MM, Campos-Júnior D, Parada JB, Castro AM. 2004. Risk factors for Toxoplasma

gondii infection in women of childbearing age. Braz J InfectDis 8: 164-174.

Ayi I, Edu SA, Apea-Kubi KA, Boamah D, Bosompem KM, Edoh D. 2009 . Sero- epidemiology of toxoplasmosis amongst pregnant women in the greater accra regio of Ghana. Ghana Med J 43: 107-114 .

Bahia-Oliveira LM, Jones JL, Azevedo-Silva J, Alves CC, Oréfice F, Addiss DG. 2003.

Highly endemic, waterborne toxoplasmosis in north Rio de Janeiro state, Brazil.

Emerg Infect Dis 9: 55–62.

Choi WY, Nam HW, Kwak NH, Huh W, Kim YR, Kang MW, Cho SY, Dubey JP. 1997.

Foodborne outbreaks of human toxoplasmosis. J Infect Dis 175: 1280-1282.

Chomel BB, Karsten R, Adam C, Lambilotte C, Theis J, Goldsmith R, Koss J, Chioino C, Widjana DP, Sutisna P. 1993. Serosurvey of some major zoonotic infections in children and teenagers in Bali, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Pub Health 24:

321-326.

Cook AJ, Gilbert RE, Buffolano W, Zufferey J, Petersen E, Jenum PA, Foulon W, Semprini AE, Dunn DT. 2000. Sources of Toxoplasma infection in pregnant women: European multicentre case-control study. European Research Network on Congenital Toxoplasmosis. BMJ 321: 142–147

Dabritz HA, Conrad PA. 2010 . Cats and Toxoplasma: implications for public health.

Zoonoses Public Health 57: 34 – 52 .

Damriyasa IM, Edelhofer R, Volmer R, Bauer C, Zahner H. 2001. Current seroprevalence of Toxoplasma gondii infections in sows in two regions of Germany. Proceeding 18th Intern. Conf. WAAVP, Stresa/Italy, Abstr. A2p, p.8

Dubey JP. 2000. Sources of Toxoplasma gondii infection in pregnancy. Br Med J 32: 127- 128.

Ertug S, Okyay P, Turkmen M, Yuksel H. 2005. Seroprevalence and risk factors for Toxoplasma infection among pregnant women in Aydin Province, Turkey. BMC Pub Health 5: 66.

Fan CK, Su KE, Wui GH, Chiou HY. 2002. Seroepidemiology of Toxoplasma gondii Infection Among Two Mountain Aboriginal Population and South East Asian Laborers in Taiwan. J Parasitol 88: 411-414.

Frenkel JK. 2002. Toxoplasmose. In R Veronesi, Tratado de Infectologia, 2nd ed. Atheneu, São Paulo: 1310-1325.

Gandahusada S. 1991. Study on The Prevalence of Toxoplasmosis in Indonesia. A Review.

Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 22 : 93-98.

Heukelbach J, Meyer-Cirkel V, Moura RCS, Gomide M, Queiroz JAN, Saweljew P, Liesenfeld O. 2007. Waterborne toxoplasmosis, Northeastern Brazil. Emerg Infect Dis 13: 287–289.

Liu Q , Wei F , Gao S , Jiang L , Lian H , Yuan B , Yuan Z , Xia Z , Liu B , Xu X , Zhu XQ.

2009. Toxoplasma gondii infection in pregnant women in China . Trans R Soc Trop Med Hyg 103:162–166.

Lopes FMR, R Mitsuka-Breganó, DD Gonçalves, RL Freire, CJT Karigyo, GF Wedy, T Matsuo, EMV Reiche, HK Morimoto, JD Capobiango, IT Inoue, JL Garcia1, IT Navarro. 2009. Factors associated with seropositivity for anti-Toxoplasma gondii antibodies in pregnant women of Londrina, Paraná, Brazil; Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro 104(2): 378-382.

Matsuo K. 1995. Investigation of Toxoplasma gondii Antibody in Human in Bandar Lampung. Bull. BPPH III Lampung 11: 1-6.

(10)

6 Simanjuntak GM., Margono SS, Iskandar T, Windi C, Hutabarat T, Gunawan LM. 1998.

Survei Antibodi Toxoplasma gondii pada Manusia dan Hewan di daerah Sumatra Utara. Majalah Parasitologi Indonesia 11: 19-25.

Spalding SM, Amendoeira MRR, Klein CH, Ribeiro LC. 2005. Serological screening and toxoplasmosis exposure factors among pregnant women in South of Brazil. Rev Soc Bras Med Trop 38: 173-177.

Subrata IM, Suryadhi NT, Astawa MN, Damriyasa IM. 2015. Epdemiological and Molecular Analysis of Toxoplasma gondii in Faecal Samples of Cats Obtained from House of Maternal in Bali. Bali Med J 4(2): 68-75.

Sukaryawati P. 2011. Faktor Risiko Kejadian Toksoplasmosis pada Ibu Hamil di Wilayah Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Tahun 2011. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM. 2000. Toxoplasma godii: From Animals to humans.

Int J Parasitol 30: 1217-1258.

Uga S, Ono K, Kataoka N, Hasan H. 1996: Seroepidemiologi of five major zoonotikc parasite infections in inhabitants of Sidoarjo, East Java, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Public Health 27: 556-561

Gambar

Gambar 1. Seroprevalensi T. gondii pada kucing

Referensi

Dokumen terkait

Menghindari kontak dengan feses kucing atau kontaminannya, karena kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan

3) Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau lebih pada saat yang bersamaan. 4) Tidak dapat menikmati waktu luang.. 5) Terobsesi dengan angka-angka, mengukur

Selain itu banyak masyarakat merasa tertarik untuk memelihara anjing dan kucing sebagai hewan peliharaannya, karena anjing dan kucing terdiri dari bermacam- macam

Setelah mengetahui daya yang dibutuhkan untuk melakukan manuver menggunakan bow thruster, kapal LPD KRI MAKASSAR dapat maneuver dalam waktu 4,25 menit. Hal

Penyakit yang dialami kucing yang terinfeksi Ringworm ini belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat, pentingnya untuk mengetahui gejala dan ciri-ciri kucing yang terinfeksi

Kepada seluruh peserta disarankan sudah memiliki tiket pergi – pulang (PP). Check out hotel sesuai dengan ketentuan panitia yaitu untuk Gelombang I pada hari Sabtu, tanggal 18

RENCANA KERJA TAHUN 2018 80 Rencana Kerja Dinas Bangunan dan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2018 merupakan dokumen rencana pembangunan yang berjangka

Apakah kebiasaan kontak dengan kucing merupakan faktor risiko terhadap kejadian toksoplasmosis pada wanita usia subur di RSU Assalam Gemolong Kabupaten Sragen.. Apakah