44 BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
3.1 Deskripsi Umum Kabupaten Ponorogo
Ponorogo terletak pada bagian barat Kabupaten Tingkat I Provinsi Jawa Timur dan memiliki keunggulan strategis, yaitu terletak di pusat kegiatan regional Madiun, Pacitan, Trenggalek , Wonogiri (Jawa Tengah) dan Magetan.
Dilihat dari webset Kabupaten Ponorogo. Geografis Kabupaten Ponorogo terletak pada : 111°17’-111°52’ Bujur Timur 7°49’-8°20’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 5.119,905 Ha.
Tabel 2
Batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo Sebelah
Utara
Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk
Sebelah Selatan
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Trenggalek
Sebelah Timur
Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Trenggalek
Sebelah Barat
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Timur)
Sumber : Batas-Batas wilayah Kabupaten Ponorogo.
Kondisi topografi Kabupaten Ponorogo mempunyai tinggi permukaan tanah dari permukaan laut (DPL) relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di
45 wilayah kabupaten tersebut yaitu kurang dari 100 m. Kabupaten Ponorogo termasuk dataran yang sangat landai.
Kabupaten Ponorogo yang dikenal sebagai wisata budaya. Wisata budaya tersebut dikenal yaitu Reog Ponorogo yang memiliki daya tarik yang sangat besar.
Kesenian Reog Ponorogo memiliki nilai sejarah dan legendaris sejak dulu hingga sekarang, acara-acara ini biasa digelar dalam rangka memperingati tahun baru islam ataupun event taraf nasional yaitu Festival Reog Nasional. Selain itu wisata kuliner yang juga menjamur dari berbagai daerah. Wisata kuliner juga bisa dijadikan sarana penunjang dalam mengembangkan wisata industri.
3.2 Profil Desa Karangpatihan
3.2.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Karangpatihan
Gambar 2
Peta Induk Desa Karangpatihan Kab. Ponorogo
46 Desa Karangpatihan merupakan desa yang terletak di wilayah Ponorogo berada pada ketinggian 153 meter dari permukaan laut dengan jarak 7 km dari kecamatan, dan 22 km dari pusat kota. Desa yang memiliki 4 Dukuh yaitu : Dukuh Tanggungrejo, Dukuh Bibis, Dukuh Bendo, dan Dukuh Krajan dengan luas 1.336,6 ha yang memiliki 34 RT dan 8 RW.
Berikut ini batas-batas wilayah Desa Karangpatihan : 1. Selatan : Desa Ngendut Kec. Balong
2. Timur : Desa Sumberejo Kec. Balong 3. Utara : Desa Jonggol Kec. Jambon 4. Barat : Desa Negara atau Kab. Pacitan 3.2.2 Kondisi Demografi
Kondisi Demografis jumlah penduduk pada tahun 2020 di Desa Karangpatihan seluruhnya berjumlah 5.851 jiwa yang meliputi penduduk perempuan berjumlah 3.036 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 2.815 jiwa.
Sebagaimana untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3
Data Penduduk Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong Tahun 2020
No. Nama Dukuh
Jumlah
Penduduk Jenis Kelamin Jiwa KK Perempuan Laki-laki
1 Bendo
2 Bibis
3 Krajan
4 Tanggungrejo
Jumlah 5.851 1.818 3.036 2.815
% thd jml pddk total
47
Sumber : Profil Desa Karangpatihan Tahun 2020
3.2.3 Kondisi Sosial
Budaya masyarakat Desa Karangpatihan ini adalah gotong royong.
Toleransi antara agama dan budaya juga berjala baik dengan hal ini dapat menunjang perkembangan tingkat masyarakat dalam bentuk materi, pikiran dan energi sehingga dapat optimisasi sumber daya alam yang ada, untuk tujuan perkembangan Desa Karangpatihan. Dalam mendukung dan pengoptimalan pembangunan desa dibutuhkan kerjasama yang baik juga dari masyarakat.
3.2.4 Kondisi Ekonomi
Sumber daya ekonomi merupakan aktivitas penduduk yang menghasilkan sumber penghasilan bagi masyarakat Desa Karangpatihan. Sumber daya ekonomi yang ada di Desa Karangpatihan meliputi sektor industri rumah tangga misalnya (jajanan pasar, tempe, rangginan, kripik tempe). Agriisnis meliputi sektor pertanian seperti (jeruk, mangga, kacang-kacangan, melon, jagung, singkong). Sektor pertanian. Pada sektor pertanian seperti (ikan lele). Sektor utang seperti (komoditas kayu).
48 Tabel 4
Data Sumberdaya Ekonomi Tahun 2018
No Nama
Dukuh
Industri atau
RT
Agrobisnis Perdagangan Jasa Wisata
1 Bendo 13 48 4 402 -
2 Bibis 7 70 18 200 -
3 Krajan 18 2 6 532 -
4 Tanggungrejo 26 406 24 998 63
JUMLAH 64 526 52 2132
Sumber : Hasil Pendataan dan Transek Tahun 2018
3.2.6 Mata Pencaharian
Penduduk yang terdapat di Desa Karangpatihan dapat digolongkan pada beberapa bagian. Prosentase penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani menunjukkan jumlah yang terbesar yaitu 2.132 jiwa atau (36,78%), prosentase penduduk bermata pencaharian petani sebesar 526 jiwa atau (9,07%), penduduk bermata pencaharian pegawai sebesar 38 jiwa, penduduk wiraswasta sebesar 122 jiwa, dan penduduk bermata pencaharian pedagang sekitar 52 jiwa sedangkan terdapat sebagian kecil lainnya adalah peternak dan mebel. Sebagian itu ada beberapa penduduk di desa ini juga memiliki aktivitas tambahan seperti industri tempat tinggal tangga yg memproduksi jajanan pasar. buat lebih jelasnya dapat dilihat di tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian berikut :
49 Tabel 5
Jumlah Penduduk Desa Karangpatihan Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2020
NO Dukuh
Mata Pencaharian
Buruh Pedagang Petani Pegawai Wiraswastaa
1 Dukuh Bendo 402 4 48 5 38
2 Dukuh Bibis 200 18 70 3 12
3 Dukuh Krajan 532 6 2 29 35
4 Dukuh
Tanggungrejo
998 24 406 1 38
%Jumlah Penduduk
36,79% 0,89% 9,07% 0,65% 2,10%
Sumber : Profil Desa Karangpatihan Tahun 2020
Jumlah penduduk menurut kelompok usia produktif, yaitu penduduk usia 25-65 tahun menunjukkan presentase terbesar yaitu (48,42%) dari populasi sebelumnya. Penduduk kategori manula sekitar (>65 tahun) dengan presentase 28,82% dan presentase terkecil adalah 22,74% yakni pada usia balita.
Jumlah penduduk dengan tingkat Pendidikan yang sangat rendah adalah dari Desa Karangpatihan rata-rata sudah mencapai pendidikan pada tingkat SMA, bahkan sudah banyak yang menempuh Pendidikan hingga jenjang Sarjana (S1).
Masing-masing pada lulusan SMA sebanyak 345 jiwa dengan prosentase (5,95%), lulusan sarjana (S1) sebanyak 37 jiwa dengan prosentase (0,63%), untuk sisanya sebanyak 140 jiwa (tidak ada dan belum sekolah). Berikut tabel jumlah penduduk pada tingkat pendidikan :
50 Tabel 6
Jumlah Penduduk Desa Karangpatihan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2018
No Dukuh Tingkat
Sekolah
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
S1
1 Tanggungrejo 50 72 5
2 Bibis 34 63 7
3 Krajan 30 156 20
4 Bendo 36 54 5
Jumlah Penduduk %
2,41% 5,95% 0,63%
Sumber : Jumlah Penduduk Desa Karangpatihan Tahun 2018
3.2.7 Keadaan Infrastruktur dan Fasilitas
a) Jaringan Jalan
Jaringan jalan memegang peranan yang sangat penting dalam konteks pembangunan pedesaan, yaitu untuk menghubungkan berbagai aktivitas yang dipisahkan oleh kerugian dan keberadaannya, menentukan tingkat pembangunan pedesaan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.
Jaringan jalan berfungsi sebagai penunjang berbagai aktivitas masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam lingkungan desa maupun akses untuk menuju desa lainnya.
Tabel 7
Data Kondisi Jalan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong Tahun 2016
Kondisi Jalan No Lokasi
Dukuh
Panjang Jalan
(m)
Lebar Jalan (m)
Fungsi Jalan
Jenis Perkerasan
Tingkat Aksesibilitas
51 b) Jaringan Drainase
Jaringan drainase berfungsi untuk mengalirkan air agar tidak tergenang.
Drainase juga untuk mengalirkan air hujan di permukaan jalan agar tidak cepat rusak. Keberadaan jaringan ini sangat berperan penting pada lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat untuk menghindari bahaya banjir.
Tabel 8
Data Kondisi Drainase Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong Tahun 2016
1 Bendo 7.500 4-6 Jalan
Dukuh- desa
Tanah-aspal Sepi-ramai
2 Bibis 5.000 6 Jalan
Dukuh- jalan
desa
Tanah-aspal Sepi-ramai
3 Krajan 11.000 6 Jalan
Dukuh- jalan
desa
Tanah-aspal Sepi-ramai
4 Tanggungrejo 16.000 6 Jalan Dukuh-
desa
Tanah-aspal Sepi-ramai
Jumlah panjang jalan
39.500
Kualitas Drainase No Lokasi Dukuh Panjang
Drainase(m)
Lebar Drainase(m)
Kelas Drainase
Jenis Drainase
1 Bendo 7500 0,5 - 1 Sekunder-
Tersier
Batu- semen-
pasir
2 Bibis 5000 0,5 – 1 Sekunder-
Tersier
Batu- semen-
pasir
3 Krajan 11000 0,5 -1 Sekunder-
Tersier
Batu- semen-
pasir
52 3.3 Data Distabilitas Desa Karangpatihan, Dukuh Tanggungrejo
Tabel 9
Nama-Nama Penyandang Tunagrahita Desa Karangpatihan 4 Tanggungrejo 16000 0,5 – 1 Sekunder- Tersier
Batu- semen-
pasir Total panjang
drainase
39.000
No Nama TTL (Tempat
Tanggal Lahir)
Alamat
1 Sutoyo Ponorogo, 24 Juli
1987
RT/RW 05/01
Tanggungrejo 2 Nurul Kasanah Ponorogo, 24 Maret
1999
RT/RW 01/ 01 Tanggungrejo
3 Meseni Ponorogo, 10 Maret
1970
RT/RW 01/02
Tanggungrejo
4 Yaimah Ponorogo, 19 Mei
1957
RT/RW 02/01
Tanggungrejo
5 Tukiyat Ponorogo, 11
September 1969
RT/RW 03/01
Tanggungrejo 6 Mesiyem Ponorogo, 07 April
1964
RT/RW 04/01
Tanggungrejo
7 Mesinah Ponorogo, 27
November 1970
RT/RW 04/01
tanggungrejo 8 Mesirah Ponorogo, 11 Juli
1958
RT/RW 04/01
Tanggungrejo
9 Doweh Ponorogo, 01
Oktober 1969
RT/RW 04/01
Tanggungrejo
53 10 Sarikem Ponorogo, 30 Juni
1973
RT/RW 05/01
Tanggungrejo 11 Toirin Ponorogo, 30 Juni
1956
RT/RW 05/01
Tanggungrejo 12 Gimin Bajang Ponorogo, 28
Desember 1953
RT/RW 01/01
Tanggungrejo
13 Boini Ponorogo, 30 Juni
1967
RT/RW 05/01
Tanggungrejo
14 Misidi Ponorogo, 11
Oktober 1973
RT/RW 05/ 01 Tanggungrejo
15 Dila Ayu P. Ponorogo, 13
Desember 1999
RT/RW 05/01
Tanggungrejo 16 Katemi Ponorogo, 06 Juni
1963
RT/RW 05/01
Tanggungrejo
17 Wagi Ponorogo, 30 Juni
1968
RT/RW 05/01
Tanggungrejo
18 Nyoto Ponorogo RT/RW 05/01
Tanggungrejo 19 Partini Ponorogo, 30 Juni
1966
RT/RW 06/01
Tanggungrejo
20 Sumi Ponorogo, 20 Mei
1966
RT/RW 06/01
Tanggungrejo 21 Misirah Ponorogo, 30 Juni
1955
RT/RW 06/01
Tanggungrejo 22 Sarmini Ponorogo, 03 Mei
1965
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
23 Situk Ponorogo, 12 Juli
1957
RT/RW 01/02
Tanggungrejo 24 Mesni Ponorogo, 07 Juli
1975
RT/RW 02/01
Tanggungrejo
54
25 Pairan (Meninggal) -
26 Lestari Ponorogo, 16
Desember 1989
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
27 Tamiyo Ponorogo, 17 Maret
1968
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
28 Sami Ponorogo, 03 Mei
1986
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
29 Miswan Ponorogo, 11
Oktober 1969
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
30 Kisut Ponorogo, 06 Juni
1962
RT/RW 05/02
Tanggungrejo
31 Jamun Ponorogo, 07
Agustus 1978
RT/RW 02/02
Tanggungrejo 32 Bodong A Ponorogo, 03 Maret
1975
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
33 Pairah Ponorogo RT/RW 01/02
Tanggungrejo
34 Janem Ponorogo, 20
November 1975
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
35 Sipon Ponorogo, 06
Agustus 1960
RT/RW 04/02
Tanggungrejo 36 Nobakir Ponorogo, 30 Juni
1965
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
37 Suratun Ponorogo, 15
November 1971
RT/RW 03/02
Tanggungrejo 38 Tukirin Ponorogo, 16 Maret
1975
RT/RW 03/02
Tanggungrejo 39 Hariyanto Ponorogo, 29 Juni
1987
RT/RW 04/02
Tanggungrejo
55
40 Situm Ponorogo, 30 Juni
1970
RT/RW 04/02
Tanggungrejo 41 Wahyono Ponorogo, 04 Juli
1982
RT/RW 03/02
Tanggungrejo
42 Kadir Ponorogo, 14 Juli
1963
RT/RW 03/02
Tanggungrejo 43 Boiran Kampret Ponorogo, 16 April
1960
RT/RW 03/02
Tanggungrejo
44 Bodong B Ponorogo RT/RW 04/02
Tanggungrejo
45 Ndari Ponorogo, 30 Juni
1965
RT/RW 04/02
Tanggungrejo
46 Boniyem Ponorogo, 06
Februari 1967
RT/RW 04/02
Tanggungrejo
47 Sutiyem Ponorogo, 30
November 1970
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
48 Warni Ponorogo, 08 Maret
1970
RT/RW 03/02
Tanggungrejo
49 Yatemun Ponorogo, 28
Desember 1962
RT/RW 05/01
Tanggungrejo
50 Sibo Ponorogo, 07 April
1955
RT/RW 05/02
51 Tukimun Ponorogo, 09 April 1960
RT/RW 05/02
Tanggungrejo
52 Cikrak Ponorogo, 30
Agustus 1959
RT/RW 05/02
Tanggungrejo
53 Parmi Ponorogo, 30 Juni
1973
RT/RW 05/02
Tanggungrejo 54 Saimin Ponorogo, 18 Maret
1970
RT/RW 03/02
Tanggungrejo
56
55 Toiran Ponorogo, 03
Januari 1976
RT/RW 05/01
Tanggungrejo
56 Jedeng Ponorogo, 28 Mei
1965
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
57 Parti Ponorogo, 16
September 1973
RT/RW 06/02
Tanggungrejo 58 Gimin Bajang Ponorogo, 28
Desember 1953
RT/RW 01/01
Tanggungrejo
59 Kasdi Ponorogo, 30
Desember 1963
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
60 Galiyem Ponorogo, 31
Desember 1968
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
61 Sutiyem Ponorogo, 30
November 1970
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
62 Sodi Ponorogo, 10
November 1971
RT/RW 06/02
Tanggungrejo 63 Gimun A Ponorogo, 08 Maret
1970
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
64 Wiji Ponorogo, 25 Juli
1956
RT/RW 01/01
Tanggungrejo 65 Gimun B Ponorogo, 07 Maret
1969
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
66 Gareng Ponorogo, 05
Desember 1962
RT/RW 06/02
Tanggungrejo
67 Bagas - -
68 Agung Santoso Ponorogo, 10 November 2009
RT/RW 01/02
Tanggungrejo
69 Cepluk/ Sainem Ponorogo RT/RW 05/01
Tanggungrejo
57 Sumber : Data distabilitas tahun 2019
3.4 Potensi Desa Karangpatihan
Meskipun di Desa Karangpatihan disebut sebagai desa yang memiliki berbagai kesenjangan sosial, mulai dari adanya masyarakat yang mengalami keterbelakangan mental atau biasa disebut tunagrahita. Namun, dibalik semua itu desa ini mempunyai banyak potensi didalamnya yang sangat beragam, antara lain :
3.4.1 Potensi Seni dan Budaya
a. Kesenian Reog merupakan ikon masyarakat Ponorogo, karena keberadaannya yang mengalami perkembangan dan menghindari pesatnya kesenian Reog masyarakat Ponorogo bahwa tidak jarang satu desa memiliki beberapa paguyuban Reog, seperti halnya pada paguyuban Reog yang dimiliki oleh Desa Karangpatihan yang dilestarikan dengan baik oleh desa Karangpatihan.
Gambar 3
Sumber : Dokumentasi Reog di Balong
b. Kesenian Gajah-Gajahan
70 Nyanem Ponorogo, 19
Agustus 1955
RT/RW 02/02
Tanggungrejo 71 Heru Elif Saputra Ponorogo, 05 Maret
1995
RT/RW 02/02
Tanggungrejo
58 Kesenian lain yang ditemukan mungkin jarang ditemukan di desa-desa lain, yaitu kesenian gajah-gajahan. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk media dalam bentuk informasi kepada masyarakat, kesenian yang dilakukan untuk menginformasikan kegiatan atau perayakan desa.
Gambar 4
Sumber : Dokumentasi Gajah-gajahan desa Karangpatihan
c. Wisata budaya situs Pertintan Ndoro Den Panji
Tempat pendaratan Ndoro Den Panji adalah tempat sejarah di masa lalu.
Situs ini adalah dinding beku dikelilingi oleh arca. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) yang telah melakukan penelitian ke situs Ndoro Den Panji memperkirakan situs ini merupakan warisan kerajaan Mataram Kuno pada abad ke- 10 atau pada Era Mpu Sendok di Jawa Timur.
3.4.2 Wisata Alam
Desa Karangpatihan yang lokasinya di lereng pegunungan memiliki banyak keuntungan besar seperti halnya wisata alamnya. Wisata alam yang terdapat di Desa Karangpatihan ini antara lain :
a. Gunung Beruk
59 Gunung Beruk yang memiliki sisi unik mirip dengan wisata alam di Kalibiru, Yogyakarta. Gunung ini terletak di kelilingi perbukitan pengunungan dan memiliki pemandangan yang sangat indah. Terlihat dari puncak, pengunjung bisa menikmati pesona pemandangan yang sangat indah dari atas. Lokasi ini juga memiliki objek foto, Kawasan out bond sehingga dapat mendukung wisatawan untuk datang berekreasi.
b. Air Terjun Dongmimang
Air terjun Domimang atau Air terjun Mimang yang terletak di antara dua pegunungan Rimbang dan Rajek Wesi memiliki ketinggian 15 meter, dengan kondisi tersebut suasana sejuk dan alami sangat terasa pada saat berada di sekitar air terjun. Mitos air yang terdapat di air terjun Dongmimang konon bisa membuat awet muda. Hal ini menjadi destinasi ini banyak dikunjungi.
c. Goa Pertapan Selo Jolo Tundho
Goa yang terdapat di desa Karangpatihan dengan nama lain Selo Jolo Tundho. Goa ini memiliki pola bagus pda batuan goa yang terkesan unik dan antik.
Lokasi goa Selo yang terletak diatas perbukitan dan memiliki view yang indah menjadikan banyak masyarakat yang datang.
3.4.3 Wisata Ekologi
Desa Karangpatihan ini juga terdapat wisata edukasi berbasis ekologi yaitu perkebunan dan pertanian. Kedua sektor ini dapat mendukung pengunjung yang mau belajar dengan membentuk jiwa mandiri. Wisata ekologi ini juga sering
60 dijadikan sebagai objek wisata kunjungan bagi anak-anak sekolah sebagai media belajar dengan alam sekitar.
3.4.4 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam menunjang desa wisata, berikut ini kondisi akses jalan menuju Desa Karangpatihan :
a. Kondisi jalan merupakan salah satu pendukung yang penting menuju lokasi.
Hal tersebut dapat memudahkan wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Karangpatihan. Kondisi jalanan menuju desa yang mudah dan terjangkau dengan berbagai kendaraan hal ini dikarenakan kondisi jalan luas.
b. Jarak tempuh menuju desa, dibutuhkan kurang lebih 20 km dari pusat kota Ponorogo, atau dari kecamatan Balong 7 km. Dapat diperkirakan memerlukan waktu 30 menit dari kabupaten Ponorogo.
c. Transportasi, dapat menggunakan apapun sesuai dengan mobilitas yang ingin mengunjungi lokasi tersebut.
3.5 Potensi di Kampung Idiot atau Tunagrahita
Keberadaan dari kampung idiot atau kampung tunagrahita bukanlah hal baru. Desa ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu hingga sekarang. Banyak program telah direncanakan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan di desa tersebut. Kampung idiot atau kampung tunagrahita merupakan sebutan nama dari desa Karangpatihan tepatnya di Dukuh Tanggungrejo, sebutan tersebut diberikan oleh masyarakat karena terdapat banyak penyandang tunagrahita yang
61 cukup tinggi di bandingkan desa-desa lainnya. Letak geografis desa yang berada di lereng Gunung Rejek Wesi yang memiliki kondisi tanah yang tandus, dengan kondisi tanah yang hanya memungkinkan untuk ditanami singkong. Tanaman seperti padi dan jagung hanya bisa ditanam pada musim hujan. Hal ini mengakibatkan kebutuhan nutrisi yang kurang untuk kelangsungan keturunan mereka dimana nutrisi sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan keturunan nantinya.
Menyadari hal tersebut memicu ide dengan kesadaran masyarakat untuk menciptakan sebuah komunitas yang bertujuan untuk membantu kemandirian penyandang tunagrahita di Dukuh Tanggungrejo. Penyandang tunagrahita dimana kondisi suatu ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas maupun kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal, dengan kata lain kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata.
Sebelum memulai adanya suatu komunitas masyarakat mendatangi satu persatu rumah penyandang tunagrahita dari kategori rendah hingga sedang, hal tersebut tidaklah mudah dalam menyampaikan pemberitahuan ini dibutuhkan kesabaran lebih. Pelatihan ini mulai didirikan sekitar tahun 2013 yang awalnya masih belum memiliki tempat dan akhirnya menumpang di salah satu rumah warga.
Melihat kondisi tersebut komunitas yang diberi nama “Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit” ini berdiri, kegiatan ini dapat mendorong kemandirian penyandang tunagrahita dalam pola kehidupan dan kesejahteraan mereka. Dari definisi “Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit” adalah sebuah komunitas di
62 mana ada aktivitas sosial di harapan dapat memberikan perubahan yang baik kepada masyarakat melalui komunitas tersebut.
Hasil tersebut juga diperjelas kembali oleh Ketua Komunitas desa Karangpatihan, Dukuh Tanggungrejo, bahwa:
“...kita itu pinginnya punya penghasilan sendiri selain dari ternak, seperti itu. Jadikan kalau ternak ataupun ke sawah itu sudah di rumahnya sendiri. Kita pengen mereka itu punya ketrampilan yang nanti bisa dijual untuk penghasilannya sendiri…”(wawancara Bu Yuli, Ketua Komunitas desa Karangpatihan, Dukuh Tanggungrejo, Tanggal 29 Desember 2020).
Pak Eko sebagai lurah di Desa Karangpatihan berinisiatif untuk memberdayakan sekitar 98 jiwa penyandang tunagrahita menjadi mandiri, dengan usaha dan kesabaran serta dukungan yang diberikan oleh penduduk sekitar beliau berhasil melatih penyandang tunagrahita dalam membudidayakan ikan lele. Dari panen setiap tiga bulan, setiap tambang akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp.
150.000 hingga Rp. 250.000 yang nantinya dapat membantu perekonomian mereka.
Tidak hanya itu saja dikampung tunagragita ini juga terdapat Balai Latihan Kerja (BLK) yang diberi nama “Rumah Harapan” diketuai Ibu Yuli. Di BLK ini penyandang tunagrahita diberikan pelatihan dalam membuat sebuah kerajinan seperti keset dari bahan perca, tasbih, batik ciprat. Dari adanya potensi-potensi yang diberikan kepada penyandang tunagrahita kegiatan yang sampai sekarang dapat berkelanjutan yakni kegiatan di BLK ini.
Dalam rangka menumbuhkan ketrampilan penyandang tunagrahita dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pemerintah desa beserta masyrakat membentuk
63 suatu komunitas yang dengan sebutan “Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit”, berikut ini merupakan kegiatan – kegiatan yang diberikan kepada penyandang tunagrahita :
a. Budidaya lele
Budidaya ini berasal dari inisiatif Pak Eko lurah di Desa Karangpatihan untuk memberdayakan penyandang tunagrahita. Setiap keluarga dibuatkan kolam lele kecil dengan ukuran 1x2 m, dengan dibantu pendamping mulai dari cara memberi makan, menguras, sampai dengan memanen ikan lele.
b. Budidaya kambing
Terdapat 5 ekor kambing yang nantinya akan digilir serta dipelihara penyandang tunagrahita secara bergantian. Setelah kambing itu beranak, anak kambng itulah yang menjadi hak miliki pemelihara.
c. Pelatihan Kerajinan (keset, tasbih, batik ciprat)
Pelatihan kerajinan inilah yang sampai sekarang masih berkembang.
Karena keterbatasan kemampuan serta daya pikir mereka membuat masyarakat memusatkan sekarang pada pelatihan kerajinan.
3.6 Data Teknis Objek Penelitian
1) Visi dan Misi Desa Karangpatihan
Visi :
Visi Desa Karangpatihan adalah “terwujudnya masyarakat Desa yang Sejahtera dan Dinamis Dalam Nuasa Religius dan Berwawasan Lingkungan Sebagai Desa Pendidikan dan Wisata”.
64 Misi :
Dalam terwujudkan visi tesrebut telah ditetapkan upaya atau cara atau misi yang akan mendukung pencapaian visi yaitu :
1. Mewujudkan pemerintah Desa yang bersih, aman, dan trasparan serta optimalisasi pelayanan
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan taqwa 3. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat ; dan
4. Menciptakan lingkungan masyarakat yang bersih, aman, tertib, dan teratur.
2) Kondisi Pemerintah Desa
Tabel 10
Susunan Pengurus
Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo Jawa Jimur
NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN
1 Eko Mulyadi SMK Kepala Desa
2 Sugeng Kuncoro SMK Sekretaris Desa
3 Bambang Setiono SLTA Kamituwo
4 Sudiarto SLTA Kamituwo
5 Katiran SLTA Kamituwo
6 Hadi Santoso SMK Kamituwo
7 Soniah SLTA Kaur Tata Usaha Dan
Umum
8 Marni Wibowo SLTA Kaur Perencanaan
65
9 Mujiono SLTA Kaur Perencanaan
10 Sugito SLTA Kasi Pemerintahan
11 Samuji SLTA Kasi Kesejahteraan
12 Nyamut Al Teguh Wiyono
SLTA Kasi Pelayanan
13 Parlan SLTA Staff Tata Usaha Dan
Umum
14 Paimin SLTA Staff Perencanaan
15 Paiman SLTA Staff Keuangan
16 Komun SLTP Staff Kesejahteraan
17 Boiman SLTP Staff Pelayanan
Sumber : Susunan Pengurus Kelurahan, Desa Karangpatihan