• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Universitas Sumatera Utara. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Universitas Sumatera Utara. Oleh:"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MASYARAKAT KAMPUNG KUBUR DALAM MENGUBAH STIGMA NEGATIF KAMPUNG NARKOBA MENJADI KAMPUNG SEJAHTERA DI KAMPUNG KUBUR,

KELURAHAN PETISAH TENGAH, KECAMATAN MEDAN PETISAH, MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HEZKI ABIA BANGUN 130902007

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ABSTRAK

UPAYA MASYARAKAT KAMPUNG KUBUR DALAM MENGUBAH STIGMA NEGATIF KAMPUNG NARKOBA MENJADI KAMPUNG

SEJAHTERA DI KAMPUNG KUBUR, KELURAHAN PETISAH TENGAH, KECAMATAN MEDAN PETISAH, MEDAN

Masalah penyalahgunaan Narkotika atau yang sering dikenal masyarakat adalah NARKOBA merupakan masalah yang sangat urgent dan kompleks. Hal ini menyangkut besarnya efek negatif. Penyebaran narkoba sekarang ini sudah sangat menyebar luas, Kampung Kubur menjadi salah satu tempat yang menjadi lokasi penyebaran narkoba. Namun dengan kekuatan para bandar narkoba dan seluruh pengikutnya seolah kebal dan tahan dengan segala hukum yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya masyarakat Kampung Kubur dalam mengubah stigma negatif Kampung Narkoba menjadi Kampung Sejahtera

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang mana peneliti dalam menggali suatu fenomena dalam suatu waktu dan kegiatan, serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dalam beberapa periode tertentu. Proses analisa dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti pengamatan (observasi) dan wawancara. Kesimpulan hasil penelitian ini merupakan gambaran dari peran masyarakat Kampung Kubur dalam mengubah stigma negatif Kampung Narkoba menjadi Kampung Sejahtera di Kampung Kubur Kelurahan Petisah Kecamatan Medan Petisah kota Medan. Masyarakat Kampung Kubur sudah melakukan beberapa upaya untuk mengubah stigma-stigma negatif yang datang dari luar kampung, yang mengatakan bahwa Kampung Kubur merupakan Kampung Narkoba. Sehingga masyarakat Kampung Kubur melakukan beberapa kegiatan positif seperti, bergotong royong setiap hari di waktu sore, berolahraga bersama di lapangan-lapangan olahraga yang sudah disediakan oleh pemerintah, dan melakukan kegiatan rohani seperti pengajian para ibu. Masyarakat Kampung Kubur juga melakukan upaya seperti membantu pihak kepolisian jikalau masyarakat menemukan atau menjumpai sekumpulan pemakai narkoba yang mencoba lagi memakai narkoba di area lingkungan Kampung Kubur. Masyarakat Kampung Kubur akan segera melapor ke pihak berwajib agar para pemakai narkoba bisa langsung digrebek/diproses.

Kata Kunci : Narkoba, Kampung Kubur, Stigma, Upaya Masyarakat

(3)

ABSTRACT

THE EFFORT OF KUBUR VILLAGERS TO CHANGE NEGATIVE MINDSET OF NARKOBA VILLAGE BECOME SEJAHTERA VILLAGE IN KUBUR VILLAGE CENTER PETISAH DISTRICT, SUBDISTRICT OF

MEDAN PETISAH, MEDAN CITY

The problem of Narcotic abuse or is known by society as drug, it is a very urgent and complicated problem. It is caused by its negative effect. Lately the drug's distribution distributes widely. But by the strength of the drug croupier and all it's adherent, as if they are immune and endure with all prevail laws. The objective of tthis research is to know the villagers effort to change negative mindset of Narkoba Village become Sejahtera Village.

This research uses Qualitative method,the researcher discusses a phenomenom in a time and activity, then the researcher collects the information more detail and deeper uses some procedurs for some periods. Analyzing process has started from analyzing all the available datas which got from some sources such as observation and interview. The conclusion of this research is the figure from villagers role of Kubur Village change negative mindset of Narkoba Village become Sejahtera Village in Kubur Village, Petisah District, Medan PetisahSubdistrict, Medan city. The Kubur Villagers have done some efforts to change the negative mindset which come from other villagers who say that Kubur Village is Narkoba Village. So Kubur Villagers do some positive activities such as : do environment cleaning cooperation every evening, have physical exercises in physical fields which have been prepared by the goverment and do some spiritual activities such as woman recitation of the Quran. Kubur Villagers also do some efforts such as, help the police to find some drug consumers who want to consume it anymore around the Kubur Village. Kubur Villagers will directly denounce to the police so that the drug consumers can be directly processed.

Keywords : Drug, Kubur Village, Mindset, Society Effort

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Upaya Masyarakat Kampung Kubur dalam Mengubah Stigma Negatif Kampung Narkoba Menjadi Kampung Sejahtera di Kampung Kubur, Kelurahan Petisah tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dari Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis juga banyak menerima bimbingan, nasehat, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah membimbing dan membantu penulis secara administrati.

6. Bapak Alim, selaku Kepala Lingkungan serta seluruh masyarakat Kampung Kubur, khususnya kepada ibu Immah Hida, ibu Ayudiah dan ibu Mulyani Nasution yang telah banyak membantu dan membimbing selama penelitian dan memberikan informasi yang lengkap mengenai lokasi penelitian.

7. Kepada kedua orang tua penulis yaitu bapak Rehabeam Tavip Bangun, S.Sos (+) dan ibu Caya Br. Ginting yang telah mendidik dan memberikan nasihat-nasihat serta memberikan pengorbanan baik waktu, tenaga dan materi dengan penuh kasih sayang selama ini guna memperlancar perkuliahan penulis sampai saat ini. Terima kasih penulis ucapkan untuk semua perjuangan dan kasih sayang kalian dan yang setia selalu mendoakan penulis. Semoga Tuhan selalu memberkati dan melindungi.

8. Kepada adik-adik penulis yang tersayang, Reviya Perbina Br. Bangun dan Sandea Aginta Bangun. Terimakasih untuk setiap pertolongannya kepada penulis baik dari doa dan dukungan selama perkuliahan. Semoga kita selalu dapat melakukan yang terbaik dan membanggakan untuk orang tua kita.

9. Kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, terkhusus angkatan 2013 dan teman-teman seperdopingan. Semoga kedepannya kita bisa menjadi orang sukses dan membanggakan Almamater kita. VIVA KESOS

(6)

10. Teman-teman GMKI Cabang Medan terkhusus GMKI Komisariat FISIP USU yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Semoga GMKI tetap menjadi tempat belajar dan berorganisasi bagi mahasiswa/i Kristen Indonesia dan tetaplah menjadi teladan dalam berbuat baik. Tinggi Iman Tinggi Ilmu Tinggi Pengabdian. Ut Omnes Unum Sint.

11. Teman-teman Pengurus Permata dan seluruh teman-teman Permata GBKP Rg. Kemenangan Tani Km.12, terima kasih buat dukungan dan doanya selama ini. Tuhan Yesus Memberkati.

12. Terkhususnya buat kakak penulis Anetta Surani Bibina Br. Sukatendel, S.Pd yang sudah banyak memberikan semangat, bantuan dan membagikan ilmunya kepada penulis, juga dari segi waktu maupun pinjaman lunak.

13. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan, penulis memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ditemukan dalam skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Terimakasih.

Medan, Oktober 2017

Hezki Abia Bangun

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat ... 10

2.1.1. Pengertian Masyarakat ... 10

2.1.2. Ciri-ciri Masyarakat ... 12

2.2. Stigma ... 13

2.2.1. Pengertian Stigma ... 13

2.2.2. Mekanisme Stigma ... 14

2.2.3. Tipe Stigma ... 15

2.2.4. Dimensi Stigma ... 16

2.2.5. Proses Stigma ... 18

2.3. Narkoba ... 19

2.3.1. Pengertian Narkoba ... 19

2.3.2. Jenis dan Efek yang Ditimbulkan Narkoba ... 22

2.3.3. Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba ... 26

2.3.4. Tiga Sifat Jahat Narkoba ... 29

2.3.5. Ciri-ciri Umum Pengguna Narkoba ... 30

(8)

2.3.6. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ... 33

2.3.7. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Penyalahgunaan Narkoba Secara Umum ... 34

2.3.8. Akibat Penyalahgunaan Narkoba ... 35

2.3.9. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba ... 37

2.3.10.Cara Menghindari Jeratan Narkoba ... 39

2.3.11.Ciri-ciri Beresiko Tinggi Menjadi PenggunaNarkoba ... 39

2.4. Sejahtera 2.4.1. Pengertian Sejahtera... 40

2.5. Penelitian Yang Relevan ... 42

2.6. Kerangka Pikiran ... 45

2.7. Definisi Konsep ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 49

3.2. Lokasi Penelitian ... 49

3.3. Subjek Penelitian ... 50

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.5. Teknik Analisi Data ... 51

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum dan Letak Geografis Kecamatan Medan Petisah ... 52

4.2. Sejarah kecamatan Medan Petisah ... 53

4.3. Kependudukan ... 54

4.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Wajib E-KTP ... 55

4.3.3. Keadaan Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Petisah ... 56

4.3.4. Sistem Organisasi ... 58

4.3.5. Visi dan Misi Kecamatan Medan Petisah ... 62

4.4. Gambaran Kelurahan Petisah Tengah ... 63

4.4.1. Kelurahan Petisah Tengah ... 63

4.4.2. Sejarah Singkat Kelurahan Petisah Tengah ... 64

4.4.3. Komposisi Penggunaan lahan ... 65

4.4.4. Komposisi Penduduk ... 66

4.4.5. Sarana dan Prasarana ... 71

(9)

4.5. Gambaran Umum Kampung Kubur ... 76

4.6. Sejarah Kampung Kubur ... 76

4.7. Luas Wilayah ... 77

4.8. Kependudukan ... 77

4.8.1. Penduduk Berdasarkan Agama ... 77

4.8.2. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 78

4.8.3. Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 78

4.8.4. Organisasi Sosial dan Budaya ... 79

4.8.5. Struktur Pemerintahan Kampung Kubur ... 79

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 81

5.1.1. Pengantar ... 81

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

DAFTAR LAMPIRAN ... 96

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Variabel Yang Diteliti ... 40

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Medan Petisah ... 53

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Petisah ... 54

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Wajib E-KTP ... 56

Tabel 4.5. Jumlah Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 58

Tabel 4.6. Data Pegawai Kecamatan Menurut Golongan ... 60

Tabel 4.7. Data Pegawai Kelurahan Menurut Golongan ... 61

Tabel 4.8. Komposisi Penggunaan Lahan... 65

Tabel 4.9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 66

Tabel 4.10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 67

Tabel 4.11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan 68 Tabel 4.12. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 69

Tabel 4.13. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 71

Tabel 4.14. Jumlah Penduduk Kampung Kubur Berdasarkan Agama... 78

Tabel 4.15. Jumlah Penduduk Kampung Kubur Berdasarkan Pekerjaan ... 78

Tabel 4.16. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kampung Kubur ... 79

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Bagan Alur Pikir ... 48

Skema 4.1. Struktur Organisasi Kecamatan Medan Petisah ... 59

Skema 4.2. Struktur Pemerintahan Kampung Kubur ... 80

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah penyalahgunaan Narkotika atau yang sering dikenal masyarakat adalah NARKOBA merupakan masalah yang sangat urgent dan kompleks. Hal ini menyangkut besarnya efek negatif dari penyalahgunaan narkoba. Banyak kasus yang menunjukkan akibat dari permasalahan tersebut telah banyak menyebabkan kerugian, baik materi maupun non materi. Kejadian tersebut bisa saja seperti kasus perampokan, perceraian, pembunuhan atau kesulitan lainnya.Saat ini penyalahgunaan narkoba sudah sangat memprihatinkan, terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua kalangan. Narkoba sangat mudah didapatkan, baik oleh kalangan dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Namun yang lebih memprihatinkan, penyalahgunaan narkoba saat ini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa.

Hal yang sangat menghawatirkan adalah jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Hal tersebut disampaikan Komjen Pol Budi Waseso Kepala Badan Narkotika Nasional (Kompas, 2016). Malahan ‎angka penggunaan narkoba menurut Kepala BNN justru meningkat signifikan dalam periode Juni hingga November 2015 sebesar 1,7 juta jiwa. Di bulan Juni 2015 angka pengguna sebesar 4.2 juta dan di bulan November 2015 sebesar 5,9 juta. Kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia terus mengalami kenaikan. Sepanjang tahun 2015 tercatat penyalahgunaan narkoba naik 13 persen dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah 40.253 kasus.

Data kasus narkoba yang diambil dari Badan Reserse Kriminal Polri tersebut

(13)

menunjukan tren kasus narkoba selalu meningkat dari tahun ke tahun. Penurunan kasus hanya terjadi pada 2012 sebanyak 3,67 persen dari 29.713 kasus pada 2011 menjadi 28.623 kasus. Selebihnya kasus narkoba selalu meningkat dengan lonjakan tertinggi kedua sebanyak 11,64 persen pada 2011. Peningkatan kasus narkoba di tahun 2015 diakibatkan peningkatan penggunaan narkoba jenis shabu- shabu sebesar 350 persen dan ekstasi sebesar 280 persen.

Sementara data dari Badan Narkotika Nasional menyebutkan jumlah kasus penyalahgunaan narkotika pada 2015 sebanyak 5,9 juta kasus. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibanding 2011 dengan 3,8 juta kasus. Selain itu, diperkirakan 33 orang meninggal setiap hari karena narkoba dari jumlah tersebut.

Peningkatan jumlah kasus tersebut juga dikarenakan status Indonesia yang dijadikan pasar utama peredaran narkoba di Asia.Oleh karena itu pemerintah melalui Menko Polhukam beserta instansi yang berada di bawahinya terus melakukan sosialisasi tentang bahaya dan jenis-jenis narkoba ke daerah- daerah.Selain itu, pemerintah melakukan pemberdayaan masyarakat yang hidup di daerah-daerah rawan narkoba agar terhindar dari jerat peredaran dan penjualan narkotika. Penyalahgunaan narkoba saat ini tidak hanya terjadi di kota-kota metropolitan, melainkan sudah menyebar luas keseluruh wilayah indonesia. Hal itu dapat kita lihat dari berbagai media begitu banyaknya kasus-kasus penyalahgunaan narkoba di daerah-daerah luar kota metropolitan. Dari tingkat Provinsi ketingkat Kabupaten bahkan pedesaan tak jarang lagi kita dengan kasus penyalahgunaan narkoba. Di kota-kota besar seperti Medan seringkali generasi muda atau remaja mengalami kekosongan lantaran kurang sentuhan dari orangtua, karena mereka mengalami disorganisasi (broken home), ekonomi lemah, waktu kebersamaan kurang, kurang rekreasi, biaya serba mahal dan tempat tinggal yang

(14)

kumuh. Seperti kasus yang ditemukan pada koran Tribun Medan bahwa tertangkapnya seorang pengedar narkoba saat usai bertransaksi narkoba berjenis sabu di Kampung Kubur (Tribun Medan, 17/2/2016). Ditambah lagi kasus yang ditemukan dari koran bahwa adanya penggerebekan bandar narkoba di Kampung Kubur (Tribun Medan, 20/9/2016).

Dalam kehidupan sehari-hari pastinya kita memiliki pergaulan di setiap lingkungan tempat kita tinggal. Dari lingkungan sekitar itu juga kita bisa melihat sejauh mana penyalahgunaan narkoba pada masyarakat, mungkin saja ada teman kita yang candu terhadap narkoba. Sungguh ironis jika hal itu terjadi dan kita pun diam tak berdaya. Masalah ini bukan hanya masalah pemerintah saja, melainkan masalah kita bersama. Pengguna narkoba pada masyarakat bukanlah pelaku melainkan korban. Undang-Undang Narkotika hanya melarang penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan inilah dalam kenyataan empiris pemakaiannya sering disalahgunakan, dan tidak untuk kepentingan kesehatan tapi lebih jauh daripada itu, yakni dijadikan sebagai objek bisnis dan berdampak pada kegiatan merusak mental, baik fisik maupun psikis generasi muda.Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban.

Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang-Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain, pecandu narkotika tersebut

(15)

merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

Fakta tersebut harus mendapat perhatian khusus dan serius dari berbagai pihak terkait, baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa.

Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut tidak cukup hanya dengan menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya narkoba kepada masyarakat terutama kalangan remaja. Dalam mengendalikan anak remaja tentu orangtua mendapat tanggung jawab yang tidak sedikit memberikan pendidikan, perhatian, nafkah, perlindungan, dan kenyamanan adalah bagian vital dari peran orangtua.

Keluarga sebagai garda terdepan dalam membentengi anak-anak dari segala bahaya harus berperan aktif dan terlibat secara total. Bila keluarga mengalami disfungsi dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut mengalami hilangnya kegunaan fungsi keluargadari berbagai aspek. Orangtua menjadi orang yang paling bertanggungjawab dalam menciptakan harmonitas dan kelangsungan hidup bagi anak-anaknya.

Masa remaja dikatakan sebagai masa yang sangat rawan, karena pada masa ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangansedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada kondisi ini seorang remaja memerlukan bimbingan, arahan, dan perhatian yang sangat intensif dari orangtuanya. Fenomena Kampung Kubur sebagai salah satu tempat peredaran narkoba di wilayah Sumatera Utara sungguh

(16)

sangat mencengangkan. Keberadaannya bukan saja menyita persoalan nasional tapi juga banyak kisah dan kejadian yang saling keterkaitan antara satu dengan yang lain. Bahkan diduga terdapat semacam penjara dan diskotik mini sebagai tempat tawanan dan hura-hura. Puncaknya Kampung Kubur sebagai sarang dan tempat bandar narkoba dibersihkan secara kolektif yang berujung kepada penangkapan beberapa bandar (Waspada, 2016). Secara geografis Kampung Kubur berada di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah. Adapun komposisi penduduk menurut agama dapat diketahui bahwa yang beragama Islam 75%, Hindu 18 %, Kristen 4%, Buddha 3% (KUA,2014), sedangkan anak berusia remaja lebih kurang 183 orang. Di antara anak remaja tersebut ada yang putus sekolah sebanyak 10 orang dan terlibat narkoba serta sedang di rehabilitasi 5 orang. Pada umumnya orangtua di Kampung Kubur dalam mengasuh anak remaja memberikan pendidikan, khususnya bagi umat muslim terbukti dengan menyekolahkan anak mereka pada pagi hari disekolah formal dan pada sore hari belajar membaca Al-Qur’an di Mushalla Al-Amin. Mushalla ini sekarang sudah berubah status dari mushalla menjadi Masjid Al-Amin dengan ketua BKM bapak Razali dan sekretaris M.Said, setelah terbakar pada tahun 2001. Pembinaan keagamaan pada masjid ini diasuh oleh dua orang mahasiswa yaitu Ardian dan Yusuf.

Umumnya para remaja Kampung Kubur, khususnya remaja Masjid Al- Amin melaksanakan berbagai kegiatan seperti pengajian, ceramah, dan kajian keislaman lainnya yang diasuh dari ustad-ustad secara periodik yakni sebanyak dua kali dalam sebulan. Masyarakat Kampung Kubur melaksanakan sholat jum’at di Masjid Ghaudiyah Yayasan South Indian Muslim dengan ketua Yayasan bapak Kamal Sholeh, sedangkan pembinaan untuk keagamaan hindu di kuil Kaliaman

(17)

dan kegamaan buddha di vihara Imam Bonjol. Selain itu BNN (Badan Narkotika Nasional) melaksanakan pembinaan penyuluhan kepada anak-anak remaja di Kampung Kubur agar mereka terhindar dari bahaya narkoba juga mengajarkan berbagai kegiatan seperti jahit-menjahit dan memasak.

Satu hal yang patut dicatat pada mulanya sebagian orangtua di Kampung Kubur adalah penghisap ganja dan orang-orang luar tidak ada yang boleh masuk serta cenderung tertutup, namun sesudah mereka meninggal keadaan sudah mulai berubah mulailah masuk penjual narkoba dari luar dan menjual barang-barang curian di Kampung Kubur. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi anak-anak remaja karena mereka terkontaminasi dengan keadaan dan lingkungan sekitar, apalagi yang orangtuanya pengguna langsung. Lama kelamaan anak-anak remaja mulai coba-coba memakai narkoba bahkan menjual narkoba karena mendapatkan uang yang lumayan dari hasil transaksi narkoba tersebut.

Melalui data lapangan yaitu hasil observasi dan wawancara peneliti dengan kebanyakan adalah anak yang kurang mendapat perhatian karena orangtua sibuk mencari rezeki, terlalu dimanjakan, mendapat perlakuan kasar, dan keras serta memiliki masalah keluarga seperti tidak harmonis dan perceraian orangtua.

Mereka mulai terjerumus dalam penggunaan narkoba karena tidak mendapat kasih sayang dan perhatian dari orangtua sedangkan ada juga yang mendapat kasih sayang berlebihan sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan pada anak menuntut segala keinginannya harus dipenuhi.

Hal ini perlu dilihat sejauh mana di Kampung Kubur ini para orangtua mengasuh anak dan memelihara serta melindungi anak mereka dari bahaya narkoba. Bila dilihat dari data yang ada persoalan keterlibatan anak remaja di Kampung Kubur sungguh sangat membuat hati miris dan akan mengancam

(18)

kehilangan satu generasi (lose generation) dan ambruknya bangsa ini. Oleh karena itu, upaya, cara, dan pemahaman akan kondisi masyarakat Kampung Kubur ke depan sangat diperlukan. Hal yang utama disorot adalah sejauh mana kiprah dan cara kerja orangtua dalam mengendalikan dan mengasuh anak remaja mereka.Secara historis awal dinamakan Kampung Kubur karena ada area perkuburan milik India muslim di pemukiman padat penduduk tersebut. Lokasi perkuburan ini letaknya berada tepat di belakang Masjid Ghaudiyah. Masjid ini terletak di Jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh warga India Selatan yang beragama Islam pada 1887, sehingga dari sinilah asal muasal diberi nama Kampung Kubur. Awal mula Kampung Kubur disisipi oleh narkoba terjadi sejak 1970-an silam. Warga Kampung Kubur ketika itu berada dalam kondisi sulit karena dengan kondisi perekonomian minim yang sehari-harinya bekerja serabutan di dalam lingkungan tersebut. Pada akhirnya justru memanfaatkan keadaan untuk memperoleh penghasilan tambahan dengan beragam cara pula.

Salah satunya dengan menyediakan lahan parkir dan menjadikan tempat tinggalnya untuk para pengguna narkoba yang masuk ke kampung tersebut membuat warga memanfaatkannya sebagai peluang bisnis sehingga kampung ini mulai dijadikan kampung narkoba oleh sebagian penghuninya (Marbun, 2016.

daerah.sindonews.com, diakses pada tanggal20 Februari 2016 pukul 21.15 WIB).

Paling mengherankan adalah bahwa lokasi Kampung Kubur berada di pusat kota yang seharusnya mudah dideteksi dan dijangkau orang banyak. Namun dengan kekuatan para bandar narkoba dan seluruh pengikutnya seolah kebal dan tahan dengan segala hukum yang berlaku. Ketidakberdayaan masyarakat dalam memberantas narkoba di Kampung Kubur menjadi salah satu alasan kenapa tempat ini tumbuh subur dengan peredaran barang haram tersebut. Kepala BNNP

(19)

Sumut Brigjen Agus Andi Loedianto menyatakan pihaknya sangat mendukung polisi yang menggandeng pihaknya dan instansi lain untuk membersihkan Kampung Kubur karena peredaran narkoba di Kampung Kubur sudah sangat meresahkan. Terbukti anak berusia 10 tahun sudah positif narkoba. Anak 10 tahun sudah terindikasi narkoba dan itu merupakan bentuk pengkaderan narkoba (Andi, 2016. m.jpnn.com, diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 23.18 WIB).

Setelah adanya pembersihan dari aparat gabungan yang cukup menyitaperhatian masyarakat tersebut, sekarang bisnis narkoba di Kampung Kubur tidak ada lagi dan sudah di kawal pihak berwajib. Selain itu, pembinaan-pembinaan pun terus dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Kota Medan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dapat dilihat beberapa persoalan yang cukup serius. Pertama, Kampung Kubur memiliki sejarah yang panjang dengan berbagai multikultur seperti agama, suku, ras, dan budaya. Kedua, adanya sebuah fakta sosial bahwa di Kampung Kubur adanya peredaran barang-barang haram seperti narkoba yang sangat membahayakan.

Ketiga,imbas dari peredaran narkoba yang pada mulanya ditingkat orangtua kemudian berimbas pada anak remaja. Keempat, keterlibatan remaja dengan narkoba sangat erat kaitannya dengan pola asuh orangtua terhadap anak mereka.

Kelima, adanya saling keterkaitan antara orangtua dengan anak remaja dalam persoalan narkoba di Kampung Kubur terutama bagaimana sebenarnya anak-anak remaja diperlakukan. Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai ‘Upaya Masyarakat Kampung Kubur Dalam Mengubah Stigma Negatif Kampung Narkoba Menjadi Kampung Sejahtera Di Kampung Kubur, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan’.

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dalam penelitian inirumusan masalah yang akan diangkat adalah “Bagaimana Upaya Masyarakat Kampung Kubur Dalam Mengubah Stigma Negatif Kampung Narkoba Menjadi Kampung Sejahtera?”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya masyarakat Kampung Kubur dalam mengubah stigma negatif Kampung Narkoba menjadi Kampung Sejahtera.

1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi peneliti untuk mengubah pemahaman masyarakat mengenai stigma negatif kampung narkoba dan juga dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan kontribusi bagi masyarakat dalam mengubahtanggapan-tanggapan negatif kampung narkoba di Kampung Kubur, serta menghasilkan beberapa solusi yang nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran sekaligus bahan evaluasi khususnya bagi masyarakat dalam menanggapi berkembangnya pandangan- pandangan negatif kampung narkoba di kampung kubur.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masyarakat

2.1.1. Pengertian Masyarakat

Berdasarkan Wikipedia, Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"

sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas- entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Berdasarkan Koentjaraningrat (2009: 115-118), Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki

(22)

keempat ciri yaitu: 1)Interaksi antar warga-warganya,2)Adat istiadat,3)Kontinuitas waktu, 4)Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.Koentjaraningrat (2003) merumuskan pengertian masyarakat berdasarkan empat ciri, yaitu :

a. Interaksi.

b. Adat-istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan.

c. Bersifat terus-menerus.

d. Rasa identitas.

Berdasarkan empat ciri di atas, masyarakat diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sihotang (1992) menjelaskan masyarakat dalam dua defenisi, yaitu defenisi analitik dan defenisi fungsional. Dalam definisi analitik, masyarakat adalah sejumlah orang yang berdiri sendiri atauswasembada yang mempunyai ciri-ciri adanya organisasi sendiri, wilayah tempat tinggal, kebudayaan sendiri, dan keturunan yang akan meneruskan masyarakatnya. Sedangkan dalam defenisi fungsional, masyarakat adalah sejumlah manusia yang mempunyai sistem tidakan bersama, yang mampu terus ada lebih lama dari masa hidup seorang individu, dan paraanggotanya bertambah sebagian melalui keturunan pada anggota. Ciri-ciri masyarakat (Sihotang, 1992: 13):

a. Mampu berdiri sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri,

b. Mampu mempertahankan keberadaanya melalui pergantian atau pertambahan anggota dengan adanya keturunannya.

c. Mampu mempertahankan keberadaannya bergenerasi-generasi.

(23)

d. Ada wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal.

e. Mempunyai kebudayaan sendiri yang menjadi sumber nilai dan norma,

pola tindakan, dan alat memenuhi keperluan hidup.

f. Mempunyai sistem dan struktur.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, definisi masyarakat adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang tersusun oleh sistem dan mempunyai struktur, mempunyai kebudayaan sendiri, dan dapat mempersiapkan penerusan adanya anggota untuk bergenerasi (Sihotang, 1992: 13).Unsur masyarakat berdasarkan defenisi ini, adalah:

1. Kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi.

2. Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama.

3. Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap dan bentuk tindakan yang sama.

Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan oleh interaksi, kegiatan, tujuan, keyakinan, dan tindakan sejumlah manusia yang sedikit banyak berkecenderungan sama. Dalam masyarakat tersebut terdapat ikatan – ikatan berupa tujuan, keyakinan, tindakan terungkap pada interaksi manusianya.

Dalam hal ini, interaksi dan tindakan itu tentu saja, interaksi serta tindakan sosial (Setiadi, 2006: 80 - 81).

2.1.2. Ciri-ciri Masyarakat

Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan oleh interaksi, kegiatan, tujuan, keyakinan, dan tindakan sejumlah manusia yang sedikit banyak berkecenderungan sama. Dalam masyarakat tersebut terdapat ikatan – ikatan berupa tujuan, keyakinan, tindakan terungkap pada interaksi manusianya.

(24)

Dalam hal ini, interaksi dan tindakan itu tentu saja, interaksi serta tindakan

sosial (Setiadi, 2006: 80 - 81).

Ciri – ciri masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Kumpulan orang.

2. Sudah terbentuk dalam jangka waktu yang lama.

3. Sudah memiliki system social atau stuktur sosial tersendiri.

4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama (Setiadi, 2006: 80)

2.2. Stigma

2.2.1. Pengertian Stigma

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Stigma adalah pandangan masyarakat terhadap suatu hal atau individu, termasuk pecandu narkoba. Hal tersebut inilah yang membuat pecandu semakin sulit untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan. Hal tersebut membuat para pecandu narkoba menjadi terpojok sehingga walaupun mereka sudah berhenti namun tetap diperlakukan sama oleh masyarakat.

Stigma dapat juga didefinisikan sebagai suatu fenomena yang dapat memengaruhi diri individu secara keseluruhan. Sampai saat ini masih banyak masyarakat memiliki pendapat dan pandangan bahwa penyalahguna narkoba adalah “penjahat” karena sebelumnya pecandu yang sebenarnya korban selalu dianggap salah dimata hukum dan dijebloskan ke penjara.

Karena itu hingga sekarang masih banyak masyarakat yang salah satu anggota keluargganya enggan untuk menggungkap diri, bahkan cenderung

(25)

ditutupi bagaimanapun caranya. Bahkan yang lebih memprihatinkan sebagian lebih khawatir, sebab jika diketahui oleh masyarakat bahwa salahsatu anggota keluarganya adalah pecandu narkoba.

Permasalahan yang dihadapi seorang pecandu narkoba bukan hanya sebatas program pemulihan direhabilitasi, karena ketika seorang pecandu keluar dari rehabilitasi, maka ia harus menghadapi respon dari lingkungannya dan berharap akan dapat dukungan bukan penolakan. Namun tidak sedikit pecandu narkoba yan telah pulih dan kembli ke masyarakat merasa rendah diri dan tidak nyaman karena berbagai stigma negatif yang ditujukan kepada dirinya, bahkan dari keluarganya sendiri. Diskriminasi terasa sangat menyakitkan karena mereka seolah-olah dibedakan dari orang lain yang dianggap “normal”. Stigma negatif dari lingkungan dapat membuat pecandu menstigma dirinya sendiri dengan menganggap bahwa hal-hal negatif yang di terimanya sebagai suatu kenyataan.Dari beberapa definisi dari stigma tersebut, maka penulis menyimpulkan definisi stigma adalah pikiran dan kepercayaan yang salah serta fenomena yang terjadi ketika individu memperoleh labeling, stereotip, separationdan mengalami diskriminasi sehingga memengaruhi diri individu secara keseluruhan.

2.2.2. Mekanisme Stigma

Mekanisme stigma terbagi menjadi empat menurut Major & O’Brien (2005), yaitu :

a. Adanya perlakukan negatif dan diskriminasi secara langsung

Mekanisme stigma yang pertama yaitu adanya perlakukan negatif dan diskriminasi secara langsung yang artinya terdapat pembatasan pada akses kehidupan dan diskriminasi secara langsung sehingga

(26)

berdampak pada status sosial, psychological well-being dan kesehatan fisik. Stigma dapat terjadi dibeberapa tempat seperti di sebuah toko, tempat kerja, setting pendidikan, pelayanan kesehatan dan sistem peradilan pidana (Eshieman, dalam Major & O’Brien, 2005).

b. Proses konfirmasi terhadap harapan atau self fullfilling prophecy Stigma menjadi sebuah proses melalui konfirmasi harapan atau self fullfilling prophecy (Jussim dkk., dalam Major & O’Brien, 2005).

Persepsi negatif, stereotipe dan harapan bisa mengarahkan individu untuk berperilaku sesuai dengan stigma yang diberikan sehingga berpengaruh pada pikiran, perasaan dan perilaku individu tersebut.

c. Munculnya stereotip secara otomatis

Stigma dapat menjadi sebuah proses melalui aktivasi stereotip otomatis secara negatif pada suatu kelompok.

d. Terjadinya proses ancaman terhadap identitas dari individu 2.2.3. Tipe Stigma

Menurut Goffman (dalam Scheid & Brown, 2010) mendefinisikan 3 tipe stigma sebagai berikut :

a.Stigma yang berhubungan dengan cacat tubuh yang dimiliki oleh seseorang

b.Stigma yang berhubungan dengan karakter individu yang umum diketahui seperti bekas narapidana, pasien rumah sakit jiwa dan lain sebagainya

c.Stigma yang berhubungan dengan ras, bangsa dan agama. Stigma semacam iniditransmisikan dari generasi ke generasi melalui keluarga.

(27)

2.2.4. Dimensi Stigma

Menurut Link dan Phelan (dalam Scheid & Brown, 2010) stigma mengacu pada pemikiran Goffman (1961), komponen-komponen dari stigma sebagai berikut :

a.Labeling

Labeling adalah pembedaan dan memberikan label atau penamaan berdasarkan perbedaan-perbedaan yang dimiliki anggota masyarkat tersebut (Link & Phelan dalam Scheid & Brown, 2010). Sebagian besar perbedaan individu tidak dianggap relevan secara sosial, namun beberapa perbedaan yang diberikan dapat menonjol secara sosial. Pemilihan karakteristik yang menonjol dan penciptaan label bagi individu atau kelompok merupakan sebuah prestasi sosial yang perlu dipahami sebagai komponen penting dari stigma. Berdasarkan pemaparan di atas, labeling adalah penamaan berdasarkan perbedaan yang dimiliki kelompok tertentu.

b.Stereotip

Stereotip adalah kerangka berpikir atau aspek kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok sosial tertentu dan traits tertentu (Judd, Ryan & Parke dalam Baron & Byrne, 2003). Menurut Rahman (2013) stereotip merupakan keyakinan mengenai karakteristik tertentu dari anggota kelompok tertentu. Stereotip adalah komponen kognitif yang merupakan keyakinan tentang atribut personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan, stereotip adalah komponen kognitif dari individu yang merupakan keyakinan tentang atribut personal atau karakteristik yang

(28)

dimiliki oleh individu dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu.

c.Separation

Separation adalah pemisahan “kita” (sebagai pihak yang tidak memiliki stigma atau pemberi stigma) dengan “mereka” (kelompok yang mendapatkan stigma). Hubungan label dengan atribut negatif akan menjadi suatu pembenaran ketika individu yang dilabel percaya bahwa dirinya memang berbeda sehingga hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses pemberian stereotip berhasil (Link & Phelan dalam Scheid & Brown, 2010).Berdasarkan pemaparan di atas, separation artinya pemisahan yang dilakukan antara kelompok yang mendapatkan stigma dengan kelompok yang tidak mendapatkan stigma.

d. Diskriminasi

Diskriminasi adalah perilaku yang merendahkan orang lain karena keanggotaannya dalam suatu kelompok (Rahman, 2013). Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009)diskriminasi adalah komponen behavioral yang merupakan perilaku negatif terhadap individu karena individu tersebut adalah anggota dari kelompok tertentu. Berdasarkan pemaparan tersebut, diskriminasi adalah komponen behavioral yang merendahkan individu karena individu tersebut adalah anggota kelompok tertentu. Menurut Jones (dalam Link, Yang, Phelan & Collins, 2001) mengidentifikasi dimensi dari stigma yang tediri dari enam dimensi, yaitu :

a. Concealability, menunjukkan atau melakukan deteksi tentang karakteristik dari individu lain. Concealability bervariasi tergantung pada

(29)

sifat stigma tersebut. Individu yang mampu menyembunyikan kondisinya, biasanya sering melakukan stigma tersebut.

b. Course, menunjukkan kondisi stigma reversibel atau ireversibel. Individu yang mengalami kondisi ireversibel maka cenderung untuk memperoleh sikap yang lebih negatif dari orang lain.

c. Disruptiveness, menunjukkan tanda-tanda yang diberikan oleh orang lain kepada individu yang mengakibatkan ketegangan atau menghalangi interaksi interpersonal.

d. Aesthetic, mencerminkan persepsi seseorang terkait dengan hal yang menarik atau menyenangkan.

e. Origin, merujuk kepada bagaimana munculnya kondisi yang menyebabkan stigma.

f. Peril, merujuk pada perasaan bahaya atau ancaman yang dialami orang lain. Ancaman dalam pengertian ini dapat mengacu pada bahaya fisik atau perasaan yang tidak nyaman.

Berdasarakan pemaparan sebelumnya, dimensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Link dan Phelan (dalam Scheid & Brown, 2010) yang juga berpedoman pada pemikiran Goffman (1961) yaitu Labeling, Stereotip, Separation dan Diskriminasi

2.2.5. Proses Stigma

Menurut Crocker, dkk. (dalam Major & O’Brien, 2005) stigma terjadi karena individu memiliki beberapa atribut dan karakter dari identitas sosialnya namun akhirnya terjadi devaluasi pada konteks tertentu. Menurut Link dan Phelan (dalam Scheid & Brown, 2010) stigma terjadi ketika

(30)

muncul beberapa komponen yang saling berkaitan. Adapun komponen- komponen tersebut, yaitu :

a. Komponen pertama adalah individu membedakan dan memberikan label atas perbedaan yang dimiliki oleh individu tersebut

b. Komponen kedua adalah munculnya keyakinan dari budaya yang dimiliki individu terhadap karakteristik individu atau kelompok lain dan menimbulkan stereotip.

c. Komponen ketiga adalah menempatkan individu atau kelompok yang telah diberikan label pada individu atau kelompok dalam kategori yang berbeda sehingga terjadi separation.

d. Komponen keempat adalah individu yang telah diberikan label mengalami diskriminasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa stigma terjadi dalam jangka waktu tertentu yang merupakan suatu proses yang terdiri dari empat dimensi yaitu terjadinya labeling dilanjutkan dengan munculnya stereotip, separation dan diskriminasi.

2.3. Narkoba

2.3.1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya(Kurniawan, 2008).Narkoba dibagi dalam 3 jenis :

1. Narkotika 2. Psikotropika

(31)

3. Zat adiktif lainnya 1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,atau ketagihan yangsangat berat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :

a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah herointidak murni berupa bubuk.

b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Contoh : petidindan turunannya, benzetidin, betametadol.

c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.Contoh: codeindan turunannya(Martono, 2006).

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiahmaupun sintetis,bukan narkotikayang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mentaldan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa(Undang-Undang

(32)

Republik Indonesia Nomor5 tahun 1997).Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan:

a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamiedalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).

b. Golongan II :adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :ampetamindan metapetamin.

c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untukpengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.

d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam(Martono, 2006).

3. Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapatmenimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :

a)Rokok

b)Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c)Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan(Alifia, 2008).

(33)

2.3.2. Jenis dan Efek yang ditimbulkan oleh Narkoba

1. Ganja/ Mariyuana/ Kanabis adalah Tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong dan berbulu halus, jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5,7,9. Cara penyalahgunaannya adalah dengan mengeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok atau langsung dijadikan rokok lalu dibakar dan dihisap. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji maupun bunga. Dibeberapa daerah Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, pulau Jawa dan lain, akibat dari menggunakan adalah berpariasi tergantung dari jumlah, jenis cannabis serta waktu cannabis dipakai. Beberapa efek dapat termasuk euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang.

2. Kokain adalah tanaman perdu mirip pohon kopi, buahnya yang matang berwarna merah seperti biji kopi, kokain merupakan hasil sulinggan dari daun koka yang memiliki zat yang sangat kuat, yang tumbuh di Amerika Tenggah dan Amerika Selatan. Sedangkan kokainfreebaseadalah kokain yang diproses untuk menghilangkan kemurnian dan campurannya sehingga dapat dihisap dalam bentuk kepingan kecil sebesar kismis. Salah satu bentuk populer dari kokain adalah crac, kokain menimbulkan risiko tinggi terhadap pengembangan ketergantungan fisik dan fisiologis, prilaku yang lazim selama dibawah pengaruh kokain dapat termasuk hiperaktif, keriangan, dan bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri dan kegiatan seksual yang meningkat. Pengguna juga dapat berprilaku

(34)

tidak berpendirian tetap,merasa tidak terkalahkan dan menjadi agresif dan suka bertengkar. Kondisi yang dapat mematikan dapat terjadi dari kepekaan yang tinggi terhadap kokain atau overdosis secara

besar-besaran. Beberapa jam setelah pemakaian terakhir, rasa pergolakan dan depresi dapat terjadi.

3. Opium Adalah bunga dengan bentuk dan warna yang sangat indah, dari getah bunga opiun dibuat candu (opiat), dahulu di Mesir dan Cina digunakan untuk pengobatan, menghilangkan rasa sakit tentara yang terluka akibat perang dan berburu, opium banyak tumbuh didaerah “ segi tiga emas” Burma, Kamboja, Thailand dan segitiga emas Asia Tengah, Afganistan, Iran dan Pakistan. Penggunaanjangka panjang mengakibatkan penurunan dalam kemampuan mental dan fisik, serta kehilangan nafsu makan dan berat badan.

4. Alkohol Adalah zat aktif yang terdapat dari berbagai jenis minuman keras. merupakan zat yang mengandung etanol yang berfungsi memperlambat kerja sistem sarafpusat, memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. Meskipun demikian apabila digunakan pada dosis rendah alkohol justru membuat tubuh merasa segar (bersifat merangsang).Minuman ini terbagi dalam 3 golongan, yaitu

a. Golongan A : yaitu berbagai minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1% s/d 5%. Contoh minuman keras adalah : bir, greensand, dan lain-lain

(35)

b. Golongan B : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5% s/d 20 %. Contohnya adalah Anggur malaga, dan lain-lain.

c. Golongan C : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 29% s/d 50 %. Contoh adalah Brandy, Vodka, Wine, Drum, Champagne, Wiski, dan lain-lain (Partodiharjo, 2008).

5. Amfetamin pertama dibuat di Jerman pada akhir abad ke-19 tetapi baru dipatenkan pada 1930-an. Pada 1940-an amfetamin mulai dipakai sebagai terapeutik untuk berbagai macam kondisi medis seperti ayan, depresi dan untuk anak yang hiperkinetik. Merupakan zat perangsang sintetik yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan untuk kepentingan medis. Amfetamintersedia dalam merk- merk umum dalam bentuk dexamphetamin (dexedrine) dan pemoline (volisal).Efek amfetamin biasanya hilang setelah 3-6 jam dan pemakai dapat secara tiba-tiba menjadi lelah, suka marah, murung dan tidak bisa konsentrasi, peningkatan kewaspadaan, peningkatan tenaga dan kegiatan, mengurangi nafsu makan dan kepercayaan diri. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan malnutrisi, kelelahan, depresi dan psikosis. Kematian yang diakibatkan penggunaan obat perangsang jarang terjadi tetapi lebih mungkin jika amfetamin disuntikkan.

6. Sedatif Adalah merupakan zat yang dapat mengurangi berfungsinya sistem syaraf pusat. Dapat menyebabkan koma, bahkan kematian jika melebihi takaran.

(36)

7. Ekstasi/ Dolphin/ Black Hear/ Gober/ Circle K. Sering digunakan sebagai alat penghayal tanpa harus berhalusinasi. Tablet ini diproduksi khusus untuk disalahgunakan yaitu untuk mendapatkan rasa gembira, hilang rasa sedih, tubuh terasa fit dan segar. Dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan bahwa ekstasi dapat memperlemah reaksi daya tahan tubuh, ada pengaruh terhadap perubahan menstruasi, termasuk ketidak teraturan menstruasi dan jumlah yang lebih banyak atau amenorhoe (tidak haid). Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat. Ekstasi merusak mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar dan berpikir dengan cepat. Terbukti dapat menyebabkan kerusakan jantung danhati. Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada kasus-kasus gangguan kejiwaan (Partodiharjo, 2008).

8. Shabu-shabu merupakan kombinasi baru yang sedang laris, berbentuk bubuk mengkilat seperti garam dapur, shabu berisi metapetami yang dicampur dengan berbagai psikotropika. Pemakai yang kronis akan tampak kurus, mata merah, malas mandi, emosi labil, dan loyo. Beberapa kasus menunjukkan dampak shabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas, serta meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang brutal (Nasution, 2004).

9. Kafein merupakan zat perangsang yang dapat ditemukan dalam obat generik, kopi, teh coklat atau makanan bersoda.

10. Tembakau merupakan daun–daunan pohon tembakau yang dikeringkan dan pada umunya diproduksi dalam bentuk rokok.

(37)

Nikotin, terdapat ditembakau, adalah salah satu zat yang paling adiktif yang dikenal. Nikotin adalah perangsang susunan saraf pusat (SSP) yang mengganggu keseimbangan neuropemancar. menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, menimbulkan emfisema ringan, sebagian menghilangkan perasaan citarasa dan penciuman serta memerihkan paru. Penggunaan tembakau jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, jantung dan pembuluh darah, dan menyebabkan kanker (Partodiharjo, 2008).

2.3.3. Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba 1. Tersedianya Narkoba

Permasalahan penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba tidak akan terjadi bila tidak ada narkobanya itu sendiri. Dalam pengamatan ternyata banyak tersedianya narkoba dan mudah diperoleh.Hawari (1990) dalam penelitiannya menyatakan bahwa urutan mudahnya narkoba diperoleh (secara terang-terangan, diam-diam atau sembunyi-sembunyi) adalah alkohol (88%), sedatif (44%), ganja, opiot dan amphetamine(31%). Menurut Gunawan (2009) faktor tersedianya narkoba adalah ketersediaan dan kemudahan memperoleh narkoba juga menjadi faktor penyabab banyaknya pemakai narkoba. Indonesia bukan lagi sebagai transit seperti awal tahun 80-an, tetapi sudah menjadi tujuan pasar narkotika. Para penjual narkotika berkeliaran dimana-mana, termasuk disekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warun-warung kecil yang dekat dengan pemukiman masyarakat.

(38)

2. Lingkungan

Terjadinya penyebab penyalahgunaan narkoba yang sebagian besar dilakukan olehusia produktif dikarenakan beberapa hal, antara lain : 1) Keluarga

Menurut Kartono dalam Wina (2006) keluarga merupakan satu organisasi yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga didalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan biologis anak manusia.Penyebab penggunaan narkoba salah satunya adalah keluarga dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) penggunanarkoba

b) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada jalan keluar yang memuaskan semua pihak dalam keluarga. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.

c) Keluarga dengan orang tua yang otoriter, yang menuntut anaknya harus menuruti apapun kata orang tua, dengan alasan sopan santun, adat-istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa memberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuan.

d) Keluarga tidak harmonis, menurut Hawari dalam Wina (2006), keluarga harmonis adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana didalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling

(39)

terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.

2) Masyarakat

Kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi faktor terganggunya perkembangan jiwa kearah perilaku yang menyimpang yang padagilirannya terlibat penyalahgunaan/ketergantungan narkoba. Lingkungan sosial yang rawan tersebut antara lain :

a) Semakin banyaknya penggangguran, anak putus sekolah dan anak jalan.

b) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan hingga dini hari dimana sering digunakan sebagai tempat transaksi narkoba.

c) Banyaknya penerbitan, tontonan TV dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan.

d) Masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan.

e) Kebut-kebutan, coret-coretan pengerusakan tempat-tempat umum.

f) Tempat-tempat transaksi narkoba baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi (Alifia, 2008).

3) Individu a. Harga Diri

Menurut Coopersmith dalam Eka (2006), harga diri adalah Aspek kepribadian yang pentingsebagai penilaian yang dibuat individu

(40)

terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu, yang berasal dari interaksi individu dengan orang–orangyang terdekat dengan lingkungannya, dan dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan oranglain yang diterima individu. Menurut Sellet dan Littlefield dalam Sulistiyowati (2008), harga diri merupakan aspek kepribadian yang pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada seseorang dapat mengakibatkan masalah baik akademik, olahraga, pekerjaan dan hubungan sosial . Harga diri dapat dibedakan atas 3, yaitu:

a) Harga diri tinggi, yaitu memiliki sifat aktif, sukes dalam kehidupan sosial,mampu mengontrol diri, mengharga i orang lain, dan percaya diri.

b) Harga diri sedang yaitu memiliki sifat hampir sama dengan harga diri tinggi hanya ia bimbang menilai diri perlu dukungan sosial dan percaya diri.

c) Harga diri rendah yaitu memiliki sifat kurang aktif, sebagai pendengar dan pengikut, minder, gugup, sering salah dalam mengambil keputusan dan rendah diri.

2.3.4. Tiga Sifat Jahat Narkoba

Narkoba memiliki 3 sifat jahat yang dapat membelenggu pemakainya untuk menjadi budak setia. Sehingga tidak dapat meninggalkannya, selalu membutuhkannya dan mencintainya melebihi siapapun. tiga sifat khas yang sangat berbahaya:

(41)

a. Habitualis adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk mencari dan rindu. sifat ini lah yang membuat pemakai narkoba yang sudah sembuh dapat kambuh kembali.

b. Adiktif adalah sikap yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapatmenghentikan, penghentian atau pengurangan pemakaian narkoba akan menimbulkan ‘efek putus zat’ yaitu perasaan sakit yang luar biasa.

c. Dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba itu sehingga menuntut dosis yang lebih tinggi. Bila dosis tidak dinaikkan narkoba itu tidak akan bereaksi, tetapi malah membuat pemakainya mengalami sakaw.

2.3.5. Ciri –ciri Umum Pengguna Narkoba

Biasanya orang mengetahui anaknya menggunakan narkoba selalu ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Oleh karena itu ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, secara umum penguna narkoba terdiri dari 4 tahap ;

1. Tahap Coba-coba

Mulanya hanya coba-coba, kemudian karena terjebak oleh 3 sifat jahat narkoba, ia menjadi mau lagi dan lagi. Sangat sulit melihat gejala awal pengguna narkoba, gejala tersebut adalah :

a. Gejala psikologi

Terjadi perubahan pada sikap anak, akan timbul rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, anak lebih sensitif, resah dan gelisah, kemanjaan dan kemesraan akan

(42)

berkurang bahkan hilang. Pada fisik belum tampak pada tubuh anak. Tetapi bila sedang memakai psikotropika, ekstasi, atau sabu, ia akan tampak riang, gembira, murah senyum dan ramah, bila menggunakan jenis putaw, ia akan tampak tenang, tentram, tidak peduli pada orang lain, bila tidak memakai tidak akan tampak gejala apapun.

2. Tahap Pemula

Setelah tahap eksperimen atau coba- coba, lalu meningkat menjadi terbiasa. Anak akan terus memakai karena kenikmatannya dan akan terus menggunakannya. Pada tahap ini akan muncul gejala sebagai berikut:

a. Gejala psikologi

Sikap anak menjadi lebih tertutup, jiwanya resah, gelisa, kurang tenang dan lebih sensitif, hubungan dengan orang tua dan saudara–

saudara mulai renggang tidak lagi terlihat riang, ceria. Ia mulai tampak banyak menyembunyikan rahasia. Pada fisik tidak tampak perubahan yang nyata. Bila ia memakai tampak lebih lincah, lebih riang, lebih percayadiri, berarti ia memakai psikotropika stimulan, shabu, atau ekstasi, bila ia tampak lebih tenang, mengantuk, berarti ia memakai obat penenang, ganja, atau putaw.

3. Tahap Berkala

Setelah berapa kali memakai narkoba sebagai pemakai insidentil, pemakian narkoba terdorong untuk memakai lebih sering lain. Selain merasa nikmat, ia juga mulai merasakan sakaw, kalau terlambat atau berhenti mengkonsumsi narkoba, ia memakai narkoba pada saat tertentu secara rutin. Pemakai sudah menjadi lebih sering dan teratur. Misalnya

(43)

setiap malam minggu, sebelum pesta tampil, atau sebelum belajar agar tidak mengantuk. ,Ciri mental, sulit bergaul dengan teman baru. Pribadinya menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung, ke akraban dengan orang tua dan saudara sangat berkurang dan apabila tidak menggunakan narkoba sikap dan penampilannya sangat murung, gelisa dan kurang percaya diri. Ciri fisik, terjadi gejala sebaliknya dari tahap 1 dan 2.

Apabila menggunakan, ia tampak

normal, apabila tidak menggunakan ia akan tampak murung, lemah, gelisa, malas.

4. Tahap Tetap/Madat

Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala, pemakai narkoba akan dituntut oleh tubuhnya sendiri untuk semakin sering memakai narkoba dengan dosis yang lebih tinggi, bila tidak ia akan merasa penderitaan (sakaw), pada tahap ini pemakai tidak dapat lagi lepas dari narkoba sama sekali, ia harus selalu mengunakan narkoba. ia disebut pemakai setia, pecandu, pemadat atau junkies. Bila ia memakai akan tampak normal tetapi apabila tidak ia tampak sakit. Dalam satu hari ia dapat memakai 4 sampai 6 kali, bahkan ada yang harus memakai setiap 1 jam. Tanda – tanda psikis, sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif, tertutup, sensitif, mudah tersinggung, egois, mau menang sendiri, malas dan lebih menyukai hidup di malam hari. Pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri, merampok dan tidak malu menjadi pelacur (pria atau wanita) ia tidak merasa berat untuk berbuat jahat dan membunuh orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Tanda–tanda fisik, biasanya kurus lemah (loyo) namun ada juga yang dapat membuat dirinya gemuk dan sehat. Dengan banyak makan dan

(44)

minum suplement. Gigi kuning kecoklatan, mata sayup, ada bekas sayatan atau tusukan jarum suntik pada tangan, kaki, dada, lidah, atau kemaluan (Partodiharjo, 2008).

2.3.6. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Kamus Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, arti penyalahgunaan obat adalah: suatu keadaan periodik atau keracunan kronis yangdihasilkan oleh konsumsi obat-obatan yang berulang-ulang. Defenisi penyalahgunaan obat adalah: pemakaian obat di luar indikasi melainkan tanpa petunjuk atau resep dokter, pemakaian sendiri secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan (BNN,2006:221).

Penyalahgunaan (abuse) narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat klinis menyimpang, minimal satu bulan, dan telah terjadi gangguan fungsisosial atau pekerjaannya. Penyalahgunaan narkoba adalah:

penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, yang menimbulkan perubahan fungsi fisik danpsikis serta menimbulkan ketergantungan tanpa resep dan tanpa pengawasan dokter (op. cit.,hal. 37).Faktor yang menyebabkan penyalahgunaan obat terdiri dari faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus.

1. Faktor Predisposisi

Faktor predposisi adalah gangguan kepribadian dimana seseorang merasa tidak puas dengan dampak perilakunya terhadap orang lain. Gambaran penyerta untuk faktor ini adalah gangguan kejiwaan berupa kecemasan atau depresi. Untuk mengatasi ketidakmampuannya untuk berfungsi secara wajar, dan untuk menghilangkan kecemasan dan depresi, seorang cenderung melakukan penyalahgunaan obat (Hawari, 2001:24).

(45)

2. Faktor Kontribusi

Faktor kontribusi adalah faktor yang muncul dari kondisi seseorang,

seperti keluarga yang tidak utuh, orangtua yang terlalu sibuk, dan hubungan intrapersonal yang kurang baik antara anak dengan orangtua (Ibid, hal. 27).

3. Faktor Pencetus

Faktor pencetus adalah faktor pengaruh teman sebaya yang mempunyai andil yang juga besar. Disamping teman sebaya, kemudahan diperolehnya narkoba (easy availability) juga menjadi pencetus yang menyebabkan seseorang melakukan penyalahgunaan obat (Ibid, hal. 28).

2.3.7. Dampak yang ditimbulkan Akibat Penyalahgunaan Narkoba Secara Umum

1. Euforia

a. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah munculnya keberanian yang luar biasa.

b.Hilangnya segala beban fikiran, seperti rasa sedih, resah, khawatir, menyesal dan sebagainya.

2. Delirium

a. Disusul dengan ketegangan psikis, tekanan jiwa yang berat sekali.

b.Diikuti kegelisahan jiwa yang besar sehingga timbul gangguan koordinasi gerakan motorik (gangguan kerja otak ).

3. Halusinasi

a. Timbul khayalan yang tidak terkendali.

b. Indra pendengaran dan penglihatan tidak stabil sehingga terdengar dan tampak sesuatu yang tidak ada.

(46)

4. Weakness

a. Keadaan Jasmani dan Rohani lemah.

b. Keadaan lemah dan ingin tidur terus-menerus.

5. Drawsines

Keadaan menurun seperti setengah tidur dengan fikiran ingin menggunakan lagi, dan akhirnya menjadi apatis dan tidak menghiraukan sekelilingnya (Alifia, 2008).

2.3.8. Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba memberikan pengaruh yang menyenangkan bagi sipemakai. namun kesenangan itu hanya sesaat, sementara penuh kepalsuan. Seolah-olah hidup bahagia dan menyenangkan, serta indah padahal kenyataannya tidak begitu.

Penyalahgunaan narkoba bukan hanya berpengaruh buruk bagi pemakai saja tetapi juga bagi masyarakat dan negara. Bagi pemakai dampak yang ditimbulkan terbagi atas 3, yaitu:

1. Dampak psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

d. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

2. Dampak sosial

a. Gangguan mental, anti sosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan terganggu masa depan suram.

(47)

3. Dampak fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran

b. Gangguan pada jantung dan pembulu darah: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

c. Gangguan pada kulit : penanahan, alergi

d. Gangguan pada paru-paru : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru.

e. Sering sakit kepala, mual dan muntah, pengecilan hati dan sulit tidur.

(Widianti, 2007)

f. Akan berakibat fatal apabila terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over Dosis dapat menyebabkan kematian (Abdalla, 2008).

g. Sedangkan bagi kesehatan reproduksinya, dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan sex, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis, pembesaran payudara dan gangguan sperma. Sedangkan pada wanita terjadi penurunan dorongan sex, gangguan pada hormon estrosen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran (Lin, 2007).

(48)

2.3.9. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba, yaitu : 1. Promotif ( pembinaan)

Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan narkoba, prinsipnya adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba. dengan pelaku program adalah lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dandiawasi oleh pemerintah.

2. Preventif (program pencegahan)

Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk mengunakanya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat efektif bila dibantu oleh lembaga propesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat. Bentuk kegiatan preventif yang dilakukan:

1) Kampanye anti penyalahgunaan Narkoba

Dengan memberikan informasi satu arah tanpa tanya jawab, hanya memberiakan garis besarnya, dangkal dan umum, disampaikan oleh toma, ulama, seniman, pejabat bukan tenaga propesional. Dapat juga dengan mengunakan poster, brosur atau baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.

a) Penyuluhan seluk beluk narkoba.

b) Pendidikan dan pelantikan kelompok sebaya.

Gambar

Tabel 1.1. Variabel Yang Diteliti
Foto bersama dengan Bapak Kepala Lingkungan I  Kampung Kubur

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dengan cara melakukan penelitian secara

Kekerasan seksual adalah aktivitas seksual yang dilakukan pelaku tanpa persetujuan atau kerelaan dari orang lain yang di kenai tindakan. Pelaku adalah orang yang

Dari keseluruhan uji yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015)

Setelah diadakan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program KKS desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ini sudah berjalan dengan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan strategi pasif yang dilakukan pedagang pasar tradisional malam Kecamatan Pagar Merbau dalam beradaptasi ditengah pandemi

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program antara lain kurangnya tanggung jawab anggota kelompok, tidak adanya pelatihan dari dinas sosial,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Peran Ganda Perempuan Single Parent dalam Mempertahankan Kesejahteraan Keluarga di Desa Simanindo maka

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang sudah di rumuskan pada awal bab penelitian ini, yaitu untuk mengetahu seberapa besar