BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Laporan Keuangan
“Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses pencatatan, pengelolaan dan pemerikasaan dari transaksi finansial dalam suatu badan usaha yang dirancang untuk membuat keputusan baik dalam maupun luar perusahaan mengenai posis keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Novi (2013: 5)
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK) 2015, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Secara umum laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Wiratna (2017: 1).
2. Tujuan Laporan keuangan
Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan antara lain:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan jumlah pendapatan yang di peroleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
g. Informasi keuangan lainnya.
Kasmir (2012:10-11)
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
“Ada 3 (tiga) macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi oleh pihak manajemen”. Mamduh (2016 : 49)
a) Laporan Posis Keuangan (Neraca)
Neraca dapat kita jabarkan sebagai laporan keuangan yang menunjukkan apakah sebuah bisnis bernilai pada suatu waktu.
Neraca diturunkan dari istilah “balance sheet” , “Statement of Financial Conditions”, “Statement of Resources and Liabilities”.
Neraca ini merupakan laporan tentang posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Oleh karena itu, neraca sering disebut sebagai potret dari posis keuangan perusahaan, karena kondisi keuangan yang disajikan pada neraca tersebut hanya terjadi pada tanggal tertentu, yaitu tanggal penyusunan neraca. Diluar tanggal penyusunan neraca, kondisi keuangan tersebut bisa diubah.
Arfan (2016 : 23)
Contoh laporan posisi keuangan dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 1
PT ADIL SEMARANG Laporan Posisi Keuangan Untuk Periode Per 31 Desember 2012
ASET LIABILITAS
Kas 1,650,000 Utang usaha 1,240,000
Piutang Usaha 1,240,000 Utang hipotek 3,000,000 Supplies kantor 40,000 Utang iklan 20,000 Dibayar dimuka beban - Dibayar dimuka pendapatan usaha30,000 Sewa Kantor 120,000 Utang pajak penghasilan 40,000
Total aset lancar 3,050,000 Total liabilitas 4,330,000
Kendaraan 4,300,000 EKUITAS
Akumulasi bbn penyusutan (200,000) Modal saham 4,000,000 Nilai buku kendaraan 4,100,000 Saldo laba 170,000
Peralatan kantor 1,500,000 Total ekuitas 4,170,000
Akumulasi bbn penyusutan (150,000) Nilai buku peralatan 1,350,000
total aset tidak lancar 5,450,000
TOTAL ASET 8,500,000 TOTAL LIABILITAS & EKUITAS 8,500,000 Sumber: Sony Warsono (2013 : 117)
b) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep pembandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan membandingkan beban dengan pendaptan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba besih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih.
Arfan Ikhsan (2016 : 34)
Contoh laporan laba rugi dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 2
PT ADIL SEIMBANG Laporan Laba/Rugi
Untuk periode s/d 31 Desember 2012 Penghasilan operasional :
Pendapatan Usaha 990,000
Beban Operasinal :
Beban Gaji 200,000
beban supplies kantor 130,000
Beban penyusutan Kendaraan 200,000
Beban Penyusutan peralatan kantor 150,000
Beban Iklan 50,000
Beban sewa kantor 60,000
Total Beban (790,000)
Laba/(Rugi)* operasional 200,000
Penghasilan non-operasional 130,000
Beban non-operasional (20,000)
Laba/(Rugi)* non-operasional 110,000
Laba/(Rugi)* sebelum pajak 310,000
(-) Beban pajak penghasilan (40,000)
Laba/(Rugi)* bersih setelah pajak 270,000
Sumber: Sony Warsono (2013 : 113)
c) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
Laporan kas terdiri arus kas masuk (chas in) dan arus kas keluar (chas out) selama periode tertentu. Ksas masuk terdiri uang yang masuk ke perusahaan, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya, seperti pembayaran biaya operasional perusahaan. Kasmin (2012 : 29-30) Contoh laporan arus kas dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 3
PT ADIL SEIMBANG Laporan Arus Kas
Untuk periode s/d 31 Desember 2012
Saldo Awal, 1 Januari 2012 1,000,000
Arus Kas Dari Aktiva Operasi:
Aliran masuk: Penjualan tunai dll 130,000,000 Aliran keluar: Gaji Karyawan dll (122,350,000)
Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Operasi 7,650,000 Arus Kas Dari Aktiva Investasi:
Aliran masuk: Penjualan Mesin dll 16,000,000 Aliran keluar: Pembelian Mesin tunai dll (19,000,000)
Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Investasi (3,000,000) Arus Kas Dari Aktiva Pendanaan:
Aliran masuk: Pinjaman hipotek dll 23,000,000 Aliran keluar: Pelunasan dan angsuran pinjaman dll (27,000,000)
Aliran Kas Positif (Negatif) Netto Aktiva Pendanaan (4,000,000)
Saldo Akhir, 31 Desember 2012 1,650,000
Sumber: Sony Warsono (2013 : 119)
4. Analisis Laporan Keuangan
Definisi analisis laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posis keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Arfan (2016 : 43)
Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangkan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi peusahan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisis rasio keuangan karena analisis ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana. Soemarso (2012 : 87)
5. Rasio Keuangan
Rasio digunakan untuk membantu sebuah entitas bisnis dalam mengevaluasi hasil keuangan dan ekonomi dari orientasi laba operasi sepanjang periode akuntansi. Rasio sendiri adalah angka sederhana dan kelihatannya memiliiki sedikit nilai, rasio tidak secara langsung menunjukkan hasil yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Arfan (2016 : 73)
Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil- hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi. Irawati (2013 : 22)
6. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mengsiagakan kas atau asset lain yang dapat segera diubah menjadi
Current Ratio = Aktiva Lancar (Current Assets) Utang Lancar (Current Liabilities)
kas dalam rangka memenuhi beragam liabilitas jangka pendek yang harus dipenuhi perusahaan. Semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan maka dapat diintepretasikan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sony Warsono (2013 : 260)
“Secara umum, rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara total aktivitas lancar dengan total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar”. Samaryn (2015: 216)
“Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity rasio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang), jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo”. Kasmir (2012; 129)
Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
“Rasio Lancar atau Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”.
Rumus yang digunakan mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Quick Ratio = Current Assets−Inventory Current Liabilities
Cash ratio = Cash or Cash equivalent Current Liabilities
Quick Ratio (Acid Test Ratio) =
Kas+Bank+Efek+Piutang Current LiabilitiesCash ratio = Kas+Bank Current Liabilities 2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
“Rasio Cepat (Quick Ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau uatang lancar (utang jangka pendek) dengan aktivitas lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory)”.
Rumus yang digunakan mencari rasio cepat atau (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut:
Atau:
3) Rasio Kas (Cash Ratio)
“Rasio Kas atau Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang”.
Rumus yang digunakan mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Atau:
Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih Modal Kerja Beersih
Inventory to NWC = Inventory
Current Assets−Current Liabilities 4) Rasio Perputaran Kas
Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas dapat digunakan sebagai berikut:
5) Inventory to Net Working Capital
“Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan”.
Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital dapat digunakan sebagai berikut:
b. Rasio Solvabilitas
“Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan melunasi semua utang-utangnya pada saat jatuh tempo”. Sony warsono- bin-hardono (2013 : 262)
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahan dibiayai
Debt to asset ratio
= Total Debt Total AssetDebt to Equity Ratio
= Total Utang (Debt) Ekuitas (Equity)dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Kasmir (2012: 151).
Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas antara lain:
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
“Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan total utang dengan aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiyai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolan aktiva”.
Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
2) Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut:
LTDtER =
Long tern debt EquityTimes Interest Earned =
EBITBiaya Bunga (interest)
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
“LTDtER merupakan rasio antara utang jangka penjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan”.
Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka penjang dengan modal sendiri, yaitu:
4) Times Interest Earned
Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu mambayar biaya bunga tahunannya.
Apabila perusahan tidak mampu mambayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan dari para kreditor. Bahkan ketidak mampuan menutup biaya tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan perusahaan menuju kearah pailit semakin besar.
Rumus untuk mencari times interest earned dapat digunakan dengan dua cara sebagai berikut:
Times Interest Earned =
EBIT+Biaya Bunga Biaya Bunga (interest)FCC =
EBIT+Biaya Bunga+Kewajiban sewa (lease) Biaya Bunga (interest)+kewajiban sewa (lease)Atau:
5) Fixed Charge Coverage (FCC)
“Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontak sewa (lease contaract).
Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban tahunan atau jangka panjang”.
Rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage (FCC) adalah sebagai berikut:
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi atas pemaanfaat sumber daya yang dimiliki perusahaan, atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini dikenal juga sebagai rasio pemanfaatan asset, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas asset perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Hery (2015:168)
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Kasmir (2012:172)
Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio aktivitas antara lain:
Receivable Turn Over
=
Penjualan Kredit Rata−Rata PiutangReceivable Turn Over
=
Penjualan Kredit PiutangInventory Turn Over
=
Harga pokok barang yang dijual Sediaan1) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagih piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu perode.
Rumus untuk mencari Receivable Turn Over adalah sebagai berikut:
Atau:
2) Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)
“Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditahan dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula.”
Rumus untuk mencari Inventory Turn Over adalah sebagai berikut:
Inventory Turn Over
=
PenjualanSediaan
Working Capital Turn Over
=
Penjualan Bersih Modal Kerja Rata−RataWorking Capital Turn Over
=
Penjualan Bersih Modal KerjaAtau:
3) Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifitas modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
Rumus untuk mencari Working Capital Turn Over adalah sebagai berikut:
Atau:
4) Fixed Assets Turn Over
Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Rumus untuk mencari Fixed Assets Turn Over adalah sebagai berikut:
Fixed Assets Turn Over
=
PenjualanTotal Aktiva Tetap
Total Assets Turn Over
=
PenjualanTotal Aktiva
5) Total Assets Turn Over
Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dalam mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai berikut:
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas menajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahan. Kasmir (2012:196)
Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam Rasio profitabilitas antara lain:
1) Profit Margin on Sales
Profit Margin on sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba
Profit Margin on sales
=
Penjualan Bersih−Harga pokok Penjualan SalesProfit Margin on sales
=
Earning After Interest and Tax (EAIT) SalesReturn on Investment (ROI)
=
Earning After interest and tax Total assetsbersih setelah pajak dengan penjulan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin.
Rumus untuk mencari Profit Margin on sales adalah sebagai berikut:
Untuk margin laba kotor dengan rumus:
Untuk margin laba bersih dengan rumus:
2) Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investasi/ROI) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return total assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengeolah investasinya.
Rumus untuk mencari Total Assets Turn Over adalah sebagai berikut:
ROI
= Margin laba bersih X Perputaran total aktiva
3) Hasil Pengembalian Investasi (ROI) dengan Pendekatan Du Pont
Untuk mencari hasil pengembalian investasi, selain dengan cara yang sudah dikemukakan di atas, dapat pula kita menggunakan pendekatan Du Pont. Hasil yang diperoleh antara cara seperti rumus diatas dengan pendekatan Du Pont adalah sama.
Rumus untuk mencari pengembalian investasi dengan pendekatan Du Pont adalah sebagai berikut:
B. Hasil penelitian terdahulu
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitain ini adalah:
Indentitas peneliti
Aspek
Aulia Fitri Wulandari Nim A03120006
Politeknik Negeri Banjarmasin
Novi Erliani A03130041
Politeknik Negeri Banjarmasin
Judul Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas Pada PT Artha Mulia Maju Jaya Banjarmasin
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Terhadap Laporan Keuangan Pada Koperasi TKBM Samudera Nusantara Pelabuhan Banjarmasin
Insitusi / Perusahan yang diteliti
PT Artha Mulia Maju Jaya Banjarmasin
Koperasi TKBM Samudera Nusantara Pelabuhan Banjarmasin
Permasalahan Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
Analisis Rasio Likuditas pada PT Artha Mulia Maju Jaya Banjarmasin 2. Bagaimana
Analisis Rasio Solvabilitas pada PT Artha Mulia
Maju Jaya
Banjarmasin
Sesuai dengan latar belakang masalah yang
telah diuraikan
sebelumnya, maka yang
menjadi pokok
permasalahan dalam enelitian ini adalah Bagaimana Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas Dan Rasio Rentabilitas Terhadap Laporan Keuangan Pada Koperasi
TKBM Samudera
Nusantara Pelabuhan Banjarmasin
Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hasil analisis rasio likuiditas pada PT Artha Mulia Maju Jaya Banjarmasin 2. Mengetahui hasil
penelitian analisis rasio solvabilitas pada PT Artha
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menegtahui bagaimana analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas Dan Rasio Rentabilitas Terhadap Laporan Keuangan Pada Koperasi
TKBM Samudera
Nusantara Pelabuhan Banjarmasin
Mulia Maju Jaya Banjarmasin Metode Penelitian Metode yang digunakan
studi kasus, wawancaran dan dokumentasi terhadap Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas
Metode yang digunakan,
wawancaran dan
dokumentasi terhadap analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas Dan Rasio Rentabilitas Terhadap Laporan Keuangan Pada Koperasi TKBM Samudera Nusantara Pelabuhan Banjarmasin
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil laporan tahun 2012 hingga 2014 maka dapat dianalisis dari rasio likuiditas perusahan sebagai berikut:
Current Ratio
Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan pada umumnya current ratio PT Artha Mulia Maju Jaya Banjarnasin dapat dikatakan sangat likuid meskipun terdaat penurunan pada tahun 2013.
Berdasarkan hasil laporan tahun 2012 hingga 2014 maka dapat dianalisis dari rasio likuiditas perusahan sebagai berikut:
Total Debt to Total Assets Ratio
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ratio solvabilitas perusahan terjadi penuruan kinerja perusahan dari atahun 2012 sebsar 17,2%
dan tahun 2014 sebesar 1,94%
Analisis rasio likuiditas Current Ratio tahun 2013 sampai 2015 masing- masing sebesar 31,90, 201,43 dan 51,33. Selisih nilai 3 (tiga) tahun berturut- turut adalah dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 169,53 dan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 150.10.
Rasio Solvabilitas
Untuk tahun 2013 sampai dengan 2015 masing- masing adalah total debt to equty ratio 0,0286, 0,0044 dan 0,01774. Selisih 3 (tiga) tahun berturut-turut adalah dari tahun 2013 ke
2014 mengalami
penurunan sebesar 0,0242 yang berarti rasio 2014 lebih kecil dari pada tahun 2013. Tahun 2014 ke 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,0130.
Sumber: Aulia Fitri Wulandari (2013), Novi Erliani (2014)