• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MELIHAT ORIENTASI MASA DEPANNYA (Studi Fenomenologi Pada Kelompok Usia Dewasa) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMAKNAAN HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MELIHAT ORIENTASI MASA DEPANNYA (Studi Fenomenologi Pada Kelompok Usia Dewasa) SKRIPSI"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MELIHAT ORIENTASI MASA DEPANNYA

(Studi Fenomenologi Pada Kelompok Usia Dewasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh : Veronica Dentha Sukma

171114082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

PEMAKNAAN HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MELIHAT ORIENTASI MASA DEPANNYA

(Studi Fenomenologi Pada Kelompok Usia Dewasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh : Veronica Dentha Sukma

171114082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.

Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.”

2 Petrus 1 : 10

“Sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan. Kami ingin,

supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar

kamu jangan menjadi lamban.”

Ibrani 6 : 9.11-12

Karyaku ini, aku persembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu menyertai setiap langkah dalam hidupku. Yang selalu menopang, menguatkan dan menuntunku ketika aku berada di titik terendahku. Yang selalu

mendengar semua doa dan keluh kesahku.

Orangtua

Aloysius Handoko dan Sri Endah Setyowati

Terimakasih atas cinta dan dukungan yang diberikan padaku sampai saat ini.

Terimakasih atas doa-doa yang selalu dipanjatkan untukku tanpa henti demi keberhasilanku.

Terimakasih atas segala pengorbanan kalian hingga aku bisa sampai pada titik ini.

(6)

v

(7)

ABSTRAK vi

(8)

vii

PEMAKNAAN HIDUP MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MELIHAT ORIENTASI MASA DEPANNYA

(Studi Fenomenologi Pada Kelompok Usia Dewasa)

Veronica Dentha Sukma

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini memiliki tujuan bagi para mantan pecandu narkoba dalam:

1) mengetahui orientasi masa depan ; 2) mengetahui motivasi dalam mewujudkan orientasi masa depan 3) mengetahui hambatan dalam mewujudkan orientasi masa depan; dan 4) mengetahui usaha apa yang telah dilakukan dalam mewujudkan orientasi masa depan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk fenomenologi.

Subjek penelitian merupakan 7 individu usia dewasa yang menjalani rehabilitasi karena penyalahgunaan narkoba di Yayasan Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan koding dan kategorisasi data hasil wawancara. Pengukuran keabsahan dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber lain dan member check.

Hasil penelitian: 1) berdasarkan hasil penelitian orientasi masa depan individu mantan pecandu beragam antara lain meningkatkan kesejahteraan finansial, membangun relasi, meningkatkan taraf pendidikan dan menjadi sukarelawan; 2) Dorongan terbesar individu untuk mewujudkan orientasi masa depan adalah pengakuan dari orang sekitar terutama keluarga; 3) Hambatan yang paling mendominasi individu adalah hambatan internal, seperti keadaan sakau, masalah kesehatan, minimnya pengalaman, dan modal; dan 4) berdasarkan hasil penelitian individu telah melakukan berbagai usaha dengan meningkatkan kualitas diri, mempersiapkan tempat usaha, meningkatkan daya juang, berpikiran terbuka, fokus pada keahlian yang dimiliki dan menjaga kesehatan.

Kata kunci: Orientasi masa depan, individu dengan penyalahgunaan narkoba

(9)

viii ABSTRACT

THE MEANING OF LIFE OF FORMER DRUG ADDICTS IN LOOKING AT THEIR FUTURE ORIENTATION

(Phenomenology Studies In Adult Age Groups) Veronica Dentha Sukma

Guidance and Counseling Study Program Sanata Dharma University

2021

This study had a goal for former drug addicts: 1) knowing what future orientation; 2) knowing motivation in realizing future orientation 3) knowing obstacles to realize future orientation; and 4) knowing what efforts have been made in realizing future orientation.

This study used qualitative methods in the form of phenomenology. The research subject of the study were seven adult-age individuals who underwent rehabilitation due to drug abuse at the Griya Foundation for the Restoration of Siloam Yogyakarta. The data collection techniques used in the study are observation and interview. Data analysis techniques do by coding and categorizing the data of the interview results. Measurement of validity in this study used triangulation of other sources as well as members check.

Research results: 1) Based on the results of researching the future orientation of former diverse addicts, including improving financial well-being, building relationships, improving educational standards, and volunteering; 2) Individuals' most encouragement to realize future orientation is recognition from surrounding people mainly families; 3) Obstacles that dominate individuals the most are internal barriers, such as state of affairs, health problems, minimal experience, and capital; and 4) based on research results individuals have undertaken various ventures by improving self-quality, preparing places of business, improving fighting power, open-mindedness, focusing on expertise owned and maintained health.

Keywords: Future orientation, individuals with drug abuse

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karena berkat dan rahmat yang dilimpahkan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama peneliti mengerjakan karya ilmiah ini banyak pengalaman dan wawasan baru yang peneliti dapatkan di lapangan dari para narasumber penelitian ini mulai dari ketekunan, kesabaran, dan yang paling utama adalah semangat hidup.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian karya ilmiah ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dari mulai penulisan hingga hasil yang peneliti dapatkan dari penelitian ini. Dengan rendah hati peneliti menerima segala bentuk kritik dan saran yang nantinya dapat membangun dan menjadikan karya ilmiah ini lebih baik.

Peneliti menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai peneliti dalam menjalani studi sampai pada penyusunan skripsi ini

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Y. Heri Widodo, M.Psi selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma sekaligus selaku dosen pembimbing

(11)

x

yang selalu bersedia menyediakan tenaga, waktu, serta selalu memberikan semangat serta saran selama mendampingi peneliti dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Prias Hayu Purbaningtyas, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

5. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi dan membimbing peneliti selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Stefanus Priyatmoko selaku sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling atas pelayanan dan kesabaran dalam membantu peneliti selama menjalani studi.

7. Kedua orangtua bapak Aloysius Handoko dan Ibu Sri Endah Setyowati atas kasih sayang, seluruh doa dan dukungan yang diberikan hingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan baik.

8. Kedua saudara kakak Alfonsus Caesar Bramastho dan adik Fransisca Dhea Aprillia yang selalu memberikan semangat, dukungan dan masukan-masukan selama peneliti menyelesaikan karya ilmiah ini.

9. Ibu Esther Budhi Sri Sulistyowati selaku ketua Yayasan Griya Pemulihan Siloam yang telah memberikan izin dan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di Yayasan Griya Pemulihan Siloam.

10. Seluruh staf Yayasan Griya Pemulihan Siloam yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian di Yayasan Griya Pemulihan Siloam.

(12)

xi

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Pertanyaan Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Hakikat Orientasi Masa Depan ... 11

B. Hakikat Motivasi ... 19

C. Hakikat Hambatan ... 21

D. Hakikat Makna Hidup ... 22

E. Hakikat Dukungan Sosial ... 23

(14)

xiii

F. Hakikat Potensi Diri ... 26

G. Hakikat Aktualisasi diri ... 27

H. Hakikat Usaha Mencapai Orientasi Masa Depan ... 29

I. Hakikat Pecandu Narkoba Usia Dewasa ... 31

J. Penelitian yang Relevan ... 36

K. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 42

B. Subjek Penelitian ... 42

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

D. Teknik dan Panduan Pengumpulan Data ... 43

E. Keabsahan Data ... 46

F. Teknik dan Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Deskripsi Data ... 49

B. Hasil Penelitian ... 51

C. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Penelitian ... 93

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 101

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

3.1 Panduan Wawancara ... 45

3.2 Panduan Observasi ... 46

4.1 Tempat dan Jadwal Penelitian ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 75

(16)

xv

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Berpikir Orientasi Masa Depan Pecandu

Narkoba Usia Dewasa yang Menjalani Rehabilitasi ... 41 4.1 Orientasi Masa Depan Pecandu Narkoba Usia Dewasa

yang Menjalani Rehabilitasi ... 91

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Verbatim, Coding dan Kategorisasi ... 102

A. Responden CR ... 102

B. Responden AR ... 114

C. Responden TH ... 123

D. Responden AX ... 136

E. Responden YS ... 141

F. Responden DM ... 145

G. Responden DY ... 159

Lampiran 2 : Lembar Verbatim, Coding dan Kategorisasi Sumber Lain ... 168

A. Staff/ Mentor ... 168

Lampiran 3 : Lembar Hasil Observasi ... 181

Lampiran 4 : Tabel Member Check ... 185

A. Responden CR ... 185

B. Responden AR ...187

C. Responden TH ... 189

D. Responden AX ... 193

E. Responden YS ... 194

F. Responden DM ... 196

Lampiran 5 : Surat Izin Observasi ... 200

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian ... 201

Lampiran 7 : Pernyataan Kesediaan Responden ... 202

Lampiran 8 : Penyataan Kebenaran dan Keabsahan Data ... 209

Lampiran 9 : Foto ... 214

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Masa depan merupakan situasi yang belum terjadi, tidak bisa diprediksi namun dapat direncanakan (Ahmad, 2012). Meskipun masa depan saat ini tidak dapat diprediksi secara tepat, masa depan bisa direncanakan dan dibangun dari sekarang, sehingga tidak mustahil hasilnya akan sesuai dengan harapan. Bagi setiap individu sesungguhnya memiliki orientasi masa depan merupakan hal yang penting. Orientasi masa depan ini sangat mempengaruhi suasana hati maupun tindakan individu saat ini (Seginer, 2009). Orientasi masa depan dapat meningkatkan motivasi dan daya juang individu untuk membuat kehidupannya menjadi lebih terarah dan mencapai kehidupan yang sesuai dengan harapannya.

Orientasi masa depan adalah representasi mental tentang masa depan yang dibangun oleh individu pada titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh kontekstual pribadi dan sosial (Seginer, 2009).

Nurmi (dalam Lestari, 2014) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai kemampuan individu untuk merencanakan masa depan yang merupakan hasil dari pemikiran individu itu sendiri. Sedangkan Susanti (2017) memberikan pengertian bahwa orientasi masa depan adalah gambaran bagaimana seorang

(19)

2

individu memandang dirinya sendiri di masa mendatang. Selanjutnya Sadardjoen (dalam Susanti, 2017) mendefinisikan bahwa orientasi masa depan adalah upaya antisipasi terhadap harapan masa depan yang menjanjikan. Orientasi merupakan bayangan kehidupan kemudian hari secara realistis. Dari beberapa pengertian orientasi masa depan tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan dan merencanakan harapannya di masa depan dengan matang.

Individu dengan orientasi masa depan yang pesimis hidupnya cenderung tidak didasarkan pada usaha sendiri namun lebih mengandalkan pada faktor keberuntungan (Hermawati, 2013). Mereka tidak memiliki dorongan yang kuat untuk melakukan aktivitas yang mengarahkan dirinya pada terealisasinya rencana-rencana yang telah mereka susun karena mereka belum memiliki gambaran yang jelas dan matang mengenai masa depannya akibatnya hidup yang mereka jalani menjadi tidak terarah (Hermawati, 2013).

Hal tersebut terjadi karena individu dengan orientasi masa depan yang pesimis tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, mereka cenderung kebingungan dan hanya hidup mengikuti alur yang ada (Lestari, 2014).

Sebaliknya individu dengan orientasi masa depan yang optimis cenderung memiliki daya juang tinggi, tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan, mereka cenderung tidak akan membiarkan sesuatu menghalangi tujuannya di masa depan (Lestari, 2014). Hambatan yang ada di depannya selalu menjadi sebuah tantangan, kegagalan merupakan suatu

(20)

3

pembelajaran untuk mereka menemukan cara terbaik mencapai tujuan yang diharapkan (Lestari, 2014). Maka dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan sangat penting untuk setiap individu, orientasi masa depan yang pesimis membuat kehidupan individu menjadi tidak terarah dan cenderung memiliki motivasi yang rendah.

Orientasi masa depan dapat menggambarkan seberapa jauh ke depan individu berpikir, gambaran yang berkesinambungan antara masa lalu, masa kini dan masa depan (Seginer, 2009). Adanya orientasi masa depan membuat individu menjadi lebih terdorong, termotivasi dan berjuang untuk keluar dari keterpurukan. Orientasi masa depan sungguh memiliki pengaruh yang besar bagi individu, namun sayangnya masih ada individu yang tidak menyadari hal tersebut, salah satunya para pecandu narkoba yang menjalani proses rehabilitasi. Orientasi masa depan untuk para pecandu narkoba merupakan suatu harapan yang memicu mereka untuk kembali pulih dan bisa berkumpul di tengah-tengah masyarakat kembali setelah melalui proses rehabilitasi.

Rehabilitasi adalah usaha untuk memulihkan dan menjadikan pecandu narkoba hidup sehat jasmani dan rohani sehingga dapat menyesuaikan dan meningkatkan kembali keterampilannya (M.H, 2020). Peran dari orientasi masa depan terhadap pecandu narkoba dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut :

“Sekarang aku tidak ragu lagi tentang niatku menerjunkan diri dalam bidang psikiatri dan penyuluhan. Anak-anak membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang bisa memahami mereka, mau mendengarkan, dan peduli. Mereka membutuhkan aku! Generasi mendatang membutuhkan aku! Sekarang setelah punya sasaran, aku merasa jauh lebih kuat. Aku merasa makin hari aku makin kuat.

(21)

4

Mungkin sekarang aku benar-benar bisa menahan diri dari godaan obat- obat bius, bukannya membohongi diri sendiri seperti sebelumnya.”

(Anonim, 2005)

Para pecandu narkoba yang menjalani proses rehabilitasi memiliki kehidupan yang penuh dengan peraturan. Para pecandu narkoba tidak memiliki kesempatan yang bebas untuk berekspresi di dalam panti rehabilitasi sehingga mereka cenderung menjadi kaku bahkan menjadi tidak peduli terhadap kebutuhan mereka sendiri (Ahmad, 2012). Mereka cenderung tidak bergairah dan tidak peduli, mereka hanya melaksanakan kebiasaan dan rutinitas mereka sehari-hari. Hal tersebut membuat para pecandu narkoba memiliki orientasi masa depan yang rendah karena kehidupan mereka hanya mengikuti alur saja, sesuai dengan apa yang menjadi peraturan dan kewajiban mereka di tempat rehabilitasi. Hal tersebut tergambarkan dalam kutipan berikut ini :

“Kupikir kami-kami ini benar-benar makhluk-makhluk mengherankan yang menyedihkan. Kami marah kalau ada yang memerintah kami melakukan ini-itu, tapi kami tidak tahu mesti berbuat apa kalau tidak ada yang memerintah. Biar saja orang lain yang berpikir untuk kami, berbuat untuk kami, dan bertindak mewakili kami. Biar mereka yang memebangun jalan-jalan, mobil-mobil, dan rumah-rumah, mengelola pemakaian listrik, gas, air dan gorong-gorong. Kami akan duduk saja di sini, dengan otak tercerai-berai sambil menadahkan tangan.” (Anonim, 2005)

Menurut Ahmad (2012) faktor-faktor yang turut mempengaruhi orientasi masa depan yaitu wawasan, kepercayaan diri, kepribadian dan latar belakang individu. Wawasan berperan penting dalam penentuan orientasi masa depan seseorang. Adanya wawasan tentang suatu hal akan membuat seseorang memiliki gambaran tentang hal-hal tertentu yang ingin dilakukan di

(22)

5

masa depan. Sama seperti halnya wawasan, kepercayaan diri pun berpengaruh pada orientasi masa depan seseorang. Kepribadian juga berperan penting dalam membentuk orientasi masa depan karena konsep kepribadian seseorang merupakan salah satu faktor seseorang dalam berorientasi masa depan. Selain latar belakang individu yang meliputi konsep diri, kematangan kognitif, dan kondisi psikologis terdapat faktor kontekstual juga yang meliputi usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, konteks keluarga, interaksi dengan teman sebaya, pengaruh tuntutan situasi, dan proses interaksi dengan lingkungan.

Mirisnya banyak pecandu narkoba yang lebih terpengaruh oleh faktor kepribadian kontekstual yaitu situasi nyata yang terjadi di sekitar para pecandu narkoba, salah satunya stigma masyarakat yang kurang tepat, adanya anggapan masyarakat bahwa pecandu narkoba merupakan kriminal, sampah masyarakat, atau orang yang menyeramkan sehingga tidak akan bisa berubah.

Stigma tersebut menghambat para pecandu narkoba untuk mengembangkan dirinya dan meraih harapannya di masa depan. Pecandu narkoba yang seharusnya menerima dukungan untuk pulih justru kerap kali dianggap tidak memiliki masa depan, tidak berguna, sampah masyarakat, perusak masa depan bangsa dan lain sebagainya. Stigma yang tidak tepat tersebut justru mengubur kepercayaan diri para pecandu narkoba untuk memiliki harapan dan berkembang seperti individu pada umumnya (Hilangkan Stigma Negatif Pada Mantan Pecandu Narkoba, 2017). Stigma masyarakat membuat para pecandu narkoba merasa ditolak, mereka menjadi frustrasi dan tidak percaya diri sehingga membuat para pecandu narkoba memunculkan sikap pesimis.

(23)

6

Sikap pesimis ini menimbulkan keputusasaan pada para pecandu narkoba untuk menjalani hidup dan mengembangkan dirinya untuk mencapai harapan di masa depan. Pada dasarnya para pecandu narkoba ini sama dengan individu pada umumnya, mereka ingin didukung dan dihargai (Hilangkan Stigma Negatif Pada Mantan Pecandu Narkoba, 2017) dengan begitu mereka

memiliki motivasi untuk benar-benar pulih seutuhnya dan bisa kembali beraktivitas seperti dulu.

Hal yang harus selalu diingat adalah pecandu narkoba tetaplah pribadi yang berharga bagaimanapun masa lalunya, mereka berhak untuk memiliki dan mengembangkan masa depannya. Maka peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai orientasi masa depan pecandu narkoba, apa yang mereka pikirkan di masa depan setelah selesai menjalani proses rehabilitasi dan faktor-faktor apa saja yang mendukung mereka meraih tujuannya agar dapat terus berkembang dan pulih dari ketergantungannya selama ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan khusus yang terkait dengan masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini yaitu:

1. Seseorang menjadi pecandu narkoba karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan tugas perkembangannya.

2. Mantan pecandu narkoba kurang memiliki orientasi masa depan.

3. Mantan pecandu narkoba dipandang negatif sehingga dikucilkan oleh masyarakat.

(24)

7

4. Mantan pecandu narkoba dipandang tidak memiliki harapan untuk masa depannya.

5. Mantan pecandu narkoba kesulitan mengembangkan orientasi masa depan yang mereka harapkan.

6. Mantan pecandu narkoba tidak menerima dukungan sosial yang cukup.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang ada dan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Menggali orientasi masa depan mantan pecandu narkoba di masa mendatang.

2. Menggali hambatan mantan pecandu narkoba dalam mewujudkan masa depannya.

3. Menggali usaha-usaha yang telah dilakukan mantan pecandu narkoba mewujudkan orientasi masa depannya.

4. Menggali faktor-faktor yang mendukung individu pecandu narkoba dalam mewujudkan orientasi masa depannya.

D. Pertanyaan Penelitian

Rumusan utama penelitian ini adalah bagaimana orientasi masa depan pecandu narkoba yang menjalani proses rehabilitasi. Pertanyaan utama tersebut dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana orientasi masa depan mantan pecandu narkoba setelah selesai menjalani rehabilitasi?

(25)

8

2. Apa saja hambatan yang ditemui mantan pecandu narkoba dalam mengembangkan orientasi masa depannya?

3. Usaha apa saja yang sudah para mantan pecandu narkoba lakukan untuk mewujudkan orientasi masa depannya?

4. Apa yang mendorong para mantan pecandu narkoba untuk mewujudkan orientasi masa depannya?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui orientasi masa depan para mantan pecandu narkoba mengenai masa depannya.

2. Mengetahui motivasi pendorong para mantan pecandu narkoba dalam mewujudkan orientasi masa depannya.

3. Mengetahui hambatan para mantan pecandu narkoba dalam mengembangkan orientasi masa depannya.

4. Mengetahui seberapa jauh usaha yang telah dilakukan para mantan pecandu narkoba dalam mewujudkan orientasi masa depannya..

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pribadi

(26)

9

b Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi kepentingan ilmu Bimbingan dan Konseling tentang orientasi masa depan pecandu narkoba

c Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu Bimbingan dan Konseling dalam menambah wawasan dan bahan kajian tentang orientasi masa depan.

2. Manfaat Praktis a Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengenal dan memahami tentang orientasi masa depan pecandu narkoba. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk mengembangkan diri agar lebih mampu mencapai keseimbangan dengan mengatasi persoalan dalam hidup.

b Bagi mantan pecandu narkoba

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pecandu narkoba mengenai orientasi masa depan yang baik agar mereka dapat pulih dari ketergantungan narkoba dan bisa kembali hidup bersama di tengah-tengah masyarakat tanpa ada kecemasan.

c Bagi panti rehabilitasi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi panti agar lebih mempersiapkan para pecandu narkoba dalam

(27)

10

mendapingi untuk menemukan harapan dan orientasi masa depan bagi masing-masing para pecandu narkoba

G. Batasan Istilah

Batasan istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Orientasi masa depan merupakan kemampuan seseorang untuk menggambarkan dan merencanakan harapannya di masa depan dengan matang.

2. Pecandu narkoba usia dewasa merupakan individu usia 18 - 60 tahun yang mengalami penyalahgunaan narkoba hingga sulit terlepas dari penggunaan narkoba yang berpengaruh pada fisik maupun psikis.

(28)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini mengenai hakikat orientasi masa depan, hakikat motivasi, hakikat hambatan, hakikat makna hidup, hakikat dukungan sosial, hakikat potensi diri, hakikat aktualisasi diri, hakikat usaha mencapai orientasi masa depan dan hakikat pecandu narkoba usia dewasa.

A. Hakikat Orientasi Masa Depan

1. Pengertian Orientasi Masa Depan

Menurut Seginer (2009) orientasi masa depan adalah kecenderungan individu untuk terlibat dalam pemikiran mengenai masa depan. Hal serupa juga disampaikan Nurmi (dalam Hermawati, 2013) yang menyampaikan bahwa orientasi masa depan menekankan pada kemampuan untuk merencanakan masa depan yang merupakan salah satu ciri dasar pemikiran manusia, orientasi masa depan ini berkaitan dengan harapan-harapan, tujuan standar, perencanaan dan strategi pencapaian tujuan. Bandura (dalam Lestari, 2014) memberikan pengertian yang serupa mengenai orientasi masa depan, Bandura mendefinisikan orientasi masa depan sebagai kemampuan individu dalam memikirkan masa depannya sebagai tampilan dasar dari cara berpikir. Pembentukan orientasi masa depan ini merupakan salah satu bentuk tugas perkembangan pada individu agar dapat mencapai tugas perkembangan selanjutnya.

(29)

12

Sedangkan Lestari (2014) menyampaikan bahwa orientasi masa depan adalah fenomena kognitif motivasional yang luas dan berhubungan dengan bagaimana individu berpikir maupun bertingkah laku menuju masa depan yang terdiri dari antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan yang berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan di masa depan yang melalui tahap motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Maka berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, orientasi masa depan adalah kemampuan kognitif yang menimbulkan suatu motivasi bagi individu untuk menggambarkan apa yang ingin dicapai di masa depan (harapan, tujuan dan rencana) agar dapat maju ketahap tugas perkembangan selanjutnya. Kemampuan tersebut diikuti dengan pemikiran, sikap dan tindakan yang sesuai untuk membantu terwujudnya harapan, tujuan dan rencana individu.

2. Teori Orientasi Masa Depan

Konsep mengenai orientasi masa depan dapat ditelusuri sejak awal kemunculan tiga ilmuwan psikologis yaitu Frank, Israeli dan Lewin (Seginer, 2009). Setiap ahli mengkaji tentang orientasi masa depan secara berbeda. Israeli tertarik mempelajari makna orientasi masa depan dengan menggunakan autobiografi pada subjeknya, penelitian Israeli menyatakan bahwa orientasi masa depan seseorang itu berkaitan erat dengan masa lalu dan saat ini (Seginer, 2009).

(30)

13

Selanjutnya Frank mengkaji tentang orientasi masa depan dan menghasilkan dua ide baru. Pertama mengenai perluasan yang menggambarkan mengenai seberapa jauh ke masa depan individu dapat memproyeksikan pemikirannya. Ide kedua Frank berkaitan dengan tahap perkembangan awal individu, Frank percaya bahwa beberapa bentuk orientasi masa depan dapat diidentifikasi pada masa perkembangan awal individu. Dua asumsi tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa sejak individu berada di masa perkembangan awal pemikiran mengenai masa depan mengidentifikasi kemampuan kognitif individu tersebut serta merupakan permulaan dari karier individu yang ditandai dengan kemampuan fungsi-fungsi psikologis individu untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan konsekuensi terhadap masa depan (Seginer, 2009).

Sementara itu Lewin memiliki pendapat bahwa orientasi masa depan merupakan motivasi bagi individu sehingga dapat mengarahkan perilakunya saat ini. Kontribusi utama Lewin dalam konseptual orientasi masa depan adalah pendapatnya yang menyatakan bahwa orientasi masa depan setiap individu tidak lepas dari tujuan ideal dan nilai individu tersebut serta faktor lingkungan tempat individu itu berada.

3. Komponen Orientasi Masa Depan

Seginer (2009) dalam bukunya Future Orientation Developmental and Ecological mengungkapkan tiga komponen orientasi masa depan antara lain sebagai berikut:

(31)

14 a Motivasional

Motivasional merupakan komponen orientasi masa depan yang berkaitan dengan suatu dorongan yang membuat individu berpikir tentang masa depannya. Hal yang ditanamkan pada individu mengenai masa depannya. Sesuatu yang mendorong individu untuk berpikir, bersikap, dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan,harapan dan rencana yang diinginkan.

Komponen motivasional ini terdiri dari tiga variabel yaitu nilai (value), ekspektasi (expectance), dan kontrol (control). Nilai merupakan keyakinan yang diyakini dalam hidup individu misalnya keyakinan individu bahwa pendidikan sangat penting untuk mencapai rencana masa depan. Ekspektasi diartikan sebagai kesesuaian harapan yang telah direncanakan, bagaimana individu tetap optimis mewujudkan harapannya agar sesuai dengan rencananya. Variabel terakhir yaitu kontrol merupakan keyakinan individu atas kemampuannya mengupayakan masa depannya.

b Representasi kognitif

Representasi kognitif memiliki dua dimensi di dalamnya yaitu konten (content) dan valensi (valence). Konten berisikan mengenai keberagaman kehidupan individu yang digambarkan berdasarkan keyakinannya terhadap masa depan, sedangkan valensi didasarkan pada asumsi bahwa individu dihubungkan dengan masa depan karena

(32)

15

ingin mendekatkan pada harapan (hopes) dan menjauhkan dari ketakutan (fears).

c Behavioral

Komponen behavior memiliki dua variabel yaitu eksplorasi (exploration) dan tanggung jawab (commitment). Eksplorasi merupakan penjelajahan mendalam mengenai pilihan masa depan dengan mencari saran, mengumpulkan informasi dan menyelidiki hal yang sesuai dengan karakteristik dan keadaan individu. Eksplorasi sendiri terdiri dari eksplorasi mendalam dan eksplorasi keluar, eksplorasi mendalam contohnya memilih jurusan berdasarkan minat diri sendiri sedangkan eksplorasi keluar contohnya berkonsultasi dengan orangtua mengenai pilihan universitas.

Tanggung jawab berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Individu mampu memutuskan pilihan masa depannya entah mengenai karir, pendidikan, jalan hidup, dan lain sebagainya.

4. Tahapan Orientasi Masa Depan

Dalam mencapai orientasi masa depan yang diharapkan individu harus melewati beberapa tahapan yaitu tahap motivasi, perencanaan dan terakhir evaluasi. Menurut Nurmi (dalam Hadianti & Krisnani, 2017) tiga tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a Tahap Motivasi

Tahap ini mengacu pada apa yang menjadi minat individu di masa depan, sebagian besar motif, minat dan tujuan individu

(33)

16

memiliki keterkaitan dengan orientasi masa depan. Pada awalnya individu akan menetapkan tujuan mereka berdasarkan perbandingan motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang individu telah miliki. Ketika semua faktor tersebut dianggap sudah sesuai maka diharapkan tujuannya dapat terwujud, pengetahuan menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi penting sebagai dasar perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan

b Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan individu mengenai bagaimana individu membuat perencanaan tentang perwujudan harapannya. Pada tahap perencanaan ini individu membuat rencana dan strategi, individu dituntut untuk dapat menemukan cara-cara yang dapat mengarahkan dirinya pada pencapaian harapannya dan menentukan cara yang paling efektif. Maka individu memiliki pengetahuan tentang konteks yang diharapkan di masa depan sehingga dapat menjadi dasar pembuatan perencanaan.

c Tahap Evaluasi

Tahap terakhir sebagai suatu proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguatan untuk diri sendiri. Dalam mewujudkan harapan dan rencana dari orientasi masa depan melibatkan causal attributions (memfokuskan diri pada pertanyaan

(34)

17

apakah perilaku individu berasal dari faktor internal atau eksternal) yang disadari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya, dan affects yang berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari. Dalam proses evaluasi ini, konsep diri memainkan peranan yang penting, terutama dalam mengevaluasi kesempatan yang ada untuk mewujudkan tujuan dan rencana sesuai dengan kemampuan yang dimiliki individu.

5. Faktor Perkembangan Orientasi Masa Depan

Menurut Trommsdorff (1983) mengemukakan empat hal utama yang berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yaitu :

a Pengaruh tuntutan situasi

Struktur orientasi masa depan individu tergantung pada representatif kognitif individu mengenai situasi yang dihadapi saat ini dan situasi yang akan dihadapi di masa depan. Jika aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan lebih sedikit, maka struktur orientasi masa depan individu tersebut lebih sederhana, namun jika individu memandang bahwa tujuan di masa yang lebih jauh ke depan sulit dicapai, maka individu cenderung akan menyusun orientasi masa depan yang lebih dekat dimana kemungkinan keberhasilannya lebih besar. Dengan demikian, orientasi masa depan individu dibentuk sebagai pendekatan untuk mempersiapkan diri menghadapi masalah

(35)

18

yang mungkin timbul di masa depan sesuai dengan situasi yang diantisipasinya.

b Kematangan kognitif

Kematangan kognitif mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan dalam berbagai cara yaitu pada saat mencapai taraf perkembangan operasional formal. Pada tahap operasional formal, individu mampu memformulasikan hipotesis-hipotesis dan kemungkinan mengeksplorasi tindakan. Kemampuan ini dapat membantu individu menentukan tujuan masa depannya serta menyusun alternatif rencana dalam pikiran mereka. Pada tahap operasional formal individu mampu mengkonsep pemikiran mereka yang tampak dari peningkatan metakognitif. Kemampuan metakognitif ini penting, terutama dalam situasi di mana individu menemui masalah dalam mencapai tujuan sehingga perlu untuk mengubah strategi. Dengan kemampuan operasional formal, individu juga mempunyai konsep pemikiran yang lebih baik. Dengan demikian, individu dapat memahami dan merasakan pengaruh lingkungan sosial terhadap usaha untuk mencapai masa depannya.

c Pengaruh Pembelajaran Sosial

Merupakan faktor di luar diri individu yang berpengaruh terhadap orientasi masa depan. Pengalaman belajar dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan kerja akan berpengaruh pada aspek-aspek kognitif, motivasional, dan afektif dari

(36)

19

orientasi masa depan. Pengalaman belajar dari lingkungan sosial akan memberikan peran sosial tertentu yang menyebabkan pembentukan orientasi masa depan yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.

d Proses Interaksi

Terdapat hubungan yang cukup kuat antara harapan yang diberikan lingkungan terhadap apa yang diharapkan individu karena adanya dukungan yang dapat mendukung individu agar berhasil dalam kehidupannya di masa depan, memiliki orientasi masa depan yang lebih optimis dan lebih memiliki keyakinan akan kontrol internal di masa depan.

B. Hakikat Motivasi 1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 1992). Motivasi sendiri bukan merupakan suatu kekuatan yang netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain (Handoko, 1992).

Menurut Danim (dalam Nasution, 2013) motivasi merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Sedangkan Eriany dkk (2014) mengartikan motivasi sebagai sebab, alasan

(37)

20

dasar, dorongan, keinginan, harapan dalam diri seseorang untuk berperilaku mencapai tujuan tertentu yang dilakukan dengan penuh kesadaran.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Gage dan Berliner (dalam Eriany dkk., 2014) ada lima faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu :

a Kebutuhan

Proses adanya motivasi karena adanya kebutuhan atau rasa kekurangan sesuatu. Individu yang mempunyai kebutuhan akan termotivasi untuk menggerakkan tingkah lakunya untuk memuaskan kebutuhannya tersebut.

b Sikap

Sikap individu terhadap suatu objek akan melibatkan emosi (perasaan senang atau tidak senang), pengarahan atau penghindaran terhadap objek dan suatu sasaran kognitif yaitu bagaimana individu membayangkan atau mempersepsikan sesuatu.

c Minat

Minat akan memunculkan perhatian khusus terhadap suatu objek dan akan menimbulkan motivasi.

d Nilai

Suatu pandangan individu akan sesuatu hal atau suatu tujuan atau yang dianggap penting dalam hidupnya.

(38)

21 e Aspirasi

Harapan individu akan sesuatu, dan individu akan berusaha untuk mencapai hal-hal yang diharapkan.

C. Hakikat Hambatan 1. Pengertian Hambatan

Hambatan adalah suatu faktor yang menghalangi potensi dan keluaran hasil dari suatu sistem (Woodcock & Francis, 1986). Sedangkan menurut Poerwandarminta (dalam Utomo, 2009) hambatan adalah sebuah halangan, rintangan atau suatu keadaan yang tidak dikehendaki atau disukai kehadirannya, menghambat perkembangan seseorang, menimbulkan kesulitan baik bagi diri sendiri maupun orang lain dan ingin atau perlu dihilangkan.

2. Bentuk-bentuk Hambatan

Menurut Syah (dalam Zanthy, 2018) hambatan terdiri atas 2 faktor yaitu:

a. Hambatan akibat faktor internal

Hambatan yang berasal dari dalam individu itu sendiri, yaitu faktor fisiologis yang bersifat bawaan atau yang bukan bawaan serta faktor psikologis yang bersifat intelektual dan non intelektual.

b. Hambatan akibat faktor eksternal

Hambatan yang berasal dari luar diri individu. Contohnya faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan.

(39)

22 D. Hakikat Makna Hidup

1. Pengertian Makna Hidup

Menurut Bastaman (dalam Nurani & Mariyanti, 2013) makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bahkruddinsyah (2016) mendeskripsikan makna hidup sebagai sesuatu yang diharapkan dalam hidup sebagai arah tujuan dalam hidup untuk menemukan suatu istilah yang dianggap bermakna dan dapat menjadikan hikmah dibalik peristiwa yang dialaminya.

Rahmalia (2019) mengartikan makna hidup sebagai tujuan, harapan dan motivasi seseorang dalam kehidupannya, dimana sangat bersifat personal serta dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya serta harus dicapai dengan segala tanggung jawab dan usaha agar dapat membuat hidup lebih berarti dan bahagia

2. Sumber Makna Hidup

Menurut Victor Emile Frankl (dalam Syamsu, 2016) terdapat tiga hal yang digunakan untuk menemukan makna hidup, yaitu:

a. Nilai-nilai kreatif (creative value)

Kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui nilai-nilai kreatif, seseorang menemukan makna hidup dengan cara terlibat dalam sebuah aktivitas yang berharga. Pada dasarnya, nilai-

(40)

23

nilai kreatif ini adalah terkait dengan apa yang sebaiknya kita sumbangkan bagi kehidupan.

b. Nilai-nilai pengalaman (experiental value)

Keyakinan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keagamaan dan cinta. Terkait dengan cinta, Frankl memposisikannya sebagai tujuan terakhir dan tertinggi yang dicita-citakan manusia.

Melalui cinta seseorang menunjukkan kesediaan untuk berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya untuk orang yang dicintai dan ingin menunjukkan diri sebaik mungkin dihadapannya.

c. Nilai-nilai bersikap (attitudinal value)

Menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian terhadap segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan.

Nilai ini mengakui ungkapan makna dalam derita (meaning in suffering).

E. Hakikat Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (dalam Purba dkk., 2007) dukungan sosial sebagai bentuk acuan pada penerimaan rasa aman, peduli, penghargaan atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau kelompok.

Dukungan sosial tersebut dapat datang dari sumber-sumber yang berbeda, seperti dari pasangan atau orang yang dicintai, keluarga, teman, co- workers, psikolog atau anggota organisasi. Dengan adanya dukungan sosial dari berbagai sumber, individu akan merasa yakin bahwa dirinya

(41)

24

dicintai dan disayangi, dihargai,bernilai dan menjadi bagian dari jaringan sosial.

Bastaman (dalam Tentama, 2014) mendefinisikan dukungan sosial sebagai hadirnya orang-orang tertentu yang secara pribadi memberikan nasehat, memotivasi, mengarahkan, memberi semangat, dan menunjukkan jalan keluar ketika sedang mengalami masalah dan pada saat mengalami kendala dalam melakukan kegiatan secara terarah untuk mencapai tujuan.

2. Jenis-jenis Dukungan Sosial

Sarafino (dalam Purba dkk., 2007) mengungkapkan pada dasarnya ada lima jenis dukungan sosial:

a. Dukungan Emosi

Dukungan emosi meliputi ungkapan rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu. Biasanya, dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga, seperti memberikan pengertian terhadap masalah yang sedang dihadapi atau mendengarkan keluhannya.

Adanya dukungan ini akan memberikan rasa nyaman, kepastian, perasaan memiliki dan dicintai.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini terjadi melalui ungkapan positif atau penghargaan yang positif pada individu, dorongan untuk maju atau persetujuan akan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan yang positif individu dengan orang lain. Dukungan jenis ini, akan membangun perasaan berharga, kompeten dan bernilai.

(42)

25 c. Dukungan Instrumental atau Konkrit

Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Dukungan ini, menggambarkan tersedianya barang-barang (materi) atau adanya pelayanan dari orang lain yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalahnya. Selanjutnya hal tersebut akan memudahkan individu untuk dapat memenuhi tanggung jawab dalam menjalankan perannya sehari-hari.

d. Dukungan Informasi

Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik kepada individu. Dukungan informasi, seperti nasehat atau saran yang diberikan oleh orang-orang yang pernah mengalami keadaan yang serupa akan membantu individu memahami situasi dan mencari alternatif pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil.

e. Dukungan Jaringan Sosial

Dukungan jaringan dengan memberikan perasaan bahwa individu adalah anggota dari kelompok tertentu dan memiliki minat yang sama.

Rasa kebersamaan dengan anggota kelompok merupakan dukungan bagi individu yang bersangkutan. Dukungan jaringan sosial akan membantu individu untuk mengurangi stres yang dialami dengan cara memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain.

(43)

26 F. Hakikat Potensi Diri

1. Pengertian Potensi Diri

Menurut Aisyah (2019) potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan diri seseorang baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal oleh seseorang. Sedangkan Fatimah (2018) mengartikan potensi diri sebagai kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung di dalam diri namun belum termanfaatkan secara penuh.

Pihandhi (dalam Fatimah, 2018) mengartikan potensi diri sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum termanfaatkan secara maksimal atau penuh.

2. Jenis-jenis Potensi Diri

Menurut Aisyah (2019) jenis-jenis potensi diri yang dimiliki oleh individu antara lain:

a. Potensi diri fisik

Potensi diri fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui pelatihan. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu.

b. Potensi diri psikis

Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan

(44)

27

dikembangkan apabila dipelajari dan dilatih dengan baik. Bentuk potensi diri psikis yang dimiliki setiap orang adalah:

1) Intelegent Quotient (IQ)

Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berpikir, mengolah dan berusaha untuk menguasai untuk lingkungannya secara maksimal secara terarah.

2) Emosi Quotient ( EQ )

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan diri sendiri dan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan oleh orang lain.

3) Adversity quotient (AQ)

Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.

4) Spiritual Quotient ( SQ )

Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas.

G. Hakikat Aktualisasi diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri menurut Maslow (dalam Listyowati dkk., 2012) adalah keinginan yang dimiliki individu untuk menjadi diri sepenuhnya,

(45)

28

dan mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Sedangkan menurut Maulana & Heriyanto (2013) aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun luar diri.

2. Aspek Aktualisasi Diri

Aktualisasi Diri diukur melalui pemahaman tentang aspek- aspeknya. Maslow (dalam Kurnia & Shinta, 2015) mengemukakan empat aspek aktualisasi diri yaitu:

a. Penolakan terhadap penyeragaman

Individu tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan sosial yang cenderung menyeragamkan. Individu bersifat non-konformistis, berperilaku otonom dan mampu membuat keputusan sendiri meskipun berbeda dengan pandangan masyarakat.

b. Penerimaan diri

Individu yang sudah terpenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya cenderung dapat menerima diri, orang lain dan lingkungan.

c. Minat sosial

Individu yang memiliki minat sosial tinggi mempunyai rasa persaudaraan yang tinggi, penuh simpati dan berkeprimanusiaan. Sifat minat sosial itu juga dilengkapi dengan etika yang kuat serta bersifat spiritual.

(46)

29 d. Kreativitas

Individu yang mampu mengaktualisasikan diri juga memiliki kesegaran apresiasi, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang yang unik.

H. Hakikat Usaha Mencapai Orientasi Masa Depan 1. Pengertian Usaha Mencapai Orientasi Masa Depan

Usaha/ daya juang menurut Stoltz (dalam Lestari, 2014) merupakan kecerdasan menghadapi rintangan atau kesulitan. Sedangkan menurut Nashori dan Kurniawan (dalam Agusta, 2014) usaha/ daya juang merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berpikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.

Agusta (2014) menyatakan usaha/ daya juang adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi dan bertahan terhadap kesulitan hidup sebagai suatu proses untuk mengembangkan diri, dan mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Aspek Kesiapan dalam Mencapai Masa Depan

Dalam mewujudkan perencanaan masa depan, selain individu perlu melakukan langkah-langkah yang memungkinkan bersangkutan perlu juga adanya usaha untuk mencapai orientasi masa depan. Usaha tersebut berguna untuk melakukan terobosan penting agar kesuksesan menjadi suatu kenyataan (Agusta, 2014). Stoltz (dalam Agusta, 2014) berpendapat bahwa suksesnya pekerjaan dan hidup ditentukan oleh usaha dan

(47)

30

kegigihan untuk mewujudkan gagasan, ide, cita-cita, dan keinginan yang sudah direncanakan sebelumnya. Maka individu dapat mempersiapkan diri untuk mencapai kesuksesannya menurut Pool dan Sewell (dalam Agusta, 2014) terdapat empat aspek utama untuk menunjukkan kesiapan kerja, antara lain:

a. Keterampilan

Kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman yang didapat.

Keterampilan bersifat praktis, keterampilan interpersonal dan intrapersonal, kreatif dan inovatif, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, bekerja sama, dapat menyesuaikan diri, dan keterampilan berkomunikasi.

b. Ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan dasar secara teoritis sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi ahli sesuai dengan bidangnya.

c. Pemahaman

Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diketahui dan diingat, sehingga pekerjaannya bisa dilakukan dan diperoleh kepuasan sekaligus mengetahui apa yang menjadi keinginannya. Memahami pengetahuan yang telah dipelajari, menentukan, memperkirakan, dan mempersiapkan yang akan terjadi, dan mampu mengambil keputusan.

(48)

31 d. Atribut kepribadian

Atribut kepribadian mendorong seseorang dalam memunculkan potensi yang ada dalam diri. Kepribadian dalam lingkup sarjana adalah etika kerja, bertanggung jawab, semangat berusaha manajemen waktu, memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan mampu bekerja sama.

I. Hakikat Pecandu Narkoba Usia Dewasa

1. Pengertian Pecandu Narkoba Usia Dewasa

Usia dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya, pada usia dewasa individu dianggap telah memiliki ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas (Mustafa, 2016). Usia dewasa dibagi menjadi usia dewasa awal dan dewasa madya yang terjadi pada rentang umur 18-60 tahun (Mustafa, 2016). Pada usia dewasa awal individu mengalami kebingungan karena individu mulai dituntut untuk mulai memikirkan tentang karir yang ingin diambil, tentang pilihan kehidupan (menikah, melajang), dan mengeksplorasi diri mengenai kehidupan yang ingin dijalani, proses individu pada usia dewasa awal ini mempengaruhi masa perkembangan individu selanjutnya.

Menurut Santrock (2011) individu usia dewasa dapat dilihat dari tanda yang paling umum yaitu telah memiliki pekerjaan yang menetap dan penuh. Hal tersebut terjadi setelah individu menyelesaikan

(49)

32

pendidikannya. Kemandirian ekonomi merupakan salah satu tanda kedewasaan. Tanda lainnya adalah adanya tanggung jawab sepenuhnya pada diri sendiri, melalui tanggung jawab ini dapat dilihat bahwa individu telah mampu mengontrol emosinya yang merupakan aspek penting dalam proses menjadi orang dewasa.

Namun karena banyaknya tuntutan pada usia dewasa kerap kali mengakibatkan tekanan pada individu. Individu harus mulai beranjak meskipun belum siap, yang awalnya individu hanya terfokus pada diri sendiri individu harus mulai hidup ke arah yang lebih harmonis, hangat dan produktif dengan sesama anggota masyarakat. Beban yang berat di mana individu harus dapat menyeimbangkan diri dalam berbagai peran mulai dari menyerap identitas diri sebagai pekerja, berperan sebagai manusia yang produktif, dan selanjutnya harus mempertahankan kehidupan masyarakat dalam situasi yang produktif (Amriel, 2008).

Individu yang tidak mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan akan semakin mempertebal tembok pembatas antara individu dengan masyarakat di sekitarnya. Akibat yang paling buruk adalah individu terperosok ke jati diri yang sesat dan negatif, mencoba melarikan diri dari kenyataan, sebagai kompensasi sebuah kegagalan diri, salah satunya dengan menggunakan narkoba (Amriel, 2008).

Pengguna narkoba hakikatnya adalah kumpulan orang yang tidak siap dan tidak mampu hidup bersama orang lain (Amriel, 2008).

Pengguna narkoba dapat menjadi seorang pecandu narkoba bila

(50)

33

menggunakan narkoba dengan terus menerus meningkatkan dosis penggunaanya. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, pada pasal 1 ayat 13 mengatakan bahwa pecandu narkoba adalah orang yang menggunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis (Satya Joewana & Lydia Herlina Martono, 2006). Ketergantungan pada narkotika ini ditandai oleh dorongan yang membuat individu untuk terus menerus menggunakan narkotika dengan takaran yang terus meningkat. Individu yang telah mengalami ketergantungan akan mengalami gejala fisik dan psikis yang khas bila takaran mengkonsumsi narkoba dikurangi atau dihentikan secara tiba-tiba (Dahlan, 2017).

Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pecandu narkoba usia dewasa adalah individu usia 18 sampai dengan 60 tahun yang mengalami tekanan karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan tugas perkembangannya sehingga mencari jalan pintas dengan menggunakan narkoba secara terus menerus dengan dosis yang meningkat hingga mengalami ketergantungan yang berdampak secara fisik, perilaku maupun psikisnya. Individu pada kondisi seperti ini seringkali menerima stigma yang buruk dari masyarakat, mereka yang seharusnya menerima dukungan sosial untuk pulih akhirnya justru merasa terpuruk dengan kondisinya saat ini, mereka merasa tertolak dan tidak dihargai sebagai manusia (Hilangkan Stigma Negatif Pada Mantan Pecandu Narkoba, 2017).

(51)

34 2. Tahapan Kecanduan Narkoba

Menurut Dharmawan (dalam Prijambodo, 2019) individu yang akhirnya menjadi seorang pecandu narkoba mengalami tahapan-tahapan sebagai berikut :

a Mula-mula individu hanya coba-coba (experimental use) dengan alasan untuk menghilangkan rasa susah, mencari rasa nyaman, atau hanya sekedar memenuhi rasa ingin tahunya.

b Kemudian sebagian individu akan menentukan pilihannya, ada yang memilih untuk tidak meneruskan dan ada juga yang memilih untuk meneruskan (social use) sebagai pengisi kekosongan.

c Sebagian hanya akan menggunakan pada saat stress, kecewa, sedih (situation use), individu masih mampu mengendalikan pemakaian narkoba.

d Tahap abuse, tahap yang menentukan individu menjadi pengguna tetap atau tidak, apabila menjadi pengguna tetap maka menjadi kecanduan (dependence use).

e Tahap kecanduan, individu akan cenderung meningkatkan dosis penggunaan narkoba yang dipakainya.

3. Karakteristik Pecandu Narkoba

Menurut Puspitarini (2017) individu yang mengalami kecanduan narkoba dapat diamati melalui tanda-tanda sebagai berikut, antara lain:

a Secara fisik, cara jalannya sempoyongan, bicaranya tidak jelas (pelo), apatis dan mudah mengantuk. Mereka juga tidak lagi memperhatikan

(52)

35

permasalahan kebersihan dan kesehatan, di tubuhnya juga terdapat banyak bekas suntikan bahkan mungkin sayatan. Selain itu bisa juga ditemukan alat bantu penggunaan narkoba seperti jarum suntik, bong, pipet, kertas timah, botol minuman di dalam kamar ataupun tas.

b Tingkah laku, perilaku individu yang berubah secara drastis, pola tidur yang berubah, suka berbohong dan mencuri, sering mengurung diri di kamar, toilet untuk menghindari bertemu dengan orang lain, sering berpergian, menerima telepon, atau didatangi orang yang tidak dikenal, selain itu sering membelanjakan uang secara tidak wajar.

c Emosi, individu menjadi lebih emosional, sering mengalami ketakutan yang berlebihan (paranoid) dan mudah curiga. Selain itu individu akan sering kehilangan fokus saat berbicara atau melakukan sesuatu, individu juga kehilangan minat melakukan hobi atau kegemaran yang biasanya dilakukan dan lebih memilih untuk mengurung dirinya.

4. Faktor-Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba

Menurut Jokosuyono (1980), faktor utama penyebab penggunaan narkoba adalah rasa ingin tahu dan tekanan dari lingkungan terutama lingkungan pergaulan. Rasa ingin tahu mengenai pengaruh yang bisa ditimbulkan oleh narkoba membuat individu ingin mencobanya. Apalagi bila semua temannya pernah memakainya karena tidak memakai berarti terkucil dari kelompok, atau dianggap kolot dan menjadi bahan cemoohan. Maka bagi individu yang tidak memiliki pendirian yang

(53)

36

mantap, tidak tahu mana yang benar dan yang salah akan mudah terbawa oleh arus pergaulan yang tidak baik.

Dorongan lain individu menggunakan narkoba adalah untuk mengisi kekosongan jiwa. Individu yang merasa kehidupannya monoton, maka akan mudah tergoda menggunakan narkoba. Narkoba diharapkan akan memberikan pengalaman yang luar biasa, yang dapat menghilangkan rasa bosannya. Narkoba dapat pula dipakai sebagai alat pemberontakan.

Ketidakpuasan individu terhadap kehidupan (diremehkan, kemunafikan dan ketidakmampuan memperbaiki diri) membuat individu berontak.

Ketidakberesan dalam masyarakat menimbulkan kecemasan (anxiety), bagi individu yang memiliki watak keras mereka akan cenderung menyebabkan “kenakalan”, namun bagi individu yang berwatak lemah, mereka hanya dapat lari, mencari perlindungan. Narkoba memberikan tawaran yang menarik bagi mereka terutama karena dapat menghilangkan rasa cemas (Jokosuyono, 1980).

J. Penelitian yang Relevan

Ahmad (2012) pada penelitian mengenai “Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja” menjelaskan bahwa narapidana di dalam lapas

menjalani kehidupan yang serba diatur dan kaku, mereka tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mempersiapkan masa depan mereka. Latar belakang mereka yang buruk dan tidak adanya kesempatan yang memadai menjadikan mereka tidak peduli terhadap kebutuhan diri mereka sendiri, hal ini relevan dengan kondisi para pecandu narkoba di dalam panti rehabilitasi.

(54)

37

Relevansi penelitian ini dengan penelitian Ahmad yaitu terletak pada faktor- faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan individu yang meliputi faktor individual meliputi konsep diri, kematangan kognitif, dan kondisi psikologis serta faktor kontekstual yang meliputi usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, konteks keluarga, interaksi dengan teman sebaya, pengaruh tuntutan situasi, dan proses interaksi dengan lingkungan.

K. Kerangka Berpikir

Setiap Individu tentu memiliki orientasi masa depan yang ingin diwujudkan dalam hidupnya tak terkecuali para mantan pecandu narkoba.

Namun tentu untuk mencapai orientasi masa depan tersebut tantangan yang dihadapi para mantan pecandu narkoba cenderung lebih besar karena adanya penolakan ataupun stigma negatif yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.

Diperlukan terlebih dahulu penerimaan diri yang positif atas kondisinya sekarang dan respon yang diberikan oleh lingkungan sekitar para pecandu narkoba sehingga para pecandu bisa segera pulih dan dengan percaya diri melanjutkan hidup serta merealisasikan orientasi masa depan yang telah direncanakan sebelumnya.

Sedangkan bila para pecandu narkoba memiliki penerimaan diri yang negatif maka akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan frustrasi untuk melanjutkan hidup sehingga orientasi masa depan yang dimiliki pun rendah.

Orientasi masa depan merupakan gambaran individu dalam merencanakan kehidupannya untuk mencapai tujuan dan harapannya di masa depan.

Orientasi masa depan inilah yang dianggap sebagai dasar pemikiran individu

(55)

38

dalam mewujudkan harapannya menjadi sebuah kenyataan. Orientasi masa depan dibentuk oleh dua faktor yaitu, faktor individual dan faktor kontekstual.

Faktor individual yang membentuk orientasi masa depan pada setiap individu antara lain konsep diri, kematangan kognitif dan kondisi psikologis.

Konsep diri sangat membantu pembentukan orientasi masa depan, bila individu memiliki konsep diri yang baik berarti individu tersebut mengetahui dengan tepat bagaimana dirinya, kelebihan serta kelemahan yang dimiliki sehingga individu bisa dengan tepat merencanakan segala hal di masa depannya dengan baik. Sebaliknya individu yang tidak memiliki konsep diri yang baik maka hidupnya tidak terarah hal ini mengakibatkan individu tidak konsisten sehingga mengalami kebingungan untuk menetapkan dan merencanakan masa depannya.

Selanjutnya adalah kematangan kognitif, kematangan kognitif ikut turut membentuk orientasi masa depan, jika individu memiliki kematangan kognitif yang baik maka individu dapat merencanakan orientasi masa depannya lebih matang, individu dapat menentukan strategi, memikirkan kemungkinan- kemungkinan yang terjadi dan juga mencari rencana alternatif lainnya.

Sebaliknya individu yang kematangan kognitifnya kurang baik cenderung bertindak tanpa direncanakan, tidak ada persiapan yang matang sehingga tak jarang hal-hal yang dilakukan bersifat gegabah dan jangka pendek sehingga rencana yang telah disiapkan tidak berjalan sesuai dengan harapan.

Faktor individual yang terakhir adalah kondisi psikologis, kondisi psikologis juga turut mempengaruhi orientasi masa depan, hal tersebut karena

(56)

39

kondisi psikologis yang tidak stabil akan menjadi sebuah hambatan individu untuk beraktivitas, bila kondisi psikologis tidak stabil segala rencana yang telah direncanakan sebelumnya akan terhambat. Kondisi psikologis yang tidak baik juga cenderung membuat individu tidak bisa berpikir secara logis ketika menghadapi situasi tak terduga, individu cenderung tidak bisa mengontrol diri, menggebu-gebu dan terburu-buru. Sebaliknya kondisi psikologis yang stabil akan membantu individu dalam meraih orientasi masa depannya karena dengan kondisi psikologis yang baik individu bisa berpikir secara sehat dan logis, pelaksanaan rencana juga bisa berjalan lancar.

Sedangkan faktor kontekstual meliputi usia, jenis kelamin, status sosial- ekonomi, konteks keluarga, interaksi dengan teman sebaya, tuntutan sosial, dan proses interaksi dengan lingkungan. Faktor kontekstual merupakan faktor yang memang ada di dalam dan sekitar individu yang memang individu alami.

Faktor kontekstual ini cukup mempengaruhi terbentuknya orientasi masa depan individu, misalnya saja individu memiliki orientasi masa depan untuk bekerja menjadi seorang polisi hal tersebut dipengaruhi oleh konteks keluarga karena ayahnya merupakan panutannya dan bekerja sebagai seorang polisi yang terpuji. Namun meski begitu faktor individual lebih berpengaruh pada pembentukan orientasi masa depan individu dibandingkan dengan faktor kontekstual.

Maka dapat disimpulkan mantan pecandu narkoba yang bisa menerima dirinya secara positif akan cenderung memiliki faktor individual dan kontekstual yang baik sehingga mereka memiliki kemauan yang tinggi dan

(57)

40

cenderung selalu berusaha berkembang dengan cara berlatih untuk mencapai keinginannya, membuat rencana dan strategi untuk mewujudkan orientasi masa depannya. Sebaliknya jika individu menerima dirinya secara negatif maka faktor individual dan kontekstualnya cenderung akan dipandang secara negatif juga sehingga mantan pecandu narkoba cenderung melakukan segala sesuatu tanpa terarah dan tidak konsisten berlatih sehingga minatnya tidak dikembangkan dengan baik. Individu cenderung mudah teralihkan ke hal lainnya.

Gambar

Tabel 3.1 Panduan Wawancara untuk Responden
Tabel 3.2  Panduan Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Moreover, the pixel that does not belong to the category of background model will be considered as the foreground (pixel gets value 1/white). The result in form of binary image

[r]

Pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap return saham pada sub sektor konstruksi dan bangunan yang terdaftar di bursa efek indonesia.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penularan sangat mungkin terjadi jika batuk atau bersin yang mengeluarkan percikan dahak dari pasien terjadi di suatu ruangan, jika ruangan berventilasi, kemungkinan tertular

Aplikasi pada krim kosmetik optimum pada kondisi sonikasi 15 menit dan kadar ekstrak 0,2% dengan karakteristik krim yaitu kadar beta-karoten 4,85 mg/kg; kandungan antioksidan

Sistem Digital B adalah mata kuliah kerja mandiri, dimana mahasiswa akan mempraktekan teori yang didapat pada Sistem

At each time step, the mixer chooses a random vertex adjacent to its current position.. Then, with probability 1/2 it moves to that vertex, and with probability 1/2 it remains at

Model pembelajaran the power of two adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. The power of two sebagaimana