• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ELEKTRONIK DALAM PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ELEKTRONIK DALAM PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

ELEKTRONIK DALAM PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ridho Nursaputra 11170110000105

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

(2)
(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

ABSTRAK

Ridho Nursaputra. NIM. 11170110000105. Penggunaan Media Elektronik Dalam Pembelajaran PAI Bagi Peserta Didik.

Di era milenial ini, setiap hal dalam kegiatan dan rutinitas warga dunia tidak terlepas oleh media elektronik, tak terkecuali dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Adapun sekarang ini, media pembelajaran elektronik berperan sebagai alat bantu guru dalam memperjelas penyampaian materi pembelajaran dan membantu peserta didik dalam memahami kompetensi yang diajarkan. Untuk itu tak sedikit daripada guru-guru yang menggunakan media pembelajaran elektronik untuk membantu kegiatan pendidikan pada mata pelajaran yang mereka ampu, tak terkecuali dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, saya tertarik untuk mengambil judul tersebut sebagai bahan penelitian saya.

Adapun dalam penulisan materi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di SMP Budi Cendekia Islamic School, Cilodong, Kalimulya, Kota Depok, Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran elektronik di SMP Budi Cendekia Islamic School, sudah hampir semua bentuk pembelajaran elektronik sudah diterapkan. Mulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, sampai pembelajaran berbasis kelas virtual. Adapun kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi para pengajar di sekolah khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni masih belum adanya fasilitas seperti CD Interaktif khusus mata Pelajaran Agama Islam. Ditambah lagi dengan kualitas jaringan internet pada pembelajaran jarak jauh yang mana tidak semua peserta didik memiliki jaringan internet yang memadai, tentunya ini semua dapat menjadi kendala.

Kata Kunci: Media Pembelajaran Elektronik, Pendidikan Agama Islam

(8)

vii

ABSTRACT

Ridho Nursaputra. NIM. 11170110000105. The Using Electronic Media in PAI Learning for Students.

In this millennial era, every thing in the activities and routines of citizens of the world cannot be separated from electronic media, including education and learning. As for now, electronic learning media plays a role as a teacher's tool in clarifying the delivery of learning materials and helping students understand the competencies being taught. For this reason, not a few teachers use electronic learning media to help the activity of education in the subjects they are capable of, not least in the subject of Islamic Religious Education.

As for writing this material, the author uses a qualitative approach with a case study research method. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. The research location is at Budi Cendekia Islamic School Middle School, Cilodong, Kalimulya, Depok City, West Java.

The results showed that the use of electronic learning media in SMP Budi Cendekia Islamic School, almost all forms of electronic learning have been implemented. Starting from planning and implementing web-based learning, computer-based learning, to virtual classroom-based learning. The difficulties that are often faced by teachers in schools, especially in the subject of Islamic Religious Education, are that there are still no facilities such as Interactive CDs specifically for Islamic Religion subjects. Coupled with the quality of the internet network in distance learning where not all students have an adequate internet network, of course this can all be an obstacle.

Keywords: Electronic Learning Media, Islamic Religious Education

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.

Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad.

Shalawat serta salam tidak lupa kami kirimkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, Makhluk mulia yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah SWT.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Siti Khadijah, MA. Dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.

5. Tri Wahyuni, S.Pd. Kepala Sekolah SMP Budi Cendekia Islamic School, yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti di sekolah tersebut.

6. Asep Mulyana, S.Pd.I. Guru PAI di SMP Budi Cendekia Islamic School yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber dalam sesi wawancara ini.

7. Rekan seperjuangan PAI UIN Jakarta 2017, yang telah memotivasi penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang kita pelajari selama menuntut ilmu dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

(10)

ix

8. Eka Putri Agusrini, yang tak henti-hentinya memberi semangat dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat 00II00, yang telah memotivasi dan memberikan energi positif sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini, mudah-mudahan apa yang telah kita lewati Bersama dapat dijadikan kenangan yang dirindukan.

10. Para Dosen FITK dan Jurusan PAI yang telah memberikan Ilmu Kepada Penulis selama menempuh Pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Keluarga Besar di Bangka dan Cirebon yang telah mendukung, mendoakan, serta membantu selama menempuh Pendidikan S1 di UIN Jakarta, mudah- mudahan Allah SWT memberikan keberkahan kepada semuanya.

12. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Almarhum Drs. Samsuri dan Ibu Nunung Nuraeni, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan kasih sayang.

Jakarta, 22 November 2021

Ridho Nursaputra

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI...i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

UJI REFERENSI...iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI………iv

FORM PERNYATAAN KARYA SENDIRI...v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian……….6

F. Manfaat Penelitian...6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Landasan Teori...8

B. Kajian Penelitian Relevan...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Teknik Pengumpulan Data...34

C. Teknik Analisis Data...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 39

(12)

xi

B. Hasil Observasi ... 44

C. Hasil Analisis dan Pembahasan...44

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA...60

LAMPIRAN-LAMPIRAN...63

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang bertujuan dapat meningkatkan nilai sosial, budaya, moral serta agama peserta didik. Selain itu, pendidikan juga bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata.

Pendidikan merupakan suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana untuk dapat meningkatkan potensi diri yang dimiliki masing-masing peserta didik dalam segala aspek menuju terbentuknya kepribadian serta akhlak mulia dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Dalam konsep Islam bagi kehidupan manusia, pendidikan sangat penting untuk menjalankan kehidupan di muka bumi ini, sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Mujadalah/58:11, yang berbunyi:

اْوُزُشْنا َلْيِق اَذ ِاَو ْۚ

ْمُكَل ُٰٓللّا ِحَسْفَ ي اْوُحَسْفاَف ِسِلٓجَمْلا ِفِ اْوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َلْيِق اَذِا ااْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا اَهُّ يَآيٰ

رْيِبَخ َنْوُلَمْعَ ت اَِبِ ُٰٓللّاَو ٍۗ تٓجَرَد َمْل ِعْلا اوُتْوُا َنْيِذَّلاَو ْۙ

ْمُكْنِم اْوُ نَمٓا َنْيِذَّلا ُٰٓللّا ِعَفْرَ ي اْوُزُشْناَف

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”.

(14)

2

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dijelaskan betapa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan bagi setiap manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Pendidik sebagai pengajar harus memiliki kompetensi dan metode pembelajaran yang baik serta memiliki kepribadian yang baik dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, guru menjadi pemeran utama dalam mendidik, membimbing, melatih, mengarahkan dan mengajarkan atau mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru sebagai pengembang amanah dan tanggung jawab untuk dapat menguasai metode dan memiliki keterampilan dalam menyampaikan materi pembelajaran serta dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik ke arah yang lebih positif.

Belakangan ini, peran para guru dan siswa jelas berubah-ubah karena adanya pengaruh teknologi dalam ruang kelas. Guru dan buku teks tidak lagi menjadi sumber seluruh informasi. Guru telah menjadi fasilitator perolehan informasi.

Dengan beberapa tombol keyboard, para pelajar bisa menjelajahi dunia, memperoleh akses ke perpustakaan, guru dan siswa lainnya, dan sekumpulan sumber daya untuk memperoleh informasi yang mereka cari.1

Dalam hal ini menurut Reyandra dalam bukunya, sektor pendidikan harus mendapat perhatian yang serius, karena ini merupakan salah satu tuntutan paradigma baru dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Yang mana disertai dengan adanya pergeseran paradigma pembelajaran dari behavioristik ke konstruktivistik.

Lanjut dalam bukunya juga dijelaskan, menurutnya saat ini, konstruktivisme menjadi landasan dalam dunia Pendidikan hampir di semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Karena menurut Bettencourt, pembelajaran konstruktivistik menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan sendiri, belajar

1 Sharon E. Smaldino, (2019), Instructional Technology and Media for Learning:

Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar, (Jakarta: Prenadamedia Group), hal. 4.

(15)

3

mandiri, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Tambahnya lagi pembelajaran konstruktivistik bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik mampu membangun sendiri pengetahuannya.

Pembelajaran berarti partisipasi pengajar bersama pembelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, bagi konstruktivisme pembelajaran adalah suatu bentuk belajar sendiri.2

Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah kurangnya kesadaran guru akan manfaat media dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan Deni bahwa media pembelajaran elektronik tidak hanya berlaku bagi individu siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini kita sebagai guru dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk kepentingan memperkaya kemampuan mengajar sehari-hari.3 Seorang guru sebagai mediator hendaknya memiliki pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran dan memiliki keterampilan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik guna untuk menciptakan suasana pembelajaran yang lebih efektif. Bukan hanya memiliki pengetahuan tentang media pembelajaran, tetapi juga memiliki keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kesesuaian materi pelajaran.

Media memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah, salah satunya fungsinya yaitu dapat menarik perhatian atau menghilangkan kebosanan peserta didik. Jadi, dengan adanya media pembelajaran yang digunakan oleh guru, maka peserta didik akan dapat menerima, memahami serta menguasai materi pelajaran yang disampaikan sehingga dapat menunjang keberhasilan proses interaksi yang bersifat edukatif. Media pembelajaran

2 Rayandra Asyhar, (2011), Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta:

Gaung Persada Press), hal. 15.

3 Deni Darmawan, 2014, Pengembangan E-Learning Teori dan Desain, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal. 3.

(16)

4

merupakan sebuah komponen yang tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang diharapkan.

Pendidik yang berperan sebagai pengajar dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengarahkan serta mendorong peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu, pendidik juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran elektronik seperti komputer, laptop, dan LCD yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Dengan memanfaatkan media pembelajaran elektronik, dapat menjadi alat bantu bagi pendidik dan sebagai penyalur pesan atau materi pelajaran yang akan disampaikan dari pendidik ke peserta didik. Sehingga peserta didik dapat lebih mudah dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik.

Penggunaan media pembelajaran elektronik sangat menunjang kebutuhan belajar dari peserta didik, mengingat saat ini banyak anak-anak yang lebih senang dan aktif dalam menggunakan media elektronik. Media pembelajaran elektronik dapat digunakan dimana pun dan kapan pun sesuai dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitar.

Dalam Pendidikan Agama Islam, ada berbagai macam media elektronik yang dapat digunakan oleh peserta didik dengan mudah, ditambah lagi dengan fenomena pandemi covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir, tentunya media pembelajaran elektronik sangatlah dibutuhkan untuk menunjang fasilitas belajar mengajar pada siswa. Namun yang paling penting ialah kejelian dalam memilih dan menentukan mana yang lebih cocok untuk digunakan, karena dari sekian banyak aplikasi pembelajaran elektronik, tentunya mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.

Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang menyangkut “Penggunaan Media Pembelajaran Elektronik Pada Pembelajaran PAI Bagi Peserta Didik”.

(17)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul, masalah tersebut berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran elektronik pada pembelajaran PAI bagi peserta didik di SMP Budi Cendekia Islamic School yang akan penulis uraikan sebagai berikut:

1. Diketahui terdapat berbagai macam pelaksanaan, perencanaan, sampai evaluasi guru dalam menggunakan media pembelajaran elektronik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Diketahui terdapat berbagai macam bentuk media pembelajaran elektronik mulai dari pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, sampai pembelajaran berbasis kelas virtual yang memang sudah lama diterapkan di SMP Budi Cendekia Islamic School.

3. Masih adanya kesulitan atau kendala yang dihadapi guru mulai dari pelaksanaan penggunaan, fasilitas yang ada, serta jaringan internet yang kurang stabil ketika pendidikan jarak jauh dilaksanakan.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini fokus pada permasalahan yang ingin diteliti, maka peneliti disini melakukan pembatasan masalah dari beberapa permasalahan di atas, Adapun peneliti membatasi permasalahan ini pada:

1. Penggunaan media pembelajaran elektronik yang oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran PAI bagi peserta didik.

2. Macam-macam bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi multimedia mulai dari pembelajaran berbasis web, berbasis komputer, serta berbasis kelas virtual yang diterapkan di SMP Budi Cendekia Islamic School.

3. Kesulitan yang dialami guru ketika menggunakan media pembelajaran elektronik yang diterapkan.

(18)

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dibatasi sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana cara guru menggunakan media pembelajaran elektronik dalam mencapai tujuan pembelajaran PAI bagi peserta didik?

2. Bagaimana bentuk-bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi multimedia pada pembelajaran PAI?

3. Apa saja kesulitan penggunaan media pembelajaran elektronik pada pembelajaran PAI?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui cara guru menggunakan media pembelajaran elektronik dalam mencapai tujuan pembelajaran PAI bagi siswa.

2. Mengetahui bentuk-bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi multimedia pada pembelajaran PAI.

3. Mengetahui apa saja kesulitan penggunaan media pembelajaran elektronik pada pembelajaran PAI.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diperoleh beberapa manfaat dari penelitian ini di antaranya:

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan khususnya dan bagi jenjang pendidikan menengah baik di sekolah menengah pertama maupun madrasah tsnawiyah. Kontribusi tersebut berhubungan dengan penggunaan media pembelajaran elektronik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

(19)

7 2. Manfaat secara praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya meningkatkan kualitas belajar siswa dengan sebaik mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi diri untuk menjadi pendidik yang lebih professional dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat mengembangkan wawasan bagi peneliti dan juga sebagai langkah awal untuk memperoleh gelar S1.

(20)

8

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Media Pembelajaran Elektronik

a. Definisi Media Pembelajaran Elektronik

Menurut Yudhi Munadi, pembelajaran elektronik atau biasa disebut dengan istilah e-learning (electronic learning) adalah jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet atau jaringan komputer lain.4

Sementara itu, Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan (The American Society for training and Development/ ASTD) (2009) dalam Rusman (2012: 263) mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut.

E-learning is a broad set of applications and processes which include web- based learning, computer based learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via internet, intranets, audio and videotapes, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on the organization and how it is used but basically it is involves electronic means communication, education, and training.

Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual dan kelas digital. Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, audio dan videotape, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM.

Definisi ini menyatakan bahwa definisi e-learning dapat bervariasi tergantung dari penyelenggara kegiatan e-learning dan bagaimana cara penggunaan serta tujuan penggunaannya. Definisi tersebut juga menyatakan kesimpulan bahwa e-

4 Yudhi Munadi, (2013), Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat:

REFERENSI Press Group), hal. 159.

(21)

9

learning pada dasarnya adalah pengaplikasian komunikasi, pendidikan, dan pelatihan secara elektronik.

E-learning pada dasarnya tidak selalu harus berhubungan dengan proses Pendidikan dan pembelajaran yang berbasis elektronik dan virtual secara ideal, namun e-learning yang mampu memberikan pemahaman bagaimana peserta didik belajar memperoleh materi dan melakukan proses pembelajaran melalui fasilitas Internet dan sajian halaman website yang memberikan dan menyediakan bahan ajar secara elektronik.5

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan proses pembelajaran yang menghubungkan antara pembelajar dan sumber belajar dalam bentuk komunikasi virtual atau digital dengan memanfaatkan teknologi dalam perangkat elektronik.

b. Fungsi Media Pembelajaran Elektronik

Terdapat tiga fungsi e-learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnya pilihan, komplemen (pelengkap), dan substitusi (pengganti).

• Suplemen (tambahan), yaitu peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak.

• Komplemen (pelengkap), yaitu materinya diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas.

• Substitusi (pengganti), tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas sehari-hari peserta didik.6

5 Op.Cit, Deni Darmawan, hal. 17.

6 Ibid, Deni Darmawan, hal. 29-30.

(22)

10

c. Pemanfaatan Media Pembelajaran Elektronik

Rosenberg menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell yang intinya menekankan penggunaan internet dalam Pendidikan sebagai hakikat e-learning.7

Ada beberapa keunggulan e-learning dibanding dengan model pembelajaran konvensional di antaranya adalah:

• Fleksibel dari sisi waktu. Dengan e-learning peserta didik dapat belajar lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang dimiliki.

• Fleksibel dari sisi fasilitas, tempat dan lingkungan belajar.

• Suasana belajar tidak ada hambatan psikologis.

• Mudah meremajakan materi.

• Membiasakan pemanfaatan ICT. Dengan e-learning, ICT bukan saja menjadi sesuatu yang hanya dipelajari, tetapi sesuatu yang dimanfaatkan setiap hari sehingga menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari peserta didik.

Selain memberi manfaat, e-learning memiliki kelemahan terutama dari sisi kebutuhan investasi jaringan pendukung dengan perangkat lunaknya. Untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal dari e-learning dibutuhkan dukungan jaringan yang cepat dan stabil.8

d. Macam-Macam Media Pembelajaran

Pada dasarnya, media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, di antaranya sebagai berikut:

a) Media Non-Elektronik

• Media Cetak

7 Nizwardi Jalinus dan Ambiyar, (2016), Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta:

Kencana), hal. 215.

8 Op.Cit, Yudhi Munadi, hal. 160.

(23)

11

Media cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi pelajaran, seperti buku dan materi visual statis yang melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Adapun contoh media cetak di antaranya teks, grafik, foto, lembar kerja dan sebagainya. Media menghasilkan materi pembelajaran dalam bentuk salinan yang tercetak. Dua komponen pokok media ini yaitu materi teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi dan teori belajar.

• Media Pajang

Pada umumnya, media ini digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, papan buletin, chart dan pameran. Media pajang yang paling sederhana dan hampir tersedia di seluruh ruang kelas yaitu papan tulis.

• Media Peraga dan Eksperimen

Media peraga berupa alat-alat asli bentuk tiruan yang biasanya berada di ruang laboratorium. Media peraga biasanya berbentuk model dan hanya digunakan untuk menunjukkan bagian dari alat yang asli dan prinsip kerja dari alat asli tersebut. Sedangkan media eksperimen juga berbentuk alat asli yang biasa digunakan untuk kegiatan praktikum.9

b) Media Elektronik

• Overhead Proyektor (OHP)

Berbeda dengan media visual lainnya yang tidak memerlukan alat penyaji, transparansi OHP visualnya diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.

Media transparansi atau Overhead proyektor terdiri dari dua perangkat, yaitu perangkat lunak (software) berupa transparansi yang disebut Overhead transparancy (OHT) dan perangkat keras (hardware) berupa Overhead proyektor (OHP). Media transparansi adalah media visual proyeksi yang dibuat di atas

9Arsyad, Azhar, (2009), Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo), hal. 29-30.

(24)

12

bahan transparan berupa plastik berukuran 81/2” x 11”, yang digunakan oleh guru untuk memvisualisasikan konsep, proses, fakta, statistik, kerangka outline, atau ringkasan materi yang disampaikan kepada peserta didik.

• Slide

Slide merupakan media yang diproyeksikan sehingga dapat dilihat dengan mudah oleh peserta didik. Slide adalah sebuah gambar transparan yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor.

• Film Strip

Film strip disebut juga film Slide, strip film dan still film yang arti dan fungsinya sama. Film strip biasanya berisi 50-75 gambar. Film strip adalah satu rol positif berukuran 35 mm yang berisi sederetan gambar yang saling berhubungan dengan sekali proyeksi untuk satu gambar.

• Film

Film merupakan gambar hidup yang diambil menggunakan kamera film dan ditampilkan melalui proyektor film. Pada umumnya film digunakan untuk menyajikan hiburan. Namun seiring perkembangan zaman film dapat menyajikan informasi lain, khususnya informasi yang berkaitan dengan konsep pembelajaran, keterampilan dan sikap. Film merupakan alat audio-visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan.

• Video Compact Disk (VCD)

Video Compact Disk (VCD) adalah sebuah perangkat elektronik dan media rekam yang berfungsi untuk menyimpan informasi berupa suara, tulisan dan gambar bergerak (video). Dengan penggunaan media VCD dalam proses pembelajaran mampu menyajikan gambar bergerak dan suara sehingga peserta didik dapat lebih cepat menerima pesan dan merangsang peserta didik untuk dapat belajar.

(25)

13

• Televisi

Televisi adalah sistem elektronik yang dapat mengirimkan gambar dan suara melalui kabel atau ruang. Dalam pembelajaran televisi menjadi media yang bersifat langsung dan nyata serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

• Internet

Media internet memberikan perubahan yang sangat besar terhadap cara seseorang untuk berinteraksi, bereksperimen dan berkomunikasi. Oleh karena itu, saat ini internet banyak digunakan dalam proses pembelajaran salah satu contohnya internet digunakan untuk kelas jauh dalam artian bahwa guru dan peserta didik berada di tempat yang berbeda, tetapi tetap dapat berkomunikasi dan berinteraksi seperti halnya pembelajaran yang dilakukan di kelas.10

Media pembelajaran elektronik menjadi media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga sepatutnya guru mempelajari penggunaan media tersebut sebagai alternatif dalam proses pembelajaran yang cenderung membuat peserta didik menjadi pasif. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media pembelajaran elektronik sehingga guru mampu menemukan media yang paling tepat digunakan bagi peserta didik serta mampu meningkatkan gairah belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.

e. Aplikasi Multimedia dalam Pembelajaran PAI

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini mengharuskan kita untuk mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan dengan yang lain, demikian juga untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), penggunaan teknologi multimedia merupakan suatu keharusan. Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi multimedia di dalam pembelajaran PAI:

10Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, (2002), Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers), hal. 72-102

(26)

14 1) Al-Qur’an Digital

Al-Qur’an digital adalah program yang berisi tentang Al-Qur’an dan terjemahannya. Dalam program tersebut terdapat banyak kemudahan dalam mencari topik yang diinginkan dalam pembelajaran PAI. Peserta didik dan guru tidak perlu membawa Al-Qur’an dari rumah, namun mereka dapat membuka langsung melalui komputer.

2) Web Islami

Web Islami adalah web yang berisi tentang kajian-kajian Islami. Salah satu contoh web Islami ini adalah pesantren virtual. Guru PAI dan peserta didik dapat mengakses web ini melalui www.pesantren.com. Di dalam web ini disediakan sarana pembelajaran Islami yang terdiri dari kolom tanya jawab sekitar Islam, pengajian online setiap jum’at malam, beberapa artikel tentang Islam, ekonomi syari’ah, kitab kuning, dan lain sebagainya.

3) Program Aplikasi dalam Pembelajaran

Ada banyak program aplikasi berbasis ICT yang dapat digunakan dalam pembelajaran (Siraj, 2013), baik yang dapat dibeli di toko-toko komputer maupun yang dapat di download secara bebas di internet, di antaranya:

• Program Al-Qur’an Flash

Program ini adalah mushaf Al-Qur’an digital yang dapat dibaca dan dibuka seperti ketika membaca mushaf Al-Qur’an sebagaimana biasa yang dilengkapi dengan ayat-ayat yang berwarna-warni sebagai petunjuk hukum bacaan tajwid, program ini sangat berguna bagi guru yang akan mengajarkan membaca Al- Qur’an di kelas secara klasikal.

• Program Al-Qur’an in Word

Program Al-Qur’an in Word adalah program penulisan teks ayat Al-Qur’an lengkap dengan harakat dan terjemahannya dalam beberapa bahasa yang diaplikasikan pada program MS. Word. Program ini sangat membantu bagi kita

(27)

15

umat Islam yang ingin menulis ayat Al-Qur’an dengan mudah tanpa khawatir muncul kesalahan dalam penulisan ayat karena menulis secara manual menggunakan MS. Word.

• Program Perhitungan Zakat

Program ini adalah program yang membantu umat muslim untuk menghitung zakat maal/profesi yang dapat menentukan apakah ia termasuk seorang yang berhak mengeluarkan zakat atau tidak.

• Program Waris

Program ini merupakan program aplikasi perhitungan harta warisan sesuai pembagiannya menurut anjuran Islam.

• Program KV-Soft Flipbook

Program ini merupakan program pengembangan media pembelajaran berbasis e-book karena dengan memahami program ini siapa pun dapat membuat buku, kitab, mushaf, maupun gambar menjadi format buku elektronik yang bisa dibuka dan dibaca menggunakan komputer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis perangkat lunak profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk seperti buku.

Halaman yang dapat ditambah fungsi editing memungkinkan anda untuk menanamkan video, gambar, audio, lyperlink, hotspot dan objek multimedia ke halaman. Sehingga untuk membuat halaman buku multimedia menjadi begitu mudah dengan software ini.

• Program Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab

Program aplikasi Talk Now Arabic merupakan salah satu program aplikasi pembelajaran bahasa arab dengan 40 bahasa terjemahan yang sangat memudahkan pembelajar bahasa arab memahami kosa kata dengan percakapan dalam berbagai situasi. Bahkan pada program aplikasi yang lain seperti learn to speak arabic pembelajar dapat melatih berbicara dan membaca teks kemudia di cek apakah intonasi, dialek (lahjah) yang diucapkannya sudah seperti orang Arab asli atau bukan.

(28)

16

• Book School Education dan e-book Arab

Elektronik book yang kemudian disingkat dengan e-book merupakan pengembangan buku berbasis elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi untuk memindahkan teks bacaan pada buku menjadi teks elektronik yang bisa dibawa dan dibaca dimana dan kapan pun saja.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.11

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Tholib Kasan,

“Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.12

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mempengaruhi akal peserta didik melalui tahapan sedikit demi sedikit, jenjang demi jenjang untuk menuju indikator pembelajaran yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan tertentu. Pendidikan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab proses pendidikan itu sendiri sudah dimulai sejak dalam kandungan dan akan terus berlanjut hingga balita, masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.

Mengacu pada pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satunya disebutkan bahwa peserta

11 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1

12 Tholib Kasan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Studie Press, 2009), Hal. 10.

(29)

17

didik diharapkan mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan dari proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Menurut Hasan Langgulung, “Dalam bidang pertumbuhan spiritual dan moral, pendidikan yang baik dapat menolong individu menguatkan iman, akidah, dan pengetahuan terhadap Tuhannya dan dengan hukum-hukum, ajaran-ajaran dan moral agamanya”.13

Kekuatan spiritual keagamaan yang dimaksud dapat diperoleh melalui pendidikan agama yang diberikan di sekolah, di rumah, ataupun di rumah ibadah tertentu. Pada bagian ini, yang akan dikhususkan untuk dibahas adalah pendidikan Islam di sekolah yang diarahkan mampu membentuk peserta didik agar dapat berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Muhammad Fadhil Al-Jamali yang dikutip oleh Bukhori Umar memberikan pengertian Pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.14

Maka dapat disimpulkan Pendidikan Islam berarti proses memasukkan nilai- nilai Agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang sempurna, tanggung jawab, dan baik dalam setiap perkataan maupun perbuatannya.

Dalam prosesnya, internalisasi Pendidikan Islam di sekolah terdapat dalam sebuah mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

13 Hasan Langgunung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru), Hal. 31.

14 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 28.

(30)

18

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.15

Pengertian lain menurut Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.16

Menurut ilmu bahasa (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, Islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.17 Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seseorang Rasul.18

Maka dapat disimpulkan bahwa Islam adalah ajaran agama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang membawa ajaran- ajaran dari berbagai sisi kehidupan manusia, serta diarahkan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh alam.

Adapun ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan adanya pendidikan agama adalah Q.S. An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

ْن َِبِ ُمَلْعَا َوُه َكَّبَر َّنِا ٍۗ

ُنَسْحَا َيِه ِْتَِّلِبِ ْمُْلِْداَجَو ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلِْبِ َكِٰبَر ِلْيِبَس ٓلِٰا ُعْدُا َنْيِدَتْهُمْلِبِ ُمَلْعَا َوُهَو ٖهِلْيِبَس ْنَع َّلَض

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.

15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 6.

16 Zainudin Ali, dkk. Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Jakarta: Yamiba, 2015), hal. 3

17 Op.Cit, Muhammad Alim, hal. 91.

18 Ibid. Hal. 92.

(31)

19

Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Dari ayat di atas, dapat dipaparkan bahwa dalam syariat Islam dianjurkan untuk menuntut ilmu kejalan yang diridhai oleh Allah dengan cara yang baik guna memperoleh landasan kehidupan yang mulia baik itu di dunia maupun di akhirat.

Bentuk dari menuntut ilmu yang dianjurkan dalam syariat tersebut di antaranya adalah mempelajari Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Islam menurut Muhammad SA Ibrahimy yang dikutip oleh Bukhori Umar ialah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.19

Sedangkan menurut Muhammad Fadhil Al-Jamali yang dikutip oleh Bukhori Umar memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.20

Dapat disimpulkan Pendidikan Islam berarti proses memasukkan nilai-nilai agama Islam pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlakul karimah sehingga membentuk pribadi yang sempurna, tanggung jawab, dan baik dalam setiap perkataan maupun perbuatannya.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.21

19 Op.Cit, Bukhari Umar, hal. 27.

20 Ibid, Hal. 28.

21 Op.Cit, Zainudidin Ali, Hal. 3

(32)

20

Sedangkan menurut Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.22

Maka dapat disimpulkan mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran wajib pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dilaksanakan sekurang-kurangnya satu.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan agama Islam, yaitu:

a) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam,

b) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam,

c) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dan

d) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di imani, di pahami, dan di hayati atau di internalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada

22 Op.Cit, Muhammad Alim, Hal. 6.

(33)

21

Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.23

Menurut Muhammad Atiyyah al-Abrasyi, bahwa ada lima tujuan umum yang asasi bagi Pendidikan Islam, yaitu:

a) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

c) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan.

d) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui (curiousity).

e) Menyiapkan pelajar dari segi professional dan teknis.

Menurut Abdul Rahman Nahlawi, tujuan Pendidikan Islam itu adalah:

a) Pendidikan akal dan rangsangan untuk berpikir, renungan, dan meditasi.

b) Menumbuhkan kekuatan dan bakat-bakat asli pada anak didik.

c) Menaruh perhatian pada kekuatan generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya.

d) Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi dan bakat manusia.

Muhammad Fadil al-Jamali, juga mengemukakan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah:

a) Memperkenalkan kepada manusia akan tempatnya di antara makhluk- makhluk, dan akan tanggung jawab persoalan dalam hidup ini.

b) Memperkenalkan kepada manusia tentang hubungan-hubungan sosialnya dan tanggung jawabnya dalam rangka suatu system social manusia.

c) Memperkenalkan kepada manusia tentang makhluk (alam), dan mengajaknya untuk memahami hikmat (rahasia) penciptaannya dalam menciptakannya dan memungkinkan manusia untuk menggunakannya.

d) Memperkenalkan kepada manusia tentang pencipta alam ini.

23 Muhaimin dan Nur Ali, (2008), Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal. 78.

(34)

22

Dalam Peraturan Perundang-undangan No. 55 Tahun 2007 Bab I Pasal I mengemukakan: Pendidikan Agama adalah Pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan.

Bab II Pasal 2, menjelaskan: (1) Pendidikan Agama berfungsi membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar-umat beragama. (2) Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai- nilai agama yang menyerasikan pengusasaannya dalam ilmu pengetahuan teknologi, dan seni.24

c. Visi Pendidikan Agama Islam

Visi Pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada visi ajaran Islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan Nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah serta membawa rahmat bagi seluruh alam. Kata patuh dan tunduk kepada Allah sebagai disebutkan di dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yaitu melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: ekonomi, sosial, politik, budaya, Ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan, ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebersamaan, toleran, tolong menolong, kerja keras, dan lain sebagainya.

Sedangkan kata rahmat dapat berarti kedamaian, kesejahteraan, keharmonisan, kenikmatan, keberuntungan, kasih sayang, kemakmuran, dan lain

24 Haidar Putra Daulay, (2016), Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana), hal. 45-46.

(35)

23

sebagainya. Pendidikan Islam yang dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.25 Dengan demikian visi Pendidikan Islam yang sejalan dengan visi ajaran Islam yang bertumpu pada terwujudnya kasih sayang bagi semua makhluk ciptaan Tuhan, ternyata memiliki jangkauan pengertian yang amat luas. Yaitu sebuah kasih sayang yang tulus dan menjangkau pada seluruh aspek kehidupan manusia dan digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Visi Pendidikan Islam yang bertumpu pada mewujudkan rahmat bagi seluruh alam itu, memperlihatkan bahwa Pendidikan Islam memiliki sebuah tanggung jawab yang amat berat, kompleks, multi dimensi, dan berjangka panjang. Visi Pendidikan Islam terkait erat dengan upaya mewujudkan sebuah kehidupan yang harmoni, damai, sejahtera lahir dan batin.

Dalam kaitan ini visi Pendidikan Islam erat kaitannya dengan kata Islam itu sendiri yang secara harfiah berarti masuk dalam perdamaian, dan orang yang mengemban visi tersebut dinamakan muslim yaitu orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya, dan damai dengan manusia bukan saja berarti menyingkiri berbuat jahat atau sewenang-wenang kepada sesamanya, malainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya.

Berdasarkan pada visi yang demikian itu maka setiap penyimpangan dalam penyelenggaraan Pendidikan Islam dapat dengan mudah diketahui. Sebuah kegiatan Pendidikan yang memperlakukan anak didik secara tidak manusiawi, tidak adil, merusak jasmani, rohani, dan akalnya, merusak masa depannya, serta mengajarkan cara hidup yang keras, tidak bersahabat, atau mengajarkan memusuhi orang lain dan seterusnya, dapat diduga bahwa Pendidikan tersebut telah menyimpang dari visi Pendidikan Islam. Demikian pula sebuah kegiatan Pendidikan yang hanya menyuruh manusia memperhatikan aspek keduniaan saja, atau aspek keakhiratan saja, atau membuatnya tidak berdaya dalam menghadapi

25 Abuddin Nata, (2005), Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Ciputat: Penerbit Gaya Media Pratama), hal. 30-31.

(36)

24

kehidupan, maka Pendidikan tersebut tidak lagi dapat dikatakan sebagai Pendidikan Islam.26

d. Misi Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam Al-Qur’an, dijumpai informasi bahwa misi Pendidikan Islam terkait dengan upaya memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni, dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia.

Misi ajaran Islam yang memuliakan manusia itu yang demikian itu, menjadi misi Pendidikan Islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan akal pikiran, serta memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia, keterampilan hidup yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan berbagai peluang yang diberikan oleh Allah termasuk pula mengelola kekayaan alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan misi Pendidikan Islam.27

e. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum, silabus, dan seterusnya garis-garis besar program pembelajaran (GGBP) merupakan isi atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Problemanya adalah terlalu terfokus pendekatan kognitif dalam kurikulum yang diberlakukan selama ini. Problema berikutnya yang menyangkut kurikulum adalah ketersediaan waktu yang terbatas yang dialokasikan kepada Pendidikan agama. Adapun cakupan kurikulum Pendidikan agama Islam sangat luas, mencakup: Al-Qur’an, Hadits, Akidah, Fikih, Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam, sedangkan alokasi waktu terbatas.28

f. Strategi Pendidikan Agama Islam

Menurut Muhaimin, strategi pembelajaran Agama Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan

26 Ibid, Abuddin Nata, hal. 33-34.

27 Ibid, Abuddin Nata, hal. 37.

28 Op.Cit, Haidar Putra Daulay, hal. 71.

(37)

25

pembelajaran Pendidikan Agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama, dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan penyajian, dan penutup.29

Strategi pengorganisasian pembelajaran Pendidikan Agama Islam menurut pendapat Sumon Amornwiwat bahwa strategi pengorganisasian adalah satu situasi belajar, yang terjadi pada hal-hal yang berikut:

a) Hubungan dan interaksi yang terjadi di antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan dan guru, peserta didik dan lingkungan.

b) Hubungan dan interaksi melahirkan pembelajaran dan pengalaman yang baru.

c) Peserta didik dapat pengalaman baru untuk digunakan.30

Strategi penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menurut Muhaimin bahwa strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta didik.

Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam menganalisis strategi penyampaian, yaitu:

a) Media pembelajaran

b) Interaksi peserta didik dengan media c) Bentuk belajar mengajar.

Kembali lagi bahwa pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran Pendidikan agama dan prosedur- prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk

29 Muhaimin dkk, (1996), Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media), hal. 103.

30 Ibid, Muhaimin dkk, hal. 119.

(38)

26

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran Pendidikan agama Islam meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan penyajian, dan penutup.31 Berkaitan dengan belajar mengajar, startegi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan.

Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi pembelajaran, yakni:

a) Mengidentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan,

b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat,

c) Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tugasnya,

d) Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).32

Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-siswa dalam mencapai tujuan, baik yang sifatnya instruksional maupun penggiring. Jenis dan urutan perbuatan itu tampak digunakan dan diragakan oleh guru siswa dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Misalnya, bila kegiatan itu dimulai dengan pengenalan konsep kemudian mengarah kepada pembuktian, maka strategi yang dipakai adalah strategi deduktif. Bila sebaliknya, strategi yang dipakai adalah induktif.

Jenis strategi belajar-mengajar tersebut dapat pula dilihat dari besar nya keterlibatan guru dan siswa dalam pengolahan pesan. Bila pesan itu disampaikan

31 Ibid, Muhaimin dkk, hal. 103.

32 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, (2005), Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:

Pustaka Setia), hal. 46.

(39)

27

langsung oleh guru, sehingga peran siswa hampir tidak ada, strategi yang demikian dinamakan ekspositorik, misalnya guru menyampaikan suatu informasi dengan ceramah.

Bila terjadi sebaliknya, artinya peran siswa dalam pengolahan pesan tersebut, strateginya dinamakan heuristik, misalnya guru meminta siswa menemukan sendiri suatu konsep atau informasi.

Tujuan pengajaran telah dirumuskan secara terperinci. Dengan demikian di samping pencapaian tujuan instruksional tersebut, diharapkan juga akan terbentuk suatu efek pada diri siswa. Efek ini terwujud karena siswa menghayati suatu proses belajar tertentu. Misalnya, baik dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa sering terlibat dalam diskusi kelompok, maka siswa akan terbiasa mengemukakan pendapat, menanggapi masalah secara kritis, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya. Efek yang demikian itulah yang dinamakan efek penggiring.

Efek penggiring lebih jelas dapat dilihat kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih umum seperti tujuan instruksional dan tujuan Pendidikan nasional, baik yang termasuk pengetahuan dan keterampilan, terlebih lagi yang tergolong pembentukan nilai dan sikap.

Melalui kegiatan belajar-mengajar diharapkan efek instruksional dan efek penggiring dapat tercapai. Tidak setiap strategi belajar-mengajar dapat mewujudkan kedua efek tersebut dengan sama baiknya. Oleh karena itu, penentuan strategi belajar-mengajar yang tepat sangat perlu dilaksanakan. Dengan demikian, pencapaian tujuan-tujuan yang lebih umum akan dapat diwujudkan secara terencana, sehingga tidak merupakan suatu kebetulan belaka, apalagi kalau sampai terabaikan.33

g. Pembelajaran PAI yang Efektif

Menurut Aan dan Cepi Triatna, Pembelajaran dikatakan dapat dilihat dari dua segi, yaitu:

33 Abdul Rachman Shaleh, (2000), Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi, dan Aksi, (Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa), hal. 45-46.

(40)

28 a) Efektivitas mengajar guru

Efektifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan sendirinya prinsip ini harus memperhitungkan kemampuan guru, sehingga upaya peningkatan untuk dapat menyelesaikan setiap program perlu mendapat perhatian.

b) Efektivitas belajar murid

Efektivitas pembelajaran peserta didik dengan tujuan-tujuan pelajaran yang diharapkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh. Upaya peningkatan umumnya dilakukan dengan memilih jenis metode (cara) dan alat yang dipandang paling ampuh untuk digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.34

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Efektivitas pembelajaran PAI adalah segala sesuatu yang dikerjakan dengan tepat dan benar sehingga tujuan yang diinginkan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, efektivitas ini sering kali diukur setelah tercapainya suatu tujuan pembelajaran, jadi jika pembelajaran belum berhasil maka kegiatan pembelajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh pendidik khususnya dalam pembelajaran PAI, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar berlanjut.

Pembelajaran PAI dikatakan efektif apabila proses belajar mengajar berjalan dengan baik yang sesuai dengan tujuan belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan proses pembelajaran yang baik maka dibutuhkan peranan guru PAI yang tepat dalam menjalankan proses pembelajaran seperti pemilihan metode, media, dan bagaimana mengevaluasi peserta didik.

34 Aan Komariah dan Cepi Triatna, (2005), Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Bandung: Bumi Aksara), hal. 34.

(41)

29

Menurut Made dalam bukunya, Penguasaan dan keterampilan guru PAI dalam penguasaan materi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik secara optimal. Secara umum ada beberapa variabel yang baik teknis maupun non teknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran PAI. Beberapa variabel tersebut antara lain:

kemampuan guru menutup pembelajaran, dan faktor penunjang lainnya.35

Adapun menurut Sardiman, untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Ketepatan (Efektivitas) penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi peserta didik, sumber atau fasilitas, siatuasi kondisi dan waktu.36

Kriteria efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:

a) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang- kurangnya 75% dari jumlah peserta didik telah memperoleh nilai 75 dalam peningkatan hasil belajar.

b) Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar peserta didik menunjukkan perbedaan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

c) Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta peserta didik belajar dalam keadaan menyenangkan.37

35 Made Wena, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 17.

36 A.M. Sardiman, (2004), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 49.

37 Ahmad Muhli, (2012), Efektivitas Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress), hal. 10.

(42)

30

Dalam memaknai efektivitas setiap ruang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Jadi, efektivitas adalah kesesuaian antara peserta didik yang melaksanakan tugas dengan sasaran peserta didik yang dituju.38

Penggunaan metode yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Penggunaan kata Efektivitas setiap orang peserta didik memberikan arti yang berbeda, sesuai sudut pandang, dan kepentingan masing-masing. Pembelajaran yang efektif dapat menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, suasana hati yang gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar peserta didik secara keseluruhan.39 Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Ada beberapa ciri yang dapat menganalisis sebuah metode mengajar apakah efektif atau tidak untuk suatu pembelajaran.40

Dalam hal ini efektivitas akan selalu berkait dengan efek atau akibat yang ditimbulkannya, itu berarti hasil itulah yang akan menentukan apakah dikatakan berhasil atau tidak. Efektivitas juga pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi yang produktivitas yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu.

Slameto juga berpendapat bahwa belajar mengajar yang efektif ialah yang dapat membawa belajar peserta didik yang efektif pula.41

38 E. Mulyasa, (2004), Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal. 82.

39 Isjon, (2009), Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antara Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 59.

40 Wicaksono, (2011), Efektivitas Metode Pembelajaran, (Jakarta: Wordpress), hal. 10.

41 Slameto, (1995), Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 92.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data data yang diperoleh selama melakukan penelitian dan pembahasan hasil analisa data pada reparasi poros propeller di lokasi PT industri kapal

Paradoks dari kekayaan batubara yang dimiliki oleh Kalimantan Timur tidak saja hanya dari penyerapan tenaga kerja, yang paling ironis justru masih ada- nya desa-desa di

Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan, store layout dan interior display secara simultan terhadap kepuasan pelanggan Alfamart wilayah kampus Jember..

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam melakukan pembelian saham banyak investor yang mempertimbangkan pangsa pasar relatif.Leverage mempunyai pengaruh negatif dan

Penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Headley dan Graca (2000) menunjukkan bahwa kebanyakan kasus terjadi pada musim dingin pada anjing berumur kurang dari 1,5 tahun dan

PPID pembatu dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana diatur dalam huruf h selambat-lambatnya 7 (Tujuh) hari kerja apabila informasi yang dibutuhkan bervolume

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pengembangan LKS dengan model pembelajaran Discovery Learning untuk siswa SMP kelas VIII dapat

Laju korosi antara raw material SS 304 yang telah diperlakukan shot peening dengan variasi waktu penembakan dan penambahan perlakuan pelapisan Ni-Cr ditunjukkan pada Gambar 10, di