• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan. Pada kajian ini memuat beberapa pendapat oleh para

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan. Pada kajian ini memuat beberapa pendapat oleh para"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Penelitian ini digunakan sebagai acuan berfikir secara ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Pada kajian ini memuat beberapa pendapat oleh para ahli. Secara garis besar kajian teori ini akan diuraikan tentang:

1. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik dan sesuai dengan materi pembelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi (Permendikbud no. 57 Tahun 2014).

Sistem pembelajaran tematik sesuai filsafat konstruktif menjelaskan bahwa pengetahuan sebuah materi yang dimiliki peserta didik adalah hasil bentukan dari peserta didik itu sendiri. Peserta didik membentuk sendiri secara otomatis pengetahuannya yang didapat saat terhadinya interaksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya , jadi pengetahuan tersebut bukanlah hasil dari bentukan orang lain. Interaksi dengan lingkungan sekitar ini terus menerus terjadi sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik seiring waktu akan menjadi semakin komplek. Peserta didik harus secara aktif ikut terlibat secara terus menurus dalam setiap proses pembelajaran secara tematik ini, sehingga diharapkan pada akhirnya peserta didik dapat memperoleh

(2)

pengalaman langsung, terlatih dan terarah untuk dapat menemukan sendiri berbagai macam pengetahuan yang dipelajarinya. Gagasan teori pembelajaran sistem ini pada awalnya berasal dari para tokoh Psikologi Gestlat, termasuk piaget yang menekankan bahwa sistem pembelajaran yang baik haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

Pada sistem pembelajaran tematik ini lebih menekankan pada penerapan belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing) bukan hanya sebagai penonton dan pendengar. Makan dari itu pada sistem tematik pendidik harus lebih kreatif dalam mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Sehingga pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur secara konseptual dapat menjadi suatu proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Hubungan keterkaitan konseptual dari beberapa materi yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga peserta didik akan memeperoleh pengetahuan secara komplek. Manfaat lain dari penerapan sistem pembelajaran tematik di sekolah dasar ini adalah peserta didik akan lebih mudah dalam membentuk pengetahuannya, seiring dengan tahapan perkembangan peserta didik yang masih berpedoman segala sesuatu yang terjadi disekitar adalah sebagai satu keutuhan (holistik). Ada pun ciri khas dari pembelajaran sistem tematik ini dapat kita uraikan sebagai berikut :

a. Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh pada saat kegiatan belajar dapat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

(3)

b. Materi pembelajaran tematik yang dipilih dapat disesuaikan dari minat dan kebutahan peserta didik.

c. Proses belajar mengajar terkesan lebih bermakna dan tidak monoton bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama karena tidak membosankan.

d. Memberikan penetrasi agar peserta didik bisa lebih bersemangat dan terampil dalam berfikir.

e. Kegiatan pembelajaran lebih pada bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

f. Menumbuh kembangkan jiwa dan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap dan menerima gagasan orang lain.

Adapun Tujuan dari pembelajaran tematik adalah

a. Menghindari resiko terjadinya tumpang tindih antar materi

b. Peserta didik lebih mudah memahami suatu simbiosis yang bermakna.

c. Peserta didik akan lebih mudah dan cepat dalam memahami materi/konsep secara utuh sehingga penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri khas dan tujuan memiliki kesinambungan adalah saling terhubung agar terbentuknya pembelajaran tematik yang terstruktur sehingga tercapailah pembelajaran yang efektif.

(4)

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan bagi anak kelas awal sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara belajar anak, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitakan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan diataranya:

a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dengan tema yang sama.

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

e. Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

f. Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

(5)

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan.

Kesimpulan dari pernyataan diatas tentang Karaker Pembelajran tematik adalah agar peserta didik dapat memahami materi yang telah mereka pelajari dan mereka amati denan baik.

Menurut Akmad Sudrajat (2013) bahwa sebagai suatu model pembelajaran maka pembelajaran tematik memilki karaakteristik- karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik. Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung, pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experience). Dengan pengalaman baru ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan pendidik.

(6)

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapai dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel, Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa model pembelajaran tematik mempunyai beberapa macam teknik yang dapat disesuaikan dengan keadaan dikelas.

3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk, Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia peserta didik, ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa pelajaran.

(7)

Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.

Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik peserta didik, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Dari keseluruhan prinsip dasar sistem pembelajaran tematik tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian antara lain yaitu:

a. Prinsip Penggalian dari sebuah Tema

Adalah suatu prinsip yang utama (focus) dalam sistem pembelajaran tematik. Tidak teraturmya tema sehingga saling tumpang tindih antar tema sehingga tidak ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran tematik. Seharusnya penggalian tema diupayakan lebih memperhatikan beberapa hal yang menjadi persyaratannya yaitu ;

1. Usahakan menggunakan tema yang sesederhana mungkin namun mudah dikolaborasikan antara mata pelajaran.

2. Pilihlah tema yang lebih bermakna, yaitu tema yang di pilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya.

3. Tema diusahakan sesuai dengan tingkat perkembangan psikkologis anak

4. Tema yang dikembangkan harus bisa mengakomodir sebagian besar minat anak.

(8)

5. Tema yang dipilih diupayakan mempertimbangkan peristiwa- peristiwa otentik yang terjadi pada saat belajar.

6. Tema diusahakan sesuai standarisasi kurikulum yang berlaku di masyarakat (asas relevansi).

7. Pilihlah tema dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

b. Prinsip Pengelolaan Sistem Pembelajaran

Pelaksanaa pembelajaran tematik bisa optimal apabila guru mampu menempatkan posisinya dalam keseluruhaan proses secara profesional. Pendidik harus bisa dalam menempatkan posisinya sebagai fasilitator dan mediator ketika terjadi proses pembelajaran. Menurut Prabowo, bahwa dalam pengelolaan pembelajaran tematik seyogyanya sikap pendidik adalah sebagai berikut:

1. Jangan ada kesan guru menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran

2. Tanggung-jawab individu dan kelompok yang diberikan haruslah jelas dan dipahami dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok

3. Pendidik harus merespon cepat dan mengakomodasi segala ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terlintas dalam pikiran dari rencana sebelumnya..

c. Prinsip Evaluasi

Evaluasi menjadi fokus dalam setiap pembelajaran. Suatu pekerjaan hasilnya tidak mungkin diperoleh bila tidak dilakukan evaluasi. Sehingga dalam pengevaluasian sistem pembelajaran tematik, diperlukanlah langkah-langkah yang positif diantaramua adalah ;

(9)

1. Berikanlah kesempatan kedua setiap peserta didik (self evaluation/self assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.

2. Guru perlu mengajak para peserta didik untuk mengevaluasi proses belajar yang telah dicapai.

d. Prinsip Reaksi

Dampak penggiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Guru harus bereaksi terhadap aksi peserta didik dalam semua peristiwa serta tidak menagarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu satuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat, untuk memunculkan kepermukaan hal hal yang dicapai melalui dampak penggiring tersebut.

Kesimpulan diatas bahwa prinsip pembelajaran tematik harus memunyai satu tujuan dengan kurikulum yang sedang berlaku agar materi yang tidak sesuai dengan keadaan dikelas tidak dicantuman

4. Landasan

Pembelajaran tematik berdasarkan pada 3 (tiga) landasan yaitu landasan filosofi, landasan psikologi dan landasan yuridis.

a. Landasan Filosofis

Pembelajaran tematik berdasarkan pada filsafat pendidikan progrevisme, sedangkan progrevisme bersandar pada filsafat naturalisme, realisme dan pragmatisme. Disamping itu pembelajaran pembelajaran

(10)

tematik bersandar pada filsafat pendidikan kontruktivisme dan humanisme.

Secara filosofis bahwa peserta didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis, karena lingkungan hidup peserta didik merupakan suatu dunia yang terus berproses (becoming) secara kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empirik yang partikular seharusnya siap untuk digunakan. Setiap kesan dari luar akan cepat diterima oleh indera, karena setiap indera jasmani dan rohani berhak memperoleh kebebasan dalam menerima kesan dan pesan yang didapat dari lingkungan sekitarnya serta memanisfestasikan keinganan dan tingkah lakunya.

Sehingga pendidikan yang diperlukan bagi peserata didik adalah pendidikan yang menyeluruh dan menyentuh semua aspek jasmani dan rohani secara proposional pada peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik dapat melihat dan mempelajari secara langsung tentang lingkungan sekitarnya berdasarkan fakta yang terjadi di lokasi tersebut.

b. Landasan Psikologis

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi pemebelajaran memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus memepelajarinya.

(11)

Teori perkembangan mental piaget yang biasa juga disebut teori Perkembangan Intelektual atau Teori Perkembangan Kognitif menjelaskan bahwasannya setiap perkembangan intelektual akan dilengkapi dengan beberapa ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Pada dasarnya anak-anak dalam perkembangan cara berfikirnya ditandai dengan gerakan tubuhnya sendiri, kemudian berfikir secara abstrak. Kemampuan berfikir semacam ini tidak sama persis antara satu anak dengan yang lainnya.

Pandangan anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih muktahir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalalm pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis

Berdasarkan uraian diatas, belajar adalah suatu aktifitas yang berlangsung secara interaktif yaitu faktor intern (dalam diri seorang pelajar) dan faktor enter (lingkungan), sehingga terjadinya perubahan tingkah laku. Setiap tahap perkembangan itu disefinisikan oleh Piaget dengan cluster pengurutan, pengekalan, pengekalan, pengelompokkan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Hal demikian menunjukkan adanya operasi mental yang ditandai dengan adanya perilaku intelektual. Dari sisi psikologis belajar bahwa siswa peserta didik:

(12)

1. Memiliki kognitif, tidak diperoleh secara pasif, tetapi peserta didik secara aktig mengkontruksi stuktur kognitifnya.

2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan peserta didik.

3. Pengetahuan sesuatu di konstruktuksi secara persoal.

4. Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas

5. Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran materi dan sumber.

Berdasarkan pernyataan diatas arti penting peserta didik dengan lingkungannya sebagaimana tersebut diatas adalah bahwa pengetahuan peserta didik tidak semata dapat ditransfer dari pengetahuan orang lain melainkan juga dari pengalaman langsung peserta didik dengan lingkungannya.Dari berbagai pandangan diatas memerikan arah bahwa pembelajaran lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan sekedar refleksi atas bebagai informasi, dan gejala yang diamati.

c. Landasan Yuridis.

Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebutadalah UUD 1945, UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: dan UU No20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional:

1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiapa warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

(13)

2. Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 9 menyatakan, bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab V pasal 1-b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Berdasarkan pernyataan diatas tentang landasan yuridis ialah landasan pendukung untuk pembelajaran temtaik yang diadakan disekolah dasar.

5. Puzzle kubus pintar.

Media ini berbentuk kubus yang sebagian permukaannya dibagi menjadi beberapa potongan dimana permukaannya terdapat gambar atau kalimat yang harus ditempatkan pada badan kubus. Permainan ini melatih kecermatan dan kecepatan sehingga disebut puzzle kubus pintar. Karena media ini selain merupakan permainan yang menarik bagi anak-anak juga merupakan alat untuk melatih kecepatan otak dan tangan dalam permainannya. Tujuan utama penggunaan media ini adalah agar lebih membantu anak didik dalam memahami materi yang diajarkan.

Manfaat lain penggunaan media puzzle kubus pintar dalam sistem pembelajaran tematik yaitu dapat meningkatkan keterampilan kognitif, motoric halus, menambah pengetahuan, melatih kesabaran,kemampuan nalar dan daya ingat serta meningkatkan keterampilan dan jiwa sosial anak didik.

Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk belajar dan

(14)

memecahkan masalah. Dalam penggunaan media puzzle kubus pintar ini diharapkan anak didik berusaha mencoba memecahkan masalah dengan cepat dan tepat yaitu menyusun kata menjadi kalimat dengan baik dan benar berdasarkan potongan puzzle yang disusun pada permukaan media yang sesuai dengan ukuran dan bentuk media.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa puzzle kubus pintar dapat menjadi salah satu contoh untuk penggunaan dalam pembelajran tematik khususnya untuk kelas III.

Belajar menggunakan puzzle dapat mengkoordinasikan tangan dan mata untuk menggabungkan potongan-potongan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar atau kalimat. Keterampilan motoric halus berhubungan dengan kemampuan siswa menggunakan faktor dan unur kecilnya khususnya jari-jari tangan.. Bermain sambil belajar melalui media ini siswa dapat melatih mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan cepat dan tepat serta melatih konsentrasi ketika menyelesaikan permainan puzzle tersebut.

1. Kelebihan media puzzle antara lain:

a) Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran b) Memperkuat daya ingat

c) Mengenalkan siswa pada sistem dan konsep hubungan

d) Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih siswa untuk berfikir matematis ( menggunakan otak kirinya)

2. Kekurangan Media puzzle antara lain : a) Membutuhkan waktu yang lebih panjang b) Menuntut kreativitas pengajar

(15)

c) Kelas menjadi kurang terkendali

d) Media puzzle yang terlalu komplek sehingga kurang efektif untuk pembelajaran dalam kelompok besar.

3. Manfaat media puzzle a) Meningkat Kecerdasan

Puzzle adalah salah satu pembelajaran yang bisa meningkatkan daya fikir siswa dalam menemukan sebuah solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah. Media ini bisa melatih sel- sel saraf untuk mengasah otak.

b) Melatih koordinasi mata dan tangan dengan cepat

Puzzle dapat melatih kerjasama tangan dan mata dituntut dimana cara permainan media ini menuntut pemaiannya dengan cepat menempatan potongan puzzle pada bangun ruang berbentuk kubus sesuai bentuk dan ukuranya.

c) Melatih Daya Pikir

Potongan puzzle yang berbentuk bangun ruang ini pada permukaanya terdapat gambar dan tulisan yang harus dimasukan/ditempatkan pada permukaan kubus sesuai intruksi. Siswa bisa bermain sambil belajar mengasah nalar agar bisa menyelesaikan/memenangkan permainan ini.

d) Melatih Kesabaran Siswa

Media ini dapat melatih kesabaran anak, permainan ini tidak boleh tergesa-gesa kerena akan membuat panik sehingga pemilihan serta penempatan media bisa keliru dan bisa memperlambat penyelesaian penempatan potongan puzzle pada kubus.

(16)

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwasannya media puzzle pintar adalah suatu media bervisual berbentuk kubus dan di lengkapi dengan potongan gambar atau kaliamat yang diacak untuk dimasukkan kedalam kolom sesuai instruksi penggunaan media pembelajaran. Berkaitan dengan media puzzle pintar tersebut maka keselarasan dari karakteristik peserta didik dapat disesuaikan dengan Kompotensi Inti (KI), Kompotensi Dasar (KD), Indikator dan Tujuan Pembelajaran. Berikut untuk mengetahui kesesuaian materi untuk peserta didik kelas III.

Tabel 2.1 Kompetensi Inti Pembelajaran Kelas III

No. Kompetensi Inti

1. Menjelaskan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru disekolah serta lingkungan sekitar.

3. Memahami pengetahuan factual dengan cara pengamatan (melihat, mendengar, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa keingintahuan tentang dirinya dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya serta benda-benda yang dijumpai baik dirumah maupun disekolah

4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, sehingga menghasilkan sebuah karya estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dimana perilaku atau tindakannya dapat dilihat sebagai anak yang beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar dalam tema 2 “Selalu berhemat energi” subtema 1

“sumber energi” pada pembelajaran 3 yaitu:

Tabel 2.2 Kompetensi dasar No. Materi

Pembelajaran Kompetensi Dasar

1. PPKN 3.3 Menjelaskan makna kebeagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar

4.3 Menyajikan makna Keberagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar

1.

Bahasa Indonesia

3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, visual, dan eksplorasi

4.1 Membuat karya dekoratif

Tabel 2.3 Tujuan Pembelajaran

No. Tujuan

1. Setelah mengamati gambar keberagaman karakteristik individu, siswa dapat mengidentifikasi makkna keberagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar dengan baik.

2. Setelah kegiatan mengamati gambar keberagaman karakteristik individu siswa dapat menguraikan makkna keberagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar

dengan benar.

3. Setelah kegiatan berdiskusi siswa mampu menyampaikan makna keberagaman karakteristik individu di lingkungan sekitar dengan benar

4. Setelah kegiatan mengamati gambar dekoratif, siswa

dapat menyebutkan unsur-unsur rupa karya dekoratif dengan benar.

(17)

6. Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam menyajikan informasi dan memberi motivasi pada peserta didik agar lebih menarik minat terhadap materi yang diajarkan saat pembelajaran, hal ini diungkapkan Santoso(2019). Sehingga hasil pembelajaran bisa lebih optimal.

Namun, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Media pembelajaran bisa menjadi sarana untuk menyalurkan pesan, merangsang otak untuk berfikir, perasaan dan kemauan untuk belajar dengan tujuan meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan melalui informasi baru bagi peserta didik.

Pemilihan dan penggunaan bahan media harus lebih bijak dengan cara menyesuaikan karakteristik dari peserta didik itu sendiri. Karena media pembelajaran ini merupakan sebuah permainan maka dapat menimbulkan ketertarikan bagi peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat peraga yang berguna untuk menyalurkan pesan pembelajaran kepada anak didik. Media ini pun berfungsi sebagai alat yang dapat memotivasi, merangsang pola dan daya fikir bagi peserta didik. Media pembelajaran pada sistem Tematik sangat membantu pendidik dalam menyajian materi sesuai dengan karakteristik pada setiap peserta didik. Penggunaan media puzzle kubus pintar dapat meningkatkan ketertarikan dalam proses pembelajaran karena tidak terkesan monoton dan membosankan Sehinga proses pembelajaran menghasilkan suatu bentuk pembelajaran yang efektif dan efesien.

(18)

7. Manfaat dan Fungsi Media Puzzle Kubus Piintar

Peranan media dalam bentuk kubus pintar sangat membantu proses pembelajaran terutama menjelaskan hal – hal yang bersifatabstrak, disamping itu media ini bisa dijadikan sarana mewakili pendidik sebagai alat komunikasi pada suatu materi pelajaran. Secara garis besar terdapat beberapa fungsi media puzzle kubus pintar sebagai sarana pembelajaran antara lain ;

a) Menambah pengalaman yang peserta didik

b) Sebagai visualisasi yang jelas untuk pengganti benda yang sulit diamati secara langsung.

c) Bisa terjadinya suatu interaksi secara langsung peserta didik dengan lingkungan sekitarnya.

d) Pengamatan dapat dilakukan secara bersamaan

e) Penanaman konsep dasar yang benar, konkret dan realistis akan lebih mudah diterapkan pada siswa.

f) Menimbulkan ketertarikan dan minat dengan sesuatu yang baru,

g) Memotivasi dan merangsang keinginan peserta didik melakukan pengamatan.

h) Adanya pengalaman baru dan unik dari benda yang diamati baik bersifat nyata maupun yang abstrak.

i) Melatih peserta didik agar pandai, mengamati,meneliti dan mendeskripsikan suatu benda.

Dari uraian tersebut diatas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa media sebagai sarana pembelajaran sangat dibutuhkan manfaatnya

(19)

untuk mencapai keberhasilan proses sistem pembelajaran secara tematik, memudahkan guru dalam penyampaian materi dan memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan. Disamping itu media dapat menyesuikan dengan karakteristik peserta didik. Sehingga media pembelajaran khususnya puzzle kubus pintar ini merupakan jawaban dari tantangan dan solusi pembelajaran yang lebih maju demi tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien.

Menurut (Haryono, 2015) ada 2 jenis media pembelajaran yaitu ;

a) Media pembelajaran yang dirancang (by design), media ini sengaja dibuat secara khusus dan bersifat permanen sebagai komponen utama untuk fasilitas belajar yang sistematis dan lebih bersifat resmi. Media ini akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dalam menunjang proses pembelajaran disekolah, Sehingga menurut peneliti media ini dirancang secara khusus.

Disamping memerlukan biaya yang cukup besar namun pembuatan media ini tetap menyesuaikan karateristik peserta didik dengan mengembangkan media pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

b) Media yang dimanfaatkan (by utilzation) yakni media pembelajaran dengan cara memanfaatkan alam sekitarnya. Keberadaan media ini mudah ditemukan karena tersedia disekitar lingkungan. Menurut peneliti media yang dimanfaatkan adalah media yang hanya memanfaatkan keadaan dilingkungan sekitar tanpa dirancang dan diolah secara khusus dalam pembuatannya. Sehingga media Media yang digunakan sebagai alat peraga ini biayanya lebih murah dan lebih efektif sesuai lingkungan yang dimiliki peserta didik.

(20)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pembuatan media pembelajaran ang digunakan sebgai bahan ajar tentunya dalam proses pembuatan medianya tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti keterangan diatas agar setelah media tersebut terwujud secara visual dapat digunakan sebgai bahan ajar dalam penyampaian materi.

8. Media Puzzle Kubus Pintar dalam pembelajaran tematik

Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari Bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, Media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkann dengan bongkar pasang.

Berdasarkan tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permaian edukatif yang data merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa media puzzle adalah media yang sanagt edukatif untuk melatih rangsang otak anak dalam membongkar pasangkan kepingan gambar atau potongan berdasrkan pasangannya. Spesifiknya pengembangan media puzzle ini yang direncanakan merupakan media puzzle pintar dengan dengan menggabungkan materi pembelajaran tematik yaitu PPKn dengan Bahasa Indonesia. Penggunaan media untuk mengaplikasikan dalam pembelajaran ini adalah membentuk kelompok menjadi beberapa bagian, memrikan potongan gambar/kalimat secara acak nantinya dimasukkan kedalam kotak sesuai bentuk potongan.

Sebelum melakukan pembelajaran menggunakan media puzzle pintar ini kelompok yang telah ditunjuk maju kedepan untuk mengambul satu potongan

(21)

puzzle yang berisi pertanyaan tentang karakteristik individu dan jenis dan sifat benda. Setiap kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan caka yang telah didapatkan kemudian menjawab pertanyaan dengan memilih potongan puzzle yang cocok sesuai dengan soal yang dijawab bersama dengan kelompoknya, dengan memasukkan potongan puzzle sesuai dengan bentuk media yang puzzle yang belum lengkap pasangannya.

Media ini secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk meningkatkan keterampilan membacannya dalam sebuah kaliamat yang terdapat pada media puzzle pintar ini. Sehingga pembuatan/ modifikasi puzzle kubus pintar ini diharapkan peserta didik menjadi tertarik untuk meningkatkan hasil belajar dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan disekolah dengan mengangap belajar sambil bermain sehingga tidak monoton. Puzzle kubus pintar ini sengaja dirancang secara khusus dalam menunjang proses pembelajaran dengan tetap berusaha menyesuikan bentuk karakteristik dari peserta didik.

a) Karakteristik Media puzzle pintar : 1) Jumlah Peserta didik:

Setiap kelompok terdiri atas 5 orang/ menyesuaikan jumlah siswa 2) Bahan ;

a. Kayu plantan b. Paku

c. Lem kayu d. Engsel e. Skrup f. Amplas

(22)

g. Cat melamin h. Cat Pilox clear Alat:

a. Meteran b. Gergaji kayu c. Palu

d. Obeng

e. Jigsaw (Mesin pelubang kayu) f. Mesin ketam

g. Spayer gun (penyemprot cat) 3) Ukuran Media

Media berbentuk kubus dengan menyesuaikan ukuran yang dirancang 30 cm

30 cm

Gambar 2.1 Media berbentuk kubus Lama Pembelajaran Sesi 1 : 10 menit Sesi 2 : 10 menit 4) Puzzle

Puzzle berisi tentang potongan potongan seuai dengan pertanyaan yang diberikan berupa kalimat ataupun melengkapi gambar tentang keberagaman karakeristik individu dan jenis-jenis benda.

(23)

5) Pertanyaan tentang keberagaman tentang gambar karakteristik

(apakah nama pakaian adat diatas?) Gambar 2.2 Pakaian Adat

·

( Besifat apakah benda diatas? ) Gambar 2.3 Roda b) Pelaksanaan media puzzle pintar

Tabel 2.4 Penggunaan Puzzle Pintar

No. Langkah-langkah penggunaan media Memebentuk kelompok

1. Sebelum melakukan pembelajaran diharapkan berdoa terlebih dahulu supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Pembagian kelompok terdiri atas 5 orang siswa-siswi perkelompoknya menyesuaikan jumlah murid yang ada dikelas tersebut.

3. Setiap kelompok yang dipanggil maju kedepan untuk mengambil soal yang telah disediakan

4. Setiap kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan

5. Penggunaan:

Pertanyaan yang didapatkan oleh setiap kelompok melalui potongan puzzle yang diambil secara acak akan dipasangkan pada lubang yang sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah tersedia pada permukaan media sehingga menghasilkan penyusunan puzzle yang sempurna

Setiap kelompok mendapat pertanyaan yang berbeda sehingga semua siswa dapat saling memberikan informasi terkait soal yang sudah didapatkan

Kelompok yang menjawab pertnyaan secara cepat dan tepat akan mendapatkan skor atau nilai tertinggi.

6. Setelah pembagian skor kelompok yang menang atau memiliki skor tinggi akan berbagi informasi kepada kelompok yang skornya lebih rendah sehingga terjalin rasa kesetiakawann sebagai bentuk pembinaan jiwa sosial anak.

(24)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah suatu proses untuk menghasilkan penelitian yang dapat dibuktikan serta dapat dipertanggung jawabkan yang mana kajian penelitian tersebut sudah pernah dilakukan seputar masalah yang diteliti.

Judul penelitian yang terdahulu harus ditelaah sebelumnya guna mengetahui persamaan dan perbedaan masing-masing produk yang dihasilkan. Diharapkan dari hasil penelitian sebelumnya penulis bisa memperoleh referensi untuk membandingkan sebuah produk yang dihasilkan bisa dikembangkan lebih baik lagi dari produk sebelumnya. Penelaahan sangat penting dilakukan guna mengetahui kelengkapan produk terdahulu yang masih dianggap kurang, sehingga peneliti bisa menambahkan atau menyemputnakan dalam pengembangan media dengan tetap menyesuikan kebutuhan yang dimiliki peserta didik sesuai dengan karakteristiknya. Adapun persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Kajian Penelitian Relevan

No. Nama Peneliti dan

Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. NUR RUMAKHIT tahun 2017 tentang

‘’Pengembangan Media PuzzelUnntuk Pembelajaran Materi mengidentifikasi beberapa jenis simbiosi dan rantai makanan kelas VI Sekolah Dasar tahun 2017/2017 ‘’

kelebihan media puzzle adalah sebagai berikut : media menarik dan efektif digunakan untuk satu kelas, warna gambar yang menarik , berbentuk 3 dimensi,

Pengembangan media puzzle pintar pada pembelajaran tematik kelas III SD

Hasil yang diperoleh (NUR RUMAKHIT)

Media puzzle sesuai dengan siswa kelas IV yang masih dalam taraf berfikir kongkrit dan menyukai hal menarikdan praktis.

2. Penelitian yang dilakukan

Oleh Eny Hartadiyati W.H , Rizky Esti Utami , Maya Rini Rubowo. Tahun 2016. Universitas PGRI Semarang dengan judul.

“Pengembangan Media Pmbelajaran

Selama proses pembelajaran siswa dapat belajar secara aktif untuk

meningkatkan kemampuan berfikir

memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat

Pengembangan media puzzle pintar pad a pembelajaran tematik kelas III SD

Hasil yang diperoleh dari oleh Eny Hartadiyati W.H , Rizky Esti Utami , Maya Rini Rubowo.

Media yang dihasilkan berupa puzzle card

Pembelajaran tematik menekankan

keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran lebih

(25)

No. Nama Peneliti dan

Judul Persamaan Perbedaan Hasil

puzzle card untuk mningkatkan kemampuan berikir ratif siswa”.

menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya.

efektif dan efesien,siswa lebih mudah

mengembangkan hasil penelitian yang didapat dari pengalaman langsung terlatih dan terarah dari

pengetahuan yang dipelajarinya

Berdasarkan hasil telaah dari peneletian yang relevan dapat disimpulkan bahwa adanya pengembangan media puzzle dapat melatih siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Melalui media pembelajaran diharapkan membuat pembelajaran materi tematik ini menjadi lebih menarik siswa untuk belajar dengan cara yang menyenangkan. Pengembangan media puzzle kubus pintar ini mengenalkan kepada siswa tentang bagaimana sebuah pembelajaran dapat dilakukan sambil bermain dalam kegiatan lomba menyusun puzzle. Puzzle kubus pintar ini dibuat secara khusus yang mana bahan utamanya berasal dari kayu dengan konstruksi yang kokoh, kuat dan tahan lama sehingga media ini bersifat permanen dan belum pernah ada sebelumnya baik pembahasan maupun pembuatan produknya. Peneliti berharap media ini dapat dijadikan pembelajaran alternatif bagi siswa khususnya kelas III SD agar lebih tertarik untuk belajar membaca dan menyusun kalimat dengan tepat.

(26)

C. Kerangka Pikir

Kondisi Ideal : Kondisi Lapangan :

1. Media pembelajaran bisa mewakili guru sebagai alat komunikasi dalam penyamaian materi agar lebih menarik minat peserta didik.

2. Penggunaan puzzle kubus pintar dapat menghasilkan suasana belajar yang lebih menggairahkan, sehingga siswa tertarik dan lebih fokus serta lebih bersemangat dalam mengikuti tahapan pembelajaran sampai selesai. Diharapkan media ini bisa meningkatkan kwalitas pendidikan karena proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.

1. Penyajian materi terkesan monoton sehingga menimbulkan suasana kebosanan dan siswa kurang fokus memahami materi.

2. Minimnya alat peraga yang dimiliki SDN Landungsari 1 sehingga kegiatan praktek pembelajaran kurang maksimal.

3. Tidak adanya pelatihan buat para guru dalam pengembangkan tehnik pembelajaran dengan media serta terbatasnya waktu dan keahlian pembuatan alat peraga.

Analisis Kebutuhan

Alat peraga yang unik dan menarik dan belum pernah ada sebelumnya sangat membantu peningkatan kwalitas pendidikan karena pembelajaran bisa berjalan maksimal. Untuk menarik minat, perhatian dan rasa ingin tahu diperlukan sebuah media yang mempunyai fungsi ganda, yaitu media sebagai pembelajaran sekaligus media berfungsi sebagai alat permainan karena dunia anak adalah dunia bermain.

Model ADDIE (Dr. Benny A. Pribadi, M.A)

Analisysis (Menganalsis), Desain (Merancang), Development (Mengembangkan), Implementation (Mengimplementasi), Evalation (Mengevaliasi)

Analysis (Menganalisis) Wawancara Observasi

Desain (Merancang) Menentukan materi Merancang Produk Menentukan bahan

Development (Mengembangkan) Memproduksi bahan media puzzle pintar dengan dipadukan pertayaan tentang karakteristik individu dan perubahan wujud benda dengan menyususn puzzle

Implementation (Mengimplementasikan) Melakukan uji coba produk pada peserta didik (tempat, waktu

&Program Latihan)

Evaluation (Mengevaluasi) Penilaian tentang hasil uji coba prodk untukk dilihat keefektivan, efidien dan dya keertarian)

Luaran:

Dalam penelitian ini menghaslkan produk media Pengebangan media puzzle pintar pada pemblajaran tematik kelas III SD Landungsari I Malang dapat digunakn secara efektif dan efisien.

Gambar 2.4Kerangka Pikir

Solusi

Puzzle kubus Pintar adalah sebuah media aktual sebagai saranaa pembelajarn tematik Kelas III SD

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Berbagai peristiwa yang terjadi diperankan oleh generasi muda kita menandakan bahwa, telah terjadi sikap dan perilaku melemahnya nilai-nilai bela negara yang meliputi

Beberapa informasi yang didapat menunjukkan bahwa kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir belum maksimal, seperti dari segi kualitas

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Dan seberapa besar faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Jawa Tengah tahun 2010– 2015 itu berpengaruh.Alat analisis yang digunakan adalah regresi