• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun 2016"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Notoadmodjo (2007), perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif, promotifdan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungannya.

(2)

satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahayanya dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya (Daryanto, 2007).

Tujuannya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2007):

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan.

2 Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan

efisien.

Manajemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung, menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program instruksionalnya. Oleh karena itu, untuk memastikannya, kita memerlukan definisi mengenai kecelakaan (accident) tersebut. Para ahli telah menyodorkan sejumlah definisi kecelakaan.

1. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan

(by chance) atau akibat dari penyebab yang tidak diketahui

(unknown causes) yang berkaitan dengan pekerjaan.

(3)

kelalaian atau penyebab yang tidak dapat dihindari yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Kecelakaan adalah setiap peristiwa yang tidak biasa dan tidak diharapkan yang mengganggu kemajuan kegiatan yang tetap, biasa dan teratur.

Faktor-faktor apakah yang dapat menimbulkan kecelakaan? Penyebab kecelakaan biasanya dibedakan dalam penyebab teknis, penyebab sistem kerja, penyebab manusia, penyebab lingkungan, dan penyebab gabungan (Sastradipoera, 2002):

1. Penyebab teknis (misalnya, kondisi-kondisi kimiawi, fisik, atau mekanik yang tidak aman).

2. Penyebab sistem kerja (termasuk metode kerja, prosedur kerja, dan koordinasi antara alat-alat dan manusia) yang merupakan penyebab dasar kebanyakan kecelakaan dalam perusahaan. Sistem kerja yang menyebabkan kecelakaan antara lain berkaitan dengan tata letak yang tidak betul, pembuatan mesin yang tidak aman, kerusakan pabrik dan bahan-bahan, kebersihan yang buruk, penerangan yang tidak tepat, ventilasi yang tidak sempurna, dan kurangnya pakaian dan perlengkapan pengaman.

3. Penyebab manusia (misalnya membuang alat-alat keamanan atau membuatnya tidak beroperasi, keengganan atau kelalaian

(4)

diantaranya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak aman, sistem transportasi yang berbahaya, menjalankan mesin tanpa pengetahuan dan dengan kecepatan yang tidak normal, salah pakai alat keamanan, dan merusak alat-alat keselamatan kerja. 4. Penyebab lingkungan (misalnya, situasi yang tidak aman,

perubahan cuaca, kebisingan suara, pencahayaan yang tidak cukup, ventilasi yang buruk, pencemaran karena perawatan tempat kerja yang tidak memadai, sanitasi yang jorok, dan tekanan dan ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan).

5. Penyebab gabungan antara penyebab teknis, penyebab manusia, dan penyebab lingkungan.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktoryang menentukan kondisi pekerja yaitu (Cahyono, 2004) :

1. Kondisi mental dan fisik

Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman

Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai,yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

(5)

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

Alat pelindung diri yang selanjutnya disebut APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya.

APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha untuk karyawannya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki.

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

Menurut Suma’mur (2009),alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

(6)

dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara teknik, administrasi, dan penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja (Budiono, 2003).

APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011).

Suma’mur (1996) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:

1. Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.

2. Pemeliharaan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.

(7)

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya. 4. Cara pemakaian yang benar

Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :

a) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang ada.

b) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima oleh tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

c) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus dijelaskan pada tenaga kerja.

d) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri.

e) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak menimbulkan kerusakan ataupun penurunan mutu.

(8)

Undang-undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

Bab VIII, Pasal 12, ayat b:

Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat pelindung diri.

Bab VIII, Pasal 12, ayat c:

Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Bab IX, Pasal 13:

Barang siapa yang akan memasuki suatau tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Bab X, Pasal 14, ayat c:

Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alatperlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan.

2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka, 2008):

(9)

2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya. 4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya. 5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sebagainya.

Menurut Rijanto (2011), karakteristik APD adalah sebagai berikut:

1) Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat menghilangkan bahaya pada sumbernya.

2) Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui, maka resiko bahaya yang timbul dapat menjadi lebih besar. 3) Saat digunakan, alat pelindung diri haru sudah dipilih dengan tepat dan

(10)

4) Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih.

2.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Harwanti (2009),Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untukmelindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untukmengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkanfungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antaralain:

2.3.1 Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungirambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala daribahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme,percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:

a) Topi pelindung (Safety Helmets)

(11)

beterbangan, sengatan listrik, atau kombinasi diantaranya. Topi/helm pelindung diklasifikasikan menjadi:

1) Kelas A: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah/terbatas. Biasanya arus listrik sampai 2.200 volt (Cahyono, 2004).

2) Kelas B: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi.Biasanya arus litrik sampai 20.000 volt (Cahyono, 2004).

3) Kelas C: Topi/helm pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari benturan benda-benda yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik.

(12)

b) Tutup kepala

Alat ini berfungsi untuk melindungi/mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril dan percikan bahan-bahan dari pasien. Tutup kepala ini

biasanya terbuat dari kain katun. c) Topi/Tudung

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif, debu, dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dariasbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

2.3.2 Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikanbahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara,gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan bendakeras, dll. Jenis alat pelindung mata antara lain:

a) Kaca mata biasa (spectacle goggles)

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,debu dan radiasi gelombang elegtromagnetik.

b) Goggles

Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan larutan bahankimia. Goggles biasanya terbuat dari plastic transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk

(13)

2.3.3 Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain:

a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b. Kadar kontaminan di udara lingkungankerja.

c. Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.

d. Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit.

e. Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll Jenis alat pelindung pernafasan antaralain:

a) Masker

Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel- partikelyang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan. b) Respirator

Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis

(14)

a. Chemical Respirator

Merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap dengan toksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel.Sedangkan canister digunakan untuk

mengadsorbsi khlor dangas atau uap zat organik.

b. Mechanical Filter Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabutdengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yangtidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglas atau woldan serat sintetis yang dilapisi dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

Jenis-jenis alat pelindung pernapasan yang tersedia adalah (Harrington dan Gill, 2003) :

a) Respirator

(15)

diberikan untuk memastikan bahwa medium yang dipakai adalah benar untuk polutan yang dikehendaki serta untuk debu dan serabut, perlu dipikirkan kisaran ukuran partikel yang akan

ditangkap, agar dapat dipilih medium filter yang sesuai. Filter juga tersedia untuk kombinasi debu, gas, dan uap.

1) Respirator sekali pakai

Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi daya penggeraknya. npf= 5.

2) Respirator separuh masker

Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge filter yang dapat diganti. Dengan cartridge yang sesuai alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap. Bagian muka bertekanan negatif karena hisapan dari paru. npf= 10. 3) Respirator seluruh muka

Terbuat dari karet atau plastik dan dirancang untuk menutupi mulut, hidung, dan mata. Medium filter dipasang di dalam kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas, serta uap. Bagian muka mempunyai tekanan negatif karena paru mengisap udara disana. npf= 50

4) Respirator berdaya

(16)

bantuan kipas baterai. Kipas, filter dan baterainya biasa dipasang di sabuk pinggang, dengan pipa lentur yang disambung untuk

membersihkan udara sampai ke muka. npf= 500 5) Respirator topeng muka berdaya

Mempunyai kipas dan filter yang dipasang pada helm,dengan udara ditiupkan kebawah, diatas muka pekerja didalam topeng yang menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng- tameng pinggir, yang dapat diukur mencocokkan dengan muka pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Serangkaian filter dan adsorbent tersedia dan untuk pengelas juga tersedia pf= 1-20 b) Alat Pernapasan

Alat ini memberikan udara yang tak terkontaminasi, dengan suatu sumber yang diambil dari udara segar atau udara yang

dimampatkan atau disediakan dari tabung yang bertekanan tinggi yang dibawa oleh pemakai.

1) Alat saluran udara segar

Pasokan udara segar dimasukkan kedalam muka, topeng atau baju melalui suatu pipa lentur berdiameter lebar. Daya penggerak diberikan dengan peniup manual atau bertenaga listrik, sehingga memberikan tekanan positif di bagian muka. Perlu ditentukan basis udara segar yang sesuai untuk peniupnya dan jika dioperasikan secara manual, harus ada operator.npf= 50

(17)

Pasokan udara diberikan melalui katup yang menurunkan tekanan ke muka, topeng atau baju. Jika dipakai pasokan udara bertekanan yang ada di pabrik perlu disaring dari kontaminan, seperti oksida nitrogen, karbon monoksida dan asap minyak dari udara tersebut sebelum memasangkan ke pekerja. Kompresor udara yang dirancang khusus untuk alat pernapasan lebih disukai, karena kompresor ini menggunakan minyak pelumas khusus untuk mengurangi kontaminasi udara. npf= 1000

3) Alat pernapasan yang dapat mengisi sendiri

Menggunakan tabung udara atau oksigen, yang mengalirkan udara ke mulut melalui katup penurunan tekanan. Satu set sirkuit terbuka mengandung cukup udara atau Oksigenyang dapat dipakai selama antara 10-30 menit. Set sirkuit tertutup yang dapat re-sirkulasi dan menyaring udara yang dikeluarkan paru dapat dipakai sampai 3 jam. npf= 2000.

2.3.4 Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:

a) Sarung tangan bersih

(18)

merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.

b) Sarung tangan steril

Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.

c) Sarung tangan rumah tangga (gloves)

Sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan: a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool

untuk melindungi tangan dari api, panas, dan dingin. b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari listrik, panas, luka, dan lecet. c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal

(Pb) untuk melindungi tangan dari radiasi elegtromagnetik dan radiasi pengion.

d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia. e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan poli vinyl chloride

(19)

2.3.5 Baju Pelindung (Body Protection)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenisbaju pelindung antara lain:

a) Pakaian kerja

Pakaian kerja yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat isolasi seperti bahan dari wool, katun, asbes, yang tahan terhadap panas.

b) Celemek

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan-bahan yang bersifat kedap terhadap cairan dan bahan-bahan kimia seperti bahan plastik atau karet.

c) Apron

Pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap radiasi pengion.

2.3.6 Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas,kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:

a) Sepatu steril

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruangbedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang

(20)

b) Sepatu kulit

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.

c) Sepatu boot

Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.

2.3.7 Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:

a) Sumbat telinga (Ear plug)

(21)

kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai20 dB.

b) Tutup telinga (Ear muff)

Alat pelindung tangan jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yangberfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk 42 waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi daribantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurang intensitas suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan bend keras atau percikan bahan kimia.

2.3.8 Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

(22)

2.4 Program Pengenalan Alat Pelindung Diri (APD)

Begitu manajemen memutuskanuntuk menggunakan APD maka langkah-langkah berikut dapat dilakukan (Rijanto, 2011):

a) Buat kebijakan tertulis tentang pemakaian APD dan mensosialisasikan kepada pekerja dan tamu.

b) Pilih jenis APD yang sesuai.

c) Laksanakan suatau program pelatihan agar pekerja mengetahui cara pemakaian dan perawatan yang benar APD yang digunakannya.

d) Terapkan dan control penggunaan APD.

2.5 Kebijakan Alat Pelindung Diri (APD)

Kebijakan harus tertulis, secara jelas menyatakan kebutuhan dan pemakaian APD. Juga memuat tentang pengecualian atau pembatasan penggunaan APD. Kebijakan perusahaan tentang APD merupakan pedoman dalam pembuatan peraturan dan prosedur tentang APD (Rijanto, 2011).

2.6 Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu (Santoso, 2004) :

1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan a. Tidak sadar/tidak mengerti

b. Panas c. Sesak

(23)

f. Berat

g. Mengganggu pekerjaan

h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada i. Tidak ada sangsi

j. Atasan juga tidak memakai 2. Tidak disediakan oleh perusahaan

a. Ketidakmengertian b. Pura-pura tidak mengerti c. Alasan bahaya

d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai) 3. Pengadaan oleh perusahaan

a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada b. Asal beli (terutama memilih yang murah)

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian APD

Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini telah diadakan tetapi para pekerja stimulasi ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang telah dibuat oleh perusahaan.

Menurut hasil penelitian Mulyanti (2008), adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) adalah :

2.7.1 Pengetahuan

(24)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

1) Proses Adopsi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2) Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know)

(25)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.7.2 Sikap

(26)

kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja.

Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan berikut :

1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih

banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.

2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih

(27)

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan.

4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih

banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman.

5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih

banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut.

6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima

atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok.

Sikap menurut penelitian Efrianis (2007) merupakan pendapat atau pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapatkan informasi atau melihat dan juga mengalami sendiri suatu objek. Sikap dapat diuraikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif, yakni suatu respon yang sudah dalam suatu pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

Sikap mempunyai karakteristik, yaitu : 1. Selalu ada objek

(28)

3. Relatif mantap 4. Dapat diubah

2.7.3 Kondisi APD

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga fasilitas/ketersediaan alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal.

2.7.4 Pengawasan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar.

(29)

khususnya Depnaker, mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah (Aditama dan Hastuti, 2002) :

1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai.

2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian.

Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif :

1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.

2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan. 3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :

a. Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung

b. Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)

c. Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan bahan baku

d. Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan

pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising, getaran) (Dainur, 1992)

2.7.5 Dukungan Sosial

(30)

berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah/reward. Dukungan sosial pada pekerja juga sangat berpengaruh dalam pemakaian APD disebabkan karena faktor bahaya yang telah diketahui. Pekerja ini dapat mengingatkan sesama temannya untuk memakai APD guna mengurangi efek kecelakaan.

2.8 Pandai Besi

Menurut Depkes RI, (1993) seperti yang dikutip oleh Sihombing (2007) melalui usaha pandai besi dihasilkan berbagai jenis barang seperti pisau, kapak, golok, blencong, cangkul maupun garpu tanah.

2.8.1 Bahan Baku Pandai Besi

Bahan baku pada usaha pandai besi terdiri dari bahan baku utama dan bahan bakutambahan (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :

1. Bahan baku utama

a. Besi baja bekas rel kereta api b. Besi baja bekas per mobil c. Besi baja bulat

d. Besi baja bekas plat kapal e. Besi baja tulangan

2. Bahan baku tambahan a. Kayu

b. Arang c. Pernis

(31)

e. Spritus f. Cat

2.8.2 Peralatan Pandai Besi

Untuk mengolah bahan baku dipergunakan peralatan kerja seperti tersebut dibawah

ini (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) : 1. Tungku pembakar dan tungku tempa

2. Penghembus udara

3. Landasan martil penempa, penjepit, catok angker, pahat pelubang, kikir tangan

4. Mesin gerinda

5. Pisau pengukir dalam berbagai bentuk dan ukuran 6. Seperangkat las listrik atau karbit

7. Bak pendingin

2.8.3 Proses Kerja Pandai Besi

Pada usaha pandai besi proses produksi terdiri dari pengolahan besi baja dan kayu melalui tahapan-tahapan berikut (Depkes RI, 1993) yang dikutip oleh Sihombing (2007) :

a. Pemotongan besi baja

(32)

b. Pembentukan

Proses pembentukan dilakukan dengan cara membakar besi baja yang telah dipotong tersebut (pada suhu 1.000°C sampai 1.100°C) selanjutnya ditempa dalam keadaan panas di atas landasan dengan menggunakan martil penempa. c. Pengerasan/penyepuhan besi baja

Besi hasil tempaan dikeraskan melalui pemanasan dan penajaman kembali (pada suhu sekitar 800°C sampai 900°C). Selanjutnya dilakukan proses celup

(quenching) ke dalam bak berisi air atau oli.

d. Penghalusan/penajaman besi baja

Proses selanjutnya adalah penghalusan dan penajaman yang dilakukan dengan cara menggerinda atau mengikir. Untuk memperkilat permukaan logam dari produk tertentu seperti pisau, golok, selanjutnya dilakukan proses pemolesan.

e. Pengelasan besi baja

Proses pengelasan merupakan penyambungan dari beberapa bagian, proses ini hanya diperlukan untuk pembuatan cangkul atau garpu dan biasanya dilakukan dengan menggunakan las karbit.

f. Pengolahan kayu dan pemelituran

Kegiatan ini merupakan pembuatan kerangka dan pembuatan ukiran dari gagang pisau atau golok. Setelah itu kerangka tersebut dipelitur mengkilap sesuai dengan kebutuhan.

(33)

Kegiatan ini merupakan kegiatan perakitan komponen yang diperlukan seperti pemasangan tangkai pemegang.

2.8.4 Bahaya Potensial Usaha Pandai Besi

Bahaya potensial usaha pandai besi terhadap pekerja antara lain (Depkes RI, 1993) dikutip oleh Sihombing (2007) :

1.) Proses pemotongan besi baja

Proses pemotongan besi baja yang dilakukan dengan pemanasan dan pemahatan besi baja akan dapat menimbulkan bahaya potensial berupa :

a. Panas

Pemaparan panas dalam waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti:

a) timbulnya biang keringat b) berkurangnya cairan tubuh

c) kelelahan panas (heat exhaustion) d) kelelahan mata (heat cataract) b. Bising

Bising pada proses pemotongan besi baja dengan frekuensi yang tinggi dan tidak teratur dapat menimbulkan kerusakan permanen pada alat pendengaran berupa ketulian.

(34)

Masalah ergonomis pada pemotongan besi baja berupa cara memukul yang tidak benar, landasan penempah yang terlalu tinggi/rendah akan mengakibatkan:

1) sakit pada otot

2) gangguan fungsi dan bentuk otot d. Getaran

Getaran yang ditimbulkan akibat proses pemotongan besi baja dapat mengakibatkan gangguan aliran darah pada jaringan tangan. e. Pancaran api

Api yang ditimbulkan dari besi/baja yang memijar dan percikan api akibat pemotongan besi baja dapat menyebabkan:

1) kerusakan mata 2) luka bakar pada kulit

f. Uap logam dan polusi debu dari pembakaran

Uap logam dan polusi debu yang ditimbulkan pada proses pemotongan besi/baja dapat mengakibatkan iritasi saluran pernapasan.

2.) Proses pembentukan besi baja

Dalam proses pembentukan besi baja, bahaya potensial yang dapat ditimbulkan pada prinsipnya tidak berbeda dengan bahaya

(35)

3.) Proses penghalusan/penajaman

Kegiatan penghalusan/penajaman produk tempa dengan

menggunakan kikir atau gerinda sebagai alat penghalus/penajam dapat menimbulkan bahayapotensial berupa :

a. Debu

Debu hasil penghalusan/penajaman dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan iritasi kulit dengan

menimbulkan gangguan:

a) batuk, pilek, sesak nafas

b) gatal-gatal, kemerah-merahan pada kulit b. Bising

Bising akibat penggurindaan terjadi lebih teratur dengan frekuensi yang cukup tinggi, tetapi tidak terputus-putus akan dapat menimbulkan:

1) penurunan daya dengar 2) konsentrasi menurun c. Sikap kerja yang tidak ergonomis

Masalah ergonomis pada saat penghalusan/penajaman produk tempah karena cara duduk yang tidak benar atau cara mengikir yang salah dapat menimbulkan gangguan: 1) sakit pada otot

(36)

Kegiatan menyambung besi baja dengan menggunakan las karbit atau las listrik dapat menimbulkan bahaya potensial berupa : a. Sinar infra merah

Sinar infra merah yang ditimbulkan las karbit/las listrik dapat menimbulkan gangguan:

1) katarak

2) mata merah/sakit 3) penglihatan kurang b. Sikap kerja yang tidak ergonomis

Mengelas dengan membungkuk adalah merupakan sikap yang salah dan dapat menimbulkan gangguan:

1) sakit pada otot

2) gangguan fungsi dan bentuk otot c. Uap (fume) karbit

Bahan karbit yang setelah bercampur dengan air akan menghasilkan uap karbit, dapat menimbulkan gangguan iritasisaluran pernafasan.

5.) Proses pengolahan kayu dan perakitan

Pada proses ini bahaya yang dapat timbul adalah : a. Tersayat benda tajam

Peralatan untuk mengukir berupa pisau dan pahat akan dapat menimbulkan luka

(37)

Bekerja dengan cara duduk bersila secara terus-menerus dapat menimbulkan:

1) sakit pada otot 2) atrofi pada otot kaki c. Uap (fume) pelitur

Bahan pelitur yang digunakan untuk mengkilpkan kayu dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan gangguan saluran pernafasan dengan gejala:

1) kulit dan mata kemerah-merahan, gatal-gatal 2) batuk pilek dan sesak nafas

2.8.5 Jenis Alat Pelindung Diri Bagi Pandai Besi

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri bahwa pandai besi harus menggunakan alat pelindung diri sebagai berikut:

a) helm pengaman/topi b) kacamata pengaman c) masker

d) ear plug/ear muff

(38)

2.9 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pekerja

1. Pengetahuan 2. Sikap

Faktor APD 1. Kondisi APD

Faktor Pendukung 1. Pemantauan 2. Dukungan sosial

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Alat pelindung diri merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh para tenaga kerja untuk melindungi seluruh bagian tubuhnya terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau

Alat pelindung diri merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh para tenaga kerja untuk melindungi seluruh bagian tubuhnya terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau

Dilarang mengganti alat pelindung diri yang disediakan pengurus atau pengusaha Dilarang mengganti alat pelindung diri yang disediakan pengurus atau pengusaha untuk keperluan

Alat Pelindung Diri ( APD ) di lingkungan kerja adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan

kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja karena pekerja yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang alat pelindung diri pasti memahami

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS

Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang ada, menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat

DEFINISI ALAT PELINDUNG DIRI APD Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat