• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 1982 – 1990

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Masyarakat Nelayan Desa Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah 1982 – 1990"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA HAJORAN KECAMATAN PANDAN

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2.1 Latar Belakang Historis

Desa Hajoran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan mayoritas penduduk nya bertempat

tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai nelayan.

Setiap desa pada umumnya memiliki sejarah atau asal-usul nama desa.

Nama Hajoran, menurut cerita masyarakat sekitar yang menetap di desa tersebut,

mengatakan bahwa nama Hajoran di ambil dari kata HARAJOAN yang berasal

dari bahasa Batak dan mempunyai arti sebagai “Tempat Penyesalan”. Di katakan

Harajoan sebab pada saat dulu banyak penyamun di sekitaran Desa Hajoran

tersebut.8

Setiap orang yang melewati desa ini selalu merasakan penyesalan di

akibatkan banyak nya kejadian yang terjadi seperti adanya perampokan dan

persugihan. Jadi, jika jam sudah mendekati pukul 16.00 WIB maka tidak ada

seorangpun yang berani melewati kawasan desa ini lagi. 9 Hajoran cukup terkenal

sebagai desa yang memiliki cerita mistis karena adanya kuburan yang cukup

banyak di pinggir hutan yang dijadikan sebagai tempat orang-orang melakukan

pesugihan.

8

Wawancara,Syahril, Desa Hajoran, pada tanggal 20 Maret 2017.

9Wawancara

(2)

Keadaan Desa Hajoran pada awalnya masih hutan belantara. Banyak nya

pohon-pohon tinggi dan kuburan membuat desa ini sangat di kenal mistis. Namun,

mistis nya Desa Hajoran bukan berarti masyarakatnya tidak ada. Desa ini di huni

dari 5-8 orang masyarakat yang berumah tangga. Adapun masyarakat asli dari

Desa Hajoran yaitu Etnis Batak yang memiliki marga Sitompul dan Panggabean.

Etnis Batak bekerja sebagai nelayan yang hanya menggunakan alat tangkap

sederhana seperti perahu dayung.

Penduduk Desa Hajoran yang cukup di kenal masyarakat sekitar ada 3

orang yaitu :

1. Tindi Pasaribu

2. Ondolan Sitompul

3. Sabidin Sitompul

Mereka bertiga adalah orang orang yang mempunyai harta benda dan

memiliki beberapa tanah di Desa Hajoran. Sehingga siapapun yang menetap dan

ingin membangun rumah di desa tersebut, akan membeli tanah kepada mereka.10

Selain itu, adapun nama-nama kepala desa di Desa Hajoran yaitu :

1. Djailani Chaniago (1945-1948)

2. Aruman Siregar (1948-1971)

3. Kamaludin Gea (1971-1973)

4. Abdul Rahman siregar (1973-1984)

5. Maratua Siregar (1984-1989)

6. Makmur Pasaribu (1989-2000)

10Wawancara

(3)

Kepemimpinan kepala desa mencakup 3 desa yaitu mulai dari Desa

Kalangan, Hajoran, dan Muaranibung. Dimana pemilihan kepala desa masih

menggunakan pemilihan dari suara masyarakat. Adanya kepemimpinan kepala

desa ini di mulai sejak tahun 1945- 2002. Meskipun sudah mulai memiliki kepala

desa, namun di Desa Hajoran masih belum terdapat kehidupan. Lain halnya

dengan Desa Kalangan dan Desa Muaranibung yang sudah memiliki kehidupan

bermasyarakat. Sehingga tidak heran lagi, jika orang-orang yang berdatangan dan

menetap di Desa Hajoran memilih untuk tinggal di desa tersebut.

2.1.1 Kedatangan Etnis Bugis

Etnis Bugis adalah salah satu etnis yang bertempat tinggal di Sulawesi

Selatan. Menjadi perantau merupakan salah satu ciri khas dari etnis tersebut. Etnis

Bugis perantauan dikenal sebagai etnis yang cepat melakukan adaptasi dengan

penduduk asli. Sehingga tidak heran jika etnis ini banyak yang menerima mereka

di tempat perantauannya.

Salah satu etnis yang merantau ke Kabupaten Tapanuli Tengah adalah

Etnis Bugis. Sumatera Utara perantau Bugis umumnya bermukim di Sibolga dan

Tapanuli Tengah. Namun, Tapanuli Tengah tepatnya di Desa Hajoran merupakan

pilihan tempat tinggal mereka.

Pada tahun 1971 Desa Hajoran sudah mulai di huni oleh Etnis Bugis salah

satu nya bernama Daeng Matahari.11 Kedatangan Daeng Matahari ke Desa

Hajoran melalui Jalur darat dengan mengendarai sebuah bus. Dimana Daeng

11

(4)

Matahari ini berpindah tempat tinggal dari Padang. Mengingat kehidupan dan

pendapatan di Padang sudah tidak tentu maka beliau memutuskan untuk pindah

tempat tinggal. Sehingga dengan keputusan bersama keluarga, beliau memutuskan

untuk berpindah ke Tapanuli Tengah yaitu Desa Hajoran.

Daeng Matahari menetap di Desa Hajoran dengan membawa rombongan

keluarganya. Kedatangannya di sambut baik oleh masyarakat asli Desa Hajoran.

Kebetulan di sebelah desa tersebut (desa Kalangan) ada keluarga dari Daeng

Matahari, sehingga memudahkannya untuk menetap dan tinggal di Desa Hajoran.

Daeng Matahari menetap atau tinggal di desa tersebut satu atap dengan

masyarakat asli Desa Hajoran. Mengingat di Desa Hajoran belum banyak

pemukiman atau masyarakat lain, maka Daeng Matahari dan keluarga nya untuk

sementara satu atap dengan salah satu rumah masyarakat nelayan tersebut. Selama

menetap di Desa Hajoran, Daeng Matahari bekerja sebagai nelayan sama halnya

dengan pekerjaan masyarakat asli Desa Hajoran.12Perbedaannya hanya

masyarakat asli Desa Hajoran menggunakan alat tangkap ikan yang masih

sederhana yaitu jaring atau pancing. Namun, Daeng Matahari lebih memilih untuk

membuat sebuah bagan pancang yang pendapatannya lebih menjanjikan atau

meningkat.

Seiring berjalannya waktu desa ini mulai di ramaikan oleh para Etnis

Bugis yang bertujuan menetap di desa tersebut. Mereka beranggapan bahwa Desa

Hajoran memiliki sumber daya alam yang banyak dan dapat di manfaatkan untuk

12Wawancara

(5)

mempertahankan kehidupan mereka. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk

hidup dan bekerja di Desa Hajoran dengan mengandalkan sumber daya alam yang

ada.13

Kedatangan Etnis Bugis ini pun di sambut baik oleh masyarakat desa dan

mengijinkan Etnis Bugis untuk tinggal bersama dengan mereka satu atap. Tinggal

atau menetap dengan satu atap bersama masyarakat asli Desa Hajoran sekitar ± 4

bulan lama nya. Lama mereka menetap satu atap karena mereka menunggu ijin

dari kepala desa untuk dapat membangun rumah di tanah kosong yang masih di

penuhi pepohonan kelapa dan lainnya untuk di tempati.

Sistem kepemilikan tanah di Desa Hajoran masih tergolong bebas untuk

siapa saja yang ingin membangun rumah. Kebebasan membangun rumah di Desa

Hajoran karena pada saat itu desa ini masih di penuhi oleh pepohonan dan

kuburan yang berada di pinggir laut. Sehingga untuk mendukung adanya

kehidupan di desa tersebut, maka kepala desa pun mengijinkan para perantau

untuk membangun rumah di atas tanah yang masih kosong. Namun, mereka yang

berumah tangga tetap di kenakan Pajak rumah tangga pertahunnya dengan biaya

sebesar ± Rp 100.000. 14

Sejak Etnis Bugis memperkenalkan bagan pancang di Desa Hajoran,

perekonomian mayarakat nelayan pun mulai semakin meningkat. Peningkatan

yang di maksud adalah awalnya masyarakat nelayan bekerja sebagai nelayan yang

menggunakan sampan dayung atau jaring berpenghasilan tidak terlalu banyak

13

Wawancara, Samsudin, Desa Hajoran, tanggal 09 April 2017.

14Wawancara

(6)

sekitar ± Rp 200.000/ minggu tergantung dengan hasil tangkapan para nelayan.

Namun, semenjak mulai adanya bagan pancang pendapatan mereka mulai

meningkat sekitar ± Rp 700.000/ minggu.

Etnis bugis menyesuaikan diri dengan masyarakat Desa Hajoran secara

berinteragsi dengan baik dan sopan serta berbagi pengalaman melaut jika sedang

berduduk santai pada saat tidak bekerja. Tahun 1982 Etnis Bugis pun mulai

membangun rumah di atas laut dan sebagian lainnya di pingggir laut. Namun, para

Etnis bugis pemukimannya tidak bergabung dengan etnis lainnya. Mereka

membuat sebuah “Lorong bugis”.

Selain di kenal sebagai etnis yang sering merantau dan menguasai laut,

Etnis bugis juga cukup di kenal sebagai etnis yang sangat kuat dalam membuat

hubungan atau komunitas sendiri. Dengan kedatangan Etnis Bugis yang cukup

banyak pada tahun tersebut, maka mereka memutuskan untuk membuat sebuah

lorong atau kampung, dimana sebutan lorong ini di sebut sebagai “Kampung Bugis”. Adapun yang membuat nama lorong bugis ini menjadi Kampung Bugis

adalah para masyarakat desa yang mana mereka tidak berkeberatan dalam ada nya

persatuan pemukiman Etnis Bugis.15

Kampung Bugis ini di buat pada tahun 198316 dan sudah terkenal dengan

masyarakat luar Desa Hajoran bahwa desa tersebut mempunyai Etnis Bugis yang

banyak dan memiliki sebutan spesial sebagai Kampung Bugis. Meskipun

perbedaan tempat tinggal Etnis Bugis dengan etnis lainnya memiliki perbedaan,

namun bukan berarti mereka tidak saling tolong menolong atau berinteraksi.

15

Wawancara, Rawana, Desa Hajoran, pada tanggal 16 April 2017.

16

(7)

Hubungan dan ineraksi mereka di desa tersebut terjalin sangat baik tanpa adanya

perbedaan. Selain itu, mayoritas agama di Kampung Bugis adalah mayoritas

pemeluk agama Islam.

2.1.2 Kedatangan Etnis Nias

Pulau Nias yang terletak di sebelah Barat Pulau Sumatra lebih tepatnya

terletak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga, daerah Provinsi Sumatera Utara ini

dihuni oleh suku Nias. Salah satu etnis yang banyak merantau ke Kabupaten

Tapanuli Tengah adalah Etnis Nias. Masyarakat perantau Nias merupakan

komunitas sosial yang berasal dari pulau Nias. Migrasi masyarakat Nias ke luar

dari daerah asalnya bukanlah merupakan gerakan spontan, karena keadaan

geografis Nias yang berbukit-bukit menyebabkan mata pencaharian masyarakat

yaitu masyarakat yang tinggal di pesisir pantai berpenghidupan dari perikaanan

(nelayan).

Kemiskinan menjadi salah satu pendorong yang membuat warga Nias

banyak yang keluar dari Nias dan merantau ke berbagai daerah luar Nias. Salah

satu nya adalah merantaunya Etnis Nias ke Desa Hajoran. Kedatangan etnis ini

sejak tahun 1974 yang berjumlah ± 6 orang. Mereka memilih dan menetap di

Desa Hajoran karena selain tanah nya masih kosong dan belum banyak penghuni

nya, maka mereka memilih untuk lebih membangun rumah di atas tanah kosong

tersebut dengan ijin dari Kepala Desa.17Setelah mendapat ijin mereka ikut serta

17 Wawancara

(8)

berprofesi sebagai nelayan. Alat tangkap yang mereka gunakan masih sederhana

yaitu perahu dayung.

Masyarakat Nias agar dapat berinteraksi dengan baik dan demi

kelangsungan hidup, Etnis Nias harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Adaptasi perlu agar manusia atau kelompok masyarakat

dapat bertahan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada ditempat baru.

Masyarakat Nias dapat bertahan hidup dan memilih tinggal menetap di Desa

Hajoran kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah karena mereka telah

mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan yang ada.

Kedatangan mereka di sambut baik oleh masyarakat sekitar dengan

maksud agar kehidupan di Desa Hajoran sama dengan desa-desa sebelah.

Masyarakat hajoran mempunyai keinginan untuk menghidupkan Desa Hajoran

layaknya sebuah desa yang di huni banyak masyarakat. Sehingga siapapun yang

datang dan menetap di desa tersebut selalu di terima tanpa ada permasalahan .

Mayoritas agama Etnis Nias yang datang beragama Kristen dan sebagian lainnya

Islam. Meskipun mempunyai perbedaan mereka tetap bisa hidup secara

berdampingan damai dan harmonis.

Seiring berjalannya waktu, Desa Hajoran semakin berkembang akibat dari

banyak nya etnis-etnis lain yang sudah memasuki desa pada tahun 1980. Selain

kedatangan etnis-etnis lain seperti Jawa, Aceh, Mandailing dan lainnya, mereka

juga memilih dan menetap di Desa Hajoran dengan tujuan yang sama yaitu untuk

(9)

Berkembangnya desa tersebut membuat Etnis Nias untuk memilih sebagai

buruh nelayan.18Ketidakberdayaan ekonomi mereka, maka dengan terpaksa

mereka bekerja sebagai buruh nelayan di salah satu tauke yang mempunyai bagan

pancang. Mengingat pendapatan dari bagan pancang cukup besar, maka Etnis

Nias beramai-ramai bersedia bekerja sebagai buruh nelayan.

Tahun 1986 yang menjadi tauke terkenal dari Etnis Nias adalah Palatona

Waruwu yang berasal dari Nias Selatan. Beliau menjadi tauke yang mempunyai 3

bagan pancang. Beliau juga membangun rumah di pinggir laut sedangkan lokasi

untuk pengelolaan ikan di bangun tepat di atas permukaan laut.

Palatona Waruwu datang ke Desa Hajoran melalui jalur laut. Dimana

beliau memilih untuk menaiki kapal demi menuju tempat tujuannya. Awal

kedatangannya melalui saudara nya yang berasal di desa seberang yaitu Desa

Muaranibung.

2.1.3 Desa Hajoran Sebagai Desa dollar

Desa Hajoran merupakan salah satu desa yang terkenal di Kabupaten

Tapanuli Tengah dengan pengolah ikan hasil tangkapan yang cukup banyak. Desa

Hajoran pada mula nya tidak begitu terkenal di Tapanuli Tengah karena belum

terdapat kehidupan dan juga masyarakat yang bertempat tinggal di desa tersebut

masih sedikit. Namun, memasuki tahun 1971 sejak kedatangan Etnis Bugis

perlahan-lahan Desa Hajoran sudah mulai memiliki kehidupan.

18Wawancara

(10)

Tahun 1982 Etnis Bugis dan di susul etnis lainnya mulai datang dan

menetap di Desa Hajoran. Beragam jenis asal-usul mereka yang berpindah dari

berbagai daerah. Ciri khas profesi dari Desa Hajoran adalah masyarakatnya

berprofesi sebagai nelayan. Etnis asli dari Desa Hajoran menggunakan perahu

dayung, namun sejak Etnis Bugis datang maka etnis lainnya mengikuti jejak dari

bugis untuk menggunakan alat tangkap seperti bagan pancang.

Pada tahun 1983an masyarakat nelayan Desa Hajoran mulai mengolah

hasil tangkapan mereka dan mengirimi olahan mereka ke luar desa maupun kota.

Dari hasil tangkapan masyarakat nelayan inilah yang membuat perekonomian

mereka semakin meningkat. Dengan mulai di buatnya bagan pancang, para

masyarakat nelayan mulai menangkap ikan dengan menggunakan cara kerja

berkelompok ataupun sendiri. Selain bagan pancang, bagan bot juga di gunakan

para masyarakat pendatang. Bagan bot ini di perkenalkan ke Desa Hajoran sekitar

tahun 1982an yang di bawa oleh orang pendatang yang berasal dari Batahan,

Mandailing Natal.19

Kedatangan bagan pancang dan bagan bot inilah yang sangat mendukung

oleh para masyarakat nelayan dalam perekonomian mereka. Sehingga

menyusullah masyarakat nelayan lainnya mempunyai bagan bot dan bagan

pancang. Namun, disini dapat di lihat bahwa yang paling identik tauke pada Desa

Hajoran ini bukanlah masyarakat asli Desa Hajoran, melainkan orang pendatang

yang menetap di desa tersebut.20

19

Wawancara, Ratu Langi, Desa Hajoran, pada tanggal 16 April 2017.

20

(11)

Banyak nya orang yang berdatangan dan menetap ke Desa Hajoran sangat

membawa keuntungan besar bagi masyarakat sekitar. Sehingga perekonomian

para masyarakat nelayan desa tidak dapat di katakan kurang mampu karena

banyak nya sumber daya alam yang masih melimpah di desa ini.

Tahun 1984 kehidupan masyarakat nelayan semakin meningkat. Para

masyarakat nelayan di desa mulai membeli kebun, tanah dan membangun rumah

di pinggir pantai. Selain membeli kebun. tanah dan membangun rumah,

masyarakat nelayan sudah mempunyai harta benda seperti memiliki sepeda motor

bahkan setiap terang bulan, istri dari nelayan juga selalu membeli emas ke Toko

Roma yang berada di Sibolga. Di samping itu, para anak-anak dari masyarakat

nelayan sudah mulai bersekolah dan mengenal pendidikan.

Memasuki tahun 1990 dengan seiring berjalannya waktu desa ini semakin

terkenal dari hasil tangkapan dan olahan mereka. Sehingga pada tahun inilah desa

tersebut di juluki sebagai “Desa Dollar”. Julukan ini di berikan oleh orang-orang

yang berdatangan ke desa untuk membeli hasil tangkapan dan olahan mereka.

Pada tahun 1990 memang perekonomian di Desa Hajoran sangat meningkat

secara drastis.

Selain dari hasil tangkapan, olahan ikan yang mereka olah pun semakin

banyak permintaan dari para konsumen. Sehingga putaran uang di tahun tersebut

tidak pernah berhenti dalam sehari. Dalam sehari mereka para tauke yang rata-rata

(12)

hari nya. Sehingga para anggota tauke mendapatkan bagian ataupun gaji dengan

membawa hasil ke rumah sebanyak ± Rp 200.000/ hari. 21

Adapun hasil tangkapan olahan yang banyak di minta para konsumen

adalah ikan asin dan ikan teri. Olahan hasil tangkapan masyarakat nelayan ini di

kirim ke luar kota seperti Jambi, Palembang, Medan, Jawa, Padang, Taurutung,

dan lain sebagainya. Namun, masa kejayaan desa ini tidak berlangsung lama.

Sekitar tahun 2000 desa ini sudah mulai kesulitan dalam perekonomian.

Hal ini terjadi karena alat tangkap pukat harimau sudah mulai masuk ke Desa

Hajoran sehingga alat tangkap ini merusak ekosistem laut dan ikan. Dengan

masuknya pukat harimau ke Desa Hajoran maka minimlah ekonomi atau

pendapatan dari para masyarakat nelayan.

Di samping itu juga, para tauke yang dulu banyak mempunyai bagan bot

dan bagan pancang sudah mulai bangkrut karena ekosistem di laut sudah mulai

rusak. Sehingga para tauke mulai berhenti dalam menanagkap dan mengelola ikan

dan berpindah profesi sebagai petani. Bahkan para etnis bugis yang awalnya

memperkenalkan bagan pancang sudah banyak berpindah rumah ataupun tidak

menetap di Desa Hajoran lagi karena banyak nya ekosistem laut yang sudah tidak

dapat di manfaatkan oleh mereka lagi.

2.2 Letak Geografis

Desa Hajoran secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan

Pandan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kabupaten Tapanuli tengah

21Wawancara,

(13)

merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera, wilayahnya

berada 0-1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada 1 11 00 - 2 22 00 Lintang Utara dan 98 07 - 98 12 Bujur Timur.22

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki batas-batas wilayah :

Sebelah Utara : Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kabupaten

Aceh Barat, Kabupaten Aceh singkil.

Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

Sebelah timur : Kabupaten Tapanuli Utara

Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Kecamatan Pandan memiliki luas wilayah 62,23 km2 dan berada di atas

permukaan laut 0-800 Meter. Kecamatan Pandan ini berjarak dari kantor camat ke

kantor Bupati 0,25km2.23 Kecamatan pandan terletak antara 01 33 Lintang Utara

dan 99 08 Bujur timur, dan memiliki batas-batas wilayah yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Sarudik

Sebelah Selatan : Kecamatan Badiri

Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kecamatan Tukka

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

berbatasan dengan lautan, sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong

daerah beriklim tropis. Dalam perioede bulan Januari - Desember suhu udara

22

Arsip BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam angka 1990.

23

(14)

maksimum bisa mencapai 31,50 C dan suhu minimum mencapai 21,51 C. Rata -rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 25,98 C.

Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Tapanuli Tengah

mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya

terjadi pada bulan Juni-September dan musim penghujan biasanya terjadi pada

bulan November-Maret.

2.3 Kondisi Demografis

Dalam perencanaan pembangunan data kependudukan memegang peran

yang penting. Semakin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia maka

semakin mudah dan tepat rencana pembangunan itu di buat. Sebagai contoh dalam

perencanaan pedidikan diperlukan data mengenai jumlah penduduk dalam usia

sekolah, dan para pekerja dalam bidang kesehatan masyarakat memerlukan

informasi tentang tinggi rendahnya angka kematian dan angka penduduk.

Demografi24 mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah

struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).Struktur

penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk.25 Struktur

penduduk ini selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan karena

proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Tiap-tiap

24

Philip M.Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengatakan bahwa demografi merupakan sesuatu yang mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposis penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).

25

(15)

negara ingin mengetahui jumlah penduduk di negara masing-masing, terutama

mengenai struktur dan proses.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Desa Hajoran Tahun 1971 - 1990

No Etnis Rumah Tangga Jumlah Penduduk

Laki – Laki Perempuan

1. Batak 100 60 40

2. Bugis 300 215 85

3. Nias 95 50 45

4. Mandailing 6 4 2

5. Aceh 4 2 2

6. Padang 3 2 1

Jumlah 508

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dengan Abdul Rahman

Gambar

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Hajoran Tahun 1971 - 1990

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya etika sosial dan sikap belajar anak nelayan di SD Negeri 152980 hajoran kecamatan pandan kabupaten tapanuli

dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten” ini

Desa Gumirih merupakan salah satu desa yang sudah masyhur banyak diketahui oleh masyarakat Kecamatan Singojuruh maupun masyarakat yang berada di luar kecamatan. Masing masing

Dalam hal ini, masyarakat etnis Bugis di Desa Labuhan Kuris masih mempertahankan bahasanya misalnya pada ranah pekerjaan, ketika pedagang yang berasal dari etnis

Kampung idiot atau kampung tunagrahita merupakan sebutan nama dari desa Karangpatihan tepatnya di Dukuh Tanggungrejo, sebutan tersebut diberikan oleh masyarakat

2.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastrkur Desa di Kampung Tengah Kecamatan.. JOM FISIP Vol. Semakin banyak sumber keuangan desa yang diterima maka semakin

Desa Girisa merupakan desa yang memiliki sumber daya lautnya yang melimpah ruah, sehingganya banyak masyarakat yang berada di Desa Girisaberprofesi sebagai

Dari sistem pernikaha antar wilayah masyarakat Kampung Naga dalam memiliki kerabat di luar lingkungan adat Kampung Naga.Dalam adanya tradisi di lingkungan adat Kampung Naga