• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Bagi Hasil Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Di Bidang Usaha Pertambangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Bagi Hasil Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Di Bidang Usaha Pertambangan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Bidang usaha pertambangan merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang berdasarkan UU Pasal 33 1945 dikuasai oleh Negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga harus dikelola secara maksimal untuk memberi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi memberikan kepada pemerintah daerah kekuasaan yang besar dalam mengelola daerahnya termasuk dalam bidang usaha pertambangan. Sektor Pertambangan yang berlansung di berbagai pemerintahan daerah berdampak positif dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Dana Bagi Hasil (DBH).

Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran tentang mengapa sistem bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu dilakukan dalam bidang usaha pertambangan, bagaimana ketentuan sistem bagi hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan, apakah yang menjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sistem bagi hasil pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bidang usaha pertambangan. . Metode penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normative yang bersifat kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data sekunder (bahan hukum) yang dikumpulkan dengan menggunakan cara penelitian studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak era reformasi, gagasan otonomi daerah terus bergulir, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan yang bersifat sentralistik atau top-down dan hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi bergeser ke paradigma pembangunan yang berlandaskan prinsip dasar demokrasi, kesetaraan, dan keadilan dalam bentuk otonomi daerah. Melalui pembagian dan alokasi dana bagi hasil antara pusat dan daerah penghasil tambang telah diatur dalam hukum positif di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004. Walaupun demikian daerah-daerah penghasil tambang di Indonesia beberapa kali mengutarakan ketidakpuasan mereka terhadap Dana Bagi Hasil karena dirasa sangat diskriminatif, dan tidak adil bagi pemerintah daerah yang mendapatkan porsi penerimaan pertambangan yang lebih kecil dibandingkan pemerintah pusat kendati sebagai wilayah penghasil, begitu juga akan ketidakjelasan pembagian hasil dan waktu pendistribusian hasil dari Negara atas eksplorasi tambang di daerah. Keluhan tersebut datang dari pemerintah daerah yang merasa bahwa pembagian hasil dirasa kurang bagi daerah hal ini disebabkan dana bagi hasil (DBH) perimbangan keuangan pusat (pemerintah pusat) dan daerah (pemda) atas hasil pertambangan bukan hanya masalah manajemen pembagiannya, juga bukan sekadar soal kebijakan pilihan bidang pertambangan yang dibagihasilkan dan persentase pembagiannya, melainkan amat terkait dengan substansi kebijakan pengelolaan pertambangan dalam hubungannya dengan para pihak pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

(2)

ii

Disarankan agar dilakukan perumusan kembali/ulang atau revisi terhadap Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam hal alokasi dana perimbangan yang dirasa tidak adil bagi daerah penghasil tambang. Sehingga tersalurkannya Dana Bagi Hasil antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang adil untuk mengurangi kesenjangan fiskal pusat-daerah karena pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus mempunyai sumber keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonomi termasuk sumber pendapatan dalam bidang usaha pertambangan. Substansi dari otonomi daerah menggunakan arah baru kebijakan pertambangan yang mengakomodasikan prinsip kepentingan nasional, kemanfaatan, untuk masyarakat, jaminan berusaha, desentralisasi pengelolaan pertambangan yang baik.

Kata Kunci : Bagi Hasil, Pertambangan

(3)

iii

ABSTRACT

Businesses mining is natural resources strategic non renewable that based on constitution 33 1945 controlled by the state and is vital commodities that dominate his life the people and had an important role in the national economy so that should be managed optimally to provide prosperity and the people's welfare. System change of government from centralization to decentralization give to local government great dominion in managing its territory included in businesses mining. The Mining sector was conducted in various governance areas impacted positively in increasing the acceptance of the original Regional Revenue (PAD) through the Fund for the results (DBH). This research mean to get picture of contribution of execution in system profit sharing central government and regional government in other businesses mining, government role central and regional realize in funding for the results on society and implementation funding for results.

The method of this research is conducted by the method of normative legal research is qualitative. Qualitative analysis of secondary data (legal materials) that was collected by using the means of research studies library.

The result showed that since reformation era, idea of regional autonomy, continue thus causing the occurrence of paradigm shift.The paradigm is sentralistik or top-down and just focused on economic growth paradigm shift to development which based on the basic principles of democracy, equality, and justice in the form of autonomous region.Through the distribution and allocation of funds for intermediate results-producing mines and the Centre has been set up in positive law in Indonesia, namely Act No. 33 of 2004 concerning the Financial Equalization, law No. 32 of 2004. However the mine-producing regions in Indonesia several times expressed their dissatisfaction against funds for the results because both feel very discriminatory and unfair to local governments that get a portion of the revenues of the smaller mining although the Central Government as compared to regions, so too will the obscurity of Division results and time distribution of the results of the country's top mining exploration in the area. The complaints came from the local government who feel that the division's results proved less for area this is due to funding for the results (DBH) Equalization Financial Center (Central Government) and regional (regional government) of the result mining Management Division is not only a problem, nor is it merely a question of policy options the been distributed and mining Division, but the percentage is related to the substance of the mining management policies in relation to the parties of the Central Government and local governments.

It is recommended that do back/formulation or revision of Act No. 33 of 2004 concerning the Financial Equalization between the Central Government and local governments, in terms of the allocation of equalization funds which is considered unfair to the producers mine. So the channeled funds for the result between the Central Government and local governments that are fair to reduce fiscal disparities

(4)

iv

Center-region since the implementation of regional autonomy, local governments must have adequate financial resources to finance the implementation of autonomy including the income source in the field of mining enterprises. The substance of the autonomous region is using a new policy direction that accommodate mining principles of national interest, the benefit, to the community, the guarantee sought, decentralized management of mining which is good.

Keyword : For the Result, Mining

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH), rasio kemandirian daerah tahun sebelumnya, rasio efektivitas daerah tahun sebelumnya, dan rasio keserasian

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum. (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap

Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah karena penerimaannya didasarkan atas potensi daerah

Dengan lahirnya undang-undang perimbangan keuangan pasca reformasi, menunjukkan hasil yang signifikan bagi pelaksanaan otonomi daerah itu, karena sumber-sumber pembiayaan daerah

Tujuan dalam penelitian ini mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah serta

Permasalahan dana perimbangan yang menjadi sumber penerimaan potensial bagi daerah berhubungan erat dengan pembagian urusan pemerintahan pusat dan daerah karena