• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan MuaraKabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Kecamatan MuaraKabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan

di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan

mendeskripsikan, mengklafikasikan, dan memetakan tanah dengan

metode-metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu yang ditunjang oleh

informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

Tujuan survei adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan

mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam

satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan dari

masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan

tertentu. Sifat dari masing-masing satuan peta tanah secara singkat dicantumkan

dalam legenda, sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei

tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Survei dan pemetaan tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran

jenis-jenis tanah dan menentukan potensinya untuk bermacam-macam penggunaannya.

Potensi tanah ditentukan dengan melakukan interpretasi kemampuan ( kesesuaian)

lahan dari masing-masing satuan peta tanah berdasar atas sifat-sifat tanah yang

dimiliki dan keadaan lingkungannya. Satuan peta tanah merupakan satuan wilayah

yang mempunyai jenis tanah dan faktor lingkungan yang sama

(2)

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini

meliputi:

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah

di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input

yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah

tertentu.

3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.

4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak

mengkonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat

kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah.

(Hakim, dkk, 1986).

Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses untuk menilai kesesuaian komoditas

pertanian pada tingkat manejemen tertentu di suatu wilayah pengembangan. Oleh

karenanya diperlukan data kualitas dan karakteristik lahan dalam bentuk tabular

dan spasial (peta). Data sumber daya lahan menakup kualitas dan karakteristik

lahan, meliputi data iklim, tanah, dan topografi. Data sumber daya lahan yang

diperlukan untuk evaluasi lahan harus rinci dan akurat, minimal tersedia pada

tingkat semi detail skala 1:50.000. Namun peta ideal adalah tingkat detail skala

1:10.000, karena langsung dapat diaplikasikan di lapag oleh petani

(3)

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk

macam-macam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survei

atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan

distribusi vegetasi, dan aspek-aspek lahan yang lain agar dapat mengidentifikasi

dan membuat perbandingan dari macam-macam penggunaan lahan yang

dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan

kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial

ekonominya. Tergantung pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa

klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2009).

Tujuan evaluasi lahan (land evaluation and land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat

dilakukan dengan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah

(Hardjowigeno, 2003).

Menurut Djaenudin, dkk (2003) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan

adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain

penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang

akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala

survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan

persyratan-persyratan yang diperlukan.

3. Memandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini

(4)

lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan

dianalisis secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butit tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.

5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi lahan.

Kelas kesesuaian lahan pada prinsipnya ditetapkan dengan mencocokkan

(matching) antara data kualitas / karakteristik lahan dari setiap satuan peta dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas yang dievaluasi.

Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh kualitas dan atau karakteristik lahan yang

merupakan faktor pembatas yang paling sulit dan atau tidak dapat diatasi atau

diperbaiki (Djaenudin, 2008).

Menurut Ritung, dkk (2007) kelas kesesuaian lahan digolongkan atas

kelas-kelas kesesuaian, yaitu sebagai berikut:

– Kelas S1 (sangat sesuai), lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor

pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas

lahan secara nyata.

– Kelas S2 (cukup sesuai), lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor

pembats ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan

tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

– Kelas S3 (sesuai marginal), lahan mempunyai faktor pembatas yang berat,

dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhada produktivitasnya,

memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang

(5)

tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (investasi)

pemerintah atau pihak swasta.

– Kelas N (tidak sesuai), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat

berat dan/atau suli diatasi.

Kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan

potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat

biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan

masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa

karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh

tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian

yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan

(Djaenudin, dkk, 2003).

Karakterisitik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi,

penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.

Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan,

lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,

kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan,

batuan di permukaan dan singkapan batuan (Djaenudin, dkk, 2003).

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan

(6)

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan

dalam mm.

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam

setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan

dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara

dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan

ukuran < 2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar

dengan ukuran > 2 mm.

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat

dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

10.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.

11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data

laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya

hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

(7)

15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah

sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi

lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan

tanah/lapisan olah.

20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

Sifat Fisik Tanah

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah

primer berupa fisik liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel

primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat

digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga

dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang

sedemikian luasnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang (Foth, 1994).

Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah:

(8)

– Agak halus (ah): lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat

berdebu.

– Sedang (s): lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu.

– Agak kasar (ak): lempung berpasir.

– Kasar (k): pasir, pasir berlempung.

– Sangat halus (sh): liat.

(Djaenudin, dkk, 2003).

Drainase tanah

Drainase tanah menunjukkan kescepatan meresapnya air dari tanah atau

keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Tujuan utama

drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk

meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada

musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat

(Foth, 1994).

Kelas drainase tanah yang dibedakan dalam tujuh kelas, yaitu:

– Cepat, tanah yang mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat

tinggi dan daya menaha air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk

tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah yang

berwarna tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium sera warna gley

(reduksi).

– Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya

menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman

(9)

berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warba

gley (reduksi).

– Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

atau naungan serta warna gley reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

– Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak

rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah

demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

atau mangan sera warna gley (reduksi) pada lapisan > 50 cm.

– Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan

daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke

permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil

tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna gley

(reduksi) pada lapisan > 25 cm.

– Terhambat, tanah mempunyai kondukstivitas hidrolik rendah dan daya

menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang

cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah

dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat dketahui di lapangan,

yaitu tanah mempunyai warna gey (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan

(10)

– Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan

daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang

untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok

untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat

diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen

sampai pada lapisan permukaan.

(Djaenudin, dkk, 2003).

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat

ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,

serta dalamnnya akar-akar tersebut dapa menembus tanah dan dapat menembus

tanah dan bia tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan

berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 2003).

Kedalam tanah dibedakan menjadi sebagai berikut:

– Sangat dangkal: < 20 cm

– Dangkal: 20-50 cm

– Sedang: 5-75 cm

– Dalam: > 75 cm

(11)

Bahaya banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan

pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Djaenudin, dkk (2003) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut:

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.

f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

Bahan kasar

Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap

lapisan tanah, dibedakan menjadi:

sedikit : < 15 %

sedang : 15 - 35 %

banyak : 35 - 60 %

sangat banyak : > 60 %

(Djaenudin, dkk, 2003)

Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksikan berdasarkan kondisi lapangan,

(12)

adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon

A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung

bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut adalah sebagai

berikut:

– Sangat ringan (sr): < 0,15

– Ringan (r): 0,15-0,9

– Sedang (s): 0,9-1,8

– Berat (b): 1,8-4,8)

– Sangat berat (sb): > 4,8

(Djaenudin, dkk, 2003).

Sifat Kimia Tanah

pH tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran

total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat

berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih

besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

Kelas kemasaman tanah (pH) tanah, sebagai berikut:

– Sangat masam: < 4,5

– Masam: 4,5-5,5

– Agak masam: 5,6-6,5

– Netral: 6,6-7,5

(13)

– Alkalis: > 8,5

(Djaenudin, dkk, 2003).

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Fraksi koloid membawa muatan positif maupun negatif. Walaupun

demikian, muatan negatif jauh lebih besar ukurannya dan lebih penting bagi

pertumbuhan tanaman pada kebanyakan tanah. Kapasitas pertukaran kation

(cation exchange capacity = CEC) merupakan ekspresi jumlah tapak penyerapan kation per satuan bobot tanah. Kapasitas ini didefinisikan sebagi jumlah

keseluruhan kation terserap yang dipertukarkan, yang dinyatakan miliekuivalen

per 100 gram tanah kering oven (Damanik, dkk, 2011).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan ukuran kemampuan suatu koloid

unutuk mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. KTK ini dapat diefenisikan

pula sebagai ukuran kuantitas kation, yang segera dapat dipertukarkan dan yang

menetralkan muatan negatif tanah. Jadi penetapan KTK merupakan pengukran

jumlah total muatan negatif per unit berat bahan (Foth, 1994).

Kelas Kapasitas Kation (KTK) tanah (me/100 gr), sebagai berikut:

– Sangat rendah: <5

– Rendah: 5-16

– Sedang: 17-24

– Tinggi: 25-40

– Sangat tinggi: >40

(14)

Kejenuhan basa

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-katio

basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat

dalam kompleks jerapan tanah. julah maksimum kation yang dapat dijerap tanah

menunjukkan bearnya nilai kapasitas tukar kation (Mukhlis, dkk, 2011).

Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman.

Di samping itu, basa-basa ummnya mudah tercuci sehingga dengan kejenuhan

basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami

pencucian dan merupakan tanah yang subur (Damanik, dkk, 2011). Kelas Kejenuhan Basa (KB) tanah (%), sebagai berikut:

– Sangat rendah: <20

– Rendah: 20-35

– Sedang: 36-50

– Tinggi: 51-70

– Sangat tinggi: >70

(Mukhlis, 2007)

C-organik tanah

Komponen organik tanah adalah residu tumbuhan dan hewan di dalam

tanah pada berbagai tingkat dekomposisi. Komponen organik tanah dibedakan

atar organisme hidup (biomassa) dan organisme yang telah mati. Organisme yang

mati diklasikfikasikan atas bahan non humik dan humik. Bahan non humik

merupakan senyawa yang dibebaskan proses dekomposisi tanaman, seperti

(15)

berberat molekul rendah. Sedangkan bahan humik adalah bentukan alami,

biogenik, senyawa heterogen, tak terhumifikasi, bahannya tak teridentifikasi dan

berberat molekul cukup tinggi, amorfus sebagian aromatik (Mukhlis, dkk, 2011). Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak

besar hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar

sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga

terhadap pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki struktur tanah, sumber unsur

hara N, P, S, dan unsur mikro lainnya, meningkatkan KTK, sumber energi bagi

mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003).

Kelas C-Organik tanah (%), sebagai berikut:

– Sangat rendah: <1,00

– Rendah: 1,00-2,00

– Sedang: 2,01-3,00

– Tinggi: 3,01-5,00

– Sangat tinggi: >5,00

(Mukhlis, 2007)

Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang

tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya

(16)

Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang

beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka,

tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar

matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari

lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat

menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil

(Wibowo, 2007).

Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi,

yakni pada ketinggian antara 0 – 900 m di atas permukaan air laut. Tanaman

bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas

maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan

250 m di atas permukaan laut. Bawang merah yang ditanam di ketinggian

800 – 900 m di atas permukaan laut hasilnya kurang baik. Selain umur panennya

lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil. Curah hujan yang sesuai

untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun,

dengan intensitas sinar matahari penuh (Samadi dan Cahyono, 2005).

Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang

sampai liat, drainase / aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah

tidak masam (pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman

bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus

(Rahayu dan Berlian, 1999).

Adapun data karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman

(17)

Tabel 1. Karakteristik Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

(18)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Muara merupakan kecamatan yang terkecil di Kabupaten

Tapanuli Utara yaitu seluas 79,75 km2 atau 2,10 % dari luas lahan Kabupaten

Tapanuli Utara. Kecamatan Muara memiliki letak geografis yaitu

02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT. Berdasarkan informasi terakhir

kecamatan Muara memiliki total luas lahan panen bawang merah sebesar 56 ha

dengan produksi 366,80 ton dengan rata-rata produksi 65,50 Kw/ha (BPS, 2011).

Adapun peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar

Tabel Bawang Merah (

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN TERNAK KERBAU BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP..

Pelaksanaan Perkuliahaan Semester Genap TA 2014/2015 di Fakultas Teknik UNSRI Kampus lnderalaya yang berlangsung mulai tanggal 12 Januari 2015 Sampai Dengan 24

Peran guru dalam kegiatan berrnain dalarn tatanan sekolah atau kelas

menurut (Nevid, J. Penurunan fungsi intelektual dan ingatan. Gangguan dalam berbicara dan berbahasa. Disorientasi ruang, waktu, dan orang. Adanya gangguan motorik. Mengalami

Setelah didapat satu bagian yang merupakan wajah, proses selanjutnya adalah mengambil ( cropping ) wajah tersebut dari gambar input dengan ukuran yang sesuai dengan posisi wajah

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tersebut, maka optimasi parameter dengan metode Taguchi yang mempunyai multikriteria respon, dan dipadukan dengan metode

Keberadaan Undang-undang No: 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan memicu pertumbuhan perpustakaan yang sangat nyata di Indonesia. Analisis tentang Perpustakaan Umum di

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa implementasi kebijakan adalah melaksanakan undang-undang dalam bentuk program kerja yang lebih operasional oleh aktor/implementor