BAB II
KEDUDUKAN LEMBAGA ADAT SULANG SILIMA MARGA-MARGA PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KECAMATAN SIDIKALANG
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Kecamatan Sidikalang Dalam Angka
Kecamatan Sidikalang terletak diantara 2E-3E lintang utara dan 98E 98E30’
Bujur Timur dan terletak di ketinggian 700-1100 meter diatas permukaan laut dan
ketinggian kota Sidikalang sebagai ibukota Kecamatan Sidikalang dan sekaligus ibu
kota Kabupaten Dairi adalah 1.066m di atas permukaan laut.
Kecamatan Sidikalang memiliki luas wilayah : 70.67 km2 atau total 4,20%
dari total luas Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang memanjang dari arah utara ke
tenggara di mana sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang
dan hanya sebagaian kecil yang rata/datar.30
Kecamatan Sidikalang di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Siempat Nempu di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan di sebelah
barat berbatasan dengan Kecamatan Berampu dan di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Sitinjo/Sumbul.
Kecamatan Sidikalang terdiri dari 11 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Batang
Beruh, Kelurahan Kalang, Kelurahan Sidiangkat, Kelurahan Huta Rakyat, Kelurahan
Bintang, Kelurahan Belang Malum, Kelurahan Kuta Gambir, Kelurahan Bintang
▸ Baca selengkapnya: sulang sulang pahompu adat batak
(2)Marsada, Kelurahan Kalang Simbara, Kelurahan Bintang Hulu, Kelurahan Kota
Sidikalang.
Kecamatan Sidikalang memiliki jumlah penduduk 44.202 jiwa yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 22.120 jiwa dan perempuan sebanyak 22.082 jiwa.
Kepadatan penduduk adalah sebanyak 625 jiwa per km persegi yang tidak merata
pada setiap desa/kelurahan.31 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sidikalang
masih didominasi sektor pertanianyaitu sebesar 41,16%.
Dari total luas Kecamatan Sidikalang terdapat luas tanah sawah kurang lebih
563 hektar. Luas tanah kering 3.894 hektar dan luas untuk bangunan dan halaman
sekitarnya 1.725 hektar dan lainnya sekitar 930 hektar. Tanaman keras yang paling
banyak adalah kopi (kopi arabika) dan produksi buah-buahan terbesar adalah pisang.
Karakteristik sosial adat istiadat di Kecamatan Sidikalang dipengaruhi oleh
penduduk yang ada, seperti Suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, dan Suku lainnya
serta sifat masih dipengaruhi oleh suku-suku di atas, sehingga kegiatannya masih
sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku.
Masyarakat adat masih tersebar diberbagai daerah di Kecamatan Sidikalang
yang menempati hak ulayatnya/tanah marga masing-masing.
Sampai saat ini eksistensi/keberadaan tanah marga di Kecamatan Sidikalang
masih tetap terjaga. Marga-marga yang dianggap sebagai pemilik tanah marga di
Kecamatan Sidikalang adalah Marga Angkat, Ujung, dan Marga Bintang.
2. Profil Singkat Kelurahan Sidiangkat
Kelurahan Sidiangkat adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan
Sidikalang, luas wilayahnya 2000 hektar, dengan jumlah penduduk 5371 jiwa, dengan
jumlah laki-laki adalah 2005 jiwa, perempuan 2364 jiwa, dan jumlah kepala keluarga
adalah 940. Kelurahan Sidiangkat berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Batang Beruh, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak
Bharat, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Panji Dabutar, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Karing.32 Kelurahan Sidiangkat terbagi dalam delapan
lingkungan yang masing-masing lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan
(kepling), dan Kepala Lingkungan bertanggung jawab kepada Lurah sebagai kepala
Kelurahan Sidiangkat33
Kepala Lingkungan yang mengepalai lingkungan di Kelurahan Sidiangkat
adalah mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh Lurah dan mendapat
honorarium dari Pemerintah atas kerja dan tanggungjawab kerjanya dalam
lingkungan masing-masing kemudian kerja Kepala Lingkungan dimasing-masing
lingkungan dilaporkan kepada kecamatan melalui pertanggungjawaban Lurah sebagai
Kepala Lingkungan di Kelurahan Sidiangkat.34
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sidiangkat adalah
bertani, sebagian kecil ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara
Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), buruh tani.
32
Daftar Isian Monografi, Kelurahan Sidiankgat, 2008
33Hasil Wawancaradengan Masran Bako Lurah Kelurahan Sidiangkat Tanggal 14 Mei 2013
34
Di Kelurahan Sidiangat terdapat tanah sawah seluas 117 Hektar, lahan kering 330
Hektar, Kebun 196 Hektar, Kolam 22 Hektar. Tanaman unggulan Kelurahan
Sidiangkat adalah kopi, namun belakangan masyarakat Kelurahan Sidiangkat telah
banyak yang beralih ke tanaman jeruk, hal ini dilatarbelakangi adanya peningkatan
pendapatan masyarakat menanam jeruk daripada tanamana kopi, dan sebagian ada
yang menanam padi, menanam jagung, dan tanaman sayur mayur.
Kelurahan Sidiangkat telah melakukan beberapa Program Pemerintah yang
dituju untuk pembangunan masyarakat, seperti program P2KP (Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan) yaitu pengaspalan jalan, pembukaan jalan. Dan juga telah
melakukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yaitu pembuatan
sumur bor untuk masyarakat, pembuatan parit.35
Tingkat keberhasilan program Kelurahan Sidiangkat sangat baik, dan juga
fungsi Kepala Lingkungan sangat efektif dalam melakukan aktifitas-aktifitas
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Sidiangkat, seperti pelayanan
Kartu Tanda Penduduk (KTP), pelayanan Kartu Keluarga (KK), dan pelayanan
administrasi Lainnya.
Kelurahan Sidiangkat dihuni oleh beragam suku, seperti Suku Pakpak, Suku
Simalungun, Batak Toba, Suku Karo, Minang. Sosial kehidupan masyarakat
dipengaruhi oleh adat istiadat yang masih dipegang dan dijadikan sebagai sistim
kehidupan masyarakat setempat. Kehidupan masyarakat Kelurahan Sidiangkat yang
masih terikat dengan adat istiadat terlihat dari proses pewarisan, perkawinan,
pertanahan. Kehidupan masyarakat yang masih menghormati dan mempraktekkan
adat sudah terjadi dari zaman penjajahan dahulu dan sampai hari ini.
Pada Kelurahan Sidiangkat Marga Angkat adalah tuan tanah atau marga tanah
yang menguasai tanah-tanah yang terdapat pada Kelurahan Sidiangkat. Kelurahan
Sidiangkat masih mempunyai Tanah Marga (Angkat) yang belum dilakukan
penyerahan kepada perorangan maupun badan hukum (statusnya adalah tanah
marga). Tanah marga tersebut terdapat di Lingkunagan Lima Gunung Amal dan
mayoritas penduduknya adalah Marga Angkat atau Keturunan Marga Angkat.
3. Profil Singkat Kelurahan Batang Beruh
Kelurahan Batang Beruh adalah salah satu dari 11 kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Sidikalang. Luas wilayah kelurahan Batang Beruh adalah 648 Ha/M2
yang berbatasan dengan sebelah utara dengan Desa Kalang Simbara, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Belang Malum, sebelah timur berbatasan dengan Sitinjo,
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sidikalang.36
Luas tanah sawah di Kelurahan Batang Beruh sebanyak 14 Hektar, luas tanah
kering sebanyak 480 Hektar, dan selebihnya masuk kategori tanah hutan dan lain
sebagainya.
Kelurahan Batang Beruh terletak pada pada ketinggian 700-1100 meter di atas
permukaan laut dan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 180C-240C.
Jumlah penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah sebanyak 9.111 jiwa dengan
jumlah penduduk laki sebanyak 4577 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebanyak
4.534 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah sebanyak 1.874.37
Kelurahan Batang Beruh terbagi menjadi 11 lingkungan, dan masing-masing
lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan yang diangkat dan diberhentikan oleh
Lurah dan bertanggungjawab atas kerjanya masing dilingkungannya
masing-masing sekaligus mendapat honorarium dari Lurah. Sebelum tahun 2012 Kelurahan
Batang Beruh hanya terdiri dari delapan lingkungan, namun atas beberapa
pertimbangan baik menyangkut jumlah kepadatan penduduk dan untuk memudahkan
urusan administrasi di wilayah Kelurahan Batang Beruh, maka Lurah Batang Beruh
memecah lingkungan di wilayah Kelurahan Batang Beruh menjadi dua belas
lingkungan.38
Mata pencaharian penduduk adalah bertani (1450 orang), Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 1462 orang, Buruh Tani sebanyak 275 orang, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebanyak 104 orang, pensiunan PNS/TNI/Polri sebanyak 377 orang,
pengusaha kecil dan menengah sebanysk 1066 orang.39
Agama yang dipeluk oleh masyarakat Kelurahan Batang Beruh mayoritas
adalah memeluk agama Kristen sebanyak 6319 orang, pemeluk agama Islam
sebanyak 1961 orang, pemeluk agama Katholik sebanyak 565 orang, pemeluk agama
37Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009
38Hasil Wawancara Dengan Terang Dewi S Ujung Lurah Kelurahan Batang Beruh Tanggal 15 Mei 2013
Hindu sebanyak 5 orang dan pemeluk agama Buddha sebanyak 9 orang. Semua
penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah Warga Negara Indonesia (WNI).40
Jarak tempuh Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kecamatan adalah 3
km dan jarah Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kabupaten adalah 2,5 km, dan
ini juga menjadi penyebab banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) memilih untuk
bertempat tinggal dan berdomisili di wilayah Kelurahan Batang Beruh.
Dan letak wilayak Kelurahan Batang Beruh yang strategis, yang menjadi lintasan
antar wilayah kelurahan serta menjadi lintasan jalan Provinsi baik menuju Kotamadya
Medan dan jalan menuju Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam membuat Kelurahan
Batang Beruh berkembang cukup pesat.
Pendidikan pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh sangat baik, dan tidak
ada buta huruf ataupun buta aksara pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh,
masyarakat Batang Beruh seluruhnya bisa membaca dan menulis. Tingkat pendidikan
pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh yang tingkat pendidikannya lulusan
Pascasarjana (S2) adalah sebanyak 46 orang, lulus Sarjana (S1) sebanyak 251 orang,
lulus D3/sederajat sebanyak 553 orang, lulus D2/sederajat sebanyak 540 arang, lulus
D1/sederajat sebanyak 245 orang, lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak
2381 orang, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1700 orang.41
40Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009
Penduduk Kelurahan Batang Beruh terdiri dari beberapa etnis yaitu Etnis
Pakpak, Etnis Karo, Etnis Batak Toba, Etnis Simalungun, Etnis Mandailing, Etnis
Jawa, Etnis Minang dan hidup secara rukun. Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan
Batang Beruh masih terikat dengan adat istiadat yang diakui dan dihormati oleh
masyarakat Kelurahan Batang Beruh. Etnis Pakpak diakui sebagai etnis asli yang
memiliki tanah marga di wilayah Kelurahan Batang Beruh.
B. Tentang Lembaga Adat Sulang Silima
Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda.
Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah otonom, tetapi kehadiran
sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan
adanya pengakuan terhadap Raja-Raja Adat. Pemerintahan pada masa itu
dikendalikan oleh Raja Ekuten/Takal Aur/Kampong/Suak dan Pertaki sebagai
Raja-Raja Adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan.
Adapun struktur pemerintahan pada masa itu adalah sebagai berikut :
1. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah (Suak) atau yang terdiri dari
beberapa suku/kuta/kampong Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang
merupakan Kepala Negeri.
2. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampong, setingkat di bawah Raja Ekuten,
3. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap Kuta (kampong), yang
terdiri dari :1)Perisang-Isang; 2)Perekur-Ekur; 3)Pertulah Tengah; 4)Perpunca
Menurut literatur sejarah bahwa wilayah Dairi sangat luas dan pernah jaya di
masa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi di atas, maka wilayah Dairi dibagi atas
lima wilayah (Suak/Aur) yaitu ;
1. Suak/Aur Simsim, meliputi wilayah : Salak, Kerajaaan, Siempat Rube, Sitellu
Tali Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu dan Manik.
2. Suak/Aur Pegagan dan Kampong Karo, meliputi wilayah : Silalahi, Paropo,
Pegagan Jehe dan Tanah Pinem.
3. Suak/Aur Keppas, meliputi wilayah : Sitellu Nempu, Silima Pungga-Pungga,
Lae Luhung dan Parbuluan.
4. Suak/Aur Boang, meliputi wilayah : Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat
Kajang, Belenggen, Gelombang Runding dan Singkil (saat ini wilayah Aceh)
5. Suak/Aur Kelasen, meliputi wilayah : Sienem Koden, Manduamas dan
Barus.42
Dulunya Kepala Adat pada masyarakat Pakpak disebut dengan Pertaki atau
Kappung (kepala kampung) yang menjadi pimpinan dan penanggung jawab dari
suatu Lebbuh atau Kuta dengan Sulang Silima sebagai pelaksana tugasnya, oleh
Karena perkembangan zaman dan perkembangan daerah istilah Pertaki ini
perlahan-lahan menghilang keberadaannya dan Sulang Silima yang dianggap sebagai ketua
adatnya. Lamban laun Sulang Silima yang tadinya terdiri dari lima unsur yaitu :
Perisang-Isang (anak paling besar), Perekur-Ekur (anak paling bungsu), Pertulang
Tengah (anak tengah), Perpunca Ndiadep (anak perempuan), Perbetekken (teman
semarga) juga mengalami perubahan, Sulang Silima yang ada dan yang sekarang
hanya beranggotan dari marga-marga Pakpak yang ada.
Pada sekarang ini istilah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) sudah tidak
dipergunakan lagi tetapi sudah diganti menjadi kepala desa seuai dengan Pengaturan
Pemerintah dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,
dulunya dialah yang berkauasa penuh dalam pelaksanaan hukum adat terutama
masalah pertanahan setelah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) tidak lagi
digunakan yang berpengaruh saat ini adalah Sulang Silima.
Sulang Silima yang menjadi penentu dan pembuat keputusan dan sumber dari
segala sumber hukum adat Pakpak yang berkaitan dengan hukum pertanahan, hukum
perkawinan, hukum pewarisan dan juga mengatur tentang kekerabatan pada
masyarakat Pakpak, dimana dalam pelaksanaannya di luar dari kelima unsur yang ada
dalam Sulang Silima diangkatlah satu orang dengan marga yang sama kepala adat,
fungsi kepala adat di sini hanyalah sebagai perantara masyarakat dengan kelima unsur
Sulang Silima, kepala adat di sini tidak berhak untuk mengambil keputusan dalam
pelaksanaan adat, kepala adat ini hanya berfungsi dengan baik pada saat acara-acara
adat saja, sedang Sulang Silima sama dengan peranan Pertaki atau Kappung (kepala
kampung). Kelima unsur yang terdapat dalam Sulang Silima bukan satu ketetapan
yang mana isi dari kelima unsur masih merupakan satu keluarga dari satu garis
keturunan.
Sulang Silima sekarang yang dikenal di Sidikalang dan masih diakui
dipilih sendiri oleh para marganya.walaupun Sulang Silima ini menjadi satu kesatuan,
tetapi dalam pembentukannya juga masih berdasarkan keturan keluarga satu
empungnya (kakek).
Umumnya peranan Sulang Silima pada saat ini terlihat dalam upaya untuk
melestarikan amanah atau warisan tanah marganya. Dalam pelaksanaannya bila ada
perbuatan-perbuatan hukum serta permasalahan mengenai tanah marga, maka
penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima sebagai lembaga adat tertinggi
suku Pakpak pada masa sekarang ini.
1. Keberadaan Sulang Silima Marga Angkat
Sulang Silima Marga Angkat adalah organisasi yang kita kenal pada
umumnya ditengah-tengah masyarakat yang terdiri dari ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, beberapa divisi/departemen, serta anggota. Seluruh anggota
dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari marga tanah,
berru, berre, kula-kula marga angkat itu sendiri
Struktur organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang menaungi lima Lembaga
Adat Sulang Silima Marga Angkat masing-masing Lebbuh/Kuta (kampung). Kelima
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut menjadi sub bagian dari
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang saat ini dipimpin oleh DR
(HC) Abdul Angkat. Kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut
adalah Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang, Lembaga Adat
Simbara, Lembaga Adat Sulang Silima Batu Kapur, Lembaga Adat Sulang Silima
Batun Kerbo. Lembaga Adat Sulang Silima di masing-masing Lebbuh/Kuta tersebut
mandiri sesuai dengan status tanah marganya di Lebbuh masing-masing.
Kepengurusan dan keanggotaannya mandiri di Lebbuh masing-masing. Dan hal ini
disesuaikan dengan dimana Lebbuh masing-masing mempunyai
kompetensi/kewenangan dengan tanah marganya masing. Dan
masing-masing Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat mempunyai garis koordinasi
dengan Lembaga Adat Sulang Silima Angkat besar. baik itu yang berkaitan dengan
peradatan marga maupun pertanahan.
Gambar 6
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar juga mempunyai struktur
pengurusnya yang dipilih melalui musyawarah besar yang diikuti oleh seluruh
anggota sub bagian kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut. Dan
biasanya musyawarah besar yang dilakukan oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga
Angkat tersebut disertai dengan pesta.43 Pemilihan pengurus Lembaga Adat Sulang
Silima Besar Marga Angkat tersebut dilakukan secara musyawarah untuk mufakat,
dimana masing-masing tokoh di Lebbuh masing-masing dalam musyawarah tersebut
dipilih untuk mewakili masing-masing Lebbuh untuk kemudian dilakukan pemilihan
pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat. Dan setelah terpilihnya
pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat tersebut siapa-siapa
yang menjadi pengurus akan dilantik dan dikukuhkan menjadi pengurus Lembaga
Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat secara simbolik.44
Di Kelurahan Sidiangkat yang menjadi pemangku tanah marga adalah
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang. Kantor Lembaga Adat
Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang saat ini berada di jalan
Sidiangkat/Runding No 43, Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten
Dairi.
Dalam anggaran dasarnya lembaga adat ini bernama Lembaga Adat Sulang
Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang kemudian disingkat LASSLAKP. Lembaga adat
43Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013
44
ini berdiri pada tanggal 14 November 2009 sampai dengan waktu yang tidak
ditentukan. Dan lembaga adat ini bersifat Perlebbuh (Horong)
Fungsi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang adalah :
1. Sebagai wadah dan pemersatu dan ruang adat Sulang Silima Lebbuh Angkat
Kuta Padang yang berada di Lebbuh Kuta Padang atau Simendedah Lebbuh
Kuta Padang.
2. Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan budaya Pakpak dan
menjaga harta yang diwasiatkan nenek moyang kami Marga Angkat.
3. Sebagai ruang dinamika dan ekspresi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh
Angkat Kuta Padang untuk menyalurkan pemikiran dan penalaran yang
diwariskan nenek moyang Marga Angkat.
4. Meningkatkan peran serta dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia
(SDM).
Tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah :
1. Memajukan anggota, menyaurkan aspirasi anggota, merealisasikan visi dan
misi anggota serta menjalin hubungan dengan pihak lain Lembaga Adat
Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang secara independen.
2. Terbentuknya Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang
sebagai unsur yang peduli memiliki dan menjaga wilayah yang diwariskan
menjaga wasiat adat Pakpak yang diwariskan nenek moyang kami Marga
Angkat45.
Kedaulatan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang berada
ditangan anggota dan dilaksanakan seperlunya oleh musyawarah anggota dan
pengurus. Dan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah
yang bersifat kekeluargaan dan kesukuan dan tidak merupakan bagian dari politik.
Yang diterima menjadi anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat
Kuta Padang adalah mereka yang menerima tujuan serta bersedia menjalankan
peraturan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang yang
anggotanya terdiri dari pemegang hak wilayah (Marga Angkat Kuta Padang), Berrru
Angkat Kuta Padang, Kula-Kula Angkat Kuta Padang, Bebere Angkat Kuta Padang.
Keanggotaan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta adang terdiri
atas :
1. Anggota adalah pemegang hak wilayat Lebbuh Angkat Kuta Padang (Marga
Angkat Lebbuh Kuta Padang) Berru, Kula-Kula, Beberena se Lebbuh Kuta
Padang.
2. Anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang untuk
sementara dipegang yang berdomisili di Sidiangkat, Kuta Padang sekitarnya
bukan menghilangkan hak Sebeltek Neru yang ada diperantoan.
Hak anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang
adalah sebagai berikut :
1. Anggota bisa memilih, hak dipilih dan memilih.
2. Anggota bisa memilih hak bicara dan berpendapat.
3. Anggota adalah memiliki usulan untuk dijadikan pertimbangan untuk
kemajuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
Kewajiban anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta
Padang adalah sebagai berikut46:
1. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Lembaga Adat Sulang Silima
Lebbuh Angkat Kuta Padang.
2. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Suku Pakpak dan adat istiadat
yang berlaku dan menjaga harta yang di Dedah Lebbuh Kuta Padang.
3. Mentaati anggatan dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan-peraturan
lain yang berlaku dan tidak bertentangan dengan anggran dasar dan anggaran
rumah tangga.
4. Mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang menyangkut Lembaga Adat
Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
Keanggotaan hapus apabila :
1. Mengundurkan diri atas permintaan pribadi disertai dengan alasan yang
rasional yang dapat diterima.
46
2. Memberhentikan dengan tidak hormat karena mencemarkan nama baik
Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan.
Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah
satu-satunya lembaga yang menghimpun Sulang Silima Pakpak yang berada di Lebbuh
Angkat Kuta Padang, lembaga ini terdiri dari pengurus, yang merupakan pengurus
adalah ketua, sekretaris, dan bendahara, pengurus adalah atas pilihan anggota
Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
Ketua memiliki kewajiban dan wewenang :
1. Menjaga kesinambungan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta
Padang.
2. Mengangkat dan menetapkan peraturan yang ada di dalam tubuh Lembaga
Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
Pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Lebbuh Angkat Kuta Padang
berkewajiban dan berwenang :
1. Melaksankana amanat musyawarah besar Lebbuh Angkat Kuta Padang
(mubes Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang).
2. Mengambil kebijakan yang dianggap perlu demi kepentingan lembaga
tersebut.
3. Membentuk dan mengangkat kepanitiaan kegiatan Lembaga Adat Sulang
Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan wilayah yang di Dedah (yang
4. Melakukan konsulatasi dan meminta pendapat kepada orang yang dianggap
kompeten untuk memajukan lembaga adat tersebut diatas jadi besar Lembaga
Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
5. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepengurus dalam musyawarah
besar Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
6. Melakukan resafel kepengurusan dalam waktu tertentu apabila diperlukan.
Dalam permusyawaratannya, Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat
Kuta Padang mengaturnya sebagai berikut :
1. Musyawarah anggota dan pengurus merupakan keputusan tertinggi Lembaga
Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
2. Musyawarah anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta
Padang diadakan dalam masa satu periode berlangsung sekali dalam 5 (lima)
tahun.
3. Musyawarah anggota memiliki kewenangan yang sama dengan musyawarah
besar anggota.
4. Musyawarah anggota dilaksanakan apabila terjadi penyimpangan terhadap
konstitusi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
5. Musyawarah anggota dapat dilaksanakan apabila disepakati oleh 2/3 (dua
pertiga) pengurus.
Tugas dan wewenang musyawarah besar anggota lembaga adat sulang silima
1. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus Lembaga
Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.
2. Menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
lembaga tersebut.
3. Menetapkan dan merekomendasikan Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah
Tangga (ART), serta garis-garis besar haluan Lembaga Adat Sulang Silima
Lebbuh Angkat Kuta Padang.
4. Memilih dan menetapkan struktur kepengurusan.
Dalam forum pengambilan keputusan musyawarah besar anggota Lembaga
Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila di hadiri
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta. Dan pengambilan
keputusannya adalah47:
1. Ketetapan musyawarah besar anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh
Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah peserta yang hadir.
2. Dalam pemilihan penentuan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dan jumlah yang hadir.
Susunan pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta
Padang, hasil rapat pembentukan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta
47
Padang, pada hari ini sabtu, 14 november 2009 jam 16.00 waktu Indonesia barat
bertempat dirumah saudara Saleh Angkat di hadiri :
Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang beserta Anak Berru, Bebere beranggotakan 26
orang dan turut semua membubuhkan tandatangan di bawah daftar hadir di notulen
rapat dan panitia rapat pemilihan ketua, sekretaris, bendahara, penasehat dan
seksi-seksi sebagai berikut :
I. Penasehat :
1. Johanis Angkat
2. Toko Angkat
3. Timbul Angkat
4. Luan Angkat
5. Sarif Angkat
6. Umar Angkat
7. Nakno Angkat
8. Jidul Silalahi
9. Midun Limbong
10. Julkifli Limbong
11. Nurdin Tinendung
II. Ketua Umum : Hermanto Angkat
Wakil ketua : M.P. Angkat
Wakil ketua : Abdi Angkat
Wakil ketua : Darwin Angkat
Sekretaris Umum : Amir Berutu
Wakil sekretaris : Toni Sitanggang
Wakil sekretaris : Anto Limbong
Wakil sekretaris : Hendri Tinendung
Wakil sekretaris : Hotni Sinamo
Bendahara Umum : Jasidah Angkat
Wakil bendahara : Jamulia Angkat
Wakil bendahara : Mukmin Limbong
a. Seksi humas
Ketua : Halim Limbong
Anggota : - Bangsa Berutu
- Budi Sagala
- Amring Ratulangi
- Jong Padang
- Hasian Sitanggang
b. Seksi Bidang Peradatan
Ketua : Jasidah Angkat
Anggota : - Karim Angkat
- Sabar Lembeng
- Saleh Angkat
- Amir Berutu
- Makmin Limbong
c. Seksi Bidang Pertahanan
Ketua : Karim Angkat
Anggota : - Saleh Angkat
- Sehat Angkat
- Nakno Angkat
- Julkifli Angkat
- Amir Berutu
- Makmin Limbong
d. Nama-nama anggota yang menghadiri rapat pada hari sabtu tanggal 14
November 2009 :
1. Julkifli Limbong
2. Amir Berutu
3. Karim Angkat
4. Saleh Angkat
5. Abdi Angkat
6. Ameng Ratulangi
7. Jasidah Angkat
8. Bangsa Berutu
9. Dahlan Limbong
10. Budi Sagala
12. Antoni Sitanggang
13. Makmin Limbong
14. Darwin Angkat
15. Hermanto Angkat
16. M.P. Angkat
17. Bangun Berutu
18. Hendra Saputra
19. Jamulia Angkat
20. Hasian Sitanggang
21. Midun Limbong
22. Donni Angkat
23. Hidayat Caniago
24. Hendri Limbong
25. Sabar Limbong
26. Iwan Solin
27. Asbir Limbong
28. Jonni Situmeang
29. Mahidin Padang
30. Dani Pasi
2. Keberadaan Sulang Silima Marga Ujung
Dalam akta pendiriannya, Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung
menjelaskan dengan singkat bahwa mukadimah sesungguhnya Lembaga Adat Sulang
kebudayaan dan penyelenggaraan adat istiadat Pakpak dalam keluarga Marga Ujung.
Sejak adanya Marga Ujung sejajar dengan keberadaaan-keberadaan marga-marga
Pakpak Silima Suak ditanah Pakpak dahulu kala48.
Didorong oleh kewajiban dan tanggung jawab bersama secara turun temurun
maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan ini Marga Ujung
membenahi kembali Sulang Silima Marga Ujung, guna berfungsi dan bermanfaat
dalam melestarikan dan mengembangkan adat budaya Pakpak, khusunya dalam
lingkungan keluarga besar keturunan Marga Ujung.
Organisasi ini disebut bernama Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung,
yang di singkat dengan LSMU, yang berlaku dan berjalan sejak tanggal 18 (delapan
belas) November 1994 (seribu Sembilan ratus Sembilan puluh empat). Masa
keberadaan organisasi ini adalah selama masih ada keturunan Marga Ujung dan tidak
dapat dibubarkan oleh pihak manapun. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung
bertempat di atas tanah marga ujung sebagai bagian dari suku, yaitu Terianken
Tanohna, Terkataken Katana, Teradatkan Adatna dan Terpalu Gruk-Grukna.
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berazaskan Pancasila, UUD 1945
dan berdasarkan adat budaya Pakpak. sifat dari organisasi ini adalah sebagai
pengayom dan berfungsi sebagai puncak tertinggi kuasa kerajaan adat budaya di
hidup dan kesejahteraan keturunan marga ujung ditanah leluhurnya sebagai suatu
kesatuan yang utuh dari keluarga besar Marga Ujung49.
48Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 18 Mei 2013
49
Gambar 7
Kantor Lembaga Adat ulang Silima Marga Ujung
Dalam akta pendiriannya tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung
adalah sebagai berikut :
1. Memelihara dan melestarikan adat kebudayaan Marga Ujung baik moril
maupun materil dan ikut serta melaksanakan pembangunan.
2. Memelihara serta melindungi hak-hak pusaka, warisan adat dan benda-benda
budaya milik pusaka Marga Ujung.
Anggota Sulang Silima Marga Ujung adalah seluruh keturunan Marga Ujung
Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah sebagai
berikut :
1. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung terdiri dari :
penasehat dan pengurus harian
2. Penasehat terdiri dari Pengetua-Pengetua, Tokoh-Tokoh Adat dan
cendekiawan Marga Ujung yang jumlahnya ditentukan menurut kebutuhan
3. Pengurus harian terdiri dari : ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi
4. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dipilih dalam
musyawarah besar oleh anggota pleno (mewakili kuta-kuta) untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun
Dalam akta pendiran Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menjelaskan
bahwa penasehat bertugas memberikan petunjuk-petunjuk, saran-saran serta
pertimbangan kepada pengurus harian untuk memajukan organisasi dan bertanggung
jawab kepada anggota pleno. Pengurus harian bertugas menyelenggarakan roda
organisasi Sulang Silima Marga Ujung dan bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.
Keuangan organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai
lembaga adat budaya berusaha untuk meningkatkan keuangan organisasi ini dengan
cara memperoleh dana dari dermawan Marga Ujung dan Berruna serta usaha lainnya
yang sah untuk keperluan kegiatan organisasi.
Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berusaha meningkatkan
kesejahteraan anggotanya dengan mendirikan unit-unit yang bersifat ekonomi, sosial,
bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Lembaga Adat
Sulang Silima Marga Ujung dan ketentuan Pemerintah50.
Peninjauan anggaran dasar Sulang Silima Marga Ujung dilakukan 1 (satu) kali
dalam lima tahun dengan masa bakti kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima
Marga Ujung.
Adapun kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah
sebagai berikut51:
A. Penasehat
1. Dengga Ujung
2. Mangasi Ujung
3. Henni Ujung
4. Asal Mulana Ujung
5. Gomok Ujung
6. Baringin Ujung
7. Raya Ujung
8. Raja Ulasi Ujung
9. Let Awaldin Ujung
10. Jamel Ujung
11. S. Ujung
50Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 17 Mei 2013
12. Jongguk Ujung
13. Drs. R. Kuson Ujung
14. Drs. Victor Ujung
15. Drs. Edward Karel Ujung
16. R. Sungkunen Ujung, SH
17. Nempu Ujung
18. Anthony Ujung
19. Hasan Ujung
20. Mahyuddin Ujung
21. Kula-Kula Marga Saran
B. Pengurus Harian :
Ketua umum : Malum Ujung
Ketua I : Zainuddin Ujung
Ketua II : Umar Ujung
Ketua III : R. Yakin Ujung
Ketua IV : Abdul Ujung
Ketua V : Saini Ujung
Sekretaris Umum : Takdir Ujung
Sekretaris I : April Ujung
Sekretaris II : Hasiholan Ujung
Sekretaris III : Bungaran Ujung
Bendahara I : Aprillen Ujung
Bendahara II : Saharani Ujung
C. Seksi-Seksi
I. Seksi Peradatan : 1. Herbin Ujung
2. Hasiholan Ujung
3. Jamnes Ujung
4. Syarifuddin Ujung
5. Berru Marga Dabutar
II. Seksi Pertanohen: 1. Burhan Ujung
2. Rahmad Ujung
3. Hasanuddin Ujung
4. Bhari Ujung
5. Nalangi Ujung
III.Seksi Pendidikan: 1. Drs.Sudung Ujung
Dan kebudayaan 2. Takdir Ujung
3. Junior Ujung
4. Jadongan Ujung
5. Syamsul Ujung
6.Sobar Ujung
IV.Seksi Kesejahteraan: 1. Sahala Ujung
Dan sosial 2. Victor Ujung
4. Alam Ujung
5. Kaman Ujung
6. Mahrim Ujung
7. Potan Ujung
3. Hukum Adat Tanah Suku Pakpak
Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau
menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga
tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga
sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut :
a. Tanah tidak diusahai, yaitu “ Tanah Karangan Longo-Longoan” (hutan dan tidak
pernah dikunjungi orang), “Tanah Kayu Ntua” (tanah yang luas penuh dengan
pohon-pohon tua yang besar), “Tanah Talin Tua” (tanah pekuburan untuk
selama-lamanya), “Tanah Balik Batang” (tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi)
dan “Rambah Keddep” (lapangan luas yang subur tempat kerbau dan kuda
makan).
b. Tanah yang diusahai yaitu “Tahuma Pargadongen” (ladang ubi),
“Perkemenjemen) (ladang kemenyan), dan “Bangus” (tanah luas dan banyak
terdapat tanaman-tanmana tua).
c. Tanah Perpulungen yaitu Embal-Embal (warisan) Jampalan (tanah yang subur
d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri
dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen
Balillon (dapat diperladangi)
e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagi perkuburan.
f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah
yang dijaga oleh Permangmang (orang yang sangat dihormati) dan tidak boleh
diganggu.
Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat
Pakpak, kecuali tanah Rading Berru (tanah yang diberikan kepada anak
perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus
dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah Rading Berru.
Tetapi dalam hal perkembangan sidikalang yang berkembang dengan pesat
serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseran/pengalihan tanah
yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara
adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya
Sulang Silima sebagai Kepala Adat.
4. Kondisi Sulang Silima Marga Suku Pakpak
Eksistensi atau keberadaan Sulang Silima Marga Pada Suku Pakpak adalah
salah satu lembaga adat yang mempunyai peranan penting di tengah- tengah
masyarakat Suku Pakpak, diakui dan di hormati sebagai lembaga adat.
Secara de facto dan de jure peranan Lembaga Adat Sulang Silima Marga
zaman kemerdekaan sekarang. Ini menandakan bahwa adat merupakan salah satu
peninggalan nenek moyang bangsa yang belum punah atau hilang sesuai dengan
perekembangan zaman. Dan hal ini selaras berjalan beriringan dengan semangat yang
di cita-citakan UUPA bahwasanya hukum tanah adat nasional hendaknya berdasarkan
hukum adat Bangsa Indonesia.
Hal ini tentunya merupakan bagian dari identitas dan entitas Bangsa Indonesia
yang perlu dilestarikan sebagai salah satu ciri bangsa dalam menghadapi
perkembangan zaman. Dan dimungkinkan pula penyesuaian oleh Lembaga Adat
Sulang Silima Marga terhadap perkembangan zaman.
Hal ini memang telah dilakukan Lembaga Adat Sulang Silima Marga, yang
mana pada awalnya struktur Pemerintahan saat itu dipegang oleh Takal Aur untuk
satu wilayah (Kabupaten) dan Pertaki sebagai kepala kappung dan dibantu oleh
Sulang Silima Marga dimasing-masing Lebbuh/Kuta. Oleh karena penyesuaian dan
perkembangan zaman maka istilah Takal Aur dan Pertaki hilang, dan saat ini yang
dikenal pada masyarakat Pakpak adalah Sulang Silima Marga yang mempunyai
peranan di bidang pertanahan, warisan, perkawinan pada masyarakat Pakpak.
Dahulu hukum adat yang sifatnya lisan disatu sisi dan perkembangan zaman
sekarang mendorong masyarakat untuk melakukan perbuatan hukum tertentu secara
tertulis akhirnya membuat peranan Sulang Silima beradaptasi dengan
perubahan-perubahan di tengah-tengah masyarkat, hal ini tentunya berkaitan langsung dengan
administrasi pertanahan, sumber daya manusia, dan pengelolaan Sulang Sulima yang
Fakta dilapangan memang menunjukkan adanya kekurangan sumber daya
manusia dalam hal administrasi pertanahan pada masyarakat Pakpak Sidikalang,
sehingga kadang kala menimbulkan salah paham dan carut marut di tengah-tengah
masyarakat. Peningkatan sumber daya manusia khususnya kepada tokoh-tokoh adat
dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga pada masyarakat Pakpak untuk
meningkatkan pemahaman tentang pertanahan dan pengelolaan lembaga dengan arif
dan bijaksana demi kepentingan masyarakat banyak. Dan bila dimungkinkan hal ini
bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui biro hukum atau lembaga yang kompeten
untuk memberikan pemahaman melalui pelatihan dan pemahaman tentang pertanahan
di Sidikalang (adat/tanah marga) kepada masyarakat umum khususnya kepada
Penetua Adat serta pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak.
Hal ini didasarkan pada bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga adalah
lembaga yang menerbitkan alas hak tanah yang mana status tanah tersebut dari tanah
marga. Kemudian setetelah dikeluarkannya tanah tersebut dari tanah marga melalui
alas hak tanah tersebut untuk dilakukan proses sertipikasi surat tanah untuk dimiliki
masyarakat ataupun pemerintah. Dengan adanya mekanisme tersebut maka
dibutuhkan kemampuan administrasi sehingga dengan adanya tertib administrasi
diharapkan mampu meminimalisir persoalan pertanahan baik berupa persoalan