• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Di Bidang Pertanahan Pada Masyarakat Pakpak Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Di Bidang Pertanahan Pada Masyarakat Pakpak Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEDUDUKAN LEMBAGA ADAT SULANG SILIMA MARGA-MARGA PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KECAMATAN SIDIKALANG

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Kecamatan Sidikalang Dalam Angka

Kecamatan Sidikalang terletak diantara 2E-3E lintang utara dan 98E 98E30’

Bujur Timur dan terletak di ketinggian 700-1100 meter diatas permukaan laut dan

ketinggian kota Sidikalang sebagai ibukota Kecamatan Sidikalang dan sekaligus ibu

kota Kabupaten Dairi adalah 1.066m di atas permukaan laut.

Kecamatan Sidikalang memiliki luas wilayah : 70.67 km2 atau total 4,20%

dari total luas Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang memanjang dari arah utara ke

tenggara di mana sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang

dan hanya sebagaian kecil yang rata/datar.30

Kecamatan Sidikalang di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Siempat Nempu di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan di sebelah

barat berbatasan dengan Kecamatan Berampu dan di sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Sitinjo/Sumbul.

Kecamatan Sidikalang terdiri dari 11 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Batang

Beruh, Kelurahan Kalang, Kelurahan Sidiangkat, Kelurahan Huta Rakyat, Kelurahan

Bintang, Kelurahan Belang Malum, Kelurahan Kuta Gambir, Kelurahan Bintang

▸ Baca selengkapnya: sulang sulang pahompu adat batak

(2)

Marsada, Kelurahan Kalang Simbara, Kelurahan Bintang Hulu, Kelurahan Kota

Sidikalang.

Kecamatan Sidikalang memiliki jumlah penduduk 44.202 jiwa yang terdiri

dari laki-laki sebanyak 22.120 jiwa dan perempuan sebanyak 22.082 jiwa.

Kepadatan penduduk adalah sebanyak 625 jiwa per km persegi yang tidak merata

pada setiap desa/kelurahan.31 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sidikalang

masih didominasi sektor pertanianyaitu sebesar 41,16%.

Dari total luas Kecamatan Sidikalang terdapat luas tanah sawah kurang lebih

563 hektar. Luas tanah kering 3.894 hektar dan luas untuk bangunan dan halaman

sekitarnya 1.725 hektar dan lainnya sekitar 930 hektar. Tanaman keras yang paling

banyak adalah kopi (kopi arabika) dan produksi buah-buahan terbesar adalah pisang.

Karakteristik sosial adat istiadat di Kecamatan Sidikalang dipengaruhi oleh

penduduk yang ada, seperti Suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo, dan Suku lainnya

serta sifat masih dipengaruhi oleh suku-suku di atas, sehingga kegiatannya masih

sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku.

Masyarakat adat masih tersebar diberbagai daerah di Kecamatan Sidikalang

yang menempati hak ulayatnya/tanah marga masing-masing.

Sampai saat ini eksistensi/keberadaan tanah marga di Kecamatan Sidikalang

masih tetap terjaga. Marga-marga yang dianggap sebagai pemilik tanah marga di

Kecamatan Sidikalang adalah Marga Angkat, Ujung, dan Marga Bintang.

(3)

2. Profil Singkat Kelurahan Sidiangkat

Kelurahan Sidiangkat adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan

Sidikalang, luas wilayahnya 2000 hektar, dengan jumlah penduduk 5371 jiwa, dengan

jumlah laki-laki adalah 2005 jiwa, perempuan 2364 jiwa, dan jumlah kepala keluarga

adalah 940. Kelurahan Sidiangkat berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan

Kelurahan Batang Beruh, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak

Bharat, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Panji Dabutar, sebelah barat

berbatasan dengan Desa Karing.32 Kelurahan Sidiangkat terbagi dalam delapan

lingkungan yang masing-masing lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan

(kepling), dan Kepala Lingkungan bertanggung jawab kepada Lurah sebagai kepala

Kelurahan Sidiangkat33

Kepala Lingkungan yang mengepalai lingkungan di Kelurahan Sidiangkat

adalah mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh Lurah dan mendapat

honorarium dari Pemerintah atas kerja dan tanggungjawab kerjanya dalam

lingkungan masing-masing kemudian kerja Kepala Lingkungan dimasing-masing

lingkungan dilaporkan kepada kecamatan melalui pertanggungjawaban Lurah sebagai

Kepala Lingkungan di Kelurahan Sidiangkat.34

Pada umumnya mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sidiangkat adalah

bertani, sebagian kecil ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara

Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), buruh tani.

32

Daftar Isian Monografi, Kelurahan Sidiankgat, 2008

33Hasil Wawancaradengan Masran Bako Lurah Kelurahan Sidiangkat Tanggal 14 Mei 2013

34

(4)

Di Kelurahan Sidiangat terdapat tanah sawah seluas 117 Hektar, lahan kering 330

Hektar, Kebun 196 Hektar, Kolam 22 Hektar. Tanaman unggulan Kelurahan

Sidiangkat adalah kopi, namun belakangan masyarakat Kelurahan Sidiangkat telah

banyak yang beralih ke tanaman jeruk, hal ini dilatarbelakangi adanya peningkatan

pendapatan masyarakat menanam jeruk daripada tanamana kopi, dan sebagian ada

yang menanam padi, menanam jagung, dan tanaman sayur mayur.

Kelurahan Sidiangkat telah melakukan beberapa Program Pemerintah yang

dituju untuk pembangunan masyarakat, seperti program P2KP (Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan) yaitu pengaspalan jalan, pembukaan jalan. Dan juga telah

melakukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yaitu pembuatan

sumur bor untuk masyarakat, pembuatan parit.35

Tingkat keberhasilan program Kelurahan Sidiangkat sangat baik, dan juga

fungsi Kepala Lingkungan sangat efektif dalam melakukan aktifitas-aktifitas

pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Sidiangkat, seperti pelayanan

Kartu Tanda Penduduk (KTP), pelayanan Kartu Keluarga (KK), dan pelayanan

administrasi Lainnya.

Kelurahan Sidiangkat dihuni oleh beragam suku, seperti Suku Pakpak, Suku

Simalungun, Batak Toba, Suku Karo, Minang. Sosial kehidupan masyarakat

dipengaruhi oleh adat istiadat yang masih dipegang dan dijadikan sebagai sistim

kehidupan masyarakat setempat. Kehidupan masyarakat Kelurahan Sidiangkat yang

(5)

masih terikat dengan adat istiadat terlihat dari proses pewarisan, perkawinan,

pertanahan. Kehidupan masyarakat yang masih menghormati dan mempraktekkan

adat sudah terjadi dari zaman penjajahan dahulu dan sampai hari ini.

Pada Kelurahan Sidiangkat Marga Angkat adalah tuan tanah atau marga tanah

yang menguasai tanah-tanah yang terdapat pada Kelurahan Sidiangkat. Kelurahan

Sidiangkat masih mempunyai Tanah Marga (Angkat) yang belum dilakukan

penyerahan kepada perorangan maupun badan hukum (statusnya adalah tanah

marga). Tanah marga tersebut terdapat di Lingkunagan Lima Gunung Amal dan

mayoritas penduduknya adalah Marga Angkat atau Keturunan Marga Angkat.

3. Profil Singkat Kelurahan Batang Beruh

Kelurahan Batang Beruh adalah salah satu dari 11 kelurahan yang terdapat di

Kecamatan Sidikalang. Luas wilayah kelurahan Batang Beruh adalah 648 Ha/M2

yang berbatasan dengan sebelah utara dengan Desa Kalang Simbara, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Belang Malum, sebelah timur berbatasan dengan Sitinjo,

sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sidikalang.36

Luas tanah sawah di Kelurahan Batang Beruh sebanyak 14 Hektar, luas tanah

kering sebanyak 480 Hektar, dan selebihnya masuk kategori tanah hutan dan lain

sebagainya.

Kelurahan Batang Beruh terletak pada pada ketinggian 700-1100 meter di atas

permukaan laut dan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 180C-240C.

(6)

Jumlah penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah sebanyak 9.111 jiwa dengan

jumlah penduduk laki sebanyak 4577 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebanyak

4.534 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah sebanyak 1.874.37

Kelurahan Batang Beruh terbagi menjadi 11 lingkungan, dan masing-masing

lingkungan dikepalai oleh Kepala Lingkungan yang diangkat dan diberhentikan oleh

Lurah dan bertanggungjawab atas kerjanya masing dilingkungannya

masing-masing sekaligus mendapat honorarium dari Lurah. Sebelum tahun 2012 Kelurahan

Batang Beruh hanya terdiri dari delapan lingkungan, namun atas beberapa

pertimbangan baik menyangkut jumlah kepadatan penduduk dan untuk memudahkan

urusan administrasi di wilayah Kelurahan Batang Beruh, maka Lurah Batang Beruh

memecah lingkungan di wilayah Kelurahan Batang Beruh menjadi dua belas

lingkungan.38

Mata pencaharian penduduk adalah bertani (1450 orang), Pegawai Negeri

Sipil (PNS) sebanyak 1462 orang, Buruh Tani sebanyak 275 orang, Tentara Nasional

Indonesia (TNI) sebanyak 104 orang, pensiunan PNS/TNI/Polri sebanyak 377 orang,

pengusaha kecil dan menengah sebanysk 1066 orang.39

Agama yang dipeluk oleh masyarakat Kelurahan Batang Beruh mayoritas

adalah memeluk agama Kristen sebanyak 6319 orang, pemeluk agama Islam

sebanyak 1961 orang, pemeluk agama Katholik sebanyak 565 orang, pemeluk agama

37Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009

38Hasil Wawancara Dengan Terang Dewi S Ujung Lurah Kelurahan Batang Beruh Tanggal 15 Mei 2013

(7)

Hindu sebanyak 5 orang dan pemeluk agama Buddha sebanyak 9 orang. Semua

penduduk Kelurahan Batang Beruh adalah Warga Negara Indonesia (WNI).40

Jarak tempuh Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kecamatan adalah 3

km dan jarah Kelurahan Batang Beruh dengan ibukota Kabupaten adalah 2,5 km, dan

ini juga menjadi penyebab banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) memilih untuk

bertempat tinggal dan berdomisili di wilayah Kelurahan Batang Beruh.

Dan letak wilayak Kelurahan Batang Beruh yang strategis, yang menjadi lintasan

antar wilayah kelurahan serta menjadi lintasan jalan Provinsi baik menuju Kotamadya

Medan dan jalan menuju Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam membuat Kelurahan

Batang Beruh berkembang cukup pesat.

Pendidikan pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh sangat baik, dan tidak

ada buta huruf ataupun buta aksara pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh,

masyarakat Batang Beruh seluruhnya bisa membaca dan menulis. Tingkat pendidikan

pada masyarakat Kelurahan Batang Beruh yang tingkat pendidikannya lulusan

Pascasarjana (S2) adalah sebanyak 46 orang, lulus Sarjana (S1) sebanyak 251 orang,

lulus D3/sederajat sebanyak 553 orang, lulus D2/sederajat sebanyak 540 arang, lulus

D1/sederajat sebanyak 245 orang, lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak

2381 orang, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1700 orang.41

40Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Dan Kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemdes, 2009

(8)

Penduduk Kelurahan Batang Beruh terdiri dari beberapa etnis yaitu Etnis

Pakpak, Etnis Karo, Etnis Batak Toba, Etnis Simalungun, Etnis Mandailing, Etnis

Jawa, Etnis Minang dan hidup secara rukun. Kehidupan sosial masyarakat Kelurahan

Batang Beruh masih terikat dengan adat istiadat yang diakui dan dihormati oleh

masyarakat Kelurahan Batang Beruh. Etnis Pakpak diakui sebagai etnis asli yang

memiliki tanah marga di wilayah Kelurahan Batang Beruh.

B. Tentang Lembaga Adat Sulang Silima

Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda.

Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah otonom, tetapi kehadiran

sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan

adanya pengakuan terhadap Raja-Raja Adat. Pemerintahan pada masa itu

dikendalikan oleh Raja Ekuten/Takal Aur/Kampong/Suak dan Pertaki sebagai

Raja-Raja Adat merangkap sebagai Kepala Pemerintahan.

Adapun struktur pemerintahan pada masa itu adalah sebagai berikut :

1. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah (Suak) atau yang terdiri dari

beberapa suku/kuta/kampong Raja Ekuten disebut juga Takal Aur, yang

merupakan Kepala Negeri.

2. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampong, setingkat di bawah Raja Ekuten,

3. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap Kuta (kampong), yang

terdiri dari :1)Perisang-Isang; 2)Perekur-Ekur; 3)Pertulah Tengah; 4)Perpunca

(9)

Menurut literatur sejarah bahwa wilayah Dairi sangat luas dan pernah jaya di

masa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi di atas, maka wilayah Dairi dibagi atas

lima wilayah (Suak/Aur) yaitu ;

1. Suak/Aur Simsim, meliputi wilayah : Salak, Kerajaaan, Siempat Rube, Sitellu

Tali Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu dan Manik.

2. Suak/Aur Pegagan dan Kampong Karo, meliputi wilayah : Silalahi, Paropo,

Pegagan Jehe dan Tanah Pinem.

3. Suak/Aur Keppas, meliputi wilayah : Sitellu Nempu, Silima Pungga-Pungga,

Lae Luhung dan Parbuluan.

4. Suak/Aur Boang, meliputi wilayah : Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat

Kajang, Belenggen, Gelombang Runding dan Singkil (saat ini wilayah Aceh)

5. Suak/Aur Kelasen, meliputi wilayah : Sienem Koden, Manduamas dan

Barus.42

Dulunya Kepala Adat pada masyarakat Pakpak disebut dengan Pertaki atau

Kappung (kepala kampung) yang menjadi pimpinan dan penanggung jawab dari

suatu Lebbuh atau Kuta dengan Sulang Silima sebagai pelaksana tugasnya, oleh

Karena perkembangan zaman dan perkembangan daerah istilah Pertaki ini

perlahan-lahan menghilang keberadaannya dan Sulang Silima yang dianggap sebagai ketua

adatnya. Lamban laun Sulang Silima yang tadinya terdiri dari lima unsur yaitu :

Perisang-Isang (anak paling besar), Perekur-Ekur (anak paling bungsu), Pertulang

Tengah (anak tengah), Perpunca Ndiadep (anak perempuan), Perbetekken (teman

(10)

semarga) juga mengalami perubahan, Sulang Silima yang ada dan yang sekarang

hanya beranggotan dari marga-marga Pakpak yang ada.

Pada sekarang ini istilah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) sudah tidak

dipergunakan lagi tetapi sudah diganti menjadi kepala desa seuai dengan Pengaturan

Pemerintah dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,

dulunya dialah yang berkauasa penuh dalam pelaksanaan hukum adat terutama

masalah pertanahan setelah Pertaki atau Kappung (kepala kampung) tidak lagi

digunakan yang berpengaruh saat ini adalah Sulang Silima.

Sulang Silima yang menjadi penentu dan pembuat keputusan dan sumber dari

segala sumber hukum adat Pakpak yang berkaitan dengan hukum pertanahan, hukum

perkawinan, hukum pewarisan dan juga mengatur tentang kekerabatan pada

masyarakat Pakpak, dimana dalam pelaksanaannya di luar dari kelima unsur yang ada

dalam Sulang Silima diangkatlah satu orang dengan marga yang sama kepala adat,

fungsi kepala adat di sini hanyalah sebagai perantara masyarakat dengan kelima unsur

Sulang Silima, kepala adat di sini tidak berhak untuk mengambil keputusan dalam

pelaksanaan adat, kepala adat ini hanya berfungsi dengan baik pada saat acara-acara

adat saja, sedang Sulang Silima sama dengan peranan Pertaki atau Kappung (kepala

kampung). Kelima unsur yang terdapat dalam Sulang Silima bukan satu ketetapan

yang mana isi dari kelima unsur masih merupakan satu keluarga dari satu garis

keturunan.

Sulang Silima sekarang yang dikenal di Sidikalang dan masih diakui

(11)

dipilih sendiri oleh para marganya.walaupun Sulang Silima ini menjadi satu kesatuan,

tetapi dalam pembentukannya juga masih berdasarkan keturan keluarga satu

empungnya (kakek).

Umumnya peranan Sulang Silima pada saat ini terlihat dalam upaya untuk

melestarikan amanah atau warisan tanah marganya. Dalam pelaksanaannya bila ada

perbuatan-perbuatan hukum serta permasalahan mengenai tanah marga, maka

penyelesaiannya diserahkan kepada Sulang Silima sebagai lembaga adat tertinggi

suku Pakpak pada masa sekarang ini.

1. Keberadaan Sulang Silima Marga Angkat

Sulang Silima Marga Angkat adalah organisasi yang kita kenal pada

umumnya ditengah-tengah masyarakat yang terdiri dari ketua, wakil ketua,

sekretaris, bendahara, beberapa divisi/departemen, serta anggota. Seluruh anggota

dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari marga tanah,

berru, berre, kula-kula marga angkat itu sendiri

Struktur organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat terdiri dari

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang menaungi lima Lembaga

Adat Sulang Silima Marga Angkat masing-masing Lebbuh/Kuta (kampung). Kelima

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut menjadi sub bagian dari

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar yang saat ini dipimpin oleh DR

(HC) Abdul Angkat. Kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut

adalah Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang, Lembaga Adat

(12)

Simbara, Lembaga Adat Sulang Silima Batu Kapur, Lembaga Adat Sulang Silima

Batun Kerbo. Lembaga Adat Sulang Silima di masing-masing Lebbuh/Kuta tersebut

mandiri sesuai dengan status tanah marganya di Lebbuh masing-masing.

Kepengurusan dan keanggotaannya mandiri di Lebbuh masing-masing. Dan hal ini

disesuaikan dengan dimana Lebbuh masing-masing mempunyai

kompetensi/kewenangan dengan tanah marganya masing. Dan

masing-masing Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat mempunyai garis koordinasi

dengan Lembaga Adat Sulang Silima Angkat besar. baik itu yang berkaitan dengan

peradatan marga maupun pertanahan.

Gambar 6

(13)

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat besar juga mempunyai struktur

pengurusnya yang dipilih melalui musyawarah besar yang diikuti oleh seluruh

anggota sub bagian kelima Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat tersebut. Dan

biasanya musyawarah besar yang dilakukan oleh Lembaga Adat Sulang Silima Marga

Angkat tersebut disertai dengan pesta.43 Pemilihan pengurus Lembaga Adat Sulang

Silima Besar Marga Angkat tersebut dilakukan secara musyawarah untuk mufakat,

dimana masing-masing tokoh di Lebbuh masing-masing dalam musyawarah tersebut

dipilih untuk mewakili masing-masing Lebbuh untuk kemudian dilakukan pemilihan

pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat. Dan setelah terpilihnya

pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat tersebut siapa-siapa

yang menjadi pengurus akan dilantik dan dikukuhkan menjadi pengurus Lembaga

Adat Sulang Silima Besar Marga Angkat secara simbolik.44

Di Kelurahan Sidiangkat yang menjadi pemangku tanah marga adalah

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang. Kantor Lembaga Adat

Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang saat ini berada di jalan

Sidiangkat/Runding No 43, Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten

Dairi.

Dalam anggaran dasarnya lembaga adat ini bernama Lembaga Adat Sulang

Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang kemudian disingkat LASSLAKP. Lembaga adat

43Hasil Wawancaradengan Hermanto Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang Tanggal 17 Mei 2013

44

(14)

ini berdiri pada tanggal 14 November 2009 sampai dengan waktu yang tidak

ditentukan. Dan lembaga adat ini bersifat Perlebbuh (Horong)

Fungsi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang adalah :

1. Sebagai wadah dan pemersatu dan ruang adat Sulang Silima Lebbuh Angkat

Kuta Padang yang berada di Lebbuh Kuta Padang atau Simendedah Lebbuh

Kuta Padang.

2. Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan budaya Pakpak dan

menjaga harta yang diwasiatkan nenek moyang kami Marga Angkat.

3. Sebagai ruang dinamika dan ekspresi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh

Angkat Kuta Padang untuk menyalurkan pemikiran dan penalaran yang

diwariskan nenek moyang Marga Angkat.

4. Meningkatkan peran serta dalam mengembangkan mutu sumber daya manusia

(SDM).

Tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah :

1. Memajukan anggota, menyaurkan aspirasi anggota, merealisasikan visi dan

misi anggota serta menjalin hubungan dengan pihak lain Lembaga Adat

Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang secara independen.

2. Terbentuknya Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang

sebagai unsur yang peduli memiliki dan menjaga wilayah yang diwariskan

(15)

menjaga wasiat adat Pakpak yang diwariskan nenek moyang kami Marga

Angkat45.

Kedaulatan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Kuta Padang berada

ditangan anggota dan dilaksanakan seperlunya oleh musyawarah anggota dan

pengurus. Dan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah

yang bersifat kekeluargaan dan kesukuan dan tidak merupakan bagian dari politik.

Yang diterima menjadi anggota Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat

Kuta Padang adalah mereka yang menerima tujuan serta bersedia menjalankan

peraturan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang yang

anggotanya terdiri dari pemegang hak wilayah (Marga Angkat Kuta Padang), Berrru

Angkat Kuta Padang, Kula-Kula Angkat Kuta Padang, Bebere Angkat Kuta Padang.

Keanggotaan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta adang terdiri

atas :

1. Anggota adalah pemegang hak wilayat Lebbuh Angkat Kuta Padang (Marga

Angkat Lebbuh Kuta Padang) Berru, Kula-Kula, Beberena se Lebbuh Kuta

Padang.

2. Anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang untuk

sementara dipegang yang berdomisili di Sidiangkat, Kuta Padang sekitarnya

bukan menghilangkan hak Sebeltek Neru yang ada diperantoan.

(16)

Hak anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang

adalah sebagai berikut :

1. Anggota bisa memilih, hak dipilih dan memilih.

2. Anggota bisa memilih hak bicara dan berpendapat.

3. Anggota adalah memiliki usulan untuk dijadikan pertimbangan untuk

kemajuan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Kewajiban anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

Padang adalah sebagai berikut46:

1. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Lembaga Adat Sulang Silima

Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Suku Pakpak dan adat istiadat

yang berlaku dan menjaga harta yang di Dedah Lebbuh Kuta Padang.

3. Mentaati anggatan dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan-peraturan

lain yang berlaku dan tidak bertentangan dengan anggran dasar dan anggaran

rumah tangga.

4. Mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang menyangkut Lembaga Adat

Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Keanggotaan hapus apabila :

1. Mengundurkan diri atas permintaan pribadi disertai dengan alasan yang

rasional yang dapat diterima.

46

(17)

2. Memberhentikan dengan tidak hormat karena mencemarkan nama baik

Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan melakukan

perbuatan yang bertentangan dengan norma agama dan kesusilaan.

Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang adalah

satu-satunya lembaga yang menghimpun Sulang Silima Pakpak yang berada di Lebbuh

Angkat Kuta Padang, lembaga ini terdiri dari pengurus, yang merupakan pengurus

adalah ketua, sekretaris, dan bendahara, pengurus adalah atas pilihan anggota

Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Ketua memiliki kewajiban dan wewenang :

1. Menjaga kesinambungan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

Padang.

2. Mengangkat dan menetapkan peraturan yang ada di dalam tubuh Lembaga

Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

Pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Lebbuh Angkat Kuta Padang

berkewajiban dan berwenang :

1. Melaksankana amanat musyawarah besar Lebbuh Angkat Kuta Padang

(mubes Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang).

2. Mengambil kebijakan yang dianggap perlu demi kepentingan lembaga

tersebut.

3. Membentuk dan mengangkat kepanitiaan kegiatan Lembaga Adat Sulang

Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dan wilayah yang di Dedah (yang

(18)

4. Melakukan konsulatasi dan meminta pendapat kepada orang yang dianggap

kompeten untuk memajukan lembaga adat tersebut diatas jadi besar Lembaga

Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

5. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepengurus dalam musyawarah

besar Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

6. Melakukan resafel kepengurusan dalam waktu tertentu apabila diperlukan.

Dalam permusyawaratannya, Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat

Kuta Padang mengaturnya sebagai berikut :

1. Musyawarah anggota dan pengurus merupakan keputusan tertinggi Lembaga

Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Musyawarah anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

Padang diadakan dalam masa satu periode berlangsung sekali dalam 5 (lima)

tahun.

3. Musyawarah anggota memiliki kewenangan yang sama dengan musyawarah

besar anggota.

4. Musyawarah anggota dilaksanakan apabila terjadi penyimpangan terhadap

konstitusi Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

5. Musyawarah anggota dapat dilaksanakan apabila disepakati oleh 2/3 (dua

pertiga) pengurus.

Tugas dan wewenang musyawarah besar anggota lembaga adat sulang silima

(19)

1. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus Lembaga

Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang.

2. Menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)

lembaga tersebut.

3. Menetapkan dan merekomendasikan Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah

Tangga (ART), serta garis-garis besar haluan Lembaga Adat Sulang Silima

Lebbuh Angkat Kuta Padang.

4. Memilih dan menetapkan struktur kepengurusan.

Dalam forum pengambilan keputusan musyawarah besar anggota Lembaga

Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila di hadiri

sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah peserta. Dan pengambilan

keputusannya adalah47:

1. Ketetapan musyawarah besar anggota Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh

Angkat Kuta Padang dinyatakan sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 2/3

(dua pertiga) dari jumlah peserta yang hadir.

2. Dalam pemilihan penentuan harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua

pertiga) dan jumlah yang hadir.

Susunan pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

Padang, hasil rapat pembentukan Lembaga Adat Sulang Silima Lebbuh Angkat Kuta

47

(20)

Padang, pada hari ini sabtu, 14 november 2009 jam 16.00 waktu Indonesia barat

bertempat dirumah saudara Saleh Angkat di hadiri :

Marga Angkat Lebbuh Kuta Padang beserta Anak Berru, Bebere beranggotakan 26

orang dan turut semua membubuhkan tandatangan di bawah daftar hadir di notulen

rapat dan panitia rapat pemilihan ketua, sekretaris, bendahara, penasehat dan

seksi-seksi sebagai berikut :

I. Penasehat :

1. Johanis Angkat

2. Toko Angkat

3. Timbul Angkat

4. Luan Angkat

5. Sarif Angkat

6. Umar Angkat

7. Nakno Angkat

8. Jidul Silalahi

9. Midun Limbong

10. Julkifli Limbong

11. Nurdin Tinendung

II. Ketua Umum : Hermanto Angkat

Wakil ketua : M.P. Angkat

Wakil ketua : Abdi Angkat

(21)

Wakil ketua : Darwin Angkat

Sekretaris Umum : Amir Berutu

Wakil sekretaris : Toni Sitanggang

Wakil sekretaris : Anto Limbong

Wakil sekretaris : Hendri Tinendung

Wakil sekretaris : Hotni Sinamo

Bendahara Umum : Jasidah Angkat

Wakil bendahara : Jamulia Angkat

Wakil bendahara : Mukmin Limbong

a. Seksi humas

Ketua : Halim Limbong

Anggota : - Bangsa Berutu

- Budi Sagala

- Amring Ratulangi

- Jong Padang

- Hasian Sitanggang

b. Seksi Bidang Peradatan

Ketua : Jasidah Angkat

Anggota : - Karim Angkat

- Sabar Lembeng

- Saleh Angkat

(22)

- Amir Berutu

- Makmin Limbong

c. Seksi Bidang Pertahanan

Ketua : Karim Angkat

Anggota : - Saleh Angkat

- Sehat Angkat

- Nakno Angkat

- Julkifli Angkat

- Amir Berutu

- Makmin Limbong

d. Nama-nama anggota yang menghadiri rapat pada hari sabtu tanggal 14

November 2009 :

1. Julkifli Limbong

2. Amir Berutu

3. Karim Angkat

4. Saleh Angkat

5. Abdi Angkat

6. Ameng Ratulangi

7. Jasidah Angkat

8. Bangsa Berutu

9. Dahlan Limbong

10. Budi Sagala

(23)

12. Antoni Sitanggang

13. Makmin Limbong

14. Darwin Angkat

15. Hermanto Angkat

16. M.P. Angkat

17. Bangun Berutu

18. Hendra Saputra

19. Jamulia Angkat

20. Hasian Sitanggang

21. Midun Limbong

22. Donni Angkat

23. Hidayat Caniago

24. Hendri Limbong

25. Sabar Limbong

26. Iwan Solin

27. Asbir Limbong

28. Jonni Situmeang

29. Mahidin Padang

30. Dani Pasi

2. Keberadaan Sulang Silima Marga Ujung

Dalam akta pendiriannya, Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung

menjelaskan dengan singkat bahwa mukadimah sesungguhnya Lembaga Adat Sulang

(24)

kebudayaan dan penyelenggaraan adat istiadat Pakpak dalam keluarga Marga Ujung.

Sejak adanya Marga Ujung sejajar dengan keberadaaan-keberadaan marga-marga

Pakpak Silima Suak ditanah Pakpak dahulu kala48.

Didorong oleh kewajiban dan tanggung jawab bersama secara turun temurun

maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka dengan ini Marga Ujung

membenahi kembali Sulang Silima Marga Ujung, guna berfungsi dan bermanfaat

dalam melestarikan dan mengembangkan adat budaya Pakpak, khusunya dalam

lingkungan keluarga besar keturunan Marga Ujung.

Organisasi ini disebut bernama Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung,

yang di singkat dengan LSMU, yang berlaku dan berjalan sejak tanggal 18 (delapan

belas) November 1994 (seribu Sembilan ratus Sembilan puluh empat). Masa

keberadaan organisasi ini adalah selama masih ada keturunan Marga Ujung dan tidak

dapat dibubarkan oleh pihak manapun. Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung

bertempat di atas tanah marga ujung sebagai bagian dari suku, yaitu Terianken

Tanohna, Terkataken Katana, Teradatkan Adatna dan Terpalu Gruk-Grukna.

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berazaskan Pancasila, UUD 1945

dan berdasarkan adat budaya Pakpak. sifat dari organisasi ini adalah sebagai

pengayom dan berfungsi sebagai puncak tertinggi kuasa kerajaan adat budaya di

hidup dan kesejahteraan keturunan marga ujung ditanah leluhurnya sebagai suatu

kesatuan yang utuh dari keluarga besar Marga Ujung49.

48Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 18 Mei 2013

49

(25)

Gambar 7

Kantor Lembaga Adat ulang Silima Marga Ujung

Dalam akta pendiriannya tujuan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung

adalah sebagai berikut :

1. Memelihara dan melestarikan adat kebudayaan Marga Ujung baik moril

maupun materil dan ikut serta melaksanakan pembangunan.

2. Memelihara serta melindungi hak-hak pusaka, warisan adat dan benda-benda

budaya milik pusaka Marga Ujung.

Anggota Sulang Silima Marga Ujung adalah seluruh keturunan Marga Ujung

(26)

Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah sebagai

berikut :

1. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung terdiri dari :

penasehat dan pengurus harian

2. Penasehat terdiri dari Pengetua-Pengetua, Tokoh-Tokoh Adat dan

cendekiawan Marga Ujung yang jumlahnya ditentukan menurut kebutuhan

3. Pengurus harian terdiri dari : ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi

4. Kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung dipilih dalam

musyawarah besar oleh anggota pleno (mewakili kuta-kuta) untuk masa

jabatan 5 (lima) tahun

Dalam akta pendiran Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menjelaskan

bahwa penasehat bertugas memberikan petunjuk-petunjuk, saran-saran serta

pertimbangan kepada pengurus harian untuk memajukan organisasi dan bertanggung

jawab kepada anggota pleno. Pengurus harian bertugas menyelenggarakan roda

organisasi Sulang Silima Marga Ujung dan bertanggung jawab ke luar dan ke dalam.

Keuangan organisasi Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai

lembaga adat budaya berusaha untuk meningkatkan keuangan organisasi ini dengan

cara memperoleh dana dari dermawan Marga Ujung dan Berruna serta usaha lainnya

yang sah untuk keperluan kegiatan organisasi.

Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung berusaha meningkatkan

kesejahteraan anggotanya dengan mendirikan unit-unit yang bersifat ekonomi, sosial,

(27)

bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Lembaga Adat

Sulang Silima Marga Ujung dan ketentuan Pemerintah50.

Peninjauan anggaran dasar Sulang Silima Marga Ujung dilakukan 1 (satu) kali

dalam lima tahun dengan masa bakti kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima

Marga Ujung.

Adapun kepengurusan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung adalah

sebagai berikut51:

A. Penasehat

1. Dengga Ujung

2. Mangasi Ujung

3. Henni Ujung

4. Asal Mulana Ujung

5. Gomok Ujung

6. Baringin Ujung

7. Raya Ujung

8. Raja Ulasi Ujung

9. Let Awaldin Ujung

10. Jamel Ujung

11. S. Ujung

50Hasil Wawancara dengan Raja Ardin Ujung Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung Tanggal 17 Mei 2013

(28)

12. Jongguk Ujung

13. Drs. R. Kuson Ujung

14. Drs. Victor Ujung

15. Drs. Edward Karel Ujung

16. R. Sungkunen Ujung, SH

17. Nempu Ujung

18. Anthony Ujung

19. Hasan Ujung

20. Mahyuddin Ujung

21. Kula-Kula Marga Saran

B. Pengurus Harian :

Ketua umum : Malum Ujung

Ketua I : Zainuddin Ujung

Ketua II : Umar Ujung

Ketua III : R. Yakin Ujung

Ketua IV : Abdul Ujung

Ketua V : Saini Ujung

Sekretaris Umum : Takdir Ujung

Sekretaris I : April Ujung

Sekretaris II : Hasiholan Ujung

Sekretaris III : Bungaran Ujung

(29)

Bendahara I : Aprillen Ujung

Bendahara II : Saharani Ujung

C. Seksi-Seksi

I. Seksi Peradatan : 1. Herbin Ujung

2. Hasiholan Ujung

3. Jamnes Ujung

4. Syarifuddin Ujung

5. Berru Marga Dabutar

II. Seksi Pertanohen: 1. Burhan Ujung

2. Rahmad Ujung

3. Hasanuddin Ujung

4. Bhari Ujung

5. Nalangi Ujung

III.Seksi Pendidikan: 1. Drs.Sudung Ujung

Dan kebudayaan 2. Takdir Ujung

3. Junior Ujung

4. Jadongan Ujung

5. Syamsul Ujung

6.Sobar Ujung

IV.Seksi Kesejahteraan: 1. Sahala Ujung

Dan sosial 2. Victor Ujung

(30)

4. Alam Ujung

5. Kaman Ujung

6. Mahrim Ujung

7. Potan Ujung

3. Hukum Adat Tanah Suku Pakpak

Tanah merupakan satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau

menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga

tanah menentukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga

sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk-bentuk tanah sebagai berikut :

a. Tanah tidak diusahai, yaitu “ Tanah Karangan Longo-Longoan” (hutan dan tidak

pernah dikunjungi orang), “Tanah Kayu Ntua” (tanah yang luas penuh dengan

pohon-pohon tua yang besar), “Tanah Talin Tua” (tanah pekuburan untuk

selama-lamanya), “Tanah Balik Batang” (tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi)

dan “Rambah Keddep” (lapangan luas yang subur tempat kerbau dan kuda

makan).

b. Tanah yang diusahai yaitu “Tahuma Pargadongen” (ladang ubi),

“Perkemenjemen) (ladang kemenyan), dan “Bangus” (tanah luas dan banyak

terdapat tanaman-tanmana tua).

c. Tanah Perpulungen yaitu Embal-Embal (warisan) Jampalan (tanah yang subur

(31)

d. Tanah Sembahen, yaitu tanah-tanah yang mempunyai sifat magis (keramat) terdiri

dari tanah Sembahen Kuta (tidak dapat diperladangi) dan tanah Sembahen

Balillon (dapat diperladangi)

e. Tanah Pendebaan yaitu tanah yang diperuntukkan bagi perkuburan.

f. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah

yang dijaga oleh Permangmang (orang yang sangat dihormati) dan tidak boleh

diganggu.

Menyangkut pergeseran/pengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat

Pakpak, kecuali tanah Rading Berru (tanah yang diberikan kepada anak

perempuan/menantu sepanjang masih dipakai) dan bila tidak dipakai lagi harus

dikembalikan kepada kula-kulanya atau yang memberikan tanah Rading Berru.

Tetapi dalam hal perkembangan sidikalang yang berkembang dengan pesat

serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseran/pengalihan tanah

yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara

adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya

Sulang Silima sebagai Kepala Adat.

4. Kondisi Sulang Silima Marga Suku Pakpak

Eksistensi atau keberadaan Sulang Silima Marga Pada Suku Pakpak adalah

salah satu lembaga adat yang mempunyai peranan penting di tengah- tengah

masyarakat Suku Pakpak, diakui dan di hormati sebagai lembaga adat.

Secara de facto dan de jure peranan Lembaga Adat Sulang Silima Marga

(32)

zaman kemerdekaan sekarang. Ini menandakan bahwa adat merupakan salah satu

peninggalan nenek moyang bangsa yang belum punah atau hilang sesuai dengan

perekembangan zaman. Dan hal ini selaras berjalan beriringan dengan semangat yang

di cita-citakan UUPA bahwasanya hukum tanah adat nasional hendaknya berdasarkan

hukum adat Bangsa Indonesia.

Hal ini tentunya merupakan bagian dari identitas dan entitas Bangsa Indonesia

yang perlu dilestarikan sebagai salah satu ciri bangsa dalam menghadapi

perkembangan zaman. Dan dimungkinkan pula penyesuaian oleh Lembaga Adat

Sulang Silima Marga terhadap perkembangan zaman.

Hal ini memang telah dilakukan Lembaga Adat Sulang Silima Marga, yang

mana pada awalnya struktur Pemerintahan saat itu dipegang oleh Takal Aur untuk

satu wilayah (Kabupaten) dan Pertaki sebagai kepala kappung dan dibantu oleh

Sulang Silima Marga dimasing-masing Lebbuh/Kuta. Oleh karena penyesuaian dan

perkembangan zaman maka istilah Takal Aur dan Pertaki hilang, dan saat ini yang

dikenal pada masyarakat Pakpak adalah Sulang Silima Marga yang mempunyai

peranan di bidang pertanahan, warisan, perkawinan pada masyarakat Pakpak.

Dahulu hukum adat yang sifatnya lisan disatu sisi dan perkembangan zaman

sekarang mendorong masyarakat untuk melakukan perbuatan hukum tertentu secara

tertulis akhirnya membuat peranan Sulang Silima beradaptasi dengan

perubahan-perubahan di tengah-tengah masyarkat, hal ini tentunya berkaitan langsung dengan

administrasi pertanahan, sumber daya manusia, dan pengelolaan Sulang Sulima yang

(33)

Fakta dilapangan memang menunjukkan adanya kekurangan sumber daya

manusia dalam hal administrasi pertanahan pada masyarakat Pakpak Sidikalang,

sehingga kadang kala menimbulkan salah paham dan carut marut di tengah-tengah

masyarakat. Peningkatan sumber daya manusia khususnya kepada tokoh-tokoh adat

dan pimpinan Lembaga Adat Sulang Silima Marga pada masyarakat Pakpak untuk

meningkatkan pemahaman tentang pertanahan dan pengelolaan lembaga dengan arif

dan bijaksana demi kepentingan masyarakat banyak. Dan bila dimungkinkan hal ini

bisa dilakukan oleh Pemerintah melalui biro hukum atau lembaga yang kompeten

untuk memberikan pemahaman melalui pelatihan dan pemahaman tentang pertanahan

di Sidikalang (adat/tanah marga) kepada masyarakat umum khususnya kepada

Penetua Adat serta pengurus Lembaga Adat Sulang Silima Marga Pakpak.

Hal ini didasarkan pada bahwa Lembaga Adat Sulang Silima Marga adalah

lembaga yang menerbitkan alas hak tanah yang mana status tanah tersebut dari tanah

marga. Kemudian setetelah dikeluarkannya tanah tersebut dari tanah marga melalui

alas hak tanah tersebut untuk dilakukan proses sertipikasi surat tanah untuk dimiliki

masyarakat ataupun pemerintah. Dengan adanya mekanisme tersebut maka

dibutuhkan kemampuan administrasi sehingga dengan adanya tertib administrasi

diharapkan mampu meminimalisir persoalan pertanahan baik berupa persoalan

Gambar

Gambar 6
Gambar 7

Referensi

Dokumen terkait

PERANAN LEMBAGA ADAT PAKPAK DAIRI SULANG SILIMA MARGA ANGKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA BELANG MALUM TAHUN 2011.. Disusun oleh: Andre Jose

Lembaga Hukum Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung Kabupaten Dairi untuk saat ini yang resmi diketuai oleh Raja Ardin Ujung, sementara dari Pihak ‘Y’ (pihak yang mengklaim

Kuta adalah sebuah daerah berbentuk seperti perkampungan yang dimana didalam kuta tersebut terdapat gabungan dari lebuh – lebuh yang dihuni oleh suatu klan besar atau marga

5 Wawancara dengan Ardin Ujung, Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung, kelurahan Sidikalang Kota, 16 juli 2014.. Peneliti lebih mengarah dan fokus kepada

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu

SIMPULAN Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lembaga adat Pakpak Sulang Silima marga Kudadiri merupakan lembaga tertinggi bidang peradatan dan pertanahan, seni budaya dan di