• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET ISOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJI SIFAT FISIK DAN DISOLUSI TABLET ISOS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

21

YANG BEREDAR DI PASARAN

Indriyati Hadi Sulistyaningrum, M. Djatmiko, dan Sugiyono

Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang, Jl. Menoreh Tengah X/22 Sampangan, Semarang Email : indrynew@ymail.com

ABSTRAK

Pemerintah saat ini sedang menggalakkan pemakaian obat generik. Masyarakat masih menganggap bahwa obat dengan nama dagang lebih bermutu dari pada obat generik. Untuk memasyarakatkan dan meningkatkan penggunaan obat generik diperlukan informasi tentang mutu obat tersebut, oleh karena itu dilakukan uji sifat fisik dan disolusi yang dapat digunakan sabagai salah satu parameter mutu dengan sampel obat Isosorbid Dinitrat 5 mg. Pengambilan sampel dilakukan dari 4 produk , generik A (GA), generik B (GB), generik C (GC) dan 1 produk dengan nama dagang (PA) dari Apotek di Kota Semarang. Uji sifat fisik meliputi keragaman bobot, kerapuhan, kekerasan dan waktu hancur. Uji disolusi menggunakan alat disolusi tipe 2 (metode paddle) dan penetapan kadar zat terlarut dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil uji disolusi berupa kadar zat terlarut pada waktu 30 menit dibandingkan dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Selain itu data uji disolusi juga dihitung sebagai DE60 (%). Hasil uji sifat fisik menunjukkan sediaan generik dan sediaan dengan nama dagang

tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg memenuhi persyaratan sifat fisik tablet sesuai yang tercantum dalam Farmakope Indonesia dan pustaka yang lain. Kadar zat terlarut pada waktu 30 menit (Q) memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV dan perhitungan DE60 dari ke empat produk PA; GA; GB; GC

adalah 94,1%; 97,58%; 71,77%; 94,73%.

Kata kunci : Sifat Fisik dan Disolusi, Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg, Sediaan Generik dan Nama Dagang

PENDAHULUAN

Obat merupakan unsur yang sangat pen-ting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu obat harus tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik (1).

Saat ini beredar berbagai macam jenis obat, baik produk generik maupun produk dengan nama dagang. Pada umumnya konsumen lebih su-ka mengkonsumsi produk bermerek/produk de-ngan nama dagang dibanding produk generik. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa obat ge-nerik mempunyai mutu lebih rendah dari pada produk yang bermerek dagang (2).

Dokter juga seringkali memberikan resep nongenerik kepada pasien sebagai pilihan untuk pengobatan, padahal harga produk dagang biasa-nya lebih mahal dari pada obat generik, sehingga bagi pasien yang tidak mampu sering membeli setengah obat yang diresepkan oleh dokter. Hal ini sangat berbahaya, terutama bila obat tersebut adalah suatu antibiotik. Mutu dijadikan dasar acu-an untuk menetapkacu-an kebenaracu-an khasiat dacu-an ke-amanan. Mutu suatu sediaan obat dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain aspek teknologi yang meliputi stabilitas fisik dan kimia dimana sediaan obat (tablet, kapsul dan sediaan lainnya)

harus memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh Farmakope (3). Selain itu mutu obat juga ditinjau dari bioavailabilitas (ketersediaan hayati) obat. Obat yang memiliki mutu fisik dan profil disolusi yang baik akan memberikan bioavailabilitas yang baik karena ketersediaan farmasetik dari obat ter-sebut tinggi.

Bioavailabilitas yang berbeda antara produk-produk obat dari zat berkhasiat sama bisa jadi karena perbedaan formula, dan metode yang digunakan, ketatnya prosedur kontrol kualitas da-lam proses pembuatan, dan bahkan metode pe-nanganan, peralatan, pengemasan dan penyim-panan (4). Maka dari itu kontrol kualitas terhadap obat generik sangat penting untuk membantu ke-sejahteraan masyarakat.

(2)

Penggunaan obat generik di Amerika Seri-kat meningSeri-kat sebanyak 63% pada tahun 1993 se-telah FDA (Food Drug Administration) menetapkan uji bioequivalensi terhadap zat aktif yang terkan-dung dalam beberapa obat generic dengan obat pembandingnya (6), sedangkan di Indonesia pada tahun 2001 penggunaanya mencapai 12%, dan di tahun 2007 tinggal 7,23% (7). Maka dari itu, pene-liti tertarik untuk membuktikan bahwa mutu tablet generik tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan nongenerik, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan penggunaan obat generik di dalam pelayanan kesehatan.

METODE PENELITIAN

Penyiapan alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Neraca Analitik (Mettler Tolledo), satu set alat KCKT (Waters ec 2695), yang terdiri dari vakum desagger pompa CBM, UV/Vis detektor (dilengkapi dengan komputer dan printer), kolom C18 (Sunfayer 4,6x150mm), wadah fase gerak, membran filter PTFE 0,5µm, cellulose nitrat mem-bran filter 0,45µm, Alat uji kerapuhan (abrasive tester, Erweka TA 20), alat uji waktu hancur ( dis-integration tester, Erweka TA 100), Alat uji disolusi (Erweka DT 700), alat uji kekerasan tablet (Stokes Monsanto tester), Ultrasonic Cleaner Elma, tabung disolusi (Pyrex), pengaduk bentuk dayung (alat 2),

stopwatwach, tabung reaksi dan alat gelas lainya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah dari produk dari 3 produsen obat generik dan 1 produsen sediaan Inovator : Isosorbid Dinitrat serbuk PA diperoleh dari CV Privat Equipment, Isosorbid Dinitrat 5 mg (Produk P-A, Cedocard), Isosorbid Dinitrat 5 mg dengan (Produk G-A, Landson), Isosorbid Dinitrat 5 mg dengan (Produk G-B, Indofarma), Isosorbid Dinitrat 5 mg dengan (Produk G-C, Fahrenheit), metanol (p.a), dapar asetat, aqua bides.

Uji Sifat Fisik Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg

Keseragaman bobot tablet

Sebanyak 20 tablet ditimbang, lalu dihitung bobot rata-ratanya. Untuk tablet lebih dari 151 mg, jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari satu tablet yang masing-masing bobotnya menyim-pang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan 7,5%, dan tidak lebih 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan 15%.

Kerapuhan

Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan de-ngan aspirator, lalu ditimbang seksama pada nera-ca analitik, kemudian dimasukkan dalam abrasive tester. Pengujian dilakukan selama empat menit

atau sebanyak 100 putaran. Tablet dikeluarkan da-ri alat, lalu dibebasdebukan lagi, kemudian ditim-bang. Kerapuhan tablet dinyatakan dalam selisih berat tablet sebelum dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula dikalikan 100% (8).

Kekerasan

Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal. Pemutaran dihentikan sam-pai tablet pecah/hancur. Skala yang terbaca pada saat tablet pecah/hancur menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg (9).

Waktu hancur

Sebanyak lima buah tablet dimasukkan ke dalam alat uji waktu hancur (disintegration tester). Setiap tabung diisi satu tablet, kemudian dimasuk-kan ke dalam penangas air dengan temperatur 370C20C. Ketinggian permukaan air penangas sama dengan posisi lubang ayakan pada bagian bawah alat pada saat tabung naik dalam ke-dudukan tertinggi. Alat dijalankan sampai semua fraksi pecahan tablet lewat ayakan yang terletak pada bagian bawah alat, lalu dicatat waktu yang diperlukan sebagai waktu hancur tablet (10). Uji Disolusi

Pembuatan dapar asetat

Sebanyak 15,4 g amonium asetat P di-larutkan dalam air ditambahkan 11,5 ml asam ase-tat glasial P, diencerkan dengan air hingga 1000 ml dan dicampur. Larutan mempunyai pH kurang lebih 4,7.

Pembuatan fase gerak

Campuran air, dapar asetat, metanol P di-buat dengan perbandingan 350:100:550, didingin-kan hingga suhu kamar, diencerdidingin-kan dengan air hingga 1000 ml, dicampur dan disaring.

Pembuatan larutan baku

Sebanyak +10 mg, yang ditimbang seksa-ma, isosorbid dinitrat encer BPFI (campuran kering kurang lebih 25% Isosorbid Dinitrat, dengan laktosa, manitol atau zat tambahan lain yang inert untuk keamanan penggunaan), dimasukkan ke da-lam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan de-ngan aquadest sampai batas tanda, dikocok sela-ma 30 menit, diambil 0,2 ml dan disela-masukkan ke dalam labu takar 10 ml dan ditambah aquadest sampai batas tanda, kemudian didinginkan hingga suhu kamar, dan disaring dengan penyaring ber-pori 0,45 µm.

Pengujian

(3)

ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, diukur respons puncak utama. Waktu retensi relative isosorbid dinitrat dan nitrogliserin masing-masing adalah kurang lebih 0,75 dan 1,0. Jika terdapat isosorbid mononitrat, waktu retensi relative adalah 0,38. Hitung jumlah dalam mg, C6H8N2O8 dengan adalah pembanding respons puncak larutan uji dan larutan baku.

Sebanyak 900 ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung uji disolusi tipe 2 USP (Metode

Paddle), temperatur medium dibuat konstan pada 37°C+0,5°C dan dijaga agar gerakan air dalam tangas harus tetap. Tablet yang akan diuji di-timbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam tabung disolusi, tangkai pengaduk dayung dihubungkan dengan motor penggerak sedemikian rupa sehingga jarak antara dasar tabung disolusi dengan dayung dapat dipertahankan pada jarak 25+2 mm. Alat dijalankan pada laju kecepatan yang konstan yaitu 50 rotasi per menit.

Pengujian dilakukan selama 60 menit. Sampling dilakukan pada menit ke 5; 10; 15; 30; dan 60 pada titik tengah antara permukaan media disolusi dan bagian atas dayung dan masing-masing diambil 5 ml. Setiap pengambilan sampel, cairan medium diganti dengan medium yang baru dengan suhu volume yang sama. Sampel yang di-ambil ditetapkan kadarnya dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (11).

Analisis Data

Data sifat fisik yang meliputi keragaman bobot, kerapuhan, kekerasan tablet, waktu hancur, dibandingkan dengan persyaratan sifat fisik dari Farmakope Indonesia dan pustaka yang lain.

Data yang diperoleh dari uji disolusi berupa kadar zat terlarut (Q) pada menit ke 30 dibandingkan dengan persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Selain itu juga dihitung sebagai Dissolution Efficiency selama 60 menit (DE60) dan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Sifat Fisik Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg

Uji pendahuluan yang dilakukan yaitu uji fisik tablet isosorbid dinitrat 5 mg baik sediaan generik maupun sediaan dengan nama dagang, yang meliputi keragaman bobot, kerapuhan, keke-rasan dan waktu hancur. Sifat fisik tablet harus diperiksa sebelum suatu produk dipasarkan. Hasil uji sifat fisik tablet isosorbid dinitrat 5 mg terlihat

Uji keseragaman bobot dimaksudkan un-tuk mengetahui keragaman sediaaan dan memas-tikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan takaran yang tepat dan merata. Penyimpangan yang terjadi dapat mempengaruhi dosis bahan obat tiap tablet (8).

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua pro-duk yang diuji memenuhi persyaratan keseragam-an bobot ykeseragam-ang telah ditetapkkeseragam-an untuk tablet keseragam-antara 124,15 mg sampai 149,7 mg, sedangkan bobot tablet yang diukur antara 167,8 mg sampai 170,35 mg, sehingga keduanya memenuhi keseragaman bobot Farmakope Indonesia Edisi III. Nilai CV yang diperoleh yaitu antara 0,99 sampai 2,15 sehingga semua tablet yang diuji memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu dengan nilai CV kurang dari 5%. Dari keempat produk, diperoleh kesera-gaman bobot yang berbeda yang kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor pelaksanaan mau-pun faktor peralatan dan setiap produk di produksi menggunakan standart CPOB dengan menghasil-kan keragaman bobot yang memenuhi syarat.

Kerapuhan Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg

(4)

persen (%) yang mengacu pada masa tablet awal sebelum pengujian (9). Kekebalan terhadap kehi-langan suatu berat menunjukkan tablet tersebut ta-han terhadap goresan ringan atau kerusakan da-lam penanganan dan pengemasan (4).

Tabel 1 merupakan hasil uji kerapuhan tablet isosorbid dinitrat 5 mg. Kerapuhan (abrasif) sebaiknya tidak melebihi 0,8% (4). Hasil penelitian diperoleh kerapuhan tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg yaitu antara 0,01% sampai 0,15% artinya tablet tersebut tahan terhadap goresan ringan atau ke-ausan dalam penanganan dan pengemasan.

Kekerasan tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg

Kekerasan tablet berhubungan erat de-ngan bobot tablet, daya hancur serta kecepatan melarutnya obat. Bobot tablet yang besar memer-lukan tenaga yang lebih banyak untuk mematah-kannya. Tablet yang keras cenderung membutuh-kan waktu lebih lama untuk hancur atau terdis-integrasi. Disintegrasi menentukan kecepatan me-larutnya bahan obat (8). Kekerasan tablet umum-nya terletak antara rentang 4 kg hingga 8 kg (12). Tablet yang terlalu keras memiliki waktu hancur yang lama.

Dari hasil pengujian diperoleh ada 2 tablet memenuhi kekerasan yang kurang dari 4 kg yaitu produk GA 3,1 kg dan PA 2,9 kg. Kekerasan tablet yang kurang dari 4 kg akan tetapi memiliki kera-puhan kecil dan waktu hancur yang relatif cepat, menunjukkan tablet tersebut kuat. Perbedaan ke-kerasan antara produk generik dan produk nama dagang mungkin juga disebabkan karena perbeda-an metode grperbeda-anulasi, bahperbeda-an pengikat, bahperbeda-an pe-licin yang digunakan dalam proses pembuatan tablet (8).

Waktu Hancur Tablet Isosorbid Dinitrat 5 Mg

Waktu hancur diharapkan dapat memberi-kan gambaran mudah tidaknya tablet terdisinteg-rasi. Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh. Daya hancur tablet memung-kinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk be-kerja secara lokal dalam tubuh (4). Selain itu waktu hancur dapat digunakan sebagai petunjuk dalam formulasi tablet, serta sebagai uji kontrol dalam proses untuk menjamin keseragaman antar batch. Waktu hancur untuk tablet sublingual tidak lebih dari 2 menit (11).

Dari keempat produk yang diuji, diperoleh waktu hancur rata-rata 0,84 menit sampai 1,99 menit. Artinya dari 4 produk yang diuji semuanya memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Far-makope Indonesia Edisi IV, yaitu waktu hancur untuk tablet sublingual tidak lebih dari 2 menit. Baiknya waktu hancur dapat disebabkan masa jenis dan jumlah bahan obat yang diracik termasuk seluruh bahan pembantu yang ditambahkan

khu-susnya bahan pengikat (bahan penggranul) dan juga bahan pelicin, ukuran dan bentuk.

Disolusi Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg

Uji disolusi dalam penelitian ini mengguna-kan alat tipe 2 atau metode paddle, medium yang digunakan untuk tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg adalah aquadest sesuai medium yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia Edisi IV (11).

Uji disolusi dilakukan dengan pengaturan temperatur dan kecepatan putar pengaduk yang dipertahankan selalu pada kondisi konstan, yaitu temperatur dikendalikan pada suhu 37°C+0,5°C dan kecepatan putar pada 50 rotasi permenit. Hal ini dimaksudkan bila terjadi kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien konsentrasi (Cs) juga meningkatkan energi kinetika molekul obat yang besar kaitannya dengan tetapan difusi (D), sehing-ga berpensehing-garuh pada peningkatan kecepatan per-alatan obat. Selain itu juga intensitas pengadukan harus dijaga supaya tetap, karena perubahan ke-cepatan pengadukan akan berpengaruh pada nilai

h yaitu tebalnya lapisan difusi atau stagnant layer juga akan mempengaruhi penyebaran partikel. Pengadukan yang semakin cepat akan memper-tipis stagnant layers yang terbentuk serta akan memperluas permukaan partikel yang kontak de-ngan pelarut sehingga berdampak pada pening-katan kecepatan palarutan obat (13).

Pada saat pengambilan sampel, cairan medium diganti dengan medium yang baru pada suhu dan volume yang sama. Hal ini dimaksudkan agar pengujian disolusi berada di bawah kondisi sink atau kondisi pengujian tanpa adanya penga-ruh gradien konsentrasi.

Waktu yang diperlukan untuk menyatakan hasil uji kecepatan pelarutan adalah 30 menit, karena diperkirakan zat aktif dalam tablet sudah larut tidak kurang dari 70%. Farmakope Indonesia Edisi IV mensyaratkan bahwa tablet isosorbid dinitrat 5 mg dinyatakan lolos uji pelarutan jika dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 70% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket. Contoh perhitungan nilai Q dapat dilihat pada lampiran 7. Nilai Q yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kadar Zat Aktif Terlarut dari Tablet Isosorbid Dinitrat pada Waktu 30 menit

(5)

Tabel 2 merupakan hasil penetapan kadar zat terlarut dari tablet isosorbid dinitrat 5 mg pada menit ke-30. Dari hasil penelitian diperoleh kadar zat terlarut antara 76,61% sampai 102,80%. Hal ini berarti bahwa keempat produk yang diuji, semua-nya memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV.

Hasil produk GB paling rendah kemungkin-an disebabkkemungkin-an faktor formulasi. Di samping itu dilihat dari sifat fisik tablet untuk tablet keras maka waktu hancurnya semakin lama sehingga melarut-nya juga lama. Pengamatan waktu yang diguna-kan untuk uji disolusi dalam penelitian ini adalah 60 menit.

Parameter lain yang digunakan untuk me-nyatakan uji disolusi adalah DE yang meme-nyatakan perbandingan antara luas daerah di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama menggambarkan 100% obat terlarut dalam medium. Pengungkapan hasil proses disolusi dalam Dissolution Effisiency (DE) lebih sering di-gunakan karena mampu menggambarkan seluruh proses yang terjadi.

Perhitungan DE60 tiap-tiap produk dilaku-kan dengan menghitung AUC (luas area di bawah kurva) pada masing-masing produk selama 60 menit dibandingkan dengan luas daerah persegi panjang selama 60 menit, yaitu konsentrasi kadar zat terlarut seluruhnya pada keadaan tunak dikali dengan menit pengamatan (14). Contoh perhitung-an dapat dilihat pada lampirperhitung-an 9.

Untuk mengetahui Disolusition Efisiency

pada waktu 60 menit (DE60), maka pengamatan uji disolusi dilakukan selama 60 menit, karena dalam waktu tersebut diperkirakan zat aktif dalam tablet sudah terlarut lebih dari 70%.

Keseluruhan profil disolusi sediaan generik dan sediaan dengan nama dagang dapat dilihat hasilnya pada Gambar 1

Gambar 1. Profil disolusi tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg.

Pada gambar 1 profil disolusi pada menit ke 5 menghasilkan kadar zat terlarut kecil karena tablet isosorbid dinitrat mengalami proses gasi, pada menit ke 15 dipengaruhi proses deagre-gasi tetapi ada kenaikan zat terlarut dibandingkan dengan menit ke 5, selanjutnya menit ke 30

sam-pai menit ke 60 merupakan proses disolusi, dari keempat produk pada menit ke 60 sudah stabil. Dari semua produk dari waktu ke waktu mengalami peningkatan tetapi pada produk GB hasil kenaikan kelarutan lebih rendah dibandingkan ketiga pro-duk yang lain hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan bahan tambahan dalam tablet. Perhitungan DE hasilnya lebih rendah karena pro-ses kelarutan obat (disolusi) melalui propro-ses de-agregasi.

Hasil disolusi tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg sediaan generik dan sediaan dengan nama dagang dalam media aquades yang diungkapkan dalam DE60 (%) dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kadar Zat Terlarut dalam DE60 Tablet Isosorbid

Dinitrat 5 mg Sediaan Generik dan Sediaan dengan terbesar pada produk GA sebesar 97,5% dan DE60 terkecil pada sediaan GB sebesar 71,7%. Produk GB paling rendah di antara produk yang lain. Sediaan GB memiliki kekerasan tablet yang besar dan waktu hancur yang besar sehingga obat sukar melarut dan kadar zat terlarut pada waktu 60 menit kecil. Nilai Q pada menit tertentu mempunyai kele-mahan karena tidak menggambarkan proses ke-larutan sejak awal dan keseluruhan proses yang terjadi.

Keseluruhan pengujian yang dilakukan, baik uji sifat fisik dan disolusi menunjukkan hasil bahwa tablet isosorbid dinitrat 5 mg, baik sediaan generik maupun sediaan dengan nama dagang yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa tablet isosorbid dinitrat 5 mg sediaan generik yang harganya lebih murah dibandingkan dengan harga tablet isosorbid dinitrat 5 mg sediaan dengan nama dagang mempunyai kesetaraan mutu dalam hal terpenuhinya persyaratan menurut Farmakope Indonesia.

(6)

KESIMPULAN

1. Sifat fisik tablet Isosorbid Dinitrat sediaan gene-rik dan sediaan dengan nama dagang meme-nuhi persyaratan berdasarkan Farmakope Indo-nesia dan pustaka resmi yang lain.

2. Disolusi tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg sediaan generik dan sediaan dengan nama dagang yang dinyatakan dengan nilai Q pada waktu 30 menit untuk semua produk memenuhi persya-ratan Farmakope Indonesia Edisi IV dan uji disolusi yang dihitung dalam DE60 (%) untuk masing-masing sediaan Paten A (PA), Generik A (GA), Generik B (GB), Generik C (GC) secara Daerah Kupang Periode Juli-Desember 2006. (online). http//www. Medicastore.com. diakses tanggal 03 maret 2010.

2. Rahayu, S., Soemardi, F., dan Indriyani, 2006, Penetapan Kadar Kaplet Amoxsisilin (generik) dan Amoxsisilin (merk) dengan metode KCKT, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol IV, No 1 42-43. 3. Harianto, Sabarijah, W., dan Tramiturwuri, F.,

2006. Perbandingan Mutu dan Harga Tablet Amoxsisilin 500 mg Generik dengan non generik yang Beredar Dipasaran, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.3, Hal 137, http://jurnal. farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/vo3no3/harianto.pdf. 4. Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan

Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, UI-Press, Jakarta. Hal.11-123-259,

5. Anonim, 2010, Informasi Obat Isosorbid Di-nitrat. (online), http//www.DinasProvinsiJawa Barat.com, Diakses tanggal 17 Februari 2010. 6. Frank, R.G., 1993. The Ongoing Regulation of

Generic Drugs. (online). http//www. Journal of Medicine. Com. Vol.3. Diakses tanggal 03 Maret 2010.

7. Majalah Tempo, 2010, Penggunaan Obat Ge-nerik Menurun (online), http//www.majalah Tempo.Com. Diakses tanggal 02 Maret 2010. 8. Martin, A., Swarbriek,J., Cammarata,A.,1983,

Farmasi Fisik, Dasar-Dasar Kimia Fisika Dalam Ilmu Farmasetik, diterjemahkan oleh Yoshita, ed.3, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hal. 845-848

9. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Far-masi, diterjemahkan oleh Soendani Noenoro S., ed.5, Gadjah Mada University Press, Yogya-karta. Hal. 165 – 212

10. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope Indonesia, ed.3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal 7

11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, ed.4,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal 4-5, 322-323

12. Parrott, E.L., 1970, Pharmaceutical Technogy Fundamental Pharmaceutics, ed.3, Burgess Puplibising Company, Minaeapolis, Hal 82-87 13. Shargel, L, Yu, 1988, Biofarmasetika dan

Farmakokinetika Terapan, ed.2, diterjemahkan oleh Fasich, Siti Sjamsiah, Airlangga University Press, Surabaya. Hal. 95-106

14. Khan, K.A, 1975. The Concept of Dissolution Efficiency, J.Pharmacy Pharmacology. Vol.27. Hal 48-49

LAMPIRAN

1. Contoh Perhitungan Keseragaman Bobot di-bandingkan dengan Pesyaratan Farmakope Indonesia Edisi III

Tablet Isosorbid dinitrat GA mempunyai bobot rata-rata 170,35 mg.

(7)

3. Data Keragaman Bobot Tablet Isosorbid

4. Data Penyimpangan Bobot Rata-Rata Tablet Isosorbid Dinitrat Indonesia Edisi III (< 151 mg)

Kolom A (mg) Indonesia Edisi III (> 151 mg)

Kolom A (mg)

5. Data Kekerasan Tablet Isosorbid Dinitrat 5mg

6. Data Waktu Hancur Tablet Isosorbid Dinitrat 5mg

7. Contoh Perhitungan Q pada Waktu 30 Menit

Q adalah jumlah obat yang terlarut pada waktu tertentu yang dinyatakan sebagai persentase dari kandungan yang tertera pada etiket.

Tablet Isosorbid Dinitrat produk PA dengan bobot 170 mg yang diuji disolusi, pada waktu 30 menit memperoleh luas area 31,087. Nilai luas area dimasukkan kurva baku dengan persamaan y = 8,110x – 14,200 diperoleh kadar 5,584 µg/ml. Dari kadar yang diperoleh kemudian dikalikan volume disolusi.

Jumlah obat terlarut dalam waktu 30 menit adalah :

(8)

8. Data Kadar Zat Terlarut Tablet Isosorbid Dinitrat 5mg pada Waktu 30 Menit

Generik A

No Luas area Vol. Disolusi

(mg) Jumlah (mg) Q (%)

1 31122 900 5,14 102,8

2 31122 900 5,14 102,8

3 32185 900 5,14 102,9

Rata-rata 102,8

SD 0,051

CV 0,05

Generik B

No Luas area Vol. Disolusi

(mg) Jumlah (mg) Q (%)

1 20464 900 3,85 76,9

2 20108 900 3,81 76,1

3 20508 900 3,85 77,0

Rata-rata 76,67

SD 0,493

CV 0,64

Generik C

No Luas area Vol. Disolusi (mg) Jumlah (mg) Q (%)

1 30502 900 4,96 99,2

2 30467 900 4,95 99,2

3 30435 900 4,95 99,0

Rata-rata 99,1

SD 0,115

CV 0,11

Paten A

No Luas area Vol. Disolusi (mg) Jumlah (mg) Q (%)

1 31087 900 5,02 100,5

2 30572 900 4,97 99,3

3 30579 900 4,97 99,3

Rata-rata 99,7

SD 0,695

CV 0,69

9. Contoh perhitungan DE 60

A. Perhitungan kadar zat aktif terdisolusi dalam media disolusi 900 ml

Tablet Isosorbid Dinitrat PA dengan bobot 170 mg yang diuji disolusi pada waktu 5 menit memperoleh luas area 24,296. kemudian nilai luas area dimasukkan pada kurva baku dengan persamaan y = 8,110x – 14,200, diperoleh kadar 4,746 µg/ml.

Y = bx + a

Y = 8,110x – 14.200 24,296 = 8,110x – 14.200 X = 4,746 µg/ml. Mg zat terlarut =

=

x 900 ml = mg

B. Perhitungan kadar hasil disolusi dari tablet isosorbid dinitrat dengan bobot 170 mg

Waktu Jumlah

obat (mg) Faktor Koreksi Jumlah obat terkoreksi

5 4,272 0 4,272 + 0 = 4,272

10 4,625

0,02 4,272 + 0,02 = 4,645

15 4,887 0,04 4,887+ 0,04 =4,927

30 5,025

0,06 5,025+ 0,06 =5,085

60 5,129

(9)

C. Persentase DE60

Untuk menghitung efisiensi disolusi pada 60 menit, digunakan persamaan: DE60=

Luas bidang A =

{ } = 10,68

{ } = 22,29

{ } = 23,93

{ } = 75,09

{ } = 154,41

Jumlah Luas bidang A = 286,4 mg.menit

Bila rata-rata pada tablet Isosorbit Dinitrat PA adalah 167,8 mg sesuai yang tercantum pada lampiran 2 dengan kandungan Isosorbid Dinitrat 5 mg sesuai tertera pada etiket. Jika yang diuji disolusi untuk tablet PA memiliki berat 170 mg, maka mengandung Isosordit Dinitrat sebanyak :

Luas A+B = x 60 menit = 303,92 mg. menit DE =

DE =

= 94,21%

10. Data Perhitungan DE60 dinyatakan dalam %

Paten A

No Bobot tablet Luas A Luas A+B DE60 (%)

1 170 286,41 303,90 94,21

2 168 283,12 300,31 94,22

3 169 284,04 302,12 94,01

Rata-rata 94,13

SD 0,112

CV 0,12

Generik A

No Bobot tablet Luas A Luas A+B DE60 (%)

1 149 288,17 295,59 96,54

2 147 301,97 295,54 102,21

3 154 290,12 308,61 94,01

Rata-rata 97,58

SD 4,19

CV 4,29

Generik B

No Bobot tablet Luas A Luas A+B DE60 (%)

1 170 215,55 299,3 72,01

2 170 210,625 299,3 70,40

3 172 218,01 302,9 72,92

Rata-rata 71,77

SD 1,272

CV 1,76

Generik C

No Bobot tablet Luas A Luas A+B DE60 (%)

1 122 282,35 294,8 95,77

2 124 281,82 298,7 94,34

3 124 281,07 298,7 94,09

Rata-rata 94,73

SD 0,90

(10)

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg
Tabel 2. Kadar Zat Aktif Terlarut dari Tablet Isosorbid Dinitrat  pada Waktu 30 menit
Tabel 3. Kadar Zat Terlarut dalam DE60Dinitrat 5 mg Sediaan Generik dan Sediaan dengan  Tablet Isosorbid Nama Dagang

Referensi

Dokumen terkait

diharapkan pengelolaan tabungan mudharabah berjangka berdasarkan PSAK 105 dapat sepenuhnya diterapkan dalam produk tabungan mudharabah berjangka di KSP-PS KUM3 Darussalam

- Secara umum komunikasi data dapat dikatakan sebagai proses pengiriman informasi (data) yang telah diubah dalam suatu kode tertentu yang telah disepakati

Pada orang dewasa atau pasien yang lebih kooperatif, usaha awal pada pengeluaran benda asing dapat dilakukan dengan menutup rongga hidung yang tidak ada benda

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Jumlah fitoplankton yang ditemukan di perairan laut Dusun Ujung, Teluk Ekas terdiri dari 92

Pihak yang berwenang harus mengelola (must maintain) daftar nomor tersebut. 7.22.2 Persetujuan multilateral dapat dilakukan dengan validasi sertifikat asli yang dikeluarkan

Kami namakan RanJau (Ransel Jas Hujan), dimana barang tersebut menpunyai fungsi sebagai jas hujan yang dapat melindungi tubuh dari hujan dan sekaligus tas ransel yang dapat

Hasil penelitian hubungan antara citra diri dengan sikap terhadap selfie pada mahasiswa putri di Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,

(2) faktor-faktor yang menentukan keberhasilan guru PJOK dalam penerapan pembelajaran PJOK berbasis kurikulum 2013 di Sekolah Dasar di Kota Kediri ada 5 faktor penentu