• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Konsentrasi Sianida (Cn¬-) Dan Ph Pada Inlet Dan Outlet Dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Industri Pengolahan Tepung Tapioka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Konsentrasi Sianida (Cn¬-) Dan Ph Pada Inlet Dan Outlet Dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Industri Pengolahan Tepung Tapioka"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Kayu

Ubi kayu adalah tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil

patinya yang sangat layak dicerna, yang terkandung didalam akar lumbung (ubi)

yang secara salah kaprah disebut umbi (Rubatzky dan Mas, 1995).

Sifat fisika dan kimia ubi kayu sangat perlu diketahui apabila ubi kayu

tersebut akan diolah. Ada beberapa jenis ubi kayu yang memiliki kadar asam

sianida (HCN/Asam Biru) tinggi yang apabila digunakan dalam pengolahan basah

dari bahan ubi kayu segar,akan memberikan hasil yang kurang baik. Ubi kayu

dengan kadar HCN tinggi dapat digunakan dalam industri pati ubi kayu, karena

selama proses perendaman maupun pencucian, kadar HCN ini akan berkurang.

Hal ini disebabkan oleh sifat HCN yang mudah larut dalam air (Djaafar dan Siti,

2003).

2.2 Tapioka

Tapioka adalah pati yang terdapat dalam umbi ubi kayu, biasa disebut singkong.

(2)

Tabel 2.1. Komposisi Rata – Rata Umbi Ubi Kayu

Air 65%

Pati 32%

Protein 1%

Lemak 0,4%

Serat 0,8%

Abu 0,4%

Selain pati, umbi singkong mengandung gula dan sedikit asam sianida

dalam kadar rendah. Asam sianida ini sebagian ada dalam bentuk asam bebas dan

sebagian lagi dalam bentuk senyawa kimia yang akan terbebaskan oleh asam

enzim apabila selnya dipecah(Potter, 1994).

2.2.1 Pengolahan Tepung Tapioka

Pada umumnya dalam pembuatan tepung tapioka dihasilkan tepung tapioka

sebagai produk utama dan ampas (onggok) sebagai limbah padat, serta limbah

cair. Urutan langkah kerja dalam proses pengolahan tepung tapioka dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemarutan

Tujuan utama pemarutan adalah memperkecil volume agar lebih mudah

dihancurkan dan diekstrak patinya.

(3)

Singkong yang telah diparut segera dihancurkan dengan blender atau

mesin giling daging. Apabila perlu dapat ditambahkan sedikit air.

3. Ekstraksi ( pemisahan sari singkong )

Untuk memisahkan sari singkong dapat dilakukan dengan cara seperti

pembuatan santan. Mula-mula ditambahkan air bersih sedikit demi

sedikit sambil diremas dan diaduk-aduk, kemudian disaring dengan

saringan kain yang ditopang dengan kalo atau iring (saringan kasar yang

terbuat dari bambu). Selanjutnya ampas dibungkus dengan kain dan

dipres agar seluruh airnya keluar. Filtrat atau cairan hasil penyaringan

bewarna putih atau kuning keruh. Kegiatan ekstraksi diulang 2-3 kali

berturut-turut atau sampai cairan yang keluar menjadi jernih.

4. Pengendapan I – Pemisahan Air

Filtrat dipindahkan kedalam bak-bak pengendapan dan didiamkan

beberapa saat agar pati yang terdapat dalam filtrat (aci basah) dan cairan

yang ada diatas menjadi lebih jernih. Pengendapan I ini membutuhkan

waktu selama 1-3 jam, kemudian cairan dipisahkan dengan cara dituang.

5. Pencucian aci basah

Aci basah dapat langsung dikeringkan dan digiling menjadi tepung

tapioka yang kasar, berkualitas rendah, kadar HCN tinggi dan harga jual

murah. Untuk meningkatkan kualitas, aci basah perlu dicuci 3-4 kali

dengan cara sebagai berikut. Aci basah ditambah air bersih (1:1),

diaduk-aduk hingga seluruhnya hancur dan tercampur rata (larutan bewarna

putih susu), kemudian didiamkan selama 15-30 menit agar pati

(4)

agar pati tidak ikut terbuang. Dengan pencucian ini, semakin banyak

asam sianida (HCN) yang ikut terbuang sehingga kandungan HCN

berkurang.

6. Pemutihan

Pemutihan dilakukan dengan menggunakan larutan garam setelah

pencucian selesai. Konsentrasi larutan garam yang digunakan adalah 2%

(20 g per liter air perendaman) sebanyak 1,5-2x volume aci

basah(Suprapti, 2005).

2.3 Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

hidup dibumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa

lain. Penggunaan air utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air

minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia

itu sendiri. Didalam tubuh manusia, air diperlukan untuk melarutkan berbagai

jenis zat yang diperlukan tubuh. Mengingat pentingnya peranan air, sangat

diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi

kuantitas dan kualitasnya(Mulia, 2005).

Peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air

menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun penggolongan air

menurut peruntukkannya adalah :

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan untuk air minum secara

(5)

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air

(Effendi, 2003).

2.3.1 Polusi Air

Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari

kemurnianya. Air yang tersebar dialam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,

tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi.

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis

air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Untuk mengetahui

apakah suatu air terpolusi atau tidak diperlukan pengujian untuk menentukan

sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari

batasan-batasan polusi air. Sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk

menentukan tingkat polusi air misalnya :

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas

2. Suhu

3. Warna, bau dan rasa

4. Jumlah padatan

5. Nilai BOD / COD

6. Pencemaran mikroorganisme patogen

7. Kandungan minyak

(6)

9. Kandungan bahan radioaktif (Fardiaz, 1992)

2.4 Air Limbah

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang

tanpa pengolahan kedalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha

atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga

(domestic) maupun industri (industry).

Air limbah industry umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air

dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi

sebagai berikut :

1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses

industri

2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku

3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman,

dan sebagainya.

4. Untuk mencuci dan membilas produk dan gedung serta instalasi.

Berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat-zat yang terkandung

didalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai dengan pemakaiannya di

masing-masing industri(Mulia, 2005).

Limbah yang turut andil dalam pencemaran air secara umum

dikelompokkan menjadi limbah domestik, industri dan pertanian. Limbah

dosmetik (sewage) merupakan larutan yang kompleks terdiri dari air (biasanya

(7)

mengendap. Pencemaran air berhubungan dengan masalah limbah yang

tergantung pada sifat-sifat kontaminan yang memerlukan oksigen, memacu

pertumbuhan algae, penyakit dan zat toksik. Pencemaran terhadap sumber daya

air dapat terjadi secara langsung dari saluran pembuangan (sewer) atau buangan

industri (point source) atau secara tidak langsung melalui pencemaran air dan

limpasan dari daerah pertanian dan perkotaan (nonpoint source) (Asmadi dan

Suharno, 2012).

2.4.1 Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu karakteristik

fisik, karakterisrik kimia dan karakteristik biologi air limbah. Semua karakteristik

air limbah diatas mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara satu dengan

yang lain. Sebagai contoh, temperatur (sifat fisik) akan mempengaruhi aktivitas

biologi dalam air limbah dan jumlah gas yang terlarut dalam air limbah.

1. Karakteristik fisik

Karakteristik limbah cair yang terkait dengan estetika karena sifat

fisiknya yang mudah terlihat dan dapat diidentifikasi secara langsung.

Karakteristik limbah cair meliputi :

a. Padatan total (Total Solid)

Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan sampel

limbah cair pada temperatur 103-105oC. Menurut Sugiharto (1997)

bahan padatan total terdiri dari bahan padat tak terlarut dan bahan

padat terapung serta senyawa-senyawa yang terlarut dalam air (zat

padat yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi (zat yang tidak

(8)

b. Bau

Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Penyebab

adanya bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas

terlarut dan hasil samping dari pembusukan bahan organik. Bau

yang dihasilkan oleh air limbah pada umumnya berupa gas yang

dihasilkan dari peruraian zat organik yang terkandung dalam air

limbah, seperti Hidrogen Sulfida (H2S).

c. Temperatur

Temperatur merupakan salah satu parameter yang penting dalam

air. Temperatur dalam air dapat menentukan besarnya kehadiran

spesies biologi dan tingkat akivitasnya. Pada temperatur yang

rendah aktivitas biologi seperti pertumbuhan dan reproduksi akan

menjadi lebih lambat. Sebaliknya jika suhu meningkat maka

aktivitas biologi juga akan meningkat. Suhu air limbah biasanya

lebih tinggi dari pada air bersih.

d. Kepadatan (Density)

Kepadatan limbah cair didefinisikan sebagai masa per volume.

Densitas merupakan karakteristik penting dalam limbah cair karena

dapat memberikan informasi tingkat densitas air limbah dalam bak

sedimentasi maupun unit lain dalam instalasi pengolahan air limbah.

e. Warna

Air murni tidak bewarna tetapi seringkali diwarnai oleh bahan

asing. Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada

(9)

Karakteristik yang sangat mencolok pada air limbah adalah bewarna

yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae.

f. Kekeruhan

Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat

organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang

tidak mengendap segera. Kekeruhan yang ada dalam air buangan

disebabkan oleh berbagai macam suspended solid yang ada.

2. Karakteristik Kimia

Kandungan bahan kimia dalam air dapat merugikan lingkungan. Bahan

organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam sungai serta akan

menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada pengolahan air bersih.

Secara umum, karakteristik kimia limbah cair dapat dibedakan menjadi

zat organik dan anorganik.

a. Zat Organik

Senyawa organik biasanya terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen

serta nitrogen. Beberapa bentuk senyawa organik dalam limbah

antara lain.

i. Protein

Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil.

Sebagian protein larut dalam air dan sebagian lainnya tidak.

Seluruh protein mengandung karbon, yang biasanya adalah

(10)

ii. Minyak dan lemak

Minyak dan lemak adalah komponen penting dalam makanan

dan biasanya terdapat dalam air limbah. Lemak merupakan

senyawa organik yang stabil dalam air dan tidak mudah

diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat dalam limbah

cair, dapat merugikan karena dapat menghambat aktivitas

biologi mikroba untuk pengolahan limbah cair.

iii. Karbohidrat

Karbohidrat terdapat dalam alam secara bebas dalam bentuk

pati, selulosa dan serat kayu, yang semuanya dapat berada

dalam air limbah. Karbohidrat mengandung karbon, hydrogen

dan oksigen. Umumya karbohidrat terdiri dari enam atom

karbon atau kelipatannya didalam molekul-molekulnya.

iv. Pestisida

Pestisida termasuk diantaranya inteksida dan herbisida telah

banyak digunakan pada saat ini baik pada perkotaan maupun

pertanian. Penggunaannya yang salah dapat menyebabkan

kontaminasi pada aliran air. Banyak dari pestisida ini bersifat

toksik dan akan terakumulasi sehingga menyebabkan

permasalahan tingkat rantai makananan yang tertinggi.

b. Zat Anorganik

Menurut sugiharto (1987), parameter limbah cair yang tergolong

dalam zat anorganik adalah sebagai berikut :

(11)

kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih

memungkinkan kehidupan biologis didalam air berjalan

baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral (pH 7)

ii. Alkalinitas

Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh

adanya hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium,

magnesium, dan natrium atau kalium.

iii. Logam

Logam seperti nikel Ni, Mg, Fe meskipun dalam

konsentrasi yang rendah dibutuhkan oleh mikroorganisme

tetapi dengan kadar yang berlebih dapat membahayakan

kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan-polutan berupa

logam berat Pb, Cd, Hg dan logam lainnya dalam

konsentrasi yang melebihi ambang batas dalam air limbah

dapat membahayakan bagi makhluk hidup.

3. Karakteristik Biologi

Air limbah biasanya mengandung organisme yang memiliki peranan

penting dalam pengolahan air limbah secara biologi, tetapi ada juga

mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan. Mikroorganisme

tersebut antara lain bakteri, jamur protozoa dan alga(Asmadi dan

(12)

2.4.2 Dampak Buruk Air Limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk

bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Gangguan Kesehatan

air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu didalam air limbah

mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang

mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan

baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat,

kecoa, dan lain-lain)

2. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya : sungai

dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut.

Sebagai contoh, bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila

dibuang langsung kesungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen

yang terlarut (Dissolved Oxygen) didalam sungai tersebut. Dengan

demikian akan menyebabkan kehidupan didalam air yang membutuhkan

oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi

perkembangannya. Adakalanya, air limbah juga dapat merembes kedalam

air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun

(13)

3. Gangguan Terhadap Keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang

sederhana adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat

menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun

pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi

terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut.

Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai

menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari

badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air

tersebut.

4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversikan oleh

bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat

mempercepat proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi

(misalnya pipa saluran air limbah) dan bangunan kotor air lainnya. Dengan

cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin

besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material

(Mulia, 2005).

2.4.3 Pengolahan Air Limbah

Air limbah dalam jumlah besar atau sedikit dalam jangka pajang atau pendek akan

membuat perubahan terhadap lingkungan, untuk itu maka diperlukan pengolahan

(14)

awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan

bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan-bahan organik biodegradable serta

mengurangi organisme pathogen. Namun sejalan dengan perkembangannya,

tujuan pengolahan air limbah sekarang ini juga terkait degan aspek estetika dan

lingkungan(Asmadi dan Suharno, 2012).

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan

bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan

dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisaasi merupakan kolam yang

digunakan untuk mengolah air limbah secara alamiah. Kolam stabilisasi sangat

direkomendasikan untuk pengolahan air limbah didaerah tropis dan negara

berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi

membutuhkan area yang luas dan detention time yang cukup lama (biasanya

20-50 hari). Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik

(anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi (aerobic/

maturation pond). Kolam anaerobic biasanya digunakan untuk mengolah air

limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam

maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen

didalam air limbah. Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya

dilakukan pada Instalasi Pengolahan air limbah / IPAL (Waste Water Treatment

Plant/WWTP). Didalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan

sebagai pengolahan pertama (primary trearment), pengolahan kedua (secondary

treatment), dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) (Mulia, 2005).

(15)

Pengolahan pertama (primary treatment) bertujuan untuk memisahkan

padatan dari air secara fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan

air limbah melalui saringan (filter) dan atau bak sedimentasi

(sedimentation tank). Berfungsi untuk mengambil/menyaring padatan

terapung atau melayang dalam air limbah yang berupa lumpur, sisa kain,

potongan kayu, pasir, minyak dan lemak. Saringan yang digunakan dengan

ukuran 15-30 cm dengan bahan yang tidak mudah berkarat. Saringan ini

harus setiap hari diperiksa untuk mengambil bahan yang terjaring sehingga

tidak membuat kemacetan pada aliran air limbah.

Tujuan pengolahan pertama ini adalah untuk menghilangkan zat padat

tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. Primary treatmen

dilakukan dengan dua metode utama, yaitu pengolahan secara fisika dan

pengolahan secara kimia. Pengolahan kimia yaitu mengendapkan bahan

padatan dengan penambahan bahan kimia. Pengolahan secara fisika

dimungkinkan bila bahan kasar yang telah diolah dengan pengendapan

atau pengapungan. Bahan kimia (koagulan) yang dipakai diantaranya :

alumunium sulfat (tawas), natrium hidroksida, soda abu, soda api, feri

sulfat, feri chlorida, dan lain-lain. Pengendapan adalah kegiatan utama

pada tahap ini. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi

kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis berikutya dan pengendapan

yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi.

a. Penyaringan ( Filtration )

Penyaringan bertujuan untuk mengurangi padatan maupun lumpur

(16)

limbah melalui media yang porous. Hal ini perlu dilakukan sebab

polutan tersebut (padatan, lumpur tercampur dan partikel koloid) dapat

menyebabkan pendangkalan bagi bahan air penerima. Selain itu juga,

polutan tersebut dapat merusak perlatan pengolahan limbah lain seperti

pompa serta dapat juga mengganggu efisiensi dari alat pengolahan

lainnya. Pengoperasian alat filtrasi biasanya dibagi menjadi 2 aktivitas

yakni penyaringan polutan dan pembersih alat filtrasi tersebut (disebut

juga backwashing).

b. Pengendapan (sedimentation)

Pengendapan dapat terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang.

Adakalanya bahan kimia juga dapat ditambahkan untuk menetralkan

keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel yang tercampur.

Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan

oksigen pada proses pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan

yang terjadi adalah pengendapan secara gravitasi. Untuk mempercepat

proses pengendapan ini, kadang-kadanag ditambhakan juga koagulan

sepert alum (tawas). Bahan koagulan yang akan dipergunakan harus

dipersiapkan dengan baik sebelumnya sebab bahan koagulan seperti

tawas cukup sulit larut dalam air.

2. Secondary Treatment

Pengolahan kedua (secondary treatment) yang bertujuan untuk

mengkoagulasi dan menghilangkan koloid serta untuk menstabilkan zat

(17)

mikroorganisme secara aerobic atau anaerobic. Treatment kedua pada

umumnya melibatkan proses biologi dengan tujuan untuk mengurangi atau

menghilangkan bahan organic mikroorganisme yang ada di dalam air

limbah. Untuk proses biologis ini banyak digunakan reaktor lumpur aktif

“trickling filter”.

a. Proses aerobik

Dalam proses aerobik penguraian bahan organik oleh mikroorganisme

dapat terjadi dengan kehadiran oksigen sebagai electron aceptor dalam

limbah. Proses aerobic biasanya dilakukan dengan bantuan lumpur

aktif (activated sludge), yaitu lumpur yang banyak mengandung

bakteri pengurai. Hasil akhir yang dominan dari proses ini bila

dikonversi terjadi secara sempurna adalah karbon dioksida, uap air

serta excess sludge. Lumpur aktif tersebut sering disebut dengan

MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid). Terdapat dua hal penting

dalam proses ini, yakni proses pertumbuhan bakteri dan proses

penambahan oksigen. Bakteri akan berkembang biak apabila jumlah

makanan didalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri

dapat dipertahankan secara konsisten. Dalam proses aerobic, terjadi

proses konversi stoikiometri dengan bakteri sebagai berikut :

COHNS (zat organic) + O2 + nutrients CO2 + NH2 +

C5H7NO2 (new cells) + end product endogeneuos respiration

C5H7NO2 + 5O2 5CO2 + H2O + NH3 + energy

Pada prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen kedalam

(18)

1) Memasukkan udara kedalam air

2) Memaksa air keatas untuk berkontak dengan oksigen

Memasukkan udara kedalam air limbah biasanya melalui benda

porous atau nozzle. Apabila udara yang dimasukkan kedalam air oleh

pompa tekanan. Dalam penetapan nozzle harus juga dipertimbangkan

karakter pencampuran (mixing Characteristic) yang terjadi akibat

pemasukan oksigen kedalam air limbah. Semakin baik karakter

pencampuran, semakin besar kemungkinan kontak antara activated

sludger dengan bahan organik dalam air limbah. Memaksa air keatas

untuk berkontak dengan oksigen dilakukan dengan menggunakan

pemutar baling-baling (aerator) yang diletakkan pada permukaan air

limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat keatas dan

kontak langsung dengan udara sekitarnya. Biasanya bila terdapat

senyawa nitrat organik, hasil akhir juga mengandung Nitrat dan terjadi

penurunan pH.

b. Proses Anaerobic

Dalam proses anaerobik zat organik diuraikan tanpa kehadiran

oksigen. Hasil akhir yang dominan dari proses anaerobic adalah biogas

(campuran methane dan carbon dioksida), uap air serta sedikit exces

sludge. Proses anaerobic pada zat organic meliputi rangkaian tahapan

(19)

Mula – mula bahan organik dihidroksida extra celluler enzymes

menjadi produk terlarut sehingga ukurannya dapat menembus

membran cell. Senyawa terlarut ini kemudian dioksidasi secara

anaerobic menjadi asam lemak rantai pendek, alcohols, carbon

dioxide, hydrogen dan amonia. Asam lemak rantai pendek, (selain

acetate) dikonversi menjadi acetate, hydrogen gas dan carbon dioxide.

Langkah terakhir, methanogenesis, berasal dari reduksi carbon dioxide

dari hydrogen dan acetate.

3. Tertiary Treatment

Pengolahan ketiga (tertiary treatment) yang merupakan kelanjutan dari

pengolahan kedua. Umunya pengolahan ini untuk menghilangkan nutrisi /

unsur hara khususnya nitrat dan fosfat. Disamping itu juga pada tahapan

ini dapat dilakukan pemusnahan mikroorganisme pathogen dengan

penambahan chlor pada air limbah. Pengolahan tingkat lanjutan / khusus

ini ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa anorganik,

diantaranya calsium, kalium, sulfat, nitrat, phospor, dan lain lain maupun

senyawa kimia organik. Proses-proses kimia, fisika dan biologis yang

terjadi pada pengolahan tingkat lanjut ini antara lain : filtrasi, destilasi,

pengapungan, dan lain-lain. Proses kimia meliputi absorbsi karbon aktif,

pengendapan kimia, oksidasi dan reduksi. Sedangkan proses biologi

(20)

4. Pengolahan Lanjut

Dari proses tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa

lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus, agar lumpur

tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Pengolahan lumpur yang masih

sedikit mengandung bahan nitrogen dan mempermudah proses

pengangkutan, maka diperlukan beberapa tahapan pengolahan antara lain :

a. Proses pemekatan

b. Proses penstabilan

c. Proses pengaturan

d. Proses pengurangan air

e. Proses pengeringan

f. Proses pembuangan (Asmadi dan Suharno, 2012).

2.5 pH

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8,

sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung

dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan

mempunyai pH 6.2-7.6, air buangan pabrik susu dan produk - produk susu

biasanya mempunyai pH 5.3–7.8, air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5–7.4,

sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6–9.5.

Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali (pH naik) maupun

kearah asam (pH menurun), akan sangat menganggu kehidupan ikan dan hewan

(21)

sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan perkaratan pada pipa-pipa

besi (Fardiaz, 1992).

pH juga mempengaruhi toksiksitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium

yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.

Amonium bersifat tidak toksik (innocuous). Namun pada suasana alkalis (pH

tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tak dapat terionisasi (unionized) dan

bersifat toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam tubuh

organisme akuatik dibandingkan dengan amonium. Sebagian besar biota akuatik

sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH

sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi

akan berakhir jika pH rendah (Effendi, 2003).

2.6 Sianida (CN-)

Sianida adalah senyawa sian (CN) yang sudah lama terkenal sebagai racun.

Didalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia,

orang merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis

menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai

tumbuhan. Apabila ada didalam air minum, maka untuk menghilangkannya

diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hydrocyanida juga mudah

terbakar(Slamet, 1994).

Sianida diperairan terutama berasal dari limbah industri, misalnya industri

(22)

industi besi baja. Sianida bersifat biodegradable dan mudah berikatan dengan ion

logam, misalnya tembaga dan besi. Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen

pada makhluk hidup. Sianida juga bersifat toksik bagi ikan, kadar sianida 0,2

mg/liter sudah mengakibatkan toksisitas akut bagi ikan. Kadar sianida diperairan

yang dianjurkan adalah sekitar 0,005 mg/liter. Toksisitas sianida akan meningkat

dengan berkurangnya kadar oksigen terlarut (Effendi, 2003).

Sianida dapat dihilangkan dengan pengasaman dan aerasi. Atau dengan

pengendapan dengan ferro sulfat dan kapur. Klorinasi dalam larutan alkali dapat

mengubahnya menjadi toxic sianat yang lebih kecil seperti NaOCN. Penambahan

asam kedalam limbah sianida membebaskan toksik tinggi dari hydrogen sianida

(HCN) (Pair and John, 1963).

2.7 Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan

(23)

1. Sumber ; sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah

lampu wolfram. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang

dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.

2. Monokromator ; digunakan untuk memperoleh sumber, sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating.

3. Sel absorpsi ; pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca atau kuvet

kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita

harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada

daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10mm, tetapi yang lebih kecil

ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasanya digunakan

berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat juga digunakan.

4. Detektor ; peranan detektor penerima adalah memberikan respons terhadap

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Rata – Rata Umbi Ubi Kayu

Referensi

Dokumen terkait

OCBC Bank Singapore adalah salah satu Bank tertua di Singapura yang didirikan tahun 1912 dan merupakan salah satu perusahaan keuangan terbesar di Asia, dengan aset grup usaha lebih

Peranan sport massage adalah pada saat manipulasi diberikan maka akan berefek pada pelebaran pembuluh darah sehingga darah akan semakin lancar, sendi semakin tidak kaku

a) Merumuskan masalah dalam kompetisi CTF dan materi kuliah keamanan jaringan komputer. Pada langkah pertama ini mendata semua model-model soal keamaan jaringan komputer

Pelat Idik T.P Illegal Logging FT Reskrimsus Sertifikat Tranining Of Trainers Keaslian Uang Rupiah dst. SAEFUL HAQ

Sedangkan untuk batasan masalah dari aplikasi yang akan dibangun di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan (BKPP) kota Bandung diantaranya: aplikasi yang dibangun

Sehingga bisa menentukan rencana strategis yang benar- benar efektif, melaksanakannya dan dapat dengan cepat melihat perubahan yang terjadi secara tepat

Manajemen strategis adalah proses dan pendekatan terintegrasi yang mencakup analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi, formulasi strategi, implementasi

Begitu juga bobot basah akar (g) yang relatif besar pada pemberian media tanam kompos kulit buah kakao dengan subsoil Ultisol pada M2 yang berbeda tidak nyata