• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometrik Akar Gigi Posterior Dengan Dinding Sinus Maksilaris Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Mahasiswa Suku India FKG USU Padausia 20 Hingga 25 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfometrik Akar Gigi Posterior Dengan Dinding Sinus Maksilaris Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Mahasiswa Suku India FKG USU Padausia 20 Hingga 25 Tahun"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

xvi BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ras India

Penduduk ras India Malaysia merupakan suatu kaum yang berasal dari India

selatan. Mereka telah datang ke Malaysia sejak dua ribu tahun

lalu.Kelompok-kelompok seperti komunitas Chittay-Melaka dan Komunitas Mamak merupakan

keturunan pendatang pada masa Kesultanan Melaka dan pada masa penjajahan

Portugal dan Belanda. Hal tersebut diikuti oleh datangnya orang Indiasecara beramai

ramai dari sub benua India ke Tanah Melayu. Pada tahun 1901, jumlah penduduk

India adalah sebnyak 120,000 dan pada tahun 2005 populasi orang India Tamil

kurang lebih 7% dari total jumlah penduduk di Malaysia (sekitar 1.8juta).6

Masyarakat India termasuk dalam ras Kaukasoid, yaitu dengan nama Indo

Dravida(Indo Eropa).Biasanya golongan ini berasal dari India Selatan.7 Ciri-ciri ras

kaukosoid adalah mereka memiliki maksila yang tidak terlalu protrusi, wajah anterior

atas yang tingginya lebih besar,wajah atas posterior lebih rendah,wajah bagian bawah

yang lebih besar,insisivus maksila dan mandibular protrusi,bibir atas dan bawah yang

protrusi, bagian nasolabial yang besar.8

2.2 Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris, juga dikenali sebagai Antrum of Highmore9 merupakan

sebuah rongga kosong yang berada di dalam tulang maksila.10 Sinus maksilaris

adalah yang terbesar dari rongga paranasal, meliputi ethmoidal, frontal dan sinus

sphenoidal dan biasanya menempati sebagian besar tulang rahang

maksila.11Perkembangan sinus maksilaris dimulai selama periode janin dan berlanjut

setelah lahir. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang pertama terbentuk dan

pertumbuhan berhenti di sekitar usia 20 tahun dengan erupsinya molar 3. Sinus

maksilaris mengandung rongga udara dilapisi dengan membran mukosa. Tulang

(2)

xvii

membrane schneiderian. Membran ini terdiri dari epithelium bersilia yang memiliki

ketebalan 0.8mm.12.13Batas sinus maksilaris pada radiografi terlihat berupa gambaran

radiopak yang tipis dan halus.12Sinus maksilaris secara biologis berfungsi sebagai

pengatur kondisi udara dengan mengatur kelembapan udara inspirasi dan sebagai

penahan (buffer) suhu.11,10 Sinus ini juga mengandung saraf olfaktori yang membantu

penciuman dan membantu sekresi mukus dangan jumlah yang kecil. Sinus maksilaris

juga membantu keseimbanagan kepaladengan mengurangi berat

tengkorak,meningkatkan resonansi suara dan mengisolasi udara yang dihirup.11,10,14

Dinding inferior sinus maksilaris, melengkung bukan datar, dibentuk oleh

sepertiga bagian bawah dinding medial dan dinding bukoalveolar.1 Bentuk lantai

sinus umumnya cekung, selainnya memiliki lantai sinus yang bergelombang atau

mendatar.3

Gambar 1. Diagram dari antrum kiri menunjukkan bentuk dasar dan variasidinding dan tepi antrum. A.Tampilan dari depan; B. Tampilan dari samping.12

Bagian anatomi antrum (lihat gambar 2) dapat dibagi ke dalam 12:

• Sebuah ruang pusat berisikan udara.

Sebuah atap atau batas atas (roof) yang dikelilingi oleh orbita.

(3)

xviii

Sebuah dinding posterior (posterior wall) yang berhubungan dengan fossa

pterygopalatina

Sebuah dinding lateral (lateral wall) yang berhubungan dengan zygoma

dan pipi.

Sebuah dinding anterior (anterior wall) yang berhubungan dengan pipi

Sebuah lantai (floor) yang berhubungan dengan gigi posterior atas.

Suplai darah ke sinus maksilaris terutama berasal dari cabang-cabang terminal

perifer, yang terdiri dari arteri maksilaris yang bercabang dari arteri posterior alveolar

superior dan arteri infraorbital. Arteri palatina mayor juga mensuplai darah pada

bagian inferior sinus. Suplai saraf ke sinus maksilaris berasal dari cabang alveolar

superior rahang atas (V2) di area pembagian saraf trigeminal.13,14,15

2.2.1 Embriologi Sinus Maksilaris

Pada bulan ketiga kehidupan embrio, dimulai dari suatu invaginasi mukosa

meatus media ke arah lateral dan ke arah korpus maksila, sinus maksilaris mulai

terbentuk berupa benih pada dinding lateral pars ethmoidal capsula nasal. Pembesaran

sel-sel ini terus berlanjut sampai lahir, dimana pada saat tersebut volume sinus adalah

6-8 ml.Sewaktu di lahirkan berbentuk silinder dengan ukuan 7 x 4 x 4 mm,14,15 Pada

usia 10 – 12 tahun dasar sinus maksila telah mencapai tinggi yang sama dengan dasar

kavum nasi.14 Di atas umur 12 tahun pertumbuhan sinus maksilaris ke arah inferior,

berhubungan erat dengan erupsi gigi permanen, sehingga ruang yang semula

ditempati oleh tugas-tugas gigi permanen akan mengalami pneumatisasi yang

mengakibatkan volume sinus maksilaris bertambah besar ke arah inferior. Pada umur

18 – 19 tahun erupsi gigi permanen telah lengkap dan di perkirakan pertumbuhan

sinus maksilaris telah selesai.14

Pneumatisasi (peningkatan volume udara yang terkandung di dalam rongga

sinus), dari sinus maksilaris berkaitan dengan erupsi gigi-geligi dan berlangsung

paling cepat antara usia 7-12 tahun.15 Perkembangan pneumatisasi lengkap pada usia

(4)

xix

posterior maksila.13,11Tingkat pneumatisasi bervariasi pada tiap orang dan berbeda

pada sisi kanan dan kiri pada rahang atas.3,11

Ukuran sinus tidak signifikan hingga erupsi gigi permanen.13 Sinus maksilaris

bervariasi perluasannya.9 Lantai sinus meluas di antara gigi yang berdekatan atau

antara akar individu diantara beberapa populasi gigi, menciptakan ketinggian di

permukaan antral (sering disebut sebagai "bukit kecil")2 atau tonjolan dari apikal akar

ke sinus.2 Dimensi rata-rata sinus dewasa mempunyai lebar 2.5-3.5 cm, panjang

3,6-4,5 cm, dan tinggi 3,8-3,6-4,5 cm. Sinus maksilaris volume sekitar 12-15 cm3.Sinus

maksilaris meluas kearah gigi kaninus dan daerah gigi premolar. Umumnya daerah

molar satu berada pada posisi paling dekat dengan sinus maksilaris.13

Gambar 2. Gambaran anatomi sinus maksilaris.16

2.2.2 Kondisi Patologis Sinus Maksilaris Akibat Gigi-Geligi

Hubungan topografi diantara dinding sinus maksilaris bervariasi pada usia,

ukuran dan tahap pneumatisasi sinus maksilaris pada tiap individu.5 Anatomi akar

yang berbentuk tapered dengan diameternya yang semakin kecil pada bagian akar

penting diperhatikan, karena memungkinkan terjadinya perforasi sewaktu melakukan

prosedur perawataan dental seperti perawataan endodonti yang bisa melibatkan

keterkaitan oroantral.1,3 Hubungan anatomi yang sangat dekat diantara apikal akar

(5)

xx

pada saat tindakan reseksi ujung akar atau sewaktu pengeboran tulang, debu

pengeboran tulang tersebut memasuki sinus dan menyebabkan jaringan sinus

terinflamasi dan menyebabkan sinusitis akut atau kronik.5Selain itu infeksi periapikal

dan periodontal dapat menyebar keluar dari batas jaringan pendukung gigi dan

menembus kedalam sinus maksilaris yang dapat menyebabkan sinusitis.5 Hubungan

topografi diantara apikal akar gigi dan sinus maksilaris juga perlu diketahui untuk

menentukkan prognosis saat dilakukan perawatan ortodonti apabila terjadi pergerakan

bodily dan intrusi pada gigi yang dekat dengan sinus maksilaris.4,5

Dasar sinus maksila berdekatan dengan tempat tumbuhnya gigi premolar ke

dua, gigi molar ke satu dan ke dua, bahkan kadang-kadang gigi tumbuh ke dalam

rongga sinus dan hanya tertutup oleh mukosa. Proses supuratif yang terjadi sekitar

gigi-gigi ini dapat menjalar ke mukosa sinus melalui pembuluh darah atau limfe,

sedangkan pencabutan gigi ini dapat menimbulkan hubungan dengan rongga sinus

melalui oroantral yang akan mengakibatkan sinusitis. Didalam sinus kadang-kadang

ada sekat -sekat yang membentuk ruang-ruang dibagian posterior, sehingga dapat

menjadi sumber infeksi terus-menerus.12

Sinusitis merupakan suatu kondisi disebabkan virus,infeksi bakteria,dan

infeksi fungi.15Sinusitis maksilaris adalah kondisi yang melibatkan

inflamasidisebabkan oleh alergi, bakteria, virus. Sinusitis juga disebut rinosinusitis

karena inflamasinya pada mukosa hidung. Faktor lain yang menyebabkan sinusitis

adalah faktor gigi yang disebut sinusitis odontogenik dan sekitar 10% dalam semua

kasus sinusitis maksilaris. Sinusitis odontogenik terjadi akibat eksudat inflamasi

mengalir masuk kedalam rongga sinus. Gejala klinis sinusitis berupa pilek, sesak

nafas, rasa sakit, nyeri tekan dan pembengkakan. Rasa sakit menyebar sampai area

gigi premolar dan molar..1,15

Mengetahui efek variasi skeletal terhadap morfometrik apikal akar molar dan

sinus maksilas sangat membantu ahli bedah agar memiliki estimasi resiko dan akibat

yang dapat timbul saat prosedur berlangsung.6Resiko yang mungkin terjadi akibat

(6)

xxi

diketahui agar dapat meminimalisirkesalahan sewaktu melakukan perawatan

kedokteran gigi.1

2.3Radiografi Panoramik Digital

Gambaran radiografi terbagi atas radiografi intraoral dan ekstraoral.

Radiografi intra oral merupakan jenis radiografi yang dilakukan dengan meletakkan

film x-ray ke dalam rongga mulut. Radiografi intraoral terdiri dari periapikal

radiograf, interproksimal radiograf, oklusal radiograf. Radiografi extra oral

merupakan jenis radiografi yang dilakukan pada bagian orofasial dengan film

diletakkan pada bagian luar mulut, diantaranya adalah dengan menggunakan

panoramik, CT, CBCT, MRI.12

Radiografi panoramik (pantomografi) adalah teknik untuk menghasilkan

gambar tomografi struktur wajah yang meliputi baik rahang atas dan rahang bawah

lengkung gigi dan struktur pendukungnya. Objek di depan atau di belakang lapisan

gambar tidak jelas ditangkap karena gerakan relatif mereka ke pusat-pusat rotasi

sumber reseptor dan x-ray. Radiografi panoramik sering digunakan sebagai gambaran

evaluasi awal yang dapat memberikan penilaian yang dibutuhkan, atau membantu

menentukan kebutuhan mengunakan radiografi lain.12

Radiografi panoramik digital meliputi semua teknik yang dihasilkan secara

digital (atau komputerisasi) gambar, berbeda dari radiografi konvensional yang

menggunakan film x-ray.Gambar yang diambil secara digital dapat ditransfer secara Gambaran yang menunjukkan hubungan

antara akar molar dan premolar pada sinus maksilaris. 17

(7)

xxii

elektronik ke tenaga kesehatan lain tanpa perubahan kualitas gamabr asli. Sebagai

tambahan, reseptor intraoral digital membutuhkan radiasi lebih sedikit dari film, hal

ini akan mengurangi dosis absorbsi pasien. Software digital imaging menyediakan

berbagai macam program untukmenilai gambar seperti digital ruler, densitomometer.

Digital imaging memiliki programyang tidak tersedia pada radiologi yang

menggunakan film. Ukuran dan intensitas gambar dari area-area dalam digital

radiografi dapat diukur.12,18,19

Sistem digital saat ini juga memiliki sejumlah kerugian dibandingkan dengan

radiografi menggunakan film. Biaya peralatan yang relatif tinggi, dan membutuhkan

komponen monitor dan cadangan penyimpanan data. 12,18,19

Gambar 4.Gambaran normal sinus maksilaris pada radiografi panoramik.12

Radiografi panoramik diindikasikan untuk mengevaluasi gigi-geligi yang

belum erupsi, sewaktu melakukan perawatan ortodontik, untuk melihat

perkembangan gigi, kelainanperkembangan, trauma, lesi besar. Radiograf panoramik

memungkinkan dokter gigi untuk melihat area yang luas dari maksila dan mandibular

dalam 1 film sekaligus karena dosis radiasi panoramik adalah 0.004-0.03 mSv lebih

rendah dari dibandingkan dengan foto serial rongga mulut (full mouth series),yaitu

(8)

xxiii

dimana satu gambaran radiografis periapikal adalah 0.001–0.008 mSv).Radiografi

panoramik sering digunakan sebagai pemeriksaan diognostik awal kemudian

berdasarkan interpretasi yang diperolehdokter gigi dapat menentukan kebutuhan

pemeriksaan radiograf penunjang lainnya agar diperoleh gambaran diognosadan

rencana perawatanyang lebih rinci. 12,18,19,

Kontraindikasi penggunaan radiografi panoramik adalah situasi klinis yang

membutuhkan gambaran detail yang dibutuhkan, seperti pada lesi karies, gambaran

puncak alveolar, tingkat densitas pengisian saluran akar, penyakit periodontal atau

lesi periapikal.12,18,19,

2.4 Gambaran Radiografis dan Hubungan Jarak Dinding Sinus Maksilaris dengan Apikal Akar Gigi Geligi

Sebuah antrum terlihat secara radiografi sebagai sebuah rongga radiolusen pada

maksila dengan batasan yang jelas, padat, dikelilingi dinding atau tepi radiopak.

Secara umum, semakin besar rongga maka akan semakin banyak gambaran

radiolusen yang akan muncul.18

Radiograf panoramik yang menunjukkan gambaran nomal dari lantaidan dasar dari ruang antrum (ditunjukkan oleh panah) dalam hubungan dengan gigi posterior atas pada gigi permanen.12

(9)

xxiv

Dari penelitian yang dilakukan oleh Kwak et al. (2004) setiap akar gigi

maksila dan lantai sinus maksilaris dapat diklasifikasikan. Terdapat lima klasifikasi:5

Klasifikasi 0:Akar tidak bersentuhan dengan perbatasan kortikal sinus maksilaris.

Klasifikasi 1: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, akar gigi berkontak

dengan

perbatasan kortikal sinus maksilaris.

Klasifikasi 2:Lantai sinus maksilaris inferior melengkung. Akar secara lateral

terproyeksi pada rongga sinus tetapi puncaknya adalah di luar

batas sinus.

Klasifikasi 3: Lantai sinus maksilaris inferior melengkung, apikal akar terproyeksi di

rongga sinus.

Gambaran variasi morfologi sinus maksilaris dalam hubunganya dengan gigi geligi terdekat. Gambar A dan B tidak memperlihatkan hubungan yang dekat dengan gigi geligi tetapi gambar C dan D menunjukkan hubungan yang dekat dengan sinus

k il i 21

(10)

xxv

Klasifikasi 4: Lantai sinus maksilaris superior membungkus sebagian atau seluruh

akar

gigi

Teknik klasifikasi 3 dan 4 pada radiografi panoramik menunjukkan gambaran sinus

yang terproyeksi ke dinding sinus maksilaris. Kedua klasifikasi ini di diukur

menggunakan sistemsoftware digital

Gambaran klasifikasi gigi geligi maksilari posterior dan hubungannya dengan dinding inferior sinus maksilaris menggunakan radiografi panoramik.5

(11)

xxvi 2.6 Kerangka Teori

Ras India

Sinus maksilaris

Embriologi

Radiografi

Gigi geligi posterior maksila

Panoramik digital

Anatomi dan gambaran radiografi

- P1 dan P2

- M1 dan M2

Hubungan jarak di antara sinus maksilaris

dan apikal gigi posterior maksila Kondisi patologis

(12)

xxvii 2.7 Kerangka Konsep

Gigi geligi posterior rahang atas dan sinus maksilaris mahasiswa

India FKG USU

Radiografi panoramik digital

Interpretasi radiograf hubungan sinus maksilaris dan gigi-geligi

posterior

Ukuran jarak rata-rata apikal akar gigi P1 dan M2 dengan lantai

Gambar

Gambar 4.Gambaran normal sinus maksilaris pada radiografi panoramik.12
Gambar 7Gambaran klasifikasi gigi geligi maksilari posterior dan .  hubungannya dengan dinding inferior sinus maksilaris menggunakan radiografi panoramik.5

Referensi

Dokumen terkait

Posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Batak ditinjau dari radiografi panoramik di FKG USU bervariasi di antara anterior akar premolar satu sampai segaris akar mesiobukal

Radiografi intraoral merupakan radiografi yang menghasilkan gambaran struktur gigi dengan menempatkan film didalam rongga mulut sementara sinar x berada dari

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai variasi posisi foramen mentalis (lubang kecil di bawah akar gigi belakang rahang bawah) pada mahaiswa suku Batak

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui posisi dan perbedaan posisi foramen mentalis pada mahasiswa suku Tionghoa berdasarkan jenis kelamin menggunakan radiografi