• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Kedudukan Koperasi Sebagai Pemegang Saham Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Kedudukan Koperasi Sebagai Pemegang Saham Perseroan Terbatas"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(Konstitusi) khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian

Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Selanjutnya penjelasan Pasal 33 UUD antara lain menyatakan bahwa

kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran

orang-seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.1

Penjelasan Pasal 33 UUD menempatkan koperasi baik dalam kedudukan

sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral

tata perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi

seperti tersebut di atas maka peran koperasi sangatlah penting dalam

menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam

mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri

demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.2

Koperasi adalah soko guru dalam perekonomian nasional, soko guru

sama dengan tiang atau penyangga bagi perekonomian sehingga koperasi

1

Setelah Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penjelasan dihapus. Hal tersebut merupakan salah satu kesepakatan oleh MPR dalam proses Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (lihat Hamdan Zoelva, “Paradigma Baru Politik Pasca Perubahan UUD 1945”, https://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/03/11/paradigma-baru-politik-pasca-perubahan-uud-1945/ , diakses pada tanggal 14 Agustus 2016 pada pukul 20.35 WIB).

2

(2)

memiliki peranan yang penting dalam memajukan perekonomian nasional.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

(“UU Perkoperasian”), koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas asas kekeluargaan.3 Di Indonesia pengenalan koperasi

memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak pemerintahan

penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri

mendeklarasikan sebagai suatu gerakan sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli

1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya4. Pengalaman di tanah air

kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara

alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan

diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang

dasar.

Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang

sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang

dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari

3

Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25 tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Pasal 1 ayat (1).

4

(3)

kelompok masyarakat kelas menengah kebawah.5 Eksistensi koperasi

memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga

sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan

menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya.6 Lembaga koperasi

oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata

kehidupan bangsa Indonesia.7 Di dalamnya terkandung muatan menolong

diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan

beberapa esensi moral lainnya.8 Sangat banyak orang mengetahui tentang

koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya

sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara

benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu

memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan

perhatian dari pemerintah.9

Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi

usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang.

Sampai dengan bulan November 2001, misalnya, berdasarkan data

Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi

di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah

keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang.10 Jumlah itu jika dibanding

5

Tambunan, Tulus. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Kedepan: Masih Relevankah Koperasi dalam Era Modernisasi Ekonomi?. (Jakarta: Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti, 2008), hlm. 3.

6

(4)

dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan

sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami

perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif

per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004

tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55%, sedangkan yang

menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data

tahun 2006 ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi

yang aktif 94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.11 Data

terbaru dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat

bahwa hingga 31 Desember 2015 terdapat 212.315 unit koperasi terdiri dari

150.223 yang aktif dan 61.912 tidak aktif dengan anggota 37.783.160 orang

di seluruh Provinsi di Republik Indonesia.12

Koperasi sebagai wahana usaha produktif masyarakat terus

mengalami perkembangan yang positif dari sisi kelembagaan dan usahanya.

Jumlah koperasi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,2 %

dari tahun sebelumnya. Persentase koperasi aktif juga meningkat dari 71,0

% menjadi 71,7 %. Jumlah anggota dan karyawan koperasi juga meningkat

masing-masing sebesar 9,8 % dan 4,3 %.13 Dari sisi usaha, volume usaha

koperasi pada tahun 2012 meningkat sebesar 25,4 % dari volume usaha

11

Ibid.

12 Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, “Rekapitulasi Data

Koperasi Berdasarkan Provinsi 31 Desember 2015”, (diunduh dari http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-koperasi/ pada tanggal 10 Agustus 2016 pada pukul 12.27 WIB)

13

(5)

pada tahun sebelumnya. Jenis koperasi masih didominasi oleh koperasi

konsumen.14

Dilihat dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil,

menengah dan khususnya koperasi memainkan suatu peran vital di dalam

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara

sedang berkembang (NSB)15 tetapi juga di negara-negara maju (NM)16.

Diakui secara luas bahwa koperasi sangat penting karena

karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar

(UB), terutama karena koperasi adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di

semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan

baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok

masyarakat berpendapatan rendah atau miskin.17 Dengan menyadari betapa

pentingnya koperasi tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di

hampir semua NSB mempunyai berbagai macam program, dengan

14

Ibid.

15

Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. (Lihat “Negara Berkembang”, https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_berkembang)

16

Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara berkembang. Namun beberapa negara telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui pengambilan fosfor dan Brunei Darussalam melalui pengambilan minyak bumi) tanpa mengembangkan industri yang beragam, dan ekonomi berdasarkan-jasa tidak dianggap memiliki status 'negara maju'. Pengamat dan teoritis melihat alasan yang berbeda mengapa beberapa negara (dan lainnya tidak) menikmati perkembangan ekonomi yang tinggi. Banyak alasan menyatakan perkembangan ekonomi membutuhkan kombinasi perwakilan pemerintah (atau demokrasi), sebuah model ekonomi pasar bebas, dan sedikitnya atau ketiadaan korupsi. Beberapa memandang negara kaya menjadi kaya karena eksploitasi dari negara miskin pada masa lalu, melalui imperialisme dan kolonialisme, atau pada masa sekarang, melalui proses globalisasi. (Lihat “Negara Maju”, https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_maju).

17 Tambunan Tulus , Pasar Bebas ASEAN: “Peluang, Tantangan dan Ancaman bagi

(6)

skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung

perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Lembaga-lembaga internasional

seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Organisasi Dunia untuk

Industri dan Pembangunan (UNIDO) dan banyak negara-negara donor

melalui kerjasama-kerjasama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam

upaya-upaya pengembangan (atau capacity building) koperasi di negara

sedang berkembang.18

Kedudukan usaha mikro, kecil, menengah dan khususnya koperasi

sangat vital dalam perekonomian negara. Menurut Utara kedudukan usaha

mikro, kecil, menengah dan khususnya koperasi dalam perekonomian

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : 19

1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di

berbagai sektor;

2. penyedia lapangan kerja yang terbesar;

3. pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat;

4. pencipta pasar baru dan inovasi; serta

5. sumbangan dalam menjaga neraca pembayaran melalui

sumbangannya dalam menghasilkan ekspor.

Posisi penting ini sejak dilanda krisis tidak semuanya berhasil dipertahankan

sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

18

Ibid.

19

(7)

Negara dalam menghadapi perdagangan bebas global dan regional

terdapat peluang yang besar bagi koperasi untuk meraih potensi pasar dan

peluang investasi harus dapat dimanfaatkan dengan baik. 20 Guna

memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi

koperasi menghadapi perdagangan bebas adalah bagaimana mampu

menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Oleh karena

itulah, mulai saat ini koperasi harus mulai berbenah guna menghadapi

perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang.21 Para pelaku

koperasi tidak boleh lagi mengandalkan buruh murah dalam pengembangan

bisnisnya. Kreativitas dan inovasi melalui dukungan penelitian dan

pengembangan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kerjasama dan

pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama

koperasi maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan.22

Berdasarkan hasil dari pembangunan ekonomi yang sudah dapat

dicapai sampai pada saat ini merupakan suatu hasil atas kebersamaan dari

sektor usaha baik pihak swasta selaku perseroan terbatas dan koperasi.23

Hasil dari pembangunan tersebut sudah waktunya perlu diupayakan agar

secara merata dapat dirasakan bagi berbagai kalangan dan lapisan

masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan.24 Pemerintah merupakan

bagian yang terpenting dalam rangka mewujudkan dan mencapai hasil guna

20I Wayan Dipta, “Memperkuat UKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Tahun 2015,” Infokop Volume 21, Oktober 2012, hlm. 9.

21

Ibid.

22

Ibid.

23

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm.61.

24

(8)

secara maksimal dari pembangunan itu sendiri yang mana sesuai dengan

tujuan pemerintah untuk mencapai dan memajukan kesejahteraan, baik

kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi masyarakat umum dan pemegang

saham dari perseroan terbatas dan anggota koperasi sesuai dengan UUPT

dan UU Perkoperasian.

Pencapaian pemerataan kesejahteraan tersebut ialah bisa dengan cara

peralihan saham perseroan terbatas (selanjutnya disebut PT) kepada

koperasi. Upaya peralihan saham tersebut timbul berdasarkan suatu

pemikiran untuk membantu pengembangan koperasi khususnya permodalan

koperasi yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan ekonomi para

anggota; disini letak kekhususan koperasi dimana kesejahteraan ekonomi

para anggota yang menjadi tujuan utama,sehingga dapat dengan segera

tercapainya pemerataan hasil- hasil pembangunan dengan tepat dan sesuai

dengan harapan perwujudan kesejahteraan dari pembangunan itu sendiri.25

Usaha Koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang

berkaitan langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang

usaha maupun kesejahteraannya. Dalam hubungan ini maka pengelolaan

usaha Koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien dalam

arti Koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha

yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya

pada anggota dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil

usaha yang wajar. Untuk mencapai kemampuan usaha seperti tersebut di

25

(9)

atas, maka Koperasi dapat berusaha secara luwes baik ke hulu maupun ke

hilir serta berbagai jenis usaha lainnya yang terkait. Adapun mengenai

pelaksanaan usaha Koperasi, dapat dilakukan di mana saja, baik di dalam

maupun di luar negeri, dengan mempertimbangkan kelayakan usahanya.26

Kemudian, kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.27

Yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan usaha Koperasi adalah

kelebihan kapasitas dana dan daya yang dimiliki oleh Koperasi untuk

melayani anggotanya. Kelebihan kapasitas tersebut oleh Koperasi dapat

dimanfaatkan untuk berusaha dengan bukan anggota dengan tujuan untuk

mengoptimalkan skala ekonomi dalam arti memperbesar volume usaha dan

menekan biaya per unit yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada

anggotanya serta untuk memasyarakatkan Koperasi.28

Penjelasan diatas menujukkan terdapat dua kondisi yang terjadi

ketika melihat koperasi di Indonesia yaitu kondisi koperasi yang dapat

bekerjasama (dalam hal ini kemitraan) dengan PT apabila terjadi

kekurangan modal dan kondisi koperasi yang kelebihan kapasitas yang

dapat dimanfaatkan untuk memperbesar volume usaha. Kondisi yang

26

Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25 tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Penjelasan Pasal 43 ayat (1).

27

Indonesia (Perkoperasian), Undang-Undang Tentang Perkoperasian, UU No. 25 tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Pasal 43 ayat (2).

28 Letezia Tobing, “Ulasan Koperasi Sebagai Pemegang Saham PT”,

(10)

menarik adalah apabila terjadi kelebihan kapasitas yang dapat

dimaksimalkan untuk memperluas usaha.

Koperasi yang memiliki kelebihan kapasitas modal dapat melakukan

penyertaan modal kepada perusahaan yang membutuhkan tambahan modal.

Hal ini dapat terjadi apabila koperasi membentuk Perusahaan Modal

Ventura. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura 29

(“Permenkeu 18/2012”) dijelaskan bahwa Perusahaan Modal

Ventura/Venture Capital Company (“PMV”) adalah badan usaha yang

melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan

yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka

waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian

atas hasil usaha.30

PMV dapat didirikan dalam bentuk badan hukum koperasi. 31

Koperasi yang melakukan kegiatan sebagai PMV harus terlebih dahulu

memperoleh izin usaha dari Menteri.32 Karena dalam UU Perkoperasian

tidak diatur secara eksplisit, untuk mengetahui apakah koperasi dapat

mempunyai saham dalam PT, maka harus merujuk pada pengaturan

29

Sebelumya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

30

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura Pasal 1 angka 2.

31

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura Pasal 11

32

(11)

mengenai Perusahaan Modal Ventura yang berbentuk koperasi sebagai

contoh bahwa koperasi dapat mempunyai saham pada PT.

Koperasi dapat memberikan pembiayaan modal ventura terutama

diberikan kepada perusahaaan yang baru mulai tumbuh dan biasanya belum

mendapat kepercayaan oleh lembaga perbankan untuk memperoleh kredit

bank. Pembiayaan modal ventura oleh koperasi merupakan pembiayaan

yang berisiko tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki

potensi keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui

keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang

bersifat jangka menengah atau jangka panjang. Pembiayaan modal ventura

tersebut merupakan investasi atau penanaman dana jangka panjang.

Pembiayaan modal ventura yang dapat dilakukan oleh koperasi biasanya

dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dan atau pinjaman yang bias

dialihkan menjadi saham kepada perusahaan-perusahaan yang berpotensi

untuk berkembang.

Kondisi calon perusahaan pasangan usaha yang akan dibiayai oleh

koperasi sangat beragam, baik dilihat dari jenis usaha yang dijalankan,

kemampuan manjerialnya maupun status badan usahanya. Dalam

penyertaan modal ventura secara langsung akan sangat menarik apabila

koperasi terlibat didalamnya sebagai salah satu pemegang saham

perusahaan bersama. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji aspek hukum

penyertaan modal koperasi ke dalam suatu perseroan terbatas untuk

(12)

penyertaan modal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan

filosofi keberadaan koperasi itu sendiri.

Disamping praktek koperasi dalam bentuk PMV, koperasi karyawan

juga dapat menjadi pemegang saham dalam PT. Hal ini dapat terwujud

dengan program Employee Stock Ownership Program (selanjutnya disebut

dengan ESOP). Cara ini mulai dilakukan perusahaan sebagai bentuk

penghargaan kepada karyawan yaitu melalui program yang memungkinkan

karyawan mendapat kesempatan dan hak untuk memiliki saham pada

perusahaan tersebut. Melalui program tersebut, karyawan akan merasa ikut

memiliki (sense of belonging) pada tempat bekerja, sehingga karyawan akan

termotivasi untuk memajukan perusahaan.

Peraturan yang mendukung kepemilikan karyawan atas saham

Perseroan terdapat dalam Pasal 43 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut dengan

UUPT), yang pada intinya memungkinkan Perseroan untuk melakukan

penawaran saham kepada karyawannya sendiri. Lebih jauh dalam penjelasan

Pasal 43 ayat (3) huruf a disebutkan:

“Yang dimaksud dengan “saham yang ditujukan kepada karyawan Perseroan”, antara lain saham yang dikeluarkan dalam rangka ESOP

(Employee Stocks Option Program) Perseroan dengan segenap hak

dan kewajiban yang melekat padanya.”

Dari ketentuan tersebut jelas bahwa dalam hal karyawan telah memiliki

saham maka akan dipersamakan statusnya sebagai pemegang saham sesuai

(13)

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, di dalam

skripsi ini penulis akan membahas tentang bagaimana tinjauan

hukum kedudukan koperasi sebagai pemegang saham perseroan terbatas

Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

sebagai bagian dari upayanya mencari profit.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan

sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan hukum koperasi sebagai pelaku usaha di

Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan hukum pemegang saham dalam

perseroan terbatas di Indonesia?

3. Bagaimana penerapan koperasi sebagai pemegang saham

perseroan terbatas di Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik sebagai mata kuliah pembulat studi guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Namun disamping tujuan diatas terdapat tujuan – tujuan lainnya yaitu:

a. Mengetahui koperasi sebagai pelaku ekonomi di Indonesia?

b. Mengetahui aspek hukum pemegang saham perseroan terbatas di

(14)

c. Mengetahui penerapan koperasi sebagai pemegang saham pada

perseroan terbatas di Indonesia.

Sementara yang diharapkan menjadi manfaat dalam penelitian ilmiah ini

adalah :

a. Secara teoritis

Dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu mengisi ruang-ruang

kosong dalam ilmu pengetahuan dibidang hukum yang terkait dengan isi

substansi penulisan skripsi ini, sehingga dapat memberikan sumbangsih

yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum

khususnya pengaturan dalam koperasi sebagai pemegang saham perseroan

terbatas di Indonesia dan dalam bidang hukum ekonomi secara umumnya.

b. Secara praktis

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca,

baik kalangan akademis, pelaku usaha khususnya bagi pelaku usaha

koperasi, maupun pemangku kebijakan agar dapat mengetahui bagaimana

aspek hukum koperasi sebagai pemegang saham perseroan terbatas di

Indonesia sehingga dapat mengembangkan pelaku usaha koperasi di era

perdagangan bebas. Serta dengan adanya penulisan skripsi ini para pihak

tersebut terhindar dari kerugian.

1.4 Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran

terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum

(15)

perpustaaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat

tertanggal 02 Maret 2016 yang menyatakan bahwa tidak ada judul yang

sama.

Surat tersebut dijadikan dasar bagi Ibu Windha, S.H, M.Hum dan

Bapak Ramli Siregar, S.H, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk

menerima judul yang diajukan karena substansi yang terdapat dalam skripsi

ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di

lingkungan perpustakaan Fakulltas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis

orang lain dalam tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal

tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

1.5 Tinjauan Kepustakaan

Skripsi ini membahas tentang bagaimana aspek hukum koperasi

sebagai pemegang saham Perusahaan Modal Ventura. Adapun tinjauan

pustaka tentang skripsi ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Koperasi

Sejarah pertumbuhan koperasi di seluruh dunia disebabkan oleh

tidak dapat dipecahkannya masalah kemiskinan atas dasar semangat

individualisme. Koperasi lahir sebagai alat untuk memperbaiki

kepincangan-kepincangan dan kelemahan-kelemahan dari perekonomian

(16)

mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara

kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan yang

selanjutnya menelorkan prinsip-prinsip keadilan yang dikenal dengan

“Rochdale Principles”. Dalam waktu yang hampir bersamaan di Prancis

lahir koperasi yang bergerak di bidang produksi dan di Jerman lahir

koperasi yang bergerak di bidang simpan-pinjam.33

Sejalan dengan pengertian asal kata koperasi dari “Co” dan

“Operation” mempunyai arti bersama-sama bekerja, Koperasi berusaha

untuk mencapai tujuan serta kemanfaatan bersama. Guna memperoleh

pengertian yang lebih lengkap tentang koperasi, ILO di dalam

penerbitannya tentang “Cooperative Management andAministration”:34

Cooperative is an association ofperson, usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic and through the formation of a democratically controlled business organization, making efuitable.

Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam

suasana sebagai negara jajahan tidak memiliki suatu iklim yang

menguntungkan bagi pertumbuhannya. Baru kemudian setelah Indonesia

memproklamasikan kemerdekaannya, dengan tegas perkoperasian ditulis di

dalam UUD. DR. H. Moh Hatta sebagai salah seorang “Founding Father”

Republik Indonesia, berusaha memasukkan rumusan perkoperasian di dalam

“konstitusi”. Sejak kemerdekaan itu pula koperasi di Indonesia mengalami

suatu perkembangan yang lebih baik. Pasal 33 ayat (1) UUD beserta

33

Muslimin Nasution, Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia, (Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi, 1990), hlm. 1.

34

(17)

penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam penjelasannya disebutkan

bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan azas kekeluargaan

tersebut adalah koperasi.

Secara umum yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan

usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian beranggotakan

yang mereka pada umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara

sukarela atas dasar persamaan hak berkewajiban melakukan sesuatu usaha

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.35

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau

badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai

anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk

mempertinggi kesejahteraan jasmaiah para anggotanya.36

Hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

kekeluargaan.37 Nampak ada perbedaan pengertian koperasi antara yang

tertulis dalam Undang Nomor 12 Tahun 1967 dengan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 perbedaanya adalah bahwa di dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pernyataan yang bersifat sosial dari

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 secara definitif ditiadakan dan yang

kedua menyangkut asas yang sosialnya karena sesungguhnya koperasi

35

G. Karta Sapoetra, et, al, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 1.

36

Ninik Widiyanti YW. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm. 1.

37

(18)

diharapkan dapat menjadi suatu organisasi ekonomi yang mantap,

demokratis dan otonom, partisipatif dan berwatak sosial.

1.5.2 Perseroan Terbatas di Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak kita jumpai

perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan usaha. Perusahaan-perusahaan-perusahaan

tersebut berbentuk Perusahaan Komoditer, Koperasi, Perseroan Terbatas,

dan lain sebagainya. Dari beberapa bentuk perusahaan tersebut, yang paling

banyak digunakan adalah perusahaan berjenis Perseroan Terbatas. Adapun

istilah Perseroan Terbatas di negara lain antara lain yaitu di Inggris dengan

sebutan Company Limited by Shares, di Jerman, Austria, dan Swiss

perseroan terbatas disebut dengan Aktiengesellschaft dan di Perancis disebut

dengan Societe Anonyme.38

Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi

yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggung jawabannya

yang bersifat terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang

saham) nya untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang)

dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.39

Bentuk hukum seperti perseroan terbatas ini juga dikenal di negara- negara

lain seperti di : Malaysia disebut Sendirian Berbad ( SDN BHD ) , di

38

Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas (Bandung: PT. Alumni, 2004), hlm. 47.

39

(19)

Singapura disebut Private Limited ( Pte Ltd ) , di Jepang disebut Kabushiki

Kaisa , di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut

Naamloze Vennootschap (NV), di Perancis disebut Societes A

Responsabilite Limite ( SARL ).40

Perseroan Terbatas di Indonesia saat ini diatur dalam

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas41 (selanjutnya

disebut dengan UU PT) dengan 16 bab dan 161 pasal. Perseroan Terbatas

menurut Pasal 1 butir 1 UU PT yaitu: Perseroan Terbatas yang selanjutnya

disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan

modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan

modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya. Berdasarkan pengertian perseroan terbatas tersebut, dapat

disimpulkan prinsip umum sebuah perseroan yaitu:42

a. Merupakan persekutuan modal perseroan sebagai badan hukum

memiliki modal dasar yang disebut juga authorized capital, yakni

jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta

Pendirian atau Anggaran Dasar Perseroan (selanjutnya disebut dengan

AD Perseroan).

40

Ibid, hlm. 23.

41

Sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

42

(20)

b. Didirikan berdasarkan perjanjian perseroan sebagai badan hukum,

didirikan berdasarkan perjanjian.

c. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UU PT,

suatu perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan

usaha.

d. Lahirnya perseroan melalui proses hukum dalam bentuk pengesahan

pemerintah. Lahirnya perseroan sebagai badan hukum (rechtsper soon,

legal entity), karena diwujudkan melalui proses hukum (created by legal

process) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun unsur-unsur badan hukum pada perseroan terbatas, yaitu

adanya organisasi yang teratur, adanya kekayaan sendiri, melakukan

hubungan hukum sendiri, adanya tujuan tertentu.43 Selain itu, terdapat

unsur-unsur yang menandakan bahwan perusahaan tersebuut adalah suatu

perseroan terbatas, antara lain, yaitu:44

a. merupakan suatu badan hukum;

b. didirikan berdasarkan perjanjian;

c. melakukan kegiatan usaha, memiliki modal dasar;

d. memenuhi persyaratan dalam undang-undang.

43

Republik Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 1006, Pasal 31.

44

(21)

Adapun beberapa persyaratan sahnya suatu Perseroan Terbatas

antara lain, yaitu:45

a. didirikan oleh 2 orang atau lebih;

b. pendirian dalam Akta Notaris;

c. dibuat dalam Bahasa Indonesia;

d. setiap pendiri wajib mengambil saham;

e. pendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan Terbatas

dapat diklasifikasikan menjadi empat (4), yaitu:46

a. Perseroan Tertutup

Ciri-ciri Perseroan Tertutup adalah:

1) Pemegang sahamnya terbatas dan tertutup, hanya terbatas pada

orang-orang di antara mereka yang masih ada ikatan keluarga, dan tertutup

bagi orang lain.

2) Saham perseroan yang ditetapkan dalam AD Perseroan, hanya

sedikit jumlahnya, dan dalam AD Perseroan, sudah ditentukan

dengan tegas siapa yang boleh menjadi pemegang sahamnya.

3) Sahamnya juga atas nama orang-orang tertentu secara terbatas

Perseroan Terbatas. Pada dasarnya tidak berbeda dengan perseroan

perorangan.

45 Ibid.

46

(22)

b. Perseroan Publik

Pasal 1 angka 8 UUPT berbunyi Perseroan publik adalah perseroan

yang telah memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan modal

disetor sesuai dengan ketentuan peraturan.

c. Perseroan Terbuka

Perseroan terbatas merupakan subyek hukum sebagai badan hukum

yang memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan

unsur-unsur badan hukum, unsur-unsur-unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas

sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal

31 ayat (1) UU PT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT),

mempunyai tujuan tertentu (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan

mempunyai organisasi teratur (Pasal 1 angka 2 UU PT). Perseroan

terbuka adalah perseroan yang melakukan penawaran umum saham,

sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang-undangan di bidang

pasar modal. Berbadan hukum ini disebut “perseroan”, karena modal

dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.

d. Perseroan Group

Ciri-cirinya Perseroan Group adalah:

1) Terdiri atas sejumlah bahkan beratus perseroan sebagai perseroan

anak.

(23)

1.6 Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang

berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis

dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa

metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan satu atau beberapa

gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan

yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan

suatu pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.47

Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada dalam suatu

penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.48 Jenis

penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif. Pemilihan metode ini, sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud

Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang akan dihadapi. Alasan penggunaan penelitian

hukum normatif ialah penelitian ini mengacu pada norma hukum yang

terdapat pada peraturan. Metode penelitian yang dipakai dapat dipakai dapat

diuraikan sebagai berikut:

1.6.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis normatif, yaitu

penelitian yang dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

47

Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hlm.1.

48

(24)

Perundang-undangan yang akan dibahas dalam skripsi ini antara lain

Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang diubah

dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 18/PMK.010/2012 Tahun

2012 tentang Perusahaan Modal Ventura serta peraturan lain yang berkaitan

dengan skripsi ini.

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yang

menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis,

faktual, dan akurat.49

Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang

berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya

kondisi atau hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses

yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang

kecenderungan yang tengah berlangsung.

1.6.2 Data penelitian

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder

sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara

langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang

49

(25)

dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara

komersial maupun non komersial. Data Penelitian tersebut antara lain :

a. Bahan hukum primer adalah dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang.50Bahan hukum primer, yaitu

peraturan perundang-undangan yang terkait, antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

yang diubah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

4) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

18/PMK.010/2012 Tahun 2012 tentang Perusahaan Modal Ventura.

b. Bahan hukum sekunder, berupa buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan

sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media

elektronik.

c. Bahan hukum tersier, mencakup bahan yang memberi petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

50

(26)

1.6.3 Alat pengumpulan data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui

teknik studi pustaka (literature research) dan juga mengambil informasi

dengan menggunakan media elektronik yaitu internet.

1.6.4 Analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu

dengan:

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier yang relevan.

b. Mengelompokkan bahan-bahan hukum yang relevan secara

sistematis.

c. Mengolah bahan-bahan hukum tersebut sehingga dapat menjawab

permasalahan yang telah disusun.

d. Memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis

terhadap bahan-bahan hukum yang telah diolah tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan

Pada dasarnya sistematika penulisan adalah gambaran-gambaran

umum dari keseluruhan isi penulisan skripsi sehingga mudah untuk mencari

hubungan antara satu pokok pembahasan dengan pokok pembahasan yang

lain. Hal ini sesuai dengan pengertian sistem yaitu rangkaian beberapa

komponen yang satu sama lain saling berkaitan atau berhubungan untuk

(27)

masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan

kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan.

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I akan dijelaskan mengenai gambaran umum mengenai

latar belakang masalah yang menjadi dasar Penulisan, pokok

permasalahan, manfaat penulisan, keaslian penulisan,

tinjauan kepustakaan , metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II KOPERASI SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI

INDONESIA

Bab II merupakan penjabaran dari permasalahan pertama

penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan tentang sejarah

koperasi dalam perekonomian indonesia, pengembangan

koperasi dalam perekonomian indonesia dan peraturan

koperasi di indonesia

BAB III ASPEK HUKUM PERSEROAN TERBATAS DI

INDONESIA

Bab III diawali dengan menjelaskan pendirian perseroan

terbatas di Indonesia, dilanjutkan dengan penjelasan

dinamika pengaturan perseroan terbatas di indonesia dan

(28)

BAB IV KOPERASI SEBAGAI PEMEGANG SAHAM

PERSEROAN TERBATAS

Bab IV diawali dengan hal-hal yang berkaitan dengan

perseroan terbatas di Indonesia, serta masuk ke dalam inti

permasalahan yaitu praktek penyertaan modal koperasi

perusahaan modal ventura kepada perusahaan pasangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini, memberikan kesimpulan yang merupakan

intisari bab-bab sebelumnya serta jawaban atas pokok

permasalahan dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga

mengemukakan saran-saran untuk pelaku usaha koperasi

Referensi

Dokumen terkait

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual yaitu setahap demi setahap atau sedikit demi sedikit dan.. hasilnya diperluas melalui konteks yang

Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, disamping itu juga mengantarkan masyarakat mencapai cita-citanya. Dengan demikian, ideologi sangat

Jurusan/prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas negeri semarang. Suratman S.Pd, M.Pd, Arif Setiawan S.Pd, M.Pd. Latar belakang penelitian

Selain itu, dirumuskan juga simpulan secara khusus sebagai berikut: (1) Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelasV

[r]

Dried seaweed powder was saved in the freezer before used for phytochemistry analysis, total phenolic content, radical scavenging activity (% RSA) and proximate

• sepakan percuma tidak terus adalah diberi kepada pasukan lawan jika kesalahan berlaku di dalam kawasan penalti penjagi gol berkenaan, sepakan itu dibuat di tempat mana

Menurut Rahmawati (2018) pola komunikasi yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik adalah pola komunikasi orang tua yang memprioritaskan kepentingan