• Tidak ada hasil yang ditemukan

125 PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO KABUPATEN PURWOREJO3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "125 PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO KABUPATEN PURWOREJO3"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Islam Indonesia 2Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia

e-mail: nur.feriyanto@uii.ac.id

ABSTRAK

Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4 tersebut bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan perekonomian masyar akat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat sentralistik pada masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk sumber kemakmuran masyarakat. Dalam upaya mengelola potensi yang ada tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta bertanggung jawab sehingga mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi.

Kata Kuci: Undang-undang Desa, dan Penguatan kelembagaan

ABSTRACT

With the enactment of Law No. 6 of 2014 on the village then became a tremendous opportunity for every village in Indonesia to be able to develop all their potential independently according to the needs of each in order to realize the public welfare. Law number 6 th 2014 Article 4 is to encourage initiative, movement, and the participation of the village community to the development potential and assets for the welfare of the village together; as well as improve the economy of the village community and overcome the gap of national development. But this time there is very little village that is able to develop its potential. It is due to this village for more positioned as the object of development so it relied on the help of the central government. Low creativity of human resources in the village as a result of the development system is centralized in the past resulted in a lot of potential left to rot is not developed to the source of the prosperity of society. In an effort to manage the existing potential, the necessary institutional strengthening through the establishment of institutional capacity building in a professional, efficient, effective and responsible so as to improve the economy of the community and solve the problems of poverty that has been happening.

Kuci said: Act Village, and institutional strengthening

3 Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Program Pemberdayaan Masyarakat) yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat (DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN SEBAGAI SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA SIDOREJO

KABUPATEN PURWOREJO3

(2)

LATAR BELAKANG

Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa maka

menjadi peluang yang sangat besar bagi setiap desa yang ada di Indonesia untuk bisa

mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan

masing-masing dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. UU nomor 6 th 2014 pasal 4

tersebut bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; serta memajukan

perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional.

Namun saat ini masih sangat sedikit desa yang mampu mengembangkan potensinya. Hal

ini disebabkan selama ini desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek pembangunan sehingga

sangat menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat. Rendahnya kreatifitas sumber

daya manusia di desa sebagai akibat dari sistem pembangunan yang bersifat sentralistik pada

masa lalu mengakibatkan banyak potensi dibiarkan terbengkalai tidak dikembangkan untuk

sumber kemakmuran masyarakat.

Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional, karena

apabila setiap desa telah mampu melaksanakan pembangunan secara mandiri maka

kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional akan meningkatkan indek

kemakmuran masyarakat Indonesia. Untuk bisa mewujudkan semua ini maka pemerintahan

desa bersama-sama dengan segenap lembaga dan tokoh masyarakat perlu mengenali potensi

apa saja yang ada baik fisik maupun non-fisik dan memahami bagaimana strategi dan cara

mengembangkan potensi tersebut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

masyarakat.

Dalam pengembangan potensi desa harus diseuaikan dengan permasalahan kehidupan

atau kebutuhan masyarakat agar hasilnya benar-benar bisa dirasakan untuk meningkatkan

kesejahteraan secara luas sesuai tujuan yang telah disepakati bersama. Dalam upaya mengelola

potensi yang ada tersebut, maka diperlukan penguatan kelembagaan melalui peningkatan

kapasitas dalam terwujudnya kelembagaan yang profesional, efisien dan efektif serta

bertanggung jawab sehingga mampu memajukan perekonomian masyarakat dan mengatasi

permasalahan kemiskinan yang selama ini terjadi.

PERMASALAHAN

Desa sidorejo merupakan wilayah desa di Kabupaten Purworejo yang masuk dalam

kategori kemiskinan sedang, faktor ini dilihat dari tingkat ekonomi warga, pekerjaan, tingkat

(3)

wilayah Desa Sidorejo berjumlah 363 jiwa penduduk yang tersebar di 5 pedukuhan yaitu di

pedukuhan bokongan berjumlah 53 jiwa , sorogenen berjumlah 24 jiwa , jurangjero berjumlah

97 jiwa, dan jambean berjumlah 189 jiwa (sumber desa Sidorejo 2014).

Ketidak berdayaan dan kemampuan lembaga desa dalam mengelola potensi desa yang

ada, menjadikan pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo mengalami stagnasi, hal tersebut

dikarenakan lembaga desa tidak memiliki peran dan tanggung jawabnya dalam pengentasan

kemiskinan berbasis pengembangan potensi lokal yang ada.. Permasalahan –permasalahan

tersebut akibat dari:

No Aspek Permasalahan

1.

Tidak adanya perencanaan

dalam menyongsong UU

Desa no 6 tahun 2014

1. Kemampuan SDM dalam memamahami UU

Desa no 6 tahun 2014

2. Kemampuan SDM dalam membuat

perencaaan pengembangan desa terbatas

3. Tidak adanya perencanaan pengembangan

jangka pendek dan panjang

4. SDM dalam menyusun perencanaan

berdasarkan kebutuhan

5. Ketidaktahuan SDM dalam membuat

perencanaan yang baik

2. Tidak ada pemetaan dan

profil wilayah

1. SDM tidak memiliki kemampuan memotret

potensi wilayah

4. Tidak adanya pendataan potensi desa

5. Tidak adanya tanggung jawab SDM dalam

pengembangan potensi desa

6. Kemampuan SDM dalam mengembangkan

potensi yang ada terbatas

4. Sinergitas antar lembaga

1. Lembaga tidak memiliki sinergitas

kerjasama dalam pengembangan potensi

desa

(4)

3. Tidak adanya keterlibatan partisipasi

masyarakat dalam pengembangan potensi

wilayah

METODE ANALISIS

Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan

strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersama-sama dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan

demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri

atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini (Suharto, 2010;

Wardhani, 2010). Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model

diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:

1) Menentukan faktor-faktor strategi eksternal

Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal

perusahaan dengan kegiatannya seperti analisis terhadap competitor, analisis terhadap

nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan

sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi

perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun

faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factors

Analysis Summary).

2) Menentukan faktor strategi internal

Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti

sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi

internal merupakan kekuatan dan kelemahan dari strategi perusahaan yang bersangkutan.

Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS (Internal

Strategic Factors Analysis Summary).

3) Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik

(5)

Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan

kelemahan perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik

SWOT. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:

i) Dalam sel opportunities (O) buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.

j) Dalam sel Treats (T) buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi

perusahaan.

k) Dalam sel Strengths (S) buat kekuatan yang dimiliki BMT Syariah baik saat ini

maupun masa mendatang.

l) Dalam sel Weakness (W) susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan.

4) Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT

Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan

kombinasi keempat faktor tersebut.

i) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat

dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.

j) Strategi ST

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur

ancaman.

k) Strategi WO

Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

l) Strategi WT

Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan

yang ada sekaligus menghindari ancaman.

Tabel 1. Diagram Matrik SWOT

IFAS

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan

internal

Ciptakan strategi yang meminimalkan

(6)

Tentukan faktor

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan-kelemahan dan menghindari

peluang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1.Hasil analisis SWOT

Dengan mengaplikasikan metode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1,

dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai

strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

 Adanya potensi alam

dan pertanian

dalam menyusun sebuah

perencanaan

 SDM lembaga desa belum

melakukan pendataan potensi

lokal

 Kemampuan SDM lembaga

desa dalam mengembangkan

potensi desa tidak ada

 Kelembagaan Desa belum

terbentuk dalam

pengembangan potensi lokal

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

Terciptanya pemetaan

potensi lokal

1.Pendampingan

pemetaan potensi

desa

1.Pendampingan pemetaan

(7)

Terciptanya masterplan

2. Pendampingan penyusunan

perencanaan Desa

3. Pendampingan sekolah

lapangan melalui studi

banding

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

 Tidak adanya pemetaan

potensi lokal

1.Terciptanya peta

potensi

1. Meningkatkan kemampuan

SDM dalam meyusun

perencanaan desa

2. Pendampingan kelembagaan

desa dalam menyusun peta

potensi ekonomi desa

3. Pendampingan penguatan

kelembagaan desa

Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat

dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya

manusia, sarana-prasarana, kelembagaan dan pemasaran (Tabel 3).

Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM pengembangan potensi lokal melalui penguatan

(8)

No Aspek Permasalahan Prioritas program

1. Kemampuan SDM dalam

memamahami UU Desa

no 6 tahun 2014

2. Kemampuan SDM dalam

membuat perencaaan

5. Ketidaktahuan SDM

dalam membuat

perencanaan yang baik

1. Sosialisasi UU Desa no 6

tahun 2014

2. Pelatihan peningkatan

kapasitas SDM dalam

membuat perencanan desa

berbasis potensi lokal

3. Lokakarya desa tentang

perencanaan desa berbasis

potensi lokal (penyamaan

persepsi dan tujuan

perencanaan)

4. Pendampingan

penyusunan pedoman

perencanaan desa berbasis

potensi lokal

5. Sosialisasi perencanaan

desa berbasis potensi lokal

6. Pendampingan

penyusunan perencanaan

desa

7. Pembuatan dokumentasi

perencanaan desa berbasis

potensi lokal

1. Peningkatan kemampuan

SDM dalam pembuatan

peta potensi wilayah

2. Pendampingan pemetaan

berbasis swadaya

masyarakat

3. Pendampingan pembuatan

(9)

menyusun peta ekonomi

desa

4. Pendampingan pembuatan

profil wilayah

1. Tidak adanya pendataan

potensi desa

2. Tidak adanya tanggung

jawab SDM dalam

pengembangan potensi

desa

3. Kemampuan SDM dalam

mengembangkan potensi

yang ada terbatas

1. Pendampingan pendataan

potensi lokal

2. Pendampingan motivasi

SDM dalam

pengembangan potensi

desa

3. Pembelajaran melalui studi

wilayah di Desa lain yang

sudah berhasil dalam

pengembangan potensi

2. Pembentukan lembaga

(10)

3.2.Pelaksanaan Program

Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya

program dapat berkelanjutan adalah dengan pelatihan, pendampingan, studi lapangan, dan

implementasi

3.2.1.Profil Mitra kerjasama

Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan

jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan

kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki

komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :

Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui KKN-PPM ini

dibutuhkan jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk

membangun jalinan kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra

yang memiliki komitmen dan berkelanjutan yaitu :

1) Badan Keluarga berencana dan Pemberdayaan Masyarakat kabupaten purworejo

Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam pelaksanaan pengentasan KKN menunjuk

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat. Sehingga dalam pelaksaan

kegiatan ini dapat terjadi sinergitas baik berupa pendanaan kegiatan maupun

implementasi sehingga tercipta program yang selalu berkelanjutan

2) Pemerintah Desa Sidorejo, dan perangkat Dusun.

Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah

dianggarkan dalam musrenbang Desa Sidorejo sehingga dapat mensuport

pengembangan dan keberlanjutan program

Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: (1) Perangkat Desa dan Dusun mulai

dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RW/RT, Lembaga Desa; (2) Kelompok

Pemuda karang Taruna; (3) Kelompok tani, (4) PKK ; dan (5) Kelompok perikanan

Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka pelaksanaan

kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:

1) Persiapan dan Pembekalan

e) Sosialisasi ke masayarakat penguna program

f) Persiapan dan pembekalan

2) Pelaksanaan kegiatan

a) Pendampingan peningkatan kapasitas tata kelola pemerintahan desa

(11)

c) Melaksanakan pemetaan potensi ekonomi desa

d) Studi wilayah di desa lain yang berhasil dalam pengembangan potensi lokal

e) Pendampingan pendataan potensi lokal

Tabel 4. Rincian kegiatan PPM

No Nama Pekerjaaan Program Prioritas

1.

Pendampingan peningkatan

kapasitas tata kelola pemerintahan

desa

Peningkatan Kapasitas SDM lembaga Desa

dalam menyongsong undang-undang desa

2.

Pendampingan penyusunan

perencanaan desa

Peningkatan kapasitas lembaga desa dalam

melakukan penyusunan rencana Desa kearah

pengembangan potensi lokal

3.

Melaksanakan pemetaan potensi

ekonomi desa

Melaksanakan pemetaan potensi ekonomi

masyarakat dalam rangka pengentasan

kemiskinan

4.

Studi wilayah di desa lain yang

berhasil dalam pengembangan

potensi lokal

Peningkatan kapasitas SDM masyarakat

melalui studi lapangan dalam penyusunan

perencanaan pengembangan desa

5. Seminar Hasil PKM Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke

pihak terkait

3.2.2.Tahapan Realisasi Program

Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi

program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat

kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai

dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau membangun

kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.

1) Pendampingan Peningkatan kapasitas Tata Kelola Pemerintahan Desa

Kegiatan ini merupakan kegiatan KKN-PPM untuk memperkuat kelembagaan desa dalam

menyongsong undang-undang –desa no 6 tahun 2014. Sumber daya manusia pemerintahan

desa yang berlatar belakang pendidikan SMP-SMA menjadikan permasalahan terbaru

dalam memahami undang-undang desa no 6/2014. Kegiatan ini juga melakukan kegiatan

(12)

Gambar 1. Peningkatan tata kelola Pemerintahan Desa Perdes dan Legal Drafting

Gambar 2. Pengarsipan Adsministrasi Desa

2) Pendampingan penyusunan perencanaan desa

Kegiatan ini merupakan kegiatan KKN –PPM dalam mendampingi lembaga desa dalam

menyusun sebuah perencaaan desa berbasis potensi lokal. Perencaaan yang disusun bersifat

parsial dan lebih cenderung pada insfrastuktur fisik dan tidak partisipatif dengan pelibtan

aktif masyarakat dalam penyusunan rencana desa.

Gambar 2. Kegiatan penyusunan perencanaan Desa

3) Melaksanakan pemetaan potensi dan pendataan ekonomi desa

Kegiatan ini merupakan dalam rangka memetakan potensi ekonomi berbasis potensi lokal.

Selama ini pemerintahan desa tidak memahami potensi yang di miliki sehingga

program-program desa lebih kepada program-program fisik. Dengan adanya pemetaan potensi ekonomi desa

di harapkan desa dapat mengetahui dan mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki

(13)

Gambar 3. Pemetaan potensi dan pendataan ekonomi desa

4) Studi wilayah di desa lain yang berhasil dalam pengembangan potensi lokal

Kegiatan ini merupakan kegiatan belajar langsung ke masyarakat di Dusun Ngijo Desa

Srimulyo Piyungan Bantul Yogyakarta. Pemilihan lokasi karena Dusun tersebut telah

mampu menggerakkan potensi lokal yang di miliki kearah wisata pendidikan. Harapan dari

studi ini masyarakat dari Desa Sidorejo dapat belajar tata cara menyusun sebuah rencana,

dan mengembangkan potensi yang ada

Gambar 4. Studi Banding dalam rangka penguatan kelembagaan

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan laporan pengembangan potensi lokal melalui penguatan kelembagaan

sebagai solusi pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo Kabupaten Purworejo dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Pelaksanaan KKN-PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa,

Pemerintah Kabupaten Purworejo dan masyarakat Desa Sidorejo

2) Hasil dari perencanaan, pendataan, dan pemetaan potensi ekonomi desa ini menjadi acuan

dalam penyusunan perencanaan dan pengembangan desa Usulan dana desa.

3) Hasil dari pelaksanaan KKN-PPM ini menjadi program berkelanjutan KKN Universitas

(14)

SARAN

Saran dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan potensi lokal melalui penguatan

kelembagaan sebagai solusi pengentasan kemiskinan di Desa Sidorejo Kabupaten purworejo ini

dapat ditindak lanjuti dengan kegiatan pendampingan ke masyarakat supaya hasil luaran yang

dihasilkan dari kegiatan ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk pengembangan desa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat

(DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana

hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja

Nyata-Program Pemberdayaan Masyarakat) ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijkan Otonomi Daerah. Jakarta:

Penerbit Citra Utama

Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah Berdasarkan

Paradigma Baru. Semarang: Ciyapps Diponegoro Universiti

Hetifah, Sumarto, Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta: Penerbit

Yayasan Obor Indonesia

Pattinama, M. J., (2009), Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau

Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat), Jurnal Makara Sosial Humaniora, 13 (1), 1-12.

Situmorang, J., (2007), Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga

Keuangan Alternatif, Jurnal Infokop, 2, 24-35.

Suharto, E., (2010), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis

Gambar

Tabel  2. Hasil Analisis SWOT
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM pengembangan potensi lokal melalui penguatan
Tabel 4. Rincian kegiatan PPM
Gambar 1. Peningkatan tata kelola Pemerintahan Desa Perdes dan Legal Drafting
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pamakain darah sebagai salah satu obat yang belum ada gantinya akhir-akhir ini semakin meningkat, sedangkan sumber darah itu masih tetap manusia sendiri, hal mana

Hasil yang diharapkan dari pendataan atau pengujian alat ini adalah alat dapat menghasilkan dan mengeluarkan frekuensi sesuai yang dirancang yaitu dengan jangkauan 250 Hz sampai

Berdasarkan data, sebesar 75% kabupaten di Indonesia pada tahun 2005 memiliki nilai jumlah penduduk miskin dibawah 114200.. Namun di tahun 2011, 75% kabupaten di Indonesia

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa apoteker di apotek milik PSA di Wilayah Surabaya Utara, dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian sudah memenuhi Peraturan

Penelitian dilakukan dengan mencari nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilakukan dengan proses perangkingan yang akan menetukan alternative yang optimal,

Untuk pemasangan bantalan pada bentangan-bentangan gelagar, dongkrak harus ditempatkan di bawah gelagar badan profil/plat girder sedekat mungkin dengan plin-plin untuk

Catatan: Anda tidak diharuskan membaca materi-materi yang disarankan yang tidak tersedia dalam bahasa Anda. Pelajaran Judul Bacaan

dengan ini menyatakan bahwa jika sanksi pembatalan pemberian insentif sebagaimana dimaksud Pasal 32 ayat 5 (lima) dan 6 (enam) Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor