• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2O1O TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2O1O TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

g at) c

' a

!tl C!

PEMERINTAH

KABUPATEN

MOJOKERTO

M e n i m b a n g : a .

M e n g i n g a t ' . 1 .

h

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

NOMOR 10 TAHUN 2O1O

TENTANG

PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan

dengan pertambahan penduduk dan kecenderungan masyarakat

yang konsumtif menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

karaklerlstrk sampah yang beragam;

bahwa penanganan sampah dan limbah belum sesuai dengan

metode dan teknik pengelolaan yang benar sehingga

menimbulkan pencemaran dan mengakibatkan dampak negatif

lainnya yang merugrkan masyarakat dan lingkungan;

bahwa pengelolaan kebersihan perlu dilakukan secara

komprehensif dan terpadu, pendayagunaan manfaat sampah/

limbah secara ekonomi dan mengubah perilaku masyarakat;

bahwa pelayanan kebersihan dan keindahan perlu ada kepastian

dan kejelasan pengaturan pembagian kewenangan antara

Pemerintah Daerah dengan peran serta masyarakat dan dunia

usaha,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagarmana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan;

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa

Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah

Tingkat ll Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 2730);

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 198'1 tentang Hukum Acara

Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor

76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

320e);

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara Yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

N o m o r 3 8 5 ' 1 ) : 2

(2)

) J.r i ! a c

e

E d C' 2

-Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesra Nomor 4844),

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor '126,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4438);

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444),

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

N o m o r 4 8 5 1 ) ;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 12,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5038);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5059);

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang^undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3258);

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1 999 tentang Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

o q 8 7 . 1 1 I ' 1 0 . 1 3 1 A 1 5

'\iQt'r

l o .

(3)

1 8 .

a

d E = c-1 7 .

Nomor '165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593);

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan

(Lembaran Negara Repubiik Indonesra Tahun 2006 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Repubilk Indonesia Tahun

20OB Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4858),

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun

2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimat;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Pedoman Penyusunan Rencana Minimal,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri

Di Kabupaten/Kota;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 20'10 tentang

Pedoman Pengelolaan Sampah:

Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomo|l8 Tahun 2008

tentang Penyrdik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNS Daerah)

(Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2008 Nomor 18,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 14);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

d a n

BUPATIMOJOKERTO MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

DAN PERTAMANAN. 1 9 . 2 0 . 21 . 2 2 2 3 . 24. 2 5 z o .

Nomor 79 Tahun 2007 tentang

Pencapaian Standar Pelayanan

(4)

-: tru c a 6' a E ; 4 -BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peratr-rran Daerah ini, yang dimaksr-rd dengan:

1 Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto.

3. Bupati adalah Bupatr Mojokerto.

4. Dewan Penarakilan Rakyal Daerah yang selanjr-rtnya disingkat DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mojokerto.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

n A r s p r n A n l c r h a l e q n F r s p r n a n k n m a n d i l e r n c r q p r n a n l a i n n v a h a r l e n r r q a h a m i l i k

negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan

dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

o r o a n i q a s i l a i n n v a l e m h a n e d a n h e n t r r k h a d a n l a i n n v a l r s r m a s r r k k o n l r a k

investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

6. Kebersihan adalah kondisi tempat atau ruang yang membuat manusia menjadi

aman oan nyaman.

7 S a m n 2 h a d a l a h q i q a k e o i 2 t a n s e h a r i - h a r i m a n r r q i a d e n / a t a l I n r n s e q a l a m v a n n

berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun

sampah-sampah sejenis rumah tangga.

8. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau

r r n l u m e n v a m c m c r l l k : n n c n o c l o l a a n k h r r q r r s

9. Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti

tumbuhan dan binatang yang mudah diolah menjadi pupuk.

10. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan yang

menl!!'ut sifatnya bisa digt-tnakan kembali Setelah melallti pengolahan dengan

mempergunakan teknologi tertentu.

11. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari

dalam rumah tangga yang sebagran besar terdiri dari sampah organik, tidak

t e r m a s r r k t i n i a d a n s a m n a h s n e q i f i k

12. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari

rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau

fasi!itas lainn,la.

13. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah

14. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah.

1 5 P c n o c l n l a e n s a m n e h a r i z l a h k e a i a t a n v a n . t s i c t t r m 2 l i q m p n v c l r r r r r h d a n

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

16. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat

sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau

tempat pengolahan sampah terpadr-r.

17. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,

dan pemrosesan akhir sampah.

1 8 T e m n a t n t m r n s t q e n a k h i r v e n o s c l a n i r rl n v a d i s i n n k a t T P A a d a l n h l c m n e l I r n t r r k

memroses dan mengembalrkan sampah ke media Iingkungan se€ra aman bagi

manusia dan lingkungan.

19, Kompensasi adalah bentuk pertanggungjawaban Pemerintah terhadap

n e n n c l n l a a n q e m n a h d i l e m n a t n F m r r t q p q a n , k h i r v r n r l h e r r l a m n a k n e o a t i f

torhadap orang.

(5)

2 0 21 . z z Z J a a :l c c! d c

e

a = a o0 (g t l ) t 2 \ ( 3 ) (4)

Air kotor adalah limbah cair yang berada di bak penampung.

Pertamanan adalah suatu tanaman yang menurut sifatnya dikelola, dijaga dan

dirawat keindahannya secara terus menerus.

Lumpur tinja adalah limbah cair yang dihasllkan oleh manusia.

Jasa pengelolaan sampah adalah pelavanan sampah vang diberikan kepada

masyarakat oleh Pemerintah Daerah.

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disingkat IPLT adalah

instalasi yang mengolah limbah cair dari septic tank.

Lampu Penerangan Jalan Umum yang selanjutnya disingkat LPJU adalah lampu

penerangan yang berada di jalan umum.

BAB II

RI_IANG I=INGKI_JP

Pasal 2

S a m p a h y a n o c l i k e l o l a b e r d a s a r k a n P e r a t r r r a n D a e r a h in i t e r d i r i a i a s

a. sampah rumah tangga;

b sampah sejenis sampah rumah tangga. dan c sampah spesifik

S a m n a h n r m a h l a n a a a s e h a n e i m 2 n a d i m a k s r r r ' l n a d a e v a l 1 . 1 \ h r r r r rf 2 h c r a a r l

dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah

spesifik.

Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ht-rrr-rf b berasal dar-i kawasan komersial, kawasan indr-rstri, kawasan khusLls,

fasilitas sosial. fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya

Sampah spesifik sebagaimana drmaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

h c a m n i h v a n n m c n n e n d r r n o l i m h : h h a h a n h e r h a h a v : d a n h c r a r : r r n

c. sampah yang timbul akrbat bencana'

d. puing bongkaran bangunan;

e. sampah yang secara teknologi belum dapat drolah, dan/atau

f s 2 m n a h v a n a l i m h r r l s n c a r a l i d e k n e r i n d i k

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.

B-AB !!! PENGELOLAAN SAMPAH Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 3 P e m c r i n l a h l - l a e r a h m a n v r t q r In r e n a 2 n a n e n o t r r 2 n a t a n d a n n e n a n n a n a n s a m n a h

yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD.

Rencana pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1 ) sekurang-kurangnya memuat :

a. ta!'get pengl!rangan sampah ;

b. target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan

sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;

c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi

masyarakat ;

d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh Pemerintah

Daerah dan masyarakat; dan

( 5 )

( 1 ) (2)

(6)

-a a € r c

d

bo o-'E

e. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan

dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan

penanganan akhir sampah,

Baqian Kedua

Pelaksanaan

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah dalam mengrlr.angi sampah dilakr-rkan dengan car"a

pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan

kembali sampah.

(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melarur

k e g i a t a n .

a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan

produksi ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan

b. fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan

meman.faatkan hasi! daur- ulang, pemasar-an hasil pr.oduk -da,-rr ,-riang, can

guna ulang sampah.

Pemerintah Daerah dalam menanoani a . p e m i l a h a n ;

D. pengumpulan; c. pengangkutan; d. pengolahan; dan

e. pemrosesan akhir sampah.

Pasal 5

sampah dilakr:kan dengan cara

Pasal 6

Pemilahan sebagaimana dimaksr-rd dalam Pasal 5 hur"r-rf a dilakr-rkan melalr_ri

memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.

Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik disetiap rumah

tangga, kawasan permukiman, kawasan komer-sial, kawasan indr-rstr"i, kawasan

khusus, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnva

Pasal 7

Pengumpulan sebagaimana dimaksud dalam pasal s hurirf b dilakukan sejak

pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga ke TpSffpST sampai ke

TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.

Pasa! 8

(1) Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c dilaksanaran

degann cara:

a. sampah rumah tangga ke TpSffpST menjadi tanggung jawab lembaga

pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;

b. sampah dari TPS/TPST ke TpA, menjadi tanggung jawab pemerintah

Daerah,

c. sampah Kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industr-i, oan

kawasan khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TpA,

- menjadi tanggung jawab pengelolaan kawasan; dan

1 1 \ (2)

(7)

'o a o r c

d

s bo (! o-(2) (3)

d sampah dari fasilitas umum, fasilitas Sosial, dan fasilitas lainnya dari

sumbersampah dan/ atau dari TPS/TPST sampai ke TpA, menjadi tanggung

jawab Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana imaksud pada ayat (1) tetap

meniamin terpisahya sampah sesuai denqan ienis sampah.

Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan

lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.

Pasal 9

(1) Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dilakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST clan cli TPA

(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (.1) memanfaatKan kemajuan teknologj yang ramah lingkungan.

P a s a ! 1 0

Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf e dilakuxan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkrlngan secara aman.

BAB IV

Pengelola Sampah

Pasa! 1 1

Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 dapat membentuk Lembaga

P p n o e l o l a S a m n a h

Pasal 12

(1) Bagi masvarakat van_o memiliki lahan cukup, wajib men_oelola sampah di

halaman sendiri dan/atau menggunakan jasa yang disediakan oleh pemerintah

Daerah.

(2) Produk sampah yang tidak dapat dikelola ditempat sumber sampah itu sendiri

dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau penyedia iasa yang memounvai izin dari

Pemerintah Daerah.

(3) Setiap orang atau badan yang menyediakan jasa pengelolaan sampah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib mendapatkan izin dari Bupati.

(4) Tata cara pengajuan permohonan izin sebagaimana dimaksr_rd pada ayat (3).

diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB V

!nsentif dan Disinsentif

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah dapat member.ikan insentif kepada Lembaga dan Badan

Usaha yang melakukan :

a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan,

c. pengL!!'angan timbulan sampah; danlat-atr

d. tertib penanganan sampah.

a

n f// ./

(8)

E € f a . F bo (!

o-(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan yang

m e l a k u k a n :

a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan.

Pasal 14

Pemerintah Daerah memberikan disinsentif kepada Lembaga, Badan Usaha, dan

perseoran gan yang melakukan:

a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

b. pelanggaran tertrb penanganan sampah.

Pasal 15

(1) lnsentif kepada Lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam

P a s a l 1 3 a y a t ( 1 ) d a n a y a t ( 2 ) d a p a t b e r u p a :

a. pemberian penghargaan , dan/atau

b. pemberian subsidi

(2) Insentif kepada Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)

daoat beruoa

a. pemberian penghargaan,

b. pemberian kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah;

c. pengurangan pa1ak daerah dan retrrbusi daerah dalam kurun waktu tedentu,

d. penyertaan modal daerah; dan/atau

e. pemberian subsidi.

Pasal 16

Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 daoat beruoa :

a. penghentian subsidi; dan/atau

b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

Disinsentif kepada Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dapat b e r u p a :

a. penghentian subsidi;

b penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah; danlatau c. denda dalam bentuk uang/barang11asa.

Pasal 17

(1) Bupati melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan usaha

terhadap :

a. inovasi pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan,

c pengurangan timbulan sampah ;

d. tertib penanganan sampah ;

e. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

f. pelanggaran tertrb penanganan sampah.

(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentu Tim

Penilai dengan Keputusan Bupati.

Pasal 18

Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan pasal

14 disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kearifan lokal.

( 1 )

(2)

(9)

J 'J) c 5

E

E I to !! a-BAB VI KOMPENSASI Pasal 19 1 1 \ P e m e r i n t a h l . ) e e r a h m p m h e r i k e n k n m n c n s a s , i k A n e d a n r e n n q c h a o : i a k i h a t

dampak negatif yang ditimbulkan oleh penanganan sampah ditempat

pemrosesan akhir sampah.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. !'elokasi ;

b. pemulihan lingkungan ;

c. biaya kesehatan dan pengobatan;

d. ganti rugi; dan/atau

e. bentrrk lain.

Pasal 20

T a t a r . . a r a n e m h e r i a n k o m n c n q a s i s e h a n : i m a n n d i m a k s r r d d a l a m P a s a l 1 9 a v a l ( 2 \

sebagai berikut :

a. pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;

b. Pemerrntah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran aduan dan dampak

negatif pengelolaan sampah ;

c. menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil rnvestigasi dan

hasil kajian.

BA.B I!!

PENGELOLAAN LUMPUR TINJA

Bagian Kesatu

Sumber Tinja

Pasa! 21

Sumber tinja meliputi :

a. Tinja rumah tangga dan/atau domestik;

b Ttnja d2ri fag,ilita3 LrmLrm dan sosial,

c. Tinja dari tempat sumber lainnya;

Bagian Kedua

Cara Pengelolaan Tinja

Pasal 22

(1) Penyedotan tinia dari penamoungan/ seotic tank atau bak oenamoun-q lainnya

harus dilakukan dengan peralatan teknis yang memenuhi syarat.

(2) Pihak penyedia lasa penyedotan tinja dilarang membuang lumpur tinja ke sungai

atau tempat lain yang dapat mencemari lingkungan

( 3 ) P i h a k o e n y e d i a ja s a w a j i h r m e m b u a n g k r m p L r r l i n i a p a d a l P t . T y a n g c l i s e d i a k a n

oleh Pemerintah Daerah atau oihak lain.

(4) Pada IPLT yang disediakan oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), lumpur tinja diproses dengan

menggt-tnakan teknologi yang memadai sehingga tidak mencemari lingkungan

(5) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(10)

'g 9! c c ; DO ; Bagian Ketiga Penyediaan Jasa Pasal 23

(1)Penyedotan dan pengeloraan rumpur tinja pada rpLT dapat dirakukan

oleh

Pemerintah Daerah atau pihak penyedia lasa yang terah memiriki rzin dari Bupati.

(2) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah Daerah rain

guna mewa.libkan pihak penyedia jasa, bahwa pengelolaan lumpur tinja dapat

dilakukan pada IPLT milik pemerintah Daerah atau -pihak penyedia Jasa yang

telah memiliki izin dari Buoati

(3) Pihak penyedia jasa penyedotan tinja dapat menentukan biaya penyedotan darl

bak penampung/ septic tank.

BAB IV

PENGELOLAAN AIR KOTOR

Bagian Kesatu

Sumber Air Kotor

Pasal 24

Sumber air kotor meliouti .

a. Air kotor rumah tangga dan/atau domestik;

b. Air kotor dari fasilitas umum dan sosial:

c. Air kotor dari tempat sumber lainnya,

Bagian Kedua

Cara Pengelolaan Air Kotor

Pasal 25

(1) Masyarakat dan/atau badan dirarang membuang arr kotor pada saluran

.-. pematusan umum agar tidak mencemari lingkungan.

(2) Pembuangan air kotor

.sebagaimana dimalisud pada ayat (1), diwajibkan setiap

warga masyarakat untuk membuat resapan air kotor di wilayah masing-masing.

Bagian Ketiga

pengawasan dan pengendalian

Pasal 26

(1) Pengawasan dan pengendalian pengelolaan air kotor dilakukan secara insidentil.

(2) Pembangunan Instalasi Air Kotor dapat diajukan izin danratau .1 (satu) paket

dengan komponen bangunan lainnya.

(3) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana pada ayat (i) da (2), dilaku<an

oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

PENGELoLAKB#RTAMANAN

Bagian Kesatu

Jenis Pertamanan Pasal 27

('1) Lampu penerangan jalan umum merupakan bagtan pertamanan yang mempunyai

fungsi menunlang kepentingan keamanan.

(2) Lampu taman mempunyai fungsr penerangan, keamanan dan keindahan.

/ , ,

(11)

I 9! .c a a i

i

-

o-(3) Tanaman jenis produktif atau tidak produktif yang keberadaannya di tepi setiap

ruas jalan mempunyai fungsi sebagai pelindung jalan dan penghilauan.

(4) Berbagai jenrs tanaman yang menjadi satu dalam kawasan baik milik pemerinran

Daerah atau milik pihak lain yang keberadaannya ada pada wrlayah kota

merupakan bagian dari penghutanan kota.

(5) Bangunan monumen, tugu, baliho, rumah papan reklame dan sejenisnya

merupakan pertamanan yang menunjukkan identitas dan informasi.

Bagian Kedua

Pelaksanaan dan Pemeliharaan

Pasal 28

(1) Pemasangan dan pemeliharaan LPJU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (1 ), dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan dapat dilaksanakan oleh

masyarakat secara swadaya untuk mendapat rekomendasi Pemerintah Daerah

dan pihak terkait

(2) LPJU sebagaimana pada ayat ('l), harus memenuhi syarat teknis agar tidak

membahayakan kepentingan umum.

(3) Lampu taman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), pelaksanaan dan

pemelrharaan dilakukan oleh Pemerintah Daerah di tempat umum sesuai dengan

KepenI|ngannya.

(4) Penamanan dan pemeliharaan pohon pelindung jalan yang ruas jalannya di luar

batas wilayah kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(5) Penanaman dan pemilihan jenis pohon tidak produktif pada ruas jalan di wilayah

luar batas menjadi tugas Pemerintah Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(6) Pertamanan yang merupakan media identitas sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) Pasal 11, yang dilaksanakan oleh berbagai pihak agar memenuhi asas

keindahan dan kenyamanan dalam pelaksanaannya harus mendapatkan izin dari

Bupaii.

(7) Syarat teknis dan ketentuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (6)

diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Bagian Ketiga

Pengawasa n

Pasal 29

(1)Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan

pemeliharaan oertamanan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan agar

penyelenggaraan pertamanan oleh masyarakat dan pihak lain sesuai dengan

ketentuan.

(3) Setiap orang atau badan yang melakukan pemangkasan dan penebangan pohon

penghijauan kota, terlebih dahulu wajib mendapatkan izin dari Bupati.

(4) Ketentuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur lebih lanjut oleh

Bupati.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan pengelolaan kebersihan

dan oertamanan.

,ty'*,

(12)

c o o c F

a

E a 6 ;

(2) Pengelolaan kebersrhan dan pertamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

meliputi :

a. Penanganan sampah;

b. Penanganan lumpur tinja;

c. Pengawasan dan pengendalian air kotor;

d. Pengelolaan pertamanan.

(3) Setiap orang atau badan berhak memperoleh pelayanan pengelolaan kebersihan

dan pertamanan.

(4) Pemerintah Daerah berhak menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pengelolaan kebefsihan dan pertamanan.

(5) Setiap orang atau badan berkewajiban ikut serta berpartisipasi memberikan

kompensasi dan membayar retribusi pengelolaan kebersihan dan pertamanan.

(6)Pemerintah Daerah berkewajiban mensosialisasikan tentang Pengelolaan

Kebersihan dan Pertamanan kepada setiap orang atau badan yang memperoleh

pelayanan pengelolaan kebersihan dan pertamanan.

( 1 )

(:2)

BAB XII KOMPENSASI

Pasal 31

Kompensasi dibebankan kepada Pemegang

penghijauan kota.

Bentuk dan besaran kompensasi ditetapkan

kerusakannya dan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

izin penebangan pohon

sebanding dengan tingkat

BAB XXVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal dlundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.

Ditetapkan di pada ta BUPATI MUST PASA Moiokerto 9 \r.\r,1^bP. 2O1() Diundangkan di Mojokerto

pada tanggal 2r Matt 2011

KABUPATEN

mbina Utama Muda

N t P . 1 9 5 6 1 1 0 2 1 9 8 5 0 3 1 0 0 6

(13)

E ill -o (!

' a

-E

c

L PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

NOMOR 1O TAHUN 2O1O

TENTANG

PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

U M U M

Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola t<onsuriii

masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan lenis sampah yang

semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya daniatau sulit

diurai oleh proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah

sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlr,

dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu paoa

pendekatan akhir (end-of-pipe), yailu sampah dikumpulkan, diangi<ut, dan

dibuang ke tempat pemrosesan akhir . sampah. padahal, timbunari sampah

dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhrr sampah

berpotensi melepas gas metan (cHa) yang dapat menrngkatkan emrsr gas rumah

kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar- timbunan

sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka wakiu yang lama

dan diperlukan penanganan dengan biaya yang beslr. paradigr"- Ua*

memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nirai ekonomi dan

dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk

bahan baku industri Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang

komprehensif dari hulu, sijak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpoienii

menladi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produf suCah digunakan

sehrngga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan

secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut ditat<uian

dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. pengurangan sampah

meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembari, dan pendauran urang,

sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulai,

pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 memberrkan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut

memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik

dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hu'kum bahwa

pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang

pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapa-t

bermitra dengan badan usaha. selain itu organisasi persampahan, dan'kelompok

masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan

dalam kegiatan pengeroraan sampah. Daram rangka - menyerenggarakan

pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan

kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemeriniah dan pemerintahan

daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam

bentuk Peraturan Daerah. pengaturan hukum pengeloiaan -ampah daram

Peraturan Daerah ini berdasarkan asas tanggung 1awab, asas berkelaniutan.

asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, -asas

keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Berdasarkan pemikiran

sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan peraturan Daerah ini diperlukan

dalam rangka:

(14)

-5 a r a E a c

a. kepastian hukum bagi, rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan

sampah yang baik dan berurawasan lingkungan,

c ketertiban dalam penyelenggaraan pengelol-an sampah;

d kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemerintahan daerah

dalam pengelolaan sampah; dan

e kejerasan antara pengertian sampah yang diatur daram peraturan Daerah inr.

II, PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jetas Pasal 4 Cukup jetas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jetas. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas. P a s a l 1 0 Ayat (1)

Yang dimaksud , dengan.. '.pengawasan dan pengendalian

pengetolaan arr kotor dilakukan secara insidentil,;

adalah

pengawasan dan pengendalian yang menurut sifatnya dilakukan

paoa tempat dan waktu tertentu.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 1 1 Cukup jetas Pasal 12 Cukup jelas. Pasal '13 Cukup jelas.

2 /

hrQw

(15)

3 -Pasal 14 Cukup jelas Pasal '15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas = c ci (! a)

a

E

E

' a

6 7

Referensi

Dokumen terkait

User Stories – Iterasi 2 (con’t) •  Sebagai staff yang bertanggungjawab menangani laporan yang masuk di SKPD novi ingin dapat mendapatkan noYfikasi dibackend saat terdapat

Hal yang kerap menjadi pertanyaan nasabah adalah mengapa nilai taksiran untuk suatu barang yang sama dapat berbeda pada pegadaian di berbagai daerah, hal ini

Bahas secara singkat cara penggunaaan pH meter dan teknik kromatografi, kesimpulan yang dapat Anda ambil dari bagian pembuatan buffer fosfat serta poin-poin yang boleh Anda

Berdasarkan hasil perhitungan yang kami peroleh yaitu potensi air yang ada jumlahnya besar sedangkan luas genangan yang ada didaerah tersebut kecil, sehingga kebutuhan air

Walaupun asas kajian yang dilakukan adalah tertumpu kepada pengusaha penjaja makanan ( hawker ), namun secara tidak langsung ia mempunyai perkaitan dalam industri makanan di

Mengetahui kelayakan investasi usaha budidaya ikan lele di Kelurahan Toapaya Asri, Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 8 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kota Mojokerto sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daaerah Kota

Skripsi berjudul Hubungan antara Pengetahuan Santri tentang PHBS dan Peran Ustadz dalam Mencegah Penyakit Skabies dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Skabies