• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Rabdomiosarkoma Kholil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Rabdomiosarkoma Kholil"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“RABDOMIOSARKOMA”

Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem

Muskuloskeletal

Dosen pembimbing: Ns.Ana Fitria Nusantara S.Kep

Disusun oleh:

Moh Kholil Sidik 14201.05.13014

Rada Nikmatul M 14201.05.13025

Rahmatullah 14201.05.13014

Siti Zahrotul M 14201.05.13039 Yudis Sukron M 14201.05.13044

Zakaria Al Ashom 14201.05.13045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul “Rabdomiosarkoma

Sebagai pembuka, kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah S.H., M.M. selaku ketua yayasan STIKES Zainul Hasan Genggong.

2. Ibu Ns. Titik Suhartini,M.Kep selaku ketua STIKES Zainul Hasan Genggong.

3. Ibu Ns. Jamilatus Syamsiyah A, S.Kep selaku pembimbing akademik S1 Keperawatan.

4. Ibu Ns.Ana Fitria Nusantara, S.Kep. Selaku pembimbing mata kuliah Sistem Muskuloskeletal yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini

5. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Hafsyawaty serta semua pihak yang telah membantu atas terselesaikan nya penyusunan makalah ini. Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

23, April 2014

(3)

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 1.4 Manfaat...2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Rabdomiosarkoma...3

2.2 Etiologi dari Rabdomiosarkoma...3

2.3 Patofisiologi dari Rabdomiosarkoma...4

2.4 Manifestasi Rabdomiosarkoma...6

2.5 Pemeriksaan Penunjang Rabdomiosarkoma...6

2.6 Penatalaksanaan dari Rabdomiosarkoma...7

2.7 Komplikasi dari Rabdomiosarkoma...11

2.8 Asuhan Keperawatan dari Rabdomiosarkoma...12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpuan...20

3.2 Saran...20 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

(4)

1.1 Latar Belakang

Rabdomiosarkoma adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan lunak yang menyerang otot serat lintang. Merupakan 10-15% dari sarkoma jaringan lunak dan 5-8% dari semua kasus keganasan pada anak.(Carola,2001)

Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria), dan vagina. Gejala yang ditimbulkan tergantung letaknya. Pada rongga mata, dapat menyebabkan mata menonjol keluar dan benjolan di mata. Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (rongga-rongga di sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Apabila menyerang otot anggota gerak, akan menimbulkan pembengkakan.(William,2005)

Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia dengan insiden terbanyak pada usia 1-5 tahun dan 15-19 tahun. Lokasi pada umumnya pada kepala dan leher (30-65%), anggota gerak (24%), sistem urogenital (18%), badan (8%), retroperitoneal (7%) dan tempat lain (2-3%).

1.2 Rumusan Masalah

(5)

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi Rabdomiosarkoma 1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Rabdomiosarkoma 1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi dari Rabdomiosarkoma 1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari Rabdomiosarkoma 1.3.5 Untuk mengetahui komplikasi dari Rabdomiosarkoma 1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Rabdomiosarkoma 1.3.7 Untuk mengetahui askep dari Rabdomiosarkoma

1.4 Manfaat

Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Mahasiswa

Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup Rabdomiosarkoma

1.4.2 Dosen

Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup Rabdomiosarkoma

1.4.3 Institusi

Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dapat di jadikan referensi dalam acuan belajar.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi

Rabdomiosarkoma berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang artinya bentuk lurik, dan myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma merupakan suatu tumor ganas yang aslinya berasal dari jaringan lunak ( soft tissue ) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot, tendon dan connective tissue. Rabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat agresif dan cenderung berinfiltrasi di permukaan dan dalam

(6)

jaringan di sekitarnya dan juga menyebar secara limfogen dan hematogen. (Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2005).

Tumor ini dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung kemih, vagina, tangan, kaki, dan batang tubuh. Rabdomiosarkoma juga dapat ditemukan pada bagian tubuh yang memiliki sedikit atau tanpa otot serat lintang, seperti prostat, telinga bagian tengah, dan saluran empedu.Umumnya terjadi pada anak-anak usia 1-5 tahun dan bisa ditemukan pada usia 15-19 tahun walaupun insidennya sangat jarang. Rabdomiosarkoma relatif jarang terjadi. Dua bentuk yang sering terjadi adalah embrional rabdomiosarkoma dan alveolar rabdomiosarkoma.

2.2 Etiologi

Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas. Beberapa sindroma genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi dari RMS.

 Beberapa sindroma genetik yang berhubungan dengan angka kejadian RMS :

 Neurofibromatosis (4-5% risk of any of a number of malignancies)

 Li-Fraumeni syndrome (germline mutation of the tumor suppressor gene TP53)

 Rubinstein-Taybi syndrome

 Beckwith-Wiedemann syndrome

 Beberapa faktor lingkungan yang diduga berperan dengan prevalensi RMS :

 Penggunaan orang tua terhadap marijuana dan kokain

 Penyinaran sinar X

 Makanan dan pola makan

 Sering kontak dengan sinar matahari terutama pada anak-anak

 Penggunaan alkohol sebelumnya

 Kontak dengan zat-zat karsinogen di daerah tempat bekerja khususnya pada orang dewasa

2.3 Patofisiologi

Meskipun rabdomiosarkoma berasal dari sel otot skeletal, tumor ini bisa menyerang bagian manapun dari tubuh kecuali tulang. Botrioid adalah

(7)

bentuk dari embrional rabdomiosarkoma yang berasal dari mukosa daerah yang berongga, seperti kandung kencing, vagina, nasofaring dan telinga tengah. Lesi pada ekstremitas lebih banyak merupakan alveolar rabdomiosarkoma. Metastasis ditemukan terutama di paru, sumsum tulang, tulang, kelenjar limfe, payudara dan otak.

Walaupun merupakan tumor yang paling sering dijumpai pada anak-anak, etiologi dari rabdomiosarkoma tidak diketahui. Rabdomiosarkoma diduga timbul dari mesemkim embrional yang sama dengan otot serat lintang. Atas dasar gambaran mikroskopik cahaya, rabdomiosarkoma termasuk kelompok “tumor sel bulat kecil”, yang meliputi sarkoma Ewing, neuroblastoma, tumor neuroektodermal primitif dan limfoma non hodgkin. Diagnosis pasti adalah histopatologi atau perlu ditambah pemeriksaan imunohistokimia dengan menggunakan antibody terhdap otot skelet (desmin, aktin khas otot) dan mikroskop elektron untuk membedakan gambaran khas.

Patofisiologi

Lingkungan Genetik

Mutasi gen Pertumbuhan sel tidak terkendali pada jaringan lunak

RABDOMIOSARKOM Pembengkakan Anggota gerak Kepala Terdapat benjolan Nasofaring Mata

(8)

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinik sesuai dengan tempat di mana tumor tersebut tumbuh:

1. Kepala dan leher : jika mengenai mata atau alis mata, maka dapat menyebabkan mata menonjol, bengkak pada palpebra, atau paralisis otot-otot mata. Jika mengenai sinus, maka dapat menyebabkan hidung tersumbat, terkadang sekret hidung berupa darah atau nanah. Bila mengenai parameningeal, maka dapat terjadi kelumpuhan saraf kranial. (William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005). Pada lokasi lain kepala dan leher, gejala umum yang timbul adalah benjolan yang tidak sakit atau bengkak yang cepat membesar. Rabdomiosarkoma yang terdapat dekat dengan tulang tengkorak

Terjadi obstruksi pernafasan Sel mudah rapuh Mata menonjol Sulit bergerak Paralisis

otot-otot mata Gangguan

mobilitas fisik Bersihan jalan nafas tidak efektif Sulit bernafas Mudah terjadi pendarahan Pola nafas tidak Epitaksis Gangguan penglihatan Traktus Genitourinaria Resiko kekuranga n cairan Resiko penyebaran infeksi ISK Resiko cidera Mual, muntah kemoterapi Pendarahan pd vagina Obstruksi uretra Sel darah

mati Nafsu makan

kurang Rambut

rontok penyebaranResiko HB eliminasi Anemia Nutrisi kurang dari kebutuhan Anemia Gangguan citra tubuh kelemahan Gangguan perfusi jaringan serebral Gangguan integritas kulit Ganggun pemenuha n ADL Resiko infeksi Pothe entri kuman Barier tubuh rusak Terjadi luka Eksisi jaringan tumor Operasi

(9)

2. Tractus genitourinaria : sulit berkemih, hematuria, kontipasi, benjolan pada vagina, sekret vagina yang mengandung darah, atau pembesaran salah satu scrotum namun tidak sakit.

3. Ekstremitas dan batang tubuh : berupa benjolan dengan atau tanpa rasa sakit, lunak, dan berwarna kemerahan. (Rudolph. A. M., 2002.)

2.5 Pemeriksaan penunjang

CT-Scan digunaan untuk mengetahui adanya kanker yang telah bermetastasis(menyebar kebagian organ lain) pemeriksaan ini dilakukan sesuai standart penyembuhan penyakit kanker.

Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien masuk ke dalam alat yang berbentuk tube(tabung) serta menganjurkan pasien untuk diam tanpa adanya gerakan untuk memberikan hasil yang maksimal, biasanya pasien dalam keadaan berbaring.

Hasil dari gambar jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat lebih jelas dan lebih detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci mengenai cedera, bahawa adanya daerah yang terinfeksi(metatase) pada organ lain

Bone-scansdigunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di tulang yang diakibatkan kanker Rabdomiosarkoma(RMS)

Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien untuk mengambil posisi di depan alat dengan menganjurkan pasien diam dalam posisi tegak dan tangan dalam keadaan terbuka (tidak boleh menggenggamkan tangan)

Hasil dari pemeriksaan ini adalah gambar yang akurat mengenai tulang yang terinfeksi, lebih akurat pada bagian tulang. Dengan adanya lesi tulang akibat kanker ini.

X-rays pemeriksaan ini menggunakan penyinaran dengan sinar x yang berfungsi untuk melihat organ dalam dan mendeteksi adanya gangguan pada organ tersebut serta melihat apakah organ itu berfungsi atau tidak.

(10)

Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien dalam posisi berdiri atau duduk dengan pandangan ke depan menghadap kearah sinar x, dan berposisi yang tegak.

Hasilnya yaitu mengetahui organ-organ yang terserang pada daerah sekita kanker ini, dan mengetahui seberapa parah akibat dari keganasan kanker tersebut.

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Farmakologi/obat-obatan A. Golongan Alkilator

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :

1. Siklofosfamid

Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.

Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Rabdomiosarkoma.

Fungsinya yaitu menghentikan siklus hidup sel kanker yang menyerang otot bagian tubuh manusia utamanya pada bagian otot lurik.

2. Klorambusil

Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan).

Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non Hodgkin, Makroglonbulinemia primer dan kanker. Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini

(11)

berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.

Fungsi obat ini yaitu sebagai obat kanker yang sudah stadium lanjut, bisa di kategorikan obat keras yaitu obat yang mematikan perjalanan kanker ganas.

3. Prokarbazin

Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.

Indikasi : Limfoma Hodgkin.

Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison (regimen MOPP).

Fungsinya yaitu sebagai peluruh penyakit limfa yang berakibat merusak pertahanan tubuh

B. Golongan Antimetabolit

Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu:

(12)

Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50 mg/5ml.

Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.

Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel epitel kulit.

Fungsi obat ini yaitu sebagai pembentuk imun agar membantu pertahanan sehingga kanker tidak merambat pada organ yang lain dan tidak berreplika.

 Terapi Medikamentosa

Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh sel-sel tumor melalui obat-obatan. Kemoterapi kanker adalah berdasarkan dari pemahaman terhadap bagaimana sel tumor berreplikasi/bertumbuh, dan bagaimana obat-obatan ini mempengaruhinya. Setelah sel membelah, sel memasuki periode pertumbuhan (G1), diikuti oleh sintesis DNA (fase S). Fase berikutnya adalah fase premiosis (G2) dan akhirnya tiba pada fase miosis sel (fase M). Obat-obat anti neoplasma bekerja dengan menghambat proses ini. Beberapa obat spesifik pada tahap pembelahan sel ada juga beberapa yang tidak.

2.6.2 Non Farmakologi

 Radioterapi: digunakan untuk memperkecil ukuran tumor, terutama pada kepala, leher, dan panggul.

 Transplantasi stem cell : digunakan untuk memperbaiki sistem pembuluh darah yang telah dirusak oleh sel kanker.

 Terapi Operatif

Terapi operatif pada penderita RMS bervariasi, bergantung dari lokasi dari tumor itu. Jika memungkinkan dilakukan operasi pengangkatan tumor

(13)

tanpa menyebabkan kegagalan fungsi dari tempat lokasi tumor. Walaupun terdapat metastase dari RMS, pengangkatan tumor primer haruslah dilakukan, jika hal itu memungkinkan.

2.7 Komplikasi  Impetigo

Adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lelupuhan kecil berisi nanah

 Cellulitis

Adalah peradangan dari syaraf dibawah kulit. Biasanya akan terjadi pembemkakan dan kemerahan dibagian kulit itu.

 Mastitis

Pada wanita-wanita yang menyusui, staph dapat berakibat mastitis(peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah staph dapat mengeluarkan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.

 Edocarditis

Adalah infeksi dari katup-katup jantung. Dapat menyebabkan gagal jantung.

 Osteomyelitis

Adalah peradangan yang parah/berat dari tulang. Dapat menyebabkan demam tinggi, kelelahan, dll.

(14)

Memakan makanan yang sudah terinfeksi bakteri staphylococcus dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi karena memakan makanan beracun yang dikeluarkan oleh bakteri staph itu sendiri. 2.8 Asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan Rabdomiosarkoma A. Pengkajian Pemeriksaan Fisik 1. Kepala dan leher

a. Kepala :

 Inspeksi: terdapat bengkak, penyebaran rambut tidak merata, mudah rontok.

 Palpasi: terdapat benjolan, adanya nyeri tekan pada bagian luka.

b. Muka :

 Inspeksi: Tidak simetris, warna kulit kemerahan karena adanya inflamasi.

(15)

 Palpasi: ada nodul, dan nyeri pada muka. c. Mata :

 Inspeksi: tidak simetris, pada muka tampak mata menonjol, bengkak pada palpebra, bulu mata rontok.

 Palpasi: adanya nyeri tekan pada bola mata. d. Hidung :

 Inspeksi: tidak simetris, hidung tersumbat, sekret hidung berupa darah atau nanah.

 Palpasi: ada nodul yang lebih dari 1 cm yang berisi pust. e. Leher:

 Inspeksi: tidak simetris, ada bengkak pada daerah kanker, pemebsaran pada daerah kelenjar tiroid.

 Palpasi: Ada massa pada sekitar kelenjar tiroid. Tekstur kasar pada kulit.

2. Dada dan thorax

 Inspeksi: Bengkak, adanya lesi kulit.

 Palpasi: ada massa pada dada.

(pada dada dan thorax jarang di temukannya penyakit kanker Rabdomiosarkoma)

(16)

3. Ekstremitas

 Inspeksi:Lesi, dan berwarna kemerahan.

 Palpasi: Berupa benjolan dengan tanpa rasa sakit, lunak 4. Genetalia

 Inspeksi: Terdapat lesi pada vagina, sekret vagina yang mengandung darah (pada wanita), pembesaran di salah satu scrotum (pada laki-laki).

 Palpasi: ada benjolan pada sekitar kemaluan/pubis yg lunak.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi 2. Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas

3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d pendaran pada vagina 4. Resiko kekurangan cairan b.d epitaksis

(17)

C. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional 1.Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi Tujan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x5 menit, masalah ketidakefektifan jalan napas baik dan kembali normal

Kriteria hasil :  Tidak ada suara

nafas tambahan (rhonki, wheezing)  Ekspansi dada maksimal (pernafasan dalam) dan simetris  RR=12x20x/ menit 1. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi. 2. Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. 3. Pengisapan sesuai 1. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi

2. Nafas dalam memudahkan

ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. 3. Merangsang batuk

(18)

indikasi 4. Bantu mengawasi efek pengobatan atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. 4. Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.

2.Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, pasien menunjukkan keefektifan pola nafas Kriteria hasil : Ekspansi dada maksimal Tidak ada perubahan ekskursi dada RR=12-20x/menit 1.Auskultrasi bunyi napas dan catat adanya bunyi nafas adventisius 2.Observasi pola batuk dan karakter sekret 3.Dorong pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk 4.Berikan oksigen tambahan 1. Bunyi nafas menurun bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan dan bekuan 2. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering 3. Dapat meningkatkan sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas 4. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

(19)

3.Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d pendaran pada vagina Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi Kriteria hasil : Adanya peningkatan kesadaran biasanya /membaik dan fungsi motorik/ sensorik Tidak adanya/ menurunnya sakit kepala Mendemonstrasik an TTV stabil TD:100/60 mmHg sd 120/80 mmHg, N:60/90 x/menit, RR:12-20x/menit. 1. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan 2. Pertahankan tirah baring 3. Pantau tanda-tanda vital 4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 1. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi cerebral 2. aktivitas/stimuli yang kontinyu dapat meningkatkan TIK 3. hipertensi atau hipotensi dapat menjadi faktor pencetus.Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler). 4. Menurunkan

hipoksia yang dapat menyebabakan vasodilatasi cerebral dan tekanan meningkat/terbentu knya edema

(20)

T:36/37,5°C 4.Resiko kekurangan cairan b.d epitaksis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan Kriteria hasil : Perubaha status mental (-) TTV dalam batas normal Kelemahan (-) 1.Kaji perubahan TTV 2.Kaji turgor kulit, kelembaban membra mukosa 3.Catat laporan mual/muntah 4.Timbang berat badan tiap hari 1. Peningkatan suhu demam meningkatkan laju metabolic 2. Indikator langsung keadekuatan volume cairan

3. Adanya gejala ini menurunkan

masukan oral

4. Perubahan cepat menunjukkan

gangguan dalam air tubuh total 5.Gangguan mobilitas fisik b.d sulit bergerak Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam, 1.Kaji tingkat kemampuan pasien. 2.Ubah posisi minimal 2 jam 3.Latih rentang 1. mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan

(21)

pasien mampu melakukan mobilitas fisik secara mandiri dengan bantuan minimal Kriteria hasil : Penurunan waktu reaksi Kesulitan membolak balik posisi Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan gerak aktif dan pasif. 4.Tempatkan bantal dibawah aksila untuk abduksi pada tangan. 2. Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemik jaringan.Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit/dekubitus meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, 3. membantu mencegah kontraktur. 4. mencegah abduksi bahu dan fleksi siku

D. Implementasi Keperawatan N o Diagnosa Keperawatan Implementasi

1 Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi

1. BHSP

2. Posisikan pasien dengan nyaman 3. Mengajarkan tehnik relaksasi

(22)

penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.

5. Membantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

6. Membantu Pengisapan sesuai indikasi 7. Membantu mengawasi efek pengobatan

2 Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas

1. BHSP

2. Melakukan Auskultrasi bunyi napas dan catat adanya bunyi nafas adventisius

3. Melakukan Observasi pola batuk dan karakter sekret

4. Mengarahkan pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk

5. Memberikan oksigen tambahan

3 Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d pendaran pada vagina

1. BHSP

2. Meletakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan

3. Mempertahankan tirah baring 4. Memantau tanda-tanda vital

5. Mengkolaborasikan dengan tenaga medis lain dalam pemberian oksigen

4 Resiko kekurangan cairan b.d epitaksis

1. BHSP

2. Mengkaji perubahan TTV

3. Mengkaji turgor kulit, kelembaban membra mukosa

4. Mencatat laporan mual/muntah 5. Menimbang berat badan tiap hari

5 Gangguan mobilitas fisik b.d sulit

1. BHSP

2. Mengkaji tingkat kemampuan pasien. 3. Mengubah posisi minimal 2 jam 4. Melatih rentang gerak aktif dan pasif.

(23)

bergerak

5. Menempatkan bantal dibawah aksila untuk abduksi pada tangan.

E. Evaluasi

Dilakukan dengan pemeriksaan penunjang seluruh tubuh, dikombinasi dengan pemeriksaan darah secara berkala pada 1-3 bulan pertama Evaluasi berkala sangat penting karena Kanker Rabdomiosarkoma yang sudah dinyatakan berhasil ablasinya ternyata setelah 5-10 tahun proses keganasan bisa timbul kembali. Dianjurkan kontrol 1 tahun untuk 5 tahun pertama setelah dinyatakan ablasi total berhasil, kemudian tiap 2 tahun sekali.

(24)
(25)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rabdomiosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan lunak tubuh, terutama pada otot serat lintang yang menempel pada tulang dan membantu tubuh untuk bergerak. Tumor ini dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung kemih, vagina, tangan, kaki, dan batang tubuh. Rabdomiosarkoma juga dapat ditemukan pada bagian tubuh yang memiliki sedikit atau tanpa otot serat lintang, seperti prostat, telinga bagian tengah, dan saluran empedu. Sel kanker ini dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.

Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas. terdapat sindroma genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi dari RMS.

Tanda – tanda penyakit rabdomiosarkoma ini biasanya seperti sebuah tumor, paling sering di daerah kepala dan leher yang meliputi orbita, nasofaring, sinus, telinga tengah dan kulit kepala, dan dapat dijumpai pula pada saluran urogenital.

3.2 Saran

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit Rabdomiosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

(26)

DAFTAR FUSTAKA

1. Carola A.S. Arndt. 2001. Rhabdomyosarcama. In: Kliegman.R.M., Behrman.R.E., Jenson.H.B., Stanton.B.F., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 2144-2145.

2. Couturier J . Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet Oncol Haematol. March 1998 .

3. Crist WM. Sarkoma Jaringan Lunak. Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. Jakarta: EGC, 2004.1786-1789.

4. Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2005. Rabdomiosarkoma. Dalam: Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Editor: Bambdang Permono, d.k.k.Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Halaman 270-272.

5. Harry Raspati, Lalani Reniarati, Susi Susanah. 2005. Bab 9. Hemato-Onkologi. Rabdomiosarkoma. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. edisi ke 3. Editor: Herry Garna dan Heda Melinda.Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. RS. Dr. Hasan Sadikin. Halaman 504-506.

6. Robbins, Cotran, Kumar. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC, 1999.761-762.

7. William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005. Rahbdomyosarcoma. In: Lange Current Pediatric Diagnosis and Treatment.

17nd edition. USA: McGraw Hill Companies. p.934-935.

8. (http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/04/28/rabdomiosarkoma /patofisiologi) Diakses pada 26-maret-2014. Jam 14.24 WIB

Referensi

Dokumen terkait

sasaran indikator target program indikator target kegiatan indikator target Renja Keterangan Terlaksananya Pemantauan Kualitas Udara. Ambien

Pembelajaran matematika harus diarahkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang merupakan faktor yang sangat penting untuk hidup di abad 21 (Doyle,

Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan, perbedaan sifat hidrologi lahan hutan yang dikelola dengan dan tanpa insentif PJL

Hal ini terjadi akibat dari kontur celah antara tube serta temperatur gas buang lebih tinggi sehingga saat air mencapai titik ukur 1 telah menyerap kalor

Analisis Strategi Pengembangan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Pengusaha Krupuk dan Camilan Hasil Olahan Laut Pantai Kenjeran Lama. Dari analisa kesejahteraan diatas telah

binoular abnormal atau e)uan/a, )imana ti)a )itemuan ausa or&ani pa)a pemerisaan Asi mata )an pa)a asus /an& ea)aan bai sehin&&a

Pasal 147 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap perjanjian harus dibuat dengan akta notaris sebelum perkawinan berlangsung, dan perjanjian mulai berlaku semenjak saat

Berdasarkan pengumpulan data validasi yang telah dilakukan oleh penilaian validator ahli media, ahli materi, dan siswa kelas IX, diperoleh persentase rata-rata sebesar