PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN
PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA
PEMBINAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG INFRASTRUKTUR
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT NDH : 02
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
ii
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN I BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA
PEMBINAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG INFRASTRUKTUR
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT NDH : 02 DISEMINARKAN PADA: Hari : Selasa Tanggal : 5 Desember 2017 MENTOR Ir. Widiarto, Sp.1 NIP. 196009281988111001 COACH
Ir. Bambang Subagio, M.Si. NIP. 1985802141986603101010
PENYELENGGARA BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
………
SEKRETARIS BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN PUPR
Dr. A. Hasanudin, ME NIP. 110035124
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, laporan Proyek Perubahan (PP) dengan judul “PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA
PEMBINAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG INFRASTRUKTUR “
dapat diselesaikan.
Sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 bahwa penyelengggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II (DIKLAT PIM II) telah mengalami perubahan. Adapun perubahan yang dimaksud adalah dalam rangka merancang dan menetapkan strategi kebijakan instansi untuk melaksanakan Proyek Perubahan (PP) atau inovasi tehadap birokrasi dan birokratisasi.
Keberhasilan penulisan Proyek Perubahan ini tidak terlepas dari bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati perkenankan saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada;
1. Yth, Ibu Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang sudah memberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II.
2. Yth. Bapak Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasam Luar Negeri (BPAKLN) yang telah menugaskan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II dan sekaligus bertindak sebagai Pembimbing (Mentor) dalam Proyek Perubahan pada Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Kota Bandung.
3. Yth. Para Pejabat di Lingkungan Kementerian PUPR dan seluruh karyawan dan karyawati di BPAKLN serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4. Bapak Ir. Bambang Subagyo, M.Si sebagai Coach, Widyaiswara/Narasumber yang telah membantu mengarahkan dalam proses penyusunan Proyek Perubahan pada Pendidikan dan Pelatihan Kepeamimpinan Tingkat II “Angkatan I Kelas Edelweis” Tahun 2017.
5. Bapak/Ibu Widyaiswara dan segenap panitia pelaksana yang telah membantu kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II tahun 2017.
iv
6. Seluruh rekan peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan I Tahun 2017, yang telah saling mendukung serta menjalin kerja sama dalam kebersamaan.
7. Isteri dan ananda tercinta atas dukungan dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan I Tahun 2017 dengan baik.
Semoga segala sesuatu yang mengarah pada kebaikan untuk penyempurnaan Proyek Perubahan ini mendapatkan Berkah serta Rahmat dari Allah SWT agar hal perubahan yang dimaksud didalamnya dapat bermanfaat bagi Kementerian PUPR, K/L Terkait dan Pemerintah Daerah, umumnya untuk nusa, bangsa dan Negara Indonesia.
Bandung, 30 November 2017 Penulis,
v
DAFTAR ISI
i. Halaman Judul i
ii. Halaman Pengesahan ii
iii. Kata Pengantar iii
iv. Daftar Isi v
v. Daftar Tabel vii
vi. Daftar Gambar viii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat 8
I.2.1. Maksud 8
I.2.2. Tujuan 8
I.2.3. Manfaat 9
I.3. Gambaran Organisasi 9
I.3.1. Visi dan Misi 9
I.3.2. Tugas dan Fungsi 10
I.3.3. Struktur Organisasi 10
I.4. Ruang Lingkup 11
BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN 12
II.1. Analisis Permasalahan Penyelenggaraan DAK 12
II.2. Analisis Isu Strategis 14
II.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 15
II.4. Identifikasi Stakeholder 17
III.5.1. Hasil Identifikasi Stakeholder 17 III.5.2. Hambatan dan Kendala 20 III.5.3. Kemungkinan Tindak Lanjut 22
vi
II.5. Inovasi 24
II.6. Kondisi Perubahan yang Diharapkan 25
II.7. Kriteria Keberhasilan 26
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 30
III.1.Kerangka Regulasi 30
III.2.Konsepsi Paradigma 31
III.3.Konsepsi Kepemimpinan 31
III.4.Konsepsi Manajemen Strategis 33 III.5.Konsepsi Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (
Good Governance
) 35BAB IV PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN 38
IV.1.Pelaksanaan Proyek Perubahan 39 IV.2.Evaluasi Pelaksanaan Proyek Perubahan 49
IV.3.Evaluasi
Milestone
52IV.4.Evaluasi
Stakeholders
55IV.5.
Lesson Learn
58BAB V PENUTUP 68
V.1. Kesimpulan 68
V.2. Saran/Rekomendasi 69
DAFTAR PUSTAKA 70
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Grafik Rincian Belanja Infrastruktur dalam APBN 2015-2017 2 Tabel 1.2 Indeks Daya Saing Global dan Indeks Daya Saing
Infrastruktur Indonesia Tahun 2010 – 2017 3 Tabel 1.3 Kondisi Infastruktur Kewenangan Pemerintah Daerah 6 Tabel 2.1 Milestone Proyek Perubahan 16 Tabel 2.2 Posisi dan Besaran Influence Stakeholder 19 Tabel 2.3 Strategi Komunikasi kepada Stakeholder 23 Tabel 2.4 Produk, Jenis, Dan Manfaat Inovasi Proyek Perubahan 24 Tabel 2.5 Kriteria keberhasilan berdasarkan
output, outcome
,dan
impact
28Tabel 4.1 Resume Penyelenggaraan FGD Peningkatan Kualitas
Tata Kelola DAK 39
Tabel 4.2. Resume Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK 43 Tabel 4.3. Resume Pelaksanaan Ujicoba Penerapan
Pembinaan Teknis DAK 48
Tabel 4.4. Resume Penyusunan SE Menteri PUPR tentang
Tata Kelola Pembinaan DAK Infrastruktur 50 Tabel 4.5. Resume Penyusunan Permen PUPR tentang
Petunjuk Operasional DAK Infrastruktur 53
Tabel 4.6 Evaluasi Pelaksanaan dan Upaya Tindak Lanjut 56 Tabel 4.7 Rencana Kegiatan (R) dan Pelaksanaan Kegiatan (L) 60
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tren Peningkatan Anggaran Berdasarkan
Jenis Belanja dalam APBN 2011-2017 2 Gambar 1.2 Peringkat Pilar Daya Saing Indonesia dibandingkan
Negara Lain di Asia Timur – Pasifik 4 Gambar 1.3 Tren Alokasi DAK Infrastruktur PUPR TA 2010-2017 5 Gambar 1.4 Perbandingan Tren Alokasi DAK Bidang Jalan
dengan Tren Kemantapan Jalan 7 Gambar 2.1 Stakeholder Net Map yang terlibat dalam
Proyek Perubahan 18
Gambar 2.2 Analisa Stakeholder Dalam Kuadran Tingkat Pengaruh
dan Kepentingan 21
Gambar 4.1 Kerangka Pikir Penyunan SOP Perencanaan dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi DAK 45 Gambar 4.2 Hasil Evaluasi
Stakeholders
terkait 621
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkuatan peran pemerintah daerah dalam kerangka pembangunan nasional merupakan agenda prioritas (Nawacita) dalam RPJMN 2015-2019. Tujuannya adalah mengurangi ketimpangan yang tinggi, baik antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), antara kota dengan desa, dan antara kawasan pusat kegiatan dengan perbatasan.
Agenda pemerataan pembangunan dibarengi dengan agenda peningkatan kemandirian ekonomi dan produktifitas rakyat, terutama dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Tujuannya adalah meningkatkan daya saing perekonimian Indonesia di Pasar Regional dan Internasional, yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat.
Untuk mewujudkan agenda tersebut, infrastruktur memegang peranan vital, baik sebagai alat pemerataan pembangunan maupun sebagai roda penggerak perekonomian dan sektor produktif. Komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur infrastruktur dapat tergambar dalam peningkatan postur anggaran infrastruktur di tahun APBN TA 2014 – 2017 (Grafik. 1.1).
Gambar 1.1. Tren Peningkatan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja dalam APBN 2011-2017
2
Pada Tahun 2014, total anggaran infrastruktur adalah Rp. 154,6 T, tahun 2015 melonjak tajam menjadi Rp 256,3 T, meningkat pada tahun 2016 menjadi 313,5 T, dan kembali meningkat pada 2017 menjadi Rp. 387,3 T (Tabel 1.1). Belanja infrastruktur terbesar dialokasikan untuk infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR. Sementara itu dukungan terhadap penganggaraan infrastruktur kewenangan Pemerintah Daerah (Pemda) dilakukan dalam bentuk alokasi transfer daerah, yang meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur, Dana Desa, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Otonomi Khusus (Otsus). Jumlahnya meningkat hampir 2 kali lipat pada tahun 2016 yang mencapai Rp 88 T, dan kembali melonjak 2 kali lipat pada tahun 2017 menjadi Rp. 183,7 T.
Tabel 1.1. Grafik Rincian Belanja Infrastruktur dalam APBN 2015-2017
No Uraian 2015 2016 2017
APBN APBN APBN I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8 1.
Melalui K/L 196,8 151,2 153,7
33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 101,7 98,9 22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1 18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7 20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6 2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6 1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3 2. Belanja Hibah 4,5 4 2,2 3.
Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7 1. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3 2.
Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat
3 1,8
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24 4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 124 4.
Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8
1. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7 2. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik menggunakan Batubara
0,8 36,2 -
3. Penyertaan Modal Negara 7,2
4. BLU LMAN 20
3
No Uraian 2015 2016 2017
APBN APBN APBN 23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2
25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2 III . Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1 56 BPN 1,3 0,3 0,1 19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6 Jumlah 290,3 317,1 387,3
Sumber : Portal Data APBN, Kementerian Keuangan 2017
Peningkatan anggaran belanja untuk sektor infrastruktur dan berbagai kebijakan negara lainnya telah mampu membawa pengaruh terhadap meningkatnya peringkat Daya Saing Global (GCI) Indonesia berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum. Tahun 2017-2018, GCI Indonesia berapa pada peringkat 36, meningkat dibanding tahun 2016-2017 yang berada pada peringkat 41 (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Indeks Daya Saing Global dan Indeks Daya Saing Infrastruktur Indonesia Tahun 2010 – 2017 No Tahun Peringkat Daya Saing Global Indonesia Peringkat Daya Saing Infrastruktur Indonesia 1 2010 – 2011 44 90 2 2011 – 2012 46 82 3 2012 - 2013 50 92 4 2013 - 2014 38 82 5 2014 - 2015 34 72 6 2015 - 2016 37 62 7 2016 - 2017 41 60 8 2017 - 2018 36 52
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017 Meskipun peringkat daya saing infrastruktur meningkat, berdasarkan peringkat dibandingkan negara lain di Asia Timur Pasifik, sektor infrastruktur tergolong kepada pilar yang menghambat naiknya GCI Indonesia ke peringkat yang lebih tinggi (Gambar 1.2). Infrastruktur jalan memiliki rangking 64, yang artinya masih belum mampu mendongkrak peringkat daya saing infrastruktur dan daya saing global Indonesia. Hal tersebut menjadi tugas berat yang harus segera dibenahi oleh Pemerintah Indonesia.
4
Gambar 1.2. Peringkat Pilar Daya Saing Indonesia dibandingkan Negara Lain di Asia Timur – Pasifik
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017
Dilihat dari sudut pandang pelaku (
stakeholder
), makin disadari bahwa upaya pembangunan infrastruktur secara nasional tidak hanya menyangkut kinerja penyelenggaraan infrastruktur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat semata namun juga sangat membutuhkan kontribusi kinerja penyelenggaraan infrastruktur yang menjadi kewenangan Pemda. Infrastruktur yang menjadi kewenangan Pemda sangat besar jumlahnya jika dibandingkan dengan infrastruktur kewenangan Pemerintah Pusat. Dari total luas 9,04 juta Ha daerah irigasi (D.I.) nasional, 65% diantaranya merupakan D.I. kewenangan Pemda. Dari total sepanjang 502.653 Km jalan di Indonesia, 92% diantaranya merupakan kewenangan Pemda. Bahkan untuk infrastruktur permukiman seperti air minum, persampahan, dan limbah dan infrastruktur perumahan hampir seluruhnya merupakan kewenangan Pemda.Salah satu bentuk intervensi Pemerintah Pusat dalam mendorong peningkatan kapasitas Pemda dalam bidang infrastruktur yaitu melalui instrumen pendanaan, antara lain DAK Bidang Infrastruktur. DAK merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah
5
dan sesuai dengan prioritas nasional (UU 33/2004, PP 55/2005 dan Perpres 123 Tahun 2016). DAK langsung ditranfer dari APBN ke Rekening Kas Daerah, sehingga merupakan komponen dalam APBD yang dilaksanakan oleh Pemda. Disebut khusus karena sudah ditentukan kegiatannya setelah alokasi ditetapkan, dan diberikan kepada daerah tertentu yang sesuai dengan prioritas nasional.
Kebijakan pengalokasian DAK pertama kali dilaksanakan tahun 2003, yang terdiri dari 5 Bidang DAK. Saat itu DAK diberikan kepada daerah dengan kemampuan fiskal rendah, dan memiliki indeks teknis pelayanan infrastruktur yang rendah. Bidang DAK yang berada di bawah pembinaan Kementerian PU yaitu DAK Prasarana Jalan dan Irigasi. Sejak saat itu hingga tahun 2017 kebijakan DAK terus mengalami perkembangan, baik dari jumlah bidang, jumlah alokasi anggaran, maupun jumlah penerima.
Dalam era kabinet kerja, alokasi DAK Infrastruktur meningkat rata-rata hampir 3 kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum tahun 2014. Tahun 2016 menjadi dengan DAK Infrastruktur terbesar, sebanyak Rp. 59,25 T (Gambar 1.3). Tahun 2017 dan 2018 menurun dan cenderung stabil dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi perekonomian yang berimbas pada penerimaan negara.
Gambar 1.3. Tren Alokasi DAK Infrastruktur PUPR TA 2010-2017
(Sumber: Perpres Rincian Alokasi APBN, Kementerian Keuangan)
Meskipun sudah diberikan stimulus berupa alokasi anggaran yang peningkatannya signifikan, namun berdasarkan hasil kajian belum efektif
0,000 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 4,493 6,051 6,328 8,166 10,105 27,035 59,247 29,139 27,710
6
meningkatkan kondisi infrastruktur kewenangan Pemda. Pelayanan infrastruktur daerah masih belum mencapai target kondisi yang diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 (Tabel 1.3). Sebagai contoh, tingkat kemantapan jalan kabupaten/kota adalah 59%, jauh dari target capaian 65%. Kemantapan jalan provinsi adalah 70%, jauh dari target 75%. Bahkan jika dibandingkan dengan kondisi kemantapan jalan nasional Tahun 2017 sebesar 90%, kondisi jalan daerah masih tertinggal jauh.
Tabel 2.3. Kondisi Infastruktur Kewenangan Pemerintah Daerah
No Bidang Kondisi Infrastruktur
Sampai Tahun 2017
Target Nasional RPJMN 2015-2019
1 Jalan Mantap Provinsi: 70% Mantap Kab/Kota: 59%
Mantap Provinsi: 75% Mantap Kab/Kota: 65% 2 Irigasi Kondisi Baik: 2,31 juta Ha Kondisi Baik: 2,55 juta Ha 3 Air Minum Cakupan pelayanan: 71,01% Cakupan pelayanan: 100% 4 Sanitasi Cakupan pelayanan: 76,37% Cakupan pelayanan: 100%
5 Perumahan
Perbaikan rumah untuk mengurangi rumah tidak layak huni: 300 ribu unit
Perbaikan rumah untuk mengurangi rumah tidak layak huni: 1,5 juta unit Sumber: Data Teknis DAK 2018, Kementerian PUPR
Hasil kajian dari Ditjen Bina Marga (2017) dapat sejalan dengan data tersebut. Alokasi DAK yang meningkat tidak berbanding lurus dengan peningkatan tingkat kemantapan jalan (Gambar 1.4).Tingkat kemantapan cenderung stagnan, bahkan cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014.
Permasalahan tata kelola DAK yang belum baik merupakan penyebab utama tidak efektifnya alokasi yang diberikan terhadap peningkatan kondisi. Berdasarkan verifikasi BPKP terhadap pelaksanaan DAK Fisik Bidang Infrastruktur oleh Pemda dalam Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2), menunjukkan sejumlah kelemahan yang mendasar dalam manajemen proyek yang menyebabkan Pemerintah tidak dapat memperoleh tingkat
reimbursment
maksimal. Kegagalan verifikasi tahap pertama umumnya disebabkan karena proses pengadaan barang jasa yang belum sesuai dengan7
ketentuan yang berlaku. Dalam verifikasi tahap kedua disebabkan oleh ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi teknis sebagian besar disebabkan oleh outcome yang tidak memuaskan (tidak sesuai dengan spesifikasi tertentu, kualitas buruk,
outcome
tidak berfungsi, kemunduran selama masa pemeliharaan).Gambar 1.4. Perbandingan Tren Alokasi DAK Bidang Jalan dengan Tren Kemantapan Jalan
Sumber: Ditjen Bina Marga, 2017
Melihat permasalahan diatas, maka diangkatlah “Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pembinaan DAK Bidang Infrastruktur PUPR” sebagai judul Proyek Perubahan pada Unit Eselon II Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri.
I.2. Maksud, Tujuan, dan Manfaat
I.2.1. Maksud 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 K em an ta p an J al an ( % ) D A K ( R p M ili ar ) Tahun
Perbandingan Tren Alokasi DAK dengan Tren Kemantapan Jalan
Penerimaan DAK Provinsi Penerimaan DAK Kabupaten/Kota Kemantapan Jalan Provinsi Kemantapan Jalan Kabupaten
8
Maksud dilaksanakannya proyek perubahan ini adalah terwujudnya peningkatan kualitas tata kelola pembinaan DAK Bidang Infrastruktur PUPR
I.2.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan proyek perubahan ini dibagi menjadi tiga, yaitu tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang.
A. Jangka pendek
Dalam jangka pendek (1 bulan sampai dengan 2 bulan), yaitu:
1. Menyelenggarakan
Focus Group Discussion
(FGD) Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK;2. Menyusun Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
3. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK; dan
4. Menyusun Surat Edaran (SE) Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK.
B. Jangka menengah
Dalam jangka pendek (6 bulan sampai dengan 12 bulan), yaitu:
1. Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
2. Penyelenggaraan
Focus Group Discusstion
(FGD) Review Pelaksanaan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK;3. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK dalam Peraturan Menteri (Permen) PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; dan
4. Menyusun Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
C. Jangka panjang
Dalam jangka panjang (1 tahun atau sampai dengan 3 tahun), yaitu: 1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
9
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
I.2.3. Manfaat
Manfaat umum yang diharapkan dari proyek perubahan ini yaitu:
A. Dari sisi internal Kementerian PUPR, melalui proyek perubahan ini akan terlaksana integrasi pembinaan pelaksanaan infrastruktur PUPR kewenangan Pemda, terutama yang dilaksanakan melalui DAK
B. Dari sisi eksternal Pemerintah Daerah, proyek perubahan ini akan mendorong tercapainya penyelenggaraan DAK Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, dan tepat sasaran dalam meningkatkan kinerja penyelenggaraaan infrastruktur PUPR kewenangan Pemda.
I.3. Gambaran Organisasi
Proyek Perubahan ini disusun di Unit Organisasi Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri (PAKLN). Biro PAKLN merupakan unit kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR.
I.3.1. Visi dan Misi
Berdasarkan Rencana Strategis Biro PAKLN 2015-2019, Biro PAKLN memiliki visi dan misi sebagai berikut:
A. Visi
“menjadi pengelola anggaran negara yang profesional, kredibel, transparan dan akuntabel bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang berkualitas, bersih dan terdepan”
B. Misi
“mewujudkan penyelenggaraan integrasi, koordinasi dan sinkronisasi penyusunan rencana dan program yang akuntabel dan inovatif untuk mendukung penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat”.
10
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri (PAKLN) memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: A. Tugas
Biro PAKLN bertugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaananggaran, fasilitasi penganggaran infrastruktur daerah, serta kerja sama luar negeri bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat B. Fungsi
Dalam menjalankan tugasnya, Biro PAKLN memiliki fungsi:
1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran; 2. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penganggaran infrastruktur
daerah;
3. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan kinerja serta pelaksanaan anggaran;
4. Pelaksanan koordinasi perencanaan program dan administrasi kerjasama luar negeri;
5. Pelaksanaan kegiatan strategis kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.
I.3.3. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan tugas dan fungsi, Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri dibagi menjadi 4 (empat) bagian dan 1 (satu) satuan kerja, yaitu
A. Bagian Administrasi Penganggaran, yang mengkoordinasikan administrasi penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
B. Bagian Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah, yang mengkoordinasikan fasilitasi penganggaran infrastruktur daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
11
C. Bagian Pemantauan dan Evaluasi, yang mengkoordinasikan pemantauan dan evaluasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) oleh Satuan Kerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) oleh Pemerintah Daerah melalui sistem e-monitoring.
D. Bagian Kerjasama Luar Negeri, yang mengkoordinasikan administrasi anggaran APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri.
E. Satuan Kerja SNVT Pengembangan, Pengendalian, dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Lainnya.
I.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini yaitu:
a. Menyusun Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan);
b. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK;
c. Menyusun SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
d. Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
e. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur;
f. Menyusun Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; dan
g. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
12
BAB II
DESKRPSI PROYEK PERUBAHAN
II.1. Analisis Permasalahan Penyelenggaraaan DAK
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan terhadap penyelenggaraan DAK Fisik Bidang infrastruktur, secara singkat dapat digambarkan kondisi eksisting dan permasalahan yang dialami sehingga DAK belum optimal untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur daerah. Evaluasi dan analisis dilakukan menggunakan data Evaluasi Tahunan yang dilakukan oleh Kementerian PUPR, dan data Laporan Verifikasi Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) yang dilakukan oleh BPKP tahun 2016 lalu. A. Manajemen Perencanaan
Kebijakan umum penyelenggaraan DAK sepenuhnya tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun. Kebijakan tersebut meliputi tema, target sasaran, dan menu kegiatan per bidang. Meskipun dalam lingkup nasional kebijakan penggunaan DAK telah diatur, namun dalam lingkup yang lebih mikro terdapat permasalahan dalam manajemen perencanaan di masing-masing bidang. Dua permasalahan utama yaitu: 1. Belum ada
Standar Operating Procedure
(SOP) tentang penyusunanDaftar Skala Prioritas (DSP) Usulan Rencana Kegiatan (URK) dan penganggaran per-bidang bagi Pemerintah Daerah. Mekanisme DAK menggunakan sistem
proposal based
dari masing-masing Pemerintah Daerah yang berisikan daftar kegiatan yang diusulkan dibiayai melalui DAK. Saat ini, kualitas URK masing-masing Pemda sangat bervariasi kualitasnya. URK yang masuk kategori berkualitas yakni URK yang sesuai dengan dokumen perencanaan, urgen untuk dilaksanakan, dan telah memiliki dokumen kesiapan (readiness criteria
) yang cukup untuk dilaksanakan. Berdasarkan rekap proposal yang disampaikan melaluie-planning
(dikoordinatori oleh Bappenas), total usulan DAK 2018 mencapai Rp. 486 T, dan yang lulus seleksi melalui prosese-sinkron
13
Jumlah tersebut menunjukkan usulan Pemda masih berupa daftar keinginan, alih-alih sebagai daftar kebutuhan.
2. Belum diterapkan prinsip
Reward & Punishment
dalam hal penyaluran alokasi DAK.
Kinerja Pemda sangat beragam dalam penyelenggaraan DAK. Banyak daerah yang tertib dalam mengikuti setiap proses pembinaan dari K/L pusat,output
yang dihasilkan berkualitas, dan melaporkan kegiatan dengan baik. Tidak kalah banyak juga yang menyelenggarakan DAK dengan kinerja sebaliknya. Namun, kebijakan pengalokasian dan penyaluran DAK saat ini tidak memperhitungkan kinerja tersebut.B. Manajemen Pelaksanaan
1. Tata kelola pembinaan belum berjalan dengan optimal. Saat ini pembinaan penyelenggaraan DAK oleh Kementerian PUPR dilakukan oleh Unit Kerja yang langsung terkait dengan penyusunan kebijakan perencanaan dan pengalokasian DAK. Pembinaan yang dilakukan menitikberatkan pada penyusunan rencana dan pelaporan pelaksanaan DAK. Monitoring dan survey lapangan yang dilakukan sangat terbatas di beberapa lokasi, jika dibandingkan dengan puluhan ribu paket kegiatan yang dibiayai oleh DAK. Peran Kementerian PUPR sebagai Pembina Teknis penyelenggaraan urusan PUPR di tingkat nasional sudah dilaksanakan terutama dalam perencanaan dan pelaporan, namun belum optimal dalam teknis pelaksanaan maupun evaluasi pelaksanaan fisik.
2. Pelaporan penyelenggaraan DAK masih terbatas pada progress fisik dan keuangan melalui
e-monitoring.
Pelaporan sangat penting sebagai bahan evaluasi kebijakan di masa yang akan datang. Evaluasi pelaksanaan DAK dengan berdasar progress fisik dan keuangan yang dihitung berdasarkan persentase saja tidak cukup sebagai bahan evaluasi. Setidaknya, diperlukan juga laporan terkait kendala yang terjadi di lapangan,progress
capaian output fisik dan outcome, yang14
disertai dengan dokumentasi lokasi, gambar yang
update
dalam periode tertentu.II.2. Analisis Isu Strategis
Isu strategis terkait dengan pembangunan infrastruktur PUPR, terutama yang terkait langsung dengan infrastruktur PUPR kewenangan Pemda diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dalam era keterbukaan data informasi dan demokrasi yang berkembang di Indonesia, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan publik semakin tinggi, khususnya bidang Infrastruktur.
b. Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang diatur dalam UU 23 Tahun 2014 memberikan kewenangan yang besar kepada Pemda untuk menyelenggarakan urusan pemerintahannya, terutama urusan pekerjaan umum dan urusan perumahan dan kawasan permukiman
c. Sasaran Pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 terutama terkait dengan pembangunan infrastruktur khususnya kewenangan Pemda belum sepenuhnya tercapai.
d. Penguatan peran Pemda dalam pembangunan NKRI merupakan salah satu agenda prioritas (Nawacita) dalam Kabinet Kerja. Bentuk komitmen Pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut ditunjukkan dengan alokasi transfer daerah, salah satunya alokasi DAK Infrastruktur yang semakin besar.
e. Pemerintah Pusat diberikan kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Pemda, termasuk pelaksanaan DAK yang diatur melalui Peraturan Presiden 123 / 2016 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik. Khusus Bidang Infrastruktur PUPR diatur melalui Permen PUPR 33 / 2016.
Isu strategis tersebut adalah momentum perubahan yang berpengaruh besar dan mendukung proyek perubahan yang dilaksanakan.
15
II.3.Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan proyek perubahan peningkatan kualitas tata kelola pembinaan DAK ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang (Tabel 2.1). Adapun
milestone
dalam setiap tahapan yaitu sebagai berikut:A. Jangka Pendek, merupakan kegiatan yang direncanakan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 2 bulan (Oktober – November 2017) yaitu selama kegiatan
off campus
masa Diklat PIM 2. Adapun kegiatan yang direncanakan yaitu:1. Menyelenggarakan FGD peningkatan kualitas tata kelola DAK.
2. Menyusun konsep peningkatan kualitas tata kelola DAK (Manajemen Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
3. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK
4. Menyusun SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK
B. Jangka Menengah, merupakan kegiatan yang direncanakan pelaksanaanya pada Bulan Desember 2017 sampai dengan Akhir Tahun 2018 yang meliputi:
1. Pembinaan pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK
2. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur
3. Menyusun Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur
C. Jangka Panjang, merupakan kegiatan yang direncanakan pelaksanaannya pada Tahun 2019, yang meliputi.
1. Menerapkan tata kelola pembinaan penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Penyelenggaraa DAK Bidang Infrastruktur.
16
17
II.4. Identifikasi Stakeholeder
II.4.1. Hasil Identifikasi Stakeholder
Stakeholder
merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan (Marobi, 2013). Ada berbagai pendapat mengenai definisiStakeholder
menurut para ahli seperti:1. Freeman (1984), mendefenisikan
stakeholder
sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.2. Biset (1998), secara singkat mendefinisikan
stakeholder
sebagai orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.3. Grimble and Wellard (1996), mendefinisikan
stakeholder
dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.Stakeholder
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proyek perubahan ini. Adapunstakeholder
s yang dipilih terdiri atas:1.
Stakeholder
Internal a) Sekretaris Jenderal;b) Kepala Biro Hukum Setjen;
c) Kepala Pusat Data dan Informasi, Setjen;
d) Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri, Setjen Kementerian PUPR (Mentor);
e) Kabag Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah, BPAKLN (Project Leader);
f) Para Kabag dan Kasubag terkait di lingkungan BPAKLN. 2.
Stakeholder
Eksternala) Pejabat Tinggi di Unit Organisasi Kementerian PUPR (BPIW, Itjen, Ditjen BM, Ditjen SDA, Ditjen CK, Ditjen Penyediaan Perumahan, Balitbang, Bina Konstruksi, BPSDM);
18
b) Direktur Otonomi Daerah, Bappenas
c) Direktur Dana Perimbangan, Ditjen Perumbangan Keuangan Kementerian Keuangan;
d) Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan, Ditjen Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri:
e) Gubernur, Walikota, Bupati;
f) Sekretaris Daerah Provinsi/Kota/Kabupaten; g) Kepala Bappeda Provinsi/Kota/Bupati;
h) Kepala Dinas PUPR dan Dinas PKP Provinsi/Kabupaten/Kota; i) Inspektur Daerah;
Peta jaringan stakeholder dapat diperhatikan dalam gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1
Stakeholder Net Map
yang terlibat dalam Proyek PerubahanProjeck Leader KA.BPAKLN N SEKJEN PUPR eksterna Intern HIRARK KOORDINA ( ( -(++) (+++) (++) (++) GUBERNUR KA.DINAS PU (+/-(+++) (+) eksternal KOORDINASI KA.BAPPED A KA. DINAS PERUMAHAN (- -) (++++) (+) UTAM PRIME SEKUNDE SEKDA KABAG. AP KABAG. FPID KABAG. PE (++) (++) ( -(+++) (+++) (+++) EKTERNAL EKTERNAL PUSAT INTERNAL Itjen Daerah (- -) Itjen, Direktur SDA, BM,CK,Perumaha n Kepala Pusat2 BPIW DIREKTUR OTDA, BAPENAS Direktur Dana Perimbangan Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan Kepala Pusdati Kepala Biro Hukum
19 Keterangan Gambar: Mendukung : + Rendah ++ Sedang +++ Tinggi ++++ Sangat Tinggi
Netral: ( +/ - ) Tidak Mendukung : - Rendah - - Sedang - - - Tinggi - - - - Sangat Tinggi Tingkat pengaruh stakeholder/ Nilai Kekuatan: 1 s/d 2 Rendah 3 s/d 5 Sedang 6 s/d 8 Tinggi 9 s/d 11 Sangat Tinggi Sikap dan pengaruh masing-masing
Stakeholder
yang terdapat dalam Gambar 2.1,
selanjutnya ditampilkan dalam Tabel 2.2 berikut.Tabel 2.2 Posisi dan Besaran Pengaruh
Stakeholder
NO STAKEHOLDER NILAI PENGARUH/SIKAP 1 Sekretaris Jenderal 9 POSITIF (++++) 2 Unor Program Terkait (Itjen, SDA,
BM, CK,Perumahan)
7 POSITIF (+++)
3 Kepala Pusat 2 BPIW 7 POSITIF (+++) 4 Direktur Otonomi Daerah Bappenas 7 POSITIF (++) 5 Direktur Dana Perimbangan
Kemenkeu
7 POSITIF (++)
6 Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan Kemendagri
7 POSITIF (++)
7 Gubernur 8 NETRAL (+/-)
8 Sekda 7 NEGATIF (- -)
9 Kepala Bappeda 7 NEGATIF (- - -) 10 Kepala Biro Hukum 5 POSITIF (++) 11 Kepala Pusdatin 5 POSITIF (++) 12 Kabag FPID 5 POSITIF (+++)
13 Kabag AP 5 POSITIF (+++)
14 Kabag PE 5 POSITIF (+)
15 Kepala Dinas PUTR 3 NEGATIF (- -) 16 Kepala Dinas Perumahan 3 NEGATIF (- -) 17 Itjen Daerah 3 NEGATIF (- -) Sumber: Hasil Analisis, 2017
20
Analisis
stakeholder
diperoleh kondisi jumlah stakeholder sebanyak 17 terdiri dari sebagai berikut.•
Stakeholder
yang mendukung sebanyak 12; dan •Stakeholder
yang menolak sebanyak 5.Stakeholder
utama sebagai pejabat yang merencanakan, mengesahkan, dan menjalankan hukum dan peraturan untuk mencapai tujuan dari Proyek Perubahan ini adalah Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR.Stakeholder
primer sebagai penerima manfaat dari proyek perubahan adalah Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri, sedang S
takeholder
sekunder yang bertanggung jawab terhadap
Stakeholder
primer adalah Kepala Bagian Fasilitasi Pendanaan Insfrastruktur Daerah.II.4.2. Hambatan dan Kendala
Berdasarkan kelompok kepentingaannya, sejumlah
stakeholder
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 4 jenis stakeholders (Gambar 2.2), yaitu:1.
Promoters
memiliki kepentingan besar terhadap upaya dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya); 2.Defenders
memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakandukungannya dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi upaya;
3.
Latents
tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Upaya, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi upaya jika mereka menjadi tertarik; dan4.
Apathetics
kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui adanya upaya.21
Gambar 2.2. Analisa Stakeholder Dalam Kuadran Tingkat Pengaruh dan Kepentingan
Berkenaan dengan hasil analisis dalam II.5.1, dalam melaksanakan proyek perubahan ini, dapat dianalisis beberapa kemungkinan hambatan dan kendala yang dapat dihadapi:
A. Internal Kementerian PUPR:
1) Unit Organisasi di Kementerian PUPR yang tidak terkait langsung dengan Penyelenggaraan DAK, seperti BPSDM, Itjen, Ditjen Bina Konstruksi, dan Balitbang belum menganggarkan dan kurang berminat melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan infrastruktur PUPR kewenangan Pemerintah Daerah.
B. Eksternal Kementerian Lain yang terkait Penyelenggaraan DAK
1) Pertanyaan dari Direktur Dana Perimbangan Kementerian Keuangan, Direktur Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas, dan Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan Kementerian Dalam Negeri.
C. Eksternal Pemerintah Daerah:
1) Kepala Bappeda Propinsi, Kepala Dinas PUTR, dan Dinas Perumahan, Itjen Daerah kurang berminat terhadap upaya pembinaan yang dilakukan oleh Kementerian PUPR.
Sekretaris Jenderal Kepala BPIW Pejabat Tinggi Unor PUPR
Kepala BPAKLN Dir Otda Bappenas Dir Daper Kemenkeu Dir Fasilitasi Daper Kemendagri
Kepala Biro Hukum Kepala Biro Kompu Kabag di BPAKLN Inspektur Daerah
Kepala Dinas PUPR Kepala Dinas PKP Kepala Daerah Sekretaris Daerah Kepala Bappeda Promoters Defenders Latents Apathetics Interest -Influence + (Pengaruh) Influence
-22
II.4.3. Kemungkinan Tindak Lanjut
Berdasarkan hambatan dan kendala yang dianalisis dalam II.5.2, maka dirumuskan kemungkinan tindak lanjut yang dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
A. Internal
Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi yang diambil dalam Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
B. Eksternal
1) Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi yang diambil dalam peningkatan Tata Kelola DAK;
2) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengimlementasikan kebijakan dan strategi peningkatan Tata Kelola DAK dalam bentuk rencana kerja (beserta anggarannya); dan
3) Menetapkan payung hukum tentang Pengaturan Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK.
II.4.4. Strategi Komunikasi
Untuk melaksanakan kemungkinan tindak lanjut yang telah dirumuskan dalam II.5.3, maka diperlukan metode komunikasi yang efektif dan sesuai dengan karakteristik
stakeholder
. Beberapa metode strategi komunikasi yang dapat diterapkan yaitu :1. Metode
redudancy
, adalah cara mempengaruhi stakeholder dengan jalan mengulang-ulang pesan pada stakeholder;2. Metode
Canalizing
, yaitu mempengaruhi stakeholder untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki.3. Metode informatif, yaitu lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran stakeholder, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan, penerangan, berita dan sebagainya;
23
4. Metode persuasif yaitu mempengaruhi stakeholders dengan jalan membujuk, dalam hal ini stakeholder yang digugah pikaran maupun perasaannya;
5. Metode edukatif, yaitu memberikan sesuatu ide kepada stakeholders berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan; dan
6. Metode kursif, mempengaruhi stakeholder dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.
Strategi komunikasi kepada
stakeholder
disajikan pada 2.3 berikut ini.Tabel 2.3. Strategi Komunikasi kepada Stakeholders
NO STAKEHOLDER STRATEGI
KOMUNIKASI NO STAKEHOLDER
STRATEGI KOMUNIKASI
A. INTERNAL B. EKSTERNAL
7. Sekretaris Jendral Informatif 1. Kepala Biro Hukum Informatif dan
Canaling 8. Para Kabag.Biro
Perencanaan Anggaran dan KLN (AP, FPID, dan PE)
Informatif dan Edukatif
2. Para Unor di lingkungan Kem.PUPR Terkait (BPIW, Itjen, Ditjrn. BM, SDA, CK, Penyediaan Perumahan)
Informatif
9. Para Kasi terkait di lingkungan
BPAKLN;
Informatif dan
Edukatif 3. Bappenas (Direktur Otda) Informatif
4. Kementerian Keuangan (Direktur Dana
Perimbanga)
Informatif 5. Kementerian Dalam Negeri
(Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan
Informatif 6. Pemerintah Daerah
Propinsi (Gubernur) Informatif
7. Sekretaris Daerah Informatif
8. Bappeda Propinsi Informatif
9. Inspektorat Daerah Informatif
10.Dinas PUPR dan Dinas
24
II.5.Inovasi
Inovasi yang ingin dicapai dalam Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
A. Jangka Pendek
Peningkatan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK melalui SE Menteri PUPR.
B. Jangka Menengah
Penginterian SE Menteri PUPR dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
C. Jangka Panjang
Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
Selanjutnya rancangan inovasi yang ingin dicapai dalam Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pembinaan DAK Bidang Infrastruktur dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Produk, Jenis, Dan Manfaat Inovasi Proyek Perubahan
Produk Inovasi Jangka Waktu
Jenis
Inovasi Jenis Manfaat 1. Peningkatan Tata Kelola
Pembinaan
Penyelenggaraan DAK melalui SE Menteri PUPR
Jangka pendek
Pengembang an
Meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparans dalam tata kelola pembinaan pelaksanaan DAK (Internal dan Eksternal)
2. Penginterian SE Menteri PUPR dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
Jangka Menengah:
Baru Petunjuk Operasional DAK Per Bidang Infrastruktur membantu Pemda dalam opersionalisasi kegiatan DAK di daerah yang lebih berkualitas
(Internal dan Eksternal)
3. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur. Jangka Panjang
Baru Tata kelola pembinaan pelaksanaan DAK yang semakin baik sesuai kaidah
manajemen perencanan dan pelaksanaan secara berkelanjutan (Internal dan Eksternal)
25
II.6.Kondisi Perubahan yang Diharapkan
Dengan dilaksanakannya seluruh tahapan kegiatan dalam proyek perubahan bersama dengan seluruh
stakeholder
yang terlibat di dalamnya, dalam jangka pendek, menengah, dan panjang diharapkan dapat mewujudkan kondisi sebagai berikut:A. Manajemen Perencanaan
1. Penyusunan URK DAK menggunakan mekanisme (SOP) yang baku antar daerah sehingga menghasilkan DSP yang sesuai dengan kebutuhan daerah. DSP yang telah disusun secara tidak langsung akan mempengaruhi pola perencanaan dan penganggaran OPD PUPR secara keseluruhan, karena tidak hanya dapat digunakan untuk kegiatan yang diusulkan melalui DAK, tapi juga dana lainnya. Selain itu, melalui DSP yang baik, Pemda secara taktis dapat menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, terutama dengan menyiapkan dokumen
readiness criteria
.2. Terciptanya mekanisme
punishment & reward
dalam pengalokasian dan penyaluran transfer DAK Pemerintah Daerah berdasarkan kinerja DAK. Metode pembinaan tersebut diharapkan memotivasi Pemda untuk meningkatkan kinerja, dan memberikan hukuman bagi yang menurun kinerjanya, berdasarkan prinsip objektif, proporsional, dengan semangat membina.B. Manajemen Pelaksanaan
1. Optimalnya pembinaan penyelenggaraan DAK oleh seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, baik yang terintegrasi maupun yang dilaksanakan secara mandiri. Dalam lingkup yang lebih luas, pembinaan tidak hanya menyangkut paket kegiatan yang dilaksanakan melalui DAK, namun infrastruktur daerah secara keseluruhan. Pembinaan dimulai dari perencanaan, teknis pelaksanaan, penunjang pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi. Setiap Unit Organisasi mengganggarkan, melaksanakan, dan terus menyempurnakan kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah.
26
2. Sistem pelaporan elektonik kegiatan DAK yang lengkap, sederhana mudah dimengerti, dan handal untuk bahan evaluasi pelaksanaan DAK. Tingkat kepatuhan Pemda dalam pelaporan diharapkan semakin meningkat.
II.7.Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan diperlukan untuk mengukur pencapaian target proyek perubahan dalam jangka waktu tertetu. Selain itu kriteria keberhasilan juga dapat diukur dari indikator output, outcome, dan impact yang dihasilkan proyek perubahan bagi penyelenggaraan DAK.
A.Berdasarkan Jangka Waktu 1. Jangka pendek
a. Terselenggarakannya FGD Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK
FGD dilaksanakan untuk persiapan pelaksanaan proyek perubahan, baik persiapan personel (tim efektif) maupun persiapan subtansi. Dalam FGD akan dilakukan sosialiasi pelaksanaan proyek perubahan kepada stakeholder internal maupun eksternal. Dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan rangkaian milestone proyek perubahan. Selain sosialisasi juga dilakukan brainstorming, sehingga muncul masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan konsep proyek perubahan.
b. Tersusunnya konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
Penyusunan konsep tata kelola DAK dilakukan untuk merumuskan konsep manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan DAK di masa yang akan datang. Konsep tersebut dirumuskan dengan memadukan aturan perundangan yang berlaku terkait penyelenggaraan DAK, dengan pelaksanaan aturan perundangan tersebut saat ini. Perpaduan tersebut menghasilkan mekanisme (SOP) yang menyempurnakan manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan DAK yang selama ini dilakukan.
27
c. Terlaksananya uji coba penerapan pembinaan teknis DAK
Ujicoba pembinaan teknis DAK dilakukan untuk menguji konsep pembinaan yang telah disusun. Ujicoba pembinaan dilakukan pada 2 lokasi, yaitu Makassar dan Surabaya dengan konsep pembinaan terintegrasi, yaitu pembinaan yang melibatkan seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, dan mengundangan Pemerintah Daerah yang terdiri dari Bappeda, Dinas PUPR dan PKP, serta inspektorat daerah. d. Terbitnya Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK
Surat Edaran Menteri PUPR disusun sebagai landasan resmi bagi seluruh unit organisasi di Kementerian PUPR untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan DAK Infrastruktur, sehingga pembinaan tidak menitik beratkan pada aspek perencanaan dan pengalokasian yang selama ini dilakukan, tapi juga pada teknis pelaksanaan, peningkatan sumber daya manusia, pemanfaatn teknologi tepat guna, dan peningkatapan kapasitas pengawasan oleh Pemerintah Daerah.
2. Jangka menengah
a. Terlaksananya Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK.
b. Terselenggaranya FGD Review Pelaksanaan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK dan Pengintegrasian SE tersebut dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
c. Tersusunnya Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
3. Jangka panjang
a. Penerapan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
b. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
28
B.Berdasarkan Indikator
Output, Outcome, Impact
Kriteria keberhasilan berdasarkan indikator outcome dan output disajikan dalam tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5. Kriteria keberhasilan berdasarkan output, outcome, dan impact
No Indikator Benchmark 2016 Target Jangka Pendek Target Jangka Menengah Target Jangka Panjang
A Indikator Output (Keluaran) 1 Tersusunnya SOP
Perencanaan dan SOP Pemantauan DAK Infrastruktur
Belum ada SOP Manajemen Perencanaan dan Pelaksanaan Ada, SOP Perencanaan dan Pemantauan
Uji Coba SOP Perencanaan dan Pemantauan Implementasi dan Penyempurna an 2 Terlaksananya uji coba penerapan pembinaan teknis DAK Infrastruktur
Tidak ada Ada, uji coba Pembinaan Terintegrasi DAK Bidang Infrastrutur Implementasi dan Penyempurnaan Pembinaan Terintegrasi Implementasi dan Penyempurna an Pembinaan Terintegrasi 3 Terbitnya Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK
Tidak ada Ada, Draft Surat Edaran Ada, sdh diintegrasikan dengan Permen PUPR Sudah ada kebijakan Berkelanjutan
4 Integrasi Tata Kelola Pembinaan DAK dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Infrastruktur
Tidak ada Ada, Permen PUPR Sudah ada kebijakan evaluasi Sudah ada Kebijakan Berkelanjutan B Outcome (Hasil):
a. Terwujudnya manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan yang terintegrasi b. Terwujudnya Tata Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur yang berkualitas
29 No Indikator Benchmark 2016 Target Jangka Pendek Target Jangka Menengah Target Jangka Panjang 1 Terbangunnya bagan alur proses perencanaan dan pemantauan sebagai dasar penetapan rencana kegiatan Belum ada SOP
Sudah ada SOP sesuai Perpres 123 tahun 2017 ttg DAK Fisik
Sudah ada SOP sesuai Perpres 123 tahun 2017 ttg DAK Fisik
Sudah ada SOP sesuai Perpres 123 tahun 2017 ttg DAK Fisik 2 Terintegrasinya Pembinaan DAK Infrastruktur di Lingkungan Kem.PUPR
Tidak ada Ada, belum terintegrasi
Terintegrasi Terintegrasi
3 Terumuskannya kebijakan dan strategi yang mendukung prioritas nasional dan daerah
Tidak ada Ada, belum mendukung prioritas nasional Mendukung prioritas nasional dan daerah Mendukung prioritas nasional dan daerah C Impact (Dampak)
Meningkatnya Kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam Tata Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur di lingkungan Kementerian PUPR
1 Meningkatnya partisipasi seluruh pihak (pengelola DAK) di lingkungan Kem.PUPR
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
2 Meningkatnya transparansi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian DAK Infrastruktur
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
3 Meningkatnya responsibilitas terhadap
permasalahan dan isu-isu yang sedang berkembang
Sedang Sedang Tinggi Tinggi
4 Meningkatnya efektivitas dan efisiensi pengelolaan DAK Infrastruktur
30
BAB III
KERANGKA REGULASI DAN KONSEPTUAL
III.1. Kerangka Regulasi
Dasar hukum yang melandasi Proyek Perubahan ini terdiri dari:
1. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015)
6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
7. Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 364); 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881);
31
III.2. Konsepsi Paradigma
Paradigma adalah “teori dasar” atau “cara pandang” yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau cara pendekatan yang telah teruji dan diakui keabsahannya sehingga dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia (Mustopadidjaja A.R., dalam LAN, 2009).
Sedangkan pengertian pembangunan adalah proses perubahan kearah yang lebih baik (Ginandjar Kartasasmita, dalam LAN, 2009). Sondang P. Siagian (dalam LAN, 2009) menyebutkan bahwa pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (
Nation – Building
).Dalam pembelajaran kajian paradigma pada Diklat Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XIII Tahun 2009 di Semarang, A. Aziz Sanapiah mendefinisikan paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai peningkatan kualitas manusia dan kesejahteraan rakyat.
III.3. Konsepsi Kepemimpinan
A. Pengertian Kepemimpinan
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di era reformasi ini, sangat dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang mumpuni di bidangnya, serta memiliki komitmen dan wawasan kebangsaan yang tinggi. Pemimpin adalah sosok yang dengan segenap potensi dan kewenangan yang ada, mampu mampu memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk secara sadar dan sukarela berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan (
leadership
) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin organisasi.32
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang guna mempengaruhi, memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi dan sumber daya yang ada, sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara efektif dalam rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya (Akbar Tanjung, 2009). B. Konsep Kepemimpinan
Istilah pemimpin dan pimpinan sering kali membingungkan, tetapi apabila ditelusuri pemimpin adalah seorang yang menjalankan kepemimpinan (
leadership
) sedangkan pimpinan (manager
) adalah seseorang yang menjalankan manajemen. Pimpinan (manager
) dalam konteks organisasi sedangkan kepemimpinan bersifat lebih luas dalam arti konteks organisasi maupun non organisasi. Setiap pemimpin harus memiliki karakter dasar dan basic values kepemimpinan.C. Nilai - Nilai Kepemimpinan
Nilai merupakan pandangan atau anggapan atau kepercayaan sesuatu itu baik atau buruk, patut atau tidak patut. Di dalam kepemimpinan dikenal beberap nilai melandasi sikap dan perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan roda organisasi (Diah Anggraeni, 2009), yaitu :
a. Visioner.
Kebijakan yang dilahirkan harus memperhitungkan kebutuhan jangka panjang, kepemimpinan harus mampu melihat dan memandang jauh ke dapan. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan dipahami oleh bawahannya, bahkan visi tersebut harus disusun bersama (
shared
vision
).b. Kebersamaan.
Kompleksitas persoalan membutuhkan penanganan secara komprehensif, sehingga diperlukan komunikasi dan sinergitas yang efektif dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga perlu dibangun kebersamaan dalam unit kerja maupun dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan membangun teamwork yang solid serta mengembangkan jejaring kerja yang luas.
33 c. Komitmen.
Untuk mendukung pencapaian tugas bersama, perlu adanya komitmen yang kuat dari seluruh anggota organisasi. Untuk itu, pemimpin harus mampu membangun komitmen yang kuat, memberikan motivasi, dan inspirasi bagi seluruh anggota.
d. Inovatif.
Perkembangan yang sangat cepat dan dinamis di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin memberdayakan kehidupan masyarakat. Organisasi atau birokrasi pemerintah harus mampu secara cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi, oleh karena itu seorang pemimpin harus mampu menjadi inovator di lingkungan organisasinya.
e. Iman dan takwa.
Iman dan takwa sangat berperan di dalam membentuk moral seseorang sehingga iman dan takwa sangat releven untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan seseorang.
D.Tugas Baru Para Pemimpin
Dalam era modern saat ini yang merupakan era globalisasi dan penuh persaingan, tugas pemimpin semakin berat karena apabila organisasinya tidak ingin tergilas, maka harus mampu membangun organisasi pembelajar (
Building Learning Organization
), yaitu organisasi dimana anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk mencapai tujuan yang mereka dambakan, pola pikir baru dipelihara, aspirasi kolektif dibiarkan bebas/ berkembang dan anggota juga terus menerus belajar untuk bagaimana belajar bersama-sama.III.4. Konsepsi Manajemen Strategis
Manajemen Strategis merupakan upaya untuk menentukan tujuan suatu organisasi, mengembangkan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai tujuan, serta mengalokasikan sumber daya untuk mengimplementasikan rencana tersebut (Taufiqurokhman, 2016). Manajemen strategik merupakan
34
level tertinggi dalam aktivitas manajemen, yang terdiri dari rangkaian kemampuan manajerial yang diterapkan dalam organisasi dengan berbagai fungsi.
Dalam kaitannya dengan dengan sektor publik, manajemen strategis sangat penting untuk memastikan tujuan/target yang akan dicapai dengan menggerakkan seluruh komponen dan sarana/prasarana yang dimiliki oleh suatu organisasi. Sektor publik umumnya terdiri dari struktur organisasi yang sangat besar dan kompleks, manajemen strategik sangat penting untuk mengarahkan kinerja pegawai untuk menunjang kinerja organisasi.
Pada prinsipnya, manajemen strategik terdiri atas tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Formulasi: meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang
dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan.
2. Tahap Implementasi (biasa juga disebut tahap tindakan): meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai, pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi.
2. Tahap Evaluasi: meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: Menganalisa faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan, pengukuran kinerja, dan pengambilan tindakan perbaikan.
35
DAK Infrastruktur sebagai instrumen pendanaan pemerintah memerlukan strategi pengelolaan yang baik agar dana yang bersumber dari APBN tersebut mampu mencapai hasil seperti yang diharapkan. Disisi lain, Kementerian PUPR sebagai organisasi pemerintah dengan struktur organisasi dan anggaran yang besar memerlukan kebijakan dan strategi yang mumpuni agar mampu menggerakkan roda organisasi untuk menjalankan amanat sebagai pembina teknis penyelenggaraan infrastruktur daerah.
III.5. Konsepsi Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (
Good
Governance
)Dinamika yang terjadi dalam sektor publik, terutama penyelenggaraan administrasi pemerintah menunjukkan adanya perubahan paradigma organisasi dalam berbagai aspek. Era sentralisasi yang sempat banyak diadopsi oleh banyak negara (termasuk Indonesia) telah beralih menjadi era desentralisasi. Kultur kerja organisasi pemerintahan yang kaku mengalami perubahan, dituntut untuk menjadi lebih fleksibel dalam menghadapi perkembangan inovasi teknologi, data, dan informasi. Kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk menghadapi perubahan.
Bergulirnya reformasi pada tahun 1998 merupakan momen penting yang menunjukkan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik dan tata kelola pemerintah yang baik (
good governance
). Yenny (2013) mendefinisikangood governance
sebagai proses penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga sinergi dan interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat.Prinsip-prinsip dasar dalam
good governace
antara lain: 1. Partisipasi MasyarakatSemua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh dibangun
36
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan yang terbaik bagi kelompok masyarakat, dan terutama dalam kebijakan dan prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
37
pertanggung jawaban tersebut tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang berkualitas, salah satunya infrastruktur perlu ditindaklanjuti dengan menerapkan prinsip-prinsip