• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKERASAN VERBAL DALAM KOLOM KOMENTAR DI AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION PADA BULAN SEPTEMBER 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEKERASAN VERBAL DALAM KOLOM KOMENTAR DI AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION PADA BULAN SEPTEMBER 2019"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEKERASAN VERBAL DALAM KOLOM KOMENTAR DI AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION

PADA BULAN SEPTEMBER 2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Latifah Rahmadani Putri 164114036

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JANUARI 2020

(2)

Skripsi

KEKERASAN VERBAL DALAM KOLOM KOMENTAR DI AKUN INSTAGRAMGARUDAREVOLUTION

PADA BULAN SEPTEMBER 2019

Oleh

Latifah Rahmadani Putri

Telah disetujui oleh

pembimbing~/)

(

,

(.

U

Sony Christian SudarsoDo, S.S.,M.A. tangga I 15 .Tanuari 2020

Pembimbing II

M,M, Sinta Wardani, S.S.,M.A.

11

(3)

Skripsi

KEKERASAN VERBAL DALAJVl KOLOM KOMENTAR DI AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION

PADA BULAN SEPTEMBER 2019 Dipersiapkan dan ditulis oleh

Latifah Rahmadani Putri 164114036

TeJah dipertahankan di depan Paoitia Penguji pada tanggal 23 Januari 2020

Dan dinyatakan l11emenuhi syarat

Ketua Sekretaris

Anggota

Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A.

1. Prof. Dr. I.Praptol11o Baryadi, M.Hul11. 2. Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. 3. M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A

Yogyakarta, 30 Januari 2020 Fakultas Sastra

. ""~.,.,,Universitas Sanata Dham1a

~

G""... \\.,.

f

o(.fo-....

~~ ~

~

..'.

J!r.

atang Iskama ,~

J;(

Dekan ~,('1( ,.~ ;;~'T""~(>

.

1-""'...

r

III

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulisinitidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2020

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mabasiswa Universitas Sanata Dhanna

Nama : Latifah Rabmadani Putri

NIl\.1 : 164114036

Derni pengembangan ilmu pengetabuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiab saya yang beIjudu "Kekerasan Verbal dalam Kolom Komentar di Akun Instagramgarudarevolution pada Bulan September 2019".

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan memublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akadernis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 27 Januari 2020

(6)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Laa yukallifullohu nafsan illa wus’ahaa (Al-Baqarah: 286)

Fa izaa faroghta fanshob (Al-Insyirah: 7)

Fabiayyi alaa’i rabbi-kumaa tukadzdzibaan (Ar-Rahman)

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

Bapak Sulardi, Ibu Jumiyem, Adik Nauval Fahrul Saputra,

Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Warganet pengikut akun garudarevolution, serta segenap pembaca.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dari awal pencarian topik hingga akhir penyelesaian penelitian ini.

Skripsi yang berjudul “Kekerasan Verbal dalam Kolom Komentar di Akun Instagram Garudarevolution pada Bulan September 2019” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dan mendapatkan gelar Sarjana S-1 Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis selama menyusun skripsi berikut.

Yang pertama kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kelancaran, memberikan banyak pelajaran hidup, memberikan kasih sayang, memberikan nikmat yang tiada putus-putusnya kepada penulis.

Kemudian juga kepada Orangtua penulis Bapak Sulardi dan Ibu Jumiyem yang telah memberikan restu, memberikan dukungan, memberikan doa yang terbaik untuk penulis, dan membiayai penulis dari sekolah hingga berakhirnya penyusunan skripsi ini. Adik penulis Nauval Fahrul Saputra yang selalu mengingatkan penulis agar tidak sering begadang dan sering susah jika penulis sakit.

Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A. yang berkenan menjadi pembimbing skripsi I penulis. Tidak hanya sebagai pembimbing skripsi beliau juga sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) penulis yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis, cerita yang aneh dari penulis, hingga memberikan pesan dan nasihat yang akan selalu penulis ingat. Beliau juga yang membuat penulis dapat mengerjakan skripsi ini dengan cepat karena selalu memberikan target waktu yang sedikit dan selalu bisa membuat penulis begadang. Terima kasih pak Sony.

(8)

Kemudian bu M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A. yang berkenan menjadi pembimbing skripsi II penulis. Beliau telah memberikan banyak sekali masukan untuk kesempurnaan tulisan yang terdapat dalam skripsi penulis. Hingga beliau pusing dengan skripsi penulis.

Kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia yang belum penulis sebutkan: S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum., serta kepada dosen yang telah mengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Alm. Drs. Antonius Hery Antono, M.Hum. dan Alm. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. yang pernah mengajar penulis. Pengalaman belajar yang mereka bagikan kepada penulis sangat berarti.

Ada sahabat-sahabat penulis dari semester satu hingga semester tujuh ini Agata Noviana Rekha Minarastya dan Theresia Benadya Widita Putri yang sudah mau berteman dan menjadi sahabat penulis, sudah mau menjadi teman sambat, teman gosip, teman oprak-oprak, teman bercanda, teman berbagi keluh kesah, teman curhat, dan masih banyak lagi, terima kasih tiga setengah tahun ini, semoga kita dapat dipertemukan kembali dilain hari.

Teman-teman penulis Nabilla Maharani, Deni Nugroho Irianto, Setyonugroho, Farid Nur Ikhsan yang telah mengingatkanku untuk tetap terus mengerjakan skripsi dan tidak terlalu banyak main, “ojo gelem dijak dolan-dolan nek skripsimu durung rampung” (jangan mau diajak main-main kalau skripsimu belum selesai) begitu pesan dari Farid Nur Ikhsan untuk saya. Terima kasih, teman- teman sudah mau menemani saya menyelesaikan skripsi.

Seluruh teman Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2016 yang telah menjadi teman seperjuangan, penyemangat, dan pemberi pengalaman yang berbeda bagi penulis.

(9)

Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama menjalankan

pembelajaran di kampus.

Semua pihak yang pernah menyaksikan penulis menyusun skripsi dan sering berkata "main dulu, skripsinya pikir nanti," sambil memamerkan hiburan atau liburannya. Namun, hal tersebut membuat penulis semakin semangat untuk menyelesaikan skripsinya dan ingin menunjukkan kalau penulis juga bisa liburan seperti mereka setelah selesai skripsi.

Terima kasih kepada warganet yang mengikuti akun garudarevolution, yang telah memberikan komentar-komentar pedasnya yang akhirnya menginspirasi penulis untuk mengangkat komentar pedas seputar persepakbolaan Indonesia menjadi topik penelitian pada skripsi penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis yang penulis susun ini masih jauh dari kata sempuma sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun supaya karya tulis ini dapat sempuma dan dapat bermanfaat bagi pembacanya. Meskipun demikian, skripsi ini telah menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Yogyakarta, 27Januari 2020 Penul"s

(10)

ABSTRAK

Putri, Latifah Rahmadani. 2020. “Kekerasan Verbal dalam Kolom Komentar di Akun Instagram garudarevolution pada Bulan September 2019”. Skripsi Srata Satu (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas kekerasan verbal yang terdapat dalam kolom komentar akun Instagram garudarevolution. Kekerasan verbal merupakan kekerasan yang sering dilakukan warganet dalam kolom komentar untuk membuat korbannya merasa tertekan, terbully, terkucilkan, ataupun diremehkan dengan kata-kata yang kasar. Penelitian mengenai kekerasan verbal ini bertujuan untuk menjelaskan jenis-jenis kekerasan verbal dan pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam kolom komentar akun Instagram garudarevolution pada bulan September 2019.

Teori yang digunakan adalah kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan simak bebas libat cakap. Setelah menggunakan teknik lanjutan tesebut penelitian ini dilanjutkan dengan teknik rekam dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan dengan teknik dasar pilah unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutan dengan teknik hubung banding memperbedakan (HBB). Setelah data dianalisis, data kemudian disajikan dengan menggunakan metode informal.

Hasil penelitian ini berupa kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi di akun Instagram garudarevolution. Kekerasan verbal yang terdapat dalam akun Instagram garudarevolution meliputi (i) kekerasan verbal tidak langsung memfitnah, (ii) kekerasan verbal tidak langsung menstigmatisasi, (iii) kekerasan tidak langsung penstereotipan, (iv) kekerasan langsung membentak, (v) kekerasan langsung mengejek, (vi) kekerasan verbal langsung memaki, (vii) kekerasan verbal langsung meremehkan, (viii) kekerasan verbal langsung menantang, (ix) kekerasan verbal langsung menyanggah, (x) kekerasan verbal represif menyuruh, (xi) kekerasan verbal represif mengancam, (xii) kekerasan verbal represif menakut-nakuti, (xiii) kekerasan verbal represif memprovokasi, (xiv) kekerasan verbal alienatif mengusir, (xv) kekerasan verbal alienatif mempermalukan, (xvi) kekerasan verbal alienatif mendiskreditkan.

Pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam akun Instagram garudarevolution meliputi (i) pelanggaran maksim kearifan, (ii) pelanggaran maksim kedermawanan, (iii) pelanggaran maksim pujian, (iv) pelanggaran maksim kerendahan hati, (v) pelanggaran maksim kesepakatan, (vi) pelanggaran maksim simpati.

(11)

xi ABSTRACT

Putri, Latifah Rahmadani. 2020. “Verbal Abuse in garudarevolution’s Instagram Account Comments Column in September 2019”. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. This thesis discusses verbal abuse contained in garudarevolution’s Instagram account comments column. Verbal abuse is a form of abuse that is often committed by netizens in the comments column to make the victims feel depressed, bullied, isolated, or disparaged by harsh words. This research on verbal abuse aims to explain the types of verbal abuse and violations politeness principle that occurred in garudarevolution’s Instagram account comments column in September 2019.

The theories were used in are verbal abuse and violations of the politeness principle contained. Methods used in this study are data collection methods, data analysis methods, and presentation of data analysis results method. Data collection methods used are listening method with Sadap technique and Simak Bebas Libat Cakap technique. This research was continued with record and note taking technique. Data analysis methods used are Padan dengan Teknik Dasar Pilah Unsur Penentu (PUP) method and advanced technique of Hubung Banding Memperbedakan (HBB). After the data is analyzed, the data is presented using informal method.

The results of this study are the verbal abuse and violations of politeness principles that occurred in garudarevolution’s Instagram account. Verbal abuse contained in garudarevolution’s Instagram account includes: (i) indirect verbal abuse in form of defamatory, (ii) indirect verbal abuse in form of stigmatizing, (iii) indirect abuse in form of stereotyping, (iv) direct abuse in form of yelling, (v) direct abuse in form of taunting, (vi) direct verbal abuse in form of cursing, (vii) direct verbal abuse in form of underestimating, (viii) direct verbal abuse in form of challenging, (ix) direct verbal abuse in form of refuting, (x) repressive verbal abuse in form of ordering, (xi) repressive verbal abuse in form of threatening, (xii) repressive verbal abuse in form of frightening, (xiii) repressive verbal abuse in form of provoking, (xiv) alienative verbal abuse in form of repelling, (xv) alienative verbal abuse in form of humiliating, (xvi) alienative verbal abuse in form of discrediting.

Violations of the politeness principle contained in garudarevolution’s Instagram account include (i) violations of wisdom maxim, (ii) violations of generosity maxim, (iii) violations of praise maxim, (iv) violations of humility maxim, (v) violation of agreement maxims, (vi) violations of sympathy maxim.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN ERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Tinjauan Pustaka ... 8

1.6 Landasan Teori ... 15

1.6.1 Pengertian Kekerasan Verbal ... 15

1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Termasuk dalam Kekerasan Verbal ... 17

1.6.3 Prinsip kesantunan ... 21

1.7 Metode Penelitian ... 26

1.7.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data ... 27

1.7.2 Metode Analisis data ... 28

1.7.3 Metode Penyajian Data... 30

(13)

xiii

BAB II JENIS-JENIS KEKERASAN VERBAL DALAM KOMENTAR AKUN

INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION BULAN SEPTEMBER 2019 ... 33

2.1 Pengantar ... 33

2.2 Kekerasan Verbal Tidak Langsung ... 34

2.2.1 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Memfitnah ... 34

2.2.2 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Stigmatisasi ... 37

2.2.3 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Penstereotipan ... 41

2.3 Kekerasan Verbal Langsung ... 45

2.3.1 Kekerasan Verbal Langsung Membentak ... 45

2.3.2 Kekerasan Verbal Langsung Memaki ... 50

2.3.3 Kekerasan Verbal Langsung Mengejek... 54

2.3.4 Kekerasan Verbal Langsung Meremehkan ... 58

2.3.5 Kekerasan Verbal Langsung Menantang ... 62

2.3.6 Kekerasan Verbal Langsung Menyanggah ... 66

2.4 Kekerasan Verbal Represif ... 69

2.4.1 Kekerasan Verbal Represif Menyuruh ... 70

2.4.2 Kekerasan Verbal Represif Mengancam ... 73

2.4.3 Kekerasan Verbal Represif Menakut-nakuti ... 77

2.4.4 Kekerasan Vebal Represif Memprovokasi ... 81

2.5 Kekerasan Verbal Alienatif ... 85

2.5.1 Kekerasan Verbal Alienatif Mengusir ... 86

2.5.2 Kekerasan Verbal Alienatif Mempermalukan ... 90

(14)

BAB III PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM KOMENTAR AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION BULAN SEPTEMBER 2019

... 98

3.1 Pengantar ... 98

3.2 Pelanggaran Maksim Kearifan... 99

3.3 Pelanggaran Maksim Kedermawanan ... 105

3.4 Pelanggaran Maksim Pujian ... 111

3.5 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati ... 118

3.6 Maksim Kesepakatan ... 124

3.7 Pelanggaran Maksim Simpati ... 131

BAB IV PENUTUP ... 138

4.1 Kesimpulan ... 138

4.2 Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

Lampiran ... 147

1. Jenis-jenis Kekerasan Verbal ... 147

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan komponen penting bagi makhluk hidup dalam hal berkomunikasi. Menurut Halliday, bahasa memiliki tiga fungsi, (1) fungsi ideasional adalah sarana mereprsentasikan dunia, (2) fungsi interpersonal adalah sarana membangun hubungan sosial, dan (3) fungsi tekstual yaitu sarana pembentuk teks. Bahasa juga menjadi hal yang terpenting dalam kegiatan berkomunikasi karena merupakan simbol yang telah disepakati oleh masyarakat dunia. Semua yang berada di dunia ini memiliki simbol untuk mengekspresikan dan mengungkapkan perasaannya.

Dunia maya seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Instagram adalah salah satu media sosial yang sedang digemari banyak orang. Media sosial yang dirilis pada tahun 2010 ini menghadirkan berbagai fitur seperti berbagi foto, berbagi video, hingga berbagi peristiwa yang sehari-hari kita alami juga dapat diunggah di Instagram. Bahkan tidak hanya berita dari dalam negeri saja, tetapi seluruh penjuru dunia dapat kita akses. Dari hanya sekadar berbagi cerita keseharian, kuliner, kecantikan, gaya hidup, dan masih banyak lagi dapat dicari dalam media sosial bernama Instagram ini.

Instagram juga menyediakan kolom komentar, agar semua orang dapat mengomentari unggahan foto atau video yang telah diunggahnya dalam akun. Kolom

(16)

2

komentar tersebut berada tepat di bawah unggahan video atau foto. Dalam kolom komentar tersebut semua orang dapat menuliskan komentarnya dengan berbagai macam bentuk tulisan, berbagai macam bentuk bahasa, dan berbagai macam bentuk kalimat. Komentar-komentar yang dituliskan dalam kolom komentar tidak selalu baik, kadang ada yang lucu, ada yang kontroversial, dan bahkan ada juga yang tergolong kasar dan menyampaikan hinaan pada pemilik akun.

Salah satu yang terdapat dalam komentar itu adalah kekerasan. Kekerasan dapat diartikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan (P. Lardellier, 2003:18). Kekerasan dapat digolongkan menjadi dua jenis, kekerasan fisik dan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kekerasan yang dilakukan melalui simbol nonverbal atau disebut pula sebagai kekerasan simbolik nonverbal dan kekerasan yang dilakukan melalui simbol verbal atau sering disebut kekerasan verbal (Baryadi 2002: 20). Kekerasan verbal itu sendiri adalah kekerasan yang menggunakan bahasa, yaitu kekerasan yang menggunakan kata- kata, kalimat, dan unsur-unsur bahasa lainnya (Baryadi, 2012: 35).

Masyarakat di Indonesia sendiri tidak akan lepas dari media sosial salah satunya adalah Instagram. Di dalam Instagram itu sendiri memuat banyak sekali konten salah satunya adalah pemberitaan tentang perkembangan olahraga. Salah satu pemberitaan olahraga yang terdapat dalam Instagram adalah persepakbolaan. Berita persepakbolaan ini telah banyak membuat warganet tertarik untuk terus mengerti

(17)

3

perkembangannya. Bahkan, banyak orang yang membuat akun untuk memberitakan olahraga ini. Salah satunya adalah akun Garudarevolution.

Akun Garudarevolution ini adalah akun yang meliput segala pemberitaan mengenai persepakbolaan di Indonesia. Akun ini membagikan tidak hanya foto mengenai jadwal pertandingan saja, namun juga membahas tentang pemain terbaik pada suatu pertandingan yang berlangsung hingga mengiklankan suatu produk yang bersangkutan dengan dunia persepakbolaan.

Penelitian ini akan meneliti tentang jenis-jenis kekerasan verbal yang terdapat didalam akun tersebut. Hal tersebut dipilih karena banyaknya warganet yang sengaja menuliskan kata-kata tersebut sebagai ungkapan kekesalannya. Ungkapan kekerasan verbal yang tertulis dalam komentar tersebut berupa kekerasan secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Berikut beberapa contoh dari kekerasan verbal yang terdapat dalam kolom komentar warganet dalam akun Instagram Garudarevolution pada ajang AFF U-16: (1) @andy.s989 pemain Myanmar aja tetangga jauh respect ke Indonesia…

Pemain kau kurang ajar @malayantiger.my kaya tai anjing! COPOT SEBUTAN HARIMAU !!! TIDAK LAYAK PUNYA SEBUTAN HARIMAU…

(2) @repz_pratama Juancokkk wasit nya senggol dikit langsung pelanggaran asw cokk (unggahan Garudarevolution, 31 Juli 2018)

Kata–kata “tai” yang terdapat dalam data (1) menunjukkan bahwa terdapat kekerasan verbal langsung. Kata “tai” tersebut memiliki arti “kotoran”. Kalimat (1)

(18)

4

menjelaskan bahwa pemain @malayantiger.my seperti kotoran anjing. Kemudian, pada contoh (2) terdapat kata “asw” atau “asu” yang dalam bahasa Jawa yang berarti “anjing” (KBBI Edisi V). Contoh (2) juga terdapat kata “juancokk” dan kata “cokk” kedua kata tersebut memiliki arti, yaitu brengsek. Kata tersebut merupakan kata yang berkembang di masyarakat Jawa Timur. Meskipun, tidak semua kalimat yang terdapat kata tersebut menjadi ungkapan kalimat kekerasan, hal tersebut kembali kepada konteks kalimat tersebut. Data kalimat (2) terdapat kekerasan verbal yang melibatkan wasit yang menurutnya kurang adil, sehingga penutur emosi dan mengumpat pada kolom komentar akun tersebut. Kata-kata pada data (1) dan (2) tersebut menggunakan beberapa kata- kata kasar dan tidak santun kepada korbannya. Data (1) dan (2) tersebut juga terdapat kekerasan verbal secara langsung.

Seperti pada contoh (1) terdapat satu kalimat yang menggambarkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang mengandung unsur kekerasan verbal.Pada kalimat Pemain kau kurang ajar @malayantiger.my kaya tai anjing! Termasuk kedalam kekerasan verbal secara langsung, karena pada kalimat tersebut menyebutkan kepada siapa komentar itu ditujukan. Kemudian pada contoh (2) terdapat dua kata yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan sebuah kalimat kekerasan verbal. Kata tersebut terdapat pada kalimat Juancokkk wasit nya senggol dikit langsung pelanggaran asw cokk. Kata “asw”, “juancokkk”, dan “cok tersebut adalah kata-kata yang telah menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat kekerasan verbal. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa terdapat sebuah kata untuk mengata-ngatai wasit.

(19)

5

Selain itu, komentar warganet dalam akun Garudarevolution ini juga akan diteliti pelanggaran pada prinsip kesantunan apa saja yang telah dilanggar oleh warganet dalam berkomentar dalam unggahan-unggahan pada akun Instagram tersebut. Hal tersebut dipilih karena apabila terdapat kekerasan verbal di dalamnya maka akan terjadi pula pelanggaran prinsip kesantunan oleh pengguna bahasa tersebut. Misal seperti pada contoh (1) komentar warganet tersebut melanggar prinsip kesopanan, yaitu fakta tuturan yang merupakan kebalikan dari prinsip pematuhan kriteria tersebut. Prinsip kesopanan adalah mengurangi tuturan-tuturan yang mengungkapkan pendapat yang tidak sopan. Pada contoh (1) terlihat jelas bahwa kalimat tersebut tidak sopan karena menambah tuturan-tuturan pendapat yang tidak sopan bagi mitra tuturnya. Contoh (1) juga melanggar maksim kebijaksanaan yang menjadi salah satu maksim yang terdapat dalam prinsip kesopanan. Maksim kebijaksanaan adalah maksim yang meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Kemudian, pada contoh (2) juga terdapat kalimat yang melanggar prinsip kesopanan. Contoh (2) sangat terlihat tidak sopan karena dalam contoh tersebut langsung menunjuk kepada siapa tuturan itu ditujukan. Selain itu, pada contoh tersebut juga terdapat sebuah pelanggaran maksim kebijaksanaan, dimana penutur tersebut telah merugikan orang lain dengan menyudutkan orang tersebut dengan sengaja demi menyalurkan kekesalannya.

Komentar-komentar yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah komentar yang diunggah pada unggahan bulan September 2019. Unggahan pada bulan September 2019 diambil karena akan ada banyak unggahan yang mengenai jalannya

(20)

6

pertandingan, jadwal pertandingan, hingga hasil akhir pertandingan. Hal tersebut diambil karena akan banyak mengambil perhatian warganet untuk memberikan pendapatnya di dalam unggahan tersebut. Komentar-komentar yang diambil dalam penelitian ini hanya beberapa komentar terfavorit dan yang memiliki banyak tanggapan dari berbagai pihak lain sehingga ramai diperbincangkan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas tentang (1) jenis-jenis kekerasan verbal apa saja yang terdapat di dalam akun Instagram Garudarevolution. (2) pelanggaran prinsip kesantunan apa saja yang terdapat dalam komentar warganet dalam unggahan akun Instagram Garudarevolution. Alasan penulis memilih topik penelitian ini karena (1) fenomena pemakaian bahasa yang unik dan khas yang dapat memunculkan permasalahan yang membuat penulis ingin meneliti tentang topik tersebut, (2) topik yang akan diteliti ini sudah sering terjadi, (3) topik belum pernah diteliti sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:

1.2.1 Apa saja jenis tindak tutur yang termasuk kekerasan verbal yang terdapat dalam komentar warganet dalam Instagram Garudarevolution?

1.2.2 Apa saja pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam komentar warganet yang terdapat dalam unggahan akun Instagram Garudarevolution?

(21)

7

1.3 Tujuan Penelitian

Setelah peneliti mendapatkan rumusan masalah, maka rumusan masalah tersebut memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang termasuk kekerasan verbal yang terdapat dalam komentar warganet dalam Instagram Garudarevolution.

1.3.2 Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam komentar warganet yang terdapat dalam unggahan akun Instagram Garudarevolution.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa jenis tindak tutur dan pelanggaran prinsip yang terdapat pada kolom komentar akun Instagram Garudarevolution. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis manfaat hasil penelitian ini mengembangkan linguistik dibidang pragmatik dan sosiolinguistik. Pada bidang pragmatik penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang jenis tindak tutur kekerasan yang terjadi dalam media sosial beserta pelanggaran prinsip kesantunan yang dilanggar oleh para penutur dalam media sosial. Pada bidang sosiolinguistik, penelitian ini dapat mengembangkan linguistik dalam bidang sosiolinguistik. Penelitian ini mempelajari tentang hubungan bahasa yang terjadi didalam masyarakat.

(22)

8

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian tentang jenis-jenis tindak tutur kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam kolom komentar Instagram garudarevolution ini berguna dalam membantu dibidang linguistik khususnya pragmatik dan semantik untuk mengetahui jenis dan pelanggaran pelanggaran prinsip kesantunan yang sering terjadi. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi profesi guru atau dosen untuk mengenali tindak tutur yang melanggar atau tindak tutur yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat pada lingkungannya. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca agar mengetahui bahwa terdapat aturan-aturan yang harus dipahami sebelum berdialog atau sebelum melakukan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman atau terjadi perkelahian. Sehingga, terbangunlah sebuah kehormatan dan saling menghormati antar penutur bahasa. Penelitian ini dilakukan karena peneliti ingin pembaca mengetahui dan menambah wawasan tentang jenis tindak tutur kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip apa saja yang terdapat dalam akun Instagram garudarevolution.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menemukan tujuh tinjauan pustaka yang membahas tentang kekerasan verbal secara langsung maupun tidak langsung dan tiga tinjauan pustaka yang membahas tentang pelanggaran prinsip kesantunan. Beberapa penelitian antara lain dari Putri dan Agus (2012), Ambarwati (2013), Koswara (2014), Pratiwi (2014),

(23)

9

Utami (2015), Ystykomah (2015), Wulandari (2016), Arista (2017), Zakiyah, dkk (2017), dan Sari (2019).

Dalam penelitian Ambarwati yang meneliti tentang kekerasan verbal dalam bahasa Indonesia dalam wacana pasar tradisional di kota Denpasar menyebutkan bahwa kekerasan verbal terjadi karena adanya pemakaian bahasa yang berbenturan dengan sosial. Selain itu, dalam penelitian ini juga menemukan beberapa jenis kekerasan verbal yang terjadi di pasar tradisonal kota Denpasar. Penelitian ini juga menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan verbal yang terjadi di dalam pasar tradisional kota Denpasar tersebut.

Utami menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul studi mengenai tindak kekerasan verbal dan nonverbal oleh guru terhadap siswa SMA negeri Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian tersebut dibagi atas dua jenis kekerasan, yaitu kekerasan nonverbal dan kekerasan verbal. Dengan menggunakan metode kualitatif penelitian ini menemukan fakta bahwa terjadinya tindak kekerasan pada siswa merupakan bagian dari tindakan sosial secara rasional yang bersifat afektif. Dalam penelitian ini ditemukan kekerasan yang sering dilakukan adalah kekerasan verbal yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya. Kekerasan itu berupa bentakan dan ejekan sehingga membuat siswa mengalami psikologis yang cukup mengganggu seperti rasa malu ketika berada di sekolah. Menurut Anari Wahyu Utami kekerasan merupakan suatu yang merugikan bagi orang lain dan dapat berdampak buruk bagi korban yang mengalaminya.

(24)

10

Selain itu terdapat pula penelitian Arista yang dimuat dalam jurnal Kembara. Dalam penelitian Arista yang berjudul kekerasan verbal berbasis gender dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu menjelaskan tentang bentuk-bentuk kekerasan verbal berbasis gender berdasarkan posisi subjek dan objek yang terdapat dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan kutipan kata atau kalimat yang mengandung unsur-unsur kekerasan verbal. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan teknik pengolahan data dalam tiga tahap yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan verification/kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan dua bentuk kekerasan verbal berbasis gender berdasarkan posisi subjek dan objeknya. Kedua bentuk kekerasan tersebut, yaitu (a) ungkapan verbal perempuan yang bersifat merendahkan laki-laki dalam bentuk makian dan ancaman. (b) ungkapan perempuan yang bersifat merendahkan perempuan lain dalam bentuk makian. Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan dalam berbagai aspek berada di posisi sentral sebagai subjek, perempuan dapat melawan laki-laki dan dapat menyetarakan diri dengan laki-laki-laki-laki meski tetap terbatas secara emosional dan cenderung pada kekerasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah, dkk (2017) pada jurnal Penelitian dan PPM. Dalam penelitiannya, yang berjudul “Faktor yang Memengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying” ini menjelaskan tentang penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang baik itu secara fisik maupun verbal yang mampu membuat seseorang mengalami depresi dan trauma yang terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan

(25)

11

untuk mengetahui faktor penyebab bullying, peran yang terdapat dalam bullying, dan jenis-jenis bullying. Penelitian ini menghasilkan bahwa faktor-faktor bullying yang mempengaruhi terjadinya bullying bisa datang dari individu, keluarga, kelompok bermain, hingga lingkungan komunitas pelaku.

Terdapat pula penelitian kekerasan verbal pada skripsi yang ditulis oleh Ystykomah. Penelitian yang dituliskan oleh Ystykomah menjelaskan adanya kekerasan verbal yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami. Novel karya Ayu Utami ini dinilai terdapat kekerasan verbal karena dalam novel tersebut menggunakan bahasa yang tidak memperhatikan lawan bicaranya sehingga terdapat pelanggaran maksim kesopanan dan memunculkan bahasa-bahasa seperti mengata- ngatai, menghardik, mengejek, dan lain sebagainya. Penelitian Ystykomah bertujuan untuk menjelaskan tentang latar belakang dan bentuk kekerasan verbal yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami. Penelitian ini menghasilkan empat bentuk kekerasan, yaitu (1) kekerasan verbal langsung, (2) kekerasan verbal tidak langsung, (3) kekerasan verbal represif, dan (4) kekerasan verbal alienatif. Latar belakang kekerasan verbal dapat terjadi yang dianalisis menggunakan teori analisis wacana Norman Faiclough ditemukan terdapat dua puluh empat faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian yang dilakukan Ystykomah menggunakan pendekatan sosiolingiustik dan menggunakan jenis penelitian berupa penelitian kualitatif untuk menjelaskan tentang kekerasan verbal yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami.

(26)

12

Penelitian yang dituliskan oleh Putri dan Agus menjelaskan tentang kekerasan verbal yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Penelitian tersebut membahas tentang anggapan orang tua bahwa kekerasan yang dilakukan kepada anaknya hanya dalam bentuk kekerasan fisik saja. Namun, dalam kenyataannya orang tua tidak menyadari bahwa kekerasan fisik juga disertai dengan kekerasan verbal seperti membentak, memarahi, dan mengabaikan anak. Putri dan Agus menuliskan penelitian ini bertujuan mengetahui anggapan orang tua terhadap kekerasan verbal yang dilakukan kepada anak sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil yang terdapat dalam penelitian tersebut adalah orang tua sudah mengetahui yang dimaksudkan dengan kekerasan verbal. Faktor yang mempengaruhi orang tua melakukan kekerasan verbal tersebut karena orang tua menganggap anaknya nakal, kebanyakan orang tua melakukan kekerasan verbal dengan membentak karena dianggap hal tersebut tidak berpengaruh besar terhadap anaknya.

Koswara menjelaskan kekerasan verbal dalam penelitiannya yang terdapat dalam lawakan stand up comedy Metro TV yang bertujuan untuk mengetahui penerimaan penonton usia dewasa terhadap stand up comedy Metro TV pada tahun 2013. Menurut Koswara, kekerasan verbal adalah kekerasan yang halus yang menggunakan kata-kata kasar, jorok dan menghina yang dilakukan penutur menggunakan lisannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan subjek penelitian adalah penonton yang berusia dewasa. Penelitian tersebut dianalisis menggunakan teknik analisi Miles dan Huberman. Penelitian

(27)

13

tersebut menghasilkan dua kelompok informan yang memiliki penerimaan yang berbeda, yaitu dominan dan negosiasi dan negosiasi dan oposisional.

Wulandari dalam penelitiannya menjelaskan tentang pelanggaran prinsip kesantunan dalam tuturan tokoh dalan cerpen Harga Seorang Perempuan karya Oka Rusmini dan ketidak santunan tokoh dalam novel tersebut. Penenlitian tersebut menggunakan metode deskriptis kualitatif yang bersumber dari tindak tutur dari tokoh dalam novel karya Oka Rusmini tersebut. Data-data tersebut dianalisis menggunakan prinsip kesantunan Leech hingga menghasilkan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam novel tersebut dalam dua tokoh yang ada dalam karya sastra tersebut dan ketidak santunan berbahasa dalam karya sastra yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi peserta didik karena dapat melihat langsung contok ketidaksantunan berbahasa.

Skripsi yang dituliskan oleh Pratiwi membahas mengenai pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan volume 1 diantaranya mengenai pelanggaran yang terjadi dalam komik tersebut dan faktor yang mempengaruhi pelanggaran maksim kesopanan yang terdapat dalam komik tersebut. Pratiwi menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan pelanggaran yang terdapat dalam komik tersebut. Penelitian yang dilakukan Pratiwi menemukan sembilan pelanggaran maksim kearifan, lima pelanggaran maksim kedermawanan, empat belas pelanggaran maksim pujian, dan dua pelanggaran maksim kerendahan hati. Selain itu, Pratiwi juga menemukan penyebab terjadinya

(28)

14

pelanggaran-pelanggaran tersebut, yaitu merugikan orang lain, menguntungkan diri sendiri, mengecam orang lain dan menyombongkan diri sendiri.

Penelitian yang dilakukan Sari menjelaskan prinsip kesantunan sesuai dengan teori Leech dalam acara Dua Arah Kompas TV. Sari dalam penelitiannya menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan permasalah yang telah diangkat. Subjek yang digunakan Sari adalah peserta diskusi yang berada di acara Dua Arah Kompas TV tersebut. Penelitian yang dilakukan Sari menghasilkan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang terdapat dalam acara Dua Arah Metro TV yang mencakup enam maksim sesuai dengan teori Leech.

Dari tinjuan tersebut terdapat tujuh penelitian yang membahas tentang kekerasan verbal dan tiga penelitian yang membahas tentang pelanggaran prinsip kesantunan baik secara langsung maupun melewati wacana. Penelitian-penelitan tersebut menjelaskan jenis-jenis kekerasan verbal dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam komunikasi dan dalam wacana.

Dalam penelitian kali ini, penelitian menggunakan teori kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan untuk meneliti kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam kolom komentar Instagram. Kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam penelitian ini diambil dari akun Instagram olahraga sepak bola nasional yaitu akun Instagram garudarevolution. Penelitian tentang kekerasan verbal dan pelanggaran prinsip kesantunan masih jarang digunakan karena kekerasan tersebut bersifat kasat dan tidak terlihat nyata. Berbeda dengan

(29)

15

kekerasan nonverbal yang terlihat jelas oleh mata bahwa tindakan tersebut termasuk tindak kekerasan. Sedangkan pelanggaran prinsip kesantunan sering dilakukan ketika kekerasan verbal tersebut terjadi.

1.6 Landasan Teori

Dalam penelitian ini akan membahas tentang kekerasan verbal yang terdapat dalam kolom komentar akun Instagram garudarevolution, sehingga penelitian ini menggunakan landasan teori (i) pengertian kekerasan verbal, (ii) jenis-jenis kekerasan verbal, (iii) prinsip kesantunan.

1.6.1 Pengertian Kekerasan Verbal

Menurut Chirpaz (2000: 226) (dalam Haryatmoko, 2007: 120) kekerasan adalah memukul dan melukai baik jiwa maupun badan dengan kuat dan tanpa aturan, kekerasan juga dapat mematikan, misalnya dengan memisahkan orang dari kehidupannya atau dengan menghancurkan dasar kehidupannya. Melalui penderitaan atau kesengsaraan, kekerasan dapat sebagai representasi kejahatan yang diderita manusia, tetapi bisa juga ia lakukan terhadap orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V kekerasan adalah perbuatan seorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Selain itu terdapat juga pendapat Lardellier (2003:18) (dalam Haryatmoko, 2007: 119) bahwa kekerasan

(30)

16

sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan.

Menurut Galtung (1992: 64) kekerasan adalah sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual. Kekerasan adalah tindakan seseorang yang dapat menyebabkan orang lain mengalami cidera, tekanan, luka, dan bahkan hingga kematian. Seseorang melakukan kekerasan nyata, yaitu dengan melukai fisik orang lain, namun juga dapat melalui tindakan yang dapat menghancurkan dasar kehidupannya secara paksa tanpa aturan yang dapat membatasi seseorang itu.

Menurut Baryadi (2012:35) Kekerasan tidak hanya secara fisik seperti memukul, membunuh, menampar, menendang, dan lain sebagainya. Kekerasan juga dapat berbentuk ucapan yang dapat melukai, mengucilkan, dan menyakiti hati seseorang. Kekerasan sendiri dapat dibagi menjadi dua kekerasan, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan simbolik. Kekerasan fisik adalah tindakan seseorang yang membuat orang lain terluka dan cidera dengan tindakannya tersebut. Kekerasan ini biasanya sasarannya kepada fisik korban dengan tujuan untuk melukai atau bahkan untuk membuat korban mati.

Kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang tidak langsung mengenai korban atau hanya sebagai simbolis. Kekerasan ini dapat dibagi menjadi dua, yakni kekerasan verbal dan kekerasan non verbal. Kekerasan verbal adalah tindak kekerasan seseorang melalui kegiatan berbahasa yang menggunakan kata-kata, kalimat yang dapat membuat korbannya merasa tersakiti secara psikologisnya. Kekerasan verbal ini

(31)

17

tidak menyasar kepada fisik korban namun kepada psikologis korban. Kekerasan non verbal kekerasan non-verbal adalah kekerasan yang tidak langsung kepada korban, namun kekerasan ini terjadi melalui media-media. Maksud dari kekerasan nonverbal ini adalah kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok manusia untuk memrotes atau menjatuhkan seseorang melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mewakili kekesalan seseorang tersebut atau sekelompok orang (Baryadi, 2012:35).

Kekerasan verbal adalah tindak kekerasan simbolik yang dilakukan seseorang kepada orang lain melalui perantara ataupun langsung melalui ucapan, kata-kata, tulisan, gambar, atau sejenisnya yang bertujuan untuk membuat korban mengalami kesengsaraan, tekanan.

1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Termasuk dalam Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal termasuk dalam tindak tutur yang dapat disebut sebagai tindak tutur kekerasan. Menurut Chaer (2010: 27) tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu yang kemudian akan membentuk suatu peristiwa tutur yang terdapat satu proses yang disebut komunikasi. Kekerasan verbal dapat terwujud dalam tindak tutur yang disebut dengan tindak tutur kekerasan. Kekerasan verbal menurut Salmi (2003: 29-42) dan Baryadi (2012: 37-38) dapat dibagi menjadi empat jenis kekerasan, yaitu kekerasan langsung, kekerasan tidak langsung, kekerasan represif, dan kekerasan alienatif.

(32)

18

Kekerasan langsung (direct violence) adalah kekerasan yang mengacu pada tindakan seseorang yang langsung mengenai atau menyerang fisik maupun psikologis korban. Semua kekerasan yang termasuk dalam kekerasan verbal langsung ini antara lain adalah pembunuhan, perang, pemukulan, penganiayaan, penyiksaan, penculikan, pengusiran hingga dapat mempengaruhi fisik dan psikologi korbannya. Sehingga kekerasan verbal langsung ini adalah sebuah tindakan yang salah karena dapat mengganggu dan melanggar hak asasi manusia yang paling mendasar, yaitu hak untuk hidup (Salmi, 2003: 31). Menurut Baryadi (2012:37) tindak tutur kekerasan langsung adalah tindak tutur yang langsung menimpa pada korban pada saat melakukan komunikasi secara langsung, seperti membentak, memaki, mencerca, mengancam, mengejek, menuduh, menghina, meremehkan, mengusir, menolak, menuntut, menghardik, memaksa, menentang, membentak, meneror, mengungkit-ungkit, mengusik, mempermalukan, menjebak, mendamprat, memarahi, menentang, mendiamkan, menjelek-jelekkan, mengolok-olok, mengata- ngatai, dan menyalahkan. Menurut Salmi (2003:32) Kekerasan tidak langsung (indirect violence) adalah tindak kekerasan yang membahayakan manusia bahkan hingga dapat membunuh tanpa melibatkan hubungan langsung antara korban dan pelaku atas tindakan kekerasan tersebut. kekerasan tidak langsung ini dibedakan menjadi dua sub kategori, yaitu kekerasan karena kelalaian (violence by omission) dan kekerasan perantara (mediated violence).

(33)

19

Kekerasan karena kelalaian maksudnya adalah ketika ada seseorang yang sedang dalam bahaya dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. Dalam kekerasan ini tidak hanya tentang kekerasan secara fisik, biologis atau psikologis, namun ketika seorang menderita sakit akibat kekerasan tersebut itu juga dapat termasuk pada kekerasan karena kelalaian. Kekerasan perantara adalah hasil dari campur tangan manusia secara sengaja terhadap lingkungan alam atau sosial yang membawa pengaruh secara tidak langsung kepada orang lain, sehigga pengaruh yang dirasakan pun tidak begitu saja terasa karena melalui perantara.

Kedua kekerasan tersebut terdapat sisi yang saling melengkapi kekerasan karena kelalaian dicirikan dengan kondisi yang tetap sedangkan kekerasan perantara dicirikan dengan kondisi yang dinamis sehingga dapat menjelaskan asal-usul mengenai tindak kekerasan yang terjadi karena kelalaian tersebut. Pelaku yang melakukan kekerasan tidak langsung ini belum tentu dianggap sebagai pelaku kejahatan oleh hukum maupun masyarakat.

Tindak tutur kekerasan tidak langsung adalah kekerasan verbal yang tidak seketika mengenai korban, tetapi melalui media atau proses berantai, seperti fitnah, stigmatisasi, dan penstereotipan (Baryadi, 2012:37). Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (KBBI V). Stigmatisasi adalah pencirian negatif pada seseorang (KBBI V). Penstereotipan atau stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat (KBBI V).

(34)

20

Kekerasan represif adalah kekerasan yang berkaitan dengan pencabutan hak-hak dasar selain hak-hak untuk hidup dan hak-hak untuk dilindungi dari kecelakaan. Dalam kekerasan represif ini terdapat tindak kekerasan yang melanggar hak asasi manusia yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan kehidupan manusia, sehingga kekerasan tersebut termasuk pelanggaran berat (Salmi, 2003:38).

Tindak tutur kekerasan represif adalah tindak tutur yang menekan atau mengintimidasi korban. Seperti memaksa, menginstruksikan, memerintah, mengancam, menakut-nakuti, membentak, memarahi, mengata-ngatai, meneror, memprovokasi, dan sebagainya (Baryadi, 2012: 38).

Kekerasan alienatif adalah kekerasn yang merujuk pada pencabutan hak- hak individu yang lebih tinggi. Kekerasan alienatif ini adalah untuk menegaskan bahwa keberadaan manusia juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan non materi. Meskipun demikian kekerasan alienatif ini dapat bermanfaat sebagi sebuah alat analisis (Salmi, 2003: 38).

Tindak tutur kekerasan alienatif adalah tindak tutur yang bermaksud menjauhkan, mengasingkan, atau bahkan melenyapkan korban dari komunitas atau masyarakat. Seperti mendiamkan atau “njothak”, mengusir, mengucilkan, mendiskreditkan, menjelek-jelekkan, mempermalukan, dan sebagainya. Tindak tutur kekerasan tidak langsung juga termasuk tindak tutur kekerasan alineatif pula (Baryadi, 2012: 38).

(35)

21

1.6.3 Prinsip kesantunan

Lakoff (1973) (dalam Chaer, 2010: 46) tuturan yang ingin didengar adalah tuturan yang santun, sehingga untuk mendengarkan tuturan tersebut terdapat tiga kaidah yang harus dipatuhi, yaitu formalitas, ketidaktegasan, dan persamaan atau persekawanan. Kaidah formalitas maksudnya adalah jangan memaksa atau angkuh, kemudian ketidaktegasan artinya lawan bicara dapat leluasa untuk menentukan apa yang ia inginkan, dan persamaan atau persekawanan adalah persamaan antar pengguna bahasa. Sehingga, menurut Lakoff, sebuah tuturan dikatakan santun jika ia tidak terdengar memaksa, tuturan dapat memberi kesempatan untuk memilih, dan terdengar sama sehingga membuat lawan bicara tenang jika berdialog.

Berikut beberapa contoh ketidaksantunan menurut Lakoff: (3) Anda harus membantu kami membiayai anak-anak yatim itu.

Kami mohon bantuan Anda untuk turut membiayai anak-anak yatim itu. (Chaer, 2010: 46) Menurut Fraser (1978) (dalam Chaer, 2010: 47) kesantunan adalah properiti yang diasosiasikan dengan tuturan dan di dalam hal ini menurut pendapat si lawan tutur, bahwa si penutur tidak melampaui hak-haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya. Menurut Gunarwan (1994), Fraser mendefinisikan kesantunan terdapat tiga hal yang luas, yaitu pertama, kesantunan adalah properti atau bagian dari tuturan; kedua, pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu terdapat pada sebuah tuturan ; ketiga, kesantunan tidak diukur

(36)

22

berdasarkan apakah si penutur tidak melampaui haknya terhadap lawan tuturnya dan apakah si penutur memenuhi kewajibannya kepada lawan penutur.

Menurut Brown dan Levinson (1978) (dalam Chaer, 2010: 49) kesantunan memiliki dua muka, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif yaitu mengacu kepada citra diri setiap orang yang rasional yang berkeinginan agar ia diharai dengan jalan membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan tertentu. Sedangkan, muka positif yaitu mengacu kepada citra diri setiap orang yang rasional yang berkeinginan agar yang melakukannya, apa yang ia miliki, apa yang ia yakini agar diakui oleh orang lain menjadi hal yang baik, hal yang menyenangkan, dan hal yang patut dihargai.

Berikut beberapa contoh kesantunan dari Brown dan Levinson: (4) Minimalkan paksaan.

Boleh saya mengganggu Bapak barang sebentar?

(Chaer, 2010: 53)

Menurut Leech (1993: 206) kesantunan berkenaan dengan diri dan orang lain. Perilaku sopan santun yang ditunjukkan kepada pihak ketiga ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor apakah pihak ketiga di bawah pengaruh diri atau di bawah pengaruh lain dan apakah pihak ketiga hadir atau tidak. Selain itu Leech juga membagi prinsip kesantunan menjadi enam maksim. Enam maksim tersebut adalah maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Leech mengelompokkan maksim- maksim tersebut menjadi empat maksim pertama berpasangan, dan dua maksim lainnya menjadi pasangan maksim yang kedua. Pasangan maksim yang pertama adalah maksim

(37)

23

kebijaksanaan dengan maksim penerimaan, kemudian maksim kemurahan dengan maksim kerendahan hati. Maksim-maksim tersebut dipasangkan berdasarkan skala untung-rugi dan skala pujian-kecaman. Pasangan maksim yang kedua adalah maksim kesetujuan dengan maksim kesimpatian. Pasangan kedua ini dipasangkan berdasarkan skala kesepakatan dan kesimpatian.

Maksim kearifan adalah maksim yang meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain.

(5) A: Mari saya bawakan tas bapak! B: Jangan, tidak usah!

(6) A: Mari saya bawakan tas bapak! B: Ini, begitu dong jadi mahasiswa!

(Chaer, 2010: 57)

Contoh (5) adalah contoh maksim kearifan, pada contoh (5) menggambarkan bahwa seseorang meminimalkan kerugian orang lain dengan cara menolak tawaran orang lain untuk membawakan tas sendiri agar orang tersebut tidak keberatan membawakan tas miliknya, dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain dengan tidak menyuruhnya membawakan tasnya.

Berbeda dengan contoh (6), contoh tersebut adalah contoh pelanggaran maksim kearifan yang meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan orang lain. Contoh (6) menjadi contoh memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan orang lain, dengan cara menyuruh membawakan tas kepada orang lain. Oleh karena itu, contoh (6) terdengar kurang sopan untuk dilakukan.

(38)

24

Maksim kedermawanan adalah maksim yang meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri. Maksim ini berpusat pada diri sendiri.

(7) Kamu dapat meminjam sepeda saya, kalau mau.

(Leech, 1993: 211). Pada kalimat 7 peranan diri sebagai penerima dikecilkan, tawaran contoh diatas lebih sopan karena kalimat-kalimat tersebut memberi keakan-akan orang yang ditawari tidak rugi sama sekali, sehingga itu lebih sopan bagi orang lain untuk menerima tawaran tersebut.

Maksim pujian adalah maksim yang memaksimalkan pujian atau hormat kepada orang lain dan meminimalkan kecaman atau ketidakhormatan kepada orang lain. Maksim ini mendapat nama lain yang kurang baik yaitu maksim rayuan. Biasanya maksim ini digunakan untuk merayu dan untuk pujian yang tidak tulus. Maksim ini jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain.

(8) A: Sepatumu bagus sekali!

B: Wah, ini sepatu bekas; belinya juga di pasar loak. (9) A : Sepatumu bagus sekali!

B : Tentu dong, ini sepatu mahal; belinya juga di Singapura!

(Chaer, 2010: 58)

Contoh pada (8) dan (9) penutur A sudah menunjukkan sikap yang satun karena berusaha memaksimalkan keuntungan pada lawan bicaranya. Namun, penutur B pada contoh (8) mencoba meminimalkan penghargaan diri sehingga penutur B pada contoh

(39)

25

(8) dapat disebut santun dalam berdialog. Penutur B pada contoh (9) berlaku tidak santun karena pada contoh tersebut memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

Maksim kerendahan hati adalah maksim meminimalkan memuji atau menghormati diri sendiri dan memaksimalkan mengecam atau ketidakhormatan pada diri sendiri.

(10) A : Mereka sangat baik kepada kita.

B : Ya, memang mereka sangat baik kepada kita, bukan?

(Chaer, 2010: 58) Contoh (10) merupakan contoh mematuhi maksim kerendahan hati karena pada contoh (10) penutur A memuji pihak lain yang telah melakukan kebaikan kepadanya dan kemudian diberikan tanggapan oleh penutur B yang juga menguatkan dan memuji orang yang sedang dibicarakan oleh penutur A.

Maksim kesepakatan adalah maksim yang mengusahakan meminimalkan ketidaksepakatan antara diri dan orang lain dan memaksimalkan kesepakatan antara diri dengan orang lain.

(11) A : Kericuhan dalam Sidang Umum DPR itu sangat memalukan. B : Memang, tetapi itu hanya melibatkan beberapa oknum anggota DPR saja.

(12) A : Kericuhan dalam Sidang Umum DPR itu sangat memalukan. B : Ah, tidak apa-apa. Itulah dinamikanya demokrasi.

(Chaer,2010: 59) Contoh (11) merupakan contoh yang sopan dibandingkan dengan tuturan B pada contoh (12). Meskipun pada contoh (11) sebenarnya tidak setuju.Namun dibalut dengan baik sehingga terlihat sopan dan terdengar lebih sopan. Sedangkan,

(40)

26

contoh (12) menjadi tidak sopan karena ketidaksepakatan penutur B terdengar sombong dan tidak sopan. Jika maksim ini diterapkan maka akan terjadi dialog atau diskusi yang baik dan penutur nyaman ketika berkomunikasi.

Maksim simpati adalah maksim yang mengharuskan penuturnya untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipasti kepadalawan tuturnya. Maksim ini menjelaskan mengapa rasa simpati adalah tindakan yang sopan dan hormat, meskipun mengucapkan keyakinan penutur merupakan keyakinan yang negatif.

(13) Saya sangat menyesal mendengar tentang kucingmu.

(Leech, 1993:219) Contoh (13) tampak bahwa kekuasaan maksim kesimpatian sangat besar, karena tanpa informasi lebih lanjut kita dapat menafsirkan bahwa contoh (13) merupakan ucapam belasungkawa karena mendengar bahwa ada seekor kucing terkena yang sakit atau mati.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) penyediaan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian data. Berikut uraian tentang masing-masing tahap dalam penelitian ini.

(41)

27

1.7.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data

Objek penelitian ini adalah kekerasan verbal yang terjadi dalam kolom komentar akun Instagram. Data sebanyak 943 komentra tetapi penulis hanya menyantumkan beberapa contoh data. Data yang dibutuhkan adalah kalimat yang mengandung kekerasan verbal yang terdapat dalam akun Instagram tersebut.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode yang memang berupa penyimakan penggunaan bahasa. Metode ini dapat diwujudkan lewat teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap, yaitu teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dengan penyadapan.

Setelah menggunakan teknik dasar, yaitu teknik sadap. Penelitian ini akan dilanjutkan dengan menggunakan teknik lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap (SBLC). Teknik simak bebas libat cakap ini adalah teknik penjaringan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma, 2007: 44). Pada metode ini peneliti hanya sebagai pemerhati penggunaan bahasa yang digunakan dalam proses berdialog. Penelitian ini menggunakan hasil tangkap layar komentar warganet dari unggahan yang akun Instagram garudarevolution pada bulan September 2019.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan teknik rekam. Teknik rekam adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara merekam tuturan yang digunakan pengguna bahasa. Teknik rekam ini cenderung dilakukan

(42)

28

tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara (Sudaryanto,2015: 205). Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan alat rekam yaitu layar tangkap dari setiap masing-masing komentar warganet yang terdapat dalam unggahan akun Instagram tersebut.

Penelitian ini juga menggunakan teknik lanjutan setelah menggunakan teknik rekam, yaitu dengan teknik catat. Teknik catat adalah teknik yang melakukan pencatatan pada kartu data yang akan segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Teknik ini dapat digunakan setelah teknik simak bebas libat cakap dan teknik rekam telah dilakukan, karena teknik catat ini membantu peneliti untuk mentranskripsikan data yang telah ditemukan menggunakan kedua teknik yang telah digunakan sebelumnya. Sehingga, setelah teknik catat selesai dapat dilanjutkan dengan mengklasifikasikan data untuk dianalisis.

1.7.2 Metode Analisis data

Setelah data diklasifikasi, maka data tersebut akan dianalisis menggunakan metode padan. Metode padan yang disebut pula metode identitas yaitu metode analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi dari bagian bahasa yang diteliti. Metode padan ini dibagi menjadi lima sub jenis berdasarkan macam alat penentu yang dimaksud. Sub pertama, alat penentunya adalah kenyataan yang diacu oleh bahasa atau referen bahasa; sub kedua, alat penentunya ialah organ pembentuk bahasa atau organ wicara; sub ketiga, alat penentunya adalah langue bahasa lain; sub

(43)

29

keempat, alat penentunya ialah tulisan; sub kelima, alat penentunya ialah mitra tutur atau mitra wicara (Sudaryanto, 2015: 15-18).

Terdapat dua permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu yang pertama mengenai jenis-jenis tindak tutur kekerasan dan permasalahan yang kedua adalah pelanggaran-pelanggaran apa saja yang terdapat dalam kekerasan verbal. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode padan sub jenis kelima. Sub kelima alat penentu dari metode ini adalah mitra wicara atau mitra tutur. Alat penentu ini ialah kata yang bila diucapkan menimbulkan akibat emosional tertentu pada mitra wicaranya. Dalam metode ini reaksi atau tanggapan mitra wicara menjadi penentu identitas satuan lingual-satuan lingual tertentu. Sehingga, metode padan sub kelima ini sering disebut dengan metode padan pragmatis (Sudaryanto, 2015: 18).

Selain menggunakan metode pada pragmatis, dalam penelitian ini juga menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan pada metode padan ini adalah teknik pilah unsur penentu (PUP). Disebut dengan teknik tersebut karena cara yang digunakan adalah dengan memisahkan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan atau dibagi menjadi berbagai unsur (Sudaryanto, 2015:25). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Unsur daya pilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya pilah pragmatis, karena pada metode padan peneliti menggunakan metode padan sub kelima, yaitu metode padan pragmatis.

(44)

30

Teknik lanjutan yang akan digunakan oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti adalah menggunakan teknik hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur data yang ditentukan (Sudaryanto, 2015: 31). Kemudian, teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik hubung banding memperbedakan (HBB). Dengan menggunakan teknik hubung banding memperbedakan (HBB), maka penelitian ini memiliki akhir yaitu mencari kesamaan pokok antara keduanya yang kemudian diikuti oleh hubungan penyamaan pokok atau yang disebut dengan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP) (Suharyanto, 2015, 35).

1.7.3 Metode Penyajian Data

Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 2015: 241). Metode penyajian data informal ini digunakan manakala ketika penjelasan tentang kaidah akan terkesankan rinci dan terurai. Dengan hal tersebut, maka rumusan masalah yang telah ditentukan akan tersaji relatif panjang karena akan menggunakan kalimat-kalimat untuk menjawab setiap permasalahan yang telah disajikan.

(45)

31

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini disusun menjadi empat bab, yaitu bab 1, yaitu pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Latar belakang berisi tentang uraian alasan pemilihan topik penelitian, dan alasan penulis untuk melakukan penelitian. Rumusan masalah berisikan tentang permasalahan apa yang akan dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian memaparkan apa yang akan dibahas dalam penelitian tersebut. Manfaat hasil penelitian adalah memaparkan hasil penemitian secara singkat dan jelas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Tinjauan pustaka adalah menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh sebagai acuan untuk selanjutnya dijadikan landasan untuk melakukan penelitian. Landasan teori adalah kerangka piker yang akan dipakai untuk memecahkan masalah yang diteliti. Metode penelitian merupakan prosedur dan cara yang kan ditempuh oleh peneliti dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Sistematika penyajian adalah laporan perencanaan yang dikemukakan dari awal hingga akhir dalam bentuk paragraf.

Bab 2, yaitu pembahasan yang berisikan tentang jenis-jenis tindak tutur kekerasan verbal yang terdapat dalam kolom komentar Instagram garudarevolution.

(46)

32

Bab 3, yaitu pembahasan yang berisikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam komentar warganet yang terdapat dalam unggahan akun Instagram garudarevolution.

Bab 4, yaitu penutup yang berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(47)

33 BAB II

JENIS-JENIS KEKERASAN VERBAL

DALAM KOMENTAR AKUN INSTAGRAM GARUDAREVOLUTION BULAN SEPTEMBER 2019

2.1 Pengantar

Komentar dalam akun media sosial adalah salah satu bagian yang dapat digunakan oleh masyarakat dunia untuk menyalurkan emosi mereka. Komentar- komentar yang terdapat dalam unggahan bermacam-macam bentuknya. Meskipun, hanya dalam kalimat-kalimat yang tertulis dalam layar dan di bawah unggahan video atau foto pemilik akun. Komentar-komentar yang diutarakan juga berbagai macam jenisnya, ada yang memberikan semangat, kritikan, saran, bahkan ada yang menghujat, menghina, dan merendahkan. Komentar-komentar yang berpotensi membuat pemilik akun menjadi sedih, marah, jengkel, bahkan frustrasi tersebutlah yang dianggap sebagai komentar yang mengandung kekerasan verbal.

Kekerasan verbal yang terdapat dalam akun Instagram garudarevolution antara lain (i) kekerasan verbal tidak langsung, (ii) kekerasan verbal langsung, (iii) kekerasan verbal represif, dan (iv) kekerasan verbal alienatif. Penelitian ini, terbatas pada komentar warganet dan tidak termasuk tanggapan pada komentar.

(48)

34

2.2 Kekerasan Verbal Tidak Langsung

Setelah dikumpulkan, beberapa data yang ada di dalam kolom komentar akun Instagram garudarevolution terdapat kekerasan verbal tidak langsung. Kekerasan verbal tidak langsung adalah yang tidak seketika itu juga mengenai korban, tetapi melalui media atau proses berantai (Baryadi, 2012:37). Kekerasan verbal tidak langsung terwujud dalam kekerasan fitnah, stigmatisasi, dan penstereotipan.

2.2.1 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Memfitnah

Fitnah dalam KBBI V (2018) adalah ‘perkataan bohong’. Memfitnah adalah sebuah tindakan yang merugikan orang lain dengan cara menuduh tanpa disertai dengan bukti. Kekerasan verbal tidak langsung memfitnah ini biasanya dilakukan untuk menjatuhkan, mempermalukan, menjelekkan, atau menjatuhkan harga diri korbannya. Berikut beberapa contoh mengenai kekerasan verbal tidak langsung fitnah dalam komentar akun Instagram garudarevolution tersebut.

(14) miskinan Malaysia kali harga tiket stadion mahal masyarakat Indonesia masih bisa beli

(15) kalo pait kopinya brarti lu manusia ndan, klo manis brarti lo demit ndan (16) PBSI ditangani oleh org2 yg ngerti badminton.. PSSI ditangani org2 yg

g ngerti bola tpi suka fulus

(17) Maling gorengan mah horang kaya cokk

(18) PEMAIN TIDAK NASIONALIS, PERCUMA DI NATURALISASI TERNYATA HANYA UNTUK KEPENTINGAN UANG DAN CLUB! JANGAN PANGGIL GREG KE TIMNAS!

(Unggahan garudarevolution, 1 September 2019) Contoh di atas, mengungkapkan beberapa kalimat komentar sebagai contoh kekerasan verbal tidak langsung dengan memfitnah. Kalimat (14) terdapat kata miskinan, kata tersebut dianggap sebagai fitnah karena pada kalimat tersebut tidak dapat

(49)

35

membuktikan bahwa Indonesia lebih kaya dibandingkan dengan Malaysia. Hanya karena rakyat Malaysia tidak dapat membeli tiket pertandingan bukan berarti hal tersebut membuktikan bahwa rakyat Malaysia miskin. Data (14) termasuk memfitnah karena pada unggahan data tersebut terdapat seorang supir taksi Malaysia yang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia miskin karena bekerja hanya sebagai ojek online saja. Oleh karena itu, data (14) termasuk dalam kekerasan verbal tidak langsung memfitnah. Data (14) merupakan kalimat fitnahan dari seorang supir taksi kepada seluruh rakyat Indonesia yang berprofesi sebagai ojek online.

Pada contoh (15) terdapat kata demit, kata demit berasal dari kata dedemit dalam KBBI V (2018) berarti makhluk halus yang jahat dan suka mengganggu manusia. Kalimat (15) mengatakan bahwa apabila kopi itu diminum berasa pahit maka ia adalah manusia, sedangkan jika kopi itu diminum berasa manis maka ia adalah makhuk halus atau roh jahat. Kalimat tersebut termasuk dalam kekerasan verbal tidak langsung memfitnah karena pada kalimat (15) penutur menuduh bahwa pemilik akun bukan manusia melainkan demit. Data (15) diungkapkan sebagai data kekerasan verbal memfitnah karena pada unggahan tersebut takarir menuliskan mengapa sepak bola Indonesia tidak bisa lebih maju daripada bulu tangkis Indonesia, padahal sepak bola lebih terkenal daripada bulu tangkis. Takarir tersebut kemudian mengajak pengikut akun garudarevolution untuk berdiskusi dengan seolah-oleh memesan kopi hitam panas.

Referensi

Dokumen terkait

• Undang-undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) sekurang-kurangnya harus bisa menjadi salah satu pedoman penanganan krisis yang terjadi di masa depan bagi bangsa kita

asosiasi dengan gurauan, (2) kesembronoan subkategori sinisme dengan ejekan, (3) kesembronoan subkategori merendahkan dengan gurauan, (4) kesembronoan subkategori

Bapak Agus Milu Susetyo, M.Pd selaku penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan evaluasi tulisan penulis serta memberikan kemudahan dalam

Pertimbangan tertentu disini adalah subjek penelitian yang memiliki kriteria yaitu, subjek penelitian telah berkomentar pada akun Instagram @newmalangpos.id dan komentar tersebut

Dwi Susanto, M.Hum., selaku Kepala Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Fungsi disfemisme yang digunakan pada kolom komentar akun instagram Bebby Fey berjumlah sembilan fungsi, dengan rincian (a) sebagai perantara untuk

Penulis berharap dapat memberikan pengetahuan dan wawasan terkait dengan masalah kekerasan simbolik yang terjadi dalam komentar netizen akun instagram Indozone.Id.