• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengambilan Keputusan (Decision Making) Kepala Sekolah Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Pengambilan Keputusan (Decision Making) Kepala Sekolah Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pengambilan Keputusan (Decision Making) Kepala Sekolah Dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

Agus Fahmi dan Hardiansyah

Program Studi Administrasi Pendidikan, FIP IKIP Mataram Email: fahmieal2@gmail.com & theardyst@gmail.com

Abstract: Strategic Decision of making is a very important component in the process of personal leadership.

Success or failure of an organization to run it`s programs will be determined by a series of strategic decisions taken by its leaders. Likewise in the process of implementation of school organization, the decisions made by the principal to be ineffective because of school stakeholders consider that the decision taken less objective principals, especially in the School Development Plan (SDP). This research is descriptive qualitative study using observation, interview, and documentation. The findings in this study reveal that the principal decision-making through a series of strategies and activities, namely the analysis of the situation and the school environment, the current educational situation analysis and forecast in the future, the formulation of the vision and mission, costing, and finally monitoring and evaluation. Accordingly, what has been done by the principal of SMAN 1 Mataram are in line with expectations, the work program of the school systematic and measured into specific strategies in achieving the goals of the school. The condition is visible from considerable potential for superior schools and won a lot of achievements in both academic and non-academic.

Abstrak: Strategi pengambilan keputusan merupakan komponen yang sangat penting dalam proses

kepemimpinan perorangan. Kesuksesan dan kegagalan dalam sebuah organisasi untuk menjalankn program tersebut akan ditentukan oleh sekelompok strategi keputusan yang diambil oeh pemimpin tersebut. Seperti halnya dalm proses penerapan dalam organisasi sekolah, keputusan yang dibuat oleh kepala sekolah menjadi tidak efektif karena stakeholder sekolahan mempertimbangkan bahwa keputusan yang diambil kepala sekolah kurang objectif, hususnya dalam rencana pengembangan sekolahan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif qualitatif yang menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pengambilan keputusan kepala sekolah melalui serangkaian strategi dan kegiatan, yaitu analisa situasi dan lingkungan sekolahan, analisa situasi pendidikan yang terbaru dan peristiwa yang akan datang, perumusan dari visi dan misi, penetapan biaya, dan monitor dan evaluasi akhir. Jadi, apa yang sudah dilaksanakan oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Mataram adalah berdasarkan pada harapan, program erja dari sekolahan yang sistematis dan terukur kedalam strategi khusus dalam pencapaian tujuan dari sekolah tersebut. Kondisi yang ditunjukkan dari potensi yang sungguh-sungguh untuk pengawas sekolah dan keberhasilan banyak prestasi dari kedua akademik dan non akademik.

Kata Kunci: Strategi, Pengambilan Keputusan, Rencana Pengembangan Sekolah.

Pendahuluan

Pendidikan selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik, yang mana dengan iklim tersebut dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air. Karena sistem birokrasi selalu menempatkan kekuasaan sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses pengambilan keputusan. Proses penyelenggaraan sekolah adalah kiat Manajemen sekolah dalam

mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan atau output sekolah (Slamet, 2003: 3). Pada kenyataannya, program kerja sekolah yang telah disusun sedemikian rupa hanya sebagai simbol atau formalitas saja, padahal tanpa adanya program kerja yang pasti dalam sebuah sekolah maka sekolah tersebut bagaikan angin yang tanpa arah kemanapun dia ingin berhembus. Inilah potret Pendidikan kita yang tidak jarang ditemui khususnya di sekolah-sekolah sebagai

(2)

tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan oleh seorang yang posisi atau jabatannya sebagai kepala sekolah. Sehingga, ada ada yang berpendapat bahwa kepal sekolah sebaiknya dijabat oleh orang yang memiliki dinamika, yang memiliki ide, pengetahuan, dan pengalaman melakukan sharing (Mulyasa, 2012: 55). Karena itu, kepala sekolah sebagai Top Manager di sekolah dituntut untuk memecahkan permasalahannya tersebut dengan sejumlah keputusan yang dibuat sedekat mungkin dengan kebutuhan sekolah, harapan siswa, orangtua siswa, dan masyarakat. Sekolah harus memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, terlebih lagi dalam menyusun program kerjanya sesuai dengan kebutuhan pula.

Proses pembuatan keputusan merupakan serangkaian tindakan yang dimulai dari identifikasi masalah sampai pada implementasi keputusan itu sendiri (Soetopo, 2010:153). Keputusan hendaknya diambil berdasarkan pemilihan alternatif yang terbaik atau dikatakan keputusannya harus rasional dan meliputi langkah-langkah, seperti: a) mendefinisi masalah, b) mengidentifikasi kriteria keputusan, c) mengalokasikan bobot terhadap kriteria, d) mengembangkan alternatif, e) mengevaluasi alternatif, f) memilih alternatif terbaik (Robbins, 2003:181). Sedangkan Hoy dan Miskel (2005) berpendapat bahwa pembuatan keputusan adalah sebuah pola umum sebagai dasar tindakan dalam administrasi rasional pada semua fungsi dan wilayah kerja dalam organisasi. Sejalan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan otonomi daerah yang dituangkan dalam UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, memberikan peluang besar terhadap daerah untuk mengembangkan diri. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka kepala sekolah itu sebaiknya dijabat oleh seorang yang tegas, terutama dalam pengambilan keputusan, menentukan, kebijakan, atau seseorang yang memiliki prinsip pokok yang kuat.

Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka menuju tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan. Oleh karena itu, dalam penyusunan RPS diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat agar program-program yang ada didalam RPS tepat guna dan sasaran, jika pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah tidak tepat, maka dapat dipastikan sekolah tersebut tidak memiliki visi yang baik dalam mengembangkan sekolahnya di masa mendatang.

RPS menggambarkan sekolah sebagai suatu sistem dan bagian dari suatu sistem yang lebih luas yang berinteraksi secara berkesinambungan, memperoleh masukan dari masyarakat dan memberikan output kepada masyarakat. Sehingga mutu pelayanan sekolah sangat tergantung dari input yang diterimanya dan proses yang dikerjakannya. Oleh karena itu jika pelayanan sekolah ingin ditingkatkan maka input dan proses dalam sekolah itu harus disempurnakan.

(3)

Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan dalam sebuah siklus, perencanaan merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan. Dikatakan dalam sebuah anonim bahwa “When planning is done well, the other management functions can be done well.” (Daft:2002).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Ulfatin (2013) untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan dari suatu persoalan, peneliti harus melihat kealamiahan atau naturalistik dari suatu peristiwa, mendalami persoalan secara fenomenologis, interaksi simbolik, etnografi, studi kasus, dan mendeskripsikan sifat-sifat kualitatif. Sejalan dengan hal itu menurut Bogdan dan Taylor (1982) pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Melalui studi kasus, peneliti melakukan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara intensif dan terperinci suatu gejala atau unit sosial tertentu, yakni individu-individu yang menjadi sumber data dalam penelitian ini,

dan SMA Negeri 1 Mataram. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui tiga pendekatan yaitu Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah induksi analitik termodifikasi

(modificationanalyticinduction) yang terbentuk dari analisis data dalam situs dan analisis data lintas situs. Kemudian untuk pengecekan keabsahan data dilakukan melalui kriteria menurut Guba dan Lincoln (1985) yaitu Kredibilitas dengan melakukan triangulasi (triangulation) data dan pengecekan anggota (memberchecks), transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sebagai sekolah yang memiliki segudang prestasi, SMAN 1 Mataram harus mampu bersaing dengan sekolah lainnya baik di tingkat Daerah, Nasional, maupun Internasional. Dalam berbagai proses kependidikan memiliki prestasi di bidang akademik dan non akademik yang berlandaskan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan visinya yaitu “Menghasilkan lulusan yang berprestasi, berwawasan global, didasari Iman, Ilmu, dan Amal”.

Kepala sekolah menjadi tumpuan pengambilan keputusan dari sejumlah kebijakan di SMAN 1 Mataram, pelaksanaan kurikulum KTSP yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah dan daerah menjadi landasan dalam setiap pelaksanaan program kerja sekolah. Pengembangan kurikulum yang inovatif dan adaptif dapat mewujudkan proses

(4)

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Harapan dari proses tersebut adalah kemudian menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia, cerdas, kompetitif akademis dan non akademis serta berwawasan global. Strategi pengambilan keputusan kepala sekolah yang tidak kalah pentingnya adalah manajemen sekolah yang tangguh dan akuntable sehingga sekolah memiliki reinforcement secara kelembagaan.

Dalam penyusunan RPS harus menerapkan prinsip-prinsip: memperbaiki prestasi belajar siswa, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan atau pengembangan), sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), menyeluruh, tanggap terhadap perubahan, demand driven (berdasarkan kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review dan evaluasi.

Penyusunan dan Pelaksanaan RPS

Faktor penting yang harus diperhatikan oleh setiap sekolah adalah konsistensi anatara perencanaan dengan pelaksanaan pengembangan sekolah. Perencanaan sekolah yang baik akan memberikan kontribusi keberhasilan yang besar dalam implementasinya. Sedangkan perencanaan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik pula terhadap impelemntasinya. Oleh karena itu dalam setiap membuat RPS, sekolah harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti kondisi lingkungan

strategis, kondisi sekolah saat ini, dan harapan masa datang.

Strategi Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah

Perwujudan dari strategi pengambilan keputusan kepala sekolah tertuang dalam Rencana strategis sekolah yaitu menggambarkan suatu perencanaan tentang program-program sekolah yang akan dilaksanakan dan dicapai selama kurun waktu lima tahun. Program-program tersebut lebih bersifat garis besar, baik menyangkut fisik maupun non fisik, yang semuanya mengacu kepada SNP. Sedangkan Renop merupakan bagian tak terpisahkan dari Renstra, dan lebih merupakan penjabaran operasional dari Renstra. Program-program dalam Renop lebih detail yang akan dilaksankan dan dicapai dalam satu tahun. Dengan demikian Renstra dibuat pada awal tahun untuk lima tahun mendatang, sedangkan Renop dibuat pada tahun pertama dari lima tahun yang akan dilaksanakan. Baik dalam Renstra maupun Renop semua sumber dana dan alokasi biaya sudah dapat diprediksi sebelumnya. Dalam hal program, baik Renstra maupun Renop harus memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan RPPP dan RPPN.

Dari uraian diatas, tentang bagaimana strategi pengambilan keputusan kepala sekolah dalam rencana pengembangan sekolah yang disebut juga top manager di sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi dapat dilihat pada gambar berikut:

(5)

Gambar Strategi Decision Making Kepala Sekolah Simpulan

Dari hasil penelitian ini simpulan yang dapat diperoleh yakni Strategi pengambilan keputusan kepala sekolah merupakan penentu dari tercapainya mutu sekolah. Pengambilan keputusan kepala sekolah yang efektif menjadikan kebijakan yang dijalankan dalam bentuk program kerja sekolah dilaksanakan secara tepat. Sehingga sejumlah prestasi yang diraih oleh peserta didik, guru, dan sekolah secara kelembagaan selalu tercapai. Manajemen sekolah yang tangguh dan akuntabel harus mendapatkan reinforcement dari stakeholders sekolah. Kepala sekolah yang visioner akan mudah merancang Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) kedepannya, kemudian secara jelas dapat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan harapan.

Adapun saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain yakni; (1) Kepala sekolah hendaknya selalu memberikan kesempatan kepada stakeholders sekolah untuk memberikan masukan berupa materil serta ide, saran, kritik membangun; (2) Pendidik dan Tenaga kependidikan sekolah berupaya lebih responsive terhadap kebijakan yang

diputuskan oleh kepala sekolah, sehingga keputusan itu menjadi tanggung jawab bersama; (3) Stakeholders sekolah harus mampu menjadi mitra yang senantiasa berada bersama sekolah dalam rangka pelaksanaan program kerja sekolah serta partisipatif dalam usaha pencapaian tujuan sekolah.

Daftar Pustaka

Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Lima. Erlangga: Jakarta.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi

Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI-Press.

Moleong, L.J. 2006. Metodelogi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Muhaimin. 2009. Manajemen Pendidikan.. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 Analisis situasi dan lingkungan sekolah

 Analisis situasi pendidikan saat ini dan perkiraan di masa mendatang  Perumusan visi dan misi  Penentuan biaya

RPS

(Implementasi Program Kerja Sekolah)

(6)

Mujamil Qomar. 2010. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: PT Gelora Aksara.

Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Cetakan Kedua). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Robbins, Steven P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Slamet, PH. 2000. Direktorat Pendidikan

Menengah Umum.

Sunarto. 2007. Manajemen (Volume 1). Yogyakarta: Amus.

Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing. Undang-undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Penerbit Citra Umbara.

Gambar

Gambar Strategi Decision Making Kepala Sekolah   Simpulan

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran IPS kelas III A di MIN Ngaglik Sleman”, Skripsi, Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dapat disimpulkan bahwa sistem pengolahan data adalah sekelompok elemen atau fakta angka-angka yang dicatat tidak sedang digunakan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan

Rencana Kerja Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Purwakarta Tahun 2019 disusun dengan maksud untuk menindaklanjuti Visi dan Misi yang tertuang dalam Rencana

Dari ketiga jenis bahan tersebut, bahan berporilah yang sering digunakan.Khususnya untuk mengurangi kebisingan pada ruang-ruang yang sempit seperti perumahan

persetujuan dari orang tua, diambil bayi dengan kriteria inklusi sehat usia 6 sampai 13 minggu secara acak dan diberi 2 dosis vaksin HRN atau plasebo pada kunjungan pertama

Objek dalam penelitian ini adalah bibit kangkung sebanyak 9 tanaman yang diperoleh dari penanaman 36 benih yang dibeli dari Toko Taman Sari.Variabel dalam penelitian ini

Bagi SMK Negeri 1 Sewon Bantul diharapkan lebih meningkatkan upaya dalam kesehatan reproduksi remaja pada siswa-siswi kelas XI di SMK Negeri 1 Sewon Bantul,

BAB II. POTENSI PASAR JEPANG.. Industri fashion di Jepang, khususnya kota Tokyo memiliki daya tarik tersendiri di dalam pangsa pasar internasional, khususnya dalam bidang mode. Hal