• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMAINAN TERAPEUTIK DALAM PEMBELAJARAN. hal tersebut masih dianggap sulit bagi sebagian besar guru-kelas. Kesulitan tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERMAINAN TERAPEUTIK DALAM PEMBELAJARAN. hal tersebut masih dianggap sulit bagi sebagian besar guru-kelas. Kesulitan tersebut"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PERMAINAN TERAPEUTIK DALAM PEMBELAJARAN

Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual, namun pada umumnya hal tersebut masih dianggap sulit bagi sebagian besar guru-kelas. Kesulitan tersebut berkaitan dengan dua hal yaitu: pertama, kesulitan menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan “kebutuhan” setiap peserta didik dan kedua, kesulitan mencari bentuk-bentuk intervensi yang dianggap cocok dengan “kebutuhan” setiap peserta didik. “Kebutuhan” peserta didik sebenarnya dapat dilihat melalui hasil observasi guru kelas secara langsung dan hasil asesmen yang berkaitan dengan karakteristik-khusus setiap peserta didik. Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru dapat mencari dan menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan intervensi khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir (apakah itu bersifat sasaran antara atau terminal objective maupun sasaran tahunan atau annual goals) yang hendak dicapai oleh program pembelajaran yang disusun oleh guru-kelas yang bersangkutan.

Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan dan kelemahan fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat individual, terutama dengan memanfaatkan media-pola gerak irama sebagai inti permainan terapeutik yang

(2)

dengan media gerak irama tersebut, diharapkan program yang direncanakan guru dapat menyenangkan dan tidak menjemukan peserta didiknya. Program pembelajaran semacam itu, tentunya disesuaikan pula dengan kurikulum tiap satuan pendidikan yang ditujukan kepada pemberian penyembuhan melalui intervensi khusus dari guru, sehingga dapat lebih memanipulasi alat atau media, sumber bahan serta situasi lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah, khususnya saat terjadi peristiwa tertentu (event), dapat memberikan inspirasi terhadap guru untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai bentuk intervensi pembelajaran. Kesadaran guru terhadap momentum tersebut dapat dilihat saat guru memberikan pembelajaran dengan sasarannya berupa perilaku/ kompetensi tertentu yang selalu disesuaikan dengan tingkat kelemahan dan kekuatan yang dimiliki setiap peserta didik. Proses pembelajaran individual yang memuat suatu sasaran perilaku tertentu memungkinkan seorang guru mampu memberikan latihan-latihan khusus yang didalamnya berisikan bentuk pola-gerak khusus sebagai intervensi-guru. Intervensi-guru umumnya selalu diikuti dengan penerapan disiplin terhadap siswanya dalam upaya menghasilkan sasaran perilaku (termasuk didalamnya adalah kompetensi siswa) yang diinginkan selaras dengan program pembelajaran individual.

Program pembelajaran yang berisikan intervensi khusus (dalam hal ini berupa pola gerak irama yang diramu dalam suatu permainan yang bersifat terapeutik) diharapkan dapat memberikan penguatan atau penurunan suatu perilaku/ kompetensi tertentu sebagai sasaran utama keluarannya. Pendekatan semacam ini lebih dikenal sebagai bentuk pendekatan pembelajaran dengan menggunakan Model Perkembangan

(3)

Sosial yang Beraneka Segi (The Multifaceted Social Development Model atau Model A-B-C). Model ini meliputi hubungan kerja sama antara antecedent conditions, related personal characteristics, behavior target, dan consequences (Wallace & Kauffman dalam Patton, J.R. 1986:97; Schloss, 1984:83). Untuk pemahaman lebih lanjut, maka pada bab ini akan dibahas hakekat gerak irama dan peran pola gerak irama dalam pembelajaran dengan menggunakan model perkembangan sosial yang beraneka segi.

A. HAKIKAT GERAK IRAMA 1. Gerak Irama sebagai Ilmu

Gerak irama merupakan suatu ilmu (science), karena disusun secara sistematik, terarah dan berguna bagi kepentingan diri seseorang dan masyarakat yang menggeluti secara mendalam isi yang terkandung dalam gerak irama. Ilmu gerak irama memerlukan banyak latihan-latihan pola-gerak khusus agar dapat menjadi bentuk tersendiri dalam “benak-pikiran” seorang guru dan menjadi suatu wahana bagi dirinya saat merancang program pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan setiap peserta didiknya. Untuk mampu melakukan suatu kegiatan yang bernilai tinggi, seorang guru harus dapat menunjukkan hasil kerja dirinya berupa perencanaan pengajaran berlandaskan kompetensi yang dimiliki setiap peserta didiknya. Hasil karya guru tersebut akan dapat menggambarkan kemampuan dirinya sebagai seorang guru yang “mumpuni” dalam mengekspresikan dirinya sebagai orang yang dapat bekerja secara profesionalisme.

(4)

Gerak irama itu sendiri merupakan suatu pengetahuan khusus sebagai bagian dari ilmu sosial yang kesahihannya memerlukan banyak uji-coba di lapangan, dalam hal ini adalah sekolah. Bagi seorang guru yang banyak melakukan penerapan gerak irama dalam kegiatan pembelajarannya, mampu mengatasi berbagai permasalahan yang muncul saat proses pembelajaran yang memerlukan solusi secara segera dan dapat dilakukan saat itu juga. Tanpa disadari oleh guru yang bersangkutan, semua kegiatan menghadapi banyak masalah di lapangan menjadikan diri guru sebagai orang yang profesional karena kemampuannya memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses pelaksanaan program kegiatan pembelajarannya.

Dapat dikatakan bahwa ilmu gerak irama dapat dipakai sebagai wahana guru kelas dalam upaya menjembatani kesulitan-kesulitan peserta didik dan penguasaan materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui kegiatan-kegiatan kreativitas yang esensial berkaitan dengan pola gerak dan olah tubuh secara alami dirancang sebagai bentuk permainan yang bersifat terapeutik atau penyembuhan. Oleh karenanya gerak irama merupakan: (a) alat bagi pengembangan fisik dan gerak peserta didik yang mempunyai kesulitan gerak, hambatan emosi atau daya nalar, (b) alat yang dapat dipakai sebagai “pelicin” saat pembelajaran mengalami “jalan buntu” atau tidak berjalan sesuai harapan dan tujuan pembelajaran, (c) ilmu gerak irama menyajikan berbagai bentuk kegiatan bermain yang dapat “menyatu” secara sistematik dalam seluruh kegiatan pembelajaran, tidak terkecuali terhadap peserta didik yang berkesulitan belajar, (d) alat belajar yang mampu mengembangkan potensi kemampuan, membebaskan

(5)

kesulitan, mengabstrasikan serta membentuk pengalaman-pengalaman baru atau wawasan-diri yang bersifat positif untuk setiap peserta didik.

Dari segi filosofis tersebut, ilmu gerak irama dapat dijadikan landasan pemikiran seorang guru dalam upaya mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar setiap peserta didiknya. Pemberian pengalaman-pengalaman-pengalaman-pengalaman belajar melalui pola bermain saat proses kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, merupakan intervensi-guru terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar saat pembelajaran berlangsung. Upaya-upaya penerapan ilmu Gerak Irama dalam bentuk permainan teraputik agar menjadi bentuk yang “berseni”, seorang guru harus mampu: (a) menganalisa terhadap apa yang telah dikerjakan, karena hasilnya merupakan umpan-balik yang sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan kemampuan keseluruhan kehidupan peserta didik bersangkutan, (b) mengungkapkan permasalahan serta mampu mengetahui semua pendekatan dalam memecahkan permasalahan. Dalam hal ini, guru dituntut kemampuan menyampaikan solusi permasalahan melalui bahasa yang tepat.

Pandangan-pandangan tersebut di atas menjadikan ilmu gerak irama sangat diperlukan bagi setiap guru. Guru yang mampu menyusun program pembelajaran, dengan memanfaatkan pola gerak irama dalam sebuah permainan yang bersifat penyembuhan, sangat membantu perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Perkembangan secara menyeluruh diartikan sebagai perkembangan fisik dan inteligensi. Dengan demikian pola gerak keseluruhan kehidupan peserta didik yang mempunyai kesulitan kemampuan dalam bersosialisasi, dan mengatur emosi diri dapat meningkat

(6)

sejalan dengan meningkatnya daya berfikir ketika proses penguasaan materi pembelajaran di sekolah. Dikemudian hari, pola-gerak irama yang disusun oleh guru secara berangsur-angsur dapat “menyatu” dalam kehidupan peserta didik yang bersangkutan. Dampak lebih lanjut, ilmu gerak irama yang telah disusun dalam permainan terapeutik mampu menjadi sebuah alat-intervensi bagi kegiatan belajar-mengajar. Di sisi lain, program pembelajaran berbasis permainan dengan memanfaatkan pola gerak irama merupakan perwujudan perasaan, buah pikiran dan bentuk ungkapan yang menggambarkan kedalaman kemampuan guru dalam mengajar.

Memandang teori-teori dasar berkaitan dengan gerak yang alamiah bersamaan dengan alur-irama dalam pergerakan tubuh seseorang, menjadikan seseorang menyadari arti dari gerak-irama sebagai suatu instrumen dalam melakukan interaksi khusus bagi kehidupan seseorang. Olehkarenanya, seorang guru hendaknya tanggap terhadap setiap kemungkinan kemunculan “kemampuan alami” peserta didiknya saat ia melakukan kegiatan sehari-hari di sekolah.

Bertitik tolak dari kemampuan gerak dasar dari setiap peserta didiknya, seorang guru akan mampu memotivasi kegiatan belajar peserta didiknya dengan memanfaatkan: (1) gerak yang telah dikuasai oleh peserta didik, (2) daya tarik suatu lingkungan tertentu, (3) ruang yang ada di sekitar sekolah, (4) waktu yang dipergunakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan gerak saat berada di sekolah, (5) kemungkinan kesulitan-kesulitan peserta didik berkaitan dengan “keberadaan” dirinya, (6) pengaruh emosi dari setiap peserta didik, dan (7) seberapa tinggikah kemampuan daya nalar peserta didik.

(7)

Dalam suatu teori effort shape, yaitu teori yang membentangkan upaya-upaya seseorang membentuk dirinya melalui pemanfaatan pola gerak alamiah, Rudolph Laban (1932) menyatakan bahwa gerak-irama akan dapat diraih dengan sempurna bila manusia itu dipandang sebagai pribadi yang utuh dan masing-masing pribadi mempunyai pola-gerak tersendiri sesuai dengan keberadaan dan kebutuhannya. Landasan pendidikan gerak dari Laban ini merupakan pendekatan metode belajar-gerak berdasarkan konsep bahwa gerak yang baik hendaknya berkolaborasi dengan ruang-tenaga-waktu dan arus gerak (dikenal dengan: The space-time-flow concepts). Sehingga pola latihan gerak-irama yang diterapkan oleh seorang guru hendaknya sudah sesuai dengan kebutuhan diri peserta didiknya. Pola latihan tersebut dimodifikasi dalam bentuk permainan terapeutik sedemikian rupa disesuaikan dengan informasi hasil asesmen atau deteksi awal sebelum pembelajaran diberlakukan terhadap peserta didik. Deteksi awal ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan guru secara teliti terhadap perilaku setiap peserta didik. Pengamatan guru semacam ini, dilakukan dalam suatu alur-kegiatan asesmen yang menggunakan instrumen observasi perilaku tertentu yang dapat mengukur keadaan dan kemampuan fisik anak, misalnya instrumen Geddes Psychomotor Inventory (GPI).

Bentuk intervensi dengan pola bermain berbasiskan gerak-irama yang diterapkan dalam rancangan pembelajaran harian seorang guru diharapkan menjadi wahana penyembuhan. Penyembuhan tersebut hendaknya terjadi pada aspek perkembangan sosial dan kognitif terhadap anak yang mempunyai kesulitan belajar di sekolah. Oleh karenanya pencapaian sasaran utama dari pembelajaran berpola

(8)

gerak-irama itu sendiri bukan semata-mata hanya penyembuhan perilaku tetapi juga pencapaian kemampuan perkembangan akademik.

2. Gerak Irama sebagai Seni

Seni (art) merupakan hasil ciptakarya manusia sebagai bagian suatu budaya, selanjutnya manakala telah mendasar dalam kehidupan akan dapat menunjang pengetahuan-dasar (knowledge) diri seseorang atau kelompok. Dari knowledge ini berkembang menjadi suatu ilmu (science) dengan melalui latihan-latihan sebagai suatu proses pencapaian keterampilan tertentu dan terarah (skills). Art itu sendiri dapat dicapai dengan melakukan kegiatan atau latihan berulangkali, jika sudah dikuasai benar maka akan menjadi bagian dari keterampilan khusus dalam kehidupan seseorang, yang dapat dicirikan dengan adanya keserasian pola gerak yang telah menyatu dalam kehidupannya.

Gerak Irama sebagai seni karena esensi pola-gerak manusia yang terkandung dalam gerak irama, merupakan salah satu esensi utama gerak tubuh seseorang yang perlu dicermati dan dipelajari. Pola gerak tubuh sangat erat kaitannya dengan konsep-gerak yang dimiliki seseorang, dalam kegiatannya harus berkolaborasi dengan: waktu, ruang, tenaga dan arus gerak (teori effort shape dari Laban). Konsep-gerak merupakan bentuk gabungan alur-gerak dan simfoni irama dari tubuh seseorang secara alamiah yang dibawa sejak dalam kandungan.

Bagi seorang guru yang menerapkan gerak irama dalam kegiatan pembelajarannya, akan mampu menghadapi berbagai permasalahan pembelajaran yang

(9)

memerlukan solusi segera. Tanpa disadari oleh guru yang bersangkutan, semua kegiatan menghadapi masalah dan pemecahan segera saat di lapangan, menjadikan dirinya sebagai seorang yang professional. Guru yang professional diartikan bahwa dirinya telah mempunyai kemampuan memecahkan permasalahan dalam setiap proses pelaksanaan program pembelajarannya. Seni yang tinggi merupakan hal yang diperlukan sekali saat seorang guru kelas menciptakan perencanaan pengajaran dan selanjutnya mampu mengembangkannya saat proses kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung mencapai sasarannya. Pendekatan khusus dari guru kelas dalam penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi akhir, diperlukan kiat-kiat sebagai berikut.

a. Guru seyogyanya dapat memberikan kesempatan yang cukup banyak terhadap peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran. Pengulangan materi sangat diperlukan secara terus-menerus khususnya terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar karena kondisi fisik, emosi, sosial dan inteligensi. Usaha-usaha yang cukup keras dari guru kelas sangat diharapkan tanpa putus-asa dalam mengatasi permasalahan yang muncul saat kegiatan belajar mengajar berlangsung

b. Seorang guru seyogyanya mampu menyajikan program kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial, dan secara bersamaan penguasaan materi pembelajaran (berupa kemampuan kognitif) peserta didiknya.

(10)

Knowledge Science ART

Skills Skills Skills

c. Seorang guru hendaknya mampu berinteraksi dengan peserta didik maupun orang tua peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Untuk hal ini ia harus mampu menggunakan ilmu Gerak Irama sebagai wahana kegiatan pembelajaran, yang diramu secara “berseni” dan tepat sasaran

d. Seorang guru harus mampu melihat bakat setiap peserta didiknya melalui “perasaan seni” yang dimiliki dirinya, dan dapat dipakai sebagai batu pijakan dalam upaya peningkatan kemampuan setiap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

3. Pola Gerak sebagai Ilmu dan Seni

Pola gerak pada hakekatnya merupakan ilmu dan seni karena disusun berdasarkan suatu ilmu tentang teori gerak, untuk menguasainya diperlukan latihan-latihan khusus secara teratur dan terarah sehingga hasil akhirnya merupakan suatu seni gerak alamiah. Pola gerak juga merupakan instrumen penting dalam kegiatan pembelajaran atau layanan pendidikan anak yang mempunyai kesulitan-kesulitan dalam bidang: gerak fisik, mental, perilaku atau inteligensi.

Untuk memperjelas uraian tersebut dapat dilihat gambar di bawah ini.

Diagram 1.1

(11)

Diagram 1.1 menggambarkan suatu alur science menjadi art. Kita menyadari bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui suatu proses yang panjang dan kemudian tersimpan dalam memori-benak kita akan menjadi “alat” untuk memandang dan memahami hal-hal yang baru diperoleh selama perjalanan kehidupan seseorang, ini disebut sebagai knowledge yang merupakan ilmu pengetahuan dasar seseorang untuk mempelajari berbagai ilmu atau pengetahuan lain (science), misalnya seorang guru yang akan mengajar memerlukan pengetahuan dasar tentang ilmu mendidik, ilmu pengetahuan tentang psikologi anak, pengetahuan diri guru terhadap berbagai peran media pembelajaran dan seterusnya. Science yang akan dikaji berupa ilmu Gerak Irama yang merupakan ilmu terapan dalam kegiatan seorang guru guna menyusun dan merancang program pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas terhadap peserta didik yang sudah mengalami “kejenuhan” belajar. Kejenuhan belajar dapat disebabkan oleh adanya suatu program yang kurang terarah dan tidak disukai peserta didik, dan/ atau disebabkan peserta didik yang bersangkutan mengalami kesulitan-kesulitan belajar diakibatkan oleh faktor-faktor bawaan yang mengakibatkan terjadinya hendaya pada perilaku, mental, fisik atau inteligensi.

4. Hubungan Gerak dengan Irama (Rithme)

Terjadinya irama disebabkan oleh suatu susunan peristiwa yang secara teratur terjadi berulang-kali, misalnya peristiwa suara atau bunyi yang datangnya dari sumber bunyi dengan sasarannya berupa waktu. Bunyi atau suara yang menimbulkan irama dapat muncul dari suara jam, jatuhnya titik-titik air hujan, ketukan-ketukan jari-jemari

(12)

di meja kesemuanya berada dalam suatu ukuran waktu yang memerlukan interval tertentu. Dapat dikatakan bahwa irama merupakan suatu kenyataan dari pengalaman manusia, terjadinya berlawanan dengan akal-budi manusia itu sendiri. Karena berada pada tingkat pengamatan, maka pengamatan itu sendiri merupakan susunan tanggapan perasaan yang hanya berarti bagi si-pengamat bersangkutan saat melakukan pengamatannya.

Kesadaran kita terhadap waktu dilandasi oleh pengamatan terhadap suara atau bunyi dalam bentuk yang berbeda-beda. Bunyi yang terdengar oleh telinga manusia, kemudian dapat diulang kembali, diamati sebagai suatu peristiwa masa lampau. Peristiwa selama kita mendengar bunyi itu disebut pengamatan yang berlangsung saat sekarang, peristiwa pada saat kita mengharapkan bunyi berikutnya disebut masa yang datang. Sedangkan masa yang sunyi akan memberikan kesempatan kepada pendengaran kita untuk dapat mengamati masa yang akan datang.

Bunyi yang teratur dapat membantu seseorang untuk dapat membedakan antara waktu yang ada pada diri seseorang bersangkutan dengan waktu yang batasnya tidak terhingga. Kelanjutan dari perbedaan waktu itu memungkinkan seseorang dapat menggabungkan peristiwa-peristiwa yang datangnya saling berurutan ke dalam satuan-satuan atau unit. Unit semacam ini merupakan salah satu jenis dalam struktur irama yang tingkatannya lebih tinggi dari urutan peristiwa yang rentetannya kurang teratur. Maka sewajarnyalah jika seseorang ingin mengenal dan mengulang susunan peristiwa-peristiwa tertentu melalui aksen. Aksen dalam hal ini dapat mempermudah saat mengenali dan mengulangi struktur irama yang khusus tersebut.

(13)

Dari hasil pantauan pengamatan terhadap irama seperti yang telah dipaparkan di atas, maka kita mengenal irama sebagai berikut ini.

1. Struktur irama berkaitan dengan pendengaran manusia (auditory), dan susunan peristiwa mempunyai ukuran waktu yang disebut dengan bunyi atau suara. 2. Struktur irama yang berkaitan dengan penglihatan (visually) terdiri atas susunan

peristiwa ruang.

3. Struktur irama berkaitan dengan pengamatan (perceptive) disebut susunan peristiwa yang berkaitan dengan gerak-tubuh manusia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi akan meliputi penggunaan waktu dan ruang dimana aksen akan memberikan susunan-irama terhadap gerakan-gerakan yang terjadi pada tubuh sesorang bersangkutan. Pada saat ini akan muncul bermacam-macam bentuk tenaga yang tingkatannya berjenjang selama seseorang melakukan pola gerak.

Dapat dikatakan bahwa ilmu gerak irama yang sedang kita pelajari sangat memegang peranan penting jika semua intervensi-gerak yang disampaikan guru dalam kegiatan yang berkaitan dengan belajar-mengajar di kelas mempunyai dasar-dasar gerak yang menggunakan unsur ruang, tenaga, dan waktu. Dalam intervensi guru dengan menggunakan pola gerak yang memanfaatkan ruang dan waktu hendaknya disusun sedemikian rupa agar pola gerak tersebut saling terpadu dengan ruang dan waktu secara langsung.

Dalam kehidupan di dunia ini, ternyata hubungan antara manusia dengan irama begitu pula dengan musik terdapat suatu bentuk yang saling tarik menarik

(14)

sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan yang menjadikan tantangan bagi manusia itu sendiri untuk dapat melakukan gerakan. Terjadinya suatu gerakan bisa secara spontan, bisa juga secara penuh kesadaran atas perintah dari sistem syaraf pusat yang ada di otak. Gerakan seseorang dengan kemampuan tenaga yang bersangkutan tersebut dapat dilakukan secara berulang-kali dan tentunya sangat berkaitan erat dengan penggunaan waktu, ruang dan bentuk-bentuk gerakan manusia yang berirama sesuai dengan budaya dari suatu bangsa.

Perkembangan berikutnya, adanya rangsangan untuk melakukan gerak yang menggebu-gebu terhadap diri perorangan untuk mengungkapkan gerakan yang berirama semakin menipis disebabkan oleh adanya pengaruh etika kehidupan. Dapat diambil contoh sebagai berikut: seorang dewasa yang telah berpendidikan tinggi, saat ia mendapatkan kegembiraan maka luapan kegembiraannya tidak diwujudkan dalam bentuk berjingkrak-jingkrak. Luapan kegembiraan seperti ini bukan merupakan bentuk yang wajar untuk mengungkapkan rasa kegembiraan yang dapat diterima masyarakat sekelilingnya. Tetapi sebaliknya seorang anak kecil, luapan kegembiraannya dimunculkan dengan gerakan-gerakan bebas sesuai dengan nalurinya. Hal ini dianggap wajar, begitu pula seseorang saat mendengarkan suara musik yang merangsang nalurinya, akan secara langsung menggerak-gerakkan salah satu anggota badannya mengikuti alunan musik karena ia senang dan dapat menghayati alunan musik tersebut.

Mendengarkan irama dari sebuah lagu atau sebuah simfoni-melodi yang dimainkan oleh seorang pianis yang benar-benar sempurna sehingga terdengarnya sangat merdu-merayu menyentuh kalbu, akan terlihat berbeda jika mendengarkan bunyi

(15)

yang dihasilkan oleh suara gendang yang bertalu-talu. Pengaruh gendang dapat segera menggerakkan hati seseorang sehingga ia terangsang untuk melakukan gerakan mengikuti irama gendang. Berbeda dengan suara piano yang digerakkan oleh seorang pianis yang piawai, maka suara yang indah yang terselubung dalam bunyi-bunyi khusus piano tersebut memerlukan penghayatan tersendiri bagi para pendengarnya. Tentunya, bagi para remaja akan lebih menyukai bunyi-bunyian atau irama yang dapat merangsang naluri-mudanya.

Menurut teori musik, melodi atau lagu terdiri atas sederetan nada-nada yang tersusun dan berirama. Irama yang lebih dinamis terdiri atas bunyi yang berturut-turut. Melodi merupakan sederetan tangga-nada dari masa lampau dan nada-nada yang akan datang, sehingga coraknya bisa terlihat dengan jelas. Dalam sebuah melodi yang kita dengar akan dapat membawa batin seseorang untuk mengikutinya dan menuju ke arah gerakan seirama dengan lagu yang didengarnya. Dapat dikatakan bahwa irama datangnya dari masa lalu untuk di arahkan ke masa berikutnya dimana bentuk lanjutannya akan selalu dinantikan. Suara yang memiliki suatu rangkaian yang terdiri atas nada-nada disebut sebagai sebuah melodi.

Pada makhluk hidup, seperti hewan akan nampak berbeda karena tidak nampak adanya kesinambungan dari nada yang satu ke nada berikutnya, misalnya siulan seekor burung. Siulan burung tersebut akan berkisar dari satu nada ke nada lainnya yang sama, tidak nampak bagian yang awal yang berasal dari masa lampau dengan bagian akhir yang merupakan masa kini, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian kesatuan nada. Siulan burung tersebut tidak memiliki melodi khusus.

(16)

Fungsi melodi pada sebuah musik amat memegang peranan penting karena melodi akan meliputi dan memelihara irama, sehingga terciptalah suatu keharmonisan. Selanjutnya fungsi melodi adalah memperkuat irama sehingga akan terbentuk tangga-tangga nada yang akan dapat menimbulkan aktivitas gerak seseorang sebagai luapan perasaan sesuai dengan tinggi dan rendahnya tangga nada yang ada dalam irama lagu.

Dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah yang memungkinkan terwujudnya banyak gerakan dengan teratur dan berirama, sangat berarti sekali bagi kelancaran proses pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Lingkungan semacam ini bagi guru-kelas sangat membantu dalam melakukan intervensi pembelajarannya, karena lingkungan tersebut dapat dipakai sebagai “penyejuk hati” atau dapat menurunkan gejolak-gejolak perasaan yang tidak menentu dari setiap peserta didik. Dalam konteks semacam ini, irama bekerja secara sugestif terhadap gerak manusia yang ada di dalam lingkungan tersebut. Kita menyadari bahwa setiap orang sangat mudah terpengaruh (sugestibel) terhadap irama, olehkarenanya bentuk gerak dan tari sering diiringi dengan irama. Dalam hal ini gerak tari yang berirama sering dipakai sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan seseorang.

Bagi para remaja yang kurang berkesempatan melampiaskan rangsang-gerak mereka, maka salah satu pelampiasannya adalah mendengarkan irama-irama musik yang keras, misalnya hot music atau dangdut dengan gendang dan seruling yang bertalu-talu. Melalui kegiatan mendengar musik keras tersebut jiwa mereka akan tergugah untuk menghayatinya serta tubuh mereka secara langsung akan merasakan ketegangan-ketegangan. Ketegangan-ketegangan yang ada dalam diri para remaja tersebut perlu

(17)

penyaluran melalui gerak, yaitu berjoget mengikuti irama yang mereka dengar. Sering terjadi, ketegangan-ketegangan jiwanya akibat dari musik keras tersebut tidak terkendali dan menyebabkan mereka berperilaku tidak senonoh, misalnya melakukan pengrusakan gedung dan tempat pertunjukan musik-dangdut, konser musik Jazz atau musik Rock and Roll. Pembinaan dan bimbingan yang teratur sangat diperlukan terhadap para remaja agar rangsangan terhadap psikis mereka melalui musik keras tersebut tidak meledak-ledak tak terkendali. Pembinaan dan bimbingan dapat diwujudkan dalam suatu lingkungan pergaulan yang kondusif agar para remaja dapat menyalurkan emosi yang meledak-ledak kearah yang positif. Salah satu bentuk pembinaan dan bimbingan semacam ini, yaitu intervensi gerak irama terhadap suatu kegiatan di sekolah. Kegiatan-kegiatan yang mampu menyalurkan “kelebihan energi” setiap peserta didik di sekolah sangat diperlukan dalam intra kurikuler berupa antara lain: pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani, pelajaran bidang studi dengan program khusus menggunakan intervensi-pola gerak irama. Begitu pula halnya pada ekstra kurikuler misalnya: Kegiatan ke-pramukaan, kegiatan tari-menari, bermain musik, bermain drumband, dan sejenisnya. Disinilah peranan penting seorang guru untuk mampu menerapkan pola-gerak berirama sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didiknya.

B. POLA GERAK IRAMA SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN 1. Dasar Pertimbangan

Alasan utama mengapa gerak-irama dipakai sebagai satu pendekatan pembelajaran di sekolah, adalah berdasarkan tujuan utama munculnya gerak-irama dan

(18)

asumsi yang menyatakan bahwa pola gerak-irama mempunyai kepentingan dalam upaya mengembangkan potensi dan kemampuan perkembangan kognitif dan sosial setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara bulat dan utuh. Pernyataan-pernyataan berkaitan dengan gerak-irama sebagai berikut.

a. Gerak-irama sudah dilakukan sejak seorang anak dilahirkan. Gerak yang dilakukan secara berirama dari seorang anak merupakan bentuk penyampaian keinginan dirinya untuk memenuhi naluri fisik.

b. Suatu gerak dan irama merupakan media interaksi sosial. Anak-anak sangat bergantung pada kehadiran orang lain di sekitar dirinya untuk melakukan interaksi melalui gerakan-gerakan sebagai wujud penyaluran hasrat keinginan-dirinya yang terus berkembang mengikuti usianya.

c. Gerakan-gerakan berirama akan dapat terjadi oleh faktor-faktor interaksi sosial.

d. Gerak irama dapat dimunculkan karena faktor-faktor emosi pribadi seseorang.

e. Gerak-irama melalui perkembangan sesuai kurun waktu yang dimiliki seseorang sangat diperlukan bagi perkembangan daya-nalar atau intelektual seseorang.

Tujuan utama gerak irama dilakukan dalam kehidupan seseorang disebabkan oleh adanya empat kepentingan dalam fungsi kehidupan seseorang, meliputi hal-hal sebagai berikut.

(19)

a. Adanya persamaan-kepentingan, dimana setiap orang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda antara satu dengan lainnya;

b. Azas stimulasi dalam fungsi kehidupan seseorang, yakni: kemampuan dan persepsi gerak (motor and perceptual-skills), sosial, emosional, dan intelektual seseorang,;

c. Adanya perbedaan antara pribadi seseorang dengan lingkungannya dalam kehidupan;

d. Adanya daya interaksi yang berbeda untuk setiap orang, dan diperlukan masukan pengalaman sebagai bentuk perkembangan diri yang bersangkutan. Pola gerak irama seseorang tidak terlepas dari kepentingan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, namun perlu diketahui bahwa untuk melakukan interaksi tersebut akan banyak mengalami kendala yang diperoleh dari faktor lingkungan yang ada dalam suatu kehidupan.

Faktor-faktor yang ada pada diri seseorang untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

(20)

Climate Global Politics and Economic Close Environment Distant Environment

Topography Global CultureThorugh the

Ages E Ph I S Diagram 1.2

Interaksi Sosial Seseorang dengan Lingkungannya

(Skjorten, M.D., 1982:3; Johnsen, B.H. and Skjorten, M.D. 2003:272) Keterangan:

Ph = Physical-motor Skills and Perceptual Function

S = Social Function

E = Emotional Functions

I = Intelectual Functions

Diagram 1. 2 menunjukkan adanya faktor utama di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi interaksi sosial seseorang dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah: lingkungan disekitar diri seseorang (close environment), lingkungan jauh di luar diri seseorang (distant environment). Lebih jauh, terdapat adanya pengaruh kuat dari faktor-faktor lingkungan lain yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan interaksi secara lebih luas, lingkungan tersebut adalah: keadaan cuaca atau iklim (climate),

(21)

topograpi atau keadaan alam (topography), kebudayaan global selama berabad-abad (global culture through the age), dan pengaruh dari politik dan ekonomi global (global politic and economics). Diri seseorang yang akan melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya akan bergantung kepada keberadaan fungsi dirinya yang terdiri atas: fungsi fisik, fungsi sosial, fungsi emosional, dan fungsi intelektual

Lingkungan sekitar diri seseorang (close environment), adalah lingkungan yang dekat dengan diri seseorang dimana seseorang merupakan bagian dari suatu lingkungan kehidupannya sehari-hari. Misalnya, anggota keluarga di rumah tempat ia tinggal, keadaan lingkungan di sekitar seseorang berada (seperti lingkungan pertanian, peternakan, daerah pedesaan/ perkotaan, daerah perindustrian), teman-teman dekat atau teman bermain, sekolah tempat seseorang belajar, lingkungan kantor tempat seseorang bekerja, dan seterusnya. Lingkungan ini akan berpengaruh langsung ataupun tidak langsung. Kadar pengaruh dari lingkungan ini akan bervariasi menurut dinamika komunikasi, kebiasaan dan tradisi seperti tingkat penghargaan yang diberikan kepada seseorang atau anak, pandangan yang dianut terhadap hak seseorang/ anak yang berada di sekitar diri orang/ anak yang bersangkutan. Lebih jauh, budaya lokal dan kehidupan sosial politik serta struktur perekonomian sekitar diri seseorang dapat berpengaruh pula terhadap perkembangan kepribadiannya. Termasuk golongan ini adalah (a) berbagai bentuk permainan, tarian, musik, pantun, kerajinan tangan; (b) media lokal seperti: surat kabar, radio, program tayangan yang disiarkan oleh layar kaca atau televisi; (c) kebiasaan dan tradisi-tradisi tertentu; (d) faktor agama yang dianut; (e) situasi dan letak sekolah; (f) bentuk bangunan/ rumah yang ada di sekitar lingkungan seseorang/ anak.

(22)

Termasuk distant environment atau lingkungan jauh, adalah lingkungan yang berada jauh di luar lingkungan kehidupan seseorang/ anak, tetapi situasi lingkungan ini berpengaruh terhadap kehidupan seseorang/ anak. Keadaan situasi pada distant environment dapat saja seperti close environment hanya pengaruh terhadap perkembangan individunya berkurang. Misalnya: pada era globalisasi sekarang ini, masyarakat Indonesia merasa cemas terhadap perilaku anak-anaknya dikarenakan anak remaja sering berbicara menggunakan bahasa asing yang populer bahkan berbentuk ungkapan yang hanya dimengerti oleh kalangan remaja tertentu (bahasa “prokem”). Akibatnya para orang tua mereka susah memahami makna ucapan yang disampaikan oleh anak-anak mereka. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat adanya pergaulan dan siaran langsung yang ada dalam program-program tertentu melalui televisi ataupun internet yang jangkauannya cukup luas dan sulit dikontrol oleh para orang tua mereka.

Pengaruh yang ketiga yakni berasal dari pengaruh kemajuan teknologi yang amat canggih terhadap faktor-faktor: topography, global culture, global politics, serta climate. Pengaruh terhadap faktor-faktor tersebut dapat terjadi perubahan secara drastis terhadap bentuk-bentuk perkembangan suatu nilai tertentu yang semula diyakini dan dianut oleh seseorang dalam suatu lingkungan tertentu dimana ia tinggal. Tentu saja adanya perubahan-perubahan terhadap faktor-faktor topography, global culture, global politics dan climate akan menambah kesulitan perkembangan kognitif anak atau seseorang untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya, khususnya bagi seorang anak yang mempunyai hendaya dalam hal: emosi, intelektual, fisik, maupun mental. Kecanggihan lingkungan ke-tiga yang merubah faktor-faktor tersebut, berdampak

(23)

sangat luas terutama bagi guru kelas yang mengajarkan bidang studi tertentu (IPA, IPS, atau Matematika). Program dan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas semestinya dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan-belajar setiap peserta didiknya. Salah satu pemecahannya adalah dengan memberikan intervensi-khusus terhadap setiap peserta didik saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung oleh guru kelas.

Di Indonesia, pemerintah telah berusaha untuk mengantisipasi perubahan tersebut dengan cara mencanangkan suatu bentuk program pendidikan berdasarkan undang-undang, antara lain: (1) program wajib belajar dari enam tahun meningkat menjadi sembilan tahun - dimana setiap anak berumur enam tahun sudah dikenai wajib belajar (sesuai dengan ps.34 UUSPN Nomor 20/2003), (2) pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan untuk seluruh wilayah termasuk daerah terpencil, kesempatan pendidikan sesuai dengan hak-hak azasi anak (sesuai dengan ps 32 UUSPN No.2/2003), (3) untuk keperluan tersebut maka Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 digantikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kegiatan asesmen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan sebelum program pembelajaran individual, selama program pembelajaran individual dan saat mengevaluasi dan memonitoring seluruh proses kegiatan pembelajaran individual untuk mencari dan menemukan kemampuan maupun kelemahan peserta didik bersangkutan. Informasi kemampuan dan kelemahan yang diperoleh dari kegiatan asesmen terhadap peserta didik merupakan hal yang berguna sebagai bahan rujukan saat penyusunan

(24)

sebuah program kebijakan dalam pembelajaran, atau dipakai sebagai remedial saat proses kegiatan belajar-mengajar, juga dipakai sebagai umpan-balik saat kegiatan monitoring dan evaluasi keberhasilan sebuah tujuan akhir pembelajaran.

Kemampuan guru-kelas dalam melakukan kegiatan pencarian “kebutuhan” setiap peserta didiknya merupakan tuntutan peningkatan profesionalisme guru dalam tataran baru masyarakat Indonesia. Tuntutan tataran baru tersebut menjadikan peserta didik sebagai subjek bukan merupakan objek pendidikan. Khususnya melalui pendekatan pendidikan inklusi yang menjunjung tinggi dan menghargai hak-hak anak yang telah disetujui dan dideklarasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989 ditindak lanjuti dengan Deklarasi Salamanca tahun 1994 (berkaitan dengan prinsip, kebijakan dan praktek dalam pendidikan yang bersifat khusus) dan pertemuan di Dakar tahun 2000 yang meletakkan kerangka kerja dari “Education for All”.

2. Konsep-Konsep Interaksi Gerak

Dalam penyusunan program pembelajaran individual, lebih tertuju kepada pendekatan yang bersifat humanistik, disamping adanya penekanan pada segi behavioristik. Penekanan dalam segi behavioristik dilakukan secara tidak terus menerus, disesuaikan dengan kebutuhan intervensi-guru yang disesuaikan dengan perilaku peserta didik yang bersangkutan. Oleh karena itu maka program pembelajaran baik di dalam maupun diluar kelas (out bond activity) sangat bijaksana apabila guru-kelas memprogramkan kegiatan pembelajarannya seyogyanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak berdasarkan pada teori perkembangan anak dari John Piaget

(25)

(1969), dan orientasi perkembangan anak hendaknya sesuai dengan keadaan diri mereka (Switzky, Rotatori, Miller & Freagon 1979, dalam Hodapp, et al., 1990:3).

Piaget lebih menekankan kepada pengenalan lingkungan yang ada di sekeliling kehidupan peserta didik. Pengenalan lingkungan secara lebih luas dimaksudkan agar pembelajaran yang disampaikan kepada setiap peserta didik tertuju kepada upaya peningkatan inteligensi seorang anak. Mengenali lingkungan berarti bahwa pendekatan bermain sangat cocok dalam upaya meningkatkan perkembangan inteligensi, fisik, emosi, dan cara bersosialisasi setiap peserta didik.

Untuk mengetahui “keberadaan” setiap peserta didik, diperlukan suatu asesmen dengan menggunakan instrumen-observasi tertentu. Misalnya, dengan menggunakan instrumen observasi yang disusun oleh Geddes Dolores dengan nama Geddes Psychomotor Inventory (GPI) untuk mengetahui “keberadaan” setiap peserta didik bersangkutan agar program pembelajaran yang menitik-beratkan pada kegiatan fisik dapat disusun sesuai dengan “kemampuan” setiap peserta didik. Instrumen lainnya dengan nama: Play Assessment Chart (PAC) yang disusun oleh Mette Tafjord (ide untuk pencatatan-data berbentuk lingkaran diambil dari Model Progress Assessment Chart dari H.C. Ginsburg). Play Assessment Chart ini merupakan instrumen-observasi untuk mengetahui tingkat kemampuan fungsional: sensorimotor (sensory-motor skills), kreativitas (creativity skills or constructive ability), interaksi sosial (social interaction skills), dan kemampuan berbahasa secara konseptual (language conceptual skills).

Setelah “keberadaan” masing-masing peserta didik diketahui, maka guru-kelas menyusun suatu pola gerak berdasarkan atas konsep-konsep gerak (movement concepts)

(26)

yang terdiri atas: hubungan antara ruang dan gerak tubuh, hubungan gerak dengan penggunaan tenaga, dan hubungan gerak dengan waktu, serta hubungan arus-gerak dengan lingkungan. Agar pola gerak tersusun dengan sistematis, efisien dan bersifat menyeluruh maka guru-kelas saat menyusun pola gerak harus berpatokan pada dasar-dasar keterampilan gerak (skills themes). Dasar-dasar-dasar keterampilan gerak menekankan pada: gerak lokomotor (locomotor skills), gerak manipulatif (manipulative skills), dan gerak non-manipulatif (non-manipulative skills).

Selanjutnya, pola gerak yang disusun disesuaikan dengan irama yang cocok bagi peserta didik, sehingga program pembelajaran yang tersusun dapat menjadi wahana bagi “penyembuhan” kelainan perilaku -- umumnya perilaku ketidakmampuan menyesuaikan diri atau non-adaptif -- dari setiap peserta didik. Untuk itu diharapkan bentuk program yang berbasis pola gerak irama hendaknya bernuansa “therapeutic” atau “penyembuhan”, sehingga perlu diperhatikan unsur-unsur terapeutik mana yang diperlukan bagi peserta didik bersangkutan agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran, yaitu adanya perubahan perilaku ke arah positip dari setiap perilaku non-adaptif peserta didik. Atas dasar uraian tersebut di atas, pada uraian bab I ini disampaikan juga secara sekilas tentang terapi yang berkaitan dengan pola gerak.

Suatu pola gerak yang bervariasi dapat meningkatkan potensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi dan daya nalar. Esensi dalam pola gerak adalah kreativitas yang diperlukan oleh setiap orang tidak terkecuali bagi peserta didik. Kreativitas ini diperlukan dalam pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu program pembelajaran adalah

(27)

penguasaan kemampuan kognitif melalui kreativitas diri dalam bersosialisasi. Melalui penguasaan sosial dengan kreativitas gerak, peserta didik diharapkan mempunyai perasaan harga diri dalam mengarungi kehidupannya kelak. Tidak terkecuali bagi peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan fungsional. Perkembangan fungsional dalam hal ini terdiri dari kemampuan sensorimotor, kreativitas menyusun bentuk bangun, interaksi sosial, dan berbahasa secara konseptual.

Harus kita sadari bahwa gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi gerak seseorang dalam keterampilan olah-tubuh. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang olah-tubuh melalui pengalaman-pengalaman gerak. Melalui kesadaran terhadap pola gerak tubuh, seseorang akan dapat mencapai keterampilan gerak tubuh secara mandiri. Bagi sebagian besar anak dengan hambatan perkembangan seperti halnya terjadi pada anak dengan tendensi autism, hiperaktif, kelainan perilaku, kesulitan belajar dan spastik maka pola gerak irama sangat bermanfaat bagi guru kelas untuk dipakai sebagai bentuk intervensi-khusus dalam bentuk pola gerak tertentu sesuai dengan keberadaan setiap peserta didiknya.

Dalam menyusun pola gerak tubuh yang diterapkan secara langsung dalam program pembelajaran, hendaknya seorang guru memahami secara betul tentang posisi setiap bagian anggota tubuh dari peserta didik. Posisi tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak memungkinkan setiap peserta didik mampu mengembangkan pola geraknya secara tepat. Pengembangan pola gerak ditunjang oleh adanya otot-otot yang kuat dan lentur. Sehingga melalui pola gerak tertentu memungkinkan otot-otot tubuh dapat dikendurkan atau ditegangkan. Dari kekuatan otot-otot tersebut, khususnya yang

(28)

menunjang persendian tubuh, memungkinkan gerakan otot tubuh dapat digerakkan seoptimal mungkin sesuai dengan fungsi setiap anggota tubuh.

Jika kita kaji tentang struktur anatomi tubuh, ternyata anggota tubuh kita mempunyai struktur yang berbeda dalam kemungkinan geraknya. Terdapat lima bentuk dasar kemungkinan gerak (stapes), yaitu: panjang, lebar, bulat, membelit, atau berputar. Mengenai kemungkinan gerak yang polanya bersifat panjang dimaksudkan sampai seberapa jauhkah jangkauan anggota tubuh agar dapat digerakkan seimbang dengan tulang punggung, atau tinggi kepala seseorang. Dari pola gerak ini akan timbul kesadaran seseorang terhadap bagian tubuh, yakni anggota tubuh bagian atas maupun bawah. Kemungkinan gerak dengan bentuk lebar, penekanan terhadap tubuh terletak pada anggota badan di bagian atas dan bawah, melalui usaha sampai seberapa jauhkah tubuh seseorang - misalnya tangan maupun kaki - dapat direntangkan, atau diperlebar ke samping. Pada bentuk bulat, dimaksudkan bahwa kemungkinan gerak seseorang dalam upaya mempertemukan ke-dua ujung tubuh seseorang agar saling dapat disentuhkan sedemikian rupa antara ujung jari-jemari dengan ujung kaki, sehingga tulang punggung berbentuk melengkung. Kegunaan bentuk bulat ini bagi seseorang, yaitu dapat melakukan gerakan mengguling atau rolling. Pada bentuk membelit atau berputar dapat terjadi manakala dua anggota tubuh bergerak saling berlawanan, misalnya kaki yang disilangkan.

Agar terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara struktur tubuh dengan kemungkinan gerak saat penggunaan suatu ruang atau space, peserta didik terlebih dahulu ditanamkan kesadaran dirinya tentang pentingnya penggunaan ruang saat ia

(29)

melakukan gerak-tubuhnya. Ruang merupakan media gerak yang meliputi unsur luas. Pengetahuan terhadap luas bidang gerak akan memungkinkan dipilihnya suatu gerakan yang berlawanan tertentu, seperti gerakan-gerakan sebagai berikut.

1.jauh – dekat 2.di sini - di sana 3.besar – kecil 4.lebar – sempit 5.tinggi – rendah 6.dan sebagainya.

Sedangkan unsur ruang ditinjau dari segi tingkatannya, antara lain berkaitan dengan pola gerak seperti berikut.

1.atas – tengah – bawah 2.tinggi – sedang – rendah

Pengertian tersebut dapat membuat perubahan posisi tubuh misalnya, dari berdiri – kemudian berlutut – dilanjutkan dengan duduk – dan kemudian telentang atau sebaliknya. Gerakannya dapat dilakukan dari posisi bawah – ke posisi atas.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka pengertian tentang arah sangat memegang peranan penting saat seorang guru menyusun program pembelajarannya dengan menggunakan pola gerak. Begitu pula jika program pembelajarannya berkaitan dengan peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan. Dalam kehidupan yang normal sehari-hari, seseorang dapat secara bebas bergerak ke arah yang berlainan. Kesadaran gerak seseorang memungkinkan terjadinya peningkatan perkembangan

(30)

pengalaman seseorang terhadap geraknya. Dalam hal ini maka setiap peserta didik dapat lebih berkemampuan menentukan arah geraknya sesuai dengan nalurinya yang telah terlatih melalui latihan-latihan, misalnya peserta didik akan mampu melakukan gerak ke arah depan lalu ke belakang, lalu ke arah samping-kiri atau kanan, diteruskan dengan bergerak secara serong atau secara diagonal ke arah kiri atau kanan. Akan lebih semarak dan meningkatkan imajinasi peserta didik, jika pola geraknya tersebut dibantu juga dengan pola-garis yang dibuat di lantai agar ia dapat melakukan sesuai dengan pola-garis yang telah disusun dengan berbagai variasi, seperti: garis berbentuk lurus, garis berbentuk melingkar, garis berbentuk menyudut, atau berbentuk zigzag sesuai dengan kebutuhannya.

Faktor lain dalam menentukan suatu bentuk pola-gerak, selain arah, adalah energi atau tenaga guna melakukan suatu gerak. Kita menyadari bahwa semua aktivitas sehari-hari tubuh kita memerlukan energi-gerak. Misalnya gerak yang dilakukan dalam bentuk yang statis dengan menekan suatu bidang sempit maupun dengan menggunakan bidang yang lebih luas. Energi ini disalurkan ke seluruh otot tubuh melalui perintah sistem syaraf pusat yang ada di otak untuk dapat melakukan suatu gerakan dengan berbagai macam kekuatan yang berbeda-beda, terutama gerakan-gerakan yang dilakukan secara berkesinambungan. Gerakan-gerakan yang mempergunakan tenaga secara berbeda, lebih memungkinkan seseorang bergerak secara dinamis.

Dengan pola-gerak yang disusun guru untuk kepentingan kegiatan belajar-mengajar yang bersifat individu terhadap peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan fungsional (sosial, emosi, pisik, dan intelektual) hendaknya diusahakan

(31)

agar peserta didik yang bersangkutan dapat belajar menggunakan tenaganya secara tepat. Kelebihan tenaga dalam gerakan dapat menimbulkan bentuk gerakan yang kaku, tegang, dan menyebabkan kesalahan atau bahkan terjadi cidera otot. Sebaliknya, kekurangan tenaga dalam melakukan suatu gerakan dapat mengakibatkan gerakan tubuh peserta didik bersangkutan menjadi lemah dan tentu saja mempersulit dirinya untuk melakukan keseimbangan-tubuhnya. Bagi sebagian besar peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan yang diperoleh dari “kecacatan”, guru pendidikan luar biasa atau special teacher for special needs student seyogyanya mampu menyusun suatu pola gerak khusus bagi peserta didik bersangkutan. Sehingga peserta didik bersangkutan dapat memanfaatkan energinya seefisien mungkin saat melakukan pola-gerak yang telah disusun guru. Dengan demikian maka pola-pola-gerak yang dilakukan dengan energi yang tepat dan efisien dapat mengarah pada bentuk penyembuhan atau bersifat terapi (therapeutic).

Penggunaan tenaga atau energi untuk sesuatu gerak akan berbeda antara pola-gerak tertentu dengan lainnya. Misalnya, untuk melakukan suatu pola-gerak: lari akan berbeda dengan gerakan melompat atau gerakan berjalan, sehingga penggunaan energi untuk dapat menggerakkan otot-otot tubuh yang diperlukan akan berbeda pula.

Gerak berdasarkan konsep kerangka kerja untuk mampu melakukan interaksi-gerak, terdiri atas tiga bentuk gerak dasar yang meliputi pola gerak sebagai berikut. a. Gerak Dasar atau Lokomotor

Berbagai macam bentuk gerak-dasar atau locomotor activity yang dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran yang bermuatan pola gerak irama seperti:

(32)

jalan – lari – loncat – loncat jangkit – lompat dengan berbagai variasi tolakan dan gerakan mendarat – memantul – mengoper – berputar – bergeser –mengangkat – melempar – mengkerut – mengejar –meluncur- dan sebagainya.

Selain gerak-dasar tersebut, terdapat pula pola-gerak: manipulative, dan non-manipulative.

b. Gerakan manipulatif

Gerakan manipulatif adalah gerakan yang memerlukan adanya koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitarnya. Gerak manipulatif akan terjadi bila tersedianya alat atau benda yang akan dipergunakan untuk kegiatan berkaitan dengan gerak-manipulatif.

Gerakan yang termasuk manipulatif adalah sebagai berikut. 1) Melempar atau throwing

Pola-gerak melempar. Misalnya, dalam suatu permainan sepak bola kita mengenal adanya lemparan bola yang dilakukan oleh seorang pemain kesebelasan yang diarahkan kepada rekannya bila bola tersebut keluar lapangan. Dalam melakukan lemparan bola tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

a) Bola dipegang dengan kedua tangan di depan atau di atas kepala, b) Anggota badan mulai dari pangkal paha ke atas ditarik ke belakang

dan bersamaan dengan gerakan itu, kedua lutut ditekuk c) Pandangan ditujukan kepada rekan yang akan dibri bola

d) Dengan kekuatan-tenaga, kedua belah tangannya melemparkan bola sekuat mungkin.

(33)

2) Menangkap atau Catching and Collecting

Gerak menangkap dapat dijumpai misalnya dalam suatu permainan sepak bola yang umumnya dilakukan oleh seorang penjaga gawang. Menangkap bola bentuknya bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah menangkap bola setinggi dada. Tekniknya sebagai berikut.

a) Ke-dua kaki dibentangkan atau salah satu kaki berada di posisi depan kaki lainnya

b) Berat tubuh terletak pada tumpuan kaki depan c) Kedua kaki ditekuk sedikit pada lututnya

d) Bagian dada sebelah atas dicondongkan ke depan

e) Setelah bola menyentuh telapak tangan dan lengan, maka secepatnya bola yang sudah tertangkap harus dikuasai.

3) Menendang atau kicking

Misalnya, menendang bola oleh penjaga gawang. Teknik ini digunakan untuk mengoperkan bola dari depan gawang ke daerah lawan.

4) Memukul atau Punting

Misalnya, dalam permainan sepak bola akan ditemui gerakan memukul bola. Teknik memukul bola biasanya dilakukan dengan diiringi loncatan, pukulan yang dilakukan dengan satu tangan atau dua tangan. Begitu bola mendekat, tangan penjaga gawang disiapkan di depan badan dengan sikap siku ditekuk.

(34)

5) Memantul-mantulkan atau dribling

Gerakan ini bisa kita temukan pada permainan bola basket yang dilakukan oleh seorang pemain saat yang bersangkutan ingin mengoperkan bola atau menunggu kesempatan untuk melakukan serangan. Teknik dribling ini adalah memantul-mantulkan bola sampai bola tersebut menyentuh lantai lapangan dengan posisi satu kaki sebagai tumpuan dalam posisi diam tidak terangkat. Memantul-mantulkan bola dapat dilakukan dengan salah satu tangan, yaitu untuk melakukan operan atau kedua belah tangan untuk melakukan lemparan tembakan ke dalam keranjang guna mendapatkan point atau skor bagi regunya.

6) Melambungkan atau Volleying

Contoh gerakan melambungkan atau volleying adalah dalam permainan bola voli. Melambungkan bola dimaksudkan agar bola berada di atas udara sehingga rekan atau lawan main dapat memainkan permainan. Bola dilambungkan dan diusahakan tidak menyentuh lantai atau tanah. Pantulan atau lambungan bola yang baik dilakukan dengan kedua belah tangan dirapatkan membentuk bulatan cembung dan jari-jemari tangan digerakkan saat melambungkan bola. Gerakan melambungkan bola harus disesuaikan dengan posisinya, apakah melambung tinggi, mendatar, atau sedang.

7) Memukul dengan raket

Gerakan memukul semacam ini sering dilakukan dalam suatu permainan yang mempergunakan raket sebagai alat pemukul. Misalnya, dalam permainan bulutangkis atau tenis lapangan. Gerakan yang dilakukan pada umumnya sebagai berikut.

(35)

a) Raket dipegang dengan sebelah tangan (umumnya oleh tangan sebelah kanan, kecuali bagi pemain kidal).

b) Pukulan hanya diarahkan kepada lawan, yang berada di seberang net Pukulan tidak dilakukan dengan kaku

c) Pukulan harus dsesuaikan dengan keadaan kock atau bola (yang disajikan oleh pihak lawan).

8 ) Memukul dengan alat (misalnya dengan kayu pemukul)

Gerak semacam ini seringkali terdapat dalam jenis permainan: softball, kasti, rounders. Cara melakukan pukulan biasanya mengikuti pola-gerak sebagai berikut. a). Alat pukul dipegang dengan kedua belah tangan dan biasanya ditaruh di atas bahu b). Pukulan dilakukan dengan cara mengayunkan pemukul mendatar di depan badan c). Posisi kedua belah kaki pemukul sejajar

d). Setelah bola terpukul, posisi tubuh pemukul bola mengikuti arah gerak kayu pemukul dan kemudian meletakkan kayu pemukul.

c. Gerak Non-Manipulatif

Gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan oleh seseorang tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat

Termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat pukul, dan mudah berpindah tempat. Yang termasuk dalam pola gerakan semacam ini antara lain sebagai berikut.

(36)

Misalnya, saat berjalan atau dalam perlombaan gerak jalan kita menemukan sebuah belokan., tubuh kita akan segera mengikuti arah gerakan apakah itu ke kiri atau ke kanan saat melakukan gerak-membelok. Begitu pula pola gerak tersebut dapat dilakukan manakala kita memerlukan bentuk reaksi dengan rangsangan berupa belokan. 2). Berputar atau twisting

Gerakan semacam ini banyak dijumpai dalam tari balet dan senam lantai. Gerakan berputar merupakan gerakan yang memutarkan tubuh dengan mengangkat salah satu kaki, berporos atau bertumpu pada kaki lainnya. Biasanya variasi gerakannya diikuti dengan sikap posisi ditekuk. Pada pola gerak berputar faktor keseimbangan amat penting.

3) Mengguling atau rolling

Gerakan mengguling dapat dilakukan mengarah ke depan, ke samping maupun ke belakang. Kedua belah telapak tangan dipakai sebagai tumpuan dengan cara mencondongkan dan kemudan mendorongkan badan dan bergerak membulat ke arah yang dituju. Daya guling yang terjadi saat mengguling terjadi diakibatkan adanya daya jatuh tubuh ke arah yang dituju (ke depan, ke samping, ataupun ke belakang).

4) Mengatur keseimbangan tubuh atau balancing

Keseimbangan dapat dilakukan dengan berbagai sikap dan posisi tertentu. Misalnya, dalam senam lantai dengan posisi sikap lilin dimana tumpuan berada pada punggung belakang dan tangan menopang pinggang dan ke dua kaki lurus ke atas. Pada sikap kapal terbang, yaitu berdiri dengan tumpuan pada salah satu kaki yang tegak lurus, kaki lainnya dinaikkan serta disejajarkan dengan kedua belah tangan yang

(37)

membentang ke arah samping sehingga posisi tubuh seperti sebuah kapal terbang. Gerakan keseimbangan dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri tegak dan satu kaki dipakai sebagai tumpuan sedangkan kaki lainnya dapat diangkat ke arah muka atau samping tubuh.

5) Perpindahan tempat atau transfering weight.

Gerakan ini sering dilakukan sebagai bentuk pemanasan tubuh sebelum melakukan gerakan-gerakan inti. Gerakan semacam ini dapat dilihat pada senam aerobik atau senam pagi. Misalnya, beban yang ditopang oleh tumpuan ke dua kaki terlalu berat, maka beban dari berat badan seseorang tersebut dapat dipindahkan dengan cara salah satu kaki diletakkan ke depan. Atau dari sikap “siap” diubah menjadi sikap “istirahat” dalam gerakan baris-berbaris.

6) Melompat dan mendarat atau jumping and landing

Pola gerak ini biasanya dapat dilihat pada gerakan lompat jauh dalam cabang olahraga atletik. Tujuan melakukan gerakan melompat dan mendarat adalah mendapatkan jarak lompatan sejauh mungkin. Dalam melakukan melompat dan mendarat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) adanya awalan, (b) tolakan, (c) sikap badan di udara yang melayang, (d) sikap badan sewaktu mendarat dengan ke dua kaki dengan cara jatuh sebaik mungkin, dan (e) sikap saat tubuh setelah mendarat, tangan dan kaki diusahakan diarahkan atau dicondongkan ke depan

7). Mengkerut atau curting

Gerakan mengkerut dapat dilihat saat seseorang melakukan gerakan “sit-up” atau gerakan mencium lutut dari posisi duduk berbanjar dengan kedua belah kaki lurus

(38)

ke arah depan. Tujuan utama dari pola gerak mengkerut ditujukan untuk kekuatan otot perut serta kelentukan persendian di daerah tulang belakang. Pola-pola gerak tersebut dapat diterapkan dan sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam program pembelajaran sebagai intervensi khusus guru, khususnya terhadap peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan gerak. Jika program gerakan semacam ini akan diterapkan dalam program pembelajaran individual hendaknya perlu disesuaikan dengan “keberadaan” tubuh peserta didik bersangkutan agar latihan gerak tersebut dapat berguna sebagai media terapeutik atau “ penyembuhan”. Penyembuhan akan dapat terlihat jika otot yang ada pada anggota tubuh peserta didik bersangkutan terlihat adanya perkembangannya.

Membuat suatu pola gerak yang bermacam-macam dan cocok dengan keadaan kebutuhan peserta didik perlu disusun dan diprogramkan secara berhati-hati. Program gerakan yang semacam ini hendaknya sesuai dengan pola gerak irama tubuh seseorang, terutama jika akan diterapkan kepada anak yang mempunyai hambatan gerak. Untuk keperluan itu seorang guru kelas perlu mengetahui keberadaan dari setiap peserta didiknya melalui observasi yang teliti sehingga ditemui faktor kemampuan dan kelemahan peserta didik yang akan dibuatkan program pembelajaran individual berbasis gerak irama. Gerakan-gerakan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diterapkan juga pada pola gerakan yang “disisipkan” dalam program pembelajaran.

Kemampuan atau keahlian dasar-gerak peserta didik yang akan diikutkan dalam suatu program pembelajaran individual perlu dicocokkan dengan kepentingan

(39)

pengembangan setiap peserta didik, yaitu pengembangan yang diarahkan kepada: fisik, sosial, emosi atau intelektual. Misalnya, peserta didik yang mempunyai kelemahan pada kedua kakinya diperlukan pola gerak lokomotor seperti: jalan, berlari, atau lari-lari kecil di dalam ruang bangsal olahraga yang ada di sekolah atau di lapangan dekat sekolah. Jika peserta didik bersangkutan mempunyai kelemahan dalam kemampuan bergaul, antara lain dapat ditunjukkan dengan suka menyendiri, maka gerakan-gerakan berjalan, berlari dan lari-lari kecil dilakukan dengan berpasangan sesama teman-temannya. Arah gerakan dipolakan apakah dengan lurus, menyamping, berputar, atau searah berlawanan. Sedangkan arah dan tenaga dapat menggunakan: bebas dengan gerakan yang lambat atau tenaga sepenuhnya, dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Dasar-Dasar Keterampilan Gerak

LOCOMOTOR SKILLS MANIPULATIVE SKILLS NON-MANIPULATIVE SKILLS -Jalan -Lari

-Meloncat dengan alat -Meloncat-loncat -Meloncat ke samping -Mengejar

-Meluncur

-Lari-lari kecil atau lari-lari anjing. -Melempar -Menangkap -Menendang -Memantulkan bola -Melambungkan bola -Memukul dengan raket -Memukul dengan alat - pemukul kayu

-Membelok -Berputar -Mengguling

-Keseimbangan tubuh -Memindahkan berat tubuh -Melompat kemudian mendarat -Mengulurkan otot, misalnya: merentangkan kedua tangan lurus ke samping sejajar pundak

(40)

(Adaptasi dari Graham, G. et al., 1980:15)

Tabel 1.1 tersebut di atas, merupakan petunjuk bahwa gerak tubuh seseorang berporos kepada tiga bentuk utama pola gerak, yaitu: (1) locomotor (merupakan gerak dasar yang telah dimiliki sejak dilahirkan), (2) manipulative (merupakan gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya. Terjadinya gerak ini bila tersedianya alat/ benda yang dipergunakan untuk bergerak), dan (3) non-manipulative (gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat dilakukan dengan berpindah tempat). Interaksi keseluruhan gerak pada skills themes dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya (Gambar 1.1 Konsep-konsep Interaksi Gerak).

Penyusunan pola-gerak hendaknya mengacu kepada dasar-dasar keterampilan gerak (skills themes) dan konsep gerak (movement concept). Saat menyusun pola-gerak misalnya. untuk gerak lokomotor dapat menggunakan gabungan gerak-dasar lebih dari satu macam antara lain dengan manipulatif dan non-manipulatif, misalnya gerak berjalan (lokomotor) dengan membelok-belokkan (non-manipulatif) dilanjutkan dengan lari-lari kecil (lokomotor) sambil berputar-putar (non-manipulatif) mengelilingi ruang bangsal, dapat diikuti dengan gerakan menendang bola (manipulatif) saat mencapai garis akhir yang ditentukan.

Konsep gerak itu sendiri mempunyai tiga kategori, yaitu sebagai berikut (1) ruang gerak tubuh/ dimana tubuh digerakkan,

(2) bagaimana tubuh digerakkan (hubungannya dengan tenaga yang akan dipergunakan), dan

(41)

(3) hubungan gerak dengan lingkungan atau relationships dengan: bagian tubuh, alat/ orang, menyertakan orang lain. Penggunaan movement concepts berkaitan dengan skills themes karena berkaitan dengan keefektifan penggunaan keterampilan yang dimilki oleh setiap peserta didik saling berkaitan.

Secara sistematik hubungan antara dasar-dasar keterampilan gerak dengan kategori konsep-gerak, dapat dilihat pada ke-lima bulatan melingkar dalam gambar yang saling bertautan seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 tentang Konsep-konsep Interaksi Gerak pada halaman berikutnya.

Sedangkan konsep gerak (movement concepts) dapat dilihat seperti dalam Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 Konsep Gerak (Movement Concept)

Ruang gerak tubuh/ Dimana tubuh

digerakkan

Bagaimana tubuh digerakkan (hubungannya dengan tenaga) Hubungan gerak (Relationship) -Lokasi:

Tempat khusus atau tempat umum. Arah-gerak: Ke atas/ bawah; ke depan atau ke belakang; ke kiri atau ke kanan.

Waktu:

Cepat atau lambat; Tiba-tiba atau teratur. Tenaga yang dipergunakan:

Sepenuhnya atau dengan cukup ringan. Bagian tubuh: - melengkung/ bulat - menyempit - meluas/ melebar - memutar

- sejajar atau berlawanan arah

dengan tubuh.

(42)

Tingkat gerak: Rendah, sedang atau berat.

Jalur:

Lurus atau berkelok-kelok

Keadaan gerak:

Pendek, jauh atau dekat.

Arah:

Gerakkannya diarahkan atau dilakukan dengan bebas.

- atas/ bawah - dekat/ jauh - di depan/ belakang - menyeluruh/ sebagian - disatukan/ dipisahkan - menyeluruh tubuh

- berputar/ sepanjang sisi tubuh

- memimpin/ mengikuti

- menirukan atau mengaca

sendirian / menemukan pasangan

- searah/ berlawanan

Dengan menyertakan orang lain: - Sendirian dalam kelompoknya. - Sendirian tanpa teman - Berteman atau berpasangan. - Dalam kelompok

- Berada dalam sekelompok regu.

(Adaptasi dari: Graham, G. et al. 1980:15)

Interaksi bagian yang ada pada Tabel 1.2 di atas secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.1 Konsep-Konsep Interaksi Gerak yang tertera di bawah ini.

(43)

Gambar 1.1 Konsep-Konsep Interaksi Gerak

(Graham, G., et al., 1980:17)

Bagi guru kelas yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar disebabkan adanya rasa bosan atau tidak berjalan akibat adanya “kelainan” dari peserta didik (di sekolah reguler, sekolah khusus, ataupun sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi) sebaiknya pola gerak irama diterapkan sebagai intervensi khusus dalam program pembelajaran yang bersifat individu. Agar program pembelajaran individual tersebut efisien dan secara menyeluruh menggunakan pola gerak, diperlukan pembuatan skematis pola-gerak sesuai dengan Gambar 1.1 Konsep-Konsep Interaksi Gerak. Di bawah ini diberikan contoh cara pembuatan skematis pola-gerak pada Tabel 1.3 seperti berikut.

(44)

Tabel 1.3 Skematis Pola-Gerak

Skills Themes Movement

Concepts

LOKOMOTOR MANIPULATIF NON-MANIPULATIF

Lari *) Melempar *) Berguling *)

A. Dimana tubuh digerakkan : 1.Lokasi 2.Arahnya 3.Tingkat 4.Perluasan B.Bagaimana digerakkan: 1. Waktu 2. Tenaga 3. Arah/ alur C.Relationship: 1.Tubuh 2.Objek/ orang 3.Bentuk-sosialnya Ruangan, ke depan, cepat, dilakukan berkali-kali. Cepat, sepenuh tenaga, secara bebas.

Memutar, dekat, dalam regu.

Di lapangan, ke atas, keras/ kuat, 10 kali. Secara teratur, cukup, diarahkan ke sasarannya. Melebar, ke atas, berpasangan Di ruangan bangsal olahraga senam, Ke kiri/ kanan, perlahan-lajan. 3 kali.

Secara tiba-tiba, cukup, bebas.

Membulat, ke depan, sendirian.

Keterangan: *) Sebagai contoh, dapat dibuat secara menyeluruh dari skills themes.

Sekali lagi ditegaskan bahwa: Dalam menyusun program pembelajaran individual berbasis pola-gerak tertentu sebaiknya guru kelas perlu mempertimbangkan faktor tenaga yang akan dipergunakan oleh peserta didik. Semua bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara statis atau bergerak ke bidang yang lebih luas akan memerlukan energi.

Dalam pelaksanaan program pembelajaran individual berbasis pola-gerak sebaiknya setiap peserta didik diarahkan untuk mampu menggunakan tenaganya secara tepat-guna. Kelebihan penggunaan tenaga sewaktu melakukan suatu gerakan akan menimbulkan kekakuan dan ketegangan sehingga berdampak terjadinya kerusakan atau

(45)

cidera pada otot-tubuh. Sebaliknya jika kekurangan tenaga sewaktu melakukan suatu gerakan mengakibatkan tubuh lemas, sehingga mempersulit gerakan, dan tidak mampu mempertahankan keseimbangan tubuh. Tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan gerakan yang berkesinambungan dengan berbagai macam bentuk gerak sangat berbeda jika melakukan gerakan yang bersifat statis.

Untuk diperhatikan oleh setiap guru:

Hendaknya unsur tenaga yang akan dipergunakan oleh peserta didik perlu mendapatkan perhatian utama guru kelas dalam penyusunan pola gerak yang akan diterapkan dalam program pembelajaran individual, terutama jika peserta didik bersangkutan adalah anak dengan kebutuhan khusus (special need’s student).

Sebagai tolak-ukur guna melihat apakah skematis susunan pola-gerak yang dibuat oleh guru kelas sudah baik atau benar perlu memperhatikan pedoman penyusunan pola-gerak. Ada empat kriteria untuk dapat menciptakan pola-gerak yang benar, yakni harus melihat pedoman pertanyaan sebagai berikut.

1). Dimanakah kita dapat melakukan gerak?

Jawaban ini berkisar pada masalah ruang. Yang perlu dipertimbangkan adalah:

a) Bergerak dalam ruangan tertentu atau ruangan bebas (apakah dalam bangsal atau lapangan sepakbola).

Gambar

Diagram  1.  2  menunjukkan  adanya  faktor  utama  di  luar  diri  seseorang  yang  dapat  mempengaruhi  interaksi  sosial  seseorang  dengan  lingkungannya
Tabel 1.2  Konsep Gerak (Movement Concept)
Tabel 1.3   Skematis Pola-Gerak

Referensi

Dokumen terkait

Contoh format sampul halaman judul Proposal Tugas Akhir dapat dilihat pada Lampiran 2 dengan mengganti tulisan TUGAS AKHIR dengan tulisan PROPOSAL TUGAS AKHIR,

Sistem ini adalah kelas yang tertinggi dari teknologi CCTV dengan kualitas gambar yang tinggi, dapat dimonitor dari komputer lain yang ada dalam jaringan LAN,

Langkah penyesuaian pola modulasi pada persyaratan-persyaratan operasional sistem transmisi serat optik dengan kapasitas kanal besar ini dimungkinkan secara aktual dengan tujuan

Manajemen alat berat adalah merencanakan, mengatur dan mengendalikan alat-alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

Tässä tutkielmassa tarkoitan puhujalla fiktiivistä tekstissä rakentuvaa hahmoa, joka on samalla myös lukijan rakentama tekstin ääni (vrt. Näin ollen väitän,

Curtis dalam Suryadi (2008:126) mengungkapkan bahwa komunikasi yang bergaya demokratis dapat mendorong orang-orang di dalam organisasi tersebut untuk mengembangkan hubungan

Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek  Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek  Surat pernyataan dari Apoteker