• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penggunaan obat Tukak Peptik pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016 - 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi penggunaan obat Tukak Peptik pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016 - 2018"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2016 - 2018. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi. Oleh : Ni Luh Made Indiantari Dewi NIM :158114043. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2016 - 2018. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi. Oleh : Ni Luh Made Indiantari Dewi NIM :158114043. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Tukak peptik merupakan penyakit dengan gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin yang disekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Di Indonesia dari beberapa penelitian antar 6-15% pada usia 20-50 tahun. Penyebab utama dari penyakit tukak peptik ialah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, selain bakteri efek samping dari penggunaan obat – obatan dapat menjadi penyebab tukak peptik seperti nonsteroid anti-inflammatory drug (NSAID) ditandai dengan gejala perut terasa perih, mual, dan muntah. Ketidakrasionalan penggunaan obat tukak peptik masih dijumpai di pusat – pusat kesehatan seperti di Rumah Sakit, Puskesmas maupun di praktek swasta. Ketidaktepatan indikasi, dosis, obat, dan pasien dapat menyebabkan kegagalan dalam terapi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien dewasa dengan aspek tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi, dan tepat pasien. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non eksperimental, pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan metode analisis bersifat deskriptif. Subjek penelitian yang digunakan pasien kelompok dewasa (18-65 tahun) yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018. Pada Penelitian ini menggunakan data sebanyak 18 kasus dengan 44 peresepan. Seluruh peresepan (100%) dengan parameter tepat pasien, tepat indikasi, dan tepat obat sudah sesuai berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Pada tepat regimen dosis sebanyak 31 peresepan (70,45%) sudah tepat regimen dosis dan sebanyak 13 peresepan (29,55%) tidak tepat regimen dosis berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Kata kunci: tukak peptik, kerasionalan obat, Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Peptic ulcer is a disease with disorders of the digestive tract caused by stomach acid and pepsin which is excessively excreted by the gastric mucosa. In Indonesia, from several studies between 6-15% at the age of 20-50 years. The main cause of peptic ulcer disease is an infection of the bacterium Helicobacter pylori, in addition to bacterial side effects from drug use - drugs can be a cause of peptic ulcers such as non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) that are associated with pain, nausea and spray. The irrationality of the use of peptic ulcer drugs is still found in health centers such as hospitals, Puskesmas are also in private practice. Inaccurate indications, dosages, medications, and patients can cause failure in therapy. This study was conducted to provide information on evaluating the use of peptic ulcer drugs in adult patients with the right aspects of the drug, the right dosage, the right indication, and the right patient. This study uses a nonexperimental research design, data retrieval is done retrospectively and the analytical method is descriptive. The subjects of the study were adult patients (1865 years) who were hospitalized at the Bethesda Hospital Yogyakarta in 20162018. In this study using data as many as 18 cases with 44 prescriptions. All prescriptions (100%) with the right parameters of the patient, right indication, and the right medication is according to the Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). At the right dosage regimen as many as 31 prescriptions (70.45%) had the right dosage regimen and as many as 13 prescriptions (29.55%) were not appropriate dosage regimens based on the Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Keywords: peptic ulcer, drug rationality, Bethesda Hospital Yogyakarta. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL……………………………………………………. i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………... iii. HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. v. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………... vi. ABSTRAK …………………………………............................................. vii. ABSTRACT ………………………………………………………………... viii. DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix. DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. x. DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xii. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1. METODE PENELITIAN………………………………………………….. 2. Desain dan Subjek Penelitian………………………………………..... 2. Pengambilan Data…………………………………………………….. 3. Analisis Data………………………………………………………….. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 4 KESIMPULAN……………………………………………………………. 11 SARAN…………………………………………………………………...... 11. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 12. LAMPIRAN……………………………………………………………...... 14 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………... ix. 25.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel I.. Tabel II.. Tabel III.. Tabel IV.. Tabel V.. Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………….…………… Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Pasien pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018……………… Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Indikasi pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018……………… Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Obat pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018……………… Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Dosis pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………. x. 5. 5. 6. 6. 7.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.. Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018........ xi. 3.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.. Ethical Clearance………………...……………………… Surat Izin Penelitian Dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta……………………………………………..... Definisi Operasional……………………………………... Kasus 2…………………………………………………... Kasus 4…………………………………………………… Kasus 8…………………………………………………… Kasus 14…………………………………………………... xii. 14 15 16 17 19 21 23.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENDAHULUAN Lambung terletak di perut kiri rongga perut dan di atas diafragma. Lambung memiliki pH yang bersifat asam (Guyton and Hall, 2014). Asam lambung dan pepsin disekresi oleh lambung sehat, jika asam lambung disekresikan secara berlebihan akibatnya dapat merusak mukosa lambung dan berkurangnya faktor pelindung mukosa. Salah satu kasus yang terkait pada kerusakan integritas mukasa lambung adalah kasus tukak peptik (Hadi, 2013). Peptik ulcer atau tukak peptik merupakan penyakit dengan gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin yang disekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Penyebab utama dari penyakit tukak peptik ialah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, selain bakteri efek samping dari penggunaan obat – obatan dapat menjadi penyebab tukak peptik seperti nonsteroid anti-inflammatory drug (NSAID) ditandai dengan gejala perut terasa perih, mual, dan muntah (Dipiro et al., 2012). Pada kondisi normal, keseimbangan fisiologis antara sekresi asam lambung dan pertahanan mukosa gastroduodenal. Ulkus peptik terjadi ketika keseimbangan antara faktor agresif dan mekanisme pertahanan terganggu. Faktor agresif, seperti non-steroid anti-inflammatory drug (NSAID), infeksi H. pylori, alkohol, garam empedu, asam, dan pepsin, dapat mengubah pertahanan mukosa dengan memungkinkan difusi balik ion hidrogen dan cedera sel epitel berikutnya. Mekanisme pertahanan termasuk sambungan interseluler yang ketat, lendir, aliran darah mukosa, restitusi selular, dan pembaharuan epitel (Anand, 2017). Prevalensi penyakit tukak peptik di Indonesia dari beberapa penelitian antar 6-15% pada usia 20-50 tahun. Prevalensi Penyakit ini dapat disebabkan karena penggunaan aspirin (NSAID) dan dapat juga karena infeksi bakteri. Tukak peptik di Indonesia sebanyak 30.154 dengan angka kematian sebanyak 235 pasien pada kasus rawat inap. Pada tahun 2009 kasus rawat jalan tukak peptik menempati 10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Kemenkes R.I., 2010). Kesalahan cara penanganan sangat besar, sehingga perlu dilakukan evaluasi pola penggunaan obat tukak peptik pada pasien dengan aspek tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien sehingga dapat diharapkan 1.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. keberhasilan dalam terapi. Tujuan terapi tukak peptik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi keluhan, menyembuhkan ulcer, dan dapat mencegah komplikasi dan kekambuhan (Sanusi, 2011). Pemilihan obat yang tepat untuk penyakit tukak peptik tergantung dari penyebabnya. Terapi kombinasi diperlukan pada penyakit ini seperti kombinasi 2 jenis antibiotik dengan Proton Pump Inhibitor (PPI), antibiotik diberikan untuk eradikasi bakteri Helicobacter pylori, sedangkan PPI sebagai terapi yang disebabkan oleh NSAID. Ketidaktepatan indikasi, dosis, obat, dan pasien dapat menyebabkan kegagalan dalam terapi. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan kekambuhan pada penyakit seperti merokok, minum alkohol, sering konsumsi makan cepat saji, dan makanan yang asam. Selain kekambuhan penyakit, dapat terjadi komplikasi pendarahan pada saluran cerna bahkan dapat menyebabkan kanker dan kematian (Sanusi, 2011). Berdasarkan penelitian Rizqah yang berjudul Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer Disease) Di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Tahun 2015 diperoleh kerasionalan terapi pada pasien tukak peptik tepat obat 55%, dan tepat dosis 45% dari 20 kasus (Rizqah, 2016). Berdasarkan permasalahan di atas, sehingga penelitian dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pemilihan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dalam melakukan penelitian ini dikarenakan belum adanya penelitian terkait pola penggunaan obat tukak peptik pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, sehingga keinginan penulis untuk meneliti kerasionalan penggunaan obat pada penyakit tukak peptik. METODE PENELITIAN Desain dan Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non eksperimental dengan subjek penelitian tidak diberikan perlakuan tertentu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan data retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien tukak peptik yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Kriteria 2.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. inklusi pada penelitian ini adalah pasien tukak peptik kelompok dewasa usia ≥18 – 65 tahun (ICD 10 : K27.9) menjalankan rawat inap di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016 – 2018, pasien yang mendapatkan terapi tukak peptik selama menjalani rawat inap. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap, ibu hamil dan atau menyusui, dan pasien komplikasi yang memerlukan penyesuaian dosis (gangguan ginjal, hati, dan kelainan berat badan).. Rekam medis yang ditemukan sebanyak 45 data Jumlah pasien tukak peptik periode Januari 2016-Desember 2018 sebanyak 48 data. -. Eksklusi = 27 5 data dengan umur pasien di atas 65 tahun 3 data dengan umur pasien dibawah 18 tahun 13 data dengan diagnosis tukak peptik sekunder 6 data rekam medis yang tidak lengkap. Jumlah rekam medis yang digunakan dalam penelitian sebanyak 18 data dengan 44 peresepan. Gambar 1. Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018. Pengambilan Data Pengambilan data rekam medis dilakukan dengan mengambil seluruh populasi pasien tukak peptik yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018 yang sudah memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil terdiri dari nama, nomor rekam medis, jenis kelamin, usia, tanggal masuk dan pulang, status pulang, anamnesa, diagnosa, tanda vital, pemeriksaan penunjang (jika ada), nama obat, dosis obat, cara dan waktu pemberian obat selama rawat inap. Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dengan nomor surat 949/KC. 325/2018 dan Komisi Etik 3.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dengan nomor surat 854/C.16/FK/2018. Analisis Data Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif menjadi dua bagian yaitu pola pengobatan dan evaluasi kerasionalan penggunaan obat tukak peptik. Pada jenis obat tukak peptik yang digunakan dilakukan dengan menghitung jumlah kasus kemudian dibagi jumlah seluruh kasus yang kemudian dikali 100%. Tahap selanjutnya, dilakukan evaluasi penggunaan tukak peptik pada pasien tukak peptik berdasarkan tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis yang disesuaikan dengan menggunakan standar Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS) sebagai acuan utama dalam praktek klinis di Rumah Sakit serta Drug Information Handbook 20th Edition sebagai acuan pelengkap. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk persentase dalam tabel. Pada penelitian ini dilakukan tahap penelusuran informasi dimana pada tahap ini melakukan wawancara dengan Apoteker yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pemilihan antibiotik yang diberikan kepada pasien. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 18 kasus dengan 44 peresepan obat tukak peptik pada pasien tukak peptik dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018. Evaluasi pada penelitian ini berfokus pada 4 parameter kerasionalan penggunaan obat yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat regimen dosis obat yang didapatkan oleh pasien pada saat rawat inap. Jenis obat yang digunakan oleh pasien tukak peptik dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018 yaitu Golongan antagonis reseptor H2 (H2RA) yaitu Ranitidine; penghambat pompa proton (PPI) yaitu Omeprazole, Lansoprazole, Pantoprazole, Esomeprazole (Nexium®); dan agen sitoprotektif yaitu Sucralfate (Inpepsa® dan Ulsafate®) tersaji pada Tabel I.. 4.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel I. Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018 Nama Obat. Jumlah. Persentase (%). Antagonis Reseptor H2 (H2RA) Ranitidine. 3. 6,82. Penghambat Pompa Proton (PPI) Omeprazole. 6. 13,64. Lansoprazole. 5. 11,36. Pantoprazole. 15. 34,09. Esomeprazole. 4. 9,09. Sitoprotektif Sucralfate. 11. 25. Total. 44. 100. Tabel II. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Pasien pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018 Parameter. Tepat Pasien. Berdasarkan. Jumlah dan Persentase Tepat. Tidak Tepat. 18 (100 %). 0 (0 %). Total. 18 (100 %). Tabel II mengenai penggunaan obat tukak peptik. berdasarkan parameter tepat pasien menunjukan bahwa dari keseluruhan kasus yaitu sebanyak 18 kasus dengan persentase 100 % tepat pasien. Dalam hal ini dikatakan sebagai tepat pasien karena berdasarkan terapi pengobatan yang ditujukan pada pasien menunjukan tanda dan gejala sesuai gambaran klinis dari tukak peptik sehingga timbulnya diagnosis tukak peptik. Gambaran klinis dari tukak peptik ditandai dengan gejala perut terasa perih (nyeri perut), mual, muntah, dan nyeri pada ulu hari (Dipiro et al., 2012).. 5.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel III. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Indikasi pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018 Parameter. Tepat Indikasi. Jumlah dan Persentase Tepat. Tidak Tepat. 18 (100 %). 0 (0 %). Total. 18 (100 %). Tabel IV. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Obat pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018 Nama Obat. Jumlah. Total. Tepat. Tidak Tepat. Pantoprazole. 15. 0. 15. Sucralfate. 6. 0. 6. Inpepsa® (Sucralfate). 3. 0. 3. Ulsafat® (Sucralfate). 2. 0. 2. Nexium®. 3. 0. 3. Esomeprazole. 1. 0. 1. Lansoprazole. 5. 0. 5. Omeprazole. 6. 0. 6. Ranitidine. 3. 0. 3. Total. 44. 0. 44. Persentase. 100 %. 0%. 100 %. (Esomeprazole). Berdasarkan Tabel III mengenai penggunaan obat tukak peptik berdasarkan parameter tepat indikasi menunjukkan bahwa dari keseluruhan kasus yaitu sebanyak 18 kasus dengan persentase 100 % tepat indikasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai tepat indikasi dapat dilihat dari diagnosa yang diberikan dan terapi yang diresepkan dapat dilihat dari catat rekam medis.. 6.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Berdasarkan Tabel IV mengenai penggunaan obat tukak peptik berdasarkan parameter tepat obat menunjukan bahwa dari keseluruhan kasus yaitu sebanyak 18 kasus dengan 44 peresepan dengan persentase 100 % tepat obat. Obat yang diresepkan sesuai dengan pedoman yang digunakan di Rumah Sakit yaitu Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Evaluasi ketepatan regimen dosis obat tukak peptik pada pasien tukak peptik dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018 yaitu sebanyak 31 peresepan obat tukak peptik dengan persentase 70,45 % tepat regimen dosis sedangkan sebanyak 13 peresepan obat tukak peptik dengan persentase 29,55 % tidak tepat regimen dosis berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS), Drug Information Handbook 20th Edition, dan. Peresepan obat tukak peptik yang tidak tepat regimen dosis meliputi Pantoprazole, Esomeprazole (Nexium®), Lansoprazole, Ranitidine tersaji pada Tabel V. Tabel V. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Dosis Regimen pada Pengobatan Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018 Nama Obat. Jumlah. Total. Tepat. Tidak Tepat. Pantoprazole. 10. 5. 15. Sucralfate. 6. 0. 6. Inpepsa® (Sucralfate). 3. 0. 3. Ulsafat® (Sucralfate). 2. 0. 2. Nexium®. 2. 1. 3. Esomeprazole. -. 1. 1. Lansoprazole. 2. 3. 5. Omeprazole. 6. 0. 6. Ranitidine. -. 3. 3. Total. 31. 13. 44. Persentase. 70,45 %. 29,55 %. (Esomeprazole). 7. 100.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penggunaan Pantoprazole pada kasus 2 (Lampiran 4); 6; 9; 14;16 yaitu 40 mg/ 12 jam. Menurut Drug Information Handbook 20th Edition penggunaan dosis dewasa pantoprazole yang dianjurkan yaitu 40 mg/ hari (Lacy et al., 2011). Menurut Apoteker, dokter menaikkan frekuensi pemberian pantoprazole menjadi 40 mg/ 12 jam dapat dilihat dari kondisi masing-masing pasien. Pada kasus 2 karena pasien mengalami nyeri serta mengalami BAB berwarna hitam sejak 5 hari dan pada kasus lainnya juga sama mengalami muntah darah dan mengalami nyeri pada perut sehingga frekuensi pemberian pantoprazole dinaikan menjadi 40 mg/12 jam supaya mempercepat efek obat. Pemberian pantoprazole 40 mg/ 12 jam digunakan sebagai regimen terapi Helicobacteri pylori dengan kombinasi antibiotik (BNF, 2009). Pada kasus ini tidak dilakukan tes bakteri sehingga tidak diketahui penyebab dari tukak peptik yang dialami pasien. Peningkatan frekuensi pemberian pantoprazole diperlukan pada beberapa hari pertama terapi untuk mempercepat pencapaian hambatan asam maksimal akibatnya pada dosis pertama tidak semua pompa dapat diinaktifkan (McQuaid, 2009; Alexander, 2011). Menurut PIONAS pedoman pemberian pantoprazole yaitu 40 mg/hari dikarenakan durasi dari pantoprazole bertahan 24 jam, sehingga cukup diberikan satu kali sehari tetapi frekuensi pemberian dapat disesuaikan dengan kondisi masing – masing pasien. Pengguaan Nexium® pada kasus 4 (Lampiran 5) dengan dosis 40 mg/ 12 jam. Nexium® yang berisi Esomeprazole dengan penggunaan dosis dewasa yaitu 20-40 mg/ hari (MIMS, 2014). Penggunaan esomeprazole pada kasus 7 dengan dosis 40 mg/12 jam. Menurut Drug Information Handbook 20th Edition penggunaan dosis esomeprazole pada pasien dewasa yang dianjurkan yaitu 20-40 mg/ hari selama kurang dari 10 hari dan dianjurkan mengganti ke sediaan oral bila pasien sudah dapat konsumsi obat secara oral (Lacy et al., 2011). Esomeprazole bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung dengan memblok H+/K+. 8.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ATPase dari. sel. parietal lambung (MedScape, 2019). Frekuensi. pemberian dosis 40mg/ hari tepat, karena sesuai farmakokinetika penghambat pompa proton. Esomeprazole memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 60-90 menit sehingga obat dengan cepat dapat tereliminasi dari sirkulasi sitemik, tetapi durasi hambatan terhadap asam dapat bertahan selama 24 jam dikarenakan terjadi inaktivasi pompa secara ireversibel. Waktu yang diperlukan minimal 18 jam untuk pembentukan molekul pompa H+/K+ ATPase, sehingga dapat diberikan satu kali dalam sehari (McQuaid, 2009; Alexander, 2011). Menurut Apoteker, pada kasus 4 dan 7 pasien mengalami nyeri perut dan muntah darah, sehingga dokter memberikan terapi esomeprazole 40 mg/ 12 jam karena melihat dari kondisi pasien yang membutuhkan efek obat yang cepat. Menurut pedoman PIONAS yaitu dosis esomeprazole diturunkan menjadi 40 mg/ hari karena durasi dari obat ini ialah 24 jam tetapi frekuensi pemberian dapat disesuaikan dengan kondisi pasien (Mirdathilah, 2015). Penggunaan Lansoprazole pada kasus 3; 8 (Lampiran 6); 12 yaitu 30mg/ 12 jam. Berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional penggunaan lansoprazole pada pasien dewasa yaitu 15-30 mg sehari (BPOM RI, 2015). Lansoprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung yang secara spesifik menghambat H+/K+-ATPase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung pada pH <4 (MedScape, 2019). Pada kasus ini pasien diberikan pantoprazole secara intravena pada hari petama dan kedua rawat inap, kemudian penggunaan obat tersebut digantikan menjadi lansoprazole secara oral pada hari ketiga sampai akhir rawat inap. Hal ini terjadi pada kasus 3; 8 (Lampiran 6); 18. Menurut Apoteker, pada kasus dokter meresepkan lansoprazole 2x30mg karena keadaan pasien sudah membaik nyeri pada perut, BAB sudah tidak menunjukan pendarahan, sudah tidak mengalami perut kembung, dan sudah tidak mual dan muntah. Pemberian lansoprazole. 30mg/. 12. jam. digunakan. sebagai. regimen. terapi. Helicobacteri pylori dengan kombinasi antibiotik (BNF, 2009). Eliminasi lansoprazole sangat singkat (60-90 menit) sehingga obat dengan cepat. 9.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. tereliminasi. Durasi dari lansoprazole bertahan hingga 24 jam sehingga cukup diberikan sekali dalam sehari. Menurut PIONAS pemberian lansoprazole yaitu 15-30 mg sehari karena durasi obat ini yaitu 24 jam, tetapi frekuensi pemberian dapat di sesuaikan dengan kondisi masingmasing pasien. Penggunaan Ranitidine pada kasus 13; 14 (Lampiran 7); 18 menggunakan injeksi Ranitidine dengan dosis 50 mg/12 jam secara intravena. Menurut Drug Information Handbook 20th Edition, dosis Ranitidine untuk pasien dewasa yaitu 50 mg/6-8 jam dengan dosis maksimal tidak lebih dari 400 mg/ hari secara intravena maupun intramuskular (Lacy et al., 2011). Ranitidine merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung. Menurut Apoteker, pemberian dosis 50mg/ 12 jam dapat terjadi karena untuk mengatasi efek samping dari obat lain, di rumah sakit biasanya menggunakan ranitidine dengan dosis 50mg/ 12 jam tetapi frekuensi pemberiannya dapat dinaikan. Dalam kasus ini terdapat pemberian terapi kombinasi ranitidine dan pantoprazole, sehingga adanya penyesuaian dosis. Kombinasi H2RA dan PPI tidak disarankan karena dapat menambah biaya pengobatan tanpa meningkatkan khasiatnya (Dipiro, 2012) Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu jumlah data yang didapatkan oleh peneliti sedikit (<30 data), wawancara untuk penggalian informasi hanya dilakukan dengan apoteker sehingga alasan dokter penulis resep dalam menentukan terapi untuk pasien tidak diketahui, dan keterbatasan untuk mengakses pedoman yang digunakan di Rumah Sakit sehingga sulit untuk menetukan penggunaan terapi tukak peptik yang digunakan di Rumah Sakit Bethesda. Beberapa tulisan dalam rekam medis tidak dapat dibaca sehingga sulit untuk melakukan pencatatan, sehingga peneliti harus menanyakan ke petugas rekam medis agar data yang didapatkan tidak salah.. 10.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KESIMPULAN Berdasasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018 data yang digunakan sebanyak 18 kasus dengan 44 peresepan. Seluruh peresepan (100%) dengan parameter tepat pasien, tepat indikasi, dan tepat obat sudah sesuai berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Pada tepat regimen dosis sebanyak 31 peresepan (70,45%) sudah tepat regimen dosis dan sebanyak 13 peresepan (29,55%) tidak tepat regimen dosis berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). SARAN Saran dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu adanya wawancara yang terstruktur dan mendalam dengan dokter dan apoteker terkait penentuan terapi yang diberikan. Diperlukan penulisan data dalam rekam medis secara jelas sehingga mempermudah dilakukannya pembacaan untuk kepentingan penelitian atau evaluasi.. 11.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA Anand, B.S., Katz, J., 2017. Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference, Professor.. Department. Gastroenterology,. of. Baylor. Internal College. Medicine, of. Division. Medicine.. of. Available. from:http://emedicine.medscape.com/. Diakses pada tanggal 3 April 2018. Badan POM RI, 2015. Sistem Saluran Cerna: Antitukak. Pusat Informasi Obat Nasional. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0/13-. antituk accessed February 30th 2019. BNF, 2009. British National Formulary, Edisi 57. England: British Medical Association Royal Pharmacetical of Great Britain. Dipiro, Joseph T, Talbert, Robert L, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, and L. Michael Posey (Ed.), 2012. Pharmacotherapy A Phatopysiologic Approach 9th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies. Guyton A.C, dan Hall, J.E, 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier. Hadi, S., 2013. Gastroenterologi (204–206). Bandung: PT Alumni. McQuaid, K.R., 2009. Drug Used in The Treatment of Gastrointestinal Disease. In: B.G. Katzung,S.B. Masters, A.J. Trevor, eds. Basic and Clinical Pharmacology 11th Edition. New York: McGraw-Hill, 1071-1075. MedScape,. 2019.. Ranitidine.. MedScape. (online). https://reference.medscape.com/drug/zantac-ranitidine-342003 accessed April 30th 2019. MedScape,. 2019.. Lansoprazole.. MedScape. (online). https://reference.medscape.com/drug/prevacid-solu-tab-lansoprazole341991 accessed April 30th 2019.. 12.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MIMS, 2014. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Miradathilah, S., 2015. Kajian Penggunaan Penghambat Pompa Proton di Ruang Rawat Inap Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 40-41. Kementerian. Kesehatan R.I., 2010.. Profil. Kesehatan. Indonesia. 2009,. Kementerian Kesehatan R.I. Jakarta. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L., 2011. Drug Information Handbook 20th Edition. New York: Lexicomp. Rizqah, Nur’aini, dan Noviyanto, Fajrin, 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer Disease) Di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Tahun 2015. Farmagazine. Vol. III No.2, hal. 3338. Sanusi, I. A., 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing.. 13.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 1. Ethical Clearance. 14.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 15.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 3. Definisi Operasional 1. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis tukak peptik pasien dewasa dengan kode ICD 10 : K27.9 yang menggunakan obat tukak peptik di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018 yang dapat dilihat melalui rekam medis. 2. Karakteristik pasien adalah tukak peptik berdasarkan umur (18-65 tahun) dan jenis kelamin. 3. Data rekam medis adalah data yang didapatkan dari bagian rekam medis Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang berkaitan dengan data pasien tukak peptik yang mencantumkan data pengobatan dan perawatan pasien seperti nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, berat badan, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, keadaan pasien saat pulang, anamnesis, diagnosa, pemeriksaan fisik (suhu tubuh, kecepatan denyut nadi, dan kecepatan nafas), catatan penggunaan obat pasien. 4. Tepat obat adalah kesesuaian pemilihan jenis dan golongan obat dengan standar pengobatan PIONAS 2015, Drug Information Handbook 20th Edition, dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. Tepat indikasi dan tepat pasien adalah alasan pemberian obat didasarkan pada indikasi adanya suatu gejala serta diagnosis tukak peptik dan disesuaikan dengan PIONAS 2015, Drug Information Handbook 20th Edition, dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. Tepat regimen dosis adalah kesesuaian takaran pemberian obat dengan standar pengobatan berdasarkan Pionas, 2015, Drug Information Handbook 20th Edition, dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14.. 16.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 4. Kasus 2 FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS Nomor RM: Nama Jenis Kelamin Umur/ BB Anamnesa. Diagnosa Utama Tanda Vital. 00150513 Tanggal Masuk: 25.05.2018 Ny. K Tanggal Keluar : 29.05.2018 P Status Pulang : Perbaikan 64 tahun/ 65 kg Keluhan : LPB, pinggang nyeri, BAB hitam sudah 5 hari Riwayat alergi : Tidak ada Riwayat pengobatan : Tidak ada Anemia ec stres ulcer TD : 140/80 mmHg S : 36,4 0C N : 64x/menit R : 20x/menit Pengobatan. Nama Obat. Dosis. Rute. Obat. Waktu Pemberian obat 25/5. 26/5. 28/5. 29/7. Perimperan. 3x1. iv. v v v v v v v v v v v. Pantoprazole. 40 mg/ 12. iv. v v. v v. v v. jam. 17.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lasix. 1 amp/hari. iv. v. Kalnex. 3x1. iv. v v v v v v. Mecobal. 3x1. iv. v v v v v v v v v. Informasi Tambahan Tidak ada Ketepatan Pasien Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, LPB, pinggang nyeri, BAB hitam sudah 5 hari Ketepatan Indikasi Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik Ketepatan Obat Pemberian pantoprazole tepat untuk mengatasi stress ulcer Ketepatan Dosis Dosis pantoprazole berlebih. 18.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 5. Kasus 4 FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS Nomor RM: Nama Jenis Kelamin Umur/ BB Anamnesa. Diagnosa Utama Tanda Vital. 01159271 Tanggal Masuk: 06.01.2018 Bp. P Tanggal Keluar :09.01.2018 L Status Pulang : Perbaikan 59 tahun Keluhan : BAB berdarah hitam, mengeluh lemas, mual, muntah Riwayat alergi : Tidak ada Riwayat pengobatan : Tidak ada Melena ec peptic ulcer TD : 110/60 mmHg S : 36,7 0C N : 84x/menit R : 20x/menit Pengobatan. Nama Obat. Dosis. Rute. Obat Asam. Waktu Pemberian obat 6/1. 7/1. 8/1. 3x1. iv. v v v v v v v. 2x1. iv. v. v. Tranexamat Vitamin K. 9/1. v. 19.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pantoprazole. 40 mg/. iv. v. v. v. hari Nexium. 40mg/hari. iv. v v. v v. v v. Primperan. 2x1. iv. v. v v. v v. v. Informasi Tambahan Nexium petama kali diberika pada tanggal 6/1 sore hari Ketepatan Pasien Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, BAB berdarah hitam, mengeluh lemas Ketepatan Indikasi Indikasi obat sudah tepat untuk tukak peptik Ketepatan Obat Pemberian Pantoprazole dan Nexium (Esomeprazole) sudah tepat untuk terapi tukak peptik Ketepatan Dosis Dosis Nexium (Esomeprazole) berlebih. 20.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 6. Kasus 8 FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS Nomor RM: Nama Jenis Kelamin Umur/ BB Anamnesa. Diagnosa Utama Tanda Vital. 02068296 Tanggal Masuk : 04.10.2018 Bp. A Tanggal Keluar : 06.10.2018 L Status Pulang : Perbaikan 31 tahun/ 80 kg Keluhan : BAB berdarah, mual, muntah Riwayat alergi : Tidak ada Riwayat pengobatan : Tidak ada Ulcer peptikum TD : 110/80 mmHg S : 37 0C N : 80x/menit R : 20x/menit Pengobatan. Nama Obat. Dosis. Rute. Obat Asam. Waktu Pemberian obat 4/10. 5/10. 6/10. 3x 500 mg. iv. v v v v v v v v v. 40 mg/. iv. v. Tranexamat Pantoprazole. v. 21.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. hari Ceftriaxone. 2 x 1 gram. po. v. v v. v. Sucralfate. 3 x 30 ml. po. v v v. Domperidon. 3x1. oral. v v v. Lansoprazole. 2 x 30 mg. oral. v. v v v. v. Informasi Tambahan Pemeriksaan GDS rutin Ketepatan Pasien Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, nyeri perut Ketepatan Indikasi Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik Ketepatan Obat Pemberian obat Sucralfat, Pantoprazole, Lasoprasole sudah tepat sebagai terapi tukak peptik Ketepatan Dosis Dosis Lansoprazole berlebih Dosis Sucralfate berlebih dalam rentang 2X10 mL/hari sebagai profilaksis duodenal ulcer dengan dosis maksimal 4X10 mL/hari (Lacy, et al., 2011).. 22.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 7. Kasus 14 FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS Nomor RM: Nama Jenis Kelamin Umur/ BB Anamnesa. Diagnosa Utama Tanda Vital. 02066449 Tanggal Masuk : 28.09.2018 Bp. A Tanggal Keluar : 01.10.2018 L Status Pulang : Perbaikan 65 tahun/70 kg Keluhan : BAB hitam, mual, muntah Riwayat alergi : Tidak ada Riwayat pengobatan : Tidak ada Melena ec stress ulcer TD : 130/70 mmHg S : 36,1 0C N : 84x/menit R : 20x/menit Pengobatan. Nama Obat. Dosis. Rute. Obat. 28/9. Ondancentron 2 x1. iv. Pantoprazole. iv. 40 mg/ 12. Waktu Pemberian obat 29/9. 30/9. 1/10. v v v v v v. v v. jam. 23. v.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Ranitidine. 50 mg/ 12. iv. v v. v v. v. jam Omeprazole. 40 mg/. po. v. v. v. hari Tracodia. 3x1. po. v v v v v v v v. Asam. 3 x 500. iv. v v v v v v v v v. Tranexamat. mg. Sucralfate. 3 x 10 ml. po. v v v. Informasi Tambahan Tidak ada Ketepatan Pasien Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, BAB hitam Ketepatan Indikasi Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik Ketepatan Obat Pemberian obat Ranitidine, Pantoprazole, Omeprazole, Sucralfate sudah tepat sebagai terapi tukak peptik Ketepatan Dosis Dosis Pantoprazole berlebih Dosis Ranitidine berlebih. 24.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018” bernama lengkap Ni Luh Made Indiantari Dewi, lahir di Abiansemal, 23 Oktober 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak I Putu Baskara dan Ibu Ni Nyoman Mukiani. Jenjang pendidikan penulis diawali di TK Dewi Gandawati (2002-2003), melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 5 Abiansemal (2003-2009), kemudian pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Abiansemal (20092012) dan SMK Farmasi Bintang Persada (2012-2015). Pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan dan Organisasi yaitu menjadi Koordinator divisi Pengabdian Masyarakat Organisasi BEMF Farmasi 2016-2017; anggota divisi Pendaftaran PEPTIDA 2016; koordinator divisi Liasson Officer PROTON 2017; koordinator divisi Hubungan Masyarakat Desa Mitra I tahun 2016 anggota relawan bakti sosial kerja sama dengan Rotary Club Yogyakarta tahun 2016.. 25.

(38)

Gambar

Tabel I.  Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik  Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Gambar 1.  Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa di  Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018......
Gambar 1. Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa    di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018
Tabel I. Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik Dewasa di  Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat golongan kortikosteroid asma dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali tahun 2013

Sehubungan dengan hasil penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, maka saran yang dapat penulis

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan obat, dosis dan pasien dalam penatalaksanaan terapi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronisdi Instalasi Rawat Inap RSUD

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU dr... EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DEWASA DI

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien dewasa demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun

Apakah jenis DRP yang timbul dalam pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005 yang meliputi : butuh obat

hasil pemeriksaan kultur pus gangren pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 T

Deskripsi pasien tukak peptik berdasarkan lamanya rawat inap &amp; keadaan keluar Dari data yang diperoleh, keadaan keluar pasien yang sembuh dan diijinkan pulang yaitu sebanyak