• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT XYZ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT XYZ)"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (STUDI KASUS PADA PT XYZ). SKRIPSI. Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. HAFIDHAH FACHRINA NIM. 135030407111016. UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS PROGRAM STUDI PERPAJAKAN MALANG 2017.

(2) MOTTO. SETIDAKNYA DIRIKU PERNAH BERJUANG. Sebaik-baiknya Hasil Adalah Berasal dari Usaha yang Tidak Pernah Berhenti dan AllAH menjadi bagian besar dari usaha itu… Karena ALLAH tidak akan salah menempatkan hasil dari usaha para Hambanya.. (Hafidhah Fachrina). i.

(3) ii.

(4) iii.

(5) PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis terkutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur penjiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan serta proses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). Malang, 26 April 2017 Mahasiswa. Hafidhah Fachrina NIM. 13503040711016. iv.

(6) RINGKASAN Hafidhah Fachrina, 2017, “Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT XYZ)”, Kartika Putri Kumalasari, SE, MSA,Ak. 357Hal+xix Penerimaan Negara berasal dari pajak, non pajak, dan hibah. Pajak memberikan kontribusi dalam APBN sekitar 70%. Pemerintah sedang dalam upaya peningkatan realisasi penerimaan pajak melalui kebijakan perpajakan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191 tahun 2015 tentang penilaian kembali untuk tujuan perpajakan dengan memberikan insentif tarif merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Terbitnya PMK 191 tahun 2015 diharapkan dapat mendorong perekonomian Negara setelah terkena dampak inflasi pada tahun 2015. Revaluasi aset tetap merupakan salah satu cara untuk memberbaiki struktur modal melalui Debt to equity ratio, dan menjadi salah satu cara untuk melakukan penghematan pajak penghasilan melalui beban penyusutan. PT XYZ salah satu perusahaan yang ingin mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, tetapi DER perusahaan kurang baik, dan nilai aset tidak menunjukan nilai wajar. Tinjauan empiris yang digunakan memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu meneliti dampak revaluasi aset tetap terhadap penghematan pajak penghasilan. Perbedaan terletak pada objek penelitian serta tujuan penelitian. Tinjauan teoritis yang digunakan untuk menguji hasil adalah standar akuntansi keuangan, laporan keuangan, analisis rasio keuangan, PMK 169 tahun 2015, aset tetap, penyusutan aset tetap, revaluasi aset tetap, PMK No 191 tahun 2015, pajak, pajak penghasilan, penghematan pajak, manajemen pajak. Kerangka berpikir menyesuaikan dengan tujuan penellitian. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu wawancara dan data sekunder yaitu dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis data Creswell (2015) dengan tahapan perencanaan pajak menurut Pohan. Peneliti memfokuskan mengenai kondisi keuangan dan aset tetap PT XYZ, membuat perhitungan alternatinf model perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap dan dampak dari perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap terhadap PT XYZ. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa kondisi keuangan PT XYZ yang laba, aset tetap yang belum menunjukan nilai wajar harus dilakukan penyesuaian dengan fair value. PT XYZ akan melakukan revaluasi aset tetap berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008. Aset tetap yang direvaluasi adalah atas seluruh bagian aset tetap PT XYZ sehingga biaya penilai akan besar. Aset yang mengalami kenaikan adalah tanah dan bangunan. Beban penyusutan bangunan meningkat menjadi Rp. 1.525.722.799. PPh Final yang dibayarkan sebesar Rp. 48.302.009.936. Debt to equity ratio (DER), perbandingan menjadi 1,3:1. Kesimpulan hasil penelitian kondisi keuangan, aset tetap, dan kebijakan PT XYZ apabila melakukan revaluasi aset tetap memiliki dampak terhadap penghematan pajak sesuai dengan model perencanaan pajak. Saran yang diberikan peneliti adalah melakukan revaluasi aset tetap berdasarkan PMK Nomor 79 Tahun 2008 dan mempertimbangkan setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Saran kepada penelitian terdahulu mencari perusahaan yang mengalami kerugian/ penggunaan asetnya besar.. Kata Kunci: Revaluasi Aset Tetap, Perencanaan Pajak, Penghematan Beban Pajak v.

(7) SUMMARY Hafidhah Fachrina, 2017, “Tax Planning to Fixed Asset Revaluation as Income Tax Saving (Case Study of PT XYZ)”, Kartika Putri Kumalasari, SE, MSA,.Ak. 357pages+xix State Revenue came from tax, non–tax, and the grant. Tax gives contribution in State Budget for about 70 percent. The government attempt to increase the tax income realization through tax policy. Minister of Finance Decree No. 191 the year of 2015 about revaluation for the purpose of taxation by giving intensive expense is one of the policies which are issued by the government. Its publication hopefully can urge the State economic after the impact of inflation in 2015. Fixed asset revaluation is one of the ways to fix modal structure through Debt to equity ratio, and become one of the ways to do income tax saving through PT XYZ' depreciation expense. PT XYZ is one of the companies that want to register their shares in Indonesian Stock Exchange, but the company' DER is not good enough. Also, the asset value did not show the rational value. The empirical review of this study had a similarity with the previous study, which was examining the cause of fixed asset revaluation towards the income tax savings. However, object and purpose of this study were different from the previous study. The theoretical review that used to examine the study was financial accounting standard, financial statement, financial ratio analysis, Minister of Finance Decree No. 169 the year of 2015, fixed asset, fixed asset depreciation, fixed asset revaluation, Minister of Finance Decree No. 191 the year of 2015 tax, income tax, income tax saving, and tax management. Conceptual framework of this study adjusted with the aim of this study. The research design of this study was qualitative research using case study approach. The researcher used interview as the primary data and documentation as the secondary data to collect the data. Furthermore, the researcher used Crasswell (2015) data analysis model together with Pohan’s tax planning stages to analyze the data. The researcher focused on the financial condition and the fixed asset of PT XYZ. Moreover, the researcher also made an alternative model of tax planning through fixed asset revaluation along with the impact of the tax planning through fixed asset revaluation towards PT XYZ. The result of the study found that financial condition of PT. XYZ was not indicated rational value. This condition happened on financial profit and fixed asset. Therefore, it is suggested to do fair value adjustment. PT. XYZ will do the revaluation of fixed asset based on Minister of Finance Decree No.79/PMK03/2008. The fixed asset which has been revaluated was including the whole part of fixed asset of PT. XYZ. Consequently, it would increase the appraiser expense. In this case, land and building assets were increased. Depreciation expense of building has increased up to RP. 525.722.799. Final tax income that should be paid was RP. 48. 302.09.936. Debt to equity ratio (DER) result was 1,3:1. In conclusion, fixed asset revaluation of PT. XYZ in financial condition, fixed asset, and the company policy will impact on tax saving based on tax planning model. The researcher suggests that the company have to do fixed asset revaluation based on Minister of Finance Decree No.79/PMK03/2008 and reflect to the government policy. In addition, the researcher also gives suggestion for the previous study to investigate company which experienced in huge usage of asset or loss. Key Words: Fixed Asset Revaluation, Tax Planning, Tax Expenses Saving. vi.

(8) Ku Persembahkan Skripsi Ini Untuk:. Ayahku Aminul Amin dan Ibuku Hidayati yang Telah Membesarkan dan Mendidikku Dengan Agama dan Penuh Kasih Sayang… Serta Keluargaku Tersayang.. Tak lupa untuk bangsaku dan agamaku.. vii.

(9) KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan untuk Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT XYZ)”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus di tempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan program sarjana (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Perpajakan (S.Pn) pada program studi Perpajakan Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Selama proses belajar hingga penulisan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M,Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 3. Bapak Mochammad Iqbal, S.Sos, M.IB, Ph.D selaku Sekertaris Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 4. Bapak Dr. Kadarisman Hidayat, M.Si selaku Ketua Program Studi Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 5. Bapak Yuniadi Mayowan, S.Sos, M.AB selaku Sekertaris Program Studi Perpajakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. 6. Ibu Kartika Putri Kumalassari, SE, MSA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, masukan, ilmu, kritik, saran dan dorongan selama proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.. viii.

(10) 7. Orang Tuaku tercinta, Ayah Amin dan Ibu Hidayati yang tidak pernah putus memberikan doa, dukungan, pengorbanan, dan perhatian penuh mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai. 8. Keluargaku terkasih, kakak Faris, adik Lita, dan keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan dan doa selama menjalani masa perkuliahan sampai akhir perkuliahan. 9. Herangga Rahmad Astanto, teman hidupku yang telah memberikan waktu, tenaga, perhatian, dan dukungan yang tiada henti selama peneliti menyusun skripsi ini. 10. Zunita Mahira Mufidah, sahabat terbaikku yang telah membantu banyak peneliti mulai dari awal masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai, terima kasih atas pengalaman, kenangan, ilmu, kesabaran, perhatian dan waktu yang telah diberikan kepada penulis 11. Teman-teman FGD, lilis, taris, renti, ayu, ali, zunita, firdha, eksa sebagai teman diskusi yang sangat banyak membantu peneliti selama skripsi ini dan atas doroangan, masukan, bantuan dan saran yang selalu diberikan kepada peneliti. 12. Pengurus Harian Himapajak periode 2014, mas lofie, mas agung, mbak nadia, mas fitra, mas fauzi, kak tayu, mas nizar, mas ainun, mas putra, mbak labibah, mbak ulya, zunita, yang telah memberikan banyak pengalaman, pengetahuan, dorongan, dan bantuan selama masa perkuliahan. 13. Pengurus Harian Himapajak periode 2015, mas nizar, kak tayu, mas ainun, lukita, cahyani, jovi, raka, icha, lilis, bayu yang telah memberikan banyak pengalaman, pengetahuan, dorongan, dan bantuan selama masa perkuliahan. ix.

(11) 14. Anggota PSDA Himapajak periode 2014 dan 2015, obay, lilis, eka, sheryl, ucup, nabil, alfi, reta, caca, fajri, johan, theo, napril, mayang, catty, ad’ha, lia, raras, sindya, ken, dan teman-teman seperjuangan lainnya atas kerjasama dan pengalaman yang telah diberikan. 15. Teman-teman Himapajak peiode 2013-2015, yang telah banyak berbagi pengalaman dan ilmu selama peneliti menjalani masa perkuliahan. 16. Sahabat SMA Negeri 2 Malang Munyufam, gandhis, ayum, pipin, eren, oneng yang tiada henti memberikan dorongan, bantuan, dan doa selama peneliti menyelesaikan skripsi ini. 17. Sahabat SMP Negeri 3 Malang FLC, fitra, ayak, pik i, ina, kikik, nanda yang telah memberikan doa dan semangat kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 18. Teman-teman sentolop, mas dhodik, mas nizar, kak tayu, mbak labibah, helwinda, dan zunita atas kenangan, bantuan serta pengalaman yang berarti selama peneliti menjalani masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai. 19. Teman-teman sesama bimbingan, ribka, taris, renti, ayu, astri, rency, mbak dwi, ade vherma, adit, heny, nuna, arief, tyas, nisa yang telah membantu memberikan masukan dan saran serta dorongan kepada peneliti untuk menyelesakan skripsi ini. 20. Teman-teman Pajak B, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak pengalaman dan dorongan selana masa perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.. x.

(12) 21. Teman-teman seperjuangan Perpajakan angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan. satu. persatu. atas. bantuan,. dorongan. selama. peneliti. menyelesaikan skripsi ini. 22. Zulinda dan nining, yang telah memberikan bantaun, dorongan dan doa selama peneliti melakukan penulisan skripsi ini. 23. Teman- teman debate club abm, kak joe, lilis, reza, aida, mbak risna, kukuh, momo, kak angky, mbak eldha, kak sam, lidia, yuli, rafa, dan lainnya atas dukungan selama penulis mengerjakan skripsi. 24. Teman-temanku, cay, camel, eka, bayu, kevin,jovi, arini, tere, erin, tiara, kukuh, raka, izza, dan lainnya yang telah memberikan dorongan, bantuan dan doa selama proses penelitian dan penulisan. 25. Teman-teman AEC, yang telah memberikan banyak pengalaman yang berharga dan bantuan selama peneliti menjalani masa perkuliahan. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun, sangat peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikran yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Malang, April 2017. Penulis. xi.

(13) DAFTAR ISI MOTTO ......................................................................................................................i TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................................... ii TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................iv RINGKASAN............................................................................................................ v SUMMARY ..............................................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv DAFTAR TABEL ..................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii. BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 9 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 D. Kontribusi Penelitian .................................................................. 10 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 11. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13 A. Tinjauan Empiris ........................................................................ 13 B. Tinjauan Teoritis ........................................................................ 16 1. Standart Akuntasi Keuangan ................................................ 16 2. Laporan Keuangan .............................................................. 20 a. Definisi Laporan Keuangan ........................................... 20 b. Tujuan Laporan Keuangan ............................................ 20 c. Unsur dan Komponen Laporan Keuangan .................... 21 d. Laporan Keuangan Fiskal .............................................. 28 e. Rekonsiliasi Fiskal ........................................................ 28 3. Analisis Rasio Keuangan ..................................................... 29 a. Rasio Likiuditas ............................................................. 29 xii.

(14) b. Rasio Leverage .............................................................. 32 c. Rasio Aktivitas .............................................................. 33 d. PMK 169/PMK.010/2015 ............................................. 34 4. Aset Tetap ............................................................................ 37 a. Definisi Aset Tetap ........................................................ 38 b. Pengakuan Aset Tetap ................................................... 38 c. Biaya Perolehan Awal ................................................... 38 d. Pengukuran Awal Biaya Perolehan ............................... 39 e. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal ........................... 39 5. Penyusutan Aset Tetap ......................................................... 40 6. Revaluasi Aset Tetap ........................................................... 49 a. Revaluasi Aset Tetap Menurut Ketentuan Akuntansi .... 49 b. Revaluasi Aset Tetap Menurut Ketentuan Perpajakan .. 50 c. Selisih Kurang dan Lebih atas Revaluasi Aset Tetap..... 53 7. PMK Nomor 191/PMK.010/2015 ....................................... 54 8. Penilaian ............................................................................... 57 9. Pajak ..................................................................................... 59 a. Pengertian Pajak ............................................................. 59 b. Fungsi Pajak ................................................................... 61 c. Pengelompokkan Pajak .................................................. 61 d. Administrasi Perpajakan................................................. 63 10. Pajak Penghasilan Badan...................................................... 64 a. Pengertian Penghasilan................................................... 64 b. Pengertian Pajak Penghasilan ......................................... 65 c. Subjek dan Non Subjek Pajak Penghasilan .................... 66 d. Objek Pajak Penghasilan ................................................ 67 e. Non Objek Pajak Penghasilan ........................................ 67 f. Biaya-biaya yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto ............................................................................... 69 g. Biaya-biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto .......................................................... 71 h. Pajak Penghasilan Terutang Badan ................................ 72 i. Beban Pajak .................................................................... 75 11. Penghematan Pajak............................................................... 76 xiii.

(15) 12. Manajemen Pajak ................................................................. 77 a. Perencanaan Pajak .......................................................... 78 C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 82 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 84 A. Jenis Penelitian .......................................................................... 84 B. Fokus Penelitian ......................................................................... 85 C. Lokasi Penelitian ........................................................................ 86 D. Sumber Data ............................................................................... 87 E. Teknik Pemilihan Informan........................................................ 89 F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 90 G. Instrumen Penelitian ................................................................... 91 H. Analisis Data .............................................................................. 92 I. Validitas Data ............................................................................. 96. BAB IV. PEMBAHASAN.............................................................................. 99 A. Gambaran Umum ....................................................................... 99 B. Penyajian Data .......................................................................... 112 C. Analisis Data ............................................................................ 140 D. Pembahasan .............................................................................. 211. BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 233 A. Kesimpulan ............................................................................... 233 B. Saran ......................................................................................... 234. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 237 LAMPIRAN .......................................................................................................... 241. xiv.

(16) DAFTAR GAMBAR. No.. Judul Gambar. Halaman. 1. 2. 3. 4. 5. 6.. Gambar 1.1 Pendapatan Perkapita Indonesia.......................... Gambar 1.2 Realisasi Penerimaan Pajak 2015........................ Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan PDB Indonesia...................... Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran............................................ Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis John Creswell.......... Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT XYZ …………............... xv. 1 3 4 82 94 103.

(17) DAFTAR TABEL. No. Judul Gambar. Halaman. 1.. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu. 15. 2.. Tabel 2.2 Tarif Penyusutan Harta Berwujud. 43. 3.. Tabel 2.3 Jenis-Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk. 44. Dalam Kelompok 1 4.. Tabel 2.4 Jenis-Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk. 45. Dalam Kelompok 2 5.. Tabel 2.5 Jenis-Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk. 47. Dalam Kelompok 3 6.. Tabel 2.6 Jenis-Jenis Harta Berwujud Yang Termasuk. 48. Dalam Kelompok 4 7.. Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan. 113. Komprehensif Lain PT XYZ per 31 Desember 2016 8.. Tabel 4.2 Laporan Posisi Keuangan PT XYZ. 114. 9.. Tabel 4.3 Analisis Rasio Keuangan PT XYZ Tahun 2016. 115. 10. Tabel 4.4 Daftar Aset Tetap PT XYZ per 31 Desember. 116. 2016 11. Tabel 4.5 Metode Penyusutan PT XYZ. 117. 12. Tabel 4.6 Nilai Buku Aset Tetap PT XYZ Setelah. 125. Revaluasi Aset Tetap 13. Tabel 4.7 Perhitungan PPh Final Menurut PMK Nomor. 126. 79 Tahun 2008 14. Tabel 4.8 Perhitungan PPh Final Menurut PMK Nomor. 128. 191 Tahun 2015 dengan Tarif 3% 15. Tabel 4.9 Perhitungan PPh Final Menurut PMK Nomor. 128. 191 Tahun 2015 dengan Tarif 4% 16. Tabel 4.10 Perhitungan PPh Final Menurut PMK Nomor 191 Tahun 2015 dengan Tarif 6%. xvi. 129.

(18) No. Judul Gambar. Halaman. 17. Tabel 4.11 Perhitungan Model Perencanaan Pajak Atas. 130. Bangunan PT XYZ 18. Tabel 4.12 Perhitungan Penghematan Pajak yang. 131. diperoleh PT XYZ Selama Tambahan Masa Manfaat Tarif 10% 19. Tabel 4.13 Perhitungan Penghematan Pajak yang. 132. Diperoleh PT XYZ Selama Tambahan Masa Manfaat dengan Tarif 3% 20. Tabel 4.14 Perhitungan Model Perencanaan Pajak Atas. 133. Bangunan PT XYZ 21. Tabel 4.15 Perhitungan Penghematan Pajak yang Diperoleh. 134. PT XYZ Selama Tambahan Masa Manfaat dengan Tarif 10%. 22.. Tabel 4.16 Perhitungan Penghematan Pajak yang. 134. Diperoleh PT XYZ Selama Tambahan Masa Manfaat dengan Tarif 3% 23. Tabel 4.17 Beban Penyusutan dan masa manfaat apabila. 134. melakukan dan tidak melakukan revaluasi aset tetap (Bangunan pada contoh penyajian data tabel 4.11) 24. Tabel 4.18 Perbandingan Beban Penyusutan Bangunan PT. 138. XYZ. 25. Tabel 4.19 Pajak Penghasilan (PPh) Final PT XYZ. 139. apabila melakukan revaluasi aset tetap dan tidak melakukan revaluasi aset tetap 26. Tabel 4.20 Perubahan Aset Tetap PT XYZ Setelah. 139. Melakukan Revaluasi Aset Tetap 27. Tabel 4.21 Debt to Equity Ratio PT XYZ setelah melakukan revaluasi aset tetap. xvii. 168.

(19) DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Lampiran. Halaman. I. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain. 241. untuk Tahun-tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2016 II. Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2016. 242. III. Daftar Aset Tetap PT XYZ Per 31 Desember 2016. 243. IV. Daftar Tanah PT XYZ Per 31 Desember 2016. 244. V. Daftar Tanah Setelah Revaluasi PT XYZ. 247. VI. Daftar Bangunan PT XYZ Per 31 Desember 2016. 249. VII. Daftar Aset Tetap PT XYZ untuk Kelompok I Per 31. 251. Desember 2016 VIII. Daftar Aset Tetap PT XYZ untuk Kelompok II. 268. (Perlengkapan Proyek) Per 31 Desember 2016 IX. Daftar Aset Tetap PT XYZ untuk Kelompok II. 274. (Kendaraan) Per 31 Desember 2016 X. Daftar Aset Tetap PT XYZ untuk Kelompok II (Sewa. 276. Guna Usaha) Per 31 Desember 2016 XI. Perbandingan Penghematan Jika Melakukan Revaluasi. 287. Aset Tetap Dengan Tidak Melakukan Revaluasi Aset Tetap XII. Surat Keputusan Pengurus Pusat Masyarakat Profesi. 331. Penilai Indonesia tentang Standar Imbalan Jasa Usaha Penilai XIII XIV. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.03/2009 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008. xviii. 338 345.

(20) No. Judul Lampiran. Halaman. XV. Pedoman Wawancara PT XYZ. 350. XVI. Protokol Penelitian. 352. XVII. Transkrip Wawancara PT XYZ. 353. XVIII Tabel Penyajian Data Primer dan Data Sekunder. xix. 130.

(21) BAB I. PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang atau negara yang memiliki. pendapatan menengah kebawah (low middle) (World Bank, 2016). Indonesia dapat dikatakan sebagai negara berkembang salah satunya dilihat dari indikator Bank Dunia dalam mengklasifikasikan negara-negara di dunia. Bank dunia membagi negara menjadi empat klasifikasi berdasarkan pendapatan per kapitanya, yaitu negara berpenghasilan rendah, menengah rendah, menengah tinggi, dan tinggi. Indonesia masuk dalam klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah (Lower middle income), yakni negara yang memiliki pendapatan perkapita antara US $766- $3.035. Dibuktikan dengan Indonesia memiliki pendapatan per kapita pada tahun 2015 sebesar 5,82 Triliun (World Bank, 2016).. Gambar 1.1 Pendapatan Perkapita Indonesia Sumber: Worlbank, 2016. 1.

(22) 2. Berdasarkan gambar 1.1 pada halaman 1 menunjukan, bahwa Indonesia masih berada pada level pendapatan menengah kebawah, walaupun grafik menunjukan adanya peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya, tetapi masih mendekati garis yang merupakan batas maksimum negara tersebut termasuk dalam negara yang memiliki pendapatan menengah kebawah (World bank, 2016). Selain Bank Dunia, OECD juga mengklasifikasikan Indonesia dalam negara berkembang berdasarkan pendapatan nasional negara. Empat klasifikasi negara berkembang menurut pendapatan nasionalnya yaitu, negara berpenghasilan rendah <US $600, negara penghasil minyak, negara berkembang bukan penghasil minyak, dan negara Industri Baru. Indonesia merupakan negara berkembang penghasil minyak (OECD, 2016). Indonesia sebagai negara berkembang sedang dalam upaya memaksimalkan potensi penerimaan Negara. Penerimaan negara berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia dibagi menjadi tiga sumber penerimaan yaitu, penerimaan pajak, bukan pajak dan hibah (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003). Pajak menjadi penyumbang penerimaan negara yang paling besar diantara sumber penerimaan lainnya yaitu sekitar 70% (Iqbal, 2015). Sektor Pajak yang menjadi penyumbang paling besar adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Iqbal, 2015). Berdasarkan APBN PPh badan non migas menyumbang penghasilan pajak sebesar 53% (kementrian keuangan, 2016) terlihat pada gambar 1.2 pada halaman 3. Berdasarkan gambar 1.2 realisasi penerimaa pada tahun 2016, pajak memiliki kontribusi sebesar 88% dibandingkan dengan kepabeanan dan cukai yaitu sebesar 12%. Artinya, Negara masih bertumpu pada penerimaan pajak. Berkaitan dengan hal.

(23) 3. tersebut, pemerintah berupaya untuk memaksimalkan penerimaan Negara dari sektor pajak melalui kebijakan. pajak. yang. oleh. dibuat. pemerintah.. Gambar 1.2 Realisasi Penerimaan Pajak 2015 Sumber: Kementrian Keuangan, (2015) Kebijakan pajak untuk memaksimalkan dan mencapai target penerimaan pajak dapat dilakukan dengan memberi berbagai fasilitas salah satunya berupa insentif tarif pajak. Insentif tarif pajak merupakan bentuk perangsang untuk mendorong suatu perekonomian negara. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengeluarkan kebijakan dalam bidang perpajakan yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/010/2015 tentang insentif tarif revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan pengajuan permohonan pada tahun 2015 dan 2016, dan PMK Nomor 169/010/2015 tentang stuktur Debt to Equity Ratio (DER). Kedua peraturan ini sangat berkaitan dan saling memberikan pengaruh. PMK 191 Tahun 2015 dikeluarkan dilatarbelakangi.

(24) 4. oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri, yang diperkirakan tidak akan mencapai 5% dalam tahun 2015, dan sekitar 5%-5,3% pada tahun 2016, dan rendahnya pertumbuhan ekonomi global (liputan6,2016). Tingkat inflasi domestik juga bahkan di bawah 3% pada tahun 2015, yang secara tidak langsung menunjukkan rendahnya permintaan dan antusiasme konsumen untuk membelanjakan uangnya (Furniture Indonesia, 2015). Hal tersebut dapat dilihat dalam grafik laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Tahun 2014-2016 yang masih berjalan.. Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik,2016 Dari gambar 1.3 dapat dilihat bahwa pada Triwulan II dan III pada tahun 2016 Indonesia mengalami penurunan PDB. PMK 191 diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan modal perusahaan melalui struktur debt to equity ratio (DER) yang dapat didukung salah satunya melalui pelaksanaan revaluasi aset tetap. PMK Nomor 191 memberikan insentif tarif pajak atas selisih kenaikan revaluasi aset tetap sebesar 3%, 4%, 6% dan 10% tergantung pada waktu pengajuan permohonan. Peraturan ini berlaku pada tahun 2015 dan 2016. Insentif tarif tersebut diberikan salah satunya untuk menarik minat perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap..

(25) 5. Pemerintah merefleksikan pada pelaksanaan revaluasi aset tetap yang pernah diimplementasikan 15 tahun yang lalu, adanya peraturan terkait revaluasi aset tetap dapat menyelamatkan PT. PLN Persero dalam mengatasi ancaman kebangkrutan. PT. PLN Persero hanya memiliki modal sebesar 9 Triliun, kemudian mengajukan pinjaman kepada pemerintah, namun pemerintah menyarankan untuk melakukan revaluasi aset tetap dan hasilnya PLN dapat menyeimbangkan antara utang dan modalnya (liputan6,2015). Kondisi tersebut tidak dapat dipersamakan dengan kondisi pada beberapa tahun sekarang, tetapi pengalaman diberlakukannya peraturan revaluasi aset tetap tersebut dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah agar tujuan dari kebijakan revaluasi aset tetap dapat tercapai. Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap dipasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehinga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar (Waluyo, 2011:78). Implementasi revaluasi aset tetap yang dilakukan. perusahaan. merupakan. salah. satu. bentuk. perencanaan. pajak. (Suandy,2016:54). Perencanaan pajak merupakan salah satu langkah dari manajemen pajak. Menurut Lysons Susan M dalam Suandy menyebutkan “Tax Planning is arguments of a person’s business and/or private affairs in order to minimize tax liability”. Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan beberapa cara dan metode selama masih dalam koridor peraturan perpajakan. Revaluasi aset tetap dapat menjadi salah satu langkah strategis perusahaan untuk perencanaan perusahaan. Salah satu manfaat dilakukannya perencanaan pajak adalah penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya yang dapat dikurangi.

(26) 6. (Pohan, 2013:5). Revaluasi aset tetap dilakukan maka nilai wajar akan digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan aset yang direvaluasi. Nilai aset mengalami kenaikan maka beban penyusutan juga akan naik. Beban penyusutan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan (Deductible Expenses) dalam perhitungan pajak penghasilan (Suandy, 2016:15). Beban pajak yang tinggi akan menyebabkkan laba yang diperoleh rendah sehingga pajak yang dikenakan juga rendah. Revaluasi aset tetap digunakan untuk mencapai tujuan dan mendapatkan manfaat dari perencanaan pajak bagi perusahaan. Aset tetap merupakan salah satu komponen yang penting dalam suatu entitas usaha, karena digunakan untuk menjalankan opersi perusahaan (Pardiat, 2010:15). Perusahaan dapat menikmati capital gain karena peningkatan nilai buku melalui penyusutan aset selama sisa manfaat umur ekonomisnya (Priantara, 2015:172). Keuntungan tersebut akan menjadi motivasi tersendiri bagi perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap. Revaluasi aset tetap utamanya adalah untuk meningkatkan struktur modal melalui kenaikan nilai aset tetap. Revaluasi aset tetap dapat digunakan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan. Tujuan revaluasi aset tetap dapat dibedakan menjadi tiga yaitu secara akuntansi, perpajakan, dan akuntansi dan perpajakan, (Buletin teknis edisi 3 IAI, 2015). Perbedaan antara keduanya adalah pada obyek yang direvaluasi dan jangka waktu aset tetap tersebut boleh dilakukan revaluasi. Revaluasi aset tetap dalam hal tujuan perpajakan, Wajib Pajak diperbolehkan untuk melakukan revaluasi aset tetap dengan menilai kembali aset tetap yang sebelumnya dibukukan berdasarkan harga perolehan kemudian disesuaikan. Revaluasi aset tetap menurut perpajakan boleh dilakukan setelah melewati jangka waktu 5 tahun aset tetap tersebut direvaluasi, sedangkan menurut akuntansi revaluasi di lakukan selama aset tetap tidak menunjukan nilai yang.

(27) 7. wajar secara material (Priantara, 2015:176). Revaluasi aset tetap menurut perpajakan harus mengajukan permohonan kepada Direktoral Jendral Pajak (Priantara, 2015:176). Perusahaan ingin melakukan revaluasi tetap untuk akuntansi maupun perpajakan, atas selisih lebih dari revaluasi aset tetap akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) (Waluyo, 2014:57). Perbedaan secara akuntansi dan perpajakan menjadi pertimbangan bagi Wajib Pajak/ perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap agar tujuan perusahaan tercapai. Tujuan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap untuk meningkatkan nilai asetnya secara akuntansi yang secara tidak langsung akan memperbaiki struktur Debt to Equity Ratio perusahaan. Pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap adalah tarif PPh (Suandy, 2016:49). Jika melakukan revaluasi aset tetap maka hanya dikenakan tarif paling besar 10% yaitu PPh final atas selisih lebih revaluasi aset tetap. Revaluasi aset tetap tidak untuk tujuan perpajakan maka selisih lebih nilai aset tetap yang diakui perusahaan akan dikenakan tarif 25% sesuai dengan tarif PPh Badan. Perbedaan tarif pajak PPh atas revaluasi aset tetap dapat menjadi pertimbangan tersendiri untuk menjadi salah satu strategi untuk melakukan perencanaan pajak perusahaan. Pertimbangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah jenis aset yang akan direvaluasi. Aset tetap berupa tanah tidak akan menguntungkan dari sisi penghematan pajaknya, karena tidak dapat disusutkan (Pardiat, 2010:17). Perusahaan harus melihat apakah nilai tanah akan berdampak signifikan terhadap PPh final yang harus di bayarkan, selain dilihat dampak dari kenaikan nilai tanah untuk memperbaiki struktur DER perusahaan. Revaluasi aset tetap akan menarik apabila perusahaan ingin mengembangkan usaha untuk menarik investor melalui perbaikan struktur modal perusahaan..

(28) 8. Perusahaan yang ingin go public akan berupaya untuk memperbaiki keuangan untuk menunjukan kinerja yang baik. PT XYZ merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya adalah bergerak di bidang konstruksi yang memiliki beberapa spesifikasi kegiatan usaha, seperti jasa konstruksi, konsultan konstruksi, investasi, pembuatan alat konstruksi, dan sebagainya. Pada tahun 2015, PT XYZ sedang dalam mengupayakan untuk saham PT XYZ dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau dengan kata lain ingin menjadi perusahaan go public PT XYZ memiliki aset tetap yang nilainya cukup besar, namun aset tetap PT XYZ belum mencerminkan nilai wajar sesuai dengan standart akuntansi keuangan (SAK) yang mengadopsi International Financial Report Statement (IFRS). SAK berbasis IFRS memberikan pilihan untuk perusahaan menggunakan model revaluasi dalam menunjukan nilai wajar dari aset perusahaan yang ingin go public. Manajemen PT XYZ mengeluarkan surat perintah direktur pada 2015 untuk merencanakan revaluasi aset tetap, namun baru akan melakukan revaluasi aset tetap pada tahun 2017 dan belum menentukan revaluasi aset tetap akan dilakukan berdasarkan akuntansi atau pajak. Strategi dan perencanaan harus dilakukan oleh PT XYZ dengan melihat potensi-potensi aset lainnya yang dapat membantu keuangan perusahaan. Revaluasi aset tetap diharapkan perusahaan akan memberikan dampak baik ke segala sisi terutama terkait dengan tujuan perusahaan untuk melakukan revaluasi aset tetap yaitu peningkatan struktur modal. PT XYZ dalam hal ini perlu untuk mempertimbangkan dari sisi perpajakan seperti pembahasan sebelumnya yaitu tarif pajak penghasilan atas revaluasi aset tetap perusahaan yang akan berpengaruh terhadap beban pajak penghasilan perusahaan. Pajak penghasilan PT XYZ sebagian besar adalah pajak.

(29) 9. penghasilan yang bersifat final, sehingga apabila akan melakukan revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan perlu analisis dan pertimbangan lebih dalam. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam bagaimana perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap sebagai upaya untuk penghematan pajak penghasilan dan apakah revaluasi aset tetap berdampak terhadap perusahaan yang sebagian besar pajak penghasilan bersifat final, sehingga peneliti mangambil judul “Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada PT. XYZ)” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dibahas yaitu:. 1. Bagaimana kondisi keuangan dan aset tetap perusahaan PT XYZ sebelum melakukan revaluasi aset tetap? 2. Bagaimana perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap sebagai upaya penghematan Pajak Penghasilan PT XYZ? 3. Bagaimana dampak dari perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap sebagai upaya penghematan Pajak Penghasilan PT XYZ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan di bahas yaitu:. 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan dan aset tetap perusahaan PT XYZ sebelum melakukan revaluasi aset tetap;.

(30) 10. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap sebagai upaya penghematan Pajak Penghasilan PT XYZ; 3. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak dari perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap sebagai upaya penghematan Pajak Penghasilan PT XYZ. D. Kontribusi Penelitian Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi baik itu secara akademis maupun praktis, sebagai berikut: 1. Kontribusi secara Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan di bidang perpajakan khususnya pada pajak atas penilaian kembali aset Tetap. Penelitian ini dapat menjadi referensi data dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah wawasan peneliti dalam memahami bagaimana dampak revaluasi aset tetap sebagai upaya penghematan pajak dan strategi dalam kebijakan ekonomi makro yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong perekonomian melalui kebijakan perpajakan. Memberikan wawasan bagi para akademisi untuk membahas lebih jelas tentang penerapan dan dampak dari revaluasi aset tetap dalam berbagai kemungkinan kondisi yang akan di hadapi dalam praktiknya. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang model perencanaan pajak untuk revaluasi aset tetap yang dapat digunakan sebagai referensi dalam membuat perencanaan pajak. 2. Kontribusi secara Praktis Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan PT XYZ yang mengimplementasikan revaluasi aset tetap sebagai alat untuk melakukan.

(31) 11. perencanaan pajak sebagai upaya penghematan beban pajak perusahaan yang akan berdampak pada perusahaan. Manfaat yang dapat diperoleh oleh PT XYZ adalah sumbang saran dan bahan pertimbangan untuk melakukan perencanaan pajak bagi perusahaan dalam penerapan revaluasi aset tetap berkaitan dengan resiko, keuntungan, dan kelebihan dari perencanaan pajak melalui revaluasi aset tetap. PT XYZ dapat memiliki referensi dalam pengambilan keputusan yang tepat. Perusahaan lain yang ingin melakukan revaluasi aset tetap. E. Sistematika Pembahaasan Sistematika pembahasan yang digunakan penulis dalam penelitiaan ini terdiri dari 5 (lima) bab, masing-masing terbagi menjadi beberapa sub-bab. Adapun susunan dan perincian bab-bab adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang peneliti mengambil topik dan judul penelitian, menjelaskan fenomena yang terjadi kaitannya. dengan. revaluasi. aset. tetap. sebagai. upaya. penghematan pajak, perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan dan analisis permasalahan yang ada. Tinjauan pustaka ini meliputi penelitian terdahulu, landasan teori mengenai judul yang diambil, dan kerangka pemikiran penulis..

(32) 12. BAB III. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang pendekatan penelitian, fokus penelitian, pemilihan lokasi penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan informan teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan metode analisis data, validitas dan realibilitas.. BAB IV. PEMBAHASAN Bab pembahasan ini berisi mengenai gambaran umum perusahaan, penyajian data yang diambil dari beberapa sumber yaitu perusahaan, penilai dan kosultan pajak, pembahasan alternatif. perhitungan. revaluasi. aset. tetap. untuk. mengefisiensikan beban pajak penghasilan PT XYZ yang sesuai dengan kondisi keuangan dan aset tetap perusahaan. Pembahasan tentang dampak dari alternatif yang diberikan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen PT XYZ. BAB V. PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan kepada perusahaan dan pihak lain agar memiliki bahan referensi dalam perencanaan pajaknya melalui revaluasi aset tetap..

(33) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A.. Tinjauan Empiris Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber data yang dibutuhkan. oleh peneliti guna menunjang analisis dan landasan teori yang ada. Penelitian terdahulu tersebut secara garis besar memiliki hubungan terkait dengan penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu tersebut adalah: 1. Luthfita Ayu Diarta (2016) yang meneliti tentang “Dampak Revaluasi Tetap (PMK Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2016) Terhadap Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan (Studi Kasus Pada PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk)”. Hasil dari penelitian ini adalah dampak yang ditimbulkan Debt to Equity Ratio dari revaluasi aset tetap, nilai aset PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mengalami kenaikan yang signifikan. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif ini memberikan pilihan perhitungan atas Revaluasi Aktiva Tetap dari sisi perpajakan dan akuntansi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini selain Debt to Equity Ratio adalah revaluasi aset tetap tidak dapat menghemat pajak bagi PT Japfa Comfeed tidak mengalami kenaikan terhadap aset yang direvaluasi, selain itu beban pajak tangguhan bertambah sebesar Rp. 25.088.000. Penelitian ini berfokus pada evaluasi atas implementasi perencanaan pajak yang telah dilakukan oleh PT Japfa Comfeed.. 13.

(34) 14. 2. R.Bernadinus. Chrisdianto. dan. Yunus. Yohanes. Biu. Katik. (2011) yang meneliti tentang “Evaluasi Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap untuk Meminimalkan Beban Pajak Perusahaan(Studi Kasus Pada PT X)”. Hasil dari penelitian ini menyatakan aset tetap tanah, bangunan dan prasarana pada tahun 2010 berdampak pada nilai buku yang lebih menunjukan nilai wajar. Beban penyusutan lebih besar maka pada laporan laba rugi perusahaan PT X menunjukan bahwa beban pajak yang harus dibayarkan jauh lebih rendah dibandingkan PT X tidak melakukan revaluasi. 3. Eiston Naedak (2011) yang meneliti tentang “Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Penghematan Pajak Pada PT Kabelindo Murni”. Hasil dari penelitian ini adalah revaluasi aktiva tetap berpengaruh terhadap saldo laba perusahaan mengakibatkan penurunan laba perusahaan sehingga dasar pengenaan pajak penghasilan semakin kecil. Revaluasi bukan merupakan aktivitas yang rutin sehingga dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tenaga yang profesional sehingga perlu dilakukan pertimbangan dan perhitungan untuk mengetahui beban dan biaya yang dikeluarkan selain itu karena aset yang direvaluasi hanya sebagian aset tetap yang dimiliki oleh PT Kabelindo Murni. 4. Hudan Akbar Ramadhan (2011) yang meneliti tentang “Analisis Revaluasi Aset Tetap Terhadap Penghematan Pajak Penghasilan Pada PT INKA Madiun.” Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah dampak dari revaluasi aktiva tetap bagi PT INKA Madiun tidak dapat menghemat pajak karena pajak atas revaluasi aktiva tetap lebih besar. Hal ini disebabkan.

(35) 15. karena kondisi aset yang dimiliki PT INKA Madiun tidak memberikan dampak secara signifikan terhadap pendanaan perusahaan selain itu biaya yang dikeluarkan untuk merevaluasi aset lebih besar dibandingkan penghematan Pajak yang diperoleh. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi perbandingan bagi peneliti, diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 (satu): Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama Judul 1. Luthfita Dampak Ayu Revaluasi Diarta Tetap (PMK (2016) Nomor 191 dan Nomor 233 Tahun 2016) Terhadap Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan (Studi Kasus Pada PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk). 2.. Hasil Dampak yang ditimbulan Debt to Equity Ratio turun karena revaluasi aset tetap, nilai aset PT Japfa Comfeed Indonesi Tbk mengalami kenaikan dan adanya penghematan pajak. Persamaan Meneliti dampak Revaluasi aktiva tetap melalui PMK 191 Tahun 2015.. Perbedaan Tujuan Penelitian yang berfokus pada dampak dari implementa si revaluasi aset tetap. Lokasi penelitian pada perusahaan alumunium di Sidoarjo, fokus penelitian tidak ke akuntansi. R. Evaluasi Aset tetap Membahas Tujuan Bernadi Perencanaan tanah, tentang penelitian nus Pajak Melalui bangunan dan perencanaan untuk Chrisdia Revaluasi Aset prasarana pajak melalui mengevalua nto dan Tetap untuk pada tahun revaluasi aset si Yunus Meminimalkan 2010 tetap untuk perencanaan Yohane Beban Pajak berdampak meminimalka pajak PT X. s Biu Perusahaan. pada nilai n beban pajak Melihat dari Katik (Studi Kasus buku yang perusahaan. PMK 191 (2011) Pada PT X) lebih Tahun 2015 menunjukan dan tidak nilai wajar. melakukan Beban evaluasi penyusutan terhadap.

(36) 16. lebih besar dan pajak yang dibayarkan perusahaan saat melakukan revaluasi aset tetap. No Nama Judul Hasil 3. Eiston Pengaruh Revaluasi Naedak Revaluasi aktiva tetap (2011) Aktiva Tetap berpengaruh Terhadap terhadap Penghematan saldo laba Pajak Pada PT perusahaan Kabelindo mengakibatk Murni an penurunan laba perusahaan sehingga dasar pengenaan pajak penghasilan semakin kecil. 4. Hudan Analisis Dampak dari Akbar Revaluasi Aset revaluasi Ramadh Tetap aktiva tetap an Terhadap bagi PT (2011) Penghematan INKA Pajak Madiun tidak Penghasilan dapat Pada PT. menghemat INKA Madiun pajak karena pajak atas revaluasi aktiva tetap lebih besar. Sumber: Data diolah Peneliti, (2016) B.. Tinjauan Teoritis 1. Standar Akuntansi Keuangan. revaluasi yang telah dilakukan.. Persamaan Meneliti dampak Revaluasi aktiva tetap untuk penghematan pajak perusahaan dan jenis perusahaan yang sejenis.. Melihat dari PMK 191 Tahun 2015 dan tidak melakukan evaluasi terhadap revaluasi yang telah dilakukan perusahaan. Perbedaan Metode penelitian yang digunakan berbeda yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian yang digunakan berbeda yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

(37) 17. Standar akuntansi keuangan diperlukan karena pengguna laporan keuangan beragam yang memiliki kebutuhan yang berbeda. Penyusunan laporan keuangan tidak mungkin untuk menjelaskan kepada pihak eksternal cara, asumsi dan konsep dasar penyusunan laporan keuangan sehingga diperlukan keseragaman dalam penyajian untuk memudahkan pemakai dalam membaca dan menganalisis laporan keuangan. Menurut Martani (2016:15) standar berfungsi memeberikan acuan dan pedoman dalam penyususnan laporan keuangan sehingga laporan keuangan antar entitas menjadi lebih seragam. Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan. Menurut Martani (2016:15) standar akuntansi terdiri atas konseptual penyusunan laporan keuangan dan pernyataan standar akuntansi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisikan pedoman untuk penyusunan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan (Martani,2016:16). Menurut Waluyo (2014:8) Saat ini hanya ada dua standar akuntansi yang banyak dijadikan referensi atau di adopsi di dunia yaitu International Financial Reporting Standar (IFRS) dan US Generally Accepted Accounting Principle (US-GAAP). IFRS disusun oleh International Accounting Standart sedangkan US-GAAP oleh Financial Accounting Standar Board (FASB). Menurut Ilyas dan Priantara (2015:6) Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri dari empat standar yaitu Standar Akuntansi Keuangan. (SAK),. Standar. Akuntansi. Keuangan. Entitas. Tanpa.

(38) 18. Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah), dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Menurut Martani (2016:15) Standar Akuntansi Keuangan merupakan standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yang entitas terdaftar atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fudisia (yang menggunakan dana masyarakat seperti perbankan, asuransi, dan dana pensiun). Indonesia melalui Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan pada tahun 2012 bahwa mengadopsi penuh IFRS. Menurut Martani (2016:18) IFRS sebagai standar internasional memiliki tiga ciri utama yaitu: a. Principles-Based Standar yang menggunakan Principles-Based hanya mengatur halhal yang mendasar dan pokok dalam standar. Prosedur dan kebijakan diatur lebih jelas sesuai dengan kebutuhan pemakai standar. Standar mengatur prinsip sesuai dengan substansi ekonomi, tidak didasarkan pada ketentuan yang detail. Perbedaan standar yang menggunakan Principle- based dengan rule based adalah apabila rule based memuat ketentuan pengakuan akuntansi secara detail. Principle based dapat menghindari dibuatnya perjanjian atau transaksi mengikuti dalam konsep pengakuan, namun pemakai harus membuat penilaian yang tepat atas suatu. transaksi. untuk. menentukan. substansi. ekonominya. menentukan standar yang tepat untuk transaksi tersebut. b. Nilai Wajar. dan.

(39) 19. Standar akuntansi banyak menggunakan konsep nilai wajar (Fair Value). Nilai wajar digunakan untuk meningkatkan relevanasi informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan dan lebih menunjukan nilai terkini. Hal ini bertolak belakang dengan konsep harga perolehan yang penilaiannya berdasarkan harga perolehan pertama (historical cost). IFRS memberikan peluang bagi entitas yang masih menggunakan konsep harga perolehan untuk beberapa pos seperti aset tetap dan aset tetap tidak berwujud. IFRS membuka opsi untuk menggunakan nilai wajar selain nilai perolehan. c. Pengungkapan IFRS mengharuskan lebih banyak pengungkapan dalam laporan keuangan. Pengungkapan diperlukan agar pengguna laporan keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan. IFRS juga perlu untuk diketahui terkait dengan apa yang dicantumkan dalam laporan keuangan dan kejadian penting yang terkait dengan item tersebut. Pengungkapan dapat berupa kebijakan akuntansi, rincian detail, penjelasan penting, dan komitmen. Berdasarkan penjelasan tentang standar akuntansi keuangan peneliti menyimpulkan bahwa yang berlaku di Indonesia yang terdapat 4 jenis SAK yang berlaku sesuai dengan kebutuhan suatu perusahaan. SAK umum di Indonesia mengadopsi penuh dari IFRS tahun 2012. SAK umum yang mengadopsi IFRS memiliki tiga prinsip diantaranya principle based, nilai wajar, dan pengungkapan. SAK mengadopsi IFRS memberikan pilihan untuk menilai secara wajar..

(40) 20. 2. Laporan Keuangan a. Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Ilyas dan Priantara (2014:8), Laporan keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur tentang informasi posisi keuangan, arus kas, dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari proses akuntansi yang harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak manajemen. Penyediaan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi merupakan tujuan dari dibuatnya laporan keuangan komersial. Menurut Waluyo (2014:12) penyusunan suatu laporan keuangan komersial didasarkan pada asumsi-asumsi, maka dapat disimpulkan laporan keuangan komersial adalah laporan yang disusun dengan prinsip-prinsip akuntansi bersifat netral atau tidak memihak. b. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dalam Juang (2014:9) adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar. pengguna dalam pengambilan. keputusan ekonomi. Menurut Waluyo (2014:13) tujuan laporan.

(41) 21. keuangan untuk menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas. Tujuan laporan keuangan akan menyesuaikan dengan penyusunan dan penyajian dalam laporan keuangan dalam menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Suandy (2016:5) Tujuan perusahaan adalah hasil akhir yang dicari organisasi melalui eksistensi dan operasinya. Perusahaan seharusnya mempunyai tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan perusahaan tersebut sejalan dengan tujuan laporan keuangan. Peneliti menyimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa tujuan laporan keuangan ada kaitannya dengan tujuan perusahaan yang ingin menyediakan informasi kepada para pemegang kepentingan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan. c. Unsur dan Komponen Laporan Keuangan Menurut Waluyo (2014:15) dan KDPPLK dalam Juang (2014:10) menyebutkan unsur-unsur laporan keuangan menyajikan informasi entitas yang meliputi: 1). Aset;. 2). Liabilitas;. 3). Ekuitas;. 4). Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;. 5). Kinerja. 6). Arus kas.

(42) 22. Informasi entitas tersebut juga dilengkapi dengan informasi lain yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut berisikan tentang informasi tambahan atau apa saja yang disajikan dalam laporan posisi keuangan berupa penjelasan secara rinci dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Berdasarkan PSAK Nomor 1 (Revisi 2013) menjelaskan komponenkomponen laporan keuangan terdri dari: 1) Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode Laporan posisi keuangan yang mencakup pos-pos aset, liabilitas dan ekuitas. Menurut Ilyas dan Priantara (2014:10) prinsip umum penyajian aset dan liabilitas pada laporan posisi keuangan adalah berdasarkan likuiditasnya, aset lancar dengan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas berdasarkan klasifikasi kepentingan non pengendali dan modal saham dan cadangan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk. Aset adalah sumber daya yang dikontrol oleh entitas sebagai hasil dar peristiwa yang sudah berlalu dan darimana asal manfaat ekonomi diharapkan mengalir masuk ke entitas (Ilyas dan Priantara, 2014:15). Menurut Kieso at al dalam Ilyas (2014:16) Liabilitas menyajikan kewajiban entitas yang timbul dari peristiwa yang sudah berlalu yang harus diselesaikan dengan arus keluar dari sumber daya entitas yang memiliki manfaat ekonomi. Ekuitas adalah kepentingan yang tersisa atas aset entitas setelah dikurangi liabilitas. Ekuitas adalah hak.

(43) 23. residual atas aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas (Martani, 2016:12). Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 2) Laporan laba rugi komprehensif selama periode Menurut Martani (2016:110) Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif adalah laporan yang mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya berguna untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memprediksi arus kas di masa depan. Laporan keuangan ini merupakan informasi yang penting dilihat oleh investor dalam pengambilan keputusan mengenai investasi atau kredit. a) Kualitas laba Suatu perusahaan tentu akan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal untuk memenuhi ekspetasi para pihak yang berkepentingan agar dinilai baik. Perusahaan memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba agar mencapai target laba tertentu. Menurut Martani (2016:115) Manajemen laba merupakan tindakan mengatur waktu pengakuan pendapatan, beban, dan keuntungan atau kerugian agar mencapai informasi laba tertentu yang diinginkan tanpa melanggar ketentuan di standar keuangan..

(44) 24. Kualitas laba sangat penting bagi perusahaan yang dipengaruhi oleh kualitas laba. b) Elemen laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain Menurut Martani (2016:116) total penghasilan komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik. Menurut Ilyas dan Priantara (2015:37) laba rugi adalah total pendapatan. dikurangi. beban,. tidak. termasuk. komponen. penghasilan komprehensif lainnya. Menurut Ibid dalam Martani (2016:116), Penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut: (1) Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas), dalam bentuk penambahan atau pemasukan aset atau penurunan liabilitas yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal. (2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi, menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aset atau bertambahnya liabilitas yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik. Menurut PSAK Nomor 1 (Revisi 2013), total penghasilan komprehensif dibagi menjadi dua yaitu: (1) Komponen laba rugi (2) Komponen penghasilan komprehensif lain yang berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana disyaratkan oleh SAK lainnya..

(45) 25. Penghasilan dikelompokan menjadi dua unsur yaitu pendapatan dan keuntungan. Menurut Martani (2016:121) pendapatan merupakan penghasilan yang berasal dan aktivitas operasi utama perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan aset neto yang berasal dari transaksi insidental di luar transaksi perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Beban juga dikelompokan menjadi dua yaitu beban dan kerugian. Menurut Martani (2016:121) kerugian merupakan beban yang berasal dari transaksi insidental. Komponen penghasilan komprehensif lain, antara lain: (a) Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud. Menurut Martani (2016:241) surplus revaluasi adalah selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat dan aset tak berwujud yang diukur menggunakan model revaluasi. (b) Pengukuran kembali atas progam manfaaat pasti. Terdiri atas penyesuaian akibat perbedaan antara asumsi aktuarial dan kenyataan, dan dampak perubahan asumsi aktuarial. (c) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing. (d) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual. c) Laporan perubahan ekuitas selama periode Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari hasil atau kinerja perusahaan selama periode berjalan. (Martani,2016:124) Menurut Ilyas dan Priantara (2015:38), laporan perubahan ekuitas harus dapat menunjukan total laba rugi komprehensif periode pelaporan yang menunjukan total jumlah yang dapat didistribusikan.

(46) 26. kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali. Komponen entitas harus ditunjukan, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif sesuai PSAK 25 Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan kesalahan. Setiap komponen ekuitas, rekonsisliasi antara jumah tercatat pada awal dan akhir periode dan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode dan nilai dividen per saham. d) Laporan arus kas selama periode Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan setara kas suatu entitas untuk periode tertentu (Martanu,2016:130). Laporan arus kas dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi tentang perubahan arus kas dan setara kas selama satu periode yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Tujuan khusus laporan arus kas menurut Martani (2016:130) sebagai berikut: (1) Mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya; (2) Mengevaluasi struktur keuangan entitas (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban dan membayar dividen; (3) Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan dengan arus kas neto dari kegiatan operasi (akrual). Analisis perbedaan ini sering kali dapat membantu dalam mengevaluasi kualitas laba entitas; (4) Membandingkan kinerja operasi antar entitas yang berbeda, karena arus kas neto dari laporan arus kas tidak dapat.

(47) 27. dipengaruhi oleh perbedaan pilihan metode akuntansi dan pertimbangan manajemen, tidak seperti basis akrual yang digunakan dalam menentukan laba rugi entitas; (5) Memudahkan pengguna laporan keuangan untuk mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar-entitas yang berbeda. Menurut PSAK 2 (Revisi 2009) laporan arus kas, tiga klasifikasi dalam arus kas sebagai berikut: (1) Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. (2) Aktivitas investasi adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. (3) Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. e) Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain. Catatan atas laporan keuangan harus menjelaskan tentang apa saja yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan/ entitas. Menurut Ilyas dan Priantara (2015:37) catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif dari pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. d. Laporan Keuangan Fiskal.

(48) 28. Laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal memiliki peraturan atau prinsip masing-masing dalam menentukan biaya. Jika laporan keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu, maka laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan peraturan perpajakan yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan, sehingga terjadi perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan konsep laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal terdapat pada: (1). Konsep pendapatan dan penghasilan;. (2). Konsep beban;. (3). Konsep penyusutan dan nilai persedian.. Menurut Waluyo (2014:6) Wajib pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip dan metode akuntansinya. Laporan keuangan fiskal dibuat terpisah diluar proses pembukuan sering disebut extra comptable. Penyusunan laporan keuangan fiskal dapat dilakukan dengan rekonsiliasi yang banyak digunakan di Indonesia. e. Rekonsiliasi Fiskal Perbedaan antara laba secara komersial dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah hasil dari dilakukannya koreksi fiskal terhadap laba secara komersial. Perusahaan yang melakukan perhitungan laba komersial harus disertai dengan koreksi fiskal untuk medapatkan Penghasilan Kena Pajak, karena tidak semua ketentuan dalam Standar.

(49) 29. Akuntansi Keuangan digunakan dalam peraturan perpajakan. Hal tersebut. didukung. menjelaskan. bahwa. dengan. pendapat. rekonsiliasi. Sambodo. (koreksi). fiskal. (2015:47) adalah. yang proses. penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Ada beberapa langkah dalam melakukan rekonsiliasi fiskal, sebagai berikut: (1) (2). (3) (4). Mengenali penyesuaian pajak yang diperlukan; Melakukan analisis terhadap elemen-elemen yang perlu disesuaikan untuk menentukan pengaruhnya terhadap laba usaha kena pajak; Melakukan penyesuaian fiskal dengan cara melakukan koreksi fiskal; Menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan Pajak Penghasilan.. 3. Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio- rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan (Sitanggang, 2014: 20). Rasio-rasio keuangan dihitung dengan menggunakan angka-angka pada neraca dan laporan laba rugi. Terdapat 4 (empat) jenis analisis rasio yang paling sering digunakan, antara lain sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Menurut Martani (2016:70) Likuiditas adalah seberapa cepat waktu yang diperlukan sampai suatu aset dapat terealisasi atau dikonversi menjadi kas, atau sampai liabilitas terbayar. Likuiditas merupakan ukuran kinerja.

(50) 30. perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban keuangan yang jatuh temponya sampai dengan 1 (satu) tahun (Sitanggang, 2014:24). Ada 3 (tiga) ukuran yang dapat digunakan dalam mengukur likuiditas perusahaan yaitu (Sitanggang, 2014:24): 1) Rasio lancar (current ratio- CR), yaitu perbandingan antara harta lancar (current asset) dengan utang lancar (current liabilities). Angka rasio tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Rumus rasio lancar (current ratio) adalah: Rasio Lancar –CR =. Harta Lancar Hutang Lancar. Keterangan: a) Harta lancar adalah semua aset yang mempunyai tingkat kemudahan untuk menjadi uang, paling tidak dalam kegiatan operasi perusahaan dapat menjadi kas tidak lebih dalam waktu 1 (satu) tahun. b) Utang lancar adalah semua kewajiban yang harus dilunasi paling tidak dalam tempo 1 (satu) tahun. 2) Rasio cepat (quick ratio/test acid ratio- QR), yaitu perbandingan antara harta lancar yang segera kembali ke kas dengan utang lancar.. Angka. rasio. tersebut. mencerminkan. kemampuan. perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Rumus rasio cepat (quick ratio) adalah:.

(51) 31. Rasio cepat –QR =. Harta Lancar−Persediaan Utang Lancar. 3) Rasio kas (cash ratio- CsR), yaitu perbandingan antara harta lancar yang setara dengan kas ditambah sekuritas dengan utang lancar. Angka rasio tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Rumus rasio kas (cash ratio) adalah: Rasio kas –CsR =. Kas + Setara kas Utang Lancar. Besaran rasio likuiditas (current, quick and cash ratio) akan memberikan gambaran keputusan manajemen atas pembiayaan dan pengalokasiannya. Gambaran tersebut akan terlihat apakah manajemen telah mengambil keputusan secara benar misalnya dari segi pembiayaan dapat diterima tetapi dari segi alokasi tidak dapat diterima atau sebaliknya.. b. Rasio Leverage Rasio utang (leverage) merupakan ukuran seberapa besar perusahaan dibiayai dari unsur utang, dan seberapa besar kemampuan perusahaan dari hasil operasi perusahaan untuk melunasi beban pembayaran bunga dan atau pokok pinjaman tersebut (Tampubolon, 2013:22). Perusahaan tidak ada yang semata-mata dibiayai dari modal sendiri, melainkan didukung dari modal utang seperti pembelian bahan secara kredit yang menimbulkan munculnya utang dagang (Sitanggang, 2014:22). Menurut Sitanggang.

(52) 32. (2014:23) ada 3 (tiga) rasio yang menunjukkan kemampuan memperoleh laba operasional dan keputusan pembiayaan perusahaan, sebagai berikut: 1) Debt to Total Assets Ratio (debt ratio –DTAR), yaitu perbandingan antara total utang dengan total aset yang memberi gambaran seberapa besar persentase total aset dibiayai dari utang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar peranan utang dalam membiayai aset perusahaan dan sebaliknya. Rumus: Debt to Total Assets Ratio –DTAR =. Total Utang Total Aset. =. DER 1 + DER. 2) Debt to Equity Ratio – DER, yaitu perbandingan antara total utang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran perbandingan antara total utang dengan modal sendiri (equity) perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin besar peranan utang dalam membiayai aset perusahaan dan sebaliknya. Rumus: Debt to Equity Ratio – DER =. Total Utang Modal Sendiri. =. DTAR 1− DTAR. 3) Equity Multiplier –EM, yaitu rasio yang merupakan kelipatan dari ekuitas terhadap total aset. Rasio ini menggambarkan perbandingan antara total aset dengan modal sendiri perusahaan. Semakin besar rasio ini berarti semakin rendah peranan utang dalam membiayai aset perusahaan dan sebaliknya. Rumus: Equity Multipiler – EM =. Total Assets Equity. =. 1 1 −DTAR.

(53) 33. Ukuran kesanggupan membayar kewajiban sebagai akibat dari pembiayaan adalah (Sitanggang, 2014:27): a. Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap beban bunga (Times Interest Earned Ratio – TIER), yaitu perbandingan antara laba usaha yang dipertaruhkan untuk menutup beban bunga. Besaran dalam rasio ini menunjukkan besarnya laba usaha perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya dari segi beban bunga. Rumus: Times Interest Earned Ratio –TIER =. EBIT Bunga. b. Penutupan Beban Tetap (fixed Charge Coverage –FCC), yaitu perbandingan antara laba usaha ditambah kewajiban sewa yang dipertaruhkan untuk menutup beban bunga ditambah kewajiban sewa dan deviden untuk saham preferen. Rasio ini menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya berupa bunga dan sewa dan pokok pinjaman serta deviden daham preferen. Rumus: Fixed Charge Coverage –FCC = EBIT + 𝐿𝑒𝑎𝑠𝑒 Bunga+𝐿𝑒𝑎𝑠𝑒+ [(pembayaran dana. pelunasan. (1−𝑡)]. c. Rasio Aktivitas Kegiatan perusahaan seluruh aset harus diupayakan untuk memberi manfaat untuk mencapai tujuan perusahaan, (Sitanggang, 2014:31). Pengukuran masing-masing aset menurut Sitanggang dalam Manjemen Keuangan Perusahaan (2014:31) adalah: 1) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over –ITO), yaitu pengukuran tentang perputaran persediaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Tingginya rasio perputaran persediaan menunjukkan semakin efisien investasi dalam persediaan. Rumus: Inventory Turn Over –ITO =. Harga Pokok Penjualan Persediaan rata−rata.

(54) 34. Harga pokok penjualan dapat diganti dengan penjualan apabila persediaan dinilai berdasarkan harga pasar. Keterangan: 1. Harga/beban Pokok Penjualan adalah persediaan awal + pembeliaan – persediaan akhir 2. Persediaan rata-rata adalah =. Persediaan Awal + Persediaan 2. 2) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assest Turnover –FATO), yaitu perbandingan yang mengukur aktiva tetap dioperasionalkan dalam mendukung penjualan perusahaan. Tingginya rasio ini berarti semakin tinggi produktivitas penggunaan aktiva tetap. Rumus: Fixed Assets Turnover –FATO =. Penjualan Aktiva Tetap Netto. 3) Perputaran Total Aset (Assets Turn Over atau Total Assest Turn Over –ATO atau TATO), yaitu rasio yang mengukur bagaimana seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dioperasionalkan dalam mendukung penjualan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi produktivitas penggunaan seluruh aset perusahaan.. d. PMK 169/PMK.010/2015 Tentang Penentuan Besarnya Rasio Der (Debt-To-Equity) Atau Utang Dan Modal Untuk Keperluan Perhitungan Pajak Penghasilan. 1). Subjek PMK 169 tahun 2015 Subjek dari PMK 169 tahun 2015 adalah wajib pajak badan yang. modalnya terdiri atas saham-saham yang didirikan di Indonesia atau bertempat kedudukan di Indonesia. CV, Persekutuan, Firma, dan bentuk badan usaha lainnya tidak diatur dalam hal rasio utang dan modalnya. Jenis badan usaha yang dikecualikan, yaitu lembaga perbankan dan jasa.

(55) 35. keuangan (asuransi dan reasuransi dan lembaga pembiayaan), wajib pajak badan di bidang migas yang telah mempunyai perjanjian khusus seperti bagi-hasil,. kontrak. karya,atau. perjanjian. yang. didalamnya. telah. mencatumkan ketentuan mengenai rasio utang dan modal, Wajib Pajak usaha di bidang infrastruktur, dan wajib pajak badan yang seluruh penghasilannnya dikenakan PPh final. 2). Utang Menurut PMK169 Tahun 2015. Pasal 1 ayat 2, utang yang dimaksud adalah saldo rata-rata utang dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak, yang dihitung berdasarkan rata-rata saldo utang tiap akhir bulan pada tahun pajak yang bersangkutan atau rata-rata saldo utang tiap akhir bulan pada bagian tahun pajak yang bersangkutan. Saldo utang sebagaimana dimaksud pada ayat 2 meliputi saldo utang jangka panjang maupun saldo utang jangka pendek termasuk saldo utang dagang yang dibebani bunga. Apabila Wajib Pajak memiliki utang swasta luar negri wajib melaporkan besarnya utang swasta luar negri kepada Direktorat Jendral Pajak. Wajib Pajak tidak melaporkan maka biaya pinjaman atas utang swasta luar negeri tersebut tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan Pajak Penghasilannya. 3) Modal Menurut PMK 169 Tahun 2015 Dalam Pasal 1 Ayat 4 dijelaskan bahwa modal adalah saldo rata-rata modal pada satu tahun pajak atau bagian tahun pajak, yang dihitung berdasarkan, rata-rata saldo modal tiap akhir bulan pada tahun pajak yang.

Gambar

Gambar 1.1 Pendapatan Perkapita Indonesia  Sumber: Worlbank, 2016
Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan PDB Indonesia  Sumber: Badan Pusat Statistik,2016
Tabel 2.1 .  Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 jenis-jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai yang terkandung dibalik pantang larang adat bersalin masyarakat Melayu di desa Pesisir Timur. Meminta Perlindungan Setiap daerah tentunya memiliki

Sedangkan latihan asertif pada dasarnya merupakan suatu strategi terapi dalam pendekatan perilaku yang digunakan untuk mengembangkan perilaku asertif pada seseorang

Coopersmith (1967) memaparkan bahwa harga diri mempunyai empat aspek, yaitu: (1) power (kekuasaan), yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengontrol dan

Fokus penelitian ini adalah penulis berusaha bersifat preventif terhadap fenomena tersebut di Kota Palangka Raya khususnya di KUA Kecamatan Jekan Raya yaitu

Menurut SNI 01-31421998, tahu adalah suatu jenis makanan padat yang terbuat dari sari kedelai yang dicetak dengan menggunakan proses pengendapan protein pada titik

• Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Nopember 2005 mengalami penurunan 0,19 hari jika dibanding bulan Oktober 2005, yaitu dari

Pada akhir abad pertengahan (abad 16 sampai 18), Industri di Inggris sedang terkonsentrasi pada industri sandang. Industri sandang di Inggris menjadi industri

Dengan demikian CV Putra Mandiri dinyatakan Memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia