Kementerian Keuangan
Badan Kebijakan Fiskal RI
TANTANGAN KEBIJAKAN FISKAL DALAM
PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS
TRANSPORTASI
SEMINAR ON INTEGRATED INTERMODAL TRANSPORT CONNECTIVITY
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
OUTLINE
Nilai Strategis Indonesia dalam
Perekonomian Dunia
Tantangan Pengembangan Konektivitas
Transportasi
Dukungan Fiskal dan Strategi Pembiayaan
Kontribusi Indonesia terhadap PDB dunia
sangat diperhitungkan …..
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
15
15
Sumber: PWC “the world in 2050” diolahNo Perairan Luas (km2)
1 Perairan Kepulauan 2,95 juta 2 Territorial 0,3 juta 3 ZEE Indonesia 2,55 juta Total 5,8 juta
Luas Laut Indonesia
Potensi Fisik Sangat besar
Nilai Strategis
Indonesia
Potensi Geopolitis sangat
strategis
Posisi Indoensia sangat strategis,
diantara dua benua dan samudra
yang menghubungkan negara
negara ekonomi
majumeningkatkan posisi tawar
Indonesia di forum percaturan
Internasional
1 1
2
2 Potensi Sumber daya Alam yang
melimpah peringkat 3 dunia untuk perikanan tangkap (setelah China dan Peru), dan peringkat 4 dunia untuk perikanan budidaya setelah China, India dan Vietnam (FAO, 2010), hutan mangrove, terumbu karang; Minyak bumi & Gas dan mineral, Energi kelautan , Jasa (tranportasi laut, pelabuhan, pariwisata) 3 3
Potensi SDM
mendukung
2 260 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, Potensi penduduk yang
berada
menyebar
di pulau-pulaumerupakan aset yang strategis untuk
peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara.
PMA di Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi masih tumbuh positif sementara PMDN tumbuh negatif.
…investor asing masih tertarik menanamkan modalnya di sektor ini..
• Pada Q2 2015, PMA mencapai USD 2160,2 juta dari 122 proyek atau tumbuh 50,5% dibandingkan Q2 2014.
• Sementara itu, PMDN tumbuh negatif 23,9% (yoy) dengan nilai investasi sebesar Rp 1,4 T dari 67 proyek.
• Kinerja pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada Q2 2015 lebih rendah dari Q1 2015. Perlambatan terbesar terjadi pada subsektor transportasi darat.
Kebutuhan Investasi 2016
1. Pada tahun 2016, total kebutuhan investasi diperkirakan meningkat sekitar 14,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Sumber pembiayaan investasi tahun 2016 akan bersumber dari investasi masyarakat sekitar 85,3 persen dan sisanya 14,7 persen akan dipenuhi dari investasi pemerintah.
2. Sumber investasi pemerintah berasal dari belanja modal pemerintah. Sementara itu, pembiayaan investasi masyarakat antara lain berasal dari kredit perbankan, pasar modal, belanja modal BUMN dan swasta, realisasi investasi langsung serta aliran masuk modal asing. 3. Tahun 2016 pemerintah menargetkan realisasi investasi langsung baik PMA dan PMDN naik
12,66 persen dibandingkan target realisasi investasi langsung tahun 2015. Bila dilihat dari sisi wilayah, Jawa ditetapkan menjadi wilayah dengan target investasi tertinggi yakni mencapai sekitar 50,87 persen dari total investasi.
terhadap
perekonomian
Aktivitas PerekonomianProduction
Consumption
Distribution
Konektivitas transportasi efisiensiDaya
saing
Supply Constraint
Tantangan
pembangunan ....
Faktor Ekonomi Global
•
Ketidakpastian perekonomian global termasuk pertumbuhan ekonomi
negara mitra dagang utama
•
Normalisasi kebijakan moneter di negara‐negara maju
•
Implementasi MEA berdampak kompetisi global semakin ketat
•
Volatilitas harga komoditas
Faktor Domestik
• Produktivitas rendah • Kapasitas produksi terbatas • Keterbatasan infrastruktur • Skills gap • Dinamika ketenagakerjaan • Kurangnya pengembangan teknologi dan inovasi • Pangan & Energi • Pasar keuangan yang masih dangkal serta high cost funds•
Kesenjangan pendapatan antar
kelompok dan daerah
•
Tingkat kemiskinan terus
menurun, namun kecepatan
penurunannya sudah mulai
melambat
Pertumbuhan Non‐Inklusif
10Fiscal
space
terbatas
Fiscal
space
terbatas
Porsi subsidi yang besar masih cukup besar Porsi subsidi yang besar masih cukup besar Mandatory spending. Anggaran pendidikan 20% & TKD, SJSN, UU Desa Mandatory spending. Anggaran pendidikan 20% & TKD, SJSN, UU Desa Penyerapa n kurang optimal & pola menumpu k Q4 Penyerapa n kurang optimal & pola menumpu k Q4Pelebaran fiscal space
: Optimalisasi pendapatan & efisiensi belanjaTambahan
mandatory
spending
perlu
Efisiensi:
-Fixed
subsidy;
-Subsidi tepat
sasaran;
-Pembatasan
Meningkatkan &
proporsional tiap
kuartal penyerapan
Tantangan dalam
pengelolaan Fiskal
Rentan
terhada
p faktor
eksterna
l
Rentan
terhada
p faktor
eksterna
l
Memperkuat
daya tahan
(Resiliency)
- fiscal buffer
-Fleksibilitas
;
-Fiscal
vulnerability
Primar
y
balanc
e
negatif
Primar
y
balanc
e
negatif
mengarahkan
menuju
positif
11a e o
o
Global Competitiveness Index
(GCI)
Insfrastruktur
:
•Faktor penting dalam
aktivitas perekonomian
•Mengurangi efek jarak
antar daerah, integrasi
pasar nasional dan biaya
rendah
•Berdampak positif
terhadap pertumbuhan
ekonomi, mengurangi
kesenjangan pendapatan
dan kemiskinan
Sumber : GCI, 2015Perbandingan Kualitas
Infrastruktur Indonesia dengan
Peers..
Sumber : Global Competitiveness Report 2014-2015
Peringkat Indonesia
Peringkat Indonesia
Dari10
Negara ASEAN Dari144
Negara di DuniaIndonesia Japan Brazil China Malaysia Thailand Philippines Vietnam Mexico
Export time and cost / Port or airport supply chain
Distance (kilometers) 133km 25km 149km 198km 512km 25km 36km 36km 714km Lead time (days) 3 days 2 days 2 days 2 days 1 days 1 days 2 days 1 days 2 days
Cost (US$) 579US$ 500US$ 866US$ 494US$ 3000US$ 250US$ 572US$ 237US$ 1348US$ Export time and cost / Land supply chain
Distance (kilometers) 255km N/A 322km 248km N/A 25km 36km 43km 1300km Lead time (days) 2 days N/A 2 days 2 days N/A 1 days 2 days 1 days 4 days
Cost (US$) 579US$ N/A 1000US$ 683US$ N/A 1000US$ 1000US$ 274US$ 1511US$ Import time and cost / Port or airport
supply chain
Distance (kilometers) 94km 25km 105km 172km 512km 75km 36km 31km 586km Lead time (days) 4 days 2 days 3 days 3 days 1 days 1 days 2 days 1 days 2 days
Cost (US$) 568US$ 750US$ 1015US$ 683US$ 3000US$ 500US$ 630US$ 281US$ 1292US$ Import time and cost / Land supply chain
Distance (kilometers) 189km N/A 606km 137km N/A 75km 43km 25km 1620km Lead time (days) 5 days N/A 3 days 2 days N/A 1 days 2 days 1 days 3 days
Cost (US$) 1233US$ N/A 1191US$ 514US$ N/A 2000US$ 1000US$ 354US$ 2060US$ Shipments meeting quality criteria (%) 70.19% 89.46% 81.61% 75.68% 97% 82.50% 71.07% 75.97% 80.12% Number of agencies ‐ exports 3 7 4 3 2 3 4 4 3 Number of agencies ‐ imports 4 7 4 3 2 4 5 4 4 Number of documents ‐ exports 4 3 5 4 4 2 4 3 2 Number of documents ‐ imports 5 3 4 5 4 2 7 5 3 Clearance time without physical
inspection (days) 2 days 1 days 5 days 2 days 1 days 1 days 2 days 1 days 1 days Clearance time with physical inspection
(days) 5 days 1 days 8 days 3 days 2 days 1 days 5 days 2 days 2 days Physical inspection (%) 7.91% 2.50% 7.50% 6.72% 1.58% 2.50% 9.65% 53.50% 5.89% Multiple inspection (%) 2.79% 1% 3.04% 2.24% 1% 1.58% 4.44% 6.79% 5.60% Kondisi infrastruktur belum sepenuhnya memadai untuk mendukung daya saing
SUPPLY ENERGY PER KAPITA INDONESIA NAIK NAMUN MASIH DIBAWAH ASEAN,
TERJADI PERGESERAN PENGGUNAAN ENERGI DI INDONESIA , DARI RUMAH TANGGA KE INDUSTRI DAN TRANSPOTASI
Supply energy masih belum
sepenuhnya memadai untuk
menopang daya saing
Kinerja Ekspor mulai tahun
2010 mengalami
perlambatan……
• PANGSA EKSPOR INDONESIA UNTUK ASEAN DAN DUNIA MEMBAIK PADA TAHUN
2004, NAMUN TAHUN 2010 MENGALAMI TEKANAN
• NILAI EKSPOR INDONESIA MASIH BERADA DIBAWAH SINGAPORE, MALAYSIA DAN
Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia
masih belum optimal : tercermin dari
biaya ekspor dan impor masih relatif
tinggi…
Walapun mengalami perbaikan namun masih belum efisien dibanding
Singapora, Malaysia dan China
• TERJADI EFISIENSI WAKTU BAIK UNTUK IMPORT MAUPUN EKSPOR INDONESIA
• WAKTU IMPORT INDONESIA TAHUN 2006 SEBESAR 27 HARI, TURUN MENJADI 23 HARI PADA TAHUN 2014
• WAKTU EKSPOR INDONESIA TAHUN 2006 SEBESAR 22 HARI, TURUN MENJADI 17 HARI PADA TAHUN 2014
j
p
p
belum optimal : tercermin dari waktu yang
dibutuhkan ekspor dan impor masih relatif
lama…
Kebutuhan Dana Pembangunan
Infrastruktur Indonesia
(dalam RPJMN 2015-2019) Sector Full Scenario (1) Partial Scenario (2) Baseline Scenario (3) Roads 1,274 851 637 Railroads 278 222 140 Urban Transport 155 115 75 Marine Transport 563 424 282 Ferry 91 80 60 Air Transport 182 165 100 Electricity 1,080 960 745 Water Resources 1,091 845 645 Sewerage 905 616 420 Total Investment 5,619 4,278 3,104 Dalam TriliunRp 5.619 Triliun
Rp 5.619 Triliun
19Strategi & Sasaran Peningkatan Sistem Konektivitas Nasional 2016
... Untuk meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda...
No. Program Peningkatan Konektivitas Nasional Target 2015-2019 Target 2016
1 Peningkatan kemantapan jalan nasional 98% 89% 2 Pembangunan jalan nasional 2.650 km 988,3 km 3 Pembangunan jalan bebas hambatan 1.000 km 207 km 4 Penyediaan kapal penyeberangan lalu-lintas perintis 50 unit 29 unit 5 Peningkatan kapasitas pelabuhan utama pendukung
tol laut
24 pelabuhan strategis 24 pelabuhan strategis
6 Terbangunnya dermaga sungai dan danau 120 lokasi 2 lokasi 7 Pembangunan & pengembangan bandara 15 bandara baru &
pengembangan 9 bandara kargo
pengembangan 15 bandara baru & 9 bandara kargo
8 Terbangunnya jalur KA 4.471 km 619,49km
Sumber: RKP 2016
• Peningkatan konektivitas intrawilayah dan antarwilayah merupakan hal yang sangat diperlukan dengan pertimbangan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan untuk mengurangi biaya distribusi barang dan jasa serta transportasi
• Percepatan pembangunan sarana transportasi multimoda diperlukan guna mewujudkan keseimbangan pertumbuhan pembangunan yang mengurangi kesenjangan ekonomi dan spasial
Tantangan Pembangunan
Infrastruktur Transportasi
1.
Kepastian pembiayaan dukungan Pemerintah dalam proses pembangunan infrastruktur
transportasi, meliputi:
•
Ketersediaan Tanah
•
Design, proses tender, dan pelaksanaan proyek
•
Sinergi lintas lembaga dan stakeholder terkait
•
Administrasi dan Perizinan
•
Kajian sosial dan lingkungan atas dampak pembangunan
•
Keterbatasan ruang fiskal untuk mendukung pembiayaan
2. Komitmen Stakeholder dalam menyukseskan pengembangan infrastruktur yang
tepat guna sehingga dapat terselesaikan dengan efisien dan sesuai jadwal.
Dukungan Fiskal dan Strategi Pembiayaan untuk
Transfer ke Daerah
DAU dan DAK
Skema pendukung pengembangan
infrastruktur transportasi
Indonesia...
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan
Insentif Fiskal
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Daerah
Kementerian PerhubunganPMN
SLA
Penjaminan
Penerusan PinjamanSwasta
KPS VGFDirect lending
DBH Fasilitas PPh Fasilitas PPN Bea Masuk 23 Kementerian PUPRDiberikan fasilitas pajak penghasilan bagi industri yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau daerah-daerah tertentu berupa:
1.pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (selama 6 thn) 2.penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
3.pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada SPLN sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B yang berlaku 4.kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 thn tetapi tidak lebih dari 10 thn
Impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan
nilai.
Barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis :
Barang Modal Berupa Mesin Dan Peralatan Pabrik, baik dalam keadan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang
Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri dalam Rangka Penanaman Modal diantaranya untuk Industri Kepelabuhan
Bea Masuk Ditanggung Pemerintah untuk Sektor Industri Tertentu Tahun Anggaran 2015 , diantaranya diberikan untuk Sektor Industri Pembuatandan/Atau Perbaikan Kapal
Insentif Fiskal di Sektor
Transportasi...
Skema Pembiayaan
Infrastruktur Meliputi
PPP
Skema Pembiayaan
Infrastruktur Meliputi
PPP
• Dana Alokasi Khusus dan Dana Desa • Khususnya untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur di bidang: • Ketahanan pangan: bendungan, sistem irigasi, dll. • Maritim: pelabuhan, galangan kapal. • Konektifitas dalam dan luar kota: jalan desa, transportasi umum, dll • Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN – Dengan mekanisme leveraging, suntikan modal dapat ditambah maka lebih banyak proyek infrastruktur yang dapat didanai • Key focus areas: • Proyek komersial dan/atau proyek yang kompleks • Pengembangan infrastruktur maritim • Transportasi dan konektivitas • Ketahanan pangan • Pengembangan infrastruktur jangka menengah, diantaranya: pembangkit listrik dan jalan tol • Certain infrastructure projects to be funded and operated through a partnership of Indonesia government and private sector companies • Dukungan pemerintah untuk PPP : • Proses akuisisi lahan ‐ land capping, revolving, & acquisition funds • Project Development melalui PT Sarana Multi Infrastructure (PT SMI) • Penjaminan pemerintah untuk proyek infrastruktur melalui PT Penjaminan Infrastuktur Indonesia (PT PII) • Tambahan suntikan modal untuk PT SMI dan PT PII • Viability Gap Fund (VGF) for PPP projects with near‐term financial constraints • Infrastructure Fund to offer long term financing for infrastructure projects • Availability Payment (AP). • Projects Ready for Auction under PPP Scheme: • Toll roads projects such as Balikpapan‐Samarinda, Manado‐Bitung • Railway projects such as Halim‐Soetta Airport Express Railway • Water supply such as West Semarang water supply project 25Kebijakan Skema Pembiayaan
Infrastruktur Transportasi
Layak Secara Ekonomi
Layak Secara Ekonomi
tetapi
tetapi
Tidak
TidakLayak Secara Layak Secara Finansial
Finansial
Layak Secara Ekonomi dan
Layak Secara Ekonomi dan
Finansial Marjinal
Finansial Marjinal
Layak Secara Ekonomi dan
Layak Secara Ekonomi dan
Finansial Finansial Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta Pemerintah
Pemerintah SwastaSwasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Operasi dan Pemeliharaan
Operasi dan Pemeliharaan
Konstruksi Konstruksi 1 1 2 2 3 3 Hybrid Financing Hybrid Financing (KPS) (KPS) PPP Dengan Dukungan PPP Dengan Dukungan Pemerintah
Pemerintah(VGF) atau Creative (VGF) atau Creative Financing lainnya seperti PFI,
Financing lainnya seperti PFI,
PBAS, Bank Infrastruktur, Bank
PBAS, Bank Infrastruktur, Bank
Tanah, dll) Tanah, dll) PPP Reguler PPP Reguler Skema Pembiayaan Skema Pembiayaan Kelayakan
Kelayakan ProyekProyek
Layak Secara Ekonomi tetapi
Layak Secara Ekonomi tetapi
Tidak Layak Secara Finansial
Tidak Layak Secara Finansial BUMNBUMN
BUMN BUMN 4 4 Penugasan BUMN Penugasan BUMN
Layak Secara Ekonomi
Layak Secara Ekonomi
tetapi
tetapi
Tidak
Tidak Layak Secara Layak Secara Finansial Finansial Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah APBN APBN 5 5
Reguler
*
Creative
Financing
*
*
*Lebih diutamakan untuk wilayah timur, pedesaan dan perbatasan
** Lebih diutamakan untuk wilayah barat dan perkotaan