2.1 Landasan Teori
2.1.1 Ukuran Kinerja Keuangan
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kinerja diarhkan sebagai suatu
yang dicapai, prestasi kerja yang terlihat, kemampuan kerja (alat)(Badudu.l994).
Yang dimaksud dengan kinerja keuangan berdasarkan acuan diatas adalah
kemampuan kerja manajemen dalam hal mi manajemen keuangan dalam
mencapai prestasi kerjanya, kinerja perusahaan dari suatu perusahaan didalam
menjalankan fungsi keuangan sehingga dapat menghasilkan keuangan yang
diinginkau
Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan, yang dari laporan keuangan tersebut dapat
dilakukan analisisberdasarkan rasio-rasio keuangan.
1. Earning Per Share (EPS)
EPS atau laba per lembar saham merupakan jumlah laba yang menjadi hak
untuk setiap pemegang saham atau lembar saham biasa. EPS merupakan salah
satu rasio keuangan yang digunakan oleh investor untuk menganalisis
kemampuan perusahan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyainya.
Perhitungan EPS dinyatakan dalam fomiula sebagai berikut:
EAT EPS =
tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh
kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi
tersebut diukur dengan ratio antara total hutang dan total ekuitas yang disebut
dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perhitungan DER dinyatakan dalam formula
berikut ini:
Total Hutang
DER =
Total Ekuitas
3. Price Earning Ratio (PER)
PER merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan oleh para investor
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
yang akan datang. Dapat diformulasikan sebagai berikut:
_ Harga pasar per lembar saham biasa
PER= —
4. Return on Investment (ROI)
ROI dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan atau rasio im merupakan salah satu rasio
dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan.
Perhitungan ROI dapat dinyatakan dalam formulasi berikut:
EAT ROI
Total Aktiva
5. Return on Equity (ROE)
Suatu jumlah yang dinyatakan sebagai suatu persentase dan diperoleh atas
investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. ROE
merupakan ukuran profitabilitas equity investor dengan menghubungkan
keuntungan-keuntungan untuk equity investor (keuntungan netto setelah pajak dan biaya bunga). ROE diformulasikan sebagai berikut:EAT ROE
Equitas
6. Economic Value Added (EVA)
Istilah EVA pertama kali dipopulerkan oleh Stem Steward Management Service yang merupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikai, EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.
Keunggulan Economic Value Added. Sebagai penilai kinerja perusahaan EVA mempunyai beberapakeunggulan antara lain (Mirza, 1997):
I. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya yang menjadi persoalan
adalah perhitungannya biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak
dan analisis yang lebih mendalam.
3. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain, sebagaimana konsep
penilaian dengan menggunakan analisis rasio.
Variabel EVA belum dijumpai dalam laporan keuangan maupun laporan lain yang dipublikasikan di Indonesia. Oleh karena itu harus dilakukan
perhitungan tersendiri. Untuk menghitung EVA, elemen-elemen yang diperlukan
adalah biaya hutang, (kd) biaya modal sendiri (ke), proporsi hutang dan ekuitas
(WD dan WE), NOPAT modal yang dipakai. Langkah-langkah sebagai berikut
(S.David Young & Stephen F.O'Byrne, 2001): a. Menghitung biaya hutang (kd)
Kd merupakan biaya yang terjadi karena perusahaan menggunakan dana atau pinjaman dari pihak eksternal.
_ Biaya bunga kd —
Total hutang
dengan mempertimbangkan pajak penghasilan maka biaya utang setelah
pajak dinotasikan sebagai berikut:
kd* = kd(1-t) dimana, t = tarif pajak yang berlaku
b. Menghitung biaya modal sendiri (ke)
kc dihitung dengan pendekatan dividend yield ditambah dengan tingkat
pertumbuhan dividend yang diharapkan (g)
Dividendgrowth = plow backratio x ROE
Dengan asumsi bahwa dividendpayout ratio adalah konstan maka
Plow back ratio = 1 - (D1/EPS1)ke= Dl/P0+ {(l-Dl/EPSl)x ROE}, atau ke = dividendyield+ {(1 -payout ratio) x ROE}
c. Menentukan struktur modal di Neraca
Proporsi utang terhadap total utang dan ekuitas dinotasikan dengan WD.
WD = {total utang / (jumlah utang dan ekuitas)} x 100%
Proporsi ekuitas terhadap total utang dan ekuitas dinotasikan dengan WE.
WE = {total ekuitas / (jumlah utang dan ekuitas)} x 100%
d. Menghitung Net OperatingProfit After Tax (NOPAT)
Yaitu laba bersih setelah pajak EAT yang dijumlahkan dengan biaya bunga (interest expense) pada periode yang bersangkutan.
NOPAT = EAT + biaya bunga
e. Menghitung biaya modal (c)
Biaya modal dihitung dengan pendekatan rata-rata tertimbang (WACC =
Weighted Average Cost ofCapital).
C = WACC = {kd( 1 -1) x WD } + (kex WE}
= {kd*xWD}+{kexWE}
Setelah semua komponen pembentuk EVA diketahui selanjutnya memasukkan komponen-komponen tersebut kedalam rumus perhitungan EVA
f. Menghitung EVA
2.1.2 Return Saham
Sebelum para pemodal (investor) melakukan transaksi di pasar modal,
baik pasar perdana maupun sekunder. Para investor terlebih dahulu melakukan
penilaian terhadap emiten (perusahaan) yang menerbitkan (menawarkan) saham di
bursa efek. Salah satu aspek yang menjadi bahan penilaian bagi pemodal adalah kemampuan emiten dalam menghasilkan laba. Apabila laba meningkat, secara teoritis harga saham juga meningkat. Suad Husnan (1998) mengemukakan bahwa kalau kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat. Atau dengan jelas kata, profitabilitas akan mempengaruhi saham.
Brigham dan Gapenski (1993) mengatakan bahwa pada umumnya tindakan memaksimumkan nilai perusahaan juga akan memaksimumkan harga perusahaan. Van Home (1991) mengatakan bahwa memaksimumkan nilai perusahaan yang dimulai dengan meningkatnya harga saham berarti memberi
peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Semakin tinggi harga saham
berarti semakin tinggi pula tingkat kemakmuran bagi pemegang saham (investor). Dalam melakukan investasi di pasar modal, tentunya para investor berharap agar dapat memperoleh keuntungan dari hasil investasinya tersebut. Harapan untuk memperoleh keuntungan tersebut di wujudkan dalam bentuk tingkat kembali dari investasi, tingkat kembalian dari investasi tersebut diproyeksikan dengan return saham. Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil investasinya. Jogiyanto (1998) membedakan return saham menjadi dua jenis, yaitu return realisasi
merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data histories. Return ini merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa mendatang. Sedangkan return ekspektasian merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan
bersifat tidak pasti.
Husnan (1998) mengatakan bahwa meskipun disebutkan sebagai return saham atau tingkat keuntungan, sebenarnya tingkat keuntungan tersebut lebih
tepat dikatakan sebagai persentase perubahan harga saham. Harga saham dipasar
modal (sekunder) setiap saat bisa berubah(naik atau turun). Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi harga saham adalah:
1. Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang
akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil maka harga
saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi pula.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang
tercermin dari EPS terkait erat dengan peningkatan harga saham. Apabila
fiuktuasi EPS makin tinggi maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya.
3. kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang salah
satunya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masa lalu dan saat ini. Apabila
kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung
stabil dan sebaliknya.
Harga saham yang digunakan adalah harga saham bulanan. Dengan memasukkan harga saham kedalam rumus return saham maka diperoleh return saham sebagai variabel dependennya. Oleh karena variabel independen
menggunakan data tahunan sedangkan variabel dependen (return saham) menggunakan data bulanan maka return bulanan akan dirata-rata dalam 1 tahun.
Dalam penelitian ini akan menggunakan perhitungan rata-rata geometrik, hal ini
disebabkan karena dalam menghitung rata-rata geometrik memperhatikan tingkat
perrumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu berbeda dengan rata-rata aritmatika biasa yang tidak mempertimbangkan perrumbuhan.
2.13 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham
Dari beberapa rasio keuangan yang berpengaruh terhadap return saham
antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Earning per Share terhadap return saham
a. Semakin tinggi EPS, maka harga saham per lembarnya akan tinggi, dengan asumsi jumlah lembar saham yang beredar tetap. Bagi investor
EPS yang tinggi berarti harapan untuk memperoleh keuntungan semakin
besar. Hal ini disebabkan ketertarikan investor terhadap EPS yang tinggi
akan mendorong permintaan atas saham tersebut meningkat, sehingga harga sahamnya akan ikut naik. Dan apabila harga saham naik return yang
b. Semakin rendah EPS, maka harga saham per lembarnya akan rendah. Hal
ini disebabkan kurang ketertarikannya para investor terhadap EPS yang
rendah sehingga permintaan akan saham tersebut menurun dan berimplikasi pada penurunannya harga saham. Dan apabila harga saham menurun akan diikuti oleh menurunnya return saham.
2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham
a. DER semakin besar menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dibanding ekuitas. Hal itu berarti bunga atas hutang yang besar pula. Sehingga dapat menimbulkan kurangnya minat investor
terhadap saham perusahaan tersebut. Kurang minat atas saham
menimbulkan harga saham tersebut menjadi menurun, sehingga return
saham tersebut j uga ikut menurun.
b. Semakin rendah DER mencerminkan penggunaan modal lebih besar dari
pada hutang sehingga bunga usaha juga rendah, sehingga minat investor terhadap saham akan meningkat, yang diikuti oleh meningkatnya harga
saham dan meningkatnya return saham tersebut.
3. Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham
a. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan
earning per share. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER
sangat tergantung kepada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula.
5. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap return saham
a. Suatu angka ROE yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi
perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat
perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. b. Sebaliknya suatu angka ROE yang rendah akan mempengaruhi perusahaan
susah untuk berkembang, karena harga saham yang dimiliki juga rendah yang mebuat perusahaan susah menarik dana baru.
6. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap return saham
a. EVA yang positif menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi biaya modal. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (created value) bagi pemiliik modal. Ini sejalan dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan.
b. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor, yang berarti perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti mengenai pengaruh dan hubungan antara nilai perusahaan atau kinerja perusahaan dengan aiat pengukur kinerja keuangan yang mempertimbangkan penciptaan value adalah:
George Bennet Stewart III dalam Soetjipto (1997), menguji sampai 476
perusahaan industri pada pasar modal selama tahun 1984-1988, memulai analisis regresi dari setiap perubahan MVA terhadap EVA serta ukuran-ukuran umum
kinerja perusahaan (common performance measure) seperti ROE, dividend, cash
flow, EPS dan Iain-lain. Hasilnya menunjukkan bahwa EVA memiliki R2
(r-determinan, menggambarkan korelasi antara variabel yang diregres) yang tertinggi
yaitu 0,44, sedangkan return on capital, return on equity, growth in cash-flow danbahkan growth in dividend, lebih rendah.
Lehn dan Makija dalam Rousana (1997) mengenai kaitan antara berbagai
pengukur kinerja yang secara umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan seperti EVA, ROA, ROE, dengan return saham. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan pengukur kinerja lainnya, EVAmempunyai hubungan yang paling erat dengan return saham. Temuan mereka
mendukung keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan.
Cendrawati dan Hartono (1997) membandingkan ROA dan EVA,
manakah diantara kedua variabel ini yang mempunyai korelasi (hubungan) paling
kuat dengan return saham (tingkat pengembalian saham). Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa ROA mempunyai hubungan paling kuat dengan return
saham (70%) dan signifikan pada taraf uji two-tailed 5%. Sedangkan korelasi
antara EVA dan return saham hanya sekitar 10% dan tidak signifikan pada taraf
uji two-tailed 5%.
Resmi (2002) yang menguji keterkaitan (EPS,PER,DER,ROE dan EVA)
Hasil dari uji t dengan taraf uji 5%-10%: Pada tahun (1997, hanya variabel EPS
dan ROE), (1998, hanya variabel PER), (1999 hanya variabel EPS) yang
mempunyai pengaruh terhadap return saham. Sedangakan hasil dari uji Fpada
taraf uji signifikan level 5%: Pada tahun (1997, EPS, PER, DER, ROE dan EVA)
secara bersama-sama signifikan untuk menjelaskan variasi dalam return saham.
Sedangkan tahun 1998 dan 1999 EPS, PER, DER, ROE dan EVA secara
bersama-sama tidak ada yang signifikan terhadap return saham
2.3 Formulasi Hipotesis