• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal. memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal. memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Sinyal

Menurut Wolk, et al. (2001) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.

Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

(2)

Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008).

2.2.1. Agensi

Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005), yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal

(3)

sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penulisan makalah ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki.

Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.

2.3.1. Asimetri Informasi

Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya. (Sering juga disebut dengan istilah informasi

(4)

asimetrik/informasi asimetris). Umumnya pihak penjual yang memiliki informasi lebih banyak tentang produk dibandingkan pembeli, meski kondisi sebaliknya mungkin juga terjadi.

Contoh situasi dimana penjual memiliki informasi lebih baik ada banyak, termasuk di dalamnya penjual mobil bekas, pialang saham, agen real estate, dan asuransi jiwa.

Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam satu artikel yang terkenal di bidang penanganan kesehatan 1963 yang berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care," di jurnal American Economic Review.

George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam karyanya tahun 1970: The Market for Lemons (Pasar Barang Kacangan). Ia menyebutkan bahwa, dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditi cenderung untuk turun, bahkan untuk barang yang tergolong berkualitas bagus.

Penjual yang tidak berniat baik dapat menipu pembeli dengan cara memberi kesan seakan-akan barang yang dijualnya bagus. Sehingga, banyak pembeli yang menghindari penipuan menolak untuk melakukan transaksi dalam pasar seperti ini, atau menolak mengeluarkan uang besar dalam transaksi tersebut. Sebagai akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus menjadi tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, dan akhirnya pasar akan dipenuhi oleh barang berkualitas buruk.

(5)

2.4.1. Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham dapat didefenisikan sebagai bukit penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Brigham, 2006 : 58). Saham berwujud selembar kertas yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferend stock) (Anoraga, 2003 : 54). a. Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang paling dikenal

masyarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi atau tidak memiliki hak-hak istimewa (Darmadji dan Fakhruddin, 2006 : 7). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

b. Saham preferen, meskipun tidak sepopuler saham biasa namun cukup berkembang, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan

(6)

antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal, antara lain : ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat diperlukan (convertible) dengan saham biasa.

Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit. Motivasi setiap investor dalam melakukan pembelian saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam dua hal, yaitu:

a. Pembagian dividen yang biasanya dilakukan satu tahun sekali. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. Bentuk dari dividen itu sendiri dapat berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham.

b. Kenaikan harga saham (capital gain), didapat berdasarkan selisih harga saham dengan harga beli dimana keuntungan didapat bila harga jual lebih tinggi dari harga beli saham.

Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan Imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring fluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat (Weston dan Van Horne, 2004 : 16).

(7)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 13), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat deviden dan mengalami capital loss.

a. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b. Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss ).

Adapun potensi resiko lain yaitu perusahaan bangkrut atau likuidasi, saham di-delist dari bursa, dan saham dihentikan sementara (suspensi).

a. Perusahaan bangkrut atau likuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi dalam

(8)

pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

b. Saham di-delist dari bursa

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk , misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan; mengalami kerugian beberapa tahun; tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun; dan berbagai kondisi lainya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

c. Saham dihentikan sementara(suspensi)

Risiko lain yang juga ‘’menggangu’’ para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi

(9)

atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

2.5.1. Penilaian harga saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu, investor harus maupun meperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal, antara lain:

1. Laba perusahaan

2. Pertumbuhan aktiva tahunan 3. Likuiditas

4. Nilai kekayaan total 5. Penjualan

Sementara itu, faktor eksternalnya yaitu: a. Kebijakan pemerintah dan dampaknya, b. Pergerakan suku bunga,

c. Fluktuasi nilai tukar mata uang, d. Rumor dan sentimen pasar,

e. Penggabungan usaha (business combination)

Penilaian harga saham bertujuan untuk menentukan saham mana yang memberikan tingkat keuntungan yang seimbang dengan modal yang diinvestasikan dalam saham tersebut. Menurut Jones dalam Damardji (2006: 159), penilaian terhadap surat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi atau kondisi industri perbankan, termasuk berbagai

(10)

indikator keuangan dan manajemen perusahaan seperti pendapatan; laba; pertumbuhan penjualan; return on equity; profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang.

b. Analisi teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham dimana dalam metode ini para analisis meggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham seperti harga saham dan volume transaksi.

Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwa dalam menentukan nilai sekuritas dimasa mendatang terdapat dua teknik analisis dimana analisis fundamental mengacu pada data-data di masa lalu, misalnya laporan keuangan. Analisi teknikal mengutamakan data berupa pengalaman dimasa lalu. Misalnya dengan menggunakan analisis grafik. Menurut Prakarti (2006:127), teknik analisis investasi yang paling banyak dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi dan analisis rasio keuangan.

a. Analisis fundamental adalah analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan yang menyangkut data-data historis perusahaan. Karena pada umumnya harga saham bergantung pada kinerja perusahaan yang bersangkutan.

b. Analisis teknikal adalah analisis yang menggunakan data-data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

(11)

c. Analisis ekonomi adalah analisis yang menggunakan berbagai indikator yang berkaitan dengan kondisi perekonomian, seperti pengenaan pajak; tingkat kesejahteraan masyarakat dan variabel ekonomi lainnya. d. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang didasarkan hubungan antar

pos dalam laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan.

Dalam hal ini, analisis ekonomi melihat dari segi perekonomian seperti pendapatan perkapita dan pendapatan kotor suatu negara. Analisis rasio keuangan merupakan bentuk spesifik dari analisis fundamental. Perbedaannya terletak pada penggunaan rasio keuangan untuk menentukan harga saham di masa mendatang.

2.6.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal juga berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Penelitian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaiman atau apakah modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhan. Artinya, permodalan yang dimiliki oleh bank yang sidasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank (Dendawijaya, kecukupan modal dalam model CAMEL dianalisis dengan menggunakan leverage ratio dan core capital to asset ratio. Dalam hal ini, penilaian didasarkan kepada capital adequacy ratio (CAR) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sesuai ketentuan

(12)

yang telah ditetapkan yang telah ditetapkan pemerintah, maka capital adequacy ratio (CAR) perbankan minimal harus 8% (Dendawijaya, 2004 : 121)

Bagi Bank yang memiliki capital adequacy ratio (CAR) dibawah 8% harus segera memperoleh perhatian dan penanganan yang serius untuk segera diperbaiki. Penambahan capital adequacy ratio (CAR) untuk mencapai seperti yang ditetapkan memerlukan waktu, sehingga pemerintah juga memberikan waktu sesuai dengan ketentuan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan, target capital adequacy ratio (CAR) tidak tercapai maka bank yang bersangkutan akan dikenai sanksi Suhardjono (2002 : 153)

2.7.1. Loan to Deposite Ratio (LDR)

Rasio loan to deposite ratio (LDR) berkaitan dengan likuiditas sebuah industri bank. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar terutama kewajiban-kewajiban jangka pendek yang ada dibank antara lain adalah simpanan masyarakat seperti tabungan, giro, dan deposito. Bank juga harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Berdasarkan pakfeb (1991), bank wajib memelihara likuditasnya yang didasarkan pada rasio loan to deposite ratio yaitu perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu 3 bulan. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkanoleh pemerintah, maka rasio loan to deposite ratio (LDR) harus dibawah 89,8% Hasibuan S. P. Melayu (2007)

(13)

2.8.1. Non-Performing Loan ratio (NPL)

Rasio non-performing loan menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah (Naser, 2003). Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.

Kredit yang digolongkan sebagai non-performing adalah kredit dengan kolektibilitas kurang lancar (tunggakan pokok/bunga diatas 90 hari sampai dengan 120 hari),diragukan (tunggakan pokok/ bunga diatas 120 hari sampai dengan 180 hari) dan macet (tunggakan pokok/ bunga diatas 180 hari). Kredit dalam kategori ini adalah kredit yang kemungkinan tertagih sangat tipis. Kredit juga merupakan aktiva produktif dari suatu bank, jadi jika aktiva ini kurang produktif atau bermasalah akan menghambat kinerja suatu bank.

Aktiva produktif adalah penanaman modal baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek, penempatan dana pada bank lain, penyertaan dan lain-lain. Oleh karena itu, para investor juga akan menilai suatu perbankan yang berujung pada keputusan investasi yang dapat mempengaruhi tingkat harga saham standar yang digunakan. Tingkat non-performing loan yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 5%

(14)

2.9.1. Return On Equity (ROE)

Rasio return on equity digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku (Darmadji dan Fakhruddin, 2006 : 6)

Rasio return on equity (ROE) sering digunakan untuk melihat tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikannya. Oleh karena itu, peningkatan dan penurun return on equity (ROE) mempengaruhi minat dari para investor yang akan berakhir pada putusan investasi yang diambil. Hal ini akan mampu mempengaruhi harga pasar saham.

2.10.1. Dividen

Stice et al. (2004:902) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proposal sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham dapat dibedakan menjadi dividen tunai, dividen saham, dividen properti dan dividen likuidasi.

(15)

2. Dividen saham (stock dividen), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.

3. Deviden properti (properti dividen), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga

4. Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai akibat likuidasi kannya perusahaan. Deviden yang dibagikan adalah selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.

Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen (dividen policy) adalah keputusan pihak manajemen pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap earning after tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen; diinvestasikan kembali; atau sebagian dividen dan sebagian diinvestasiakan kembali ke perusahaan (Sugiyarso dan Winarni, 2005:101) 2.2. Hipotesis Effisiensi Pasar (Efficient Market Hypotesis)

Effisiensi pasar adalah kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas dalam merespon informasi yang relevan, Dalam pasar modal yang effisien, harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek di masa yang akan datang dan ketika muncul informasi baru

(16)

tentang perusahaan tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya informasi baru tersebut. Wild, et al (2005:49) mendefenisikan pasar efisien dalam tiga bentuk.

Bentuk pertama adalah pasar efisien dalam bentuk lemah (weak form) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh data historis yang relevan. Dengan kata lain, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksikan nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan historis. Indonesia penganut pasar efisien dalam bentuk lemah.

Bentuk kedua adalah pasar efisien dalam bentuk setengah-kuat (semi-strong market) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi relevan yang dipublikasikan. Artinya harga saham yang terbentuk saat ini disamping pengaruh dari data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu juga dipengaruhi oleh semua informasi yang di publikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock plit, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Harga yang digunakan pada pasar dalam tingkatan ini adalah average price atau harga rata-rata.

Bentuk ketiga adalah pasar efisien dalam bentuk kuat (strong form) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi penting baik yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. Dalam tingkatan ini, penurunan laba yang tidak terduga pada suatu kuartal akan direspon oleh harga penurun laba tersebut dan ciri pasar dalam bentuk kuat adalah menggunakan harga pada awal periode

(17)

laporan keuangan. Dalam bentuk efisien kuat ini tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Crisna (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Pengaruh Return On Equity, Capita Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Deviden Payout Ratio terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia’’. menunjukkan bahwa ROE (Return On Equity), CAR (Capital Adequacy Ratio), NIM (Net Interest Margin), dan DPR (Deviden Payout Ratio), berpengaruh signifikan terhadap harga saham .

Umar (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Analis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 ’’. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Deviden Per Share (DPS) Berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan CAR, LDR, NPL, ROE, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Pratiwi, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’ Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio CAMEL Sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress Bank Umum yang terdaftar di BEI ’’. Variabel Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Good Corporate Govermance, Net Interest Margin, Loan to Deposite Ratio.

Tika (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’Pengaruh Ratio CAMEL terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI’’. Variabe CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, NIM tidak berpengaruh signifikan

(18)

terhadap harga saham, BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

N0 Judul Penelitian Peneliti Variabel Hasil penelitian

1

Analis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 Umar Mujtaba (2012) CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan) , LDR (Loan to Deposit Ratio) , ROE (Return On Equity), DPS (Deviden Per Share)

Hasi l Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Deviden Per Share (DPS) Berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan CAR, LDR, NPL, ROE, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

2

Pengaruh Return On Equity, Capita Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Deviden Payout Ratio terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

Crisna Heriyati (2009)

CAR (Capital adequacy Ratio), ROE (Return On Equity), DPR (Deviden Payout Ratio)

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ROE (Return On Equity), CAR (Capital Adequacy Ratio), NIM (Net Interest Margin), dan DPR (Deviden Payout Ratio), berpengaruh signifikan terhadap harga saham

3

Analisis Laporan Keuangan dengan menggunakan Rasio CAMEL Sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress Bank Umum yang terdaftar di BEI

Pratiwi Prima E. Situmorang (2011)

Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva, Produktif 1, Beban Operasional / Pendapatan

Operasional dan Loan to Deposite Ratio

Variabel Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Good Corporate Govermance, Net Interest Margin, Loan to Deposite Ratio

4

Pengaruh Ratio CAMEL terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di BEI

Tika Lestari (2010)

CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR,

Variabel CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, LDR, tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

(19)

2.4. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.4.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sistensis dari tinjauan teori dan tujuan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Bank yang memiliki kecukupan modal yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya sehingga harga sahampun meningkat. Jadi, rasio CAR memiliki pengaruh terhadap harga saham.

LDR menggambarkan seberapa besar kemampuan bank dalam membayar utang- utangnya dan membayar kembali kepada deposit sebagai dana pihak ketiga tanpa terjadi penangguhan. Pengelolaan LDR ini sendiri akan meningkatkan harga saham dimana dana yang diberikan kepada masyarakat seimbang proporsinya, yang disebut dengan kredit, dengan dana yang diterima dari masyarakat, yang disebut dengan deposit atau dana pihak ketiga yang mengindikasikan kepercayaan masyarakat juga meningkat. Jadi, LDR berpengaruh terhadap harga saham.

Kredit yang diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk produk jasa yang ditawarkan oleh industri perbankan. Semakin tinggi kredit bermasalah maka resiko yang ditanggung oleh bank menggambarkan kinerja perbankan tidak baik. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya dan mampu mempengaruhi harga saham. Jadi, NPL berpengaruh terhadap harga saham.

Manajemen memiliki tugas untuk mengelola aktiva yang dimiliki oleh industri perbankan sehingga menghasilkan laba yang optimal. Semakin tinggi

(20)

ROE yang dicapai menggambarkan manajemen mampu mengelola aktiva yang dimiliki sehingga kepercayaan investor meningkat untuk membeli sejumlah saham dari bank tersebut yang mengakibatkan harga saham juga meningkat. Jadi, ROE berpengaruh terhadap harga saham.

Perusahaan yang dapat memberikan dividen yang besar kepada para pemegang saham akan mempengaruhi harga saham sehingga harga saaham pun meningkat. Jika dividend per share (DPS) tinggi maka akan meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Jadi, dividend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4.2. Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49) ‘’hipotesis adalah yang merumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris’’. Hipotesis merupakan dugaan atau

Capital Adequacy Ratio ( CAR ) X1 Loan to Deposite Ratio ( LDR ) X2 Non – performing Loan ( NPL ) X3 Return On Equity ( ROE ) X

Dividend Per Share ( DPS ) X6

harga saham (Y)

(21)

relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitiannya sebagai berikut:

H1 : CAR berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. H2 : LDR tidak bepengaruh secara parsial terhadap harga

saham.

H3 : NPL tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.

H4 : ROE tidak berpengaruh secara secara parsial terhadap harga saham

H5 : DPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. H6 : CAMEL berpengaruh simultan terhadap harga saham.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual  2.4.2.       Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

 Banyaknya komponen Lingkungan lain yang terkena Dampak, Dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan. menimbulkan ampak sekunder dan dampak lanjutan

17 Persentase KK Miskin, Rentan Miskin, dan Tidak Miskin Kabupaten Sleman Tahun 2013 (Sumber: BPS Kab. Perkembangan pertumbuhan ekonomi pada grafik sebagai berikut:. Gambar 4.

yang tidak terencana dengan baik oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, sehingga setiap orang berhak mendapatkan haknya dalam penggunaan jalan raya untuk berusaha

Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa secara analisis statistik paket teknologi pemupukan organik yang diteliti berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi

Dalam penulisan tugas akhir ini lokasi yang dipakai adalah jalan Sampang – Pamekasan dengan (Sta.84+000 – 97+000) dan juga menggunakan jenis perkerasan yang berbeda yaitu

Selain itu pada Remote Desktop, gambar yang ditampilkan juga tergantung dari resolusi desktop komputer server , sehingga bila lebih kecil dari resolusi desktop komputer client

Penelitian ini memiliki rumusan masalah seperti: (1) bagaimana tingkat kerawanan longsorlahan di Kecamatan Salaman Kabupaten Salaman (2) bagaimana sebaran longsorlahan di

Masa evaluasi adalah masa dimana siswa akan tahu titik kelemahannya suatu penyelesaian masalah pelajaran yang selama ini ia hadapi, evaluasi merupakan titik