• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI NASIONAL DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA AKSI NASIONAL DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN TAHUN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 1

RENCANA AKSI NASIONAL

DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

TAHUN 2016 - 2019

DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

(2)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenanNya, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan KesehatanTahun 2016-2019 dapat tersusun.

Rencana Aksi Kegiatan ini merupakan salah satu jawaban dalam upaya meingimplementasikan 3 pilar kebijakan utama Kementerian Kesehatan dalam pembangunan Kesehatan Nasional, yaitu;1). Menekankan pada pentingnya paradigma sehat, 2). Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan 3). Pelaksanaan Jaminan Kesehatan yang bermutu dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Diharapkan Rencana Aksi Kegiatan ini akan menjadi arah perencanaan, program dan kegiatan serta implementasinya terkait pelaksanaan Program Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dalam mendukung pencapaian salah satu target Indikator Kinerja Program (IKP) pembangunan kesehatan.

Rencana Aksi Kegiatan ini merupakan proses pemilihan tujuan, kebijakan, sasaran dan penentuan strategi, program dan kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui Akreditasi.

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur sebagai bahan laporan kinerja tahunan Direktorat Mutu dan Akreditasi sampai dengan tahun 2019.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga selesainya Rencana Aksi Kegiatan ini. Semoga Rencana Aksi Kegiatan ini bermanfaat bagi kemajuan pembangunan kesehatan di Indonesia. Selamat bekerja, mari membangun Negara Indonesia tercinta. Salam sehat.

Jakarta, Januari 2016

Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,

dr. Eka Viora, Sp.KJ

NIP 195806301987092001

(3)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Sasaran D. Dasar hukum E. Ruang Lingkup

BAB II SITUASI DAN PERMASALAHAN KESEHATAN DI INDONESIA

BAB III ANALISA SITUASI DAN PETA JALAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

A. Analisa Situasi (SWOT), Analisis Posisi Bersaing dan Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer

B. Analisa Situasi (SWOT), Analisis Posisi Bersaing dan Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

C. Analisa Situasi (SWOT), Analisis Posisi Bersaing dan Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya

D. Analisa Situasi (SWOT), Analisis Posisi Bersaing dan Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

A. Kebijakandan Strategi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan B. Kebijakandan Strategi dalam Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan Primer

C. Kebijakandan Strategi dalam Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

D. Kebijakandan Strategi dalam Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya

(4)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 4

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

A. Program dan Kegiatan Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer

B. Program dan Kegiatan Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

C. Program dan Kegiatan Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya

BAB VI PERAN PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM PELAKSANAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VII PEMBIAYAAN BAB VIII PENUTUP

(5)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dan merupakan investasi untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, diharapkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu telah mulai mantap. Hal ini harus dibuktikan dengan membaiknya mutu pelayanan kesehatan yang didukung dengan ketersediaan Sumber Daya seperti sarana, prasarana, alat, tenaga, dan anggarandengan sasaran akhir meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat,serta menurunnya kesenjangan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antar daerah.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 14 menyatakan, “Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”.Hal ini selaras dengan pasal 55 yang intinya mengamanahkan bahwa pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.

Untuk mewujudkan sasaran pokok tersebut maka upaya peningkatan akses dan mutu pada tahun 2015 menjadi salah satu tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan khususnya Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan dan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan sebagaimana tercantum dalam RAN Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar tahun 2015 – 2019 dan dokumen perencanaan lainnya sesuai dengan Tugas Pokok berdasarkan Permenkes Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Setelah adanya restrukturisasi organisasi berdasarkan Permenkes Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka sejak Januari tahun 2016 tugas pokok dan fungsi peningkatan mutu menjadi tanggung jawab Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dalam mendukung pencapaian sasaran strategis RPJMN dan Renstra Kemenkes 2015 – 2019 yaitu meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, maka perlu disusun

(6)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 6 Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan periode tahun 2016 – 2019.

B. TUJUAN

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2016– 2019 bertujuan untuk:

1. Mendukung Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019

2. Tersedianya panduan pelaksanaan kegiatan mutu dan akreditasi pelayanan Kesehatan 2016 - 2019

3. Mendukung tercapainya indikator Kementerian Kesehatan

4. Adanya kesinambungan dan kelanjutan program mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan tahun 2016 - 2019

C. SASARAN

1. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota 2. Lintas program

3. Lintas sektor/Kementerian/Lembagaterkait

4. Pemerintah daerah, Organisasi Profesi, Asosiasi Fasilitas Kesehatan Primer, Organisasi perumahsakitan, Badan Pengawas Rumah Sakit,Asosiasi Institusi Pendidikan, Organisasi non pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat madani serta pemerhati mutu dan akreditasipelayanankesehatanlainnya.

D. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (INDIKATOR KELUARAN)

1. Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi

2. Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional 3. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap diakreditasi

4. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal tingkat nasional

E. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen,

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tetang PelayananPublik, 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang

PraktikKedokteran,

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan, 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

(7)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 7 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan

Daerah;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang TenagaKesehatan;

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentangKeperawatan; 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat

Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentangKerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan Nasional,

13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMNTahun 2016 – 2020;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2008 tentang Akreditasi Laboratorium Kesehatan;

15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 148 Tahun 2010tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 Tahun 2011tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;

21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013tentang Perubahanatas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/3/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014tentang Klinik; 24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan;

25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit;

(8)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 8 26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat;

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik MandiriDokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;

28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional;

29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal

31. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas,

32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1435 Tahun 2011 tentang Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan;

33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 390 Tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional;

34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 391 Tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Regional;

35. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang RenstraKementerian Kesehatan Tahun 2016 – 2020;

36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 400 Tahun 2016 tentang Penetapan BBLK Palembang, BBLK Jakarta, BBLK Surabaya dan BBLK Makassar sebagai Penyelenggara PME Tingkat Nasional.

37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 Tahun 2016 tentang Komisi Akreditasi FKTP

F. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Rencana Aksi Kegiatan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan meliputi:

1. Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Puskesmas 2. Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit

(9)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 9

BAB II

SITUASI DAN PERMASALAHAN KESEHATAN DI INDONESIA

A. SITUASI SAAT INI

Beberapa Isu permasalahan Mutu Pelayanan Kesehatan:

1. Sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan sebuah sistem yang dinamis dapat mengikuti berbagai perubahan baik dari peribahan sistem kesehatan maupun dari perubahan sistem di luar kesehatan. Salah satu perubahan besar dalam sistem kesehatan adalah perubahan dalan sistem jaminan kesehatan nasional. Di luar sistem kesehatan perubahan yang sangat terasa adalah semakin meningkatnya tuntutan keterbukaan yang terkait dengan keterbukaan publik.

a. Pelayanan kesehatan di tingkat primer,Termasuk pelayanan penunjang b. Pelayanan Kesehatan di tingkat rujukan, termasuk pelayanan penunjang c. Pelayanan Kesehatan Lainnya

2.

JKN telah membuat perubahan mendasar dalam sub sistem pembiayaan di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Perubahan ini belum diikuti dengan perubahan mendasar pada sub sistem yang lainnya secara optimal termasuk perubahan dalam pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan melalui regulasi mutu kesehatan. Kerangka kerja regulasi kesehatan yang terdiri dari upaya perijinan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pengaturan jumlah dan penyebaran fasilitas SDM kesehatan, serta sosialisasi kepada masyarakat berjalan seperti sebelum penerapan JKN kecuali untuk regulasi yang terkait dengan tarif INA CBGs dan Sistem Kapitasi.

a. Pelayanan kesehatan ditingkat primer

Sejak tahun 2012 ada inisiasi dari kemenkes melalui Dit BUKD Ditjen BUK akan dijadikan gate keeper dalam mendukung sistem JKN, oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan di FKTP yang berkualitas. Sejalan dengan itu maka Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas telah mengamanatkan bahwa Puskesmas wajib terakreditasi, demikian juga dengan klinik pratama sebagimana yang diamanatkan dalam permenkes nomor 9 tahun 2014. Pada saat yang bersamaan pada tahun kedua Tahun 2012-2013 menyusun standar akreditasi. Kemudian ujicoba standar pada tahun 2014. Kemudian ujicoba implementasi akreditasi puskesmas di 2 provinsi yaitu NTT dan Jatim pada tahun 2015 dengan dana AIPHSS. Pada tahun 2015 ada 100 Puskesmas yang terakreditasi di 93 Kecamatan dengan kategori kelulusan tingkat Paripurna 2 (0,2%) dari puskesmas yang disurvei, dari kategori kelulusan tersebut menunjukan bahwa puskesmas yang sudah memberikan pelayanan sesuai standar khususnya terkait dengn mutu baru 0,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan sementara masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di puskesmas.

(10)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 10 Periode 2015-2017 lebih mengedepankan lebih pada tahap pengenalan, Sosialisasi dan pemahaman serta sosialisasi budaya mutu dan keselamatan, dan pengenalan tata kelola yang baik (manajemen puskesmas) dan tata kelola klinisnya. Periode 2018-2019 diharapkan sudah muncul kesadaran bagi Dinkes dan Puskesmas bahwa akreditasi adalah kebutuhan dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien yang bertahap dan berkesinambungan.

b. Pelayanan kesehatan ditingkat rujukan

Upaya peningkatan mutu banyak dilakukan dalam berbagai macam kegiatan dan diselenggarakan oleh barbagai macam institusi pemerintah dan swasta. Sejak tahun 1995 pemerintah melakukan inisiasi untuk mengukur mutu pelayanan RS melalui akreditasi. Akreditasi dilaksanakan oleh lembaga Komisi Akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya (KARS) di bawah koordinasi Ditjen Yanmed. Secara bertahap KARS menerapkan standar akreditasi: 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan dengan orientasi pada input dan dokumen yang berlaku sampai dengan Juni 2012. Sejak tahun 2012 KARS menerapkan standar versi 2012 yang diadopsi dari JCI edisi 4. Dalam standar Versi 2012 sudah menerapkan input, proses, dan output secara terintegrasi. Pada tahun 2015 KARS menjadi lembaga independen dan mendapatkan Sertifikasi ISQUA yaitu lembaga internasional yang melaksanakan akreditasi lembaga akreditasi secara kelembagaan dan pelatihan surveior. Pencapaian akreditasi RS di indonesia sampai dengan 2017 sebanyak 44% dinyatakan lulus Paripurna dari seluruh RS di Indonesia. Dengan demikian masih perlu ditingkatkan pelayanan mutu dan keselamatan pasien agar dapat memenuhi standar akreditasi akreditasi dengan kelulusan Paripurna.

c. Pelayanan kesehatan lainnya

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan lainnya, salah satunya peningkatan mutu laboratorium kesehatan telah dilakukan sejak tahun 2008 yaitu dengan ditetapkannya Kepmenkes 298 tahun 2008 tentang akreditasi laboratorium kesehatan. Hingga saat ini jumlah labkes yang terakreditasi baru mencapai 121 Labkes dari 1000... Labkes.

3. Beberapa permasalahan mutu pelayanan kesehatan antara lain: pelayanan yang belum sesuai dengan kebutuhan pasien, minimnya keterlibatan pasien dan keluarga, belum optimalnya pemenuhan terhadap hak pasien dan keluarga, rendahnya mutu dan keselamatan pasien, serta fragmentasi sistem pelayanan kesehatan, dll. Selama era JKN, indikator mutu yang mengukur akses dan efisiensi sangat menjadi perhatian. Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mutu pelayanan kesehatan seperti efektifitas, keselamatan, responsiveness, dll. Beberapa upaya peningkatan mutu yang telah ada dilakukan melalui mekanisme:

(11)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 11 a. Lisensi atau perijinan seperti: perijinan RS, Ijin Klinik, Ijin Apotik yang diberikan

Kementerian Kesehatan atau Dinkes.

b. Mekanisme Sertifikasi seperti RS Sayang Ibu dan Anak, Bidan Delima, Sertifikat ACLS dan ATLS

c. Akreditasi seperti Akreditasi RS, Akreditasi Puskesmas, Akreditasi Laboratorium, Akreditasi Klinik, dll

B. SITUASI YANG DIHARAPKAN

Kondisi umum kesehatan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan tersebut sudah terdapat di hampir semua Kecamatan, Kabupaten/kota dan Provinsi, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Demikian juga dengan sistem rujukan, belum dapat berjalan dengan optimal.

Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan Daerah, kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan dan sistem informasi.Di sisi lain, jumlah, jenis, mutu pelayanan kesehatan juga masih belum merata, terutama karena ketersediaan SDM kesehatan baik jumlah, jenis dan mutuserta kompetensi yang belum merata terutama di daerah terpencil, sangat terpencil dan perbatasan. Demikian juga ketersedian sarana prasarana dan peralatan masih kurang memadai terutama di daerah terpencil, sangat terpencil dan perbatasan.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain : 1. Penguatan upaya promotif dan preventif

2. Perubahan Pola Penyakit

Beban ganda penyakit, dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)

3. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional mutu kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.

4. Mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan belum optimal. 5. Distribusi Tenaga Kesehatan yang tidak merata.

6. Jangkauan Akses Menuju Universal Health Coverage.

(12)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 12 8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan

lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. 9. Diberlakukannya Permenkes Nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN :

a. akreditasi FKTP merupakan salah satu syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2021

b. akreditasi Rumah Sakit merupakan salah satu syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2019

10. Kesiapan tenaga Indonesia menghadapi dan bersaing dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga perdagangan bebas yang mencakup barang dan jasa, termasuk jasa kesehatan antar sesama negara anggota ASEAN tidak ada batasnya lagi.

Untuk mengantisipasi tantangan tersebut, maka Kementerian Kesehatan telah menetapkan 3 (tiga) pilar utama kebijakan pembangunan kesehatan yaitu; 1) Menekankan pada pentingnya paradigma sehat, 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan 3) Pelaksanaan Jaminan Kesehatan yang bermutu dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang setingggi-tingginya.

Paradigma sehat merupakan upaya Kementerian Kesehatan untuk merubah pola pikir stakeholder dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan, dengan peningkatan upaya promotif-preventif, pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan keluarga, peningkatan keterlibatan lintas sektor dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Penguatan pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk menjamin keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengacu pada 3 (tiga) hal penting sebagai berikut:

a. Peningkatan akses, Optimalisasi Sistem Rujukan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan b. Penerapan pendekatancontinuum of care.

c. Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk).

Program JKN ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik Penerima Bantuan Iuran (PBI) ataupun Non-PBI. Dalam pengembangan JKN ini Kementerian Kesehatan fokus pada pengembangan benefit package, menggunakan sistem pembiayaan asuransi dengan azas gotong royong, serta melakukan kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan.

Fasilitas pelayanan kesehatan menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setingi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki peranan penting dalam Sistem Kesehatan Nasional, khususnya dalam sub sistem upaya kesehatan oleh karena itu Puskesmas dituntut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Agar fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan dapat menjalankan fungsinya secara optimal, perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan maupun

(13)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 13 sumberdaya yang digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan kesehatan yang bermutu.

Penilaian keberhasilan fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan dapat dilakukan oleh internal organisasi fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan itu sendiri, yaitu dengan Penilaian Kinerja fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan yang mencakup manajemen sumber daya termasuk alat, obat, keuangan dan tenaga, serta didukung dengan manajemen sistem pencatatan dan pelaporan.

Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standard yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.

Sejalan dengan hal tersebut, maka melalui Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014, pasal 39 telah mengamanatkan bahwa Puskesmas dalam peningkatan mutu pelayanan, maka Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Demikian juga dalam UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa RS wajib terakreditasi minimal 3 tahun sekali. Akreditasi Puskesmas dan rumah sakitjuga telah ditetapkan sebagai salah satu indikator kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang juga sekaligus indikator Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 sebagaimana yang diamanatkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 dan RPJMN tahun 2015-2019, yaitu Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal1 (satu) Puskesmas tersertifikasi akreditasi, dan jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 (satu) RSUD tersertifikasi akreditasi nasional. Selain itu diberlakukannya Permenkes Nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2019 untuk akreditasi Rumah Sakit dan tahun 2021 untuk akreditasi Puskesmas.

(14)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 14

BAB III

ANALISA SITUASI DAN PETA JALAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN

AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

Dalam menyusun Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, perlu dilakukan analisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan dan pencapaian target akreditasi pelayanan kesehatan. Dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtinties, Threats) akan terindentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan relatif terhadap pencapaian tujuan.

A. Pelayanan Kesehatan Primer

1. Analisa Situasi

a. Faktor Internal

1) Kekuatan

a) Ditetapkannya Akreditasi Puskesmas sebagai salah satu Indikator Kinerja Kementerian Kesehatan

b) Terdapat kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan

c) Terdapat berbagai sumber alokasi anggaran dalam pelaksanaan program Akreditasi Puskesmas.

d) Adanya Direktorat Mutu Dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan e) Tersedianya Roadmap pelaksanaan akreditasi Puskesmas f) Tersedia sistem upaya kesehatan sampai tingkat Puskesmas. g) Adanya tenaga surveior dan pendamping Akreditasi.

h) Kewenangan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan

i) Terdapat Standar Pelayanan Minimal

j) Sudah memiliki standar akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya

k) Adanya Komisi Akreditasi FKTP

2) Kelemahan

a) Pelaksanaan UU NO. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah belum optimal. b) Perencanaan pembangunan kesehatan sering tidak dilaksanakan secara terpadu

baik dilintas program maupun lintas sektor.

c) Penyelenggaraan manajemen kesehatanbelum terpadu dan berkesinambungan d) Belum semua pelayanan bidang kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal (SPM).

e) Penempatan tenaga belum sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan. f) Pelaksanaan pembinaan teknis bidang kesehatan masih kurang.

(15)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 15 g) Keterbatasan sarana prasarana dan alkes

h) Sistem Informasi kesehatan untuk mendukung manajemen kesehatan masih belum optimal.

i) Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan akreditasi cukup besar j) Jumlah tenaga pendamping dan surveior masih kurang

k) Penyelenggara akreditasi FKTP belum independen

b. Faktor Eksternal

1) Peluang

a) Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas

b) Akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS.

c) Terdapat peraturan perundangan yang terkait dengan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.

d) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

e) Adanya kebijakan nasional tentang percepatan pembangunan dalam bidang kesehatan.

f) Adanya desentralisasi yang memberikan peluang cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya, mengelola dan memanfaatkannya sesuai dengan kompetensi dan kepentingannya.

g) Kemajuan yang pesat ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.

2) Tantangan

a) Semakin terbukanya pasar bebas dengan diberlakukannya MEA.

b) Pemahaman surveior tentang konsep penilaian akreditasi tidak seragam

c) Banyaknya lembaga yang memberikan pelatihan akreditasi tetapi tidak sesuai standar

d) Sarana dan prasarana, serta tenaga kesehatan di Puskesmas belum terpenuhi sesuai kebutuhan

e) Pencairan dana pelaksanaan akreditasi tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

2. Analisi Posisi Bersaing

Setelah mengetahui faktor internal dan faktor eksternal, selanjutnya dilakukan Analisis Posisi Bersaing. Namun sebelum dilakukan Analisis Posisi Bersaing maka perlu ditentukan faktor internal dan eksternal tersebut yang menjadi faktor kunci keberhasilan (FKK) atau faktor strategis yang dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran. FKK adalah faktor yang memiliki potensi atau kekuatan lebih besar dari pada faktor-faktor lain yang terkait dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah

(16)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 16 ditetapkan atau faktor apa yang menyebabkan organisasi dapat berhasil mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi.Untuk memperoleh FKK dilakukan pembobotan semua elemen yang ada pada faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Dalam menentukan bobot faktor dilakukan Focus Discution Group (FGD) berdasarkan urgensi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor strategis yang dianggap dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut:

2.1. Kekuatan

NO STRENGH BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT

1 Ditetapkannya Akreditasi Puskesmas sebagai salah satu Indikator Kinerja Kementerian Kesehatan

0,3 80 24

2 Terdapat kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan

0.25 75 18,75

3 Terdapat berbagai sumber alokasi anggaran dalam pelaksanaan program Akreditasi Puskesmas.

0.25 75 18,75

4 Adanya Direktorat Mutu Dan Akreditasi

Pelayanan Kesehatan 0.2 70 14

TOTAL 1 79

2.2. Kelemahan

NO WEAKNESS BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT

1 Pelaksanaan UU NO. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah belum optimal.

0.3 80 24

2 Perencanaan pembangunan kesehatan sering tidak dilaksanakan secara terpadu baik dilintas program maupun lintas sektor.

0.25 75 18,75

3 Penyelenggaraan manajemen kesehatan

belum terpadu dan berkesinambungan 0.25 70 17,5 4 Belum semua pelayanan bidang

kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

0.2 70 14

(17)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 17

2.3. Peluang

NO OPPORTUNITY BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT

1 Tuntutan masyarakat terhadap

peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas

0.35 80 28

2 Akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS.

0.3 75 22,5

3 Terdapat peraturan perundangan yang terkait dengan Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.

0.2 70 14

4 Undang-undang nomor 23 tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah 0.15 70 10,5

TOTAL 1 75

2.4. Tantangan

NO THREAT BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT

1 Semakin terbukanya pasar bebas. 0,3 75 22,5 2 Pemahaman surveior tentang konsep

penilaian akreditasi tidak seragam 0.25 70 17,5 3 Banyaknya lembaga yang memberikan

pelatihan akreditasi tetapi tidak sesuai standar

0.25 65 16,25

4 Terbatasnya rekrutmen tenaga kesehatan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

0.2 65 13

TOTAL 1 69,25

Setelah pembobotan selesai, maka kita menentukan koordinat untuk grafik analisis. Untuk koordinat x diisi dengan bagian jumlah skor dari strengh dan jumlah skor dari weakness, sedangkan di koordinat y diisi dengan bagian jumlah skor dari threat dan jumlah skor dari opportunity. Dari hasil pembobotan, ditetapkan posisi bersaing sebagai berikut:

(18)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 18 Dari penetapan kuadran di atas, Program Akreditasi Puskesmas berada di kuadran I yang mengindikasikan, Akreditasi Puskesmas mempunyai posisi bersaing dengan kondisi kekuatan lebih menonjol daripadakelemahan, dan mempunyai peluang yang masih lebih tinggi dari ancamannya, sehingga Akreditasi Puskesmas merupakan alat ukur yang tepat untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan.

Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Puskesmas

Salah satu Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan (IKK) sebagaimana yang tercantum dalam Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 dan RPJMN tahun 2015-2019 yaitu jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada 7.160 Kecamatan (Permendagri No. 56 tahun 2015), dan ada 9.754 Puskesmas (Pusdatin, Des 2015). Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2021

Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu disusun Peta Jalan Akreditasi Puskesmas tahun 2016-2020 yang dibagi dalam beberapa tahapan, dan pelaksanaan kegiatannya dikelompokkan dalam 5 tahun, guna menjamin terlaksananya akreditasi Puskesmas secara sistematis dengan skala prioritas mengingat keterbatasan sumber daya.

1. Tahun 2016

Target kumulatif : 700 kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi. Pada tahun ini diutamakan pada 470 Puskesmas belum tersertifikasi pada tahun 2015 di 64 kab/kota yang ditambah minimal 1 Puskesmas pada Kab/kota yang memperoleh dukungan DAK Non Fisik untuk Akreditasi Puskesmas.

(19)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 19 Sampai dengan tahun ini, 1484 Puskesmas telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 1312 kecamatan. Dengan demikian masih ada 8.270 Puskesmas yang belum tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 5.848 Kecamatan. Keseluruhan Puskesmas tersebut diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 – 2020). Untuk mencapai target seluruh puskesmas terakreditasi di tahun 2020 maka perlu diketahui jumlah Puskesmas yang harus diakreditasi per Kecamatan per tahun dari total 9.754 Puskesmas yang tersebar di 7.160 Kecamatan.

Untuk mendapatkan jumlah Puskesmas yang harus diakreditasi per Kecamatan maka perlu membandingkan antara jumlah Kecamatan dengan Puskesmas di seluruh Indonesia.

Base line data didasarkan data pada tahun 2016 sebagai berikut: Diketahui :

a. Ada 9.754 Puskesmas ( Pusdatin, 31 Desember 2015) b. Ada 7. 160 Kecamatan ( Permendagri 56/2015)

c. Ada 1.484 Puskesmas telah terakreditasi yang tersebar di 1.312 Kecamatan (Komisi Akreditasi FKTP, 31 Desember 2016)

d. Berdasarkan data pada poin a,b, dan c maka masih ada 8.270 Puskesmas yang belum terakreditasi yang tersebar di 5.848 Kecamatan yang harus terakreditasi dalam jangka 4 tahun ke depan ( 2017-2020)

e. Untuk menentukan target Puskesmas tersertifikasi per tahun (2017-2020) maka dilakukan perbandingan antara Jumlah Puskesmas dengan jumlah Kecamatan yang belum terakreditasi adalah : 8.270 dibagi 5.848 adalah 1, 414, sehingga disetiap satu kecamatan, ada 1,414 Puskesmas yang harus terakreditasi.

f. Target kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi didasari pada jumalah Kecamatan yang sudah tercapai tahun 2016, jumlah kecamatan yang pencapainnya harus selesai tahun 2020 dan target pertahun yang tercantum dalam Renstra Kemenkes tahun 2015 -2019 revisi tahun 2016, yaitu:

Tahun 2016 sudah tercapai 1. 312 Kecamatan Tahun 2017 ditargetkan : 2. 100 Kecamatan Tahun 2018 ditargetkan : 2. 100 Kecamatan Tahun 2019 ditargetkan : 1000 Kecamatan Tahun 2020 ditargetkan : 648 Kecmatan

2. Tahun 2017

a. Berdasarkan target tahun 2017, harus ada 2.100 kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 2.969 Puskesmas (2100 x 1,414).

b. Target kumulatif: 3.412 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi, dengan 4.453 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas

(20)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 20 yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga tahap pertama dengan tetap mempertimbangkan unsur pemerataan Puskesmas yang terakreditasi

3. Tahun 2018

a. Berdasarkan target tahun 2018, harus ada 2.100 kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 2.969 Puskesmas (2100 x 1,414).

b. Target kumulatif: 5.512 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi, dengan 7.422 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga tahap kedua dengan tetap mempertimbangkan unsur pemerataan Puskesmas yang terakreditasi

4. Tahun 2019

a. Berdasarkan target tahun 2019, harus ada 1.000 kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 1.414 Puskesmas (1.000 x 1,414).

b. Target kumulatif: 6.512 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi, dengan 8.836 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga tahap ketiga dengan tetap mempertimbangkan unsur pemerataan Puskesmas yang terakreditasi

5. Tahun 2020

a. Berdasarkan target tahun 2020, harus ada 648 kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 916 Puskesmas (652 x 1,414).

b. Target kumulatif: 7.160 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi, dengan 9.754 Puskesmas, sehingga pada tahun 2020, seluruh Puskesmas di Indonesia telah terakreditasi.

(21)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 21

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Analisa Situasi

a. Faktor Internal

1) Kekuatan

a) Adanya Regulasi terkait kewajiban RS memberikan pelayanan yang bermutu dan wajib terakreditasi minimal 3 tahun sekali

b) Dukungan Pemerintah dibentuknya Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dalam SOTK baru

c) Adanya Program Upaya Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan melalui akreditasi RS sesuai Peta Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

d) Dukungan Penetapan Indikator sesuai RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 yaitu Jumlah Kabupaten/ Kota yang memiliki minimal 1 RSUD terakreditasi

e) Pemantauan indikator- indikator mutu pelayanan sesuai standar mutu pelayanan dan akreditasi

f) Dukungan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah terkait upaya Pemenuhan standar RS dan pencapaian akreditasi

g) Dukungan Anggaran yang dialokasikan di RSUD sesuai pencapaian target pencapaian indikator dalam bentuk Dana Alokasi Khusus Non Fisik Akreditasi sejak tahun 2016

h) Tersedia program-program yang memperkuat proses upaya peningkatan mutu dan persiapan akreditasi RS

(22)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 22 2) Kelemahan

a) Pelaksanaan UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah belum optimal.

b) Koordinasi Perencanaan pembangunan kesehatan sering belum dilaksanakan secara terpadu baik dilintas program maupun lintas sektor. c) Penyelenggaraan manajemen rumah sakitbelum terpadu dan

berkesinambungan

d) Belum ada Kerangka Mutu Nasional yang mengintegrasikan Kebijakan, dan Strategi Mutu Pelayanan Kesehatan.

e) Distribusi tenaga yang kompeten belum merata sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan rumah sakit.

b. Faktor Eksternal

3) Peluang

a) Sudah ada Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi RS yang terakreditasi ISQua

b) Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu pelayanan rumah sakit c) Akreditasi RS merupakan salah satu persyaratan mutlak kerja sama

dengan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)

d) Adanya perubahan RSUD menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

e) Adanya desentralisasi yang memberikan peluang cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya, mengelola dan memanfaatkannya sesuai dengan kompetensi dan kepentingannya. f) Dukungan dalam perencanaan penyusunan Kerangka Mutu Nasional

yang mengintegrasikan Kebijakan, dan Strategi Mutu Pelayanan Kesehatan dari WHO

i) Dukungan Pemantauan Indikator Mutu terpadu melalui Sistem Informasi Data dan Dokumen Lembaga Akreditasi Independen

4) Tantangan

a) Mutu dan Keselamatan Pasien belum menjadi budaya kinerja SDM di Rumah sakit

b) Perubahan Pejabat/ SDM di daerah yang sangat cepat sehingga pemahaman dan monitoring evaluasi standar mutu pelayanan dan akreditasi rumah sakit tidak optimal

c) Pemeliharaan Sarana dan prasarana, serta kompetensi tenaga kesehatan di rumah sakit belum terpenuhi sesuai kebutuhan

d) Pencairan dana pelaksanaan akreditasi tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

(23)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 23 2. Analisa Posisi Bersaing

Setelah mengetahui faktor internal dan faktor eksternal, selanjutnya dilakukan Analisis Posisi Bersaing. Namun sebelum dilakukan Analisis Posisi Bersaing maka perlu ditentukan faktor internal dan eksternal tersebut yang menjadi faktor kunci keberhasilan (FKK) atau faktor strategis yang dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran. FKK adalah faktor yang memiliki potensi atau kekuatan lebih besar dari pada faktor-faktor lain yang terkait dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan atau faktor apa yang menyebabkan organisasi dapat berhasil mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi.Untuk memperoleh FKK dilakukan pembobotan semua elemen yang ada pada faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam menentukan bobot faktor dilakukan Focus Group Discussion (FGD)berdasarkan urgensi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor strategis yang dianggap dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan

NO. KEKUATAN BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT

1 Adanya Regulasi terkait kewajiban RS memberikan pelayanan yang bermutu dan wajib terakreditasi minimal 3 tahun sekali

0,3 4 1,2

2 Dukungan Pemerintah dibentuknya Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dalam SOTK baru

0.2 4 0,8

3 Adanya Peta Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Penetapan Indikator sesuai RPJMN dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 yaitu Jumlah Kabupaten/ Kota yang memiliki minimal 1 RSUD terakreditasi nasional

0.1 3 0,3

4 Dukungan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah terkait upaya Pemenuhan standar RS dan pencapaian akreditasi

0,2 4 0,8

5 Dukungan Anggaran yang dialokasikan di RSUD sesuai pencapaian target pencapaian indikator dalam bentuk Dana Alokasi Khusus Non Fisik Akreditasi sejak tahun 2016

0,2 4 0,8

(24)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 24

2. Kelemahan

NO. KELEMAHAN BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Pelaksanaan UU Nomor23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah belum optimal. 0,2 2 0,4 2 Koordinasi Perencanaan pembangunan

kesehatan sering belum dilaksanakan secara terpadu baik dilintas program maupun lintas sektor.

0,3 3 0,9

3 Belum ada Kerangka Mutu Nasional yang mengintegrasikan Kebijakan, dan Strategi Mutu PelayananKesehatan

0,25 4 1,0

4 Distribusi tenaga belum merata sesuai dengan

kompetensi dan kebutuhan rumah sakit 0,25 3 0,75

TOTAL 1 3,05

3. Peluang

NO. OPPORTUNITY BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Akreditasi RS merupakan salah satu persyaratan

mutlak kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)

0.4 4 1,6

2 Adanyaperubahan RSUD menjadi Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) 0.2 2 0,4

3 Dukungan dalam perencanaan penyusunan Kerangka Mutu Nasional yang mengintegrasikan Kebijakan, dan Strategi Mutu Pelayanan Kesehatandari WHO

0.3 3 0,9 4 Dukungan Pemantauan Indikator Mutu terpadu

melalui Sistem Informasi Data dan Dokumen Lembaga Akreditasi Independen

0.1 4 0,4

TOTAL 1 3,3

4. Tantangan

NO. THREAT BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Mutu dan Keselamatan Pasien belum menjadi

budaya kinerja SDM di Rumah sakit 0,3 2 0,6 2 Perubahan Pejabat/ SDM di daerah yang sangat

cepat sehingga pemahaman dan monitoring evaluasi standar mutu pelayanan dan akreditasi rumah sakit tidak optimal

0,2 2 0,4

3 Pemeliharaan Sarana dan prasarana, serta kompetensi tenaga kesehatan di rumah sakit belum terpenuhi sesuai kebutuhan

0,25 2 0,5 4 Pencairan dana pelaksanaan akreditasi tidak

sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. 0,25 2 0,5

(25)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 25 Setelah pembobotan selesai, maka kita menentukan koordinat untuk grafik analisis. Untuk koordinat x diisi dengan bagian jumlah skor dari strengh dan jumlah skor dari weakness, sedangkan di koordinat y diisi dengan bagian jumlah skor dari threat dan jumlah skor dari opportunity. Dari hasil pembobotan, ditetapkan posisi bersaing sebagai berikut:

Gambar 2. Posisi bersaing Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

Dari penetapan kuadran di atas, Program Akreditasi Laboratoriun Kesehatan berada di kuadran I yang mengindikasikan bahwa Sub Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan berada dalam posisi situasi yang menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Peta Jalan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan 1. Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional.

Target pencapaian Indikator Jumlah Kab/ Kota yang memiliki 1 RSUD terakreditasi sampai tahun 2019 sebanyak 481 Kabupaten/ Kota. Indikator ini sejalan target dalam RPJMN 2015 - 2019 dan sejalan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 tahun 2015 di manaakreditasi dipersyaratkan sebagai salah satu syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2019. Dalam penyusunan target RPJMN 2015 -2019 telah ditetapkan target pencapaian akreditasi rumah sakit melalui peta jalan adalah sebagai berikut:

S O T W 1,3 0,85

Sumbu “X” : selisih total Nilai Bobot Kekuatan – Kelemahan (3,9- 3,05 = 0,85)

Sumbu “Y” : selisih total Nilai Bobot Peluang – Ancaman (3.3 – 2,0 = 1,3

(26)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 26 Tahun 2015 : 94 Kabupaten/ Kota

Tahun 2016 : 190 Kabupaten/ Kota Tahun 2017 : 287 Kabupaten/ Kota Tahun 2018 : 434 Kabupaten/ Kota Tahun 2019 : 481 kabupaten/ Kota

Gambar 3.Peta Jalan Sub Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan

Tahap pelaksanaan

 Tahun 2015:

Kegiatan Pencapaian Target Indikator Akreditasi RS merupakan tugas pokok dan fungsi Sub Direktorat Bina Akreditasi Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya di bawah Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan (BUKR). Upaya percepatan pencapaian akreditasi hanya dilakukan oleh Sub Direktorat Bina Akreditasi Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya berkoordinasi dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) untuk memfasilitasi RSUD yang akan melaksanakan akreditasi RS menggunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Target jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD terakreditasi pada tahun 2015 adalah 94 Kabupaten/Kota. Hingga saat ini ada 65RSUD yang terakreditasi tersebar pada 53 Kabupaten/ Kota.

 Tahun 2016:

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang SOTK Kementerian Kesehatan, maka telah terbentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 Sub Direktorat, salah satunya adalah Sub Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.

Pada tahun 2016, upaya pencapaian target akreditasi didukung dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi yang pemanfaatannya diatur dengan

JUMLAH

KABUPATEN/KOTA

YANG MEMILIKI

MINIMAL 1 RSUD YANG TERSERTIFIKASI

AKREDITASI NASIONAL

2015

2016

2017

2018 2019

94*)

190*)

287*)

384*)

481*)

*Jumlah Kumulatif

434*)

(27)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 27 Permenkes Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan serta Sarana dan Prasarana Penunjang Sub Bidang Sarpras Bidang Kesehatan tahun Anggaran 2016. RSUD yang diprioritaskan mendapatkan DAK Non Fisik Akreditasi adalah RSUD yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional, Provinsi dan Regional.

Pada tahun 2016 ditargetkan 96 Kabupaten/ Kota memiliki RSUD terakreditasi sehingga secara akumulasi tercapai 190 Kabupaten/ Kota memiliki 1 RSUD terakreditasi.

Adanya Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Revisi Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN maka diusulkan perubahan yaitu penambahan target pencapaian dalam Peta Jalan Akreditasi Rumah Sakit tahun 2018 dan 2019. Dengan demikian target pada Peta Jalan akreditasi Rumah Sakit tahun 2018 adalah 147 Kab/Kota (target kumulatif adalah 434 Kab/Kota) dan pada tahun 2019 adalah 47 Kab/Kota (target kumulatif adalah 481 Kab/Kota).

 Tahun 2017

Pada tahun 2017, upaya pencapaian target akreditasi dengan dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi. Pada tahun 2017 ditargetkan 97 Kabupaten/ Kota memiliki RSUD terakreditasi sehingga secara akumulasi tercapai 287 Kabupaten/ Kota memiliki 1 RSUD terakreditasi.

 Tahun 2018

Sehubungan dengan akan diberlakukannya ketentuan persyaratan akreditasi sebagai syarat mutlak kredensial rumah sakit yang akan bekerja sama dengan BPJS maka sesuai dengan perubahan target Peta Jalan Akreditasi Rumah Sakit ditargetkan 147 Kabupaten/Kota yang memiliki 1 RSUD terakreditasi. Hal ini berarti secara kumulatif akan tercapai 434 Kabupaten/Kota.

Perlu dipertimbangkan bahwa pada tahun 2018 akan dilaksanakan re-akreditasi bagi 65 RSUD di 53 Kabupaten/Kota yang telah terakreditasi pada tahun 2015.

Mengingat akreditasi merupakan syarat mutlak kredensial untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2019 diasumsikan masih terdapat 47 Kabupaten/Kota yang harus memiliki RSUD terakreditasi.

Oleh karena itu perlu dibuat terobosan untuk mempercepat pencapaian akreditasi pada akhir tahun 2018.

 Tahun 2019

Pada tahun 2019 diasumsikan masih tersisa 47 Kabupaten/Kota yang belum memiliki RSUD terakreditasi. Selain melakukan upaya inovasi untuk percepatan pencapaian akreditasi rumah sakit, maka perlu dipertimbangkan penyiapan re-akreditasi RSUD yang telah terakreditasi pada tahun 2016.

(28)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 28

2. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan

 Tahun 2016

Dengan terbentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 Sub Direktorat, salah satunya adalah Sub Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan yang memiliki tugas pokok fungsinya menyiapkan kebijakan, bimbingan teknis dan monitoring serta evaluasi tentang mtu pelayanan kesehatan rujukan. Diawali dengan melakukan kajian-kajian terkait mutu pelayanan kesehatan rujukan. Pada saat bersamaan telah dilakukan pembahasan Draf Peraturan Pemerintah tentang Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai turunan dari UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit khususnya tentang Mutu Pelayanan. Dalam perjalanannya ternyata diperlukan adanya Kerangka Mutu Nasional yang akan menjadi acuan dalam menetapkan Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional. Pada awal tahun 2016 telah dilakukan upaya-upaya mendapatkan referensi untuk menyusun Kerangka Mutu Nasional dan mulai menyusun indikator-indikator mutu pelayanan kesehatan rujukan mengacu pada 6 dimensi mutu yang ditetapkan oleh WHO.

Pada tahun 2016 direncanakan penyusunan pedoman dalam 4 NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) mengacu pada pemenuhan standar akreditasi rumah sakit versi 2012 yaitu Hak Pasien dan Keluarga, Manajemen dan Penggunaan Obat, Kualifikasi dan Pendidikan Staf dan Sasaran Keselamatan Pasien.

Selain kegiatan tersebut di atas, perlu dilakukan koordinasi lintas program dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan terkait implementasi keselamatan pasien di rumah sakit yang merupakan salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

 Tahun 2017

Pada tahun 2017 akan dilakukan penyusunan Kerangka Mutu Nasional sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan mutupelayanan. Kerangka Mutu Nasional akan dilengkapi dengan Pedoman Evaluasi Mutu Pelayanan di Rumah Sakit dan penetapan indikator mutu pelayanan di Rumah Sakit secara nasional.

Evaluasi mutu pelayanan di rumah sakit akan dilakukan dengan menyelenggarakan pemantauan pencapaian indikator mutu pelayanan rumah sakit yang didukung teknologi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit secara terintegrasi dan melalui kegiatan verifikasi kunjungan lapangan ke rumah sakit.

(29)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 29

 Tahun 2018

a. Kerangka Mutu Nasional diharapkan telah dapat diselesaikan dan ditetapkan sebagai produk hukum setingkat Peraturan Pemerintah sebagaimana amanah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kerangka Mutu Nasional akan menjadi acuan dalam program upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di seluruh rumah sakit di Indonesia.

b. Melaksanakan pemantauan indikator mutu pelayanan yang telah ditetapkan sebagai alat ukur mutu pelayanan di seluruh rumah sakit di Indonesia

C. Pelayanan Kesehatan Lainnya

1. Analisa Situasi a. Faktor Internal

1) Kekuatan

a) Ditetapkannya Akreditasi Laboratorium Kesehatan sebagai salah satu Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

b) Terdapat kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan, diantaranya ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2008 tentang Akreditasi Laboratorium Kesehatan

c) Terdapat sumber alokasi anggaran dalam pelaksanaan program Akreditasi Laboratorium Kesehatan.

d) Adanya Direktorat Mutu Dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

e) Tersedianya peta jalan pelaksanaan akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2016-2020

f) Tersedia sistem upaya kesehatan sampai tingkat Puskesmas. g) Adanya tenaga surveior dan pendamping Akreditasi.

h) Kewenangan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan

i) Tersedianya Standar Pelayanan Minimal sebagaimana yang tercantum dalam PMK 43/2016

j) Sudah memiliki standar akreditasi Laboratorium Kesehatansebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 200

k) Adanya Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan

2) Kelemahan

a) Pelaksanaan UU NO. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah belum optimal.

b) Perencanaan pembangunan kesehatan sering belum dilaksanakan secara terpadu baik dilintas program maupun lintas sektor.

(30)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 30 c) Penyelenggaraan manajemen kesehatanbelum terpadu dan

berkesinambungan

d) Belum semua daerah mampu melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan

e) Penempatan tenaga belum sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan. f) Pelaksanaan pembinaan teknis bidang kesehatan masih kurang. g) Keterbatasan sarana prasarana dan alkes

h) Sistem Informasi kesehatan untuk mendukung manajemen kesehatan masih belum optimal.

i) Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan akreditasi cukup besar j) Jumlah tenaga pendamping masih kurang

b. Faktor Eksternal 1) Peluang

a) Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu pelayanan Laboratorium Kesehatan

b) Akreditasi Laboratorium Kesehatanmerupakan salah satu persyaratan perpanjangan ijin operasional Laboratorium Kesehatan.

c) Terdapat peraturan perundangan yang terkait dengan Akreditasi Laboratorium Kesehatan.

d) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

e) Adanya kebijakan nasional tentang percepatan pembangunan dalam bidang kesehatan.

f) Adanya desentralisasi yang memberikan peluang cukup besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi sumber daya, mengelola dan memanfaatkannya sesuai dengan kompetensi dan kepentingannya.

g) Kemajuan yang pesat ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan 2) Tantangan

a) Semakin terbukanya pasar bebas dengan diberlakukannya MEA.

b) Belum tersedia tenaga pendamping di daerah yang mampu menyiapkan Laboratorium Kesehatan untuk diakreditasi

c) Sarana dan prasarana, serta tenaga kesehatan di Laboratorium Kesehatan belum terpenuhi sesuai kebutuhan

d) Pencairan dana pelaksanaan akreditasi tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

(31)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 31 2. Analisis Posisi Bersaing

Setelah mengetahui faktor internal dan faktor eksternal, selanjutnya dilakukan Analisis Posisi Bersaing. Namun sebelum dilakukan Analisis Posisi Bersaing maka perlu ditentukan faktor internal dan eksternal tersebut yang menjadi faktor kunci keberhasilan (FKK) atau faktor strategis yang dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran. FKK adalah faktor yang memiliki potensi atau kekuatan lebih besar dari pada faktor-faktor lain yang terkait dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan atau faktor apa yang menyebabkan organisasi dapat berhasil mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi.Untuk memperoleh FKK dilakukan pembobotan semua elemen yang ada pada faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam menentukan bobot faktor dilakukan Focus Discution Group (FGD) berdasarkan urgensi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor strategis yang dianggap dapat mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan

NO. STRENGH BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Ditetapkannya Akreditasi Laboratorium Kesehatan

sebagai salah satu Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

0,3 80 24

2 Terdapat kebijakan pemerintah dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan, diantaranya ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298 Tahun 2008 tentang Akreditasi Laboratorium Kesehatan

0.25 75 18,75

3 Terdapat sumber alokasi anggaran dalam pelaksanaan program Akreditasi Laboratorium Kesehatan.

0.25 75 18,75 4 Adanya Direktorat Mutu Dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan 0.2 70 14

TOTAL 1 79

2. Kelemahan

NO. WEAKNESS BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Pelaksanaan UU NO. 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah belum optimal. 0.3 80 24 2 Perencanaan pembangunan kesehatan sering

tidak dilaksanakan secara terpadu baik dilintas program maupun lintas sektor.

0.25 75 18,75 3 Penyelenggaraan manajemen kesehatan belum

terpadu dan berkesinambungan 0.25 70 17,5 4 Belum semua daerah mampu melaksanakan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

kesehatan 0.2 70 14

(32)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 32

3. Peluang

NO. OPPORTUNITY BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan mutu

pelayanan Laboratorium Kesehatan 0.35 80 28 2 Akreditasi Laboratorium Kesehatanmerupakan salah

satu persyaratan perpanjangan ijin operasional Laboratorium Kesehatan.

0.3 75 22,5 3 Terdapat peraturan perundangan yang terkait dengan

Akreditasi Laboratorium Kesehatan. 0.2 70 14 4 Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah 0.15 70 10,5

TOTAL 1 75

4. Tantangan

NO. THREAT BOBOT RATING NILAI

TERBOBOT 1 Semakin terbukanya pasar bebas. 0,3 75 22,5 2 Belum tersedia tenaga pendamping di daerah yang

mampu menyiapkan Laboratorium Kesehatan untuk diakreditasi

0.25 70 17,5 3 Sarana dan prasarana, serta tenaga kesehatan di

Laboratorium Kesehatan belum terpenuhi sesuai kebutuhan

0.25 65 16,25 4 Pencairan dana pelaksanaan akreditasi tidak sesuai

dengan jadwal yang telah direncanakan. 0.2 65 13

TOTAL 1 69,25

Setelah pembobotan selesai, maka kita menentukan koordinat untuk grafik analisis. Untuk koordinat x diisi dengan bagian jumlah skor dari strengh dan jumlah skor dari weakness, sedangkan di koordinat y diisi dengan bagian jumlah skor dari threat dan jumlah skor dari opportunity. Dari hasil pembobotan, ditetapkan posisi bersaing sebagai berikut:

(33)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 33 Dari penetapan kuadran di atas, Program Akreditasi Laboratoriun Kesehatanberada di kuadran I yang mengindikasikan bahwa Akreditasi Laboratoriun Kesehatanmempunyai posisi bersaing dengan kondisi kekuatan lebih menonjol daripadakelemahan, dan mempunyai peluang yang masih lebih tinggi dari ancamannya, sehingga Akreditasi Laboratoriun Kesehatan merupakan alat ukur yang tepat untuk menilaimutu pelayanan Laboratoriun Kesehatan.

Peta Jalan Akreditasi Laboratoriun Kesehatan

Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan akreditasi sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada 1.206 laboratorium kesehatan mandiri yang tersebar di 321 kabupaten/kota. Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2021. Sampai dengan tahun 2017, ada 120laboratorium kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34 kabupaten/kota. Dengan demikian masih ada 1.086laboratorium kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 480kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan tersebut diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 – 2020).

Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium kesehatan tahun 2017-2020 yang dibagi dalam 4 tahapan. Penentuan target per tahun (tahun 2017 – 2020) kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base line data laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan target pertahun telah tercantum dalam Renaksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -2020, yaitu :

(1) Tahun 2016 sudah tercapai 25 laboratorium kesehatan (2) Tahun 2017 ditargetkan : 100 laboratorium kesehatan (3) Tahun 2018 ditargetkan : 200 laboratorium kesehatan (4) Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan (5) Tahun 2020 ditargetkan : ... laboratorium kesehatan

Tahap pelaksanaan a. Tahun 2017

1) Target pada tahun ini adalah 75 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi. 2) Target kumulatif: 100 laboratorium kesehatan

b. Tahun 2018

1) Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi. 2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi

(34)

| Renaksi Dit.Mutu & Akreditasi Yankes 34 c. Tahun 2019

1) Target pada tahun ini adalah 120 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi. 2) Target kumulatif: 320 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi,

d. Tahun 2020

1) Target pada tahun ini adalah ... laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi. 2) Target kumulatif: ... laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.

Gambar 3. Peta Jalan Akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2016 - 2020

Dari hasil analisis SWOT dan peta jalan upaya peningkatan mutu dan akreditasi Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan diatas, maka dapat teridentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebagai dasar penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat.

D. Analisa Situasi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

1. Faktor Internal a. Kekuatan

1) Ditetapkannya Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah sebagai salah satu Indikator dalam Renstra 2015 – 2019 Kementerian Kesehatan

2) Ditetapkannya kebijakan bahwa setiap Laboratorium klinik Kesehatan wajib terakreditasi

3) Terdapat berbagai sumber alokasi anggaran dalam pelaksanaan program Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

4) Tersedianya tenaga surveior dan pendamping Akreditasi. 5) Tersedianya Standar Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan

2015 2016 2017 2018 2019 25 Lab Terakreditasi 2015 150 Lab Terakreditasi

PETA JALAN AKREDITASI

LABORATORIUM KESEHATAN TAHUN 2015 -2019

75 Lab Terakreditasi

130 Lab Terakreditasi

Revisi pedoman akreditasi labkes

Refresh surveior akreditasi labkes

Penyusunan Juknis Akreditasi Labkes

Pemantapan surveior akreditasi

*DAK Non Fisik Tahun 2018 Ditargetkan 204

Gambar

Gambar 2. Posisi bersaing Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Gambar 3.Peta Jalan Sub Direktorat Mutu dan Akreditasi   Pelayanan Kesehatan Rujukan
Gambar 2. Posisi bersaing Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Fasyankes Lainnya
Gambar 3. Peta Jalan Akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2016 - 2020
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat adalah Baik, yaitu

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit

Dari kutipan yang diambil dari buku Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan: Konsep dan Implementasi; Pelayanan prima dimaknai sebagai pelayanan terbaik dan telah

Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

Arah Kebijakan: “Menguatkan sistem kesehatan dengan meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta, dengan penekanan pada penguatan

Untuk mengetahui mutu pelayanan di rawat inap Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal kepada pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional dilihat dari aspek efisiensi.a. Untuk mengetahui

Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan yang dilakukan melalui membangun sistem manajemen mutu, penyelenggaraan upaya