• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

xiii BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan, defenisi Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermanfaat (RI, 2004-2009; 131).

Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1999 menjadi 47,97 juta pada tahun 1999. persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47% manjadi 23,43% pada periode yang sama.

Periode 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14% pada tahun 2000, menjadi 15,97% pada tahun 2005.

Namun pada tahun 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu dari 35,10 juta orang (15,97%) pada bulan Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75%) pada bulan Maret 2006. penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 2,09 juta orang. Peningkatan jumlah dan persentase penduduk makin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga-harga kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95%. Akibatnya penduduk

(2)

xiv

yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.

Terjadi penurun jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup signifikan pada periode Maret 2007-Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58%) pada tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,42%) pada tahun 2008 (BPS, 2009).

Data BPS menginformasikan jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan-red) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen dari total penduduk). Jumlah sebesar itu turun 1,51 juta jiwa dibanding Maret 2009 yang tercatat sebanyak

32,53 juta jiwa (14,15 persen). Pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurut BPS tercatat sebanyak 32,5 juta jiwa (14,15 persen),

turun sebanyak 2,43 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk miskin di 2008 yang tercatat sebesar 34,96 juta. “Dengan data ini bisa dilihat ada perlambatan penurunan tingkat kemiskinan dari 2,43 juta jiwa di 2009 menjadi hanya 1,51 juta jiwa di 2010. Harus diakui hasil ini tak sesuai dengan harapan pemerintah yang menargetkan tingkat kemiskinan di level 11 persen. Faktor pengurang penduduk miskin tahun 2010 ini juga lebih karena didorong oleh rata-rata upah harian buruh tani dan buruh bangunan yang naik sebesar 3,27 persen dan 3,86 persen selama periode 2009-2010. Kemudian, lantaran sebagian besar penduduk miskin bekerja di sektor pertanian, nilai tukar petani (NTP) yang naik 2,45 persen menjadi faktor pengurang jumlah penduduk miskin yang signifikan (Menkokesra.go.id/ 24/09/2010).

Pada dasarnya pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus menuju kemajuan yang lebih baik. Pembangunan tanpa mengikutsertakan faktor sosial kemasyarakatan akan menjadi faktor penarik dan pendorong. Kedua faktor tersebut akan menghambat perkembangan. Keberlanjutan dan keberlangsungan pembangunan akan terganggu akibat faktor kemasyarakatan yang kurang serius mendapatkan perhatian. Akibat yang ditimbulkan akan terjadi gejolak sosial dan pelbagai gerakan atau perubahan struktur masyarakat serta mobilitas sosial yang bergerak berubah mengikuti perubahan zaman.

(3)

xv

Didalam teori perubahan sosial, bahwa perubahan itu mengarah kepada kemunduran dan kemajuan. Apapun arah perubahan sosial tersebut, fungsi waktu sangat menentukan apakah perubahan sosial tersebut mengarah pada perubahan yang sangat cepat, bahkan sangat lambat. Disamping itu perubahan dapat juga mencakup aspek yang sangat luas maupun aspek yang sangat sempit, dan perubahan tergantung dari cakupan ruang lingkungan serta ruang perubahannya.

Kemiskinan dan pengangguran merupakan salah bentuk persoalan masyarakat yang disebabkan akibat terjadinya ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan lapangan kerja, kebutuhan akan cara kerja yang professional serta pelbagai tekanan yang ditimbulkan. Disamping itu faktor keterbatasan terhadap akses informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber pendapatan juga menjadi penyebab utama kemiskinan (depdagri.go.id/ 09/10/2010).

Penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, Bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana dimuat dalam Alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan (duniaesai.com /18/09/2010).

Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Presiden RI telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M), Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasidengan program PNPM-M. Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Peningkatan kesejahteraan umum tidak hanya diterjemahkan sebagai perhatian penuh kepada pembangunan perkotaan, tetapi juga pemerataan

(4)

xvi

kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara meningkatkan pembangunan di desa-desa. Terkait dengan upaya ini pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan merupakan upaya dari Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang dan kesepakan dalam MDGs. Berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan terutama dipedesaan, telah dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai penyempurnaan lebih lanjut dari program pengembangan Kecamatan.

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/Lembaga lain di bawah payung program PNPM MP.

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU tidaklah dimaksudkan sebagai upaya resentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untu merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan cara yang lebih baik, lebih mandiri dan lebih terkordinasi.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program Pembangunan Kecamatan (PKK) yang mulai pelaksanaannya sejak tahun 1998, semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan program perberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. Sebagai sebuah program pemberdayaan, PKK telah menjadi sarana belajar bagi setiap stakeholder di daerah, khususnya pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan yang bertumpu

(5)

xvii

pada perencanaan dari bawah bukan lagi perencanaan dari atas (Departeman dalam Negeri. 2007. PTO PNPM-PKK. Jakarta: Tim Koordinasi PNPM-PKK).

Sebelum masuk PPK yang selanjutnya bermutasi menjadi PNPM MP, ketersediaan lapangan pekerjaan bagi orang miskin sangat terbatas, sehingga perolehan pendapatan sangat amat terbatas. Memang diakui ada program pengentasan kemiskinan lainnya yang mirip PNPM MP seperti gerdu taskin (gerakan terpadu mengatasi kemiskinan) yang berasal dari Propinsi Jawa Timur, program raskin, Bantuan langsung tunai (BLT), namun hasilnya belum optimal menyentuh langsung kepada masyarakat. Kemudian muncul PNPM MP yang pada saat ini menjadi tumpuan masyarakat (Index.com/15/09/2010).

Melaui PNPM MP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan

yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga

pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan

kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat dapat ditumbuhkembangkan

sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Pelaksanaan PNPM MP tahun 2007 dimulai dengan Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta

program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan;

dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan

daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik.

Mulai tahun 2008 PNPM M diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan

Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM M diperkuat dengan berbagai program

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah

(6)

xviii

daerah. Pelaksanaan PNPM M 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal yaitu

dengan memunculkan PNPM MP.

Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka

kebijakan PNPM MP, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke

daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering

berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan

pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM MP akan dilaksanakan

sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan

pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM MP

yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia

mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut (pedum-final.com/18/09/2010).

PNPM

MP menjadi harapan masyarakat, karena masyarakat sangat merasakan sendiri bagaimana

mewujudkan keinginan bersama dan membangun sendiri keinginannya secara gotong royong.

Hasil yang diharapkan ternyata sesuai dengan keinginan masyarakat. PNPM itu program yang

sangat sesuai dengan aspirasi masyarakat, dibandingkan dengan usulan program masyarakat ke

musrenbang yang jarang sekali terealisasi, PNPM memang diakui memberikan kepada

masyarakat miskin lapangan pekerjaan, PNPM MP sudah memulai mendorong keswadayaan

masyarakat, meskipun dibeberapa tempat perbandingan antara nilai PNPM MP dan swadaya

masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Namun, bagaimanapun juga keswadayaan

masyarakat menjadi pilar keberhasilan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Persoalan

sosial muncul manakala PNPM yang menjadi tumpuan harapan masyarakat terhenti programnya

setelah tahun 2014. Memang kemandirian masyarakat diharapkan akan tumbuh dan berkembang

sendiri ke depan tanpa perlu ada program stimullan dari pemerintah. Persoalannya adalah pada

(7)

xix

waktu sampai kapan munculnya kemandirian seperti yang diharapkan. Nampaknya kita perlu

membuat rencana strategis berkaitan dengan pengelolaan waktu kedepan setelah tidak ada lagi

PNPM MP (depdagri.go.id/ 09/10/2010).

Pemerintah akan melanjutkan PNPM M hingga tahun 2014. Saat ini PNPM sudah menjangkau masyarakat di 78.000 desa di seluruh Indonesia. Tahun lalu, jumlah desa di seluruh Indonesia yang terjangkau program PNPM M baru mencapai 58.000 desa. Aneka usaha kecil yang terbentuk melalui PNPM M berkembang baik di berbagai daerah sasaran program. Karena itu, pemerintah akan melanjutkan pelaksanaan program ini sampai 2014. Alokasi dana untuk tiap kecamatan antara Rp 280 juta sampai Rp 3 miliar dengan jumlah kecamatan sasaran program sebanyak 6.513 kecamatan (Blogspot.com/20/09/2010).

Pendekatan PNPM M merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PKK) yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PKK) adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil membutuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin di Indonesia diantaranya Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir termasuk salah satu yang masuk dalam Program PNPM M karena lapisan masyarakatnya yang beragam mulai dari petanipedagang, pejabat ataupun supir yang kesemuanya itu mempunyai kebutuhan hidup, akan tetapi lahan pertanian dalam desa tersebut tidak begitu dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dari sekian banyak profesi diatas maka pekerjaan yang paling dominant untuk usaha mereka adalah berdagang sehingga untuk usaha tersebut mereka meminjam pada bank sehingga modal awal dan juga untuk memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf ekonomi untuk hidup yang lebih baik.

(8)

xx

Kecamatan Pangururan merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan PNPM MP yang ada di Kabupaten samosir. Dimana Posisi geografis dari kabupaten Samosia berada pada 2 7’ – 2 45’ LS dan 99 15’ - 99 30’ BT.

Luas wilayah daratan Kabupaten Samosir yaitu 1.444,25 Km, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Samosir 131.116 jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) 27.215 RT. Kabupaten Samosir terdiri atas 9 (sembilan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Simanindo, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, Kecamatan Sitio-tio, Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kecamatan Ronggur Nihuta, dan Kecamatan Pangururan.

Kecamatan Pangururan yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan dan pusat pemerintahan adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi, yaitu sebesar 235,14 jiwa/km2, Kecamatan Pangururan merupakan ibukota kabupaten terbagi atas 28 Desa/ Kelurahan (Depkominfo.go.id/24/09/2010).

Program PNPM MP yang ada di Kecamatan Pangururan yaitu SPP, Embung Air, Pompa Irigasi, Pipanisasi AB, Perk Jalan, Jembatan, Guru Honor, MCK. Selain PNPM mandiri, masih terdapat sejumlah kegiatan pemberdayaan yang dibiayai APBN dan APBD sebagai pendampingan untuk membantu pengentasan kemiskinan. Kegiatan tersebut meliputi Perogram Pengentasan Kemiskinan di perkotaan (P2KP), TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), alokasi dana desa (ADD), serta bedah rumah. (Blogspot.com/2010/09/2010)

Dengan adanya PNPM MP di Kecamatan Pangururan yaitu sejak tahun 2007 maka peneliti ingin mengetahui bagaimana respon masyarakat Kecamatan Pangururan terhadap PNPM Mandiri Perdesaan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat di kecamatan pangururan dengan adanya PNPM M yang sudah dilaksanakan mulai tahun 2007. untuk itu peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi

(9)

xxi

berjudul “Respon Masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartno, 2008:23).

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana respon masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup permasalah yang terlalu luas, maka peneliti membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan dibuat dalam PNPM MP tahun anggaran 2008-2009 di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

(10)

xxii 1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dan sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan lewat program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan khususnya masyarakat di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

1.5 Sisematis Penulisan

Adapun Sistematis Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka penelitian, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, tekhik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objekyang akan diteliti.

(11)

xxiii BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat rancangan keamanan jaringan yang dapat menganalisis kejadian serangan pada jaringan dengan menggunakan Model Proses

Tindakan pembetulan adalah bersesuaian dengan kesan yang berlaku yang ditemui semasa audit dalaman, kawalan kualiti, aduan pelanggan dan kajian semula pengurusan.. Prosedur

• Latihlah kedisiplinan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dalam berpidato dengan cara: dengarkan diri kita sendiri berbicara, pikirkan apa yang akan kita katakan,

Jadi pengertian diterapkan yang dimaksud penulis adalah bahwa siswa/siswi di SMA N 2 Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir mempraktekkan, melakukan atau

untuk mencapai target yang telah ditetapkan. 3) Memfungsikan semua unit kerja dibawahnya dan pekerjaan binaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan strategi

Proses pemilihan calon tenaga kerja dalam Islam, memiliki beberapa ketentuan yang bersifat mengikat. Proses ini diawali dengan menentukan tugas dan

52 Mengenai apakah sekolah melibatkan orang tua dalam penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) dapat dilihat pada table berikut.

Penjabat Bupati Nias Selatan, Penjabat Bupati Pakpak Bharat dan Penjabat Bupati Humbang Hasundutan diusulkan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Utara kepada Menteri Dalam Negeri