• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KEBIJAKAN JALUR SEPEDA DI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS KEBIJAKAN JALUR SEPEDA DI KOTA SURABAYA."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

JALUR SEPEDA DI KOTA SURABAYA

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Imu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

DANA LUKY ADI PUTRA

NIM: E04212020

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Efektifitas Kebijakan Jalur Sepeda di Kota Surabaya”. Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah kebijakan pemerintah Kota Surabaya tentang jalur sepeda di Kota Surabaya. Kedua, bagaimanakah efektivitas kebijakan pelaksanaan jalur sepeda di Kota Surabaya. Model analisis dalam penelitian ini menggunakan model kualitatif menurut Miles dan Huberman yang didalamnya terdapat proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpuan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan sesuatu masalah. Penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka menganalisis Kebijakan Jalur Sepeda di Kota Surabaya.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Kebijakan pemerintah kota Surabaya tentang jalur sepeda di kota Surabaya merupakan bentuk tindakan penggurangan angka kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, Serta sebagai perwujudan dari kota yang berwawasan lingkungan, Salah satu caranya adalah dengan pemilihan sarana transportasi yang lebih ramah lingkungan, yaitu sepeda. Namun, kebijakan jalur sepeda yang diadakan di kota Surabaya masih belum bisa berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak sesuainya implementasi kebijakan dengan masalah yang ingin dipecahkan, kurangnya kerja sama antara aktor yang terkait dalam kebijakan jaur sepeda yang mengakibatkan kurang adanya penyesuaian tugas dan kewenangan masing-masing aktor yang terkait, target yang diintervensi dalam kebijakan jalur sepeda kurang sesuai dengan target yang direncanakan, hal ini ditandai dengan masih banyaknya pengguna kendaraan bermotor dan minimnya pengguna sepeda di jalanan kota Surabaya dan dalam realisasi kebijakan jalur sepeda di kota Surabaya, aktor yang bertugas sebagai perencana geometrik jalan perkotaan (Dinas PU Bina Marga) tidak turut andil dalam kebijakan ini serta minimnya fasilitas dan aspek keamanan yang kurang memadahi.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN……….. iv

MOTTO..……… v

PERSEMBAHAN………. vi

ABSTRAK………. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiv

DAFTAR TABEL………. xv

DAFTAR GAMBAR……… xvi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah………... 8

C. Tujuan Penelitian……… 8

D. Manfaat Penelitian……….. 9

E. Batasan Penelitian………... 10

F. Definisi Operasional……… 11

G. Metode Penelitian………... 13

1. Penedekatan Penelitian……….. 13

2. Fokus Penelitian………. 14

3. Lokasi Penelitian……… 14

4. Jenis dan Sumber Data………... 15

a. Jenis Data……… 15

b. Sumber Data………... 16

5. Penentuan Informan……… 18

6. Instrument Penelitian………... 19

7. Teknik Pengumpulan Data………...….. 21

8. Teknik Analisis Data……….…………. 24

9. Teknik Keabsahan Data………. 27

H. Sistematika Penulisan……….. 28

BAB II LANDASAN TEORI……….. 29

A. Kerangka Teori………. 29

(8)

2. Sistem Transportasi……… 39

3. Efektivitas Kebijakan………. 45

B. Kebijakan Jalur Sepeda……… 52

1. Undang Undang Republik Indonesia……… 52

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia…. 53

3. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia………. 54

4. Peraturan Daerah Kota Surabaya……… 58

C. Penelitian Terdahulu………. 60

BAB III GAMBARAN OBYEK PENELITIAN..………… 64

A. Jalur Sepeda Tahap-1 di Kota Surabaya………… 64

B. Tipe Jalur Sepeda di Kota Surabaya………... 65

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS……… 46

A. Kebijakan Jalur Sepeda di kota Surabaya……… 70

1. Penyusunan Agenda……… 71

2. Formulasi Kebijakan………... 72

3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan………. 78

B. Efektivitas Kebijakan Jalur Sepeda di kota Surabaya……….……….. 80

1. Tepat Kebijakan………... 81

2. Tepat Pelaksanaan………... 91

3. Tepat Target………... 97

4. Tepat Lingkungan………..….. 104

5. Tepat Proses……….…... 107

BAB V PENUTUP……….. 119

A. Kesimpulan……… 119

B. Saran……….. 121

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Anggara,Sahya. KebijakanPublik, Bandung: CVPustakaSetia, 2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Azwar, Syaifuddin. Metode Penelitian, Yogyakara: Pusaka Pelajar, 2010.

Dunn,William N.Public Policy Analysis; an Introductoin (Analisis Kebijakan Publik), terjemahan, Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya, 2003.

Hariwijawa, Muhammad, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Thesis dan Disertasi, Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2010.

Koenjaraningrat, Metode-metode penelitian masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1983.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan

TesisEdisiRevisi,Jakarta: Penerbit PPM, 2007.

Mifka, Sabda Ali dan Makmur, Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung: Refika Aditama, 2011.

Muhid, Abdul Analisis Statistik 5 Langka Praktis dengan SPSS For Windows, Sidoarjo: Zitama, 2012.

Lexi, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2006

Lexi, J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2009.

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.

Miro,Fidel. Perencanaan Transportasi: untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi, Jakarta: Erlangga,2002.

(10)

Prastowo, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kulaitatif (bimbingan dan pelatian lengkap serba guna).

Silalahi. Ulber, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama: Bandung, 2009. Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,

2001.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan ; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung : CV. Alfabeta, 2013.

Suharto, Edi.Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung: CV Alfabeta,2008.

Tangkilisan, HesselNogi S. Evaluasi Kebijakan Publik, Yogyakarta: Balairung & Co, 2003.

Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan: dari formulasi kepenyusunan model-model Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Wahab,Solichin Abdul. PengantarAnalisis Kebijakan Publik , Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2008.

Winarno,Budi. Kebijakan Publik - Teori dan Proses, Jakarta: PT. Buku Kita, 2008.

Jurnal :

Subiakto. 2009. Tesis TentangPrefrensi pengguna dan Penyedia Jasa Terhadap Sistem Jaringan Transportasi (JTJ) yang Mendukung Pelabuan di Kabupaten Belitung (Studi Kasus : Pelabuan Tanjungpandan dan Pelabuan Tanjung Ru). Universitas Diponegoro, Semarang. Turi Riono Indrajid. 2013. Tesis TentangFaktor-faktor yang mempengarui

efektifitas Organisasi pada Kantor Kecamatan Tanjung Pinang Barat. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

(11)

RimaWijayanti.2011. Tesis Tentang Evalusi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum di Kota Semarang. Universitas Diponegoro.

Regulasi :

Direktorat Jendral Bina Marga dan Pembinaan Jalan Kota, Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan. Maret, 1992.

Keputusan Menteri Perhubungan nomor 48 tahun 1997 tentang kendaraan tidak bermotor dan penggunaannya di jalan.

Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 12 tahun 2014 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Surabaya tahun 2014 -2034.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor PM 34 Tahun 2014 Tentang Marka Jalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Undang-Undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Internet :

dispendukcapil.surabaya.go.id (06 april 2016, 11:59)

Direktorat Jenderal Bina Marga dan Pembinaan Jalan Kota, Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Maret, 1992).

http://bisnis.liputan6.com/read/2323202/10-kota-termacet-di-dunia-jakarta-juaranya (02 Mei 2016, 23:13).

http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_surabaya (06 Mei 2016, 22:10).

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai kota metropolitan terbesar ke-2 di Indonesia, Kota Surabaya

menjadi pilihan destinasi kaum urban untuk mengadu nasib dan bertempat tinggal.

Hingga sampai saat ini penduduk yang bermukim di Kota Surabaya tercatat

sebesar 2.936.333 jiwa.1 Selain itu, Kota Surabaya mememiliki begitu banyak

kompleksitas dalam mengahadapi permasalahan yang ada. Permasalahan ini

muncul karena banyak faktor yang mempengaruhi. Dari penduduk yang

heterogen, dinamika penduduk yang berbeda, hingga kapasitas kota mengenai

penduduk yang berkaitan langsung dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Surabaya yang tidak sesuai dengan perkembangan pembangunan

jaman yang ada.

Tuntutan-tuntutan kepada pemerintah sebagai penyedia layanan publik

sangat dituntut di era global ini, mengingat pelayanan publik sebagai salah satu

fungsi utama pemerintah adalah sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat atas pengadaan jasa yang diperlukan masyarakat.2 Masyarakat dengan

intensitas mobilitas yang tingggi menuntut adanya kemudahan akses informasi

dan kemudahan mobilisasi dari suatu tempat ketempat yang lain dengan cepat dan

aman.

1dispendukcapil.surabaya.go.id(06 april 2016, 11:59)

(13)

Selain tuntutan kemudahan dalam akses informasi dan mobilitas,

perkembangan masyarakat yang tinggal di Kota Surabaya sebagai masyarakat

metropolitan menuntut pemerintah untuk tanggap dan cepat menghadapi

keinginan masyarakat Kota Surabaya yang cepat berubah. Salah satu keinginan

dan menjadi tren masyarakat Kota Surabaya yang terbaru adalah gaya hidup sehat.

Salah satu bentuk gaya hidup sehat yang sekarang sedang marak di

perbincangkan masyarakat Kota Surabaya adalah “bike to work, surabaya bike city, dan lain sebagainnya” yang menuntut gaya hidup sehat. Dari selogan yang sedang di perbincangkan itu muncul alat transportasi sepeda angin sebagai

primadona baru masyarakat Kota Surabaya. Kegemaran masyarakat Kota

Surabaya bersepeda ria ini tidak hanya dilakukan pada siang hari saja tetapi juga

pada malam hari. Namun, pengendara kendaraan tidak bermotor (sepeda) tidak

dapat mengunakan haknya ketika berada dijalan raya, karena harus berebut jalan

dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang notabennya lebih besar dan lebih

cepat, dan pengendara sepeda menjadi takut ketika harus melewati jalan-jalan

besar yang ramai dengan kendaraan bermotor.

Dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, pemerintah Kota Surabaya

berupaya keras untuk menyediakan pelayanan yang baik kepada masyarakat Kota

Surabaya, apalagi tuntutan masyarakat Kota Surabaya itu cenderung kearah positif

yang sejalan dengan arah kebijakan pembangunan pemerintahan Kota Surabaya.

Karena Orientasi kepentingan masyarakat pada pelayanan yang baik sesuai

dengan prinsip yang ada dalam konsepsi sistem transportasi berkelanjutan.

(14)

sebagainnya” sejalan dengan arah kebijakan pembangunan pemerintahan Kota Surabaya yakni pengurangan kemacetan di ruas-ruas jalan kota Surabaya.

Kemacetan selama ini memang menjadi masalah tersendiri bagi

pemerintah Kota Surabaya, Menurut studi pada Perusahaan Castrol menyatakan

bahwa Surabaya menduduki posisi ke-4 sebagai kota paling macet di dunia setelah

Mexico City dan Istambul. Sedangkan di posisi pertama diduduki oleh Jakarta.3

kemacetan yang terjadi dijalanan kota Surabaya ini disebabkan oleh banyak faktor

seperti penduduk di sekitar Kota Surabaya yang melakukan komuter (bolak-balik

antar kota satu dengan kota lain), banyaknya imigran dan tidak tersedianya moda

transportasi umum yang mampu mengurai masalah kemancetan, serta masalah

yang paling serius adalah jumlah kendaraan bermotor yang selalu mengalami

peningkatan setiap tahun. Berikut data jumlah perkembangan kendaraan bermotor

di Kota Surabaya dari Tahun 2004 – 2009 :

(15)

Tabel 1.1

Jumlah kendaraan bermotor di kota Surabaya

No Jenis Kendaraan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Sepeda Motor 800.008 883.838 928.686 972.645 1.028.686 3.007.739

2.

Mobil Penumpang 204.313 135.592 228.195 232.888 244.435 526.837

Mobil Penumpang Umum

11.931 59.684 12.010 9.822 8.752 5.257

3. Mobil Barang 79.725 135.592 84.371 86.671 84.968 206.482

4. 4.

Mobil Bus

Umum

 Kecil - - - - - -

 Sedang - - - - - -

 Besar 1.060 1.353 1.077 804 776 6.690

Bukan Umum 771 853 810 1.011 1.108 -

5. Kendaraan

Khusus

92 73 76 90 75 361

Jumlah 1.097.900 1.170.435 1.255.225 1.303.931 1.368.800 3.753.366

Sumber: Diperoleh dari UPTD PKB DISHUB kota Surabaya Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap tahun jumlah

kendaraan bermotor yang melewati jalanan di Kota Surabaya selalu mengalami

kenaikan. Maka dari itu, sebagai penyedia layanan kepada masyarakat,

Pemerintah Kota Surabaya telah menyediakan jalur sepeda di ruas-ruas jalanan

Kota Surabaya. Jalur sepeda adalah jalur yang khusus diperuntukan untuk lalu

lintas untuk pengguna sepeda, dipisah dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk

meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna sepeda, jalur sepeda bagian dari

bahu kiri jalan yang harus ditandai dengan marka jalan.4

(16)

Hal ini termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 79

tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 116 ayat (4) “

Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:

a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan dan ruang bebas gerak individu; dan

d. kelancaran lalu lintas.”

Kebijakan ini sebagai tangapan dari tuntutan masyarakat mengenai gaya

hidup sehat dan pengentasan kemacetan di jalan-jalan Kota Surabaya dan juga

sebagai bentuk implementasi dari Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, “pemerintah daerah wajib membuat jalur khusus

sepeda”. Hal ini sudah sesuai dengan peranan pemerintah dalam transportasi

publik sebagai regulator dan penyeimbang kepentingan masyarakat.

Sebelumnya kebijakan jalur sepeda sudah diterapkan di Bandung dan

Jakarta, namun kebijakan ini dinilai kurang efektif karena kurang sesuainya

pembutan jalur sepeda dengan ketentuan-ketenuan yang ada. Jalur sepeda di Kota

Surabaya, sementara hanya ada di pusat kota Surabaya antara lain di di sepanjang

Jl. Darmo, Jl. Urip Sumaharjo, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Gubenur Suryo, dan Jl.

Panglima Sudirman.5 Lebar jalur khusus sepeda yang berdekatan dengan trotoar di

sepanjang jalan protokol ini memiliki lebar sekitar 1,5 meter dan di tandai dengan

marka timbul yang di cat warna hijau.

Pembangunan jalur sepeda ini akan terus dikembangkan sampai dengan

tahap pembangunan ke-5 mengingat jalur khusus sepeda kini telah ada regulasi

yang mengatur yaitu pada Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor 12 tahun 2014

(17)

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pasal 32 huruf e, “pengembangan

penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan bagi pejalan kaki

dan kendaraan tidak bermotor.”

Terkait dengan ketentuan-ketentuan jalur sepeda diatur pada pasal 37 ayat

3 yang berbunyi “Upaya penyediaan dan pemanfaaan sarana dan prasarana

jaringan jalan kendaraan tidak bermotor dilakukan dengan: a. membangun dan

menyediakan jalur kendaraan tidak bermotor yang terintegrasi dengan system

jaringan jalan untuk kendaraan bermotor dan; b. menyediakan fasilitas pelengkap

anatara lain berupa rambu lalu lintas kendaraan tidak bermotor dan fasilitas

pelengkap lainnya. Adapun rencana pengembangan jalur khusus sepeda di Kota

Surabaya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Rencana Pembangunan Jalur Sepeda di Kota Surabaya

No. Rencana

Pembangunan Rute

Panjang Segmen

1. Jalur Sepeda

Tahap I

Jl. Raya Darmo - Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Basuki Rahmat – Jl. Gubenur Suryo – Jl. Panglima Sudirman

8.789 km

2. Jalur Sepeda

Tahap II

Jl. Yos Sudarso – Jl. Walikota Mustajab – Jl. Gubeng Pojok – Jl. Sumatera – Jl. Biliton

– Jl. Sulawesi – Jl. Gubeng – Jl. Pemuda

4.140 km

3. Jalur Sepeda

Tahap III

Jl. Kutai – Jl. Bengawan – Jl. Adityawarman

– Jl. Mayjen Sungkono – Jl. HR. Muhammad – Jl. Bukit Darmo Boulevard

13.239 km

4. Jalur Sepeda

Tahap IV

Jl. Kertajaya – Jl. Kertajaya Indah – Jl. Soekarno – Jl. Kenjeran – Jl. Mulyosari – Jl. Raya ITS

15.593 km

5. Jalur Sepeda

Tahap V

Jl. Ahmad Yani – Jl. Wonokromo – Jl. Jemur Handayani – Jl. Jemursari – Jl. Prapen

19.079 km

Total 60.849 km

(18)

Diharapkan seiring berjalannya waktu jalur sepeda ini mampu mengurai

kemacetan yang ada di jalanan Kota Surabaya. Selain itu dengan dibuatnya jalur

sepeda di harapkan akan menimbulkan perilaku positif saling menghormati

diantara penguna jalan lainnya karena semakin banyak hak penguna jalan yang di

berikan fasilitas yang merupakan bentuk dukungan oleh pemerintah Kota

Surabaya. Dampak panjang dari adanya kebijakan jalur sepeda ini adalah

menjadikan Kota Surabaya semakin sehat dengan pengurangan intensitas polusi

udara yang semakin berkurang. Pasti dari Jalur Sepeda ini sangat diharapkan

adanya dampak-dampak positif lain yang akan muncul dan juga penting bagi

pemerintah untuk setiap masyarakat mendukung dari adanya jalur sepeda ini

dengan menjaga fasilitas yang pembangunan ada.

Seiring dengan berjalannya waktu efektivitas kebijakan jalur sepeda di

Kota Surabaya seharusnya telah dapat dilihat dan dinilai, apasajakah faktor-faktor

yang mempengarui efektivitas kebijakan ini. dan apakah kebijakan ini telah

mencapai target yang diharapkan oleh pemerintah. Melihat situasi ini maka

penulis ingin mencoba untuk meneliti bagaimana efektivitas implementasi

kebijakan jalur sepeda yang dibuat oleh pemerintah untuk menanggapi tuntutan

masyarakat mengenai gaya hidup sehat dan pengentasan kemacetan di jalan-jalan

Kota Surabaya.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka penulis ingin

mengangkat tema skripsi “Efektivitas Kebijakan Jalur Sepeda di Kota Surabaya” yang akan menjelaskan mengenai efektivitas dari implementasi

(19)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai kebijakan jalur sepeda yang telah

dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini

adalah :

1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah Kota Surabaya tentang jalur sepeda di

Kota Surabaya ?

2. Bagaimanakah efektifitas kebijakan pelaksanaan jalur sepeda di Kota

Surabaya ?

C.TujuanPenelitian

Dalam setiap penelitian atau pembahasan suatu ilmu pengetahuan pasti di

dasarkan pada suatu tujuan dan maksud tertentu. Maka dalam penulisan skripsi ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah Kota Surabaya tentang jalur sepeda

di Kota Surabaya.

2. Untuk memberi gambaran efektifitas kebijakan pelaksanaan jalur sepeda di

(20)

D.Manfaat Penelitian

Berhubungan dengan tujuan penulisan diatas, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan manfaat

bagi pemerintah Kota Surabaya serta dapat memberi stimulan bagi

penelitian sejenis.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan untuk

selanjutnya menjadi acuan bagi pemerintah Kota Surabaya yang akan

membuat kebijakan publik khususnya dalam bidang infrastruktur yang

tentunya berdasarkan dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing

daerah yang bersangkutan.

c. Bagi peneliti, penelitian merupakan aplikasi dari pengetahuan yang telah

diperoleh selama dalam perkuliahan ke kehidupan nyata.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap

kajian Ilmu Politik khususnya dalam bidang kebijakan publik, serta dapat

memberikan penjelasan secara komprehensif tentang fenomena yang ada

dengan teori-teori yang relevan dalam studi efektifitas kebijakan publik,

(21)

Ilmu Politik serta dapat digunakan sebagai bahan informan bagi penelitian

selanjutnya.

E.Batasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memberi batasan penelitian yang berfungsi

untuk memudahkan dalam pencarian data, pembatasan tersebut antara lain :

1. Penelitian hanya dilakukan pada jalur sepeda tahap-1 di Kota Surabaya

yaitu pada Jl. Raya Darmo - Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Basuki Rahmat – Jl.

Gubenur Suryo – Jl. Panglima Sudirman.

2. Penelitian hanya membahas efektivitas kebijakan jalur sepeda dari sisi

ketetapan efektivitas kebijakan.

3. Peneliti akan meneliti efektivitas implementasi kebijakan dengan melihat

dari dua sisi, yaitu pelaksana kebijakan (Komisi C DPRD dan Dinas

Perhubungan dan sasaran kebijakan (komunitas sepeda dan masyarakat

pengguna sepeda).

4. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, program jalur sepeda

merupakan program nasional bentuk dari amanat Undang-undang nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. namun demikian

peneliti tidak akan membahas pelaksanaan jalur sepeda secara nasional.

Peneliti membatasinya dengan membahas efektivitas kebijakan jalur

(22)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam memahami judul

dalam karya ilmiah ini dan untuk memperjelas interpretasi/pemberian kesan,

pendapat, atau pandangan teoritis terhadap pokok bahasan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Kebijakan Jalur Sepeda di Kota Surabaya” Maka akan dijelaskan

istilah-istilah terkait judul dan konteks pembahasannya:

1. Efektivitas

Menurut Dunn (1991) efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau

mencapai tujuan dari diadakannya tindakan .6

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata efektif

mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi,

efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu

kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering

atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada

perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hasil yang

dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil

yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.7

6Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: dari formulasi kepenyusunan model-model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) 4.

7 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001)

(23)

2. Kebijakan Jalur Sepeda

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam arti Government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolahan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan

tindakan yang secara langsung mengatur pengelolahan dan pendistribusian

sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik.8

Sedangkan, jalur sepeda adalah jalur khusus diperuntukan untuk lalu

lintas untuk pengguna sepeda dan kendaraan tidak bermesin yang

memerlukan tenaga manusia, dipisah dari lalu lintas kendaraan bermotor

untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna sepeda.9

Jadi dapat disimpukan bahwa, kebijakan jalur sepeda adalah keputusan

atau pilihan tindakan yang secara langsung yang dibuat oleh instrument

pemerintah (Dinas Perhubungan) untuk mengatur lalu lintas untuk pengguna

sepeda dan kendaraan tidak bermesin yang memerlukan tenaga manusia,

dipisah dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

lalu lintas pengguna sepeda.

8 Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: CV Alfabeta,2008),

3.

(24)

3. Kota Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi JawaTimur, Indonesia sekaligus

menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut, Surabaya merupakan

kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga

merupakan pusat bisnis, perdagangan, industry, dan pendidikan di Jawa

Timur serta wilayah Indonesia bagian timur.10

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi kualitatif

sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan

mendeskripsikan sesuatu masalah. Penelitian yang dilakukan bersifat

Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari

kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel

mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel lain.11 Sehingga memudahkan penulis untuk

mendapatkan data yang objektif dalam rangka menganalisis Kebijakan Jalur

Sepeda di Kota Surabaya.

10http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_surabaya (06 Mei 2016, 22:10).

11Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan ; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

(25)

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan batasan masalah yang akan diteliti, adapun

fokus penelitian ini adalah untuk Menganalisis keefektifitasan Kebijakan

Jalur Sepeda di Kota Surabaya.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu wilayah atau tempat dimana

penelitian akan dilakukan. Adapun tempat penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti berlokasi pada jalur sepeda tahap-1 di Kota Surabaya yang

berada di Jl. Raya Darmo - Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Basuki Rahmat – Jl. Gubenur

Suryo – Jl. Panglima Sudirman. Penentuan lokasi penelitian di kota Surabaya

didasarkan beberapa pertimbangan:

a. Menurut pengamatan peneliti, realisasi implementasi kebijakan jalur

sepeda di Kota Surabaya baru rampung pada tahap-1 dan langsung

banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak.

b. Belum ada evaluasi yang berkaitan dengan efektifias kebijakan

semenjak kebijakan jalur sepeda pada tahap-1 diimpementasikan di

Kota Surabaya

c. Merupakan kota terbesar di Jawa Timur.

d. Jarak lokasi penelitian yang relatif mudah dijangkau oleh peneliti.

Berdasarkan hal tersebut, maka kebijakan yang ada di kota Surabaya

dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan untuk kota-kota lain disekitanya

(26)

4. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Berangkat dari judul penelitian ini, maka jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Data Kualitatif

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur

peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran

orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan

bermanfaat. Dan lagi, data kualitatif lebih condong dapat membimbing kita

untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya dan

untuk membentuk kerangka teoritis baru, data tersebut membantu para

peneliti untuk melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal.12

Berdasarkan pendapat pakar di atas penulis menggunakan jenis data

kualitatif dengan sumber data responden yang dibagi menjadi dua yaitu

sumber primer dan sumber sekunder. Dengan demikian peneliti menggunakan

observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Sumber

primer merupakan sumber data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika

peristiwa terjadi, yaitu hasil wawancara, sedangkan data sekunder merupakan

data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber lain yang tersedia, yaitu hasil

dari data dokumentasi.

(27)

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.13

Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kendaraan

bermotor baik pribadi maupun komersil serta rekapitulasi jumlah Lalu Lintas

Harian Rata-rata (LHR) kendaraan pribadi baik bermotor maupun non-motor

yang melewati jalanan Kota Surabaya. Data tersebut didapat oleh peneliti dari

arsip Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

b. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif ini, yang substansial bukan jumlah sampel

sumber datanya, tetapi informasi yang diberikan akurat dan berkualitas,

meskipun dari sedikit sampel sumber data. Jumlah sampel sumber data yang

banyak tetapi tidak memberi informasi yang akurat dan berkualitas perlu

dihindari. Jadi, sampel sumber data dalam penelitian ini tidak ditentukan pada

saat awal penelitian, melainkan ditentukan pada pengumpulan data sampai

informasi yang diperoleh akurat, valid dan berkualitas.

1) Sumber Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

catatan tertulis yang berasal dari wawancara, antara lain:

13 Abdul Muhid, Analisis Statistik 5 Langka Praktis dengan SPSS For Windows,

(28)

a) Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kebijakan jalur sepeda di Kota

Surabaya yaitu: Dinas Perhubungan bagian LLAJ, Komisi C DPRD,

Komunias sepeda SENOPATI dan Masyarakat pengguna jalur sepeda di

Kota Surabaya yang dipilih secara purposive, yaitu didasarkan pada

alasan atau pertimbangan tertentu.

b) Informan

Informan adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk

keperluan informasi, yaitu orang yang dapat memberikan informasi atau

keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti.14 Informan ini dipilih

dari orang yang dapat dipercaya dan mengetahui obyek yang diteliti.

Informan yang dapat memberikan informasi tentang obyek kajian yang

diteliti peneliti adalah LLAJ, Komisi C DPRD, Komunias sepeda

SENOPATI dan Masyarakat pengguna jalur sepeda di Kota Surabaya

yang dipilih secara purposive, yaitu didasarkan pada alasan atau

pertimbangan tertentu.

2) Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

14 Koenjaraningrat, Metode-metode penelitian masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia,

(29)

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.15 Peneliti akan menggunakan

dokumen sebagai berikut.

a) Arsip, yaitu data-data yang disimpan yang menunjang atau berkaitan

dengan kebijakan jalur sepeda di Kota Surabaya.

b) Foto, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh

peneliti sendiri saat observasi dan wawancara berlangsung, foto–foto

yang digunakan untuk penelitian ini adalah foto yang

menggambarkan kebijakan jalur sepeda di Kota Surabaya.

5. Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ditetapkan secara purposive, yaitu mereka yang dianggap mempunyai kompetensi dalam kaitannya dengan

implementasi kebijakan jalur sepeda di Kota Surabaya. Penetapan yang

seperti ini didasarkan pada penilaian dari ahli (atau peneliti sendiri) untuk

tujuan tertentu atau situasi tertentu (Neuman, 1997).16

Adapun yang dianggap mempunyai kompetensi dalam kaitannya

dengan penelitian ini dan akan dipilih menjadi informan adalah:

a. Dinas Perhubungan Kota Surabaya bagian Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ) sebanyak 2 orang;

b. Ketua Dinas PU Bina Marga Kota Surabaya;

15 Prastowo, Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kulaitatif (bimbingan dan pelatian lengkap serba guna), 157.

16 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan ; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

(30)

c. Komisi C DPRD Kota Surabaya sebanyak 2 orang;

d. Komunitas sepeda SENOPATI Kota Surabaya sebanyak 1 orang;

e. Masyarakat Kota Surabaya pengguna jalur sepeda sebanyak 4 orang.

Untuk mengetahui secara cermat dan menyeluruh tentang kebijakan

pelaksanaan jalur sepeda di Kota Surabaya, subyek informan lainnya

didasarkan kebutuhan pada saat pengumpulan data di lapangan. Kebutuhan

yang dimaksud adalah ketika pengumpulan data dilakukan secara lebih

mendalam dan hanya subyek penelitian tertentulah yang dapat memberikan

datanya, karena penelitian ini ingin menggali informasi sebanyak-banyaknya.

6. Instrument Penelitian

Semua penelitian memerlukan instrumen untuk pengumpulan sebuah

data. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.17

Sesuai dengan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa instrumen

dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat-alat seperti

alat perekam suara, tape Recorder, kamera, alat tulis dan pedoman

wawancara.

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini di susun tidak hanya

berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

17 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi,

(31)

Selain itu pedoman wawancara sebagai bahan dalam menulis hasil

penelitian karena jika peneliti hanya mengandalkan kemampuan ingatan yang

sangat terbatas peneliti khawatir data yang sudah diperoleh ada yang lupa.

Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan dengan keberadaan

data-data di lapangan yang diperlukan peneliti. Dengan demikian untuk

wawancara yang terstruktur, seperangkat pertanyaan sudah dipersiapkan

terlebih dahulu dengan mengklasifikasikan bentuk-bentuk pertanyaan.

Guba dan Lincoln mengklasifikasikan bentuk-bentuk pertanyaan yang

perlu dipersiapkan dalam wawancara penelitian.18 Di kalangan ahli etnografi

menganjurkan betapa pentingnya pengklasifikasian bentuk-bentuk pertanyaan

sebelum berlangsungnya wawancara dengan informan. Penelitian kualitatif

bersifat mendiskripsikan keadaan atau fenomena yang sedang terjadi,

sehingga instrumen diperlukan karena peneliti di tuntut dapat menentukan

data yang diangkat dari fenomena atau peristiwa tertentu, peneliti dalam

melaksanakan wawancara sifatnya tidak terstruktur, tapi minimal peneliti

menggunakan ancang-ancang yang akan ditanyakan sebagai pedoman

wawancara (interview guide)19.

Wawancara tidak terstruktur identik dengan wawancara bebas, sifatnya

hanya membimbing dan membantu dalam proses wawancara. Peneliti hanya

mengajukan sejumlah pertanyaan yang mengandung jawaban informan secara

18 J. Moleong Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung,

2006), 142.

19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

(32)

bebas. Pandangan atau pendapat, sikap, dan keyakinan informan tidak banyak

dipengaruhi pewawancara dan biasanya berlangsung secara formal.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.20

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara, observasi dan studi dokumentasi, Ketiga tehnik tersebut

digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau

melengkapi tentang efektifitas kebijakan jalur sepeda di Kota Surabaya.

Adapun instrumen penelitiannya adalah diri peneliti sendiri (human

instrument).

a. Observasi

Menurut Marshall (1995) menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. (melalui observasi, peneliti belajar tentang

perilaku, dan makna dari perilaku tersebut).21 Observasi dilakukan

dengan cara mengamati objek penelitian langsung yaitu dengan

mengamati Efektifitas Jalur Sepeda di Kota Surabaya.

20

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan ; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

308.

(33)

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis

terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental.

Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan efektifitas

kebijakan jalur sepeda di Kota Surabaya, diperlukan observasi atau

pengamatan secara langsung. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan

data yang cermat, faktual dan sesuai dengan konteksnya.

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi mulai dari kegiatan

sebagai pengamat sampai sewaktu-waktu turut larut dalam situasi atau

kegiatan yang sedang berlangsung. Sesuai dengan masalah yang diteliti

maka data yang akan dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1) Pengguna jalur sepeda di Kota Surabaya

2) Rambu-rambu lalu-lintas pelengkap jalur sepeda di Kota Surabaya

3) Konstruksi bangunan jalur sepeda di Kota Surabaya

4) Pengawasan terhadap jalur sepeda di Kota Surabaya

b. Wawancara

Wawancara/interview menurut Nasution adalah suatu bentuk

komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi. Sedangkan

Mulyana mengatakan bahwa wawancara merupakan bentuk komunikasi

antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

(34)

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.22 Dari beberapa pengertian diatas

dapat dikatakan bahwa, wawancara adalah pertemuan antara dua orang

atau lebih untuk bertukar informasi atau ide melalui tanya jawab

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Adapaun teknik wawancara dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik wawancara mendaam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan peneitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan teribat dalam kehidupan sosial yang cukup

lama. Keunggulannya ialah memungkinkan peneiliti mendapat jumlah

informasi data yang banyak.23

c. Dokumentasi

Dokumentasi yakni upaya pengambilan data melalui pengumpulan

dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini sesuai dengan

data yang diperlukan.

22 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan ; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D,

317.

(35)

8. Teknik Analilis Data

Menurut Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses

mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.24 Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Metode analisis ini juga

digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas yang berkaitan

dengan pokok permasalahan yang diteliti, yaitu efektifitas kebijakan jalur

sepeda di Kota Surabaya.

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah model interaktif yang dikemukakan Miles and Huberman. Model

interaktif ini sendiri terdiri atas empat tahapan yakni terdiri dari:25

24 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),

332.

25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

(36)

1. Pengumpulan data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan

sebelum penelitian di mulai, pada saat penelitian sedang berlangsung

dan sesudah penelitian selesai dilakukan. Proses pengumpulan data

yang dilakukan oleh penulis melalui kegiatan wawancara, observasi

langsung dan mengumpulkan dokumentasi perusahaan yang dapat

mendukung penelitian penulis.

2. Reduksi data

Dalam reduksi data, penulis memilah-milah data itu dan

memadukannya kembali. Informasi yang diperoleh penulis akan dipilah

mana yang sesuai dan yang tidak sesuai berkaitan dengan fokus

permasalahan yang diteliti. Penulis akan menggabungkan semua data

yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang membentuk

menjadi satu tulisan yang siap untuk dianalisis

3. Display data

Display data adalah tahapan penulis menyajikan informasi yang

sudah direduksi menjadi sebuah tulisan atau table informasi yang

dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk

penjelasan uraian. Data tersebut merupakan pokok yang digunakan

(37)

4. Kesimpulan

Tahap terakhir dalam teknik analis data menurut Miles &

Huberman adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan penelitian kualitatif

mengarah kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan

sebelumnya dan mengungkapkan “what” dan “how” dari temuan

penelitian tersebut. Sistem kerja teknik analisa data model interaktif

[image:37.595.127.498.271.606.2]

tersebut dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 1.3

Metode Interaktif pengolahan data

Sumber : Miles dan heberman Tahun 1992 Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan

(38)

9. Teknik Keabsaan Data

Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian

kualitatif demi kesasihan dan keandalan serta tingkat kepercayaan data yang

telah terkumpul.Teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik

triangulasi. Hal ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.26

Melalui teknik pemeriksaan ini, penulis menggunakan teknik

triangulasi sumber dan triangulasi teori, dimana data yang yang telah

dikumpulkan kemudian dikaitkan dengan teori-teori kebijakan, diyakini fakta,

data, dan informasi yang didapat dapat dipertanggung jawabkan dan

memenuhi persyaratan kesahihan dan keandalan. Kemudian pemeriksaan

melalui sumber dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dan

wawancara dengan informan. Data tersebut dikategorikan berdasarkan

pandangan yang sama dan yang berbeda untuk mengetahui mana yang lebih

spesifik dari keseluruhan data. Kemudian data tersebut dianalisis untuk

menghasilkan kesimpulan. Penggunaan teknik keabsahan dengan triangulasi

dikarenakan teknik pemeriksaan data ini memanfaatkan sesuatu hal lain diluar

data dengan tujuan untuk pengecekan data pembandingan dari data yang

didapatkan. Sehingga diharapkan hasil dari validitas data yang telah

dilakukan dapat mengukur dan menguji kebenaran dari hasil penelitian yang

telah dilakukan.

26 J. Moleong Lexi, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (PT Remaja Rosdakarya:

(39)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5

bab yang masing-masing terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjabarkan latar beakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,

batasan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis menjabarkan tinjauan pustaka serta teori dan

pemikiran dari literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini penulis menjabarkan mengenai gambaran umum

objek yang diteliti

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis membahas seluruh uraian mengenai informasi

dan data yang telah dikumpulkan oleh penulis yaitu tentang

kebijakan dan efektifitas kebijakan jalur sepeda di kota Surabaya.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan

uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan penulis

(40)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori 1. Kebijakan Publik

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam arti Government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolahan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara

langsung mengatur pengelolahan dan pendistribusian sumberdaya alam, finansial

dan manusia demi kepentingan publik.1

Banyak sekali definisi mengenai kebijakn publik. Sebagian besar ahli

memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau

ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan

membawa dampak baik baik kehidupan warganya. Seperti kata Thomas R. Dye

(1992), “public policy is whatever governments choose to do or not to do”

(kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu).2Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik

mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang

dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik.

1Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik (Bandung: CV

Alfabeta,2008)3.

(41)

Sementara itu James Anderson (1970) “Public policy are those policies

devoleped by governmental bodies and officials” (Kebijakan Publik adalah

kebijakan yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah).3 Sedangkan

menurut Chiff J.O Udaji, seorang pakar dari Nigeria (1981), telah mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “An sanctioned course of action addressed to particular

problem or group of related problems that affect society at large” (Suatu tindakan bersangsi yang mengarah pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu

yang saling berkaitan mempengaruhi sebagian besar masyarakat).4

Sedangkan menurut David Easton, “Public policy is the authoritative

allocation of values for the whole society” (kebijakan publik adalah

pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat).5 Serta

William N. Dunn mengatakan bahwa kebijakan publik (public policy) adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektifyang saling

tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat

oleh badan atau kantor pemerintah.6 Implikasi dari definisi-definisi yang

dikemukakan oleh para ahli di atas adalah:

a. bahwa kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan

tindakan yang berorientasi pada tujuan.

3 Anggara, Kebijakan Publik, 35.

4 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: dari formulasi ke penyusunan model-model Implementasi Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) 5.

5 Anggara,Kebijakan Publik, 36.

6William N. Dunn, Public Policy Analysis; an Introductoin (Analisis Kebijakan Publik),

(42)

b. bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan

pejabatpejabat pemerintah.

c. bahwa kebijakan itu adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah.

d. bahwa kebijakan publik itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa

bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat

negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan

sesuatu.

e. bahwa kebijakan pemerintah selalu dilandaskan pada peraturan

perundang-undangan yang bersifat memaksa (otoritatif).

Pada hakikatnya kebijakan publik di buat oleh pemerintah berupa

tindakan-tindakan pemerintah.Kebijakan publik, baik untuk melakukan maupun

tidak melakukan sesuatu mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan publik ditujukan

untuk kepentingan masyarakat.

Amara Raksasataya mengemukakan bahwa “kebijaksanaan publik sebagai

suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan”. Oleh

karena itu suatu kebijaksanaan memuat 3 elemen yaitu:7

a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai;

b. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang

diinginkan;

c. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari

taktik atau strategi.

7 Hessel Nogi S. Tangkilisan,Evaluasi Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Balairung & Co,

(43)

Tujuan kebijakan Publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang

didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai

konstituen pemerintah. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal dan

sah karena kebijakan publik dibuat oleh lembaga yang memiliki legitimasi dalam

sistem pemerintahan. Kemudian, kebijakan publik sebagai hipotesis adalah

kebijakan yang dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan

akibat. Kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi mengenai perilaku.8

Dengan demikian, pengertian-pengertian kebijakan publik di atas

menegaskan bahwa pemerintah yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada

masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu tersebut diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilainilai

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena

pemerintah termasuk kedalam apa yang oleh David Easton sebut sebagai

authorities in apolitical system” yaitu penguasa dalam suatu system politik yang terlibat dalam masalah-masalah sehari-hari yang telah menjadi tanggung jawab

atau perannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat dirumuskan makna

kebijakan publik adalah:

a. segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh Pemerintah.

b. kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan publik, bukan kehidupan perorangan atau golongan. Kebijakan

publik mengatur semua yang ada di domain lembaga administrator publik.

(44)

c. kebijakan publik merupakan kebijakan yang nilai manfaatnya harus senantiasa

ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

Mengacu pada pandangan dan pengertian-pengertian dari beberapa pakar

kebijakan, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan jalur sepeda di kota Surabaya

yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Surabaya merupakan langkah kebijakan

publik dengan dasar Peraturan Daerah kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2014

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pasal 32 huruf e, pengembangan

penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan bagi pejalan kaki

dan kendaraan tidak bermotor. Kemudian Tahap-tahap kebijakan publik menurut

William Dunn adalah sebagai berikut:9

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Penyusunan agenda (Agenda Setting) adalah sebuah fase dan proses yang

sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan

dan dilaksanakan, pembuat kebijakan perlu menyusun agenda dengan

memasukkan dan memilih masalah-masalah mana saja yang akan dijadikan

prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan akan

dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi. Dalam proses inilah memiliki

ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas

dalam agenda publik dipertarungkan.

Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan

mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

9 William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada

(45)

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu

publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan

(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).

Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara

para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau

pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.

Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau

fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan

maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa

masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa Kriteria isu yang bisa

dijadikan agenda kebijakan publik diantaranya: telah mencapai titik kritis

tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, telah mencapai

tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut emosi

tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, mendapat dukungan media

massa, menjangkau dampak yang amat luas, mempermasalahkan kekuasaan

dan keabsahan dalam masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang

fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

Penyusunan agenda kebijakan seharusnya dilakukan berdasarkan tingkat

urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan

(46)

b. Formulasi Kebijakan (Policy Formulating)

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk

kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama

halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda

kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption)

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar

pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh

kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun

warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah. Dukungan

untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik

terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir

pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi

simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung

(47)

d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut

kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan

berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana

dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta

merta berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan

dalam implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi

penghambat harus dapat diatasi sedini mungkin.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui

formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.10

Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu

dimulai dari program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi

mekanisme yang lazim dalam manajemen, khususnya manajemen sektor

publik. Kebijakan diturunkan berupa program program yang kemudian

diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud pada

kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun kerjasama

pemerintah dengan masyarakat.

(48)

Van Meter dan Van Horm mendefinisikan implementasi kebijakan publik

sebagai tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan

menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun

dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan besar dan

kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh

organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan.11

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul

Sabatier (1979), mengatakan bahwa Implementasi adalah memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan

merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata

pada masyarakat atau kejadian-kejadian.12

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi

implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh berbagai

11 Budi Winarno, Kebijakan Publik - Teori dan Proses, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008),

146-147.

12 Solichin Abdul Wahab, PengantarAnalisis Kebijakan Publik (Malang: Universitas

(49)

aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai

dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan itu sendiri.

e. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,

implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu

kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada

tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan

demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah

kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah

(50)

2. Sistem Transportasi Jalur Sepeda

Transportasi merupakan suatu kata yang mengandung arti sebagai sebuah

usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu

objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain ini objek tersebut

lebihbermanfaat atau dapat lebih berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.13

Transportasi terjadi karena tidak semua lokasi sumber bahan baku, lokasi

proses produksi dan lokasi konsumen berada pada suatu tempat tertentu, sehingga

kesenjangan jarak antara lokasi-lokasi tersebut akan melahirkan perangkutan/

transportasi.

Adanya perbedaan letak antara lokasi- lokasi tersebut, maka akan ada jarak

yang akhirnya menimbulkan biaya, sehingga dengan adanya transportasi akan

mempengaruhi nilai suatu barang yang diangkut.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, berarti transportasi mempunyai

lima unsur pokok yaitu: (1) manusia, yang membutuhkan; (2) barang, yang

dibutuhkan; (3) kendaraan, sebagai sarana alat angkut; (4) jalan, sebagai prasarana

angkutan, dan (5) organisasi, sebagai pengelola angkutan.

Menuru Tamin, Sistem transportasi merupakan gabungan dua kata yang

masing-masing memiliki pengertian tersendiri, yaitu kata sistem dan kata

transportasi. Pengertian system adalah gabungan beberapa komponen atau objek

yang saling berkaitan dimana perubahan pada satu komponen sistem akan

13Fidel Miro, Perencanaan Transportasi: untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi,

(51)

memberikan perubahan pada komponen lainnya.14 Sistem juga dapat diartikan

sebagai suatu kesatuan, suatu unit, suatu integritas yang bersifat komprehensif

yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mendukung dan bekerja sama

sehingga menimbulkan integritas dan sistem. Sedangkan transportasi dapat

didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau memindahkan barang

dari satu tempat ke tempat lainnya.

Menurut Kusbianto sistem transportasi terdiri dari beberapa sistem yaitu:15

1. Sistem kegiatan, yaitu penduduk dengan kegiatannya, misalnya kawasan

perumahan, kawasan pertokoan, wilayah perkotaan dan sebagainya (demand

system), dimana makin tinggi kuantitas dan kualitas penduduk dengan

kegiatannya, makin tinggi pula pergerakan yang dihasilkan baik dari segi

jumlah (volume), frekuensi, jarak, moda maupun tingkat pemusatan temporal

dan spasial.

2. Sistem jaringan, yaitu jaringan infrastruktur dan pelayanan transportasi yang

menunjang pergerakan penduduk dengan kegiatannya, misalnya jaringan jalan,

kereta api, angkutan kota, terminal udara dan lain-lain (supply system), dimana

makin tinggi kuantitas dan kualitas jaringan infrastruktur serta pelayanan

transportasi, makin tinggi pula kuantitas dan kualitas pergerakan yang

dihasilkan.

14Subiako, Prefrensi pengguna dan Penyedia Jasa Terhadap Sistem Jaringan Transportasi (JTJ) yang Mendukung Pelabuan di Kabupaten Belitung (Studi Kasus : Pelabuan Tanjungpandan dan Pelabuan Tanjung Ru. (Tesis ,P aska Sarjana Fakulas Teknik, Program Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro. Semarang, 2009)46.

(52)

3. Sistem pergerakan, yaitu pergerakan orang dan/atau barang berdasarkan

besaran (volume), tujuan, lokasi asal-tujuan, waktu perjalanan, jarak/lama

perjalanan, kecepatan, frekuensi, moda dan sebagainya, dimana makin tinggi

kuantitas dan kualitas sistem pergerakan, makin tinggi pula dampak yang

ditimbulkan terhadap sistem kegiatan dan sistem jaringan. Sistem

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah kendaraan bermotor di kota Surabaya
Tabel 1.2 Rencana Pembangunan Jalur Sepeda di Kota Surabaya
Gambar 1.3 Metode Interaktif pengolahan data
gambar sepeda berwarna putih dan/atau Marka Jalan berwarna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya work engagement yang muncul dalam diri partisipan antara lain dukungan sosial yang diterima oleh partisipan.. Meneurut Sarafino (2000)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II, maka penelitian tentang peran orang tua dalam perkembangan bahasa

Terapi penguatan otot quadriceps femoris berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan naik tangga pada pasien osteoarthritis genu berdasarkan waktu yang

Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan aktivitas pembelajaran yang berpusatkan pada siswa sudah berada pada tingkatan baik dengan nilai rata-rata 3.0.. Namun

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan

Pembelajaran remedial mempunyai banyak fungsi bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Fungsi pembelajaran remedial antara lain yaitu :.. a) fungsi korektif,

In this research, the researcher developed a unit for Business Organization and Taxes with integrated English skill used ESP and also use ISD (Instructional System Design)

Kemudahan proses komunikasi dengan pihak pelayanan pelanggan Dalam hal ini perusahaan harus dapat merespon semua informasi yang ingin diketahui oleh pelanggan mulai