PENYELIDIKAN DAN EKSPLORASI GAMBUT DI DAERAH DAHA UTARA
KAB. HULU SUNGAI SELATAN, PROV. KALIMANTAN SELATAN
J.A. Eko Tjahjono
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
SARI
Daerah penyelidikan dan eksplorasi endapan gambut terletak di Daerah Daha
Utara dan sekitarnya, yang berjarak 165 Km sebelah utara Kota Banjarmasin. Secara
administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Daha Utara dan Selatan Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, dan Kecamatan Candilaras Utara Kabupaten Tapin, Serta
Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara
geografis daerah penyelidikan dibatasi dengan koordinat 2
030’00” sampai 2
045’00” LS
dan 114
046’00” sampai 115
007’00” BT. Luas daerah penyelidikan sekitar 38,5 Km x
27,5 Km.
Geologi regional daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Barito yaitu
pada posisi “Back Arch Basin”. Secara regional, batuan tertua yang terdapat disekitar
daerah tersebut yaitu batuan yang tersingkap disekitar lereng barat Pegunungan
Meratus, terletak disebelah Timur daerah penyelidikan, antara lain terdiri dari batuan
Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung, Berai dan Formasi
warukin. Terakhir yaitu endapan batuan Kuarter yang berumur Plistosen dari Formasi
Dahor dan batuan Holosen yang berupa endapan Aluvium, tediri dari endapan pasir,
lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan gambut yang diendapkan dalam
lingkungan paralic sampai fluviatil. Daerah penyelidikan umumnya didominasi oleh
endapan aluvial sungai dan rawa yaitu sekitar 70%, sedangkan sisanya 30% berupa
endapangambut.
Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua sampai kehitaman, dengan
derajat pembusukan sedang sampai tinggi, yaitu H6 – H8 (Fine hemic - safric) dalam
skala Van Post, kandungan serat umumnya sekitar 5% sampai 10%, sedikit terdapat
serat kayu dan akar, kandungan air cukup tinggi. Tebal maksimum endapan gambut 5
meter lebih.
Hasil rata-rata analisis kimia contoh gambut, menunjukkan bahwa Lembab
Nisbi sekitar 79,30%; Lembab Jumlah 80,96%; Moisture 8,30%; Zat Terbang 50,70%;
Karbon tertambat 17,83%; Abu 23,16%; Total Sulphur 0,39%; Keasaman 4,2; Bulk
Density 0,236 dan Nilai Kalori sekitar 4180 Cal/gr. Kadar abu cukup tinggi,
menunjukkan bahwa endapan gambut di daerah Daha tersebut mempunyai tipe
endapan Topogenous, yang kurang baik sebagai bahan baku energi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Mengacu pada kebijakan
pemerintah, bahwa komoditi berbagai
macam bahan baku energi di Indonesia,
mempunyai peran yang sangat strategis
dalam pembangunan perekonomian
Indonesia, maka kualitas dan kuantitas
akan keberadaannya harus dicari
mengingat perlunya data-data bahan
energi tersebut. Untuk itu maka harus
selalu diimbangi dengan kegiatan -
kegiatan pekerjaan yang menyangkut
inventarisasi dan penyelidikan dari
berbagai macam bahan baku energi,
baik melakukan kegiatan yang bersifat
lapangan maupun yang bersifat study
literature. Mengingat akan pentingnya
bahan baku energi alternatip pengganti
minyak bumi, yang salah satunya adalah
endapan gambut, yang mana
keberadaannya cukup melimpah dan
sangat potensial dipakai sebagai bahan
bakar industri.
Untuk merealisasikan kebijakan
pemerintah, yang berdasarkan
Undang-Undang Pertambangan Nomor 4 Tahun
2010, dan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi dari Pusat Sumber Daya
Geologi, serta ditunjang dengan adanya
dana dari Anggaran Pemerintah (DIPA)
Tahun Anggaran 2010, maka Pusat
Sumber Daya Geologi berkesempatan
untuk melakukan penyelidikan dan
ekslporasi mengenai endapan gambut di
daerah Daha Utara dan sekitarnya,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Provinsi Kalimantan Selatan.
Maksud dan Tujuan.
Dalam rangka merealisasikan
kebijakan pemerintah, tentang
diversifikasi penggunaan energi selain
minyak bumi, yang harus terus
digalakkan, agar dapat menunjang
tersedianya kebutuhan energi yang
berkelanjutan, supaya laju pertumbuhan
perekonomian dapat berjalan secara
progresif, oleh karena itu perlu adanya
kegiatan yang terarah mengenai
antisipasi kondisi tersebut, yaitu dengan
melakukan penyelidikan dan ekslporasi
mengenai endapan gambut yang
diperkirakan banyak tersebar di wilayah
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi
Kalimantan Selatan, yaitu disekitar
daerah Daha Utara dan sekitarnya.
Penyelidikan ini bertujuan untuk
mengetahui tentang sebaran, ketebalan,
sumberdaya, kualitas, bentuk endapan
gambut dan kondisi geologi gambut serta
kedudukan endapan terhadap muka air
di daerah penyelidikan. Selain hal
tersebut, juga untuk mengetahui data
umum wilayah, seperti infra struktur,
kondisi sosial masyarakat, iklim, curah
hujan, demografi dan hal-hal lain yang
erat kaitannya dengan kegiatan
selanjutnya. Seluruh data yang didapat
diharapkan merupakan data inventarisasi
yang akan menunjang dalam
menentukan kegiatan selanjutnya seperti
prospek pemanfaatan dan
pengembangan penggunaannya
dikemudian hari.
Selain itu, penyelidikan tersebut
berguna untuk penyusunan data base
dan penambahan informasi mengenai
keanekaragaman bahan galian yang
terdapat di daerah tersebut, juga
bertujuan untuk menggali potensi bahan
energi yang mungkin dapat ditemukan
dan dapat dikembangkan sebagai
penunjang pertumbuhan perekonomian
maupun perolehan pendapatan daerah
setempat, serta dapat berguna sebagai
acuan perencanaan pengembangan
wilayah.
Lokasi Daerah Penyelidikan.
Secara
administratif,
daerah
sekitarnya, yang sebagian besar terletak
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
sebagian kecil masuk wilayah
Kecamatan Candilaras Utara, Kabupaten
Tapin dan Kecamatan Kuripan,
Kabupaten Barito Kuala, Provinsi
Kalimantan Selatan, yang lokasinya
sekitar 165 Km
sebelah Utara Kota
Banjarmasin. ( Gambar 1 ).
Secara geografi daerah
penyelidikan terletak diantara aliran
Sungai Barito dengan Sungai Negara,
yang dibatasi oleh koordinat
114
046’00”sampai 115
007’00” Bujur
Timur dan 2
030’00” sampai 2
045’00”
Lintang Selatan.
Peta dasar yang
dipergunakan yaitu Peta Jantop, lembar
Paminggir dan Babirik serta peta Rupa
Bumi Bakosurtanal lembar Tumbukan
Banyu dan Rimbun Tulang, Kalimantan.
Sekala 1 : 50.000. Luas daerah
penyelidikan sekitar 38,5 Km Panjang x
27,5 Km Lebar.
Daerah
penyelidikan
dapat
dicapai dari Kota Banjarmasin dengan
menggunakan kendaraan roda empat ke
arah utara, yaitu ke Kota Kandangan
sebagai Ibu Kota Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, sejauh 135 Km,
kemudian diteruskan ke daerah
penyelidikan, yaitu di daerah Daha atau
disebut juga daerah Negara sejauh 30
Km, selanjutnya bekerja di lapangan
hanya dengan menggunakan kendaraan
air berupa perahu. Sampai di lapangan
umumnya menyusuri aliran Sungai
Negara dan Sungai Barito beserta
anak-anak sungainya, seperti Sungai Pandak
Daun, S. Pulatan dan S. Ambahai yang
berada pada bagian timurlaut daerah
penyelidikan. Sungai Kalanglawas dan
S. Kopang berada pada bagian
tenggara. Anak Sungai Ambahai Besar,
S. Bepanggang dan S. Tabatan berada
pada bagian utara dan baratlaut daerah
penyelidikan. Senajutnya Anak Sungai
Manuntung, S. Tabukan dan Anak
Sungai Talaga Batu berada pada bagian
barat dan baratdaya daerah
penyelidikan.
KONDISI GEOLOGI
Geologi Regional.
Geologi Regional daerah
penyelidikan terdapat pada peta geologi
lembar Amuntai, terletak dalam
cekungan Barito, yaitu pada posisi “Back
Arch Basin”. Batuan tertua yang dijumpai
disekitar daerah tersebut yaitu batuan
yang berumur Tersier, yang tersingkap
disekitar lereng barat Pegunungan
Meratus, yaitu terletak disebelah Timur -
Tenggara daerah penyelidikan, antara
lain terdiri dari batuan sedimen
Pra-Tersier dan batuan sedimen Pra-Tersier dari
Formasi Tanjung, Berai dan Formasi
Warukin. Terakhir yaitu endapan batuan
sedimen Kuarter yang berumur Plistosen
terdapat Formasi Dahor dan pada
Holosen terdapat endapan Aluvium,
yang mana pada endapan aluvium
tersebut terdapat endapan pasir,
lempung, sisa-sisa tumbuhan dan
endapan gambut yang diendapkan
dalam lingkungan paralic sampai fluviatil
(Gambar 2).
Stratigrafi Regional.
batupasir kapuran berfosil, napal,
batulempung dan batupasir kuarsa,
sedangkan Formasi Warukin Atas terdiri
dari batupasir selingan batulempung
dengan sisipan batubara dengan
ketebalan batubara hingga 20 meter.
Terakhir diendapkan Formasi Dahor
berumur Plistosen, terdiri dari batupasir
tufaan dan konglomerat lepas, lempung,
oksida besi, lignitan abu-abu
kecokelatan. Terakhir diendapkan
Satuan endapan permukaan, yang
berupa endapan aluvial dan gambut
(Tabel 1).
Struktur Geologi Regional.
Secara umum daerah
penyelidikan berupa pedataran,
sedangkan struktur geologi yang
berhubungan dengan kegiatan tektonik,
tidak dijumpai di area daerah
penyelidikan, akan tetapi disebelah
tenggara wilayah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, terdapat beberapa
struktur sinklin dan antiklin, yang dikenal
dengan nama antiklin Meratus, yang
terdapat di bagian timurlaut Kota
Banjarmasin dan sekitarnya, dengan
sumbu utama umumnya berarah
timurlaut - baratdaya.
Indikasi Endapan Gambut
Potensi lahan gambut di
Indonesia sebanyak 26 juta hektar (
Anderson, 1964) yang merupakan
peringkat nomer empat terbesar
cadangan gambut dunia, dan
berdasarkan kajian pustaka diambil dari
tulisan penyelidikan terdahulu, yaitu
mengenai dataran rendah dan
rawa-rawa sepanjang pantai timur Sumatra
dan pantai barat sampai selatan
Kalimantan yang terbentuk kira-kira 5000
tahun yang lalu, menyebutkan bahwa
wilayah pesisir barat sampai selatan
Pulau Kalimantan umumnya terdiri dari
endapan gambut, seperti halnya di
daerah Penyelidikan disekitar lokasi
daerah Daha Utara di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, dari 40% wilayahnya
didominasi oleh endapan aluvial, gambut
dan rawa, yang sisanya berupa endapan
batuan sedimen Tersier.
Indikasi endapan gambut di
lapangan, yaitu ditandai dengan adanya
morfologi bentang alam pedataran.
Terdapat rawa-rawa yang airnya
berwarna cokelat tua sampai kehitaman,
dengan pola aliran air yang bermeander
dan berawa serta mempunyai ketinggian
permukaan yang hampir datar, yaitu
berkisar dari 2m sampai 8m dari
permukaan air laut. Tanah di daerah ini
umumnya berwarna cokelat tua sampai
kehitaman, sangat lunak dan mudah
ditusuk-tusuk, tanah di daerah tersebut
umumnya kurang subur, meranggas
serta kering dan mudah terbakar pada
musim kemarau, yang disebabkan oleh
turunnya muka air tanah pada endapan
gambut sehingga endapan gambut
menjadi sangat kering. Pada endapan
gambut yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 meter, umumnya dijumpai
sawah ladang penduduk, tetapi pada
endapan gambut yang mempunyai
ketebalan lebih dari 1 meter umumnya
ditumbuhi oleh tanaman semak seperti
rerumputan liar serta perkebunan
tanaman keras seperti kelapa sawit,
hutan alang-alang yang umumnya khas
terdapat di daerah Kalimantan Selatan.
Geologi Daerah Penyelidikan.
Daerah penyelidikan sebagian besar
tersusun oleh endapan aluvial dan
rawa-rawa, serta sebagian kecil, sekitar 30%
yang berupa endapan gambut yang
berumur Holosen dan berupa pedataran.
Morfologi Daerah Penyelidikan.
Morfologi
endapan
gambut
di
daerah penyelidikan, umum merupakan
pedataran yang berawa dengan pola
aliran sungai yang sedikit berkelok pada
bagian hulu dan bermeander pada
bagian hilir dengan ciri khas airnya yang
berwarna cokelat, umumnya dipakai
sebagai sarana aktivitas penduduk.
Banyak terdapat kanal kanal sekunder
untuk keperluan pengairan persawahan
dan perkebunan serta sebagai sarana
transportasi penduduk. Elevasi
ketinggian topografi endapan gambut
berkisar dari 2 meter sampai 8 meter dari
permukaan laut. Pada daerah dataran
yang begambut tipis, umumnya
ditumbuhi oleh tanaman rawa berupa
semak dan lahan persawahan serta
ladang, sedangkan pada daerah tinggian
yang gambutnya lebih tebal, ditumbuhi
oleh tanaman sejenis yaitu jenis
alang-alang dan perdu. Sebagian dari daerah
tersebut yang bergambut tipis telah
dimanfaatkan penduduk sebagai lahan
perkebunan kelapa sawit dan
perkebunan semangka. Terdapat juga
lahan yang sudah rusak terbengkalai
karena gambutnya sudah habis, yang
sisa hanyalah berupa endapan rawa
yang tidak subur, banjir pada waktu
penghujan serta tandus pada waktu
kemarau.
Stratigrafi Endapan Gambut.
Stratigrafi endapan gambut di
daerah penyelidikan tersebut, hanyalah
berupa unit satuan endapan alluvial
berupa kerikil, pasir, lanau dan sisa
tumbuhan yang berumur Plistosen,
sedangkan unit satuan endapan rawa
berupa lempung halus pada bagian
bawah dan endapan gambut yang
berwarna cokelat tua kehitaman pada
bagian atas yang berumur Holosen (
Tabel 2 ). Pada bagian bawah endapan
gambut mengandung sedikit serat kayu
dan bagian atas mengandung sedikit
akar tanaman
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan.
Secara umum struktur geologi
yang berhubungan dengan kegiatan
tektonik pada endapan gambut di daerah
penyelidikan tersebut, tidak dijumpai. Hal
tersebut telah ditunjukkan dengan
adanya struktur sedimen yang berupa
perlapisan sejajar dan relatip tidak
mengalami gangguan tektonik. Adapun
kenampakan morfologi tinggian dan
lembah bukan disebabkan oleh adanya
gejala struktur geologi, namun
disebabkan oleh adanya faktor erosi
permukaan karena penurunan
permukaan air sungai, sehingga
dibeberapa tempat terdapat bentuk
seperti perbukitan landai.
HASIL PENYELIDIKAN
Data lapangan.
kemudian melakukan pemboran di
pinggir kanal atau paritan tersebut
dengan jarak minimal 25 meter dari sisi
kanal atau paritan tersebut.
Jarak titik-titik antar bor terdekat
yaitu berkisar dari 1500 meter hingga
2000 meter dalam setiap jarak
penyusuran lintasan pemboran. Setiap
titik lokasi bor telah diukur koordinatnya
dengan menggunakan GPS 12CX merek
Garmen dan diukur ketinggiannya dari
permukaan air laut dengan
menggunakan alat ukur altimer SILVA
merek Alba, yang mana mengambil
datum yang ada dari desa Samuda
dengan ketinggian sekitar 2 meter dari
permukaan air laut.
Daerah
penyelidikan
dialiri
sungai
besar utama yaitu Sungai Barito dan
Sungai Negara yang terdapat pada
bagian barat dan timur daerah
penyelidikan, mengalir dari arah timurlaut
kearah selatan yang dihubungkan
dengan sebuah kanal utama dan
puluhan Kanal sekunder, maka dari
beberapa kanal sekunder dihubungkan
dengan paritan tersier dan jalan setapak.
Kegiatan pemboran gambut di sekitar
daerah penyelidikan telah dilakukan
sebanyak 56 titik lokasi bor gambut
(Gambar 3), yang letaknya kira kira
terdapat pada bagian barat daerah
penyelidikan. Pemboran gambut
dilakukan dengan menyusuri
sungai-sungai sebagai berikut, yaitu menyusuri
aliran Sungai Negara dan Sungai Barito
beserta anak-anak sungainya, seperti
Sungai Pandak Daun, S. Pulatan dan S.
Ambahai yang berada pada bagian
timurlaut daerah penyelidikan. Sungai
Kalanglawas dan S. Kopang berada
pada bagian tenggara daerah
penyelidikan. Anak Sungai Ambahai
Besar, S. Bepanggang dan S. Tabatan
berada pada bagian utara dan baratlaut
daerah penyelidikan. Senajutnya Anak
Sungai Manuntung, S. Tabukan dan
Anak Sungai Talaga Batu berada pada
bagian barat dan baratdaya daerah
penyelidikan.
Sifat Fisik Endapan Gambut.
Kenampakan fisik endapan
gambut di daerah penyelidikan, yang
secara megaskopis memperlihatkan
kenampakan sebagai berikut :
Warna, endapan gambut yang
terdapat dekat permukaan, setempat
dijumpai berwarna kehitaman. Warna
hitam diperkirakan karena pengaruh dari
terbakarnya material pembentuk gambut
di permukaan, serta pengaruh dari
derajat pembusukan dan kandungan zat
organik. Selanjutnya di bagian tengah,
umumnya endapan gambut berwarna
cokelat tua kehitaman, warna ini
bergradasi menjadi kehitaman bila
semakin dekat dengan dasar
sedimentasi. Dasar sedimentasi
umumnya berupa endapan lempung dan
lanau, berwarna abu-abu gelap, dengan
sisipan tipis berupa laminasi dari
karbonan sisa tumbuh-tumbuhan.
Derajat Pembusukan (H), derajat
pembusukan endapan gambut di daerah
tersebut, teutama yang dekat
permukaan, mempunyai tingkat
pembusukan relatip sedang, adapun
untuk daerah yang mendekati dasar
cekungan, derajat pembusukannya
tinggi. Namun secara umum sebaran ke
arah horisontal tidak memperlihatkan
perubahan perbedaan yang mencolok,
terutama pada bagian tengah yang
mempunyai tingkat pembusukan sedang
sampai tinggi, yang menurut sekala Van
Post yaitu berkisar dari H6 sampai H8,
atau dalam kelompok Fine Hemic
sampai Safric dengan kandungan serat
berkisar dari 5% - 10%.
homogen, kandungan kayu dijumpai
pada bagian bawah dalam jumlah yang
relatip sangat sedikit dibandingkan pada
bagian atas, hal ini dipengaruhi oleh
faktor derajat pembusukan serta
kecepatan pembentukan gambut,
biasanya kayu yang terdapat dibawah
muka air tanah, lebih cepat mengalami
proses penggambutan, sedangkan kayu
yang terdapat diatas muka air tanah
mengalami pembusukan. Kandungan
kayu di daerah ini diperkirakan kurang
dari 5%. Kandungan Akar (R), umumnya
dijumpai pada bagian atas dalam
endapan gambut, tetapi jumlahnya tidak
banyak, yaitu berkisar dari 5% sampai
10%. Akar ini diperkirakan berasal dari
tumbuhan baru yang baru tumbuh diatas
tanaman lama yang sudah hancur.
Kandungan Air (M), kandungan
air atau kelembaban berkaitan erat
dengan kondisi muka air tanah. Gambut
yang terdapat diatas muka air tanah
biasanya mempunyai kelembaban
sekitar 85% sampai 90%, sedangkan
yang terdapat dibawah muka air tanah
biasanya mempunyai kelembaban lebih
besar dari 90%. Kondisi kandungan air
tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan
cuaca pada saat pengambilan contoh di
lapangan.
Interpretasi model dari endapan
gambut, sementara ini hanya
semata-mata berdasarkan rekontruksi dari hasil
pemboran gambut, yang dapat
direkontruksi dan diketahui dari hasil
penampangan isopah dari endapan
gambut yang berbentuk dom yang
cembung kebawah dan sedikit keatas,
yang menyebar agak memanjang ke
arah Timurlaut – Baratdaya
Kualitas Endapan Gambut.
Secara megaskopis, endapan
gambut berwarna cokelat tua kehitaman,
dengan derajat pembusukan di daerah
tersebut relatip tinggi. Kandungan kayu
dan akar dalam satu sekuen dari atas
sampai ke bawah yaitu tidak homogen
dan relatip sedikit. Kandungan air atau
kelembaban cukup besar. Analisis kimia
dan fisika contoh endapan gambut
dilakukan secara komposit, adapun jenis
pengerjaan analisis kimia dan fisika
contoh gambut di laboratorium dengan
parameternya yang akan diuji yaitu:
Lembab Nisbi (LN), Lembab Jumlah (LJ),
Persentasi Air Tertambat (M), Zat
Terbang (VM), Karbon Tertambat (FC),
Kandungan Abu (Ash), Sulfur Total (S),
Bulk Density (BD), Nilai Kalori (CV) dan
Keasaman (pH). Adapun contoh
endapan gambut yang diuji di
laboratorium yaitu berjumlah 15 buah
contoh gambut, yang mana lokasi
pengambilannya diperkirakan dapat
mewakili daerah tersebut secara
proporsional, yaitu diambil dari setiap
perubahan ketebalan endapan gambut
pada setiap aliran sungai, yang mana
contoh gambut tersebut dicampur dari
bagian atas sampai bawah pemboran
secara komposit. Kode contoh gambut
yang dianalisis adalah sebagai berikut :
DH-07, DH-08, DH-11, DH-13, DH-17,
DH-24, DH-28, DH-30, DH-32, DH-36,
DH-41, DH-47, DH-48, DH-49, DH-53.
Hasil analisis kimia dan fisika
pada contoh endapan gambut di daerah
penyelidikan adalah seperti tertera pada
tabel 3,4 dan 5. Dengan rata-rata hasil
analisis gambut yaitu : (LN) 79,30%; (LJ)
80,96%; (M) 8,30%; (VM) 50,70%; (FC)
17,83%; Abu 23,16%; (S) 0,39%; (pH)
4,2; (BD) 0,236 dan (CV) 4180 Cal/gr.
Topogenous, yaitu terbentuknya
endapan gambut di daerah tersebut,
nutrisinya sangat dipengaruhi oleh
campuran endapan air permukaan yang
diperkirakan berasal dari genangan
banjir Sungai Barito yang berada di
sebelah barat dan tidak jauh dari
akumulasi endapan gambut tersebut.
Sumberdaya Endapan Gambut.
Berdasarkan hasil olah data
lapangan, maka data ketebalan endapan
gambut dari lokasi titik-titik bor, yang
menghasilkan sebaran dan gambaran
isopach endapan gambut yang
berinterval 2 meter, sehingga dapat
diketahui bahwa endapan gambut di
daerah tersebut mempunyai model
endapan yang berbentuk kubah yang
mempunyai ketinggian sekitar 2
meter
sampai 8 meter diatas muka air laut dan
mempunyai ketebalan hingga lebih dari 5
meter, maka Sumberdaya Tereka
endapan gambut yang tebalnya lebih
besar dari 1 meter di daerah
penyelidikan tersebut dapat dihitung.
Perhitungan tonase sumberdaya
endapan gambut kering tersebut
dilakukan berdasarkan perkalian Volume
Gambut basah dengan besaran Bulk
Density, sedangkan Volume Gambut
basah diperoleh dari perkalian Luas
antar Isopach sebaran gambut dikalikan
dengan ketebalan rata-rata antar isopach
tersebut. Luas daerah sebaran endapan
gambut yang mempunyai ketebalan lebih
besar dari 1 meter di sekitar daerah
penyelidikan yaitu 710.496.000 m
2atau
sekitar 23.342,8 Hektar. Maka hasil
perhitungan Sumberdaya Tereka
endapan gambut kering yaitu sekitar
167.677.056 Ton, dengan besaran dari
Bulk Density rata-rata yaitu sekitar 0,236.
Keterangan lain mengenai perhitungan
Sumberdaya endapan gambut tersebut
dirangkum dan ditabulasikan seperti
dalam tabel 6.
Prospek
Pemanfaatan/Pengembangannya
Prospek pemanfaatan dan
pengembangan endapan gambut,
mengingat sebaran lahan gambut yang
relatif tidak luas di daerah ini, maka
pemanfaatan lahan gambut tersebut
dapat dibagi menjadi 3 kelompok zona
daerah berdasarkan ketebalannya, yaitu
:
Kelompok pertama, daerah lahan
gambut yang mempunjai ketebalan
gambut kurang dari 1 meter, disarankan
dapat digunakan sebagai lahan
pemukiman penduduk dan persawahan,
karena daerah ini sebagian besar terdiri
dari endapan alluvial dan gambut tipis.
Pembuatan bangunan di daerah ini akan
lebih stabil bila dibandingkan dengan
daerah lainnya, dan persawahan akan
lebih baik karena mengandung nutrisi
yang cukup.
Kelompok kedua, daerah lahan
gambut yang mempunyai ketebalan
gambut berkisar dari 1 meter hingga 2
meter, disarankan dapat digunakan
sebagai lahan perkebunan, terutama
tanaman keras seperti kelapa sawit,
karet dan kayu-kayuan lainnya, karena
akar tanaman keras tersebut masih bisa
mencapai pada lapisan sedimen yang
berada dibawah lapisan gambut bila
sistem pengairannya baik.
lahan gambut ini baik untuk konservasi
alam guna menjaga ekosistem
lingkungan air tanah dan sebagainya.
Kegunaan gambut yaitu dapat
dimanfaatkan pada berbagai keperluan
seperti bahan bakar dan bahan dasar
industri. Sebagai bahan bakar bisa
berupa sod peat dan milled peat, yang
kemudian dapat dikembangkan lagi
menjadi briquettes, pellets, gas dan
lainnya. Bahan bakar ini dapat
digunakan untuk industri seperti
pembangkit tenaga listrik, semen,
keramik, gelas atau dipakai untuk
keperluan rumah tangga. Sebagai bahan
dasar industri, gambut dapat
menghasilkan bahan-bahan tertentu
setelah mengalami proses tertentu pula,
seperti untuk lumpur pemboran, pelarut
plastik, karbon aktip yang berporosity
tinggi, macam-macam gas, lilin, bahan
penyerap (air, protein, sulfat dan
pewarna), bila ditambah sodium sulfat
dapat menyerap logam berat (Air raksa,
Pb, Cd), dengan menambah unsur
tertentu gambut dapat dipakai sebagai
pupuk, dan serat-serat gambut dapat
dipakai sebagai boart.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1.
Kenampakan
megaskopis,
endapan gambut di daerah ini berwarna
cokelat tua kehitaman, dengan tingkat
pembusukan sedang sampai tinggi, H6 –
H8 (fine hemic - safric), kandungan serat
umumnya sekitar 5% sampai 10%,
sedikit terdapat serat kayu dan akar,
kadar kandungan air umumnya cukup
tinggi. Ketebalan endapan gambut
mencapai lebih dari 5 meter. Posisi
dasar endapan gambut mencapai 2
meter diatas permukaan air laut,
sedangkan posisi puncak endapan
gambut bisa mencapai 8 meter. dengan
bentang alam umumnya pedataran dan
di beberapa tempat bermorfologi sedikit
berundulasi lemah.
2. Data analisis laboratorium
digunakan untuk mengetahui kualitas
endapan gambut, secara tidak langsung
akan berpengaruh pula terhadap jumlah
sumberdaya gambut kering, serta untuk
penentuan pemanfaatan endapan
gambut tersebut. Kadar abunya yang
relatif cukup tinggi, menunjukkan bahwa
endapan gambut tersebut mempunyai
tipe topogenous.
3. Sumberdaya Tereka endapan
gambut yang mempunyai ketebalan lebih
besar dari 1 meter di daerah
penyelidikan tersebut yaitu sekitar
167.677.056 Ton gambut kering, dengan
Bulk Density rata-rata yaitu sekitar 0,236.
Luas lahan gambut di daerah
penyelidikan yang ketebalannya lebih
dari 1 meter yaitu sekitar 23.342,8
Hektar, menyebar menyerupai bentuk
elip yang bersumbu memanjang ke arah
timurlaut – baratdaya, dan bergeometri
cembung.
4. Potensi utama bahan galian
yang terdapat di daerah penyelidikan
adalah endapan gambut, sebab selain
ketebalan gambut yang mencapai lebih
besar dari 5 meter, juga penyebarannya
menebal pada bagian tengah-barat
daerah penyelidikan, serta mempunyai
bentuk geometri dan model endapan
gambut yang menyerupai kubah atau
dome, yang posisi umumnya terletak 2
meter di atas permukaan air laut,
sehingga sangat memungkinkan lahan
gambut tersebut untuk dimanfaatkan
atau dikembangkan lebih lanjut
penggunaannya.
Saran .
posisi diatas permukaan air laut, dan
mempertimbangkan keseimbangan
ekosistem air tanah. Mengingat kadar
abunya tinggi maka gambut tersebut
kurang baik untuk bahan bakar energi.
DAFTAR PUSTAKA
A.J.P. Goret,1983; General Studies of Mires; Swamp, Bog, Fen and Moor
(Ecosystems of The World 4A), Elsevier Scentific Publisahing Company, Amsterdam
– Ox for A New York.
Anderson, J. A. R. , 1964. The Structure And Development Of The Peat
Swamps Of Serawak And Brunei. Journal of Tropical Geography. vol. 18, 1964.
Diemont, W.H., and Supardi, 1986: Genesis of Indonesia Lowland Peats and
Possibilities for Development. Symposium and exhibition lowland development in
Indonesia, Jakarta. University of Illinois, Urbana,Illinois.
Euroconsult,(1984): Preliminary Assestment of Peat Development Potential.
Final Report Euroconsult, Ahrnem, The Netherland.
Geyh, H.R, Kudras Streif, H, (1974):Global changes in post Glacial Sea Level.
A Memorial Calculation Quartenary Research P.264-287.
N. Sikumbang dan R. Heriyanto, (1994) Peta Geologi lembar Amuntai,
Kalimantan Selatan Sekala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bandung.
Shell International, (1983) : Utilization of Indonesian Peat for
PowerGeneration. Shell International Petroleum, London. .
Supardi, 1983; Kegunaan gambut dan perkembangannya di Indonesia,
Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Endapan Gambut Daerah Daha Utara
Dan sekitarnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Gambar 2. Geologi Regional di Sekitar Lokasi Daerah Penyelidikan
Pada Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan Selatan
DAERAH PEN Y ELI DI K ANDAERAH PEN Y ELI DI K AN
Tabel 1. Stratigrafi Regional Formasi Batuan Sekitar Daerah Penyelidikan.
Tabel 2. Stratigrafi Endapan Gambut di Daerah Penyelidikan
UMUR
UNIT SATUAN
LINGKUNGAN
KUARTER
HOLOSEN
GAMBUTLEMPUNG, LANAU ENDAPAN RAWA
PLISTOSEN
LANAU
PASIR
KERIKIL
ENDAPAN ALUVIAL
.
Zaman
Kala
Formasi
Lithologi
Lingk.
endapan
Kuarter
Holosen Aluvium
Gambut, sisa tumbuhan, lempung, pasir
dan lanau.
Berupa endapan sungai dan rawa
Paralic
Plistosen
Dahor
Batupasir tufaan dan konglomerat lepas,
lempung, oksida besi, lignitan abu-abu
kecokelatan.
Fluviatil
Tersier
Pliosen
Warukin
Atas
Batupasir selingan batulempung dengan
Sisipan batubara hingga 20 meter
Darat-
laut
Miosen
Warukin
Bawah
Batupasir kapuran berfosil, napal,
batulempung dan batupasir kuarsa
Laut
Oligosen Berai
Napal, batugamping massif, tebal, berfosilSisipan serpih abu-abu.
Laut
Eosen Tanjung
Batupasir kuarsa, serpih dengan sisipanbatubara, setempat sisipan batugamping
Tabel 3. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-07, DH-08, DH-11, DH-13, DH-17.
ANALYSIS
UNIT
BASIS
KODE CONTOH
DH-07 DH-08 DH-11 DH-13 DH-17
Lembab
Nisbi
%
ar
79,48 79,43 79,07 79,32 79,02
Lembab
Jumlah %
ar
81,18 81,12 80,78 81,06 80,76
PROXIMATE
Moisture
% adb 8,29 8,23 8,18 8,39 8,31
Volatile
Matter %
adb
50,71 50,90 51,18 50,64 50,67
Fixed
Carbon
%
adb
18,32 18,24 18,36 17,91 17,84
Ash
%
adb
22,68 22,63 22,28 23,06 23,18
Total
Sulphur % adb 0,41 0,38 0,39 0,39 0,38
Bulk
Density
adb 0,25 0,22 0,23 0,24 0,23
pH
adb
4,5
4,0
4,0
4,0
4,0
Calorific value
Cal /
gr
Tabel 4. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-24, DH-28, DH-30, DH-32, DH-36.
ANALYSIS
UNIT
BASIS
KODE CONTOH
DH-24 DH-28 DH-30 DH-32 DH-36
Lembab
Nisbi
%
ar
79,07 78,85 80,37 80,36 79,30
Lembab
Jumlah %
ar
80,81 80,63 81,85 81,83 81,04
PROXIMATE
Moisture
% adb 8,29 8,40 7,56 7,46 8,42
Volatile
Matter %
adb
51,02 50,72 49,81 49,41 50,78
Fixed
Carbon
%
adb
18,10 17,66 16,55 16,39 18,13
Ash
%
adb
22,59 23,22 26,08 26,74 22,67
Total
Sulphur % adb 0,38 0,39 0,27 0,36 0,41
Bulk
Density
adb 0,25 0,24 0,24 0,23 0,24
pH
adb 4,0 4,0 4,5 4,5 4,5
Calorific value
Cal /
gr
Tabel 5. Hasil Analisis Kimia/Fisika Contoh Gambut yang diambil dari
Lokasi DH-41, DH-47, DH-48, DH-49, DH-53.
ANALYSIS
UNIT
BASIS
KODE CONTOH
DH-41 DH-47 DH-48 DH-49 DH-53
Lembab
Nisbi
%
ar
78,63 79,08 79,12 79,32 79,16
Lembab
Jumlah %
ar
80,49 80,85 80,91 81,12 80,96
PROXIMATE
Moisture
% adb 8,69 8,48 8,55 8,70 8,64
Volatile
Matter %
adb
50,55 51,01 50,82 51,13 51,15
Fixed
Carbon
%
adb
18,17 18,05 18,08 17,78 17,93
Ash
%
adb
22,59 22,46 22,53 22,39 22,28
Total
Sulphur % adb 0,43 0,42 0,45 0,45 0,36
Bulk
Density
adb 0,24 0,24 0,24 0,23 0,23
pH
adb 5,0 4,0 4,0 4,0 4,0
Calorific value
Cal /
gr
adb 4155 4177 4174 4176 4187
Tabel 6. Perhitungan Sumberdaya Tereka Endapan Gambut Daerah Daha Utara.
No Isopach
(m)
Tebal
(m)
Luas
(m2 )
Volume
(m3 )
Bulk
Density
Sumberdaya
(ton)
1 1 - 3 2 125.282.000 250.564.000 0,236 59.133.104
2 3 - 5 4 80.798.000 323.192.000 0,236 76.273.312
3 > 5 5 27.348.000 136.740.000 0,236 32.270.640