ISSN:1858-2521
TA
u
Sejarah
Jawa
(Kajian
Sosial Ekonorrri) Icon PeradabanJURUSAN
IDIKAI{
StrJARAH
FAKULTAS
ILil'IL
SOSI
\L
Model
Pembelajarani dan Penanaman Konsep Nasiona I isrrre
Dalam Pembelaj aran Sejarah
IST0RIA Volume I1 Nomor 1 2017
KONSEP PEMIKIMN KI HADJARDEWANTAM DALAM PENDIDIKAN TAMAN SISWA
(Tin jauan Humanis-Religius)
Oleh: Dyah Kumalasaril
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi pemikiran KH. Dewantara dalam
bidang pendidikan.
Hal
ini
penting mengingat beliau merupakan salah satupahlawan nasional
yang
mencurahkan perhatiannyadalam
pengembanganpendidikan. Beliau juga mendirikan sekolah Tamansiswa dan pernah menjabat sebagai menteri pendidikan nasional.
Hasil kajian menunjukkan bahwa pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang
pendidikan
yang
diwujudkan
melalui
lembagapendidikan Taman
Siswamemberikan harapan
baru
untuk kemajuan bangsa Indonesia. Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid. Sebagai sebuahsekolah yang berbasis budaya
lokal
masyarakat Jawa, Taman Siswa mampu bertahandi
tiga jaman, yaitu jaman kolonial Belanda, kolonialJepang dan masa
kemerdekaan sampai dengan sekarang. Beberapa pemikiran
Ki
Hadjar dalamTaman siswa sangat relevan untuk menyikapi perkembangan terkini pendidikan di Indonesia, dan sejalan dengan prinsip pendidikan yang humanis-religius.
Kata kunci: KH Dewantoro, pendidikan, Taman Siswa.
Abstract
This
article
was aimedto
eraboratethe
opinionof
KH
Dewantoro at education system.lt
was argent because his role as national hero that focus todevelop education.
He
was erected Taman Siswa,so
theformer
of
nationaleducation minister.
The result of studied shows
that
opinion KH Dewantoro about educationimplement by Taman siswa that provide new expectation
for
Indonesian progress. Means of raman is place to play or to study, and meansof
siswais
student As a schoolin
what havea
local cuture basically, especially Java, Taman siswd couldexist
in
three periods: Dutch-lndies, Japanese occupation, and independence age.some opinion
KH
Dewantorois
relevantto
against Indonesian development ineducation, and analogously with the principal of religious-humanistic
in
education.Keryord: KH Dewantoro, education, Taman Siswa
1 Dosen pdda Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas llmu Sosial
lJniversitas Nege|i yogyakarta.
l
:
I
I
i
:
I
A.
PendahuluanPada jaman kemajuan teknologi
sekarang ini, sebagian besar manusia
perilakunya banyak dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan dan
kecang-gihan teknologi fteknologi informasiJ' Banyak
\
orang terbuai
denganteknologi
Yang
canggih, sehinggamelupakan asPek-asPek
lain
dalamkehidupannYa,
seperti
Pentingnya membangun reiasi dengan orang lain' perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnyameng-hargai
sesamalebih
dariPada aPayang berhasil dibuatnya, dan lain-lain'
Seringkali teknologi Yang dibuat manusia
untuk
membantu manusiatidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi
sebaliknya manusia yang terkuasai
oleh
kemaiuan teknologi tersebut' Manusia menjaditidak lagi
bebas menumbuhkembangkan dirinYamen-jadi manusia seutuhnya dengan segala
aspeknya' Keberadaan manusia pada
zaman
ini
seringkali diukur dari "tohave"
[apa
saja materi
YangdimilikinYal
dan
"to
do"
[aPa saiayang
telah
berhasil/tidak
berhasildilakukannyal daripada keberadaan pribadi Yang bersangkutan
["to
be"atau "being"nyaJ' Dalam pendidikan
perlu
ditanamkan sejakdini
bahwaISTORIA Volume
Vill
Nomor 1- r 201Okeberadaan seorang
Pribadi,
jauh lebih penting dan tentu tidak persissama
dengan
apa
Yang
menjadimiiiknya
dan
apa
Yang
telahdilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar Pemilik kekaYaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu' Pendidikan Yang humanis menekan-kan pentingnya pelestarian eksistensi
manusia,
dalam
arti
membantumanusia
lebih
manusiawi,
lebihberbudaYa, sebagai manusia Yang
utuh berkembang [menurut Ki Hajar Dewantara menYangkut daYa ciPta
[kognitifl,
daYarasa [afektifi,
dandaya
karsa
[konatifJ].
Singkatnya,"educate the head, the heart, and the
hand !"
Di tengah-tengah maraknYa
globa-lisasi
komunikasi
dan
teknologi, manusia makin bersikap individuaiis' Mereka "gandrung teknologi", asYikdan
terPesona denganPenemuan-penemuan/barang-barang baru dalam
bidang
iPtek
Yang serba
canggih,sehingga cenderung melupakan
kese-jahteraan
dirinya
sendiri
sebagaipribadi manusia dan semakin
melupa-kan
aspek sosialitasdirinya'
Olehkarena
itu,
Pendidikan danPembe-iajaran
hendaknYa
diPerbaikipada aspek indirridualitas
ke
aspeksosialitas
atau
kehidupankebersa-maan sebagai masyarakat manusia_
Pendidikan
dan
pembelajaranhen-daknya
juga
dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkanpada
diripeserta didik.
Taman Siswa
sebagai sebuahlembaga sekolah
yang
sejak masakolonial bangsa Indonesia didirikan
oleh
Ki
Hadjar
Dewantara yaitutepatnya pada tanggal
3luli
7922 di Yogyakarta. Tamanberarti
tempat bermainatau tempat
belajar, danSiswa berarti murid. Sebagai sebuah
sekolah yang berbasis budaya lokal
masyarakat Jawa khususnya, Taman
Siswa mampu bertahan di tiga jaman,
yaitu jaman kolonial Belanda, kolonial
Jepang dan masa kemerdekaan sam-pai dengan sekarang.
Selama
ini
yang
terjadi
diIndonesia,
seringkali
mengadopsimodel pendidikan dari luar, terutama
dari negara-negara yang dinilai telah
maju
pendidikannyadan
terkesan melupakanakar
pendidikan lokalyang sudah dikembangkan sejak lama oleh para tokoh pendidikan Indonesia
sejak masa kolonial.
Dilihat
dari konsep pemikiran Ki HadjarDewan-ISTORIA Volume VIII Nomor 1 September 2011
tara yang dituangkan dalam sekolah
Taman Siswa, sekolah
tidak
hanyamengajar siswa dari sisi kognitif saja
tapi
juga afektif, dan psikomotorik.Tanpa mengesampingkan pula aspek
kemanusiaan
dari sisi
siswa
itu sendiri. Berdasarkanlatar
belakangpermasalahan
tersebut
artikel
ini mencoba mengkaji kembali konseppemikiran
Ki
Hadjar
Dewantaradalam
pendidikan Taman
Siswaditinjau dari sisi humanis religiusnya.
B. Seiarah
Didirikannya
Lembaga Pendidikan Taman SiswaPada
waktu
pertama
kali
di-dirikan
pada
3
Juli
7922, sekolahTaman Siswa
ini
diberi
nama" National Onderwijs
Institut
TamanSlswa". Sekolah Taman Siswa ini
sekarang
berpusat
di
balai
IbuPawiyatan (Majelis
Luhurl
di
Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, danmem-punyai
729
sekolah
cabang
diberbagai kota di seluruh lndonesia.
Latar
belakang
didirikannyaTaman Siswa adalah kondisi
Indone-sia
yang saat
itu
berada
dalamkungkungan kolonialisme Belanda.
Pada saat Indonesia berada dalam
ISTORIA Volume II Nomor l- mber 2011
yang berlaku saat
ini,
untuk dapat memahami iaman Yangakan datang;
5]
Pengaruh
baru
teriadi
dari pergaulan bangsaYang
satu dengan Yang 1ain, Yang semakinmudah
dan
membawa Padahubungan
modern'
HarusnYakita
berhati-hati
agar
daPatmemilih mana Yang baik untuk
menambah kemuliaan hiduP da
mana
Yang
akan
merugikan,dengan selalu mengingat bahwa
semua
kemaiuan
ilmu
danpengetahuan
dan
segalaperikehiduPan
itu
adalahkemurahan
Tuhan
untuksegenap
umat
manusia
diseluruh
dunia,
meskiPunhidupnya
masing-masingmenurut
garis sendiri
Yangtetap.
Jika
kita
tidak
bisamenolaknYa.
Pendidikan nasional menurut Ki
Hadjar
adalah
Pendidikan
Yangberdasarkan garis hidup bangsanya [kultur-nasionalJ dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat
mengangkat deraiat negeri dan
rak-yatnya, sehingga bersamaan
kedu-dukan
dan
Pantas
bekerjasamadengan bangsa-bangsa
lain
untukkemuliaan
segenap
manusia
diseluruh dunia'
Pendidikan
budi
Pekerti
harusmenggunakan syarat-syarat sesuai
dengan
roh
kebangsaan, menu ju kearah keluhuran dan kesucian hidupbatin, serta ketertiban dan kedamaian
hidup lahir,
baik
syarat-syarat yangsudah ada maupun syarat-syarat baru
yang bermanfaat untuk maksud dan
tujuan kita.
Ki
Hadiar
juga
menekankanpentingnya
terus
hiduP
dalamkesenian, Peradaban dan keagamaan
kita, atau terdapat daiam kitab-kitab
ceritera
[dongeng-dongeng, mYthe,legenda, babad, dan iainJain)' Semua
itu
adalah kekaYaan nasional YangtersimPan
dalam
kekaYaan batinbangsa kita. Dengan mengetahui itu
Iangkah
kita
menuju kearah jaman baru akan berhasil tetap dan kekal'Berhubungan dengan hal tersebut,
maka perlu anak-anak
kita
dekatkanhidupnYa dengan kehiduPan rakYat
agar
mereka
tidak
hanYa
dapatpengetahuan
saja
tentang
hiduP rakyatnya, namun juga dapatmeng-alami
sendiri
dan
kemudian tidak hidup terpisahdari
rakyatnya' Olehkarena
itu,
sebaiknYa diutamakanISTORIA Volume II Nomor 1 September 2011
Husodo
[1908]
sudah pulamemba-yangkan aliran kultural, namun
orga-nisasi
teknik
pendidikan
danpengajaran
tetap
tidak
berubah, bahkan sampai sekarang.Cita-cita baru yang menginginkan
perubahan
radikal
dalam lapanganpendidikan
dan
pengajaran mulaitimbul
padatahun
l-920. Cita-citabaru tersebut seolah-olah merupakan
bangunan kesadaran
kultural
dankebangkitan politik. Cita-cita
kemer-dekaan
yang
menjadi
jaminankemerdekaan
dan
kebebasankebu-dayaan bangsa menjadi
inti
sistem pendidikan dan pengajaran yang padalahun L922 dapat diciptakan dalam Taman Siswa. Sekolah ini mempunyai semangat
berdiri
sendiri sejak awalberdirinya sebagai sekolah partikelir [sebutan untuk sekolah swasta pada
masa
itu]
yang
tidak
mendapatsubsidi
dari
pemerintah
kolonial Belandayang
memasukkan dasarkebudayaan bangsa, berjiwa politik
kolonial,
dan
bersemangatrevolu-sioner.
C.
Prinsip
PendidikanKi
Hadiar DewantaraPendidikan dalam pandangan Ki
Hadjar
Dewantaraberarti
upayauntuk
memajukan
perkembanganbudi pekerti fkekuatan batinJ, pikiran
[intele]<tual), dan jasmani anak-anak.
Dalam
artian,
supayakita
dapatmemajukan
kesempurnaan hidup,yakni
kehidupandan
penghidupananak-ana\ selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Oleh karena
itu
adabeberapa
hal
yang harus
diper-hatikan, seperti:1J Segala syarat usaha
dan
carapendidikan harus sesuai kodrat
keadaannya;
2]
Kodrat keadaantadi
tersimpandalam
adat
istiadat
masing-masing
rakyat yang
menjadibangsa-bangsa
dengan
sifatperikehidupan
sendiri-sendiri,sifat-sifat
dari
seluruh
usahauntuk
mendapathidup
tertib-damai;
3J
Adat-istiadat,
sebagai
upayatertib-damai
itu
tidak
terlepasdari pengaruh "jaman dan aIam",
karena
itu
selalu
berubah,bentuk, isi, dan iramanya;
4J Untuk mengetahui garis hidup
yang
tetap
dari
suatu bangsaperlu
mengetahui jaman yangtelah lalu,
mengetahuimenjelmanya jaman itu ke jaman
pendidikan
bagi
masYarakatIndo-nesia secara keseiuruhan' Pendidikan hanya diperuntukkan bagi segolongan
orang saja, terutama bagi goiongan keturunan Belanda sendiri dan bagi
sebagian
kecil
keturunan Pribumi'Golongan Pribumi Yang bisa
menik-mati
pendidikan adalahdari
ketu-runan Para
PriYaYisaja,
karenatingginYa
biaYa
Pendidikan
dan memang meruPakanbagian
dari politik pendidikan kolonial Belanda'Pemerintah
kolonial
Belanda sengaia membatasi iumlah penduduk pribumi yang mengakses pendidikan,karena mereka khawatir
denganbanyaknya masyarakat pribumi yang
menempuh Pendidikan akan
mem-bahayakan posisi mereka di kemudian
hari.
Pembatasantersebut
melalui banyak cara,di
samPing tingginya biaya juga dengan sistem penilaiandan penghargaan yang intelektualis'
Mereka dituntut untuk luius dari
sistem ujian yang sangat ketat dengan
.
banyaktuntutan,
sehingga belajartidak untuk perkembangan hidup dan
kejiwaannYa, sebaliknYa
merekabelajar
untuk
mendapat nilai-nilaiyang tinggi dalam "school report"nya
atau untuk mendapat iiasah saja [Ki
Hadjar Dewantara, 1964)' Oleh sebab
ISTORIA Volume II Nomor 1 Se 207L
itu
maka
Ki
Hadjar
Dewantaraberusaha
mencari
cara
untukmembebaskan masYarakat Pribumi
dari
pendidikan
Yang
sifatnyaintelektualis tersebut, atau yang oleh
Ki
Hadjar
disebut
dengan istilah"examen cultus" dan "dipioma jacht''
Sayangnya sistem lama ini justru saat
ini
sedang berkembang kembali di negaratercinta
ini
denganPem-berlakuan standar kelulusan melalui
ujian akhir nasional atau UAN'
Berdasarkan
kondisi
tersebut,maka Ki Hadiar Dewantara kemudian
merumuskan
kembali sistem
Pen-didikan yang lebih humanis dan bisa
diakses oleh sebagian besar
masya-rakat pribumi. Gagasan tersebut
di-wujudkan dalam lembaga pendidikan
Taman Siswa. Lembaga pendidikan ini bermaksud mengcounter sistem
pen-didikan kolonial yang bersifat intelek-tualis, individualis, dan materiaiistis, karena pendidjkan
dan
Pengajaransebenarnya
harus bersifat
meme-iihara tumbuhnya benih-benihkebu-dayaan.
Menurut
Ki
Hadiar Dewantarasendiri hal
ini
memang tidak mudah,meskipun
cita-cita
seperti
inisebenarnYa sudah ada sejak masa RA'