• Tidak ada hasil yang ditemukan

BahanAjar Hukum Lembaga Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BahanAjar Hukum Lembaga Negara"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN DAN

PENGERTIAN DAN

JENIS-JENIS LEMBAGA NEGARA

JENIS LEMBAGA NEGARA

OLEH

OLEH

BAGIAN HUKUM TATA NEGARA

(2)

TERMINOLOGI

TERMINOLOGI

ETIMOLOGI

(3)

Secara Terminologis

Secara Terminologis

Inggris,

Inggris, politicalpolitical institutioninstitution, , Belanda

Belanda, staat orgamen, staat orgamen

Indonesia

Indonesia,, lembaga negara, atau organ Negara. lembaga negara, atau organ Negara.

Secara Etimologi

Secara Etimologi

Dalam Kamus Besar Belanda Indonesia (KKBI) (1997:979-58),

Dalam Kamus Besar Belanda Indonesia (KKBI) (1997:979-58),

kata “lembaga” antara lain

kata “lembaga” antara lain diartikan sebagai diartikan sebagai :: (1) ‘asal mula

(4) ‘badan (organisasi) yang

(4) ‘badan (organisasi) yang tujuaannya melakukan sesuatu tujuaannya melakukan sesuatu

penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha’; dan penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha’; dan

(5) ‘pola prilaku(5) ‘pola prilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial

berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan’. berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan’.

Kata

Kata lembagalembaga digunakan juga pada digunakan juga pada lembaga pemerintahan yanglembaga pemerintahan yang

diartikan ‘badan-badan pemerintahan dalam lingkungan eksekutif.

diartikan ‘badan-badan pemerintahan dalam lingkungan eksekutif.

Kalau kata pemerintah diganti dengan

Kalau kata pemerintah diganti dengan kata negara, diartikan kata negara, diartikan ‘badan-badan negara disemua lingkungan pemerintah negara

‘badan-badan negara disemua lingkungan pemerintah negara

(khususnya di

(4)

Menurut Kamus Hukum Fockema Andreae yang

Menurut Kamus Hukum Fockema Andreae yang

diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, kata

diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, kata “ “organ” organ” diartikan sebagai berikut

diartikan sebagai berikut::

“Organ adalah pelengkapan. Alat perlengkapan adalah orang Organ adalah pelengkapan. Alat perlengkapan adalah orang atau majelis yang terdiri

atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang berdasarkan dari orang-orang yang berdasarkan udang-undang atau anggaran dasar wewenang

udang-undang atau anggaran dasar wewenang

mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum.

mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum.

…selanjutnya negara dan

…selanjutnya negara dan badan pemerintahan rendah badan pemerintahan rendah mempunyai alat perlengkapan. Mulai dari raja (presiden)

mempunyai alat perlengkapan. Mulai dari raja (presiden)

sampai kepada pegawai yang rendah, para pejabat itu dapat

sampai kepada pegawai yang rendah, para pejabat itu dapat

dianggap sebagai alat-alat

dianggap sebagai alat-alat perlengkapan. Akan tetapi, perlengkapan. Akan tetapi,

perkataan ini lebih banyak dipakai untuk badan pemerintahan

perkataan ini lebih banyak dipakai untuk badan pemerintahan

tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang

tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang

yang diwakilkan secara teratur

(5)

Secara defenitif, alat-alat kelengkapan suatu negara Secara defenitif, alat-alat kelengkapan suatu negara

atau yang lazim disebut sebagai lembaga

atau yang lazim disebut sebagai lembaga negara negara adalah institusi-institusi yang dibentuk guna

adalah institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi Negara.

melaksanakan fungsi-fungsi Negara. Berdasarkan teori

Berdasarkan teori--teoriteori klasik mengenai negara klasik mengenai negara ada ada beberapa fungsi negara yang penting seperti

beberapa fungsi negara yang penting seperti : :

1.

1.

Membuat

Membuat

kebijakan peraturan perundang-

kebijakan peraturan

perundang-undangan (fungsi legislatif),

undangan (fungsi legislatif),

2.

2.

Fungsi melaksanakan peraturan atau

Fungsi melaksanakan peraturan atau

Fungsi

Fungsi

penyelenggaraan pemerintah

penyelenggaraan pemerintah

(fungsi eksekutif) dan

(fungsi eksekutif) dan

3.

(6)

Istilah Lembaga Negara

Istilah Lembaga Negara

Sebelum Amandemen UUD 1945

Sebelum Amandemen UUD 1945

Konstitusi RIS 1949, misalnya, menyebutnya

Konstitusi RIS 1949, misalnya, menyebutnya

dengan

dengan istilah “alat-alat perlengkapan federal” istilah “alat-alat perlengkapan federal” UUDS 1950 menyebut

UUDS 1950 menyebut “alat perlangkapan “alat perlangkapan negara”

negara”

UUD 1945, tidak ditemukan satu kata “lembaga

UUD 1945, tidak ditemukan satu kata “lembaga

negara” pun. Yang ada “badan”, misalnya

negara” pun. Yang ada “badan”, misalnya

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Pertama kali

Pertama kali muncul diatur dalam ketetapan muncul diatur dalam ketetapan MPRS No.

MPRS No. XX/MPRS/XX/MPRS/ 1966 tentang Memorandum 1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Rakyat Gotong Royong mengenai Sumber Tertib Hukum Republik

mengenai Sumber Tertib Hukum Republik

Indonesia dan Tata Urutan Peraturan

Indonesia dan Tata Urutan Peraturan

Perundang-undangan Republik Indonesia.

Perundang-undangan Republik Indonesia.

menetapan MPR sebagai lembaga negara

menetapan MPR sebagai lembaga negara

tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,

tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,

DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga

DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga

negara di bawah MPR.

(7)

Lanjutan

Lanjutan

Kembali dijumpai melalui Ketetapan MPRS No, Kembali dijumpai melalui Ketetapan MPRS No,

X/MPRS/1969 tentang

X/MPRS/1969 tentang kedudukan semua lembaga-kedudukan semua lembaga-lembaga negara tingka

lembaga negara tingkatt pusat dan daerah pada posisi pusat dan daerah pada posisi dan fungsi yang diatur

dan fungsi yang diatur dalam UUD 1945. dalam UUD 1945.

Melalui ketetapan MPR N0. III/MPR/1979, istilah Melalui ketetapan MPR N0. III/MPR/1979, istilah

lembaga negara mulai menemukan konsepnya

lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena karena ketetapan MPR tersebut membagi lembaga negara

ketetapan MPR tersebut membagi lembaga negara

menjadi dua kategori, yaitu lembaga tertinggi

menjadi dua kategori, yaitu lembaga tertinggi negara negara menurut ketetapan ini adalah MPR, sedangkan

menurut ketetapan ini adalah MPR, sedangkan

lembaga tinggi negara disesuaikan dengan urutan

lembaga tinggi negara disesuaikan dengan urutan

yang terdapat dalam UUD 1945 terdiri dari lima

yang terdapat dalam UUD 1945 terdiri dari lima

lembaga, yaitu

lembaga, yaitu

(8)

Struktur Ketatanegaraan

Struktur Ketatanegaraan

Struktur Ketatanegaraan

Struktur Ketatanegaraan terdiri dari terdiri dari Infra Struktur Politik Infra Struktur Politik dan Supra Struktur Politik

dan Supra Struktur Politik

Infra struktur PolitikInfra struktur Politik ((Socio Political SphereSocio Political Sphere) ) : :

pemilik kedaulatan

pemilik kedaulatan (Political Sovereignty(Political Sovereignty) ) yaitu rakyatyaitu rakyat

Supra Struktur PolitikSupra Struktur Politik ((Governmental Political SphereGovernmental Political Sphere) )

pemegang atau pelaku kedaulatan rakyat menurut hukum

pemegang atau pelaku kedaulatan rakyat menurut hukum

(

(LegalLegal SovereigntySovereignty),), Supra

Supra Struktur Politik Struktur Politik menmenentukan satu system, bagaimana entukan satu system, bagaimana kedaulatan rakyat sebagai dasar kekuasaan

kedaulatan rakyat sebagai dasar kekuasaan tertinggi tertinggi

negara itu dibagi-bagi dan dilaksanakan antara

negara itu dibagi-bagi dan dilaksanakan antara

lembaga-lembaga negara.

lembaga negara.

terdapat hubungan yang saling menentukan dan saling

terdapat hubungan yang saling menentukan dan saling

mempengaruhi

mempengaruhi antar antar komponen struktur ketatanegaraan komponen struktur ketatanegaraan tersebut

(9)

Lanjutan

Lanjutan

Dinamika politik suatu

Dinamika politik suatu

negara akan selalu diliputi

negara akan selalu diliputi

oleh dua unsur seperti yang telah dijelaskan di

oleh dua unsur seperti yang telah dijelaskan di

atas, yaitu

atas, yaitu

:

:

pertama,

pertama,Governmental Political Sphere

Governmental Political Sphere

yaitu

yaitu

suasana kehidupan poltik pemerintahan yang

suasana kehidupan poltik pemerintahan yang

meliputi organ-organ

meliputi organ-organ

pelaksana pemerintahan

pelaksana pemerintahan

dan pola hubungan yang terbangun antar

dan pola hubungan yang terbangun antar

organ kekuasaan.tersebut.

organ kekuasaan.tersebut.

Kedua,

Kedua,

Socio

Socio

Political Sphere

Political Sphere

meliputi

meliputi

bagaimana dinamika politik masyarakat.dalam

bagaimana dinamika politik masyarakat.dalam

turut mempengasuhi dan

turut mempengasuhi dan

menentukan

menentukan

kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

(10)

Kedudukan Lembaga Negara

Kedudukan Lembaga Negara

Dapat dilihat dari dua konteks, yaitu

Dapat dilihat dari dua konteks, yaitu

konteks Negara konteks Negara

Lembaga Negara dalam konteks Negara dapat

Lembaga Negara dalam konteks Negara dapat

dilacak melalui

dilacak melalui system dan mekanisme system dan mekanisme

penyelenggaraan pemerintahan yang berlaku

penyelenggaraan pemerintahan yang berlaku

sebagaimana yang dianut dalam UUD.

sebagaimana yang dianut dalam UUD.

kkonteks masyarakat. onteks masyarakat.

d

dapat dilihat dari bekerjaapat dilihat dari bekerjanyanya Infra Struktur Infra Struktur Politik masyarakat yang meliputi

Politik masyarakat yang meliputi : :

partai politikpartai politik (political party(political party),),

golongan kepentingan (interest groupgolongan kepentingan (interest group), ),

golongan penekan (golongan penekan (pressure grouppressure group), ),

AlatAlat komunikasi politik (media political komunikasi politik (media political

communication

communication), dan ), dan

tokoh politik (tokoh politik (political figurepolitical figure) dalam) dalam

mempengaruhi dan mengarahkan

mempengaruhi dan mengarahkan

kebijakan-kebijakan penyelenggara negara..

(11)

Jenis-jenis Lembaga Negara

Jenis-jenis Lembaga Negara

Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu: Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu: 1.

1. Lembaga negara yg disebut dan diberi kewenangan oleh UUDLembaga negara yg disebut dan diberi kewenangan oleh UUD 2.

2. Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi kewenangannya Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi kewenangannya ditentukan UU

ditentukan UU 3.

3. Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh UULembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh UU 4.

4. Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh PP, Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh PP, Perpres/Kepres

Perpres/Kepres 5.

(12)

Lanjutan

Lanjutan

Di antara lembaga2 itu, ada yg sama sekali tdk Di antara lembaga2 itu, ada yg sama sekali tdk disebut sbg lembaga negara,tapi sebenarnya disebut sbg lembaga negara,tapi sebenarnya lembaga negara dengan kewenangan yg

lembaga negara dengan kewenangan yg ditentukan oleh UUD,UU, atau PP, dst.

ditentukan oleh UUD,UU, atau PP, dst.

Tingkatan2 lembaga2 negara tsb tergantung Tingkatan2 lembaga2 negara tsb tergantung

(i) (i) hirarki norma yg mhirarki norma yg meengaturnya ngaturnya sseperti eperti

ttersebut ersebut di atas, di atas,

(ii) sifat keutamaan fungsinya, apakah (ii) sifat keutamaan fungsinya, apakah

(13)

LEMBAGA NEGARA DALAM

LEMBAGA NEGARA DALAM

KONSTITUSI YANG PERNAH

KONSTITUSI YANG PERNAH

BERLAKU DI INDONESIA

(14)

17

Maklumat Pemerintah 14-11 45 UUD 1945 RIS’49Konst UUD’S 50 UUD 1945 Negara Kesatuan Negara Serikat Negara Kesatuan

Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin

(Orla)

Demokrasi Pancasila

(15)

UUD 1945 (Periode 1)

UUD 1945 (Periode 1)

Secara De Jure

Secara De Jure

1.

1.

MPR

MPR

(Pasal 1(2),2,3 )

(Pasal 1(2),2,3 )

2.

2.

DPR

DPR

(Pasal 19-22)

(Pasal 19-22)

3.

3.

PRESIDEN

PRESIDEN

(Pasal 4-15)

(Pasal 4-15)

4.

4.

DPA

DPA

(Pasal 16)

(Pasal 16)

5.

5.

MA

MA

(Pasal 24)

(Pasal 24)

6.

(16)

De Facto

De Facto

1.

1.

Presiden dan KNIP (merangkap MPR, DPR,

Presiden dan KNIP (merangkap MPR, DPR,

DPA dengan dasar :

DPA dengan dasar :

Sebelum Majelis

Sebelum Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung

Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung

dibentuk menurut

dibentuk menurut

Undang-Undang Dasar ini,

Undang-Undang Dasar ini,

segala kekuasaannya dijalankan oleh

segala kekuasaannya dijalankan oleh

Presiden dengan bantuan sebuah komite

Presiden dengan bantuan sebuah komite

nasional

nasional

)

)

2.

2.

MA

MA

3.

(17)

Alat-alat Perlengkapan

Alat-alat Perlengkapan

Federal RIS

Federal RIS

1.

1.

Presiden dan Menteri

Presiden dan Menteri

(Pasal 68-798)

(Pasal 68-798)

2.

2.

Senat

Senat

(Pasal 80-97)

(Pasal 80-97)

3.

3.

Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat

(Pasal 98-

(Pasal

98-112)

112)

4.

4.

Mahkamah Agung Indonesia (Pasal 113-

Mahkamah Agung Indonesia (Pasal

113-114)

114)

5.

5.

Dewan Pengawas Keuangan (Pasal 115-

Dewan Pengawas Keuangan (Pasal

115-116)

(18)

KONSTITUSI RIS 1949

DPR DPK MAI

PRESIDE

N Senat

Alat-alat Perlengkapan

Alat-alat Perlengkapan

Federal RIS

Federal RIS

(19)

Alat-alat Perlengkapan

Alat-alat Perlengkapan

Negara

Negara

1.

1.

Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dan Wakil Presiden

(Pasal 45-

(Pasal

45-49, 82-87))

49, 82-87))

2.

2.

Menteri

Menteri

-menteri

-menteri

(Pasal 50-

(Pasal

50-55)

55)

3.

3.

Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat

(56-77)

(56-77)

4.

4.

Mahkamah Agung Indonesia

Mahkamah Agung Indonesia

(78-79)

(78-79)

5.

(20)

UUDS 1950

DPR DPK MA

Alat-alat Perlengkapan

Alat-alat Perlengkapan

Negara

Negara

Presiden/

(21)

UUD 1945 (Periode II)

UUD 1945 (Periode II)

Diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli

Diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli

1950 sampai dengan Perubahan I (19 November

1950 sampai dengan Perubahan I (19 November

1999)

1999)

B

B

erdasarka

erdasarka

Ketetapan MPRS No.

Ketetapan MPRS No.

XX/MPRS/

XX/MPRS/

1966

1966

tentang Memorandum Dewan Perwakilan

tentang Memorandum Dewan Perwakilan

Rakyat

Rakyat

Gotong Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum

Gotong Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum

Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan

Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan

Perundang-undangan Republik Indonesia.

Perundang-undangan Republik Indonesia.

menetapan MPR sebagai lembaga negara

menetapan MPR sebagai lembaga negara

tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,

tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,

DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga

DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga

negara di bawah MPR.

(22)

UUD 1945

DPR DPA MPR

BPK Presiden/Wakil MA

(23)

Jenis-jenis Lembaga Negara

Jenis-jenis Lembaga Negara

Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu:

Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu:

1.

1.

Lembaga negara yg disebut dan diberi

Lembaga negara yg disebut dan diberi

kewenangan oleh UUD

kewenangan oleh UUD

2.

2.

Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi

Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi

kewenangannya ditentukan UU

kewenangannya ditentukan UU

3.

3.

Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh

Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh

UU

(24)

badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan

kekuasaan

DPR MPR DPD

PERWAKILAN BPK PROVINSI

LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(25)

Lembaga Perwakilan Rakyat

(26)

Sejarah

Sejarah

Volksraad (1918-1942)

Volksraad (1918-1942)

Volksraad merupakan Volksraad merupakan lembaga semacam parlemenlembaga semacam parlemen

bentukan pemerintahan kolonial Belanda bentukan pemerintahan kolonial Belanda

Volksraad dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 Volksraad dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916

(Ind. Stb. No. 114 Tahun 1917) dengan dilakukannya (Ind. Stb. No. 114 Tahun 1917) dengan dilakukannya

penambahan bab baru yaitu Bab X dalam Regeerings penambahan bab baru yaitu Bab X dalam Regeerings

Reglement 1954 yang mengatur tentang pembentukan Reglement 1954 yang mengatur tentang pembentukan

Volksraad. Volksraad.

Namun Namun Pembentukan tersebut baru terlaksana pada Pembentukan tersebut baru terlaksana pada

tahun 1918 oleh Gubernur Jeneral Mr. Graaf van tahun 1918 oleh Gubernur Jeneral Mr. Graaf van

Limburg Stirum. Limburg Stirum.

Pembentukan volksraad Pembentukan volksraad pada saat itu pada saat itu dianggap dianggap hanya hanya

merupakan basa basi politik pemerintahan kolonial merupakan basa basi politik pemerintahan kolonial

terhadap rakyat jajahan (Ind

(27)

Pengisian Jabatan dan Komposisi

Pengisian Jabatan dan Komposisi

Pemilihan diawali dengan pembentukan berbagai

Pemilihan diawali dengan pembentukan berbagai

“Dewan Kabupaten” dan “Haminte Kota”, di mana

“Dewan Kabupaten” dan “Haminte Kota”, di mana

setiap 500 orang Indonesia berhak memilih “Wali

setiap 500 orang Indonesia berhak memilih “Wali

Pemilih” (Keesman).

Pemilih” (Keesman).

Kemudian Wali Pemilih inilah yang berhak

Kemudian Wali Pemilih inilah yang berhak

memilih sebagian anggota Dewan Kabupaten.

memilih sebagian anggota Dewan Kabupaten.

Kemudian setiap provinsi mempunyai “Dewan

Kemudian setiap provinsi mempunyai “Dewan

Provinsi”, yang sebagian anggotanya dipilih oleh

Provinsi”, yang sebagian anggotanya dipilih oleh

Dewan Kabupaten dan Haminte Kota di wilayah

Dewan Kabupaten dan Haminte Kota di wilayah

provinsi tersebut.

provinsi tersebut.

Sebagian besar anggota Dewan Provinsi

Sebagian besar anggota Dewan Provinsi

umumnya dari bangsa Belanda diangkat oleh

umumnya dari bangsa Belanda diangkat oleh

(28)

Susunan dan komposisi

Susunan dan komposisi

Volksraad I (1918)

Volksraad I (1918)

beranggotakan 39 orang (termasuk ketua), dengan beranggotakan 39 orang (termasuk ketua), dengan

perimbangan:

perimbangan:

– Dari jumlah 39 anggota Volksraad, orang Indonesia Dari jumlah 39 anggota Volksraad, orang Indonesia

Asli melalui “Wali Pemilih” dari “Dewan Provinsi”

Asli melalui “Wali Pemilih” dari “Dewan Provinsi”

berjumlah 15 anggota (10 orang dipilih oleh “Wali

berjumlah 15 anggota (10 orang dipilih oleh “Wali

Pemilih” dan 5 orang diangkat oleh Gubernur

Pemilih” dan 5 orang diangkat oleh Gubernur

Jenderal)

Jenderal)

Jumlah terbesar, atau 23 orang, anggota Volksraad Jumlah terbesar, atau 23 orang, anggota Volksraad

mewakili golongan Eropa dan golongan Timur

mewakili golongan Eropa dan golongan Timur

Asing, melalui pemilihan dan pengangkatan oleh

Asing, melalui pemilihan dan pengangkatan oleh

Gubernur Jenderal (9 orang dipilih dan 14 orang

Gubernur Jenderal (9 orang dipilih dan 14 orang

diangkat).

diangkat).

Adapun orang yang menjabat sebagai ketua Adapun orang yang menjabat sebagai ketua

Volksraad bukan dipilih oleh dan dari anggota

Volksraad bukan dipilih oleh dan dari anggota

Volksraad sendiri, melainkan diangkat oleh mahkota

Volksraad sendiri, melainkan diangkat oleh mahkota

Nederland.

(29)

Tahun 1927:Tahun 1927:

– Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja)Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja) – Anggota: 55 orangAnggota: 55 orang

– (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah

25 orang)

25 orang)

Tahun 1930:Tahun 1930:

– Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja)Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja) – Anggota: 60 orangAnggota: 60 orang

– (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah

30 orang)

30 orang)

Muncul beberapa usul anggota untuk mengubah Muncul beberapa usul anggota untuk mengubah

susunan dan pengangkatan Volksraad ini agar dapat

susunan dan pengangkatan Volksraad ini agar dapat

dijadikan tahap menuju Indonesia merdeka, namun

dijadikan tahap menuju Indonesia merdeka, namun

selalu ditolak.

selalu ditolak.

Salah satunya adalah “Petisi Sutardjo” pada tahun 1935 Salah satunya adalah “Petisi Sutardjo” pada tahun 1935 yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda

yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda

agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia

agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia

dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib

dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib

Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan

Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan

Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia.

Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia.

Petisi ini juga ditolak pemerintah kolonial Belanda

(30)

Tugas Volksraad

Tugas Volksraad

Volksraad lebih mengutamakan memberi nasihat kepada Volksraad lebih mengutamakan memberi nasihat kepada

Gubernur Jenderal daripada “menyuarakan” kehendak Gubernur Jenderal daripada “menyuarakan” kehendak

masyarakat. masyarakat.

Volksraad sama sekali tidak memuaskan bagi bangsa Volksraad sama sekali tidak memuaskan bagi bangsa

Indonesia. Bahkan, “parlemen gadungan” ini juga tidak Indonesia. Bahkan, “parlemen gadungan” ini juga tidak mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran

belanja negara sehingga tidak mempunyai kekuasaan belanja negara sehingga tidak mempunyai kekuasaan

seperti parlemen pada umumnya. seperti parlemen pada umumnya.

Sesuai perkembangan politik di Indonesia, perubahan Sesuai perkembangan politik di Indonesia, perubahan

sedikit demi sedikit terjadi di lembaga ini. Perubahan sedikit demi sedikit terjadi di lembaga ini. Perubahan

yang signifikan terjadi pada saat aturan pokok kolonial yang signifikan terjadi pada saat aturan pokok kolonial Belanda di Indonesia, yaitu RR (Regeling Reglement, Belanda di Indonesia, yaitu RR (Regeling Reglement,

1854) menjadi IS (Indische Staatsregeling). Perubahan 1854) menjadi IS (Indische Staatsregeling). Perubahan

ini membawa pengaruh pada komposisi dan tugas-tugas ini membawa pengaruh pada komposisi dan tugas-tugas

(31)

Perubahan sistem pemilihan

Perubahan sistem pemilihan

anggota terjadi sejak 1931.

anggota terjadi sejak 1931.

Sebelumnya, semua anggota

Sebelumnya, semua anggota

Volksraad yang dipilih melalui satu

Volksraad yang dipilih melalui satu

badan pemilihan bulat, dipecah

badan pemilihan bulat, dipecah

menjadi tiga badan pemilihan

menjadi tiga badan pemilihan

menurut golongan penduduk yang

menurut golongan penduduk yang

harus dipilih. Selain itu, diadakan

harus dipilih. Selain itu, diadakan

pula sistem pembagian dalam dua

pula sistem pembagian dalam dua

belas daerah pemilihan bagi

belas daerah pemilihan bagi

pemilihan anggota warga negara

pemilihan anggota warga negara

(kaula) Indonesia asli.

(32)

Berbagai tuntutan dari kalangan Indonesia asli

Berbagai tuntutan dari kalangan Indonesia asli

semakin bermunculan agar mereka lebih

semakin bermunculan agar mereka lebih

terwakili. Sampai 1936, komposisi keanggotaan

terwakili. Sampai 1936, komposisi keanggotaan

menjadi:

menjadi:

– 8 orang mewakili I.E.V. (Indo Eurupeesch Verbond)8 orang mewakili I.E.V. (Indo Eurupeesch Verbond) – 5 orang mewakili P.P.B.B.5 orang mewakili P.P.B.B.

– 4 orang mewakili P.E.B. (Politiek Economische Bond)4 orang mewakili P.E.B. (Politiek Economische Bond) – 4 orang V.C. (Vederlandisch Club)4 orang V.C. (Vederlandisch Club)

– 3 orang mewakili Parindra3 orang mewakili Parindra

– 2 orang mewakili C.S.P (Christelijk Staatkundige 2 orang mewakili C.S.P (Christelijk Staatkundige Partj)

Partj)

– 2 orang mewakili Chung Hwa Hui (Kelompok Cina)2 orang mewakili Chung Hwa Hui (Kelompok Cina)2 orang mewakili IKP (Indisch Katholieke Partj)2 orang mewakili IKP (Indisch Katholieke Partj)

– 4 orang mewakili golongan Pasundan, VAIB 4 orang mewakili golongan Pasundan, VAIB (vereeniging Ambtenaren Inl.

(vereeniging Ambtenaren Inl. Bestuur), partai Bestuur), partai Tionghoa Indonesia

(33)

5 orang mewakili berbagai organisasi yang setiap 5 orang mewakili berbagai organisasi yang setiap

organisasi mendapat satu kursi yaitu organisasi sebagai organisasi mendapat satu kursi yaitu organisasi sebagai

berikut: 1 (Persatuan Minahasa); 1 (Persatuan berikut: 1 (Persatuan Minahasa); 1 (Persatuan

Perhimpunan katoliek di Jawa), 1 (persatuan kaum Perhimpunan katoliek di Jawa), 1 (persatuan kaum

Kristen), 1 (Perhimpunan Belanda); 1 (Organisasi Wanita Kristen), 1 (Perhimpunan Belanda); 1 (Organisasi Wanita

I.E.V) I.E.V)

Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa

penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian

penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi,

dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan

(34)

Komite Nasional Indonesia

Komite Nasional Indonesia

Pusat (1945-1949)

Pusat (1945-1949)

Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang

diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian,

diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian,

sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945,

sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945,

dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini

dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini

merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia.

merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia.

Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang, tetapi sumber Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang, tetapi sumber yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP

yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP

sebagai MPR sempat bersidang sebanyak enam kali.

sebagai MPR sempat bersidang sebanyak enam kali.

Dalam melakukan kerja DPR, dibentuk Badan Pekerja

Dalam melakukan kerja DPR, dibentuk Badan Pekerja

Komite Nasional Pusat. Badan Pekerja tersebut berhasil

Komite Nasional Pusat. Badan Pekerja tersebut berhasil

menyetujui 133 RUU, di samping pengajuan mosi, resolusi,

menyetujui 133 RUU, di samping pengajuan mosi, resolusi,

usul dan lain-lain

(35)

DPR dan Senat Republik

DPR dan Senat Republik

Indonesia Serikat (1949-1950)

Indonesia Serikat (1949-1950)

Sebagai konsekuensi diterimanya hasil

Sebagai konsekuensi diterimanya hasil

Konferensi Meja Bundar (KMB), diadakan

Konferensi Meja Bundar (KMB), diadakan

perubahan bentuk negara kesatuan RI

perubahan bentuk negara kesatuan RI

menjadi negara serikat. Perubahan ini

menjadi negara serikat. Perubahan ini

dituangkan dalam Konstitusi Republik

dituangkan dalam Konstitusi Republik

Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan

Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan

Konstitusi RIS yang menganut sistem

Konstitusi RIS yang menganut sistem

pemerintahan parlementer, badan

pemerintahan parlementer, badan

legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar,

legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar,

yaitu Senat dan Dewan Perwakilan

yaitu Senat dan Dewan Perwakilan

(36)

DPR-RIS

DPR-RIS

 Jumlah anggota DPR terdiri dari 146 orang yang mewakili Jumlah anggota DPR terdiri dari 146 orang yang mewakili

negara/daerah bagian dengan perincian sebagai berikut:

negara/daerah bagian dengan perincian sebagai berikut:

(37)

DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah

melaksanakan pembuatan perundang-undangan. DPR-RIS melaksanakan pembuatan perundang-undangan. DPR-RIS

juga berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan juga berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi para menteri presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi para menteri

bertanggung jawab kepada DPR atas seluruh bertanggung jawab kepada DPR atas seluruh

kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya

sendiri. sendiri.

Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan

(38)

Senat-RIS

Senat-RIS

Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32

Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32

orang, yaitu masing-masing dua anggota

orang, yaitu masing-masing dua anggota

dari tiap negara/negara bagian. Secara

dari tiap negara/negara bagian. Secara

keseluruhan, cara kerja Senat RIS diatur

keseluruhan, cara kerja Senat RIS diatur

dalam Tata Tertib Senat RIS

(39)

Dewan Perwakilan Rakyat Sementara

Dewan Perwakilan Rakyat Sementara

(1950-1956)

(1950-1956)

Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS

menyetujui Undang-Undang Dasar Sementara Negara menyetujui Undang-Undang Dasar Sementara Negara

Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No.

7/1850, LN No. 56/1950). UUDS ini merupakan adopsi 7/1850, LN No. 56/1950). UUDS ini merupakan adopsi

dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan,

terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk

negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Pada negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Pada tanggal yang sama, DPR dan Senat RIS mengadakan tanggal yang sama, DPR dan Senat RIS mengadakan

rapat di mana dibacakan piagam pernyataan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan

terbentuknya NKRI yang bertujuan: terbentuknya NKRI yang bertujuan:

– Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi; – Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia

dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus

dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus

1950.

(40)

Keanggotaan DPRS

Keanggotaan DPRS

Sesuai isi Pasal 77 Sesuai isi Pasal 77

UUDS, ditetapkan jumlah UUDS, ditetapkan jumlah

anggota DPRS adalah anggota DPRS adalah

236 orang, yaitu 148 236 orang, yaitu 148

anggota dari DPR-RIS, anggota dari DPR-RIS,

29 anggota dari Senat 29 anggota dari Senat

RIS, 46 anggota dari RIS, 46 anggota dari

Badan Pekerja Komite Badan Pekerja Komite

Nasional Pusat, dan 13 Nasional Pusat, dan 13

anggota dari Dewan anggota dari Dewan

Pertimbangan Agung. Pertimbangan Agung.

Fraksi di DPRS (menurut catatan tahun 1954): Fraksi di DPRS (menurut catatan tahun 1954): 1.

1. Masjumi 43 orangMasjumi 43 orang 2.

2. PNI 42 orangPNI 42 orang 3.

3. PIR-Hazairin 19 orang 22 orangPIR-Hazairin 19 orang 22 orang 4.

4. PIR-Wongso 3 orang PIR-Wongso 3 orang 5.

5. PKI 17 orangPKI 17 orang 6.

6. PSI 15 orangPSI 15 orang 7.

7. PRN 13 orangPRN 13 orang 8.

8. Persatuan Progresif 10 orangPersatuan Progresif 10 orang 9.

9. Demokrat 9 orangDemokrat 9 orang 10.

10. Partai Katolik 9 orangPartai Katolik 9 orang 11.

11. NU 8 orangNU 8 orang 12.

12. Parindra 7 orangParindra 7 orang 13.

13. Partai Buruh 6 orangPartai Buruh 6 orang 14.

14. Parkindo 5 orangParkindo 5 orang 15.

15. Partai Murba 4 orangPartai Murba 4 orang 16.

16. PSII 4 orangPSII 4 orang 17.

17. SKI 4 orangSKI 4 orang 18.

18. SOBSI 2 orangSOBSI 2 orang 19.

19. BTI 1 orangBTI 1 orang 20.

20. GPI 1 orangGPI 1 orang 21.

21. Perti 1 orangPerti 1 orang 22.

(41)

Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPRS

Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPRS

Kedudukan dan Tugas DPRSKedudukan dan Tugas DPRS

DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah melaksanakan pembuatan perundang-undangan. Selain melaksanakan pembuatan perundang-undangan. Selain itu, dalam pasal 113-116 UUDS ditetapkan bahwa DPR itu, dalam pasal 113-116 UUDS ditetapkan bahwa DPR

mempunyai hak menetapkan anggaran negara. mempunyai hak menetapkan anggaran negara.

Seterusnya dalam Pasal 83 ayat (2) UUDS ditetapkan Seterusnya dalam Pasal 83 ayat (2) UUDS ditetapkan

bahwa para menteri bertanggung jawab atas seluruh bahwa para menteri bertanggung jawab atas seluruh

kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya

sendiri. Ini berarti DPR berhak dan berkewajiban sendiri. Ini berarti DPR berhak dan berkewajiban

(42)

Hak-hak dan Kewajiban DPRS

Hak-hak dan Kewajiban DPRS

1.

1.

Hak Amandemen

Hak Amandemen

DPR berhak mengadakan perubahan-perubahan

DPR berhak mengadakan perubahan-perubahan

usul UU yang dimajukan pemerintah kepadanya.

usul UU yang dimajukan pemerintah kepadanya.

2. Hak Menanya dan Hak Interpelasi

2. Hak Menanya dan Hak Interpelasi

DPR mempunyai hak menanya dan hak

DPR mempunyai hak menanya dan hak

memperoleh penerangan dari menteri-menteri,

memperoleh penerangan dari menteri-menteri,

yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan

yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan

dengan kepentingan umum RI.

dengan kepentingan umum RI.

3.

3.

Hak Angket

Hak Angket

DPR mempunyai hak menyelidiki (

DPR mempunyai hak menyelidiki (

enquete

enquete

)

)

menurut aturan-aturan yang ditetapkan UU.

(43)

4.

4.

Hak Kekebalan (

Hak Kekebalan (

imunitet

imunitet

)

)

Ketua, anggota DPR dan menteri-menteri tidak

Ketua, anggota DPR dan menteri-menteri tidak

dapat dituntut di muka pengadilan karena apa yang

dapat dituntut di muka pengadilan karena apa yang

dikemukakan dalam rapat atau surat kepada

dikemukakan dalam rapat atau surat kepada

majelis, kecuali jika mereka mengumumkan apa

majelis, kecuali jika mereka mengumumkan apa

yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan

yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan

syarat supaya dirahasiakan.

syarat supaya dirahasiakan.

5.

5.

Forum Privelegiatum

Forum Privelegiatum

Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR diadili dalam

Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR diadili dalam

tingkat pertama dan tertinggi oleh MA, pun sesudah

tingkat pertama dan tertinggi oleh MA, pun sesudah

mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan

mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan

pelanggaran lain yang ditentukan dengan UU dan

pelanggaran lain yang ditentukan dengan UU dan

yang dilakukan dalam masa pekerjaannya, kecuali

yang dilakukan dalam masa pekerjaannya, kecuali

jika ditetapkan lain dengan UU.

jika ditetapkan lain dengan UU.

6.

(44)

Hubungan DPRS dengan

Hubungan DPRS dengan

pemerintah

pemerintah

Sama halnya dengan UUD RIS, UUDS juga

Sama halnya dengan UUD RIS, UUDS juga

menganut sistem pemerintahan parlementer.

menganut sistem pemerintahan parlementer.

DPRS dapat memaksa kabinet atau

DPRS dapat memaksa kabinet atau

masing-masing menteri meletakkan jabatannya.

masing menteri meletakkan jabatannya.

Namun berbeda dengan ketentuan dalam

Namun berbeda dengan ketentuan dalam

UUD RIS, UUDS memasukkan pula

UUD RIS, UUDS memasukkan pula

ketentuan bahwa presiden dapat

ketentuan bahwa presiden dapat

membubarkan DPRS, kalau DPRS

membubarkan DPRS, kalau DPRS

dianggapnya tidak mewakili kehendak rakyat

dianggapnya tidak mewakili kehendak rakyat

lagi.

(45)

Hasil-hasil pekerjaan DPRS

Hasil-hasil pekerjaan DPRS

a.

a.

menyelesaikan 167 uu dari 237 buah RUU

menyelesaikan 167 uu dari 237 buah RUU

b.

b.

11 kali pembicaraan tentang keterangan

11 kali pembicaraan tentang keterangan

pemerintah

pemerintah

c.

c.

82 buah mosi/resolusi.

82 buah mosi/resolusi.

d.

d.

24 usul interpelasi.

24 usul interpelasi.

e.

(46)

DPR Hasil Pemilu 1955 (20

DPR Hasil Pemilu 1955 (20

Maret 1956-22 Juli 1959)

Maret 1956-22 Juli 1959)

E. E. DPR hasil Pemilu 1955 berjumlah 272 orang. DPR hasil Pemilu 1955 berjumlah 272 orang.

Perlu dicatat bahwa Pemilu 1955 juga memilih 542 orang Perlu dicatat bahwa Pemilu 1955 juga memilih 542 orang anggota konstituante, yang bertugas menyusun konstitusi anggota konstituante, yang bertugas menyusun konstitusi

Indonesia yang definitif, menggantikan UUDS. Indonesia yang definitif, menggantikan UUDS.

Tugas dan wewenang DPR hasil Pemilu 1955 sama Tugas dan wewenang DPR hasil Pemilu 1955 sama

dengan posisi DPRS secara keseluruhan, karena landasan dengan posisi DPRS secara keseluruhan, karena landasan

hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah

fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat, fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat,

memberi gambaran bahwa pemerintah merupakan hasil memberi gambaran bahwa pemerintah merupakan hasil

koalisi. Dalam masa ini terdapat tuga kabinet yaitu Kabinet koalisi. Dalam masa ini terdapat tuga kabinet yaitu Kabinet

Burhanuddin Harahap, Kabinet Ali Sastroamidjojo, dan Burhanuddin Harahap, Kabinet Ali Sastroamidjojo, dan

(47)

DP

DPR Hasil Pemilu 1955 Paska-Dekrit Presiden 1959 R Hasil Pemilu 1955 Paska-Dekrit Presiden 1959 (1959-1965)

(1959-1965)

 Pada tahun 1959, Presiden Soekarno membubarkan Konstituante dan Pada tahun 1959, Presiden Soekarno membubarkan Konstituante dan

menyatakan bahwa Indonesia kembali kepada UUD 1945 melalui

menyatakan bahwa Indonesia kembali kepada UUD 1945 melalui

Dekrit Presiden 5 Juli 2959. Jumlah anggota sebanyak 262 orang

Dekrit Presiden 5 Juli 2959. Jumlah anggota sebanyak 262 orang

kembali aktif setelah mengangkat sumpah. Dalam DPR terdapat 19

kembali aktif setelah mengangkat sumpah. Dalam DPR terdapat 19

fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.

fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.

Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, presiden membubarkan DPR Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, presiden membubarkan DPR

karena DPR hanya menyetujui 36 milyar rupiah APBN dari 44 milyar

karena DPR hanya menyetujui 36 milyar rupiah APBN dari 44 milyar

yang diajukan. Setelah membubarkan DPR, presiden mengeluarkan

yang diajukan. Setelah membubarkan DPR, presiden mengeluarkan

Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-Gotong

Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-Gotong

Royong (DPR-GR).

Royong (DPR-GR).

DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh

presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu

presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu

kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan laporan kepada

kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan laporan kepada

presiden pada waktu-waktu tertentu. Kewajiban ini merupakan

presiden pada waktu-waktu tertentu. Kewajiban ini merupakan

penyimpangan dari Pasal 5, 20, dan 21 UUD 1945. Selama 1960-1965,

penyimpangan dari Pasal 5, 20, dan 21 UUD 1945. Selama 1960-1965,

DPR-GR menghasilkan 117 UU dan 26 usul pernyataan pendapat.

(48)

DPR Gotong Royong Tanpa Partai

DPR Gotong Royong Tanpa Partai

Komunis Indonesia (1965-1966)

Komunis Indonesia (1965-1966)

Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan

Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan

sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan

sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan

ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa

ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa

kerjanya satu tahun, mengalami empat kali perubahan

kerjanya satu tahun, mengalami empat kali perubahan

komposisi pimpinan, yaitu:

komposisi pimpinan, yaitu:

a. Periode 15 November 1965-26 Februari 1966.

a. Periode 15 November 1965-26 Februari 1966.

b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966.

b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966.

c. Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966.

c. Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966.

d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966.

d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966.

Secara hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih

Secara hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih

berstatus sebagai pembantu presiden sepanjang

berstatus sebagai pembantu presiden sepanjang

Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964 belum dicabut.

(49)

DPR-GR Masa Transisi dari Orde Lama ke

DPR-GR Masa Transisi dari Orde Lama ke

Orde Baru

Orde Baru

Dalam rangka menanggapi situasi masa

Dalam rangka menanggapi situasi masa

transisi, DPR-GR memutuskan untuk

transisi, DPR-GR memutuskan untuk

membentuk dua panitia:

membentuk dua panitia:

Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan

Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan

dalam berbagai masalah bidang politik.

dalam berbagai masalah bidang politik.

Panitia ekonomi, keuangan dan

Panitia ekonomi, keuangan dan

pembangunan, bertugas memonitor situasi

pembangunan, bertugas memonitor situasi

ekonomi dan keuangan serta membuat

ekonomi dan keuangan serta membuat

konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran

konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran

ke arah pemecahannya.

(50)

DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971

DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang

kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, DPR-GR masa

kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, DPR-GR masa

“Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari

“Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari

“Orde Lama” ke “Orde Baru.”

“Orde Lama” ke “Orde Baru.”

Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971 Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971

adalah sebagai berikut:

adalah sebagai berikut:

Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai

dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.

dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.

Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai

dengan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan

dengan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan

Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.

Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.

Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah

sesuai dengan UUD 1945 dan penjelasannya, khususnya

sesuai dengan UUD 1945 dan penjelasannya, khususnya

penjelasan bab

(51)

J. DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997J. DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997

Setelah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan “Orde Baru” Setelah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan “Orde Baru”

akhirnya berhasil menyelenggarakan Pemilu yang pertama dalam masa

akhirnya berhasil menyelenggarakan Pemilu yang pertama dalam masa

pemerintahannya pada tahun 1971. Seharusnya berdasarkan Ketetapan MPRS No.

pemerintahannya pada tahun 1971. Seharusnya berdasarkan Ketetapan MPRS No.

XI Tahun 1966 Pemilu diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah pada

XI Tahun 1966 Pemilu diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah pada

Sidang Umum MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Presiden

Sidang Umum MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Presiden

Soekarno, dengan menetapkan bahwa Pemilu akan diselenggarakan pada tahun

Soekarno, dengan menetapkan bahwa Pemilu akan diselenggarakan pada tahun

1971.

1971.

Menjelang Pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15 Menjelang Pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15

Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,

Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,

DPR dan DPRD.

DPR dan DPRD.

Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan

dalam Pemilu 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang

dalam Pemilu 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang

menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di

menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di

setiap daerah pemilihan (sistem proporsional). Cara ini ternyata mampu menjadi

setiap daerah pemilihan (sistem proporsional). Cara ini ternyata mampu menjadi

mekanisme tidak langsung untuk mengurangi jumlah partai yang meraih kursi

mekanisme tidak langsung untuk mengurangi jumlah partai yang meraih kursi

dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Sistem yang sama masih terus

dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Sistem yang sama masih terus

digunakan dalam enam kali Pemilu, yaitu Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan

digunakan dalam enam kali Pemilu, yaitu Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan

1997.

1997.

(52)

Sejak Pemilu 1977, pemerintahan “Orde Baru” mulai Sejak Pemilu 1977, pemerintahan “Orde Baru” mulai

menunjukkan penyelewengan demokrasi secara jelas. menunjukkan penyelewengan demokrasi secara jelas. Jumlah peserta Pemilu dibatasi menjadi dua partai dari Jumlah peserta Pemilu dibatasi menjadi dua partai dari

satu golongan karya (Golkar). Kedua partai itu adalah satu golongan karya (Golkar). Kedua partai itu adalah

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai

Demokrasi Indonesia (PDI). Partai-partai yang ada Demokrasi Indonesia (PDI). Partai-partai yang ada

dipaksa melakukan penggabungan (fusi) ke dalam dua dipaksa melakukan penggabungan (fusi) ke dalam dua

partai tersebut.

partai tersebut. Sementara mesin-mesin politik “Orde Sementara mesin-mesin politik “Orde

Baru” tergabung dalam Golkar. Hal ini diakomodasi dalam Baru” tergabung dalam Golkar. Hal ini diakomodasi dalam UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan

Karya.

Karya. Keadaan ini berlangsung terus dalam lima kali Keadaan ini berlangsung terus dalam lima kali Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar selalu keluar Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar selalu keluar

(53)

Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol

Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol

eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar

eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar

dianggap telah mematikan proses demokratisasi

dianggap telah mematikan proses demokratisasi

dalam bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif

dalam bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif

yang diharapkan mampu menjalankan fungsi

yang diharapkan mampu menjalankan fungsi

penyeimbang (

penyeimbang (

checks and balances

checks and balances

) dalam

) dalam

prakteknya hanya sebagai pelengkap dan

prakteknya hanya sebagai pelengkap dan

penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan

penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan

hanya untuk memperkuat posisi presiden yang

hanya untuk memperkuat posisi presiden yang

saat itu dipegang oleh Soeharto.

(54)

DPR Hasil Pemilu 1999 (1999-2004)

DPR Hasil Pemilu 1999 (1999-2004)

DPR periode 1999-2004 merupakan DPR pertama yang terpilih DPR periode 1999-2004 merupakan DPR pertama yang terpilih

dalam masa “reformasi”. Setelah jatuhnya Soeharto pada dalam masa “reformasi”. Setelah jatuhnya Soeharto pada

tanggal 21 Mei 1998 yang kemudian digantikan oleh Wakil tanggal 21 Mei 1998 yang kemudian digantikan oleh Wakil

Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, masyarakat terus Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, masyarakat terus

mendesak agar Pemilu segera dilaksanakan. Desakan untuk mendesak agar Pemilu segera dilaksanakan. Desakan untuk

mempercepat Pemilu tersebut membuahkan hasil. mempercepat Pemilu tersebut membuahkan hasil.

Pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie, Pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie,

Pemilu untuk memilih anggota legislatif kemudian Pemilu untuk memilih anggota legislatif kemudian

dilaksanakan. Pemilu ini dilaksanakan dengan terlebih dulu dilaksanakan. Pemilu ini dilaksanakan dengan terlebih dulu mengubah UU tentang Partai Politik (Parpol), UU Pemilihan mengubah UU tentang Partai Politik (Parpol), UU Pemilihan

Umum, dan UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, Umum, dan UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,

dan DPRD (UU Susduk), dengan tujuan mengganti sistem dan DPRD (UU Susduk), dengan tujuan mengganti sistem

Pemilu ke arah yang lebih demokratis. Hasilnya, terpilih Pemilu ke arah yang lebih demokratis. Hasilnya, terpilih

(55)

Meski UU Pemilu, Parpol, dan Susduk sudah diganti, sistem dan Meski UU Pemilu, Parpol, dan Susduk sudah diganti, sistem dan

susunan pemerintahan yang digunakan masih sama sesuai

susunan pemerintahan yang digunakan masih sama sesuai

dengan UUD yang berlaku yaitu UUD 1945. MPR kemudian

dengan UUD yang berlaku yaitu UUD 1945. MPR kemudian

memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati

memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati

Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Ada banyak kontroversi

Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Ada banyak kontroversi

dan sejarah baru yang mengiringi kerja DPR hasil Pemilu 1999 ini.

dan sejarah baru yang mengiringi kerja DPR hasil Pemilu 1999 ini.

PertamaPertama, untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala , untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala

negara dilakukan oleh DPR. Dengan dasar dugaan kasus korupsi

negara dilakukan oleh DPR. Dengan dasar dugaan kasus korupsi

di Badan Urusan Logistik (oleh media massa populer sebagai

di Badan Urusan Logistik (oleh media massa populer sebagai

BuloggateBuloggate”), presiden yang menjabat ketika itu, Abdurrahman ”), presiden yang menjabat ketika itu, Abdurrahman Wahid, diberhentikan oleh MPR atas permintaan DPR. Dasarnya

Wahid, diberhentikan oleh MPR atas permintaan DPR. Dasarnya

adalah Ketatapan MPR No. III Tahun 1978. Abdurrahman Wahid

adalah Ketatapan MPR No. III Tahun 1978. Abdurrahman Wahid

kemudian digantikan oleh wakil presiden yang menjabat saat itu,

kemudian digantikan oleh wakil presiden yang menjabat saat itu,

Megawati Soekarnoputri.

(56)

KeduaKedua, DPR hasil Pemilu 1999, sebagai bagian dari MPR, telah , DPR hasil Pemilu 1999, sebagai bagian dari MPR, telah

berhasil melakukan amandemen terhadap UUD 1945 sebanyak

berhasil melakukan amandemen terhadap UUD 1945 sebanyak

empat kali yaitu pada tahun 1999, (pertama), 2000 (kedua), 2001

empat kali yaitu pada tahun 1999, (pertama), 2000 (kedua), 2001

(ketiga), dan 2002 (keempat). Meskipun hasil dari amandemen

(ketiga), dan 2002 (keempat). Meskipun hasil dari amandemen

tersebut masih dirasa belum ideal, namun ada beberapa

tersebut masih dirasa belum ideal, namun ada beberapa

perubahan penting yang terjadi. Dalam soal lembaga-lembaga

perubahan penting yang terjadi. Dalam soal lembaga-lembaga

negara, perubahan-perubahan penting tersebut di antaranya:

negara, perubahan-perubahan penting tersebut di antaranya:

lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), lahirnya sistem

lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), lahirnya sistem

pemilihan presiden langsung, dan lahirnya Mahkamah Konstitusi.

pemilihan presiden langsung, dan lahirnya Mahkamah Konstitusi.

KetigaKetiga, dari sisi jumlah UU yang dihasilkan, DPR periode 1999-, dari sisi jumlah UU yang dihasilkan, DPR periode

1999-2004 paling produktif sepanjang sejarah DPR di Indonesia

2004 paling produktif sepanjang sejarah DPR di Indonesia

dengan mengesahkan 175 RUU menjadi UU. Meski perlu dicatat

dengan mengesahkan 175 RUU menjadi UU. Meski perlu dicatat

pula bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan PSHK

pula bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan PSHK

tingginya kualitas ternyata tidak sebanding dengan kualitas

tingginya kualitas ternyata tidak sebanding dengan kualitas

(Susanti, dkk, 2004).

(57)

DPR Hasil Pemilu 2004 (2004-2009)

DPR Hasil Pemilu 2004 (2004-2009)

 AAmandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada tahun mandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada tahun 1999-2002 membawa banyak implikasi ketatanegaraan yang

1999-2002 membawa banyak implikasi ketatanegaraan yang

kemudian diterapkan pada Pemilu tahun 2004. Beberapa

kemudian diterapkan pada Pemilu tahun 2004. Beberapa

perubahan tersebut yaitu perubahan sistem pemilihan lembaga

perubahan tersebut yaitu perubahan sistem pemilihan lembaga

legislatif (DPR dan DPD) dan adanya presiden yang dilakukan

legislatif (DPR dan DPD) dan adanya presiden yang dilakukan

secara langsung oleh rakyat.

secara langsung oleh rakyat.

Dalam Pemilu tahun 2004 ini, mulai dikenal secara resmi Dalam Pemilu tahun 2004 ini, mulai dikenal secara resmi

lembaga perwakilan rakyat baru yang bernama Dewan

lembaga perwakilan rakyat baru yang bernama Dewan

Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan representasi dari

Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan representasi dari

jumlah penduduk sedangkan DPD merupakan representasi dari

jumlah penduduk sedangkan DPD merupakan representasi dari

wilayah.

wilayah. Implikasi lanjutannya adalah terjadi perubahan dalam Implikasi lanjutannya adalah terjadi perubahan dalam proses legislasi di negara ini.

proses legislasi di negara ini.

Idealnya, DPR dan DPD mampu bekerja bersama-sama dalam Idealnya, DPR dan DPD mampu bekerja bersama-sama dalam

merumuskan sebuah UU. Hanya saja karena cacatnya

merumuskan sebuah UU. Hanya saja karena cacatnya

amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945, relasi yang

amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945, relasi yang

muncul menjadi timpang. DPR memegang kekuasaan legislatif

muncul menjadi timpang. DPR memegang kekuasaan legislatif

yang lebih besar dan DPD hanya sebagai badan yang memberi

yang lebih besar dan DPD hanya sebagai badan yang memberi

pertimbangan kepada DPR dalam soal-soal tertentu.

(58)

MPR

Pasal 2 (1)****

ANGGOTA DPR

dipilih melalui pemilu

ANGGOTA DPD

dipilih melalui pemilu

1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; 2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden

[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];

3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut

Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];

4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi

kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***]; 5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua

pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].

Wewenang

BAB MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT I

I

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian yang menganalisa tentang ketentuan hukum/norma hukum, yaitu hubungan antara kebijakan ASI eksklusif yang terdapat dalam

Sementara alat lain yang dipakai adalah kecik atau biji buah sawo, sawo manila, srikaya, tanjung, dan sejenisnya. Bisa juga memakai butiran batu krikil yang

 Mengumpulkan informasi ALU  Mengumpulkan informasi Tugas Menyelesaikan masalah tentang Organisasi Processor Observasi Mengamati kegiatan/aktivitas siswa secara individu

Intiqad berasal dari kata intiqada yang berarti mengeritik atau mengoreksi, yang mempunyai bentuk masdar intiqadan yang berarti kritik atau koreksi. Jadi

Simpulan dari penelitian adalah Audience Response System berbasis Wi-Fi dapat berjalan dengan baik dengan jumlah responden yang banyak tergantung dari konfigurasi

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa senyawa 2-(4’-N,N-dimetil aminobenzilidena) sikloheksana-1,3- dion tidak dapat terbentuk dari

Dan tujuan dari islamisasi sains adalah berupaya memecahkan masalah-masalah yang timbul karena perjumpaan antara Islam dengan sains modern sebelumnya atau akibat dikotomi