PENGERTIAN DAN
PENGERTIAN DAN
JENIS-JENIS LEMBAGA NEGARA
JENIS LEMBAGA NEGARA
OLEH
OLEH
BAGIAN HUKUM TATA NEGARA
TERMINOLOGI
TERMINOLOGI
ETIMOLOGI
Secara Terminologis
Secara Terminologis
Inggris,
Inggris, politicalpolitical institutioninstitution, , Belanda
Belanda, staat orgamen, staat orgamen
Indonesia
Indonesia,, lembaga negara, atau organ Negara. lembaga negara, atau organ Negara.
Secara Etimologi
Secara Etimologi
Dalam Kamus Besar Belanda Indonesia (KKBI) (1997:979-58),
Dalam Kamus Besar Belanda Indonesia (KKBI) (1997:979-58),
kata “lembaga” antara lain
kata “lembaga” antara lain diartikan sebagai diartikan sebagai :: (1) ‘asal mula
(4) ‘badan (organisasi) yang
(4) ‘badan (organisasi) yang tujuaannya melakukan sesuatu tujuaannya melakukan sesuatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha’; dan penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha’; dan
(5) ‘pola prilaku(5) ‘pola prilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial
berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan’. berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan’.
Kata
Kata lembagalembaga digunakan juga pada digunakan juga pada lembaga pemerintahan yanglembaga pemerintahan yang
diartikan ‘badan-badan pemerintahan dalam lingkungan eksekutif.
diartikan ‘badan-badan pemerintahan dalam lingkungan eksekutif.
Kalau kata pemerintah diganti dengan
Kalau kata pemerintah diganti dengan kata negara, diartikan kata negara, diartikan ‘badan-badan negara disemua lingkungan pemerintah negara
‘badan-badan negara disemua lingkungan pemerintah negara
(khususnya di
Menurut Kamus Hukum Fockema Andreae yang
Menurut Kamus Hukum Fockema Andreae yang
diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, kata
diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, kata “ “organ” organ” diartikan sebagai berikut
diartikan sebagai berikut::
“
“Organ adalah pelengkapan. Alat perlengkapan adalah orang Organ adalah pelengkapan. Alat perlengkapan adalah orang atau majelis yang terdiri
atau majelis yang terdiri dari orang-orang yang berdasarkan dari orang-orang yang berdasarkan udang-undang atau anggaran dasar wewenang
udang-undang atau anggaran dasar wewenang
mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum.
mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum.
…selanjutnya negara dan
…selanjutnya negara dan badan pemerintahan rendah badan pemerintahan rendah mempunyai alat perlengkapan. Mulai dari raja (presiden)
mempunyai alat perlengkapan. Mulai dari raja (presiden)
sampai kepada pegawai yang rendah, para pejabat itu dapat
sampai kepada pegawai yang rendah, para pejabat itu dapat
dianggap sebagai alat-alat
dianggap sebagai alat-alat perlengkapan. Akan tetapi, perlengkapan. Akan tetapi,
perkataan ini lebih banyak dipakai untuk badan pemerintahan
perkataan ini lebih banyak dipakai untuk badan pemerintahan
tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang
tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang
yang diwakilkan secara teratur
Secara defenitif, alat-alat kelengkapan suatu negara Secara defenitif, alat-alat kelengkapan suatu negara
atau yang lazim disebut sebagai lembaga
atau yang lazim disebut sebagai lembaga negara negara adalah institusi-institusi yang dibentuk guna
adalah institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi-fungsi Negara.
melaksanakan fungsi-fungsi Negara. Berdasarkan teori
Berdasarkan teori--teoriteori klasik mengenai negara klasik mengenai negara ada ada beberapa fungsi negara yang penting seperti
beberapa fungsi negara yang penting seperti : :
1.
1.
Membuat
Membuat
kebijakan peraturan perundang-
kebijakan peraturan
perundang-undangan (fungsi legislatif),
undangan (fungsi legislatif),
2.
2.
Fungsi melaksanakan peraturan atau
Fungsi melaksanakan peraturan atau
Fungsi
Fungsi
penyelenggaraan pemerintah
penyelenggaraan pemerintah
(fungsi eksekutif) dan
(fungsi eksekutif) dan
3.
Istilah Lembaga Negara
Istilah Lembaga Negara
Sebelum Amandemen UUD 1945
Sebelum Amandemen UUD 1945
Konstitusi RIS 1949, misalnya, menyebutnya
Konstitusi RIS 1949, misalnya, menyebutnya
dengan
dengan istilah “alat-alat perlengkapan federal” istilah “alat-alat perlengkapan federal” UUDS 1950 menyebut
UUDS 1950 menyebut “alat perlangkapan “alat perlangkapan negara”
negara”
UUD 1945, tidak ditemukan satu kata “lembaga
UUD 1945, tidak ditemukan satu kata “lembaga
negara” pun. Yang ada “badan”, misalnya
negara” pun. Yang ada “badan”, misalnya
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Pertama kali
Pertama kali muncul diatur dalam ketetapan muncul diatur dalam ketetapan MPRS No.
MPRS No. XX/MPRS/XX/MPRS/ 1966 tentang Memorandum 1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Rakyat Gotong Royong mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia.
Perundang-undangan Republik Indonesia.
menetapan MPR sebagai lembaga negara
menetapan MPR sebagai lembaga negara
tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,
tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,
DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga
DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga
negara di bawah MPR.
Lanjutan
Lanjutan
Kembali dijumpai melalui Ketetapan MPRS No, Kembali dijumpai melalui Ketetapan MPRS No,
X/MPRS/1969 tentang
X/MPRS/1969 tentang kedudukan semua lembaga-kedudukan semua lembaga-lembaga negara tingka
lembaga negara tingkatt pusat dan daerah pada posisi pusat dan daerah pada posisi dan fungsi yang diatur
dan fungsi yang diatur dalam UUD 1945. dalam UUD 1945.
Melalui ketetapan MPR N0. III/MPR/1979, istilah Melalui ketetapan MPR N0. III/MPR/1979, istilah
lembaga negara mulai menemukan konsepnya
lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena karena ketetapan MPR tersebut membagi lembaga negara
ketetapan MPR tersebut membagi lembaga negara
menjadi dua kategori, yaitu lembaga tertinggi
menjadi dua kategori, yaitu lembaga tertinggi negara negara menurut ketetapan ini adalah MPR, sedangkan
menurut ketetapan ini adalah MPR, sedangkan
lembaga tinggi negara disesuaikan dengan urutan
lembaga tinggi negara disesuaikan dengan urutan
yang terdapat dalam UUD 1945 terdiri dari lima
yang terdapat dalam UUD 1945 terdiri dari lima
lembaga, yaitu
lembaga, yaitu
Struktur Ketatanegaraan
Struktur Ketatanegaraan
Struktur Ketatanegaraan
Struktur Ketatanegaraan terdiri dari terdiri dari Infra Struktur Politik Infra Struktur Politik dan Supra Struktur Politik
dan Supra Struktur Politik
Infra struktur PolitikInfra struktur Politik ((Socio Political SphereSocio Political Sphere) ) : :
pemilik kedaulatan
pemilik kedaulatan (Political Sovereignty(Political Sovereignty) ) yaitu rakyatyaitu rakyat
Supra Struktur PolitikSupra Struktur Politik ((Governmental Political SphereGovernmental Political Sphere) )
pemegang atau pelaku kedaulatan rakyat menurut hukum
pemegang atau pelaku kedaulatan rakyat menurut hukum
(
(LegalLegal SovereigntySovereignty),), Supra
Supra Struktur Politik Struktur Politik menmenentukan satu system, bagaimana entukan satu system, bagaimana kedaulatan rakyat sebagai dasar kekuasaan
kedaulatan rakyat sebagai dasar kekuasaan tertinggi tertinggi
negara itu dibagi-bagi dan dilaksanakan antara
negara itu dibagi-bagi dan dilaksanakan antara
lembaga-lembaga negara.
lembaga negara.
terdapat hubungan yang saling menentukan dan saling
terdapat hubungan yang saling menentukan dan saling
mempengaruhi
mempengaruhi antar antar komponen struktur ketatanegaraan komponen struktur ketatanegaraan tersebut
Lanjutan
Lanjutan
Dinamika politik suatu
Dinamika politik suatu
negara akan selalu diliputi
negara akan selalu diliputi
oleh dua unsur seperti yang telah dijelaskan di
oleh dua unsur seperti yang telah dijelaskan di
atas, yaitu
atas, yaitu
:
:
pertama,
pertama,Governmental Political Sphere
Governmental Political Sphere
yaitu
yaitu
suasana kehidupan poltik pemerintahan yang
suasana kehidupan poltik pemerintahan yang
meliputi organ-organ
meliputi organ-organ
pelaksana pemerintahan
pelaksana pemerintahan
dan pola hubungan yang terbangun antar
dan pola hubungan yang terbangun antar
organ kekuasaan.tersebut.
organ kekuasaan.tersebut.
Kedua,
Kedua,
Socio
Socio
Political Sphere
Political Sphere
meliputi
meliputi
bagaimana dinamika politik masyarakat.dalam
bagaimana dinamika politik masyarakat.dalam
turut mempengasuhi dan
turut mempengasuhi dan
menentukan
menentukan
kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.
Kedudukan Lembaga Negara
Kedudukan Lembaga Negara
Dapat dilihat dari dua konteks, yaitu
Dapat dilihat dari dua konteks, yaitu
konteks Negara konteks Negara
Lembaga Negara dalam konteks Negara dapat
Lembaga Negara dalam konteks Negara dapat
dilacak melalui
dilacak melalui system dan mekanisme system dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan yang berlaku
penyelenggaraan pemerintahan yang berlaku
sebagaimana yang dianut dalam UUD.
sebagaimana yang dianut dalam UUD.
kkonteks masyarakat. onteks masyarakat.
d
dapat dilihat dari bekerjaapat dilihat dari bekerjanyanya Infra Struktur Infra Struktur Politik masyarakat yang meliputi
Politik masyarakat yang meliputi : :
– partai politikpartai politik (political party(political party),),
– golongan kepentingan (interest groupgolongan kepentingan (interest group), ),
– golongan penekan (golongan penekan (pressure grouppressure group), ),
– AlatAlat komunikasi politik (media political komunikasi politik (media political
communication
communication), dan ), dan
– tokoh politik (tokoh politik (political figurepolitical figure) dalam) dalam
mempengaruhi dan mengarahkan
mempengaruhi dan mengarahkan
kebijakan-kebijakan penyelenggara negara..
Jenis-jenis Lembaga Negara
Jenis-jenis Lembaga Negara
Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu: Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu: 1.
1. Lembaga negara yg disebut dan diberi kewenangan oleh UUDLembaga negara yg disebut dan diberi kewenangan oleh UUD 2.
2. Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi kewenangannya Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi kewenangannya ditentukan UU
ditentukan UU 3.
3. Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh UULembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh UU 4.
4. Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh PP, Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh PP, Perpres/Kepres
Perpres/Kepres 5.
Lanjutan
Lanjutan
Di antara lembaga2 itu, ada yg sama sekali tdk Di antara lembaga2 itu, ada yg sama sekali tdk disebut sbg lembaga negara,tapi sebenarnya disebut sbg lembaga negara,tapi sebenarnya lembaga negara dengan kewenangan yg
lembaga negara dengan kewenangan yg ditentukan oleh UUD,UU, atau PP, dst.
ditentukan oleh UUD,UU, atau PP, dst.
Tingkatan2 lembaga2 negara tsb tergantung Tingkatan2 lembaga2 negara tsb tergantung
(i) (i) hirarki norma yg mhirarki norma yg meengaturnya ngaturnya sseperti eperti
ttersebut ersebut di atas, di atas,
(ii) sifat keutamaan fungsinya, apakah (ii) sifat keutamaan fungsinya, apakah
LEMBAGA NEGARA DALAM
LEMBAGA NEGARA DALAM
KONSTITUSI YANG PERNAH
KONSTITUSI YANG PERNAH
BERLAKU DI INDONESIA
17
Maklumat Pemerintah 14-11 45 UUD 1945 RIS’49Konst UUD’S 50 UUD 1945 Negara Kesatuan Negara Serikat Negara Kesatuan
Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin
(Orla)
Demokrasi Pancasila
UUD 1945 (Periode 1)
UUD 1945 (Periode 1)
Secara De Jure
Secara De Jure
1.
1.
MPR
MPR
(Pasal 1(2),2,3 )
(Pasal 1(2),2,3 )
2.
2.
DPR
DPR
(Pasal 19-22)
(Pasal 19-22)
3.
3.
PRESIDEN
PRESIDEN
(Pasal 4-15)
(Pasal 4-15)
4.
4.
DPA
DPA
(Pasal 16)
(Pasal 16)
5.
5.
MA
MA
(Pasal 24)
(Pasal 24)
6.
De Facto
De Facto
1.
1.
Presiden dan KNIP (merangkap MPR, DPR,
Presiden dan KNIP (merangkap MPR, DPR,
DPA dengan dasar :
DPA dengan dasar :
Sebelum Majelis
Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung
Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut
dibentuk menurut
Undang-Undang Dasar ini,
Undang-Undang Dasar ini,
segala kekuasaannya dijalankan oleh
segala kekuasaannya dijalankan oleh
Presiden dengan bantuan sebuah komite
Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional
nasional
)
)
2.
2.
MA
MA
3.
Alat-alat Perlengkapan
Alat-alat Perlengkapan
Federal RIS
Federal RIS
1.
1.
Presiden dan Menteri
Presiden dan Menteri
(Pasal 68-798)
(Pasal 68-798)
2.
2.
Senat
Senat
(Pasal 80-97)
(Pasal 80-97)
3.
3.
Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat
(Pasal 98-
(Pasal
98-112)
112)
4.
4.
Mahkamah Agung Indonesia (Pasal 113-
Mahkamah Agung Indonesia (Pasal
113-114)
114)
5.
5.
Dewan Pengawas Keuangan (Pasal 115-
Dewan Pengawas Keuangan (Pasal
115-116)
KONSTITUSI RIS 1949
DPR DPK MAI
PRESIDE
N Senat
Alat-alat Perlengkapan
Alat-alat Perlengkapan
Federal RIS
Federal RIS
Alat-alat Perlengkapan
Alat-alat Perlengkapan
Negara
Negara
1.
1.
Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dan Wakil Presiden
(Pasal 45-
(Pasal
45-49, 82-87))
49, 82-87))
2.
2.
Menteri
Menteri
-menteri
-menteri
(Pasal 50-
(Pasal
50-55)
55)
3.
3.
Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat
(56-77)
(56-77)
4.
4.
Mahkamah Agung Indonesia
Mahkamah Agung Indonesia
(78-79)
(78-79)
5.
UUDS 1950
DPR DPK MA
Alat-alat Perlengkapan
Alat-alat Perlengkapan
Negara
Negara
Presiden/
UUD 1945 (Periode II)
UUD 1945 (Periode II)
Diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli
Diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli
1950 sampai dengan Perubahan I (19 November
1950 sampai dengan Perubahan I (19 November
1999)
1999)
B
B
erdasarka
erdasarka
Ketetapan MPRS No.
Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/
XX/MPRS/
1966
1966
tentang Memorandum Dewan Perwakilan
tentang Memorandum Dewan Perwakilan
Rakyat
Rakyat
Gotong Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum
Gotong Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia.
Perundang-undangan Republik Indonesia.
menetapan MPR sebagai lembaga negara
menetapan MPR sebagai lembaga negara
tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,
tertinggi di bawah UUD, sedangkan Presiden,
DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga
DPR, BPK, DPA, dan MA sebagai lembaga
negara di bawah MPR.
UUD 1945
DPR DPA MPR
BPK Presiden/Wakil MA
Jenis-jenis Lembaga Negara
Jenis-jenis Lembaga Negara
Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu:
Ada beberapa jenis lembaga negara, yaitu:
1.
1.
Lembaga negara yg disebut dan diberi
Lembaga negara yg disebut dan diberi
kewenangan oleh UUD
kewenangan oleh UUD
2.
2.
Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi
Lembaga negara yg disebut dalam UUD tapi
kewenangannya ditentukan UU
kewenangannya ditentukan UU
3.
3.
Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh
Lembaga negara yg dibentuk & ditentukan oleh
UU
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan
DPR MPR DPD
PERWAKILAN BPK PROVINSI
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat
Sejarah
Sejarah
Volksraad (1918-1942)
Volksraad (1918-1942)
Volksraad merupakan Volksraad merupakan lembaga semacam parlemenlembaga semacam parlemen
bentukan pemerintahan kolonial Belanda bentukan pemerintahan kolonial Belanda
Volksraad dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 Volksraad dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916
(Ind. Stb. No. 114 Tahun 1917) dengan dilakukannya (Ind. Stb. No. 114 Tahun 1917) dengan dilakukannya
penambahan bab baru yaitu Bab X dalam Regeerings penambahan bab baru yaitu Bab X dalam Regeerings
Reglement 1954 yang mengatur tentang pembentukan Reglement 1954 yang mengatur tentang pembentukan
Volksraad. Volksraad.
Namun Namun Pembentukan tersebut baru terlaksana pada Pembentukan tersebut baru terlaksana pada
tahun 1918 oleh Gubernur Jeneral Mr. Graaf van tahun 1918 oleh Gubernur Jeneral Mr. Graaf van
Limburg Stirum. Limburg Stirum.
Pembentukan volksraad Pembentukan volksraad pada saat itu pada saat itu dianggap dianggap hanya hanya
merupakan basa basi politik pemerintahan kolonial merupakan basa basi politik pemerintahan kolonial
terhadap rakyat jajahan (Ind
Pengisian Jabatan dan Komposisi
Pengisian Jabatan dan Komposisi
Pemilihan diawali dengan pembentukan berbagai
Pemilihan diawali dengan pembentukan berbagai
“Dewan Kabupaten” dan “Haminte Kota”, di mana
“Dewan Kabupaten” dan “Haminte Kota”, di mana
setiap 500 orang Indonesia berhak memilih “Wali
setiap 500 orang Indonesia berhak memilih “Wali
Pemilih” (Keesman).
Pemilih” (Keesman).
Kemudian Wali Pemilih inilah yang berhak
Kemudian Wali Pemilih inilah yang berhak
memilih sebagian anggota Dewan Kabupaten.
memilih sebagian anggota Dewan Kabupaten.
Kemudian setiap provinsi mempunyai “Dewan
Kemudian setiap provinsi mempunyai “Dewan
Provinsi”, yang sebagian anggotanya dipilih oleh
Provinsi”, yang sebagian anggotanya dipilih oleh
Dewan Kabupaten dan Haminte Kota di wilayah
Dewan Kabupaten dan Haminte Kota di wilayah
provinsi tersebut.
provinsi tersebut.
Sebagian besar anggota Dewan Provinsi
Sebagian besar anggota Dewan Provinsi
umumnya dari bangsa Belanda diangkat oleh
umumnya dari bangsa Belanda diangkat oleh
Susunan dan komposisi
Susunan dan komposisi
Volksraad I (1918)
Volksraad I (1918)
beranggotakan 39 orang (termasuk ketua), dengan beranggotakan 39 orang (termasuk ketua), dengan
perimbangan:
perimbangan:
– Dari jumlah 39 anggota Volksraad, orang Indonesia Dari jumlah 39 anggota Volksraad, orang Indonesia
Asli melalui “Wali Pemilih” dari “Dewan Provinsi”
Asli melalui “Wali Pemilih” dari “Dewan Provinsi”
berjumlah 15 anggota (10 orang dipilih oleh “Wali
berjumlah 15 anggota (10 orang dipilih oleh “Wali
Pemilih” dan 5 orang diangkat oleh Gubernur
Pemilih” dan 5 orang diangkat oleh Gubernur
Jenderal)
Jenderal)
– Jumlah terbesar, atau 23 orang, anggota Volksraad Jumlah terbesar, atau 23 orang, anggota Volksraad
mewakili golongan Eropa dan golongan Timur
mewakili golongan Eropa dan golongan Timur
Asing, melalui pemilihan dan pengangkatan oleh
Asing, melalui pemilihan dan pengangkatan oleh
Gubernur Jenderal (9 orang dipilih dan 14 orang
Gubernur Jenderal (9 orang dipilih dan 14 orang
diangkat).
diangkat).
– Adapun orang yang menjabat sebagai ketua Adapun orang yang menjabat sebagai ketua
Volksraad bukan dipilih oleh dan dari anggota
Volksraad bukan dipilih oleh dan dari anggota
Volksraad sendiri, melainkan diangkat oleh mahkota
Volksraad sendiri, melainkan diangkat oleh mahkota
Nederland.
Tahun 1927:Tahun 1927:
– Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja)Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja) – Anggota: 55 orangAnggota: 55 orang
– (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah
25 orang)
25 orang)
Tahun 1930:Tahun 1930:
– Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja)Ketua: 1 orang (diangkat oleh Raja) – Anggota: 60 orangAnggota: 60 orang
– (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah (Anggota Volksraad dari golongan Bumi Putra hanya berjumlah
30 orang)
30 orang)
Muncul beberapa usul anggota untuk mengubah Muncul beberapa usul anggota untuk mengubah
susunan dan pengangkatan Volksraad ini agar dapat
susunan dan pengangkatan Volksraad ini agar dapat
dijadikan tahap menuju Indonesia merdeka, namun
dijadikan tahap menuju Indonesia merdeka, namun
selalu ditolak.
selalu ditolak.
Salah satunya adalah “Petisi Sutardjo” pada tahun 1935 Salah satunya adalah “Petisi Sutardjo” pada tahun 1935 yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda
yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda
agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia
agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia
dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib
dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib
Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan
Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan
Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia.
Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia.
Petisi ini juga ditolak pemerintah kolonial Belanda
Tugas Volksraad
Tugas Volksraad
Volksraad lebih mengutamakan memberi nasihat kepada Volksraad lebih mengutamakan memberi nasihat kepada
Gubernur Jenderal daripada “menyuarakan” kehendak Gubernur Jenderal daripada “menyuarakan” kehendak
masyarakat. masyarakat.
Volksraad sama sekali tidak memuaskan bagi bangsa Volksraad sama sekali tidak memuaskan bagi bangsa
Indonesia. Bahkan, “parlemen gadungan” ini juga tidak Indonesia. Bahkan, “parlemen gadungan” ini juga tidak mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran
belanja negara sehingga tidak mempunyai kekuasaan belanja negara sehingga tidak mempunyai kekuasaan
seperti parlemen pada umumnya. seperti parlemen pada umumnya.
Sesuai perkembangan politik di Indonesia, perubahan Sesuai perkembangan politik di Indonesia, perubahan
sedikit demi sedikit terjadi di lembaga ini. Perubahan sedikit demi sedikit terjadi di lembaga ini. Perubahan
yang signifikan terjadi pada saat aturan pokok kolonial yang signifikan terjadi pada saat aturan pokok kolonial Belanda di Indonesia, yaitu RR (Regeling Reglement, Belanda di Indonesia, yaitu RR (Regeling Reglement,
1854) menjadi IS (Indische Staatsregeling). Perubahan 1854) menjadi IS (Indische Staatsregeling). Perubahan
ini membawa pengaruh pada komposisi dan tugas-tugas ini membawa pengaruh pada komposisi dan tugas-tugas
Perubahan sistem pemilihan
Perubahan sistem pemilihan
anggota terjadi sejak 1931.
anggota terjadi sejak 1931.
Sebelumnya, semua anggota
Sebelumnya, semua anggota
Volksraad yang dipilih melalui satu
Volksraad yang dipilih melalui satu
badan pemilihan bulat, dipecah
badan pemilihan bulat, dipecah
menjadi tiga badan pemilihan
menjadi tiga badan pemilihan
menurut golongan penduduk yang
menurut golongan penduduk yang
harus dipilih. Selain itu, diadakan
harus dipilih. Selain itu, diadakan
pula sistem pembagian dalam dua
pula sistem pembagian dalam dua
belas daerah pemilihan bagi
belas daerah pemilihan bagi
pemilihan anggota warga negara
pemilihan anggota warga negara
(kaula) Indonesia asli.
Berbagai tuntutan dari kalangan Indonesia asli
Berbagai tuntutan dari kalangan Indonesia asli
semakin bermunculan agar mereka lebih
semakin bermunculan agar mereka lebih
terwakili. Sampai 1936, komposisi keanggotaan
terwakili. Sampai 1936, komposisi keanggotaan
menjadi:
menjadi:
– 8 orang mewakili I.E.V. (Indo Eurupeesch Verbond)8 orang mewakili I.E.V. (Indo Eurupeesch Verbond) – 5 orang mewakili P.P.B.B.5 orang mewakili P.P.B.B.
– 4 orang mewakili P.E.B. (Politiek Economische Bond)4 orang mewakili P.E.B. (Politiek Economische Bond) – 4 orang V.C. (Vederlandisch Club)4 orang V.C. (Vederlandisch Club)
– 3 orang mewakili Parindra3 orang mewakili Parindra
– 2 orang mewakili C.S.P (Christelijk Staatkundige 2 orang mewakili C.S.P (Christelijk Staatkundige Partj)
Partj)
– 2 orang mewakili Chung Hwa Hui (Kelompok Cina)2 orang mewakili Chung Hwa Hui (Kelompok Cina) – 2 orang mewakili IKP (Indisch Katholieke Partj)2 orang mewakili IKP (Indisch Katholieke Partj)
– 4 orang mewakili golongan Pasundan, VAIB 4 orang mewakili golongan Pasundan, VAIB (vereeniging Ambtenaren Inl.
(vereeniging Ambtenaren Inl. Bestuur), partai Bestuur), partai Tionghoa Indonesia
5 orang mewakili berbagai organisasi yang setiap 5 orang mewakili berbagai organisasi yang setiap
organisasi mendapat satu kursi yaitu organisasi sebagai organisasi mendapat satu kursi yaitu organisasi sebagai
berikut: 1 (Persatuan Minahasa); 1 (Persatuan berikut: 1 (Persatuan Minahasa); 1 (Persatuan
Perhimpunan katoliek di Jawa), 1 (persatuan kaum Perhimpunan katoliek di Jawa), 1 (persatuan kaum
Kristen), 1 (Perhimpunan Belanda); 1 (Organisasi Wanita Kristen), 1 (Perhimpunan Belanda); 1 (Organisasi Wanita
I.E.V) I.E.V)
Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa
penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian
penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi,
dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan
Komite Nasional Indonesia
Komite Nasional Indonesia
Pusat (1945-1949)
Pusat (1945-1949)
Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang
diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian,
diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian,
sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945,
sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945,
dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini
dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini
merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia.
merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia.
Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang, tetapi sumber Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang, tetapi sumber yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP
yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP
sebagai MPR sempat bersidang sebanyak enam kali.
sebagai MPR sempat bersidang sebanyak enam kali.
Dalam melakukan kerja DPR, dibentuk Badan Pekerja
Dalam melakukan kerja DPR, dibentuk Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat. Badan Pekerja tersebut berhasil
Komite Nasional Pusat. Badan Pekerja tersebut berhasil
menyetujui 133 RUU, di samping pengajuan mosi, resolusi,
menyetujui 133 RUU, di samping pengajuan mosi, resolusi,
usul dan lain-lain
DPR dan Senat Republik
DPR dan Senat Republik
Indonesia Serikat (1949-1950)
Indonesia Serikat (1949-1950)
Sebagai konsekuensi diterimanya hasil
Sebagai konsekuensi diterimanya hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB), diadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB), diadakan
perubahan bentuk negara kesatuan RI
perubahan bentuk negara kesatuan RI
menjadi negara serikat. Perubahan ini
menjadi negara serikat. Perubahan ini
dituangkan dalam Konstitusi Republik
dituangkan dalam Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan
Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan
Konstitusi RIS yang menganut sistem
Konstitusi RIS yang menganut sistem
pemerintahan parlementer, badan
pemerintahan parlementer, badan
legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar,
legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar,
yaitu Senat dan Dewan Perwakilan
yaitu Senat dan Dewan Perwakilan
DPR-RIS
DPR-RIS
Jumlah anggota DPR terdiri dari 146 orang yang mewakili Jumlah anggota DPR terdiri dari 146 orang yang mewakili
negara/daerah bagian dengan perincian sebagai berikut:
negara/daerah bagian dengan perincian sebagai berikut:
DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah
melaksanakan pembuatan perundang-undangan. DPR-RIS melaksanakan pembuatan perundang-undangan. DPR-RIS
juga berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan juga berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi para menteri presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi para menteri
bertanggung jawab kepada DPR atas seluruh bertanggung jawab kepada DPR atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya
sendiri. sendiri.
Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan
Senat-RIS
Senat-RIS
Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32
Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32
orang, yaitu masing-masing dua anggota
orang, yaitu masing-masing dua anggota
dari tiap negara/negara bagian. Secara
dari tiap negara/negara bagian. Secara
keseluruhan, cara kerja Senat RIS diatur
keseluruhan, cara kerja Senat RIS diatur
dalam Tata Tertib Senat RIS
Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
(1950-1956)
(1950-1956)
Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS
menyetujui Undang-Undang Dasar Sementara Negara menyetujui Undang-Undang Dasar Sementara Negara
Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No.
7/1850, LN No. 56/1950). UUDS ini merupakan adopsi 7/1850, LN No. 56/1950). UUDS ini merupakan adopsi
dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan,
terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk
negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Pada negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Pada tanggal yang sama, DPR dan Senat RIS mengadakan tanggal yang sama, DPR dan Senat RIS mengadakan
rapat di mana dibacakan piagam pernyataan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan
terbentuknya NKRI yang bertujuan: terbentuknya NKRI yang bertujuan:
– Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi; – Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia
dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus
dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus
1950.
Keanggotaan DPRS
Keanggotaan DPRS
Sesuai isi Pasal 77 Sesuai isi Pasal 77
UUDS, ditetapkan jumlah UUDS, ditetapkan jumlah
anggota DPRS adalah anggota DPRS adalah
236 orang, yaitu 148 236 orang, yaitu 148
anggota dari DPR-RIS, anggota dari DPR-RIS,
29 anggota dari Senat 29 anggota dari Senat
RIS, 46 anggota dari RIS, 46 anggota dari
Badan Pekerja Komite Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat, dan 13 Nasional Pusat, dan 13
anggota dari Dewan anggota dari Dewan
Pertimbangan Agung. Pertimbangan Agung.
Fraksi di DPRS (menurut catatan tahun 1954): Fraksi di DPRS (menurut catatan tahun 1954): 1.
1. Masjumi 43 orangMasjumi 43 orang 2.
2. PNI 42 orangPNI 42 orang 3.
3. PIR-Hazairin 19 orang 22 orangPIR-Hazairin 19 orang 22 orang 4.
4. PIR-Wongso 3 orang PIR-Wongso 3 orang 5.
5. PKI 17 orangPKI 17 orang 6.
6. PSI 15 orangPSI 15 orang 7.
7. PRN 13 orangPRN 13 orang 8.
8. Persatuan Progresif 10 orangPersatuan Progresif 10 orang 9.
9. Demokrat 9 orangDemokrat 9 orang 10.
10. Partai Katolik 9 orangPartai Katolik 9 orang 11.
11. NU 8 orangNU 8 orang 12.
12. Parindra 7 orangParindra 7 orang 13.
13. Partai Buruh 6 orangPartai Buruh 6 orang 14.
14. Parkindo 5 orangParkindo 5 orang 15.
15. Partai Murba 4 orangPartai Murba 4 orang 16.
16. PSII 4 orangPSII 4 orang 17.
17. SKI 4 orangSKI 4 orang 18.
18. SOBSI 2 orangSOBSI 2 orang 19.
19. BTI 1 orangBTI 1 orang 20.
20. GPI 1 orangGPI 1 orang 21.
21. Perti 1 orangPerti 1 orang 22.
Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPRS
Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPRS
Kedudukan dan Tugas DPRSKedudukan dan Tugas DPRS
DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah DPR-RIS dan Senat bersama-sama dengan pemerintah melaksanakan pembuatan perundang-undangan. Selain melaksanakan pembuatan perundang-undangan. Selain itu, dalam pasal 113-116 UUDS ditetapkan bahwa DPR itu, dalam pasal 113-116 UUDS ditetapkan bahwa DPR
mempunyai hak menetapkan anggaran negara. mempunyai hak menetapkan anggaran negara.
Seterusnya dalam Pasal 83 ayat (2) UUDS ditetapkan Seterusnya dalam Pasal 83 ayat (2) UUDS ditetapkan
bahwa para menteri bertanggung jawab atas seluruh bahwa para menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya seluruhnya maupun masing-masing untuk bagiannya
sendiri. Ini berarti DPR berhak dan berkewajiban sendiri. Ini berarti DPR berhak dan berkewajiban
Hak-hak dan Kewajiban DPRS
Hak-hak dan Kewajiban DPRS
1.
1.
Hak Amandemen
Hak Amandemen
DPR berhak mengadakan perubahan-perubahan
DPR berhak mengadakan perubahan-perubahan
usul UU yang dimajukan pemerintah kepadanya.
usul UU yang dimajukan pemerintah kepadanya.
2. Hak Menanya dan Hak Interpelasi
2. Hak Menanya dan Hak Interpelasi
DPR mempunyai hak menanya dan hak
DPR mempunyai hak menanya dan hak
memperoleh penerangan dari menteri-menteri,
memperoleh penerangan dari menteri-menteri,
yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan
yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan
dengan kepentingan umum RI.
dengan kepentingan umum RI.
3.
3.
Hak Angket
Hak Angket
DPR mempunyai hak menyelidiki (
DPR mempunyai hak menyelidiki (
enquete
enquete
)
)
menurut aturan-aturan yang ditetapkan UU.
4.
4.
Hak Kekebalan (
Hak Kekebalan (
imunitet
imunitet
)
)
Ketua, anggota DPR dan menteri-menteri tidak
Ketua, anggota DPR dan menteri-menteri tidak
dapat dituntut di muka pengadilan karena apa yang
dapat dituntut di muka pengadilan karena apa yang
dikemukakan dalam rapat atau surat kepada
dikemukakan dalam rapat atau surat kepada
majelis, kecuali jika mereka mengumumkan apa
majelis, kecuali jika mereka mengumumkan apa
yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan
yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan
syarat supaya dirahasiakan.
syarat supaya dirahasiakan.
5.
5.
Forum Privelegiatum
Forum Privelegiatum
Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR diadili dalam
Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR diadili dalam
tingkat pertama dan tertinggi oleh MA, pun sesudah
tingkat pertama dan tertinggi oleh MA, pun sesudah
mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan
mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan
pelanggaran lain yang ditentukan dengan UU dan
pelanggaran lain yang ditentukan dengan UU dan
yang dilakukan dalam masa pekerjaannya, kecuali
yang dilakukan dalam masa pekerjaannya, kecuali
jika ditetapkan lain dengan UU.
jika ditetapkan lain dengan UU.
6.
Hubungan DPRS dengan
Hubungan DPRS dengan
pemerintah
pemerintah
Sama halnya dengan UUD RIS, UUDS juga
Sama halnya dengan UUD RIS, UUDS juga
menganut sistem pemerintahan parlementer.
menganut sistem pemerintahan parlementer.
DPRS dapat memaksa kabinet atau
DPRS dapat memaksa kabinet atau
masing-masing menteri meletakkan jabatannya.
masing menteri meletakkan jabatannya.
Namun berbeda dengan ketentuan dalam
Namun berbeda dengan ketentuan dalam
UUD RIS, UUDS memasukkan pula
UUD RIS, UUDS memasukkan pula
ketentuan bahwa presiden dapat
ketentuan bahwa presiden dapat
membubarkan DPRS, kalau DPRS
membubarkan DPRS, kalau DPRS
dianggapnya tidak mewakili kehendak rakyat
dianggapnya tidak mewakili kehendak rakyat
lagi.
Hasil-hasil pekerjaan DPRS
Hasil-hasil pekerjaan DPRS
a.
a.
menyelesaikan 167 uu dari 237 buah RUU
menyelesaikan 167 uu dari 237 buah RUU
b.
b.
11 kali pembicaraan tentang keterangan
11 kali pembicaraan tentang keterangan
pemerintah
pemerintah
c.
c.
82 buah mosi/resolusi.
82 buah mosi/resolusi.
d.
d.
24 usul interpelasi.
24 usul interpelasi.
e.
DPR Hasil Pemilu 1955 (20
DPR Hasil Pemilu 1955 (20
Maret 1956-22 Juli 1959)
Maret 1956-22 Juli 1959)
E. E. DPR hasil Pemilu 1955 berjumlah 272 orang. DPR hasil Pemilu 1955 berjumlah 272 orang.
Perlu dicatat bahwa Pemilu 1955 juga memilih 542 orang Perlu dicatat bahwa Pemilu 1955 juga memilih 542 orang anggota konstituante, yang bertugas menyusun konstitusi anggota konstituante, yang bertugas menyusun konstitusi
Indonesia yang definitif, menggantikan UUDS. Indonesia yang definitif, menggantikan UUDS.
Tugas dan wewenang DPR hasil Pemilu 1955 sama Tugas dan wewenang DPR hasil Pemilu 1955 sama
dengan posisi DPRS secara keseluruhan, karena landasan dengan posisi DPRS secara keseluruhan, karena landasan
hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah
fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat, fraksi di DPR serta tidak adanya satu dua partai yang kuat,
memberi gambaran bahwa pemerintah merupakan hasil memberi gambaran bahwa pemerintah merupakan hasil
koalisi. Dalam masa ini terdapat tuga kabinet yaitu Kabinet koalisi. Dalam masa ini terdapat tuga kabinet yaitu Kabinet
Burhanuddin Harahap, Kabinet Ali Sastroamidjojo, dan Burhanuddin Harahap, Kabinet Ali Sastroamidjojo, dan
DP
DPR Hasil Pemilu 1955 Paska-Dekrit Presiden 1959 R Hasil Pemilu 1955 Paska-Dekrit Presiden 1959 (1959-1965)
(1959-1965)
Pada tahun 1959, Presiden Soekarno membubarkan Konstituante dan Pada tahun 1959, Presiden Soekarno membubarkan Konstituante dan
menyatakan bahwa Indonesia kembali kepada UUD 1945 melalui
menyatakan bahwa Indonesia kembali kepada UUD 1945 melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 2959. Jumlah anggota sebanyak 262 orang
Dekrit Presiden 5 Juli 2959. Jumlah anggota sebanyak 262 orang
kembali aktif setelah mengangkat sumpah. Dalam DPR terdapat 19
kembali aktif setelah mengangkat sumpah. Dalam DPR terdapat 19
fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.
fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.
Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, presiden membubarkan DPR Dengan Penpres No. 3 tahun 1960, presiden membubarkan DPR
karena DPR hanya menyetujui 36 milyar rupiah APBN dari 44 milyar
karena DPR hanya menyetujui 36 milyar rupiah APBN dari 44 milyar
yang diajukan. Setelah membubarkan DPR, presiden mengeluarkan
yang diajukan. Setelah membubarkan DPR, presiden mengeluarkan
Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-Gotong
Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-Gotong
Royong (DPR-GR).
Royong (DPR-GR).
DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh DPR-GR beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh
presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu
presiden dengan Keppres No. 156 tahun 1960. Adapun salah satu
kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan laporan kepada
kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan laporan kepada
presiden pada waktu-waktu tertentu. Kewajiban ini merupakan
presiden pada waktu-waktu tertentu. Kewajiban ini merupakan
penyimpangan dari Pasal 5, 20, dan 21 UUD 1945. Selama 1960-1965,
penyimpangan dari Pasal 5, 20, dan 21 UUD 1945. Selama 1960-1965,
DPR-GR menghasilkan 117 UU dan 26 usul pernyataan pendapat.
DPR Gotong Royong Tanpa Partai
DPR Gotong Royong Tanpa Partai
Komunis Indonesia (1965-1966)
Komunis Indonesia (1965-1966)
Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan
Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan
sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan
sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan
ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa
ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa
kerjanya satu tahun, mengalami empat kali perubahan
kerjanya satu tahun, mengalami empat kali perubahan
komposisi pimpinan, yaitu:
komposisi pimpinan, yaitu:
a. Periode 15 November 1965-26 Februari 1966.
a. Periode 15 November 1965-26 Februari 1966.
b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966.
b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966.
c. Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966.
c. Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966.
d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966.
d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966.
Secara hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih
Secara hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih
berstatus sebagai pembantu presiden sepanjang
berstatus sebagai pembantu presiden sepanjang
Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964 belum dicabut.
DPR-GR Masa Transisi dari Orde Lama ke
DPR-GR Masa Transisi dari Orde Lama ke
Orde Baru
Orde Baru
Dalam rangka menanggapi situasi masa
Dalam rangka menanggapi situasi masa
transisi, DPR-GR memutuskan untuk
transisi, DPR-GR memutuskan untuk
membentuk dua panitia:
membentuk dua panitia:
–
Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan
Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan
dalam berbagai masalah bidang politik.
dalam berbagai masalah bidang politik.
–
Panitia ekonomi, keuangan dan
Panitia ekonomi, keuangan dan
pembangunan, bertugas memonitor situasi
pembangunan, bertugas memonitor situasi
ekonomi dan keuangan serta membuat
ekonomi dan keuangan serta membuat
konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran
konsepsi tentang pokok-pokok pemikiran
ke arah pemecahannya.
DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971
DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971
Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang
kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, DPR-GR masa
kemudian dikukuhkan dalam UU No. 10/1966, DPR-GR masa
“Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari
“Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari
“Orde Lama” ke “Orde Baru.”
“Orde Lama” ke “Orde Baru.”
Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971 Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971
adalah sebagai berikut:
adalah sebagai berikut:
Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai
dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.
dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.
Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai
dengan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan
dengan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan
Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.
Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.
Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah
sesuai dengan UUD 1945 dan penjelasannya, khususnya
sesuai dengan UUD 1945 dan penjelasannya, khususnya
penjelasan bab
J. DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997J. DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997
Setelah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan “Orde Baru” Setelah mengalami pengunduran sebanyak dua kali, pemerintahan “Orde Baru”
akhirnya berhasil menyelenggarakan Pemilu yang pertama dalam masa
akhirnya berhasil menyelenggarakan Pemilu yang pertama dalam masa
pemerintahannya pada tahun 1971. Seharusnya berdasarkan Ketetapan MPRS No.
pemerintahannya pada tahun 1971. Seharusnya berdasarkan Ketetapan MPRS No.
XI Tahun 1966 Pemilu diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah pada
XI Tahun 1966 Pemilu diselenggarakan pada tahun 1968. Ketetapan ini diubah pada
Sidang Umum MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Presiden
Sidang Umum MPR 1967, oleh Jenderal Soeharto, yang menggantikan Presiden
Soekarno, dengan menetapkan bahwa Pemilu akan diselenggarakan pada tahun
Soekarno, dengan menetapkan bahwa Pemilu akan diselenggarakan pada tahun
1971.
1971.
Menjelang Pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15 Menjelang Pemilu 1971, pemerintah bersama DPR-GR menyelesaikan UU No. 15
Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR dan DPRD.
DPR dan DPRD.
Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan
dalam Pemilu 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang
dalam Pemilu 1971 berbeda dengan Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, yang
menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di
menggunakan UU No. 15 Tahun 1969 sebagai dasar, semua kursi terbagi habis di
setiap daerah pemilihan (sistem proporsional). Cara ini ternyata mampu menjadi
setiap daerah pemilihan (sistem proporsional). Cara ini ternyata mampu menjadi
mekanisme tidak langsung untuk mengurangi jumlah partai yang meraih kursi
mekanisme tidak langsung untuk mengurangi jumlah partai yang meraih kursi
dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Sistem yang sama masih terus
dibandingkan penggunaan sistem kombinasi. Sistem yang sama masih terus
digunakan dalam enam kali Pemilu, yaitu Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
digunakan dalam enam kali Pemilu, yaitu Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.
1997.
Sejak Pemilu 1977, pemerintahan “Orde Baru” mulai Sejak Pemilu 1977, pemerintahan “Orde Baru” mulai
menunjukkan penyelewengan demokrasi secara jelas. menunjukkan penyelewengan demokrasi secara jelas. Jumlah peserta Pemilu dibatasi menjadi dua partai dari Jumlah peserta Pemilu dibatasi menjadi dua partai dari
satu golongan karya (Golkar). Kedua partai itu adalah satu golongan karya (Golkar). Kedua partai itu adalah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Partai-partai yang ada Demokrasi Indonesia (PDI). Partai-partai yang ada
dipaksa melakukan penggabungan (fusi) ke dalam dua dipaksa melakukan penggabungan (fusi) ke dalam dua
partai tersebut.
partai tersebut. Sementara mesin-mesin politik “Orde Sementara mesin-mesin politik “Orde
Baru” tergabung dalam Golkar. Hal ini diakomodasi dalam Baru” tergabung dalam Golkar. Hal ini diakomodasi dalam UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan
Karya.
Karya. Keadaan ini berlangsung terus dalam lima kali Keadaan ini berlangsung terus dalam lima kali Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar selalu keluar Dalam setiap Pemilu tersebut, Golkar selalu keluar
Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol
Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol
eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar
eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu besar
dianggap telah mematikan proses demokratisasi
dianggap telah mematikan proses demokratisasi
dalam bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif
dalam bernegara. DPR sebagai lembaga legislatif
yang diharapkan mampu menjalankan fungsi
yang diharapkan mampu menjalankan fungsi
penyeimbang (
penyeimbang (
checks and balances
checks and balances
) dalam
) dalam
prakteknya hanya sebagai pelengkap dan
prakteknya hanya sebagai pelengkap dan
penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan
penghias struktur ketatanegaraan yang ditujukan
hanya untuk memperkuat posisi presiden yang
hanya untuk memperkuat posisi presiden yang
saat itu dipegang oleh Soeharto.
DPR Hasil Pemilu 1999 (1999-2004)
DPR Hasil Pemilu 1999 (1999-2004)
DPR periode 1999-2004 merupakan DPR pertama yang terpilih DPR periode 1999-2004 merupakan DPR pertama yang terpilih
dalam masa “reformasi”. Setelah jatuhnya Soeharto pada dalam masa “reformasi”. Setelah jatuhnya Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998 yang kemudian digantikan oleh Wakil tanggal 21 Mei 1998 yang kemudian digantikan oleh Wakil
Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, masyarakat terus Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, masyarakat terus
mendesak agar Pemilu segera dilaksanakan. Desakan untuk mendesak agar Pemilu segera dilaksanakan. Desakan untuk
mempercepat Pemilu tersebut membuahkan hasil. mempercepat Pemilu tersebut membuahkan hasil.
Pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie, Pada 7 Juni 1999, atau 13 bulan masa kekuasaan Habibie,
Pemilu untuk memilih anggota legislatif kemudian Pemilu untuk memilih anggota legislatif kemudian
dilaksanakan. Pemilu ini dilaksanakan dengan terlebih dulu dilaksanakan. Pemilu ini dilaksanakan dengan terlebih dulu mengubah UU tentang Partai Politik (Parpol), UU Pemilihan mengubah UU tentang Partai Politik (Parpol), UU Pemilihan
Umum, dan UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, Umum, dan UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
dan DPRD (UU Susduk), dengan tujuan mengganti sistem dan DPRD (UU Susduk), dengan tujuan mengganti sistem
Pemilu ke arah yang lebih demokratis. Hasilnya, terpilih Pemilu ke arah yang lebih demokratis. Hasilnya, terpilih
Meski UU Pemilu, Parpol, dan Susduk sudah diganti, sistem dan Meski UU Pemilu, Parpol, dan Susduk sudah diganti, sistem dan
susunan pemerintahan yang digunakan masih sama sesuai
susunan pemerintahan yang digunakan masih sama sesuai
dengan UUD yang berlaku yaitu UUD 1945. MPR kemudian
dengan UUD yang berlaku yaitu UUD 1945. MPR kemudian
memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati
memilih Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati
Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Ada banyak kontroversi
Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Ada banyak kontroversi
dan sejarah baru yang mengiringi kerja DPR hasil Pemilu 1999 ini.
dan sejarah baru yang mengiringi kerja DPR hasil Pemilu 1999 ini.
PertamaPertama, untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala , untuk pertama kalinya proses pemberhentian kepala
negara dilakukan oleh DPR. Dengan dasar dugaan kasus korupsi
negara dilakukan oleh DPR. Dengan dasar dugaan kasus korupsi
di Badan Urusan Logistik (oleh media massa populer sebagai
di Badan Urusan Logistik (oleh media massa populer sebagai
“
“BuloggateBuloggate”), presiden yang menjabat ketika itu, Abdurrahman ”), presiden yang menjabat ketika itu, Abdurrahman Wahid, diberhentikan oleh MPR atas permintaan DPR. Dasarnya
Wahid, diberhentikan oleh MPR atas permintaan DPR. Dasarnya
adalah Ketatapan MPR No. III Tahun 1978. Abdurrahman Wahid
adalah Ketatapan MPR No. III Tahun 1978. Abdurrahman Wahid
kemudian digantikan oleh wakil presiden yang menjabat saat itu,
kemudian digantikan oleh wakil presiden yang menjabat saat itu,
Megawati Soekarnoputri.
KeduaKedua, DPR hasil Pemilu 1999, sebagai bagian dari MPR, telah , DPR hasil Pemilu 1999, sebagai bagian dari MPR, telah
berhasil melakukan amandemen terhadap UUD 1945 sebanyak
berhasil melakukan amandemen terhadap UUD 1945 sebanyak
empat kali yaitu pada tahun 1999, (pertama), 2000 (kedua), 2001
empat kali yaitu pada tahun 1999, (pertama), 2000 (kedua), 2001
(ketiga), dan 2002 (keempat). Meskipun hasil dari amandemen
(ketiga), dan 2002 (keempat). Meskipun hasil dari amandemen
tersebut masih dirasa belum ideal, namun ada beberapa
tersebut masih dirasa belum ideal, namun ada beberapa
perubahan penting yang terjadi. Dalam soal lembaga-lembaga
perubahan penting yang terjadi. Dalam soal lembaga-lembaga
negara, perubahan-perubahan penting tersebut di antaranya:
negara, perubahan-perubahan penting tersebut di antaranya:
lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), lahirnya sistem
lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), lahirnya sistem
pemilihan presiden langsung, dan lahirnya Mahkamah Konstitusi.
pemilihan presiden langsung, dan lahirnya Mahkamah Konstitusi.
KetigaKetiga, dari sisi jumlah UU yang dihasilkan, DPR periode 1999-, dari sisi jumlah UU yang dihasilkan, DPR periode
1999-2004 paling produktif sepanjang sejarah DPR di Indonesia
2004 paling produktif sepanjang sejarah DPR di Indonesia
dengan mengesahkan 175 RUU menjadi UU. Meski perlu dicatat
dengan mengesahkan 175 RUU menjadi UU. Meski perlu dicatat
pula bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan PSHK
pula bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan PSHK
tingginya kualitas ternyata tidak sebanding dengan kualitas
tingginya kualitas ternyata tidak sebanding dengan kualitas
(Susanti, dkk, 2004).
DPR Hasil Pemilu 2004 (2004-2009)
DPR Hasil Pemilu 2004 (2004-2009)
AAmandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada tahun mandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada tahun 1999-2002 membawa banyak implikasi ketatanegaraan yang
1999-2002 membawa banyak implikasi ketatanegaraan yang
kemudian diterapkan pada Pemilu tahun 2004. Beberapa
kemudian diterapkan pada Pemilu tahun 2004. Beberapa
perubahan tersebut yaitu perubahan sistem pemilihan lembaga
perubahan tersebut yaitu perubahan sistem pemilihan lembaga
legislatif (DPR dan DPD) dan adanya presiden yang dilakukan
legislatif (DPR dan DPD) dan adanya presiden yang dilakukan
secara langsung oleh rakyat.
secara langsung oleh rakyat.
Dalam Pemilu tahun 2004 ini, mulai dikenal secara resmi Dalam Pemilu tahun 2004 ini, mulai dikenal secara resmi
lembaga perwakilan rakyat baru yang bernama Dewan
lembaga perwakilan rakyat baru yang bernama Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan representasi dari
Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan representasi dari
jumlah penduduk sedangkan DPD merupakan representasi dari
jumlah penduduk sedangkan DPD merupakan representasi dari
wilayah.
wilayah. Implikasi lanjutannya adalah terjadi perubahan dalam Implikasi lanjutannya adalah terjadi perubahan dalam proses legislasi di negara ini.
proses legislasi di negara ini.
Idealnya, DPR dan DPD mampu bekerja bersama-sama dalam Idealnya, DPR dan DPD mampu bekerja bersama-sama dalam
merumuskan sebuah UU. Hanya saja karena cacatnya
merumuskan sebuah UU. Hanya saja karena cacatnya
amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945, relasi yang
amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945, relasi yang
muncul menjadi timpang. DPR memegang kekuasaan legislatif
muncul menjadi timpang. DPR memegang kekuasaan legislatif
yang lebih besar dan DPD hanya sebagai badan yang memberi
yang lebih besar dan DPD hanya sebagai badan yang memberi
pertimbangan kepada DPR dalam soal-soal tertentu.
MPR
Pasal 2 (1)****
ANGGOTA DPR
dipilih melalui pemilu
ANGGOTA DPD
dipilih melalui pemilu
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; 2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];
3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***]; 5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
Wewenang
BAB MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT I
I