• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PROSES PRODUKSI NATRIUM SILIKAT DARI LIMBAH SILIKA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PROSES PRODUKSI NATRIUM SILIKAT DARI LIMBAH SILIKA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KAJIAN PROSES PRODUKSI NATRIUM SILIKAT

DARI LIMBAH SILIKA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

DISUSUN OLEH :

RIA PUSPITASARI J 0731010023

PENDI SETIYAWAN 0731010035

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” JAWA TIMUR

(2)

KAJIAN PROSES PRODUKSI NATRIUM SILIKAT DARI LIMBAH SILIKA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Kimia

Oleh :

Ria Puspitasari J 0731010023

Pendi Setiyawan 0731010035

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(3)

SKRIPSI

KAJIAN PROSES PRODUKSI NATRIUM SILIKAT DARI LIMBAH SILIKA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

Oleh :

Ria Puspitasari J 0731010023

Pendi Setiyawan 0731010035

Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Dosen Penguji

Pada tanggal November 2011

Tim Penguji : 1.

Ir. Ketut Sumada, MT NIP. 19620118 198803 1001

Pembimbing : 1.

Ir. Retno Dewati, MT NIP.19600112 198703 2001 2.

Ir. Ely Kurniati, MT NIP. 19641018 199203 2001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah

memberikan rahmat, karunia, serta kekuatan, sehingga kami selaku penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul “Kajian Proses Produksi Natrium Silikat dari Limbah Silika Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi“.

Penelitian merupakan mata kuliah wajib dan diajukan sebagai usaha untuk

memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian program pendidikan Strata Satu

(S–1) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan petunjuk, pengalaman,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui tulisan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Retno Dewati, MT, selaku Kepala Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

sekaligus selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang telah memberikan

pencerahan dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Ir. Ketut Sumada, MS, selaku Dosen Penguji I Penelitian.

(5)

5. Kedua orang tua, kakak, dan adik tercinta, yang selalu dan tidak pernah

berhenti memberikan dukungan baik moral maupun spiritual selama

menyelesaikan penelitian ini.

6. Partner penelitian, Fendy Setiawan, dalam suka maupun duka, susah senang,

dengan susah payah akhirnya kita dapat menyelesaikan laporan skripsi ini

bersama-sama.

7. Special partner, yang selama ini tidak pernah berhenti memberi dukungan,

mendengar keluh kesah, menemani dalam susah maupun senang, serta banyak

membantu selama proses penelitian.

8. Diazzy Asmoro, Dheetta Arlindawati, atas masukan-masukannya demi

terselesaikannya penelitian ini serta seluruh angkatan 2007 yang tidak dapat

disebut satu persatu, atas dukungan dan batuannya.

Dalam menyusun penelitian ini, kami menyadari masih memiliki

kekurangan. Diharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian memicu kami

dalam penyempurnaan yang lebih baik. Semoga semua ini bermanfaat bagi

pengetahuan kita semua. Amin ya robbal alamin...

Surabaya, November 2011

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

INTI SARI ………...………... i

KATA PENGANTAR ………...………... ii

DAFTAR ISI ………...………... iv

DAFTAR TABEL ………...……….. vi

DAFTAR GAMBAR ………...………. vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ………...…….………..…….... 1

I.2 Tujuan Penelitian ...…...………...………..… 2

I.3 Manfaat Penelitian ……...…...………...……. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum…...………...………….. 3

II.1.1 Limbah Padat PLTPB………..…..…..…...…. 3

II.1.2 Natrium Silikat……….…...………... 4

II.1.3 Ekstraksi Padat Cair(Leaching)………….……... 5

II.1.4 Pengenceran………..………... 9

II.1.5 Asam Klorida... 10

II.1.6 Natrium Hidroksida... 10

(7)

II.2 Landasan Teori ……...………..………. 13

II.2.1 Reaksi Kimia………...…... 13

II.2.2 Faktor-Faktor Reaksi Kimia……… 16

II.3 Hipotesa …...……..………....… 18

BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bahan – Bahan yang Digunakan ..………....……….…... 19

III.2 Alat dan Rangkaian Alat ………...……... 19

III.3 Peubah …...……….. 21

III.4 Prosedur Penelitian ... 21

III.4.1 Skema Pemurnian Limbah Silika PLTPB……….. 23

III.4.2 Skema Pembuatan Natrium Silikat... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Bahan Baku (Limbah Silika PLTPB) ….…... 25

IV.2 Hasil Proses Pembuatan Natrium Silikat.………... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan .……...……….….…... 35

V.2 Saran ...………....……. 35

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Kualitas dari limbah padat………... 4

Tabel II.2 Kualitas Geothermal Brine PLTP………. 4

Tabel IV.1 Kandungan Logam berat dalam bahan baku awal……… 25

Tabel IV.2 Kandungan Pemurnian Silika dari Limbah PLTPB... 25

Tabel IV.2.1 Hasil Natrium Silika Volume Aquadest : 300 ml…………. 25

Tabel IV.2.2 Hasil Natrium Silika Volume Aquadest : 500 ml………. 25

Tabel IV.2.3 Besaran Luas Pori Volume Aquadest : 300 ml……….. 30

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gambar Natrium Silika……....…………... 5 Gambar III-2 Alat yang Digunakan……...…... 20 Gambar III-3 Alat Susuna Alat ……….………... 20 Gambar IV.3.1 Hubungan antara Berat NaOH dengan Natrium Silika pada konsentrasi pengenceran yang bervariasi(aquades 300ml).. 26

Gambar IV.3.2 Hubungan antara Berat NaOH dengan Natrium Silika pada konsentrasi pengenceran yang bervariasi(aquades 500ml).. 28

Gambar IV.3.3 Hubungan antara Berat NaOH dengan Luas Pori pada konsentrasi pengenceran yang bervariasi(aquades 300ml). 30

(10)

 

INTISARI

Limbah padat dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi,memiliki berbagai

kandungan salah satu adalah silika. Dimana kandungan silika dalam limbah ini cukup besar

dari analisa awal kandungan silika dalam limbah sebesar 61,34%. Proses yang digunakan

adalah ekstraksi padat-cair. Tujuan dari penelitian ini mengkaji produksi Natrium Silikat dari

limbah silika dengan proses reaksi kimia

Sebelum proses penelitian, dilakukan terlebih dahulu pemurnian bahan baku yaitu

dengan proses ekstraksi padat cair atau leaching menggunakan larutan HCl 5% sebanyak 1

liter untuk menghilangkan kotoran dan menghilangkan impurities lainnya seperti Fe2O3,

Na2O, K2O lainnya sehingga diperoleh SiO2 . Kemudian SiO2 dijadikan sebagai bahan baku

pembuatan Natrium Silikat yang dikenal sebagai Silika Powder. Dalam penelitian ini

digunakan kondisi tetap yaitu Silika Powder seberat 60 gram, suhu reaksi 100oC, waktu

pemanasan 30 menit. Sedangkan untuk kondisi yang dijalankan NaOH sebagai Pelarut

dengan konsentrasi 133,5 ; 166,5 ; 200 ; 233,5 ; 266,5 gr/liter pada aquadest sebesar 300 dan

80 ; 100 ; 120 ; 140 ; 160 gr/liter pada aquadest sebesar 500 ml dan pengenceran dengan

perbandingan larutan natrium silikat dengan air : 1:1 , 1:2 , 1:3 , 1:4 , 1:5.

Kondisi terbaik pada proses pembuatan Natrium Silikat dari limbah padat PLTPB

diperoleh 30,670 gr pada kondisi dengan menambhakan larutan NaOH pada konsentrasi

233,5 gr/liter aquadest 300ml pada filtrat.Dari hasil yang diperoleh faktor yang berpengaruh

adalah berdasarkan reaksi yang terjadi selama proses yaitu penambahan Aquadest dan

(11)

Pendahuluan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) merupakan pembangkit

listrik energi terbarukan yang memberikan dampak positif dari pembangunan dan

ekonomi nasional. Kendala yang terjadi dalam operasi PLTPB ini adalah adanya limbah

yang dikenal dengan cairan panas bumi (geothermal brine) yang mengandung silika dan

impuritis lainnya yang dapat menyebabkan terbentuknya kerak dalam sistem perpipaan

sehingga menyebabkan pencemaran pada lingkungan akibat air limbahnya.

Dalam rangka mewujudkan industri berwawasan lingkungan, perlu dilakukan

suatu usaha untuk mengelola limbah tersebut agar tidak mengakibatkan pencemaran

lingkungan serta dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi sektor industri

lainnya, salah satunya adalah memproduksi Natrium Silikat.

Natrium Silikat banyak dibutuhkan di industri, terutama untuk bahan perekat,

bahan pembuatan sabun dan detergent, serta bahan pembantu pada industri tekstil dan

kertas, bahan baku pembuatan beton, semen dan absorben,

Usaha untuk memanfaatkan limbah PLTPB menjadi Natrium silikat belum

banyak dilakukan. Salah satunya Megasari (2007) meneliti pembuatan Natrium silikat

dari abu sekam padi dengan larutan natrium karbonat dengan temperatur yang tinggi

sehingga tidak efisien dalam penggunaan energi. Dan juga Iswari (2005) dengan larutan

(12)

Pendahuluan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

Pada penelitian ini limbah diperoleh dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi Dieng, Wonosobo. Yang memiliki kandungan silika cukup besar dibanding

kandungan silika dalam geothermal brine dari berbagai wilayah di dunia.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk Natrium Silikat dari

limbah Silika Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

1.3 Manfaat Penelitian

1. Dapat mempelajari pengaruh konsentrasi pelarut NaOH terhadap kualitas produksi

2. Dapat menghasilkan Natrium Silikat dari limbah padat silika

3. Dapat meningkatkan nilai ekonomi pada limbah padat silika dari Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTPB)

4. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah Pembangkit Listrik Tenaga

(13)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Teori Umum

II.1.1 Limbah Padat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Limbah padat dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi berupa

padatan keras, dimana terbentuk karena air limbah dari Pembangkit Listrik tenaga

Panas Bumi yang ditampung mengalami pengendapan sehingga terbentuk padatan yang

keras. Limbah padat dari industri ini, memiliki berbagai kandungan salah satunya

adalah silika. Dimana kandungan silika dari limbah padat ini mempunyai unsur kadar

yang tinggi.

Di Indonesia penelitian tentang produksi Natrium Silikat (Na2SiO3)

dari limbah padat geothermal brine menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi

maupun dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah tersebut masih sedikit

dan belum banyak dilakukan penelitian .

Kajian pemurnian limbah padat silica menggunakan air dan HCl yang

dilakukan Muljani dkk, menunjukkan bahwa HCl sebagai pelarut dapat menghilangkan

kotoran impurities hingga diperoleh kadar silica > 88%. Hasil pembakaran pada suhu

700oC menunjukkan peningkatan kualitas silica hingga mencapai >92%

(14)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

Tabel II. 1. Kualitas dari limbah padat :

No Parameter Kadar (%)

1 SiO2 61,34

2 Fe2O3 19,66

3 Na2O 12,13

4 K2O 6,87

Sumber : Laboratory test result BPKI Surabaya, 2011

Tabel II. 2 Kualitas Geothermal Brine PLTPB

.

Sumber : (Srie Muljani, 2008)

II.1.2 Natrium Silikat (Na2SiO3)

Natrium silikat adalah nama umum untuk senyawa natrium metasilikat,

(Na2SiO3), juga dikenal sebagai water glass. Ini tersedia dalam larutan dan dalam

bentuk padat dan digunakan dalam semen, proteksi kebakaran pasif. refraktori, tekstil

dan pengolahan kayu, dan mobil. Natrium Hidroksida dan silikon dioksid bereaksi

ketika cair untuk membentuk natrium silikat dan air.

Parameter Konsentrasi Mg/L

Parameter Konsentrasi Mg/l

TDS 20946 HNO3 100

pH 5.67 Cl 11650

Na 6057.8 SO4 13.3

K 8756.42 F 0.92

Ca 287.55 B 244.94

Mg 1127.55 SiO4 746.7

(15)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

SiO

2

+ 2NaOH

Na

2

SiO

3

+ H

2

O

Gambar II.1 Natrium Silikat

Sifat – sifat Fisik Natrium Silikat :

 Bentuk : padatan (gel)

 pH : ± 11,3

 Densitas : 2,4 g/cm3

 Warna : Putih  Titik Leleh : 1088 °C

 Rumus kimia : Na2SiO3

 Larut dalam air : Larut

(http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_silicate)

Beberapa peneliti telah melakukan pembuatan Natrium Silikat (Na2SiO3)

dari berbagai macam bahan baku. Seperti yang sudah dilakukan oleh Farmawati

Lindung (1998) yaitu pembuatan Natrium Silikat dari kulit buah durian, yang

(16)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

menjadi natrium silikat (Na2SiO3) dan menentukan rasio reaktan yang terbaik untuk

pembuatan natrium silikat. Dalam penelitian oleh Farmawati Lindung (1998)

dilakukan pembakaran kulit durian pada tungku pembakaran di udara terbuka untuk

memperoleh arang dan dilanjutkan dengan pengabuan dalam tanur pada suhu 1100oC

selama satu jam. Abu yang diperoleh ditambah NaOH yang divariasikan (5; 5,5; dan

6) gram kemudian masukkan dalam tanur pada suhu yang divariasikan (700, 800, 900,

1000, dan 1100) oC selama 30 menit sehingga diperoleh natrium silikat. Pembakaran

kulit durian menghasilkan 2,054% abu yang mangandung silika. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jenis reaktan yang terbaik untuk pembuatan natrium silikat dari

kulit durian adalah NaOH pada suhu 1000oC dengan kadar natrium silikat yang

diperoleh sebesar 83,13% pada penambahan 6 gram NaOH.

(Farmawati Lindung, 1998)

Iswari (2005) juga telah memproduksi natrium silikat dari abu sekam padi

dengan menambahkan NaOH. Hasilnya diketahui bahwa ekstraksi silika dari abu

sekam padi menggunakan NaOH membutuhkan temperatur yang sama dengan titik

didih air yaitu 100oC.

II.1.3 Ekstraksi Padat-Cair

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari

padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik

karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa

(17)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan

diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga

digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.

Penggunaan operasi leaching banyak dijumpai pada industri-industri logam.

Leaching diterapkan untuk memisahkan campuran mineral-mineral yang terdapat

dalam konstituen yang tidak diinginkan. Leaching memegang peranan penting dalam

proses logam seperti aluminium, kobalt, mangan, nikel dan seng. Misalnya mineral

tembaga dipisahkan dari bijinya dengan pelarut asam sulfat atau larutan ammoniakal

dan emas dipisahkan dari bijinya dengan menggunakan larutan sodium sianida.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam proses leaching :

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan

kontak antara partikel dengan liquida, akibatnya akan memperbesar rate transfer

material, disamping itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi jarak partikel

yang sangat halus akan membuat tidak efektiv bila sirkulasi proses tidak dijalan

disamping itu juga akan mempersulit drainage residu.

Ukuran Limbah padat dapat di buat seragam dengan ukuran lolos yang

sudah di tentukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Srie

Muljani,(2010) ukuran limbah padat dibuat seragam dengan ukuran lolos sebesar

30-60 mesh.

(18)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika 2. Jenis Solvent / tingkat kelarutan solvent

Dasar pemilihan solvent adalah kemampuan daya larutnya terhadap

komponen yang akan dipisahkan, sedangkan syarat solvent adalah tidak bereaksi

secara kimia terhadap komponen tersebut dan pelarut dengan viskositas yang

sangat rendah sehingga sirkulasi dapat terjadi. Solvent yang digunakan adalah

solvent yang mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi.

Pemilihan NaOH dalam penelitian ini berdasarkan titik leleh NaOH

318 oC yang lebih rendah daripada pelarut lainnya sehingga memudahkan

pembentukan natrium silikat pada temperature yang tidak terlalu tinggi

(Imami,2008)

3. Suhu Operasi

Kecepatan reaksi meningkat (berbanding lurus) dengan kenaikan

temperatur, tetapi harus diperhatikan bahwa pada suhu tertentu bahan yang akan

dipisahkan dapat rusak.

Beberapa penelitian tentang natrium silikat Iswari(2005) telah

memproduksi Natrium Silikat dari abu sekam padi dengan menambahkan NaOH

dan HCl. Hasilnya diketahui bahwa ekstraksi silica dari abu sekam padi

menggunakan NaOH membutuhkan temperature 100oC.

(Iswari,2005)

4. Pengadukan

Secara umum pengadukan bertujuan untuk mendistribusikan suatu larutan

(19)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

Pada proses produksi silica white powder yang telah dilakukan oleh Srie Muljani

(2010) pencucian dilaksanakan pada tangki berpengaduk “ Flokulator”. Dengan

kecepatan putaran pengadukan 100 rpm

(Srie Muljani,2010)

5. Waktu ekstraksi

Faktor waktu juga mempengaruhi dalam proses ekstraksi. Semakin lama

waktu ekstraksi yang dijalankan maka kelarutan solid terhadap solvent semakin

lama sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimum.

Pada penelitian” Kajian Produksi Silica White Powder da K-Na Silicates

dari Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi” waktu reaksi ditetapkan 30

menit.

(Srie Muljani,2010)

II.1.4 Pengenceran

Pada umumnya larutan dalam bentuk pekat konsentrasinya tinggi . Untuk

memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah biasanya dilakukan

pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquades ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquades ini mengakibatkan konsentrasi berubah

dan volume bertambah tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.

Dalam penelitian ini tujuan dilakukan pengenceran adalah mengurangi

kepekatan larutan Natrium Silikat sesuai dengan volume aquades yang

ditambahkan. Dengan kata lain, pengenceran dimaksudkan untuk mengubah

(20)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

II.1.5 Asam Klorida (HCl)

Pada suhu kamar, HCl adalah gas tidak berwarna yang membentuk kabut

ketika melakukan kontak dengan kelembaban udara.

Sifat – sifat kimia dan fisika HCl (Arthur & Ross, 1950)

 Bentuk : Liquid

 Warna : Jernih atau kuning

 Melting point : -15,35 oC  Titik didih : ˜

 Rumus kimia : HCl

 Berat Molekul : 36,47

Kegunaan dari asam klorida (HCl) adalah :

a. Sebagai katalis

b. HCl merupakan asam anorganik dan termasuk asam kuat

II.1.6 Natrium Hidroksida (NaOH) 

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda

kaustik atau sodium hidroksida, digunakan di berbagai macam bidang industri,

kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur

kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida

adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam

(21)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

Bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara

bebas, sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.

Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Sifat – sifat kimia dan fisika NaOH

 Bentuk : Padatan atau serpihan

 Warna : Putih

 Titik Leleh : 318 °C  Titik didih : 1390 °C

 Rumus kimia : NaOH

 Berat Molekul : 39,9971 g/mol

II.1.7 Luas Pori (Porositas)

Merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Secara

definitive porositas merupakan perbandingan antara volume ruang-ruang kosong

dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan.

a. Porositas Primer

Merupakan porositas awal yang terbentuk pada saat terjadinya batuan

tersebut, serta adanya ruang-ruang pori sehingga dapat menampung dan

menyerap fluida.

b. Porositas Sekunder

Merupakan ruang-ruang atau pori yang dapat menyerap air atau

(22)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

juga diartikan porositas yang terbentuk akibat adanya suatu proses geologi

setelah batuan sedimen tersebut diendapkan. Dalam hal ini baik bentuk,

ukuran, letak maupun hubungan antar pori sudah tidak ada hubungannya

dengan proses terbentuknya batuan asal.

c. Porositas Bersambung

Merupakan porositas yang saling berhubungan dan membentuk jalur pada

ruang porinya sehingga dapat memberikan aliran pada fluida dengan batasan

tertentu.

d. Porositas Potensial

Merupakan porositas yang dapat memberikan aliran pada fluida pada

batasan tertentu tergantung dari ukuran pori.

e. Porositas Efektif

Merupakan porositas yang dapat memberikan aliran bagi fluida bebas

bukan merupakan porositas yang bersambung.

Faktor – faktor yang mempengaruhi porositas :

 Bentuk dan ukuran butir

Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin

kecil pula dan sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk

juga semakin besar.

Sorting/Pemilahan

Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan

(23)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

akan menempati rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya

porositasnya rendah.

Packing/susunan butir

Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir juga sama sehingga

memiliki porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk yang tidak

beraturan atau tidak sama.

II. 2 Landasan Teori II.2.1 Reaksi Kimia

 Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat

dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan

dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang

biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Reaksi-reaksi kimia yang

berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk

senyawa yang diinginkan. Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan

reaksi kimia. Persamaan reaksi terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari

reaktan di sebelah kiri dan produk di sebelah kanan. Persamaan kimia haruslah

seimbang, sesuai dengan stoikiometri, jumlah atom tiap unsur di sebelah kiri

harus sama dengan jumlah atom tiap unsur di sebelah kanan. Penyeimbangan ini

(24)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

(dilambangkan dengan A, B, C dan D di diagram skema di bawah) dengan angka

kecil (a, b, c dan d) di depannya

Jenis – jenis reaksi kimia :

a. Pembakaran.

Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan

oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.

b. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks

terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).

c. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat - zat yang lebih

sederhana

d. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur pindahan

unsur lain dalam suatu senyawa.

e. Metatesis (pemindahan) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua

reaksi.

(Ralph H. Petrucci, 1989)

Pada penelitian ini, pembentukan Natrium silikat dapat diperoleh dengan

mereaksikan silika powder hasil limbah silika Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi

(25)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

menggunakan pelarut Natrium Hidroksida, karena diketahui silika memiliki kelarutan

yang rendah (Ishizaki,1998).

Dengan demikian, sangat memungkinkan untuk memperoleh silika yang optimal

jika pelarutnya adalah pelarut Natrium Hidroksida. Hasil yang diperoleh berupa padatan

putih natrium silikat yang sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh Imami (2008).

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Scott (1993), apabila NaOH

direaksikan dengan silika akan menghasilkan natrium silikat, reaksinya sebagai berikut :

SiO2(padat) + 2 NaOH(larutan) Na2SiO3(larutan) + H2O(cair)

Misalkan:

SiO2(padat) + 2 NaOH(larutan) Na2SiO3(larutan) + H2O(cair)

(26)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

Dari reaksi diatas diketahui dalam 60 gram SiO2 kadar silika murni sebesar 78%, berat

NaOH 40gram dan Aquadest 300ml sehingga perhitungan stochiometrinya sebagai

berikut :

SiO2 yang bereaksi =78,53 / 100 x 60 gram = 50 gram

Konsentrasi NaOH = 40gram / 0,3liter = 133,5 gr/liter

Dengan demikian diperoleh dalam 300ml larutan Natrium Silikat terdapat SiO2 50 gram

dan NaOH dengan konsentrasi 133,5 gr/liter.

II.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Reaksi Kimia:

1. Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh ukuran partikel/zat.

Semakin luas permukaan maka semakin banyak tempat bersentuhan untuk

berlangsungnya reaksi. Luas permukaan zat dapat dicapai dengan cara

memperkecil ukuran zat tersebut

2. Kecepatan Reaksi dipengaruhi oleh suhu.

Semakin tinggi suhu reaksi, kecepatan reaksi juga akan makin meningkat sesuai

dengan teori Arhenius.

3. Sifat Zat Yang Bereaksi

Secara umum dinyatakan bahwa :

a. Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.

Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang

(27)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq) CaCO3(s)

Reaksi ini berlangsung dengan cepat.

b. Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.

Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut

dibutuhkan energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat

dalam molekul zat yang bereaksi.

Contoh : CH4(g) + Cl2(g) CH3Cl(g) + HCl(g)

Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi

(28)

Tinjauan

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

II. 3 Hipotesa

Proses produksi Natrium Silikat dapat dilakukan dengan proses reaksi

kimia, yang dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH serta volume pengenceran pada

filtrate dan endapan. Sehingga dapat diketahui berapa hasil produk Natrium

(29)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. 1 Bahan-Bahan yang Digunakan

1. Limbah padatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB)

2. Larutan NaOH

3. Larutan HCl 1 N

4. Aquadest

III. 2 Alat yang Digunakan 1. Beaker glass

2. Pipet

3. Gelas ukur

4. Kertas Saring

5. Erlenmeyer

6. Kompor listrik

7. Pengaduk

8. Oven

9. Biuret

10.Klep dan statif

(30)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

III. 3.1 Susunan Alat

Keterangan :

1. Thermometer

2. Beaker glass

3. Kompor listrik

4. Klep dan statif

 

Flocumatic

 

Oven

 

Kompor Listrik

 

Biuret

1

2

(31)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

III. 3 Variabel

1. Variabel Tetap

a. Suhu reaksi : 100oC

b. Berat bahan (Silika Powder) : 60 gram

c. Waktu pemanasan : 30 menit

d. Kecepatan pengadukan : 100 rpm

2. Variabel Peubah

a. Konsentrasi NaOH

1. Aquadest 300ml : 133.5 , 166.5 , 200 , 233.5 , 266.5 gr/liter

2. Aquadest 500ml : 80 , 100 , 120 , 140 ,160 gr/liter

b. Pengenceran pada filtrat dan endapan

: 1:1 , 1:2 , 1:3 , 1:4 , 1:5 ml

III. 4 Prosedur Penelitian

a. Pemurnian Silika dari limbah padat PLTPB

1. Limbah padat PLTPB ditumbuk dan di ayak dengan ukuran 40 mesh.

2. Ambil padatan yang sudah menjadi powder sebanyak 200gr

3. Pengendapan di lakukan selama ± 24 jam dengan menambahkan HCl 5%

sebanyak 1 liter

4. Pemisahan antara filtrate dan endapan dengan cara di saring

(32)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika b. Proses produksi Natrium Silikat

1. Pelarut NaOH dilarutkan kedalam 300 ml aquadest,dipanaskan pada suhu

100oC

2. Campur 60gr bahan baku (silica powder) kedalam larutan NaOH yang

dipanaskan pada suhu 100oC selama 30 menit dengan melakukan pengadukan

3. Proses pendinginan larutan

4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring

5. Filtrat dan Endapan di pisahkan

6. Masing-masing filtrat maupun endapan diencerkan menurut variabel peubah

pengenceran yang telah ditentukan.

7. Titrasi filtrat dan endapan yang diperoleh dengan HCl 1N sampai membentuk

gel

8. Cuci gel yang sudah terbentuk dengan aqudest

9. Di endapkan ±24 jam dan disaring

10.Keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 100oC

(33)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

III.4.1 Skema Pemurnian Silika dari Limbah padatan PLTPB

Analisa Dikeringkan Filtrat Endapan

Bahan baku berupa limbah padat ditumbuk dan diayak ukuran 100 mesh

Ditimbang 200 gram

Pengendapan ± 24 jam

Pemisahan HCL 5%

(34)

Pelaksanaan

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

III.4.2 Skema Proses Produksi Natrium Silikat

PRODUK Aquadest 300 ml

Disaring dengan kertas saring Dipanaskan dengan suhu 100oC

Didiamkan selama ± 24 jam Titrasi dengan HCl 1 N sampai

membentuk gel sambil diaduk

Endapan

Filtrat

NaOH 40 gr

Larutan silika yang sudah membentuk padatan gel dicuci dengan aquadest

Titrasi HCl 1 N sampai membentuk gel sambil diaduk

Didiamkan selama ± 24 jam

ANALISA

Dikeringkan Dikeringkan Didinginkan

PRODUK Silica powder

60gr

Larutan silika yang sudah membentuk padatan gel dicuci dengan aquadest Diencerkan dengan aquadest

(1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5)

(35)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Analisa Bahan Baku

Berdasarkan bahan baku yang diperoleh dari PLTP Dieng Wonosobo, di

[image:35.595.173.422.297.417.2]

dapatkan hasil analisa awal untuk SiO2, Fe2O3, K2O dan Na2O adalah sebagai berikut :

Tabel IV.1.1 : Kandungan Logam berat dalam bahan baku awal

Sampel Parameter Hasil Uji (%) Powder SiO2 61,34

Limbah Fe2O3 19,66

Padat Na2O 12,13

PLTPB K2O 6,87

Tabel IV.1.2 : Kandungan Pemurnian Silika dari Limbah PLTPB

Parameter Hasil Uji (%)

SiO2 78,53

Fe2O3 11,28

Na2O 7,88

K2O 2,31

IV.2 Hasil Kajian Proses Produksi Natrium Silikat dari Limbah PLTPB

Proses Produksi Natrium Silikat dengan pelarut NaOH dilakukan berbagai variasi

seperti perbandingan berat NaOH terhadap aquadest dan perbandingan volume pengenceran.

[image:35.595.178.418.458.578.2]
(36)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

IV.2.1 Volume Aquadest : 300 ml

Na2SiO3 pada Filtrat ( gr )

No. NaOH

(gr/lt) ( 1 : 1 ) ( 1 : 2 ) ( 1 : 3 ) ( 1 : 4 ) ( 1 : 5 ) 1. 133,5 21,630 21,710 21,730 21,230 20,530 2. 166,5 24,554 24,604 24,644 24,244 23,744 3. 200 28,257 28,327 28,407 27,807 27,407 4. 233,5 30,560 30,640 30,670 30,370 30,270 5. 266,5 26,600 26,640 26,650 26,450 25,650

Na2SiO3 pada Endapan ( gr )

No. NaOH

[image:36.595.81.523.104.548.2]

(gr/lt) ( 1 : 1 ) ( 1 : 2 ) ( 1 : 3 ) ( 1 : 4 ) ( 1 : 5 ) 1. 133,5 25,230 25,310 25,330 24,830 24,130 2. 166,5 27,663 27,713 27,753 27,353 26,853 3. 200 30,900 30,970 31,050 30,450 30,050 4. 233,5 32,903 32,983 33,013 32,713 32,613 5. 266,5 28,950 28,990 29,000 28,800 28,000

Gambar IV.3.1 Hubungan antara Konsentrasi NaOH (gr/lt) dengan Na2SiO3 (gr)

pada pengenceran yang bervariasi (Aquadest 300 ml)

Berdasarkan hasil penelitian Kajian Produksi Natrium Silikat dari Limbah Silika

PLTPB dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut yang ditunjukan pada Gambar IV.3.1

(37)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

perbandingan pengenceran 1:3 dengan konsentrasi NaOH 233,5gr/lt dan jumlah Natrium

Silikat tertinggi pada endapan 33,013 gr yang terdapat pada perbandingan pengenceran 1:3

dengan konsentrasi NaOH 233,5gr/lt . Sedangkan jumlah Natrium Silikat terendah pada

filtrat 20,530gr dan jumlah Natrium Silikat terendah pada endapan 24,130 gr terdapat pada

perbandingan pengenceran 1:5 dengan konsentrasi NaOH 133,5gr/lt

Pada perbandingan 1:1 , 1:2 dan 1:4 rata-rata jumlah Natrium Silikat pada filtrat

diperoleh 26,242 gr Sedangkan pada endapan perbandingan 1:1 , 1:2 dan 1:4 rata-rata

jumlah Natrium Silikat diperoleh 29,051gr.

Dari data diatas jumlah Natrium Silikat tertinggi terdapat pada endapan. Keadaan ini

dipengaruhi oleh perbedaan jumlah NaOH, Volume Aquadest dan Volum Pengenceran yang

berpengaruh terhadap penambahan HCL dengan konsentrasi 1 N pada saat pembentukan gel

(38)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

IV.2.2 Volume Aquadest : 500 ml

Na2SiO3 pada Filtrat ( gr )

No. NaOH

(gr/lt) ( 1 : 1 ) ( 1 : 2 ) ( 1 : 3 ) ( 1 : 4 ) ( 1 : 5 ) 1. 133,5 17,195 17,533 17,870 17,383 16,895 2. 166,5 17,895 17,787 17,678 18,327 18,976 3. 200 21,860 21,975 22,090 21,584 21,077 4. 233,5 20,920 21,504 21,978 21,495 20,802 5. 266,5 21,510 21,748 21,985 21,387 20,789

Na2SiO3 pada Endapan ( gr )

No. NaOH

[image:38.595.75.541.103.556.2]

(gr/lt) ( 1 : 1 ) ( 1 : 2 ) ( 1 : 3 ) ( 1 : 4 ) ( 1 : 5 ) 1. 133,5 16,398 16,448 16,498 16,398 16,298 2. 166,5 17,985 18,1365 18,288 17,838 17,388 3. 200 20,152 20,5735 20,995 20,433 19,870 4. 233,5 20,015 20,5005 20,267 20,235 19,780 5. 266,5 19,998 19,876 19,799 19,683 19,567

Gambar IV.3.2 Hubungan antara Konsentrasi NaOH (gr/lt) dengan Na2SiO3 (gr)

pada pengenceran yang bervariasi (Aquadest 500 ml

Berdasarkan hasil penelitian Kajian Produksi Natrium Silikat dari Limbah Silika

PLTPB dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut yang ditunjukan pada Gambar IV.3.2

(39)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

perbandingan pengenceran 1:3 dengan konsentrasi NaOH 120 gr/lt dan jumlah Natrium

Silikat tertinggi pada endapan 20,995 gr yang terdapat pada perbandingan pengenceran 1:3

dengan konsentrasi NaOH 120 gr/lt . Sedangkan jumlah Natrium Silikat terendah pada

filtrat 16,895 gr terdapat pada perbandingan pengenceran 1:5 dengan konsentrasi NaOH

80 gr/lt dan jumlah Natrium Silikat terendah pada endapan 16,298 gr terdapat pada

perbandingan pengenceran 1:5 dengan konsentrasi NaOH 80gr/lt. Pada perbandingan 1:1,

1:2 dan 1:4 rata-rata jumlah Natrium Silikat pada filtrat diperoleh 20,007 gr Sedangkan pada

endapan perbandingan 1:1 , 1:2 dan 1:4 rata-rata jumlah Natrium Silikat diperoleh 18,978gr.

Dari data diatas jumlah Natrium Silikat tertinggi terdapat pada endapan. Keadaan ini

dipengaruhi oleh perbedaan jumlah NaOH, Volume Aquadest dan Volum Pengenceran yang

berpengaruh terhadap penambahan HCL dengan konsentrasi 1 N pada saat pembentukan gel

(40)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

IV.2.3 Volume Aquadest : 300 ml

Luas Pori pada Filtrat (m2/gr) Luas Pori pada Endapan (m2/gr) No. NaOH

(gr/lt) (1:1) ( 1:2) (1:3) (1:4) (1:5) (1:1) (1:2) (1:3) (1:4) (1:5) 1. 133,5 0,318 0,310 0,320 0,312 0,304 0,462 0,455 0,465 0,457 0,449 2. 166,5 0,351 0,347 0,355 0,351 0,347 0,464 0,457 0,465 0,461 0,457

3. 200 0,412 0,409 0,420 0,417 0,414 0,483 0,479 0,490 0,487 0,484

[image:40.595.66.557.93.432.2]

4. 233,5 0,422 0,418 0,425 0,421 0,417 0,503 0,510 0,515 0,511 0,507 5. 266,5 0,414 0,411 0,415 0,412 0,409 0,509 0,497 0,510 0,507 0,504

Gambar IV.3.3 Hubungan antara Konsentrasi NaOH (gr/lt) dengan Luas Pori (m2/gr) pada pengenceran yang bervariasi (Aquadest 300 ml)

Berdasarkan hasil penelitian Kajian Produksi Natrium Silikat dari Limbah Silika

PLTPB dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut yang ditunjukan pada Gambar IV.3.3

diperoleh besaran luas pori pada filtrat tertinggi 0,425 m2/gr dan besaran luas pori pada

endapan tertinggi 0,515 m2/gr yang terdapat pada perbandingan pengenceran 1:3 dengan

konsentrasi NaOH 233,5 gr/lt. Sedangkan nilai besaran luas pori pada filtrat terendah 0,304

m2/gr dan pada endapan terendah 0,449 m2/gr terdapat pada perbandingan pengenceran 1:5

(41)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

luas pori pada filtrat diperoleh 0,381 m2/gr Sedangkan pada endapan perbandingan 1:1 , 1:2

dan 1:4 rata-rata besaran luas pori diperoleh 0,487 m2/gr.

Dari data diatas kualitas besaran luas pori tertinggi terdapat pada endapan. Keadaan ini

dipengaruhi oleh perbedaan jumlah NaOH, Volume Aquadest dan Volum Pengenceran yang

berpengaruh terhadap penambahan HCL dengan konsentrasi 1 N pada saat pembentukan gel

(42)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

IV.2.4 Volume Aquadest : 500 ml

Luas Pori pada Filtrat (m2/gr) Luas Pori pada Endapan (m2/gr) No. NaOH

[image:42.595.64.543.264.448.2]

(gr/lt) (1:1) (1:2) (1:3) (1:4) (1:5) (1:1) (1:2) (1:3) (1:4) (1:5) 1. 80 0,447 0,434 0,450 0,442 0,440 0,457 0,430 0,460 0,452 0,444 2. 100 0,465 0,462 0,470 0,466 0,462 0,470 0,465 0,470 0,475 0,471 3. 120 0,506 0,503 0,510 0,506 0,502 0,506 0,503 0,508 0,506 0,502 4. 140 0,488 0,484 0,495 0,492 0,489 0,493 0,505 0,500 0,497 0,499 5. 160 0,502 0,501 0,505 0,502 0,499 0,514 0,511 0,515 0,512 0,509

Gambar IV.3.4 Hubungan antara Konsentrasi NaOH dengan Luas Pori (m2/gr) pada pengenceran yang bervariasi (Aquadest 500 ml)

Berdasarkan hasil penelitian Kajian Produksi Natrium Silikat dari Limbah

Silika PLTPB dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut yang ditunjukan pada Gambar

IV.3.4 diperoleh besaran luas pori pada filtrat tertinggi 0,510 m2/gr yang terdapat pada

perbandingan pengenceran 1:3 dengan konsentrasi NaOH 120 gr/lt dan besaran luas pori

pada endapan tertinggi 0,508 m2/gr yang terdapat pada perbandingan pengenceran 1:3

(43)

Hasil dan Pembahasan

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

0,434m2/gr terdapat pada perbandingan 1:2 dengan konsentrasi NaOH 80 gr/lt dan pada

endapan terendah 0,430 m2/gr terdapat pada perbandingan pengenceran 1:2 dengan

konsentrasi NaOH 80 gr/lt

Pada perbandingan 1:1,1:4 dan 1:5 rata-rata besaran luas pori pada filtrat diperoleh

0,480 m2/gr Sedangkan pada endapan perbandingan 1:1 , 1:4 dan 1:5 rata-rata besaran luas

pori diperoleh 0,487 m2/gr.

Dari data diatas kualitas besaran luas pori tertinggi terdapat pada endapan. Keadaan ini

dipengaruhi oleh perbedaan jumlah NaOH, Volume Aquadest dan Volum Pengenceran yang

berpengaruh terhadap penambahan HCL dengan konsentrasi 1 N pada saat pembentukan gel

(44)

Kesimpulan dan Sar an

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

VI. 1 Kesimpulan

 Proses produksi Natrium Silikat dapat dilakukan dengan proses reaksi kimia

dengan menggunakan NaOH sebagai pelarut.  

 Hasil pencucian dengan menggunakan HCl dapat meningkatkan kadar silika

pada bahan baku 

 Hasil Produk Natrium Silikat tertinggi diperoleh sebesar 33,013 gr pada filtrat

dengan kondisi perbandingan pengenceran endapan dengan aquadest 1:3 ml

pada konsentrasi NaOH 233,5 gr/lt  

 Luas pori terbaik diperoleh sebesar 0,515 m2/gr pada endapan dengan kondisi

perbandingan pengenceran endapan dengan aquadest 1:3 ml pada konsentrasi

NaOH 233,5 gr/lt 

 Konsentrasi NaOH terbaik terdapat pada konsentrasi 233,5 gr/lt 

 

VI. 2 Saran

 Diharapkan dalam penelitian selanjutnya perubahan variabel yang dijalankan

lebih variatif

 Penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji suhu terhadap reaksi kimia

(45)

Wakt u

Penelit ian

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

BAB VI

WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan sekitar 6 bulan dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2011.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Pabrik Program Studi

Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “.

Adapun jadwal kegiatan penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut di bawah ini :

Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan (per minggu)

Mei Juni Juli Agustus Sept Okt    Uraian

Kegiatan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan alat

dan bahan                            Proses

pemurnian Silika                           

Proses pembuatan

Natrium Silikat                            Analisa Hasil

                           Pembuatan

Laporan                           

(46)

Daft ar

Pust aka

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika

DAFTAR PUSTAKA

Agus

Prastiyanto, 2009, “Adsorpsi Gel Silika dari Kaca”, Penelitian, Program Studi Kimia Universitas Diponegoro Jawa Tengah, Semarang.

Keenan, Kleinfelter, Wood, 1992, “Kimia untuk Universitas”, Jilid II, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta

Kirk, Othmer, 1982,” Encyclopedia of Chemical Technologi”, edisi 3, Vol.20 hal 749-765,John Wiley and Sons,inc, Taiwan, RRC

Pablo Gutierrez, William B, Bruton C, and Funds,2002, “Co-production of Silica from Geothermal Fluid”, CEC kick-off meeting, United States

Perry, R.H, 1999, “Chemical Enginering Hand Book” ,7th edition, Mc Graw-Hill Book, Kogakuha, ltd, Tokyo

Srie Muljani, 2010, “Kinetika Koagulasi dan Recovery Silika dari Geothermal Brine Dieng Menggunakan Orthophosphat”, Proposal Disertasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Sriyanti, Taslimah, 2000, “Sintesis Bahan Hibrida Amino-Silika dari Abu Sekam Padi Melalui Proses Sol-Gel”, Penelitian, FMIPA Universitas Diponegoro, Semarang.

Sutikno, 2008, “Isolasi Silika dari Buangan Limbah Padat Industri Pusat Listrik Panas bumi”, Penelitian, Program Studi Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Vogel, 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro”, Bagian II, Edisi kelima, PT. Hevery Indah, Jakarta.

Widi Astuti, 2004, “Pembuatan Natrium Silikat dan Soda Api secara Sinambung Ditinjau Dari Segi Kinetika reaksi”, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

www.migas-indonesia.net

www.id.wikipedia.org.id/wiki/Natrium_hidroksida

www.id.wikipedia.org.id/wiki/Asam_klorida

www.lp.itb.ac.id/product/vol31no1/johnner/johnnel

Gambar

Tabel II. 1. Kualitas dari limbah padat :
Gambar II.1 Natrium Silikat
Tabel  IV.1.1 : Kandungan Logam berat dalam bahan baku awal
Gambar IV.3.1  Hubungan antara Konsentrasi NaOH (gr/lt) dengan Na2SiO3 (gr)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan PLTPB Hululais 110 MW di Bengkulu dapat dijadikan jawaban untuk pemanfaatan potensi panas bumi yang melimpah sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan juga

Skema kerja dari pembangkit listrik tenaga geothermal adalah, pertama uap panas diambil dari sumur yang telah dilakukan pengeboran lalu uap panas dialirkan

Dalam perancangan pabrik natrium silikat dari natrium oksida dan pasir silika dengan kapasitas 70.000 ton/tahun diperoleh kesimpulan sebagai berikut:. Perancangan pabrik

Teknologi siklus biner adalah sistem pembangkitan listrik yang mana fluida panas bumi, baik berupa uap maupun air panas, dimanfaatkan sebagai sumber panas utama

Analisa Arus yang Digunakan Kemampuan Kubikel yang di gunakan untuk menyalurkan tegangan listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Binary Cycle Dieng memiliki

Dalam penelitian ini natrium silikat dari silika limbah kaca direaksikan secara perlahan pada larutan MgCl 2 sehingga terbentuk padatan magnesium silikat, kemudian

Salah satu provinsi Sumatera yang memiliki potensi panas bumi cukup tinggi yang saat ini telah dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik panas bumi (PLTP) terletak

Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber penyedia tenaga listrik adalah termasuk teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap